ISI
tradisional tentang pahlawan dan yang sakral menjelaskan tentang asal-usul dunia
dan menyampaikan aspek pola tidakan yang diyakini oleh orang Jepang.
Kosmologi dan kosmogini3Jepang diungkapkan dalam Kojiki Tahun 712
yang mendeskrepsikan tentang asal-usul dan penciptaan alam semesta. Sumber
Kojiki disesuaikan dengan Nihonshinwajiten (ensiklopedia tentang dewa Jepang)
yang menguraikan tentang genesis alam semesta dalam masyarakat Jepang awal.
Ide penciptaan dunia menekankan bahwa makhluk organik tidak dapat
membentuk dirinya tanpa hubungan laki-laki dan perempuan. Hal utama yang
ingin disampaikan dalam asal-usul dan penciptaan alam semesta adalah
peneympurnaan penciptaan. Kosmogini dalam mitos Jepang berujung pada
kemisteriusan mengenai unsur dewa dan manusia yang bercampur aduk di dalam
transisi yang tidak dapat diterima. Misalnya ada dewa
disemburkan seperti sebuah tunas bambu, timbulnya sebuah pulau yang disebut
onogoro karena serpihan serbuk bunga yang jatuh, penciptaan dewa-dewa yang
Kosmologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan sejarah alam semesta berskala besar.
Mitologi adalah ilmu tentang bentuk sastra yang memuat dongeng suci mengenai perikehidupan
para dewa dan makhluk gaib.
3
Kosmogini adalah teori tentang asal mula terjadinya benda langit dan alam semesta.
2
lahir dari Izanagi termasuk Amaterasuoomikami yang lahir dari basuhan mata kiri
Izanagi dan lain-lain hingga terbentuknya alam beserta isinya.
Interpretasi mitos tentang dewa dan dunia dewa tercakup dalam penjelasan
kosmologi dan kosmogini Jepang. Mitos menjelaskan gejala-gejala tertentu,
keyakinan, atau kebiasaan terkait dengan agama. Penjelasan dan ilustrasi tentang
alam semesta dan karakter dewa atau kekuatan lain membantu manusia untuk
terus berhubungan dengan mereka. Hubungan mitos dan ritual sangat dekat
karena ritual menyediakan makna-makna yang ingin diraih berkaitan dengan
definisi agama. Makna-makna tersebut bergantung pada kekuatan yang ingin
dipuja atau diagungkan.
Mitos bermaksud menjelaskan ekspresi yang ingin disampaikan simbolsimbol dalam bentuk yang kental. Mitos ingin menjawab pertanyaan asal-usul
manusia, mengapa manusia bertindak dalam cara-cara tertentu, mengapa manusia
tumbuh dan mati. Nihonshoki dan Kojiki disampaikan dari generasi ke generasi
melalui
bentuk
perkembangan mansyarakat
untuk
Magi dapat dilihat manfaatnya melalui ritual yang dialakukan untuk kepentingan
pelakunya. Magi adalah tindakan yang spesifik ingin meraih tujuan yang kongkrit
serta jelas, sedangkan agama merupakan sesuatu yang lebih abstrak dan lebih
samar, sebuah wadah yang berisi tindakan tindakan-tindakan yang ada sebagai
pemenuhan kepuasan bagi setiap tindakan (Malinowski). Magi menurut Frazer,
adalah magi yang tidak dapat berdiri sendiri melainkan bersama dengan upacara
(sairei) supaya hasil yang diharapkan oleh pelakunya dapat diraih. Sebagai sebuah
situasi, ekspresi, dari sebuah pengharapan dalam bentuk simbolik, maka magi itu
sendiri adalah cara melakukan sesuatu.
Upacara matsuri yang dilakukan oleh perusahaan dilakukan tidak hanya
untuk menghilangkan bayangan gelap atau bahaya dalam produktifitas perusahaan
saja melainkan terutama untuk menakut-nakuti pengaruh jahat mistis dari menusia
yang masih hidup dan yang gaib. Sebab manusia percaya bahwa tindakan yang
bersumber dari upacara (saigi) dapat menghalau kesialan. Akan tetapi, upacara
dan prosedu-prosedur di dalamnya terkadang juga memberi efek menakutkan,
karena simbol-simbol dalam upacara juga memperlihatkan persekutuan unsur
magis, kekuatan gaib yang berbahaya. Orang Jepang sendiri pada umunya tidak
akan mengatakan bahwa matsuri memiliki sifat magi dan agama. Sehingga orang
Jepang sendiri tidak memperdulikan makna agama melainkan sudah tertanam
dalam bentuk keyakinan keagamaan yang terwujud dalam pola tindakan seharihari.
Dalam pelaksaan matsuri perusahaan Hitachi seperti pada matsuri
peringatan pendirian perusahaan (souritsukinensai) juga diselimuti oleh unsur
magis. Tujuannya juga untuk dapat memenuhi hal-hal tertentu yang berkaitan
dengan kebutuhan perusahaan dan seluruh orang-orang Hitachi.
a)
oleh perusahaan untuk mereka. Mereka hanya menaati tugas tanpa memahami
makna matsuri yang sebenarnya, karena mereka tidak bisa mangkir untuk tidak
hadir karena akan dikenai sangsi oleh pimpinan mereka. Matsuri yang
dilaksanakan memberi makna menjaga hubungan sosial bagi anggota kerabatketurunannya sebagai pelakunya, dan menghindari untuk konflik melestarikan
nilai-nilai matsuri dalam masyarakat.
Pola tindakan manusia sebagian besar ditentuka olah apa yang mereka anggap
penting sehingga penyelenggaraan matsuri memiliki konsekuensi sosial yang
penting juga. Radcliffe-Brown menyamapikan bahwa fungsi utama ritual adalah
mengekspresikan sentimen sosial utama disebut nilai-nilai: kepentingan untuk
saling mendukung dan solidaritas di antara anggota suatu komunitas.
Jinja Kumano Hitachi milik perusahaan Hitachi selalu memberikan doa
keselamatan yang banyak hanya untuk perusahaan Hitachi, serta perusahaan lain
yang memiliki afiliansi dan kepentingan dengan Hitachi juga memperoleh doa
(obunshin). Sehingga tercapainya persatuan diantara perusahaan inti dengan
cabang secara terus-menerus dan menciptakan keakraban atas keyakinan pada satu
leluhur (senso). Pernyataan keimanan seseorang terhadap kelompok atau
perusahaan dimana tempat ia mengabdi untuk bekerja, sejak awal masuk sudah
diikrarkan. Di perusahaan Hitachi setiap pegawai baru diharuskan untuk berikrar
wa makoto keitakuseishin (ikrar dari keimanan pekerja terhadap perusahaan).
Kesatuan yang sakral menjadi dasar spiritualitas korporasi 4 perusahaan dan
menjadi upaya untuk merealisasikan kesatuan ini dalam kehidupan seseorang dan
masyarakat.
b)
badan hukum
untuk
menjaganya.
Tahapan upacara yang pertama seperti dalam soritsukinensai dimulai dari
urutan perserta upacara secara urut kedudukannya dalam perusahaan memasuku
daerah upacara diawali oleh para pendeta yang memimpin oleh pendