LBM 1
BLOK 4.2 EMERGENCY AND CRITICAL NURSING
KELOMPOK 3:
Martina
(13017)
Dedi Kurniawan
(13053)
Tania Yasmin
(13075)
(13076)
Novita Kristiyanti
(13113)
Gandhi Adityaningrum
(13278)
(13285)
(13290)
Aravatia Rafsanjani
(13272)
Dian Andriani
(13303)
Boby Kurniawan
(13408)
(13401)
AGENDA TUTORIAL
Bus yang Malang
Tutor
PERTEMUAN KE 1
Hari, tanggal
Hadir
: 11 orang
Tidak hadir
: Gandhi Adityaningrum
PERTEMUAN KE 2
Tanggal
Hadir
: 11 orang
Tidak hadir
: Gandhi Adityaningrum
Ketua
: Aravatia Rafsanjani
Sekretaris papan
Sekretaris buku
Skenario 1
Bus yang Malang
Ners A adalah seorang perawat yang bekrja di sebuah ruang gawat darurat RS. Pada suatu
hari terjadi kecelakaan bus yang masuk jurang dengan korban 30 orang. Ners A adalah
seorang perawat triase di RS tersebut. Ners A kemudian berangkat ke TKP. Selama
perjalanan, Ners A melakukan komunikasi demgan polisi di tempat kejadian. EMS di kota
tersebut sudah berjalan baik sehingga beberapa pasien sudah dilakukan transportasi dan
stabilisasi di pre hospital. Di tempat kejadian ternyata ada banyak korban sehingga Ners A
selain melakuka triase juga langsung melakukan initial assesment. Jumlah pasien yang
banyak menyebabkan Ners A tidak sempat melakukan dokumentasi karena format
doukumentasi dianggap terlalu banyak dan susah.
STEP 1
1. Initial Assesment
5. Proses triase
6. Hal yang dilakukan saat prehospital
7. Kompetensi yang harus dimiliki perawat gadar
8. Tujuan triase
9. Pihak yang terlibat dalam EMS
10. Perbedaan tugas EMS dan RS
11. Pada saat kondisi darurat apakah tetap dilakukan triase dengan prioritas?
12. Kriteria gawat darurat
13. Dokumentasi kegawatdaruratan
14. Komponen EMS dan apa yang dilakukan tiap komponen?
15. Perkembangan EMS di Indonesia dan perbandingan dengan LN
16. Syarat ambulance
STEP 3
1. Initial assesment
Persiapan
Prehospital : koordinasi lapangan dengan RS
Hospital : mempersiapkan peralatan dan petugas
Triase
Primary survey
Monitory lanjutan
Devinitife care
2. Tahapan
-
Safety
Cek respon
Cek nadi
Bila tak ada nadi langsung RJP 30:2 100x/menit kedalaman 5cm (5x siklus)
Cek airway
Rescue breathing
Cek nadi
Cek nafas
3. Macam triase
SAVE
Multople Triase
Mass triase
Penggolongan :
-
Merah : segera
Hitam : meninggal
4. Prinsip triase
-
Cepat akurat
Menyelamatkan jiwa
5. Proses Triase
-
Cek ABC
Bila
ada
nafas
10-30x/menit---cek
perfusi---<2dt---cek
satus
mental---
mengikuti---kuning
Bial nafas <10 atau >30x/menit---merah
Bila tidak ada nafas buka jalan nafas---cek lagi---bila ada nafas---merah
Bila tidak ada nafas---hitam
6. Hal yang dilakukan saat prehospital
-
Triase---METAG
Resusitasi
Cepat
Tepat
Kuat
8. Tujuan triase
Domisili di semua RS
Tidak selalu di RS bisa mendirikan spot saat event tertentu misal lebaran
EMS RS
-
Domisili di RS tersebut
11. Tetap harus dilakukan triase karena prinsip triase akan menyelamatkan korban dengan
keadaan yang paling gawat dengan kemungkinan hidup yang lebih terlebih dahulu
12. Kriteria gadar
-
Darurat tidak gawat : Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan
tindakan darurat. Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung
diberikan terapi definitif. Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik, misalnya:
laserasi, fraktur minor/tertutup,sistitis, otitis media dan lainya.
Tidak gawat tidak darurat : Keaadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi tidak
memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda klinis ringan/asimptomatis.
Misalnya penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya
Identitas pasien
Tanda vital
Hasil triase
Diagnosa singkat
Waktu kejadian
Mekanisme trauma
Program pemerintah
Memberikan pelayanan cepat tepat
Kerjasama
dengan
PMI,
RS,
kantor
polisi
Di LN
Komunikasi dan teknologi sudah sangat canggih
Transportasi canggih
16. Syarat ambulance
-
Waktu merah : 0-10 menit, kuning : 10-30 menit, hijau : maksimal 1jam, hitam :
2jam
STEP 4
Kriteria
Gadar
EMERGENCY
AREA
Prehospit
al
EMS
Initial
Assesment
Triase
Secondary
Assesment
Kompon
en
Pihak
Perbeda
an Prinsip
Macam
Prosedu
r
Dokumen
tasi
Transportasi dan
Stablisiasi
Emergency
Care
UGD
Kompetensi
Perawat
ASKEP
STEP 5
1. Initial Assesment
2. Tahap pertolongan pertama
3. Kriteria gadar
4. Dokumentasi gadar
5. Perkembangan EMS
6. ASKEP
7. Etik legal prehospital
8. Emergency intrahospital
9. SIT
10. Sistem komunikasi gadar
11. Syarat ambulance
12. Cara transportasi dan stabilisasi
13. Cara membawa korban
Step 7
1. Konsep initial assessment (bagaimana cara dan tahapannya)?
Initial Assessment
Penderita dalam keadaan krisis (emergensi) memerlukan penilaian yang cepat dan
pengelolaan yang tepat guna menghindari kematian. Karena desakan waktu dibutuhkan suatu
sistem penilaian yang mudah (initial assesment). Initial assessment adalah proses evaluasi
secara cepat pada penderita gawat darurat yang langsung diikuti dengan tindakan resusitasi
dan dikerjakan secara sistematis. Kegiatannya meliputi :
1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey
4. Resusitasi
5. Secondary survey
6. Pemantauan dan re-evaluasi: Gunakan AED bila diperlukan
7. Penanganan definitive
1. PERSIAPAN
a. Fase pra rumah sakit
Fokus penanganan penderita yaitu di lokasi kejadian. Ada koordinasi petugas lapangan
dengan rumah sakit. Penanganan dititik beratkan pada :
1) Jalan napas
2) Nadi
3) Kontrol perdarahan
4) Penanganan syok
5) Imobilisasi
6) Kumpulkan keterangan yang dibutuhkan : Waktu kejadian; penyebab; Riwayat
penderita;
b. Fase rumah sakit
Petugas rumah sakit melakukan perencanaan sebelum penderita tiba; Persiapan pealatan;
Pemberian cairan; Diagnostik; Terapi lanjutan
2. TRIASE
Triase adalah tindakan untuk mengelompokkan penderita berdasarkan pada beratnya
cedera yang diprioritaskan berdasarkan ada tidaknya gangguan pada airway, breathing
dan circulation (A B C). Triase juga mencakup pengertian mengatur rujukan sedemikian
rupa sehingga penderita mendapatkan tempat perawatan yang selayaknya. Tindakan triase
dapat dikerjakan pada sekelompok penderita, misal pada keadaan bencana atau korban
massal atau pada penderita tunggal yang berarti menentukan diagnostik. Prioritas utama
adalah penderita dengan survival hidup yang terbesar.
3. PRIMARY SURVEY
Primary survey adalah pemeriksaan secara cepat fungsi vital pada penderita dengan
cedera berat dengan prioritas pada ABCE dimana pada kasus trauma prioritas tersebut
disertai tindakan lain yang sesuai sebagai berikut :
a. A : Airway : adalah mempertahankan jalan napas bersamaan dengan menjaga
muncul lambat.
3) Pada olah ragawan daya kompensasi lebih besar dari pada orang biasa dengan
dengan menjaga supaya tidak terjadi hipotermi. Pemeriksaan seluruh bagian tubuh
harus dilakukan disertai tindakan untuk mencegah hipotermia. Pemasangan bidai atau
vacuum matras untuk menghentikan perdarahan dapat juga dilakukan pada fase ini.
Pemeriksaan penunjang pada umumnya tidak dilakukan pada survey primer. Yang
dapat dilakukan pada survey primer adalah ; pemeriksaan saturasi oksigen dengan
pulse oksimetri, foto cervical, foto thoraks dan foto polos abdomen. Tindakan lainnya
yang dapat dilakukan pada survey primer adalah pemasangan monitor EKG, kateter
dan NGT. Pemeriksaan dikerjakan tanpa menunda / menghentikan proses survey
primer. Untuk dapat melakukan evaluasi lebih baik, perlu diketahui kejadian (ever)
dari traumanya.
NB: Prioritas penanganan kegawatan dilakukan berdasarkan urutan di atas, namun bila
memungkinkan dapat juga dilakukan secara simultan. Prioritas penanganan untuk penderita
usia muda maupun usia lanjut adalah sama, salah satu perbedaannya adalah bahwa pada usia
muda ukuran organ relatif lebih kecil dan fungsinya belum bekerja maksimal. Pada ibu hamil,
prioritas tetap sama hanya pada proses persalinan membuat beberapa proses fisiologi berubah
karena adanya janin Pada orangtua karena proses penuaan fungsi tubuh menjadi lebih rentan
terhadap trauma karena kurangnya daya adaptasi.
a. Koordinasi jadi komando. Efektif dan efisien bila dalam koordinasi dan komando
b. Eskalasi dan mobilisasi sumber daya. SDM, fasilitas dan sumber daya lain.
c. Simulasi. Diperlukan protap, juklak, juknis yang perlu diuji melalui simulasi.
d. Pelaporan, monitoring, evaluasi. Laporan dengan sistematika yang disepakati.
Fase Acute Response :
a. Acute emergency response.
Melaksanakan Rescue, triase, resusitasi, stabilisasi, diagnosis, terapi definitif.
b. Emergency relief.
Menyediakan makanan minuman, tenda, jamban dll. untuk korban sehat.
c. Emergency rehabilitation.
Perbaikan jalan, jembatan, sarana dasar lain untuk kelancaran pertolongan.
SPGDT Intra RS
a. Sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang
diruang rawat
f. Ketentuan : Asuransi; Batasan tindakan medic; Etika & Hukum; Pendataan;
dalam pelayanan.
d. Koordinasi dalam pelayanan rujukan, diperlukan pemberian informasi keadaan pasien
dan pelayanan yang dibutuhkan.
Public Safety Care (PSC) sebagai ujung tombak safe community adalah sarana
publik/masyarakat yang merupakan perpaduan dari unsur pelayanan ambulans gawat
darurat, unsure pengamanan (kepolisian) dan unsur penyelamatan. PSC merupakan
penanganan pertama kegawatdaruratan yang membantu memperbaiki pelayanan pra RS
untuk menjamin respons cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah
kecacatan, sebelum dirujuk ke Rumah Sakit yang dituju.
Pelayanan di tingkat Rumah Sakit Pelayanan gawat darurat meliputi suatu system
terpadu yang dipersiapkan mulai dari IGD, HCU, ICU dan kamar jenazah serta rujukan
antar RS mengingat kemampuan tiap-tiap Rumah Sakit untuk penanganan efektif (pasca
gawat darurat) disesuaikan dengan Kelas Rumah Sakit. Untuk meningkatkan kemampuan
para pimpinan RS dalam manajemen penanggulangan gawat darurat dan bencana,
Kementerian Kesehatan bersama ikatan profesi dan Persatuan Rumahsakit Seluruh
Indonesia (PERSI) telah mengembangkan pelatihan HOPE (Hospital Preparedness for
Emergency and Disaster) yang sampai saat ini telah diikuti oleh 802 manajemen rumah
sakit. Dengan pelatihan tersebut maka diharapkan semua pimpinan RS dapat membuat
dokumen perencanaan dalam penanggulangan bencana yang biasa disebut Hospital
Disaster Plan (Hosdip) baik bencana di dalam rumah sakit (internal disaster) maupun
bencana di luar rumah sakit (external disaster).
EMS di Luar Negeri memiliki empat komponen utama yaitu:
a. Emergency Medical Responder
Yaitu tim yang memberikan intervensi dasar yang memerlukan peralatan minimal
b. Emergency medical Technician
Yaitu tim yang memberikan perawatan dasar dan transportasi dengan peralatan
dasar
c. Advance Emergency Medical Technician
Yaitu tim yang memberikan perawatan dasar dan transportasi dengan peralatan
yang lebih canggih
d. Paramedic
Yaitu suatu aliansi tenaga kesehatan yang memberikan perawatan lanjutan dengan
pengetahuan yang kompleks dan biasanya melakukan perawatan di sistem
pelayanan kesehatan
6. Askep UGD?
Pengkajian dengan Initial Assessment.
