Anda di halaman 1dari 16

PERKEMBANGAN HAM DI DUNIA

Sejarah perkembangan HAM pada hakikatnya muncul karena keinsyafan manusia


terhadap harga diri, harkat, dan martabat kemanusiaannya sebagai akibat tindakan
sewenang-wenang dari penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidakadilan, dan kezaliman
yang hampir melanda seluruh umat manusia. Di lihat dari sejarahnya, istilah hak asasi
manusia (HAM) secara monumental lahir sejak keberhasilan Revolusi Prancis tahun 1789
dalam Declaration des Droits de L'homme et du Citoyen, artinya hak-hak asasi manusia
dan warga negara Prancis. Dalam revolusi tersebut terkenal semboyan liberte, egalite, dan
fraternite. Secara substansial, hak asasi manusia sudah diperjuangkan manusia sejak
berabad-abad sebelum masehi. Sejarah perkembangan hak asasi manusia dapat dilihat
sebagai berikut:
Tahun 2500 SM-1000 SM

Perjuangan Nabi Ibrahim melawan kezaliman Raja Namruds.

Nabi Musa memerdekakan bangsa Yahudi dari perbudakan Raja Firaun agar
terbebas dari kesewenang-wenangan.

Hukum Hamurabi pada masyarakat Babilonia yang menetapkan ketentuanketentuan hukum yang menjamin keadilan bagi warganya.

Tahun 600 SM di Athena (Yunani)


Solon telah menyusun undang-undang yang menjamin keadilan setiap warganya. Untuk
itu, ia membentuk Hekiaea, yaitu mahkamah keadilan untuk melindungi orang-orang
miskin dan majelis rakyat atau Eklesia. Karena gagasan inilah, Solon dianggap sebagai
Bapak Pengajar Demokrasi. Perjuangan Solon didukung oleh seorang tokoh negarawan
Athena.

Tahun 527 SM - 322 SM

Kaisar Romawi Flavius Anacius Justinianus, menciptakan peraturan hukum


modern yang terkodifikasi, yaitu Corpus Luris sebagai jaminan atas keadilan dan
hak asasi manusia.

Pada masa kebangkitan, Yunani telah banyak melahirkan filsuf terkenal dengan
visi hak asasi seperti Socrates dan Plato sebagai peletak dasar diakuinya hak asasi
manusia serta Aristoteles yang mengajarkan tentang pemerintahan berdasarkan
kemauan dan cita-cita mayoritas warganya.

Tahun 30 SM - 632 M

Kitab suci Injil yang dibawa Nabi Isa Almasih, sebagai peletak dasar etika
Kristiani dan ide pokok tingkah laku manusia agar senantiasa hidup dalam cinta
kasih terhadap Tuhan atau sesama manusia.

Kitab suci Alquran yang diturunkan Nabi Muhammad SAW, banyak mengajarkan
tentang toleransi, berbuat adil, tidak boleh memaksa, bijaksana, menerapkan kasih
sayang, dan sebagainya.

Tahun 1215
Magna Charta merupakan piagam pertama tentang hak asasi manusia di dunia. Magna
Charta lahir di Inggris. Magna Charta merupakan dokumen yang berisi hak-hak kalangan
bangsawan yang diberikan Raja John. Ketentuan tersebut sekaligus memberikan batasanbatasan kewenangan raja yang sebelumnya memiliki kekuasaan absolut. Sebelumnya raja
memiliki kekuasaan membuat hukum sementara dia sendiri tidak terikat terhadap hukum
tersebut. Setelah lahirnya Magna Charta kekuasaan raja menjadi tidak mutlak dan dapat
dimintai pertanggungjawaban di muka hukum. Proses lahirnya piagam ini didorong oleh
adanya gerakan rasionalisme dan humanisme di Eropa secara revolusioner di bidang
hukum, hak asasi, dan ketatanegaraan. Pelopor gerakan revolusi tersebut antara lain
adalah John Locke dan Thomas Aquino.
Tahun 1679

Lahir piagam hak asasi manusia, yaitu Hobeas Corpus Act, yang isinya jaminan
kebebasan warga negara dan mencegah pemenjaraan yang sewenang-wenang terhadap
rakyat.
Tahun 1689
Lahir piagam Bill of Rights di Britania Raya, yaitu berisi undang-undang tentang hak-hak
asasi dan kebebasan warga negara.
Tahun 1776
Declaration of Independence di Amerika, yaitu deklarasi kemerdekaan yang diumumkan
secara aklamasi oleh tiga belas negara bagian. Deklarasi ini merupakan piagam hak asasi
manusia karena mengandung pernyataan, "bahwa semua bangsa diciptakan sama derajat
oleh Tuhan Yang Maha Pencipta".

Bahwa semua manusia dianugerahi oleh pencipta-Nya hak hidup, kemerdekaan,


dan kebebasan untuk menikmati kebahagiaan.

Amerika Serikat sebagai negara pertama yang mencantumkan hak asasi manusia
dalam konstitusi(secara resmi dimuat dalam Constitution of USA 1787).

Naskah proklamasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence)


diciptakan oleh Thomas Jefferson.

Tahun 1789
Lahir piagam Declaration des Droits de L'homme et du Citoyen, yaitu piagam pernyataan
hak asasi manusia dan warga negara sebagai hasil dari Revolusi Prancis di bawah
kepemimpinan Jenderal Laffayette.

Revolusi Prancis bersemboyan liberte (kemerdekaan), egalite (persamaan), dan


fraternite (persaudaraan).

Revolusi ini diprakarsai oleh pemikir-pemikir besar Prancis, seperti J. J.


Rousseau, Voltaire, dan Montesquieu.

Piagam hak asasi ini baru masuk konstitusi Prancis tahun 1791.

Tahun 1918
Lahir piagam hak asasi manusia, yaitu Rights of Determination. Naskah ini diusulkan
oleh Presiden Theodore Woodrow Wilson yang memuat 14 pasal dasar untuk perdamaian
yang adil.
Tahun 1941
Atlantic Charter yang lahir pada saat berkobarnya Perang Dunia II dengan pelopornya F.
D. Roosevelt, mengusulkan empat kebebasan (The Four Freedoms) sebagai penyangga
hak asasi manusia yang paing pokok dan mendasar. Isi dari The Four Freedoms ini antara
lain:

Kebebasan untuk berbicara dan mengemukakan pendapat (freedom for speak and
expression).

Kebebasan untuk beragama (freedom for religion).

Kebebasan dari rasa takut (freedom from fear).

Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (freedom from want).

Tahun 1948
Hak asasi manusia sedunia dideklarasikan PBB pada 10 Desember 1948 yaitu Universal
Declaration of Human Rights. Piagam ini disusun oleh panitia khusus yang dibentuk
PBB dengan nama Komisi Hak Asasi Manusia pada tahun 1946.
Convenant of Human Rights (1966)
Piagam HAM PBB yang telah diratifikasi oleh negara-negara anggota ini berisi:

The International on Civil And Political Rights yaitu hak asasi manusia sipil dan
politik PBB.

The International Convenant of Economic, Social, and Cultural Rights yaitu hak
asasi di bidang ekonomi, sosial, dan budaya PBB.

PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA


Pemahaman Ham di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap yang hidup di
masyarakat dan acuan bertindak pada dasarnya berlangsung sudah cukup lama. Secara
garis besar Prof. Bagir Manan pada bukunya Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan

HAM di Indonesia ( 2001 ), membagi perkembangan HAM pemikiran HAM di Indonesia


dalam dua periode yaitu periode sebelum Kemerdekaan ( 1908 1945 ), periode setelah
Kemerdekaan ( 1945 sekarang ).
A. Periode Sebelum Kemerdekaan ( 1908 1945 )
Boedi Oetomo, dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi Oetomo telah
memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi
petisi yang dilakukan kepada pemerintah kolonial maupun dalam tulisan yang dalam
surat kabar goeroe desa. Bentuk pemikiran HAM Boedi Oetomo dalam bidang hak
kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat.
Perhimpunan Indonesia, lebih menitikberatkan pada hak untuk menentukan nasib
sendiri.
Sarekat Islam, menekankan pada usaha usaha unutk memperoleh penghidupan yang
layak dan bebas dari penindasan dan deskriminasi rasial.
Partai Komunis Indonesia, sebagai partai yang berlandaskan paham Marxisme lebih
condong pada hak hak yang bersifat sosial dan menyentuh isu isu yang berkenan
dengan alat produksi.
Indische Partij, pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk mendapatkan
kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama dan hak kemerdekaan.
Partai Nasional Indonesia, mengedepankan pada hak untuk memperoleh kemerdekaan.
Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia, menekankan pada hak politik yaitu hak
untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk menentukan nasib sendiri, hak berserikat dan
berkumpul, hak persamaan di muka hukum serta hak untuk turut dalam penyelenggaraan
Negara.
Pemikiran HAM sebelum kemerdekaan juga terjadi perdebatan dalam sidang BPUPKI
antara Soekarno dan Soepomo di satu pihak dengan Mohammad Hatta dan Mohammad
Yamin pada pihak lain. Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI
berkaitan dengan masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan, hak
berserikat, hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran dengan tulisan dan
lisan.
B. Periode Setelah Kemerdekaan ( 1945 sekarang )

a) Periode 1945 1950


Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih pada hak untuk merdeka, hak
kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan serta hak kebebasan
untuk untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen. Pemikiran HAM telah
mendapat legitimasi secara formal karena telah memperoleh pengaturan dan masuk
kedalam hukum dasar Negara ( konstitusi ) yaitu, UUD 45. komitmen terhadap HAM
pada periode awal sebagaimana ditunjukkan dalam Maklumat Pemerintah tanggal 1
November 1945.
Langkah selanjutnya memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan partai
politik. Sebagaimana tertera dalam Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.
b) Periode 1950 1959
Periode 1950 1959 dalam perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan sebutan periode
Demokrasi Parlementer. Pemikiran HAM pada periode ini menapatkan momentum yang
sangat membanggakan, karena suasana kebebasan yang menjadi semangat demokrasi
liberal atau demokrasi parlementer mendapatkan tempat di kalangan elit politik. Seperti
dikemukakan oleh Prof. Bagir Manan pemikiran dan aktualisasi HAM pada periode ini
mengalami pasang dan menikmati bulan madu kebebasan. Indikatornya menurut
ahli hukum tata Negara ini ada lima aspek. Pertama, semakin banyak tumbuh partai
partai politik dengan beragam ideologinya masing masing. Kedua, Kebebasan pers
sebagai pilar demokrasi betul betul menikmati kebebasannya. Ketiga, pemilihan umum
sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung dalam suasana kebebasan, fair ( adil ) dan
demokratis. Keempat, parlemen atau dewan perwakilan rakyat resprentasi dari kedaulatan
rakyat menunjukkan kinerja dan kelasnya sebagai wakil rakyat dengan melakukan
kontrol yang semakin efektif terhadap eksekutif. Kelima, wacana dan pemikiran tentang
HAM mendapatkan iklim yang kondusif sejalan dengan tumbuhnya kekuasaan yang
memberikan ruang kebebasan.
c) Periode 1959 1966
Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi terpimpin
sebagai reaksi penolakan Soekarno terhaap sistem demokrasi Parlementer. Pada sistem
ini ( demokrasi terpimpin ) kekuasan berpusat pada dan berada ditangan presiden. Akibat
dari sistem demokrasi terpimpin Presiden melakukan tindakan inkonstitusional baik pada

tataran supratruktur politik maupun dalam tataran infrastruktur poltik. Dalam kaitan
dengan HAM, telah terjadi pemasungan hak asasi masyarakat yaitu hak sipil dan dan hak
politik.
d) Periode 1966 1998
Setelah terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, ada semangat untuk
menegakkan HAM. Pada masa awal periode ini telah diadakan berbagai seminar tentang
HAM. Salah satu seminar tentang HAM dilaksanakan pada tahun 1967 yang
merekomendasikan

gagasan

tentang

perlunya

pembentukan

Pengadilan

HAM,

pembentukan Komisi dan Pengadilan HAM untuk wilayah Asia. Selanjutnya pada pada
tahun 1968 diadakan seminar Nasional Hukum II yang merekomendasikan perlunya hak
uji materil ( judical review ) untuk dilakukan guna melindungi HAM. Begitu pula dalam
rangka pelaksanan TAP MPRS No. XIV/MPRS 1966 MPRS melalui Panitia Ad Hoc IV
telah menyiapkan rumusan yang akan dituangkan dalam piagam tentang Hak hak Asasi
Manusia dan Hak hak serta Kewajiban Warganegara.
Sementara itu, pada sekitar awal tahun 1970-an sampai periode akhir 1980-an persoalan
HAM mengalami kemunduran, karena HAM tidak lagi dihormati, dilindungi dan
ditegakkan. Pemerintah pada periode ini bersifat defensif dan represif yang dicerminkan
dari produk hukum yang umumnya restriktif terhadap HAM. Sikap defensif pemerintah
tercermin dalam ungkapan bahwa HAM adalah produk pemikiran barat yang tidak sesuai
dengan nilai nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila serta bangsa
Indonesia sudah terlebih dahulu mengenal HAM sebagaimana tertuang dalam rumusan
UUD 1945 yang terlebih dahulu dibandingkan dengan deklarasi Universal HAM. Selain
itu sikap defensif pemerintah ini berdasarkan pada anggapan bahwa isu HAM seringkali
digunakan oleh Negara Negara Barat untuk memojokkan Negara yang sedang
berkembang seperti Inonesia.
Meskipun dari pihak pemerintah mengalami kemandegan bahkan kemunduran, pemikiran
HAM nampaknya terus ada pada periode ini terutama dikalangan masyarakat yang
dimotori oleh LSM ( Lembaga Swadaya Masyarakat ) dan masyarakat akademisi yang
concern terhaap penegakan HAM. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat melalui
pembentukan jaringan dan lobi internasional terkait dengan pelanggaran HAM yang

terjadi seprti kasus Tanjung Priok, kasus Keung Ombo, kasus DOM di Aceh, kasus di
Irian Jaya, dan sebagainya.
Upaya yang dilakukan oleh masyarakat menjelang periode 1990-an nampak memperoleh
hasil yang menggembirakan karena terjadi pergeseran strategi pemerintah dari represif
dan defensif menjadi ke strategi akomodatif terhadap tuntutan yang berkaitan dengan
penegakan HAM. Salah satu sikap akomodatif pemerintah terhadap tuntutan penegakan
HAM adalah dibentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM )
berdasarkan KEPRES No. 50 Tahun 1993 tertanggal 7 Juni 1993.
Lembaga ini bertugas untuk memantau dan menyeliiki pelaksanaan HAM, serta memberi
pendapat, pertimbangan, dan saran kepada pemerintah perihal pelaksanaan HAM.
e) Periode 1998 sekarang
Pergantian rezim pemerintahan pada tahan 1998 memberikan dampak yang sangat besar
pada pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia. Pada saat ini mulai dilakukan
pengkajian terhadap beberapa kebijakan pemerintah orde baru yang beralwanan dengan
pemjuan dan perlindungan HAM. Selanjutnya dilakukan penyusunan peraturan
perundang undangan yang berkaitan dengan pemberlakuan HAM dalam kehidupan
ketatanegaraan dan kemasyarakatan di Indonesia. Hasil dari pengkajian tersebut
menunjukkan banyaknya norma dan ketentuan hukum nasional khususnya yang terkait
dengan penegakan HAM diadopsi dari hukum dan instrumen Internasional dalam bidang
HAM.
Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap status
penentuan dan tahap penataan aturan secara konsisten. pada tahap penentuan telah
ditetapkan beberapa penentuan perundang undangan tentang HAM seperti amandemen
konstitusi Negara ( Undang undang Dasar 1945 ), ketetapan MPR ( TAP MPR ),
Undang undang (UU), peraturan pemerintah dan ketentuan perundang undangam
lainnya.

2. Jelaskan HAM di dalam UUD'45 bab beserta pasal-pasalnya !


Hak Asasi Manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang dimiliki manusia sejak lahir

sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia merupakan anugerah Tuhan
Yang Maha Esa sejak lahir, maka tidak seorang pun dapat mengambilnya atau
melanggarnya. Kita harus menghargai anugerah ini dengan tidak membedakan manusia
berdasarkan latar belakang ras, etnik, agama, warna kulit, jenis kelamin, pekerjaan,
budaya, dan lain-lain. Namun perlu diingat bahwa dengan hak asasi manusia bukan
berarti dapat berbuat semena-mena, karena manusia juga harus menghormati hak asasi
manusia lainnya.
Ada 3 hak asasi manusia yang paling fundamental (pokok), yaitu :
a. Hak Hidup (life)
b. Hak Kebebasan (liberty)
c. Hak Memiliki (property)
Ketiga hak tersebut merupakan hak yang fundamental dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun macam-macam hak asasi manusia dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Hak asasi pribadi, yaitu hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi
manusia. Contohnya : hak beragama, hak menentukan jalan hidup, dan hak bicaara.
b. Hak asasi politik, yaitu yang berhubungan dengan kehidupan politik. Contohnya : hak
mengeluarkan pendapat, ikut serta dalam pemilu, berorganisasi.
c. Hak asasi ekonomi, yaitu hak yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian.
Contohnya : hak memiliki barang, menjual barang, mendirikan perusahaan/berdagang,
dan lain-lain.
d. Hak asasi budaya, yaitu hak yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat.
Contohnya : hak mendapat pendidikan, hak mendapat pekerjaan, hak mengembangkan
seni budaya, dan lain-lain.
e. Hak kesamaan kedudukan dalam hukum dah pemerintahan, yaitu hak yang berkaiatan
dengan kehidupan hukum dan pemerintahan. Contohnya : hak mendapat perlindungan
hukum, hak membela agama, hak menjadi pejabat pemerintah, hak untuk diperlakukan
secara adil, dan lain-lain.
f. Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan. Contohnya : dalam
penyelidikan, dalam penahanan, dalam penyitaan, dan lain-lain.
2. Berbagai Instrumen HAM di Indonesia

Berbagai instrumen HAM di Indonesia antara lain termuat dalam :


a. Pembukaan dan batang tubuh UUD 1945
1) Pembukaan UUD 1945
Hak asasi manusia tercantum dalam pembukaan UUD 1945 :
a) Alinea I : Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah haak segala bangsa dan oleh
sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.
b) Alinea IV : Pemerintah Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia, yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial
2) Batang Tubuh UUD 1945
Secara garis besar hak-hak asasi manusia tercantum dalam pasal 27 sampai 34 dapat
dikelompokkan menjadi :
a) Hak dalam bidang politik (pasal 27 (1) dan 28),
b) Hak dalam bidang ekonomi (pasal 27 (2), 33, 34),
c) Hak dalam bidang sosial budaya (pasal 29, 31, 32),
d) Hak dalam bidang hankam (pasal 27 (3) dan 30).
Berdasarkan amandemen UUD 1945, hak asasi manusia tercantum dalam Bab X A Pasal
28 A sampai dengan 28 J, sebagaimana tercantum berikut ini :
HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
**)
Pasal 28 B
1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.**)
2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dan kekerasan dan diskriminasi. **)
Pasal 28 C
1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,

berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia. **)
2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.**)
Pasal 28 D
1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
dan layak dalam hubungan kerja )
3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. **)
Pasal 28 E
1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran. memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggakannya, serta berhak kembali.**)
2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya. **)
3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat.**)
Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.**)
Pasal 28 G
1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dan ancaman kelakutan untuk berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
**)
2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan alau perlakuan yang rnerendahkan

derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suara politik dari negara lain. **)
Pasal 28 H
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapalkan lingkungan hid up yang baik dan sehal serfa berhak memperoleh pefayanan
kesehatan **)
2) Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan.**)
3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat. **)
4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.**)
Pasal 28 I
1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. **)
2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun
dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif **)
3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.**)
4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, Terutama pemerintah.**)
5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara
hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan. **)
Pasal 28 J
1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.**)
2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk

menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan partimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. **)
b. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak AsasiManusia
Instrumen ini ditetapkan pada tanggal 13 November 1998. Dalam ketetapan MPR
tersebut disebutkan antara lain :
1) Menugaskan kepada lembaga-lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur pemerintah
untuk menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman mengenai hak asasi
manusia kepada seluruh masyarakat.
2) Menugaskan kepada Presiden dan DPR untuk meratifikasi (mengesahkan) berbagai
instrumen hak asasi manusia internasional selama tidak bertentangan dengan Pancasila
dan DUD 1945
3) Membina kesadaran dan tanggung jawab masyarakat sebagai warga negara untuk
menghormati, menegakkan hak dan menyebarluaskan hak asasi manusia melalui gerakan
kemasyarakatan.
4) Melaksanakan penyuluhan, pengkajian, pemantauan dan penelitian serta menyediakan
media tentang hak asasi manusia yang ditetapkan dengan undang-undang
5) Menyusun naskah hak asasi manusia dengan sistematis dengan susunan:
a. Pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap hak asasi manusia dan,
b. Piagam hak asasi manusia
6) Isi beserta uraian naskah hak asasi manusia sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
ketetapan ini.
7) Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, yaitu langgal 13 November 1998
c. Piagam hak asasi manusia di Indonesia dalam Ketetapan MPR Nomor
XVII/MPR/1998
1) Pembukaan
Bahwa manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang berperan sebagai pengelola
dan pemelihara alam secara seimbang dan serasi dalam ketaatan kepada-Nya. Manusia
dianugerahi hak asasi dan memiliki tanggung jawab serta kewajiban untuk menjamin
keberadaan, harkat, dan martabat kemuliaan kemanusiaan, serta menjaga keharmonisan
dalam kehidupan.

Bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara
kodrati, universal dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, meliputi hak untuk
hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak
berkomunikasi, hak keamanan, dan hak kesejahteraan oleh karena itu tidak boleh
diabaikan atau dirampas oleh siapapun. Selanjulnya manusia juga mempunyai hak dan
tanggung jawab yang timbul sebagai akibat perkembangan kehidupannya dalam
masyarakat.
Bahwa didorong oleh jiwa dan semangat proklamasi kemerdekan Republik Indonesia,
bangsa Indonesia mempunyai pandangan mengenai hak asasi dan kewajiban manusia,
yang bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, dan nilai luhur budaya bangsa,
serta berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948, telah mengeluarkan Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia (Universal Declaration Of Human Right). Oleh karena itu, bangsa
Indonesia sebagai anggota PBB mempunyai tanggungjawab untuk menghormati
ketentuan yang tercantum dalam deklarasi tersebut.
Bahwa perumusan hak asasi manusia pada dasarnya dilandasi oleh pemahaman suatu
bangsa terhadap citra, harkat dan martabat diri manusia itu sendiri. Bangsa Indonesia
memandang bahwa manusia hidup tidak terlepas dari Tuhannya, sesama manusia dan
lingkungannya.
Bahwa bangsa Indonesia pada hakikatnya menyadari, mengakui dan menjamin serta
menghormati hak asasi manusia orang lain juga sebagai kewajiban. Oleh karena itu, hak
asasi manusia dan kewajiban asasi manusia terpadu dan melekat pada diri manusia
sebagai pnbadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, anggota suatu bangsa dan warga
negara, serta anggota masyarakat bangsa-bangsa.
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang
menjunjung tinggi hak asasi manusia, maka bangsa Indonesia menyatakan piagam hak
asasi manusia.
2) Piagam Hak Asasi Manusia
Piagam Hak Asasi Manusia Indonesia terdiri dari 10 bab, yaitu :
Bab I : Hak untuk hidup (pasal 1)
Bab II : Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan (pasal 2)

Bab III : Hak mengembangkan diri (pasal 3-6)


Bab IV : Hakkeadilan(7-12)
Bab V : Hak kemerdekaan (pasal 13 19)
bab VI : Hak atas kebebasan informasi (pasal 20 21)
bab VII : Hak keamanan (pasal22-26)
bab VIII : Hak kesejahteraan (pasal 27 33)
bab IX : Kewajiban (pasal 34 36)
bab X : Perlindungan dan kemajuan (pasal 37 44)
d. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Undang-Undang
ini disahkan pada tanggal 23 September 1999.
Isi pokok HAM menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, terdiri atas 11 bab dan
penjelasan, yaitu :
Bab I : Pendahuluan (pasal 1).
Bab II : Asas-asas dasar (pasal 2 6)
Bab III : Hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia (pasal 9 -66)
Bab IV : Kewajiban dasar manusia (pasal 67 70)
Bab V : Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah (pasal 71 72)
Bab VI : Pembatasan dan larangan (pasal 73 74)
Bab VII : Komisi nasional hak asasi manusia (pasal 75 99)
Bab VIII : Partisipasi masyarakat (pasal 100 103)
Bab IX : Peradilan hak asasi manusia (pasal 104)
Bab X : Ketentuan peralihan (pasal 105)
Bab XI : Ketentuan penutup (pasal 106)

Anda mungkin juga menyukai