Diagnose keperawatan yang umumnya muncul terkait masalah pernafasan seperti
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, resiko aspirasi, dll.
Intervensi yang dilakukan dapat berupa peran mandiri maupun kolaborasi.
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan tingkat kegawatdaruratan klien dapat setiap 1 menit, 5,
15, 30 menit atau 1 jam sesuai dengan kondisi klien atau kebutuhan.
7. Legal etik di emergency?
Etik dan legal keperawatan
a. Etik ditujukan untuk mengukur perilaku yang diharapka dari seseorang atau
kelompok/profesi tertentu seperti profesi keperawatan
b. Hukum dapat diartikan sebagai aturan yang disahkan pemerintah yang bertujuan
memberikan perlindungan kepada masyarakat
Prinsip etik terdiri dari autonomi, beneficence, non malfinence, veracity, justice, dan fidelity
Sumber landasan hukum
Kepmenkes No. 1239/Menkes/SK/XI/2009 tentang registrasi dan praktik perawat pasal 20
ayat 1 menyatakan dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien, perawat
berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana
dimaksud pasal 15.
Pasal 15d berbunyi pelayanan tindakan medic hanya dapat dilakukan berdasarkan
permintaan tertulis dari dokter.
8. Pelayanan Intra hospital
Dilakukan di dalam rumah sakit, yaitu dengan pemeriksaan lengkap head to toe. Utamakan
pemeriksaan kondisi jalan nafas dan pernafasan pasien. Setelah itu periksa tanda-tanda syok
pada pasien yaitu
a. Denyut nadi > 100x per menit
b. Telapak tangan basah dingin pucat
c. Capilary refill >2detik
Jika pasien syok, lakukan syok position dengan mengangkat kaki pasien setinggi 45 derajat
dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung, pertahankan hingga tandatanda syok menghilang.
9. Triage tunggal
Triage tunggal seperti halnya dengan triage masal yaitu memperhatikan Airway, Breathing,
Circulation, Diability, dan Exposure.
10. Sistem komunikasi
Sistem komunikasi merupakan bagian yang penting dalam proses penanganan kegawatan.
Sistem komunikasi terbagi atas komunikasi intra sector (antar petugas RS); lintas sector
(petugas dan masyarakat) dan sistem penunjang (dengan instansi lain).
Jenis komunikasi yang digunakan terdiri atas komunikasi radio; verbal; dan interpersonal.
Komunikasi EMS dengan menekan 118 sebagai common medical emergency number untuk
seluruh Indonesia. Nantinya pusat pemberi pertolongan akan menghubungi pihak-pihak
kesehatan terdekat dengan lokasi kejadian kegawatan.
11. Syarat ambulance
a. Teknis kendaraan: kendaraan roda empat dengan suspense lunak.
b. Warna kendaraan putih modifikasi kuning.
c. Tanda pengenal kendaraan di depan gawat darurat atau emergency, di samping kanan
dan kiri tertulis ambulans dan logo star of life, bintang enam biru dan ular tongkat.
d. Pintu belakang dibuka ke arah atas.
e. Ruang penderita cukup tinggi dan luas untuk sekurangnya dua tandu lipat dan petugas
dapat berdiri tegak untuk melakukan tindakan.
f. Lampu secukupnya
g. Lemari obat
h. Sirine dua nada
i. Lampu rotator warna merah dan biru
j. Radio komunikasi dan telepon genggam di pengemudi
k. Tabung oksigen sejumlah 2 buah
l. Alat resusitasi untuk semua umur
m. Suction pump manual
n. Alat defibrillator
o. Minor surgery set
p. Obat-obat gawat darurat dan cairan infus
q. Kantong mayat
r. Sarung tangan
s. Sepatu boot
t. Satu pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi
u. Satu perawat berkemampuan PPGD
v. Saat menuju tempat pasien boleh menghidupkan sirine dan rotator, namun saat
membawa pasien hanya menghidupkan lampu rotator.
12. Cara stabilisasi dan transportasi
Stabilisasi dengan menjaga pasien agar tidak banyak bergerak; pastikan pernafasan pasien
stabil; pastikan bidai yang ada pada pasien tidak berubah; pastikan perdarahan tidak
bertambah parah.
Transportasi dilakukan dengan bantuan manusia, hewan ataupun kendaraan dan pastikan
pasien siap, tempat tujuan siap, sarana dan peralatan tepat dan personil cukup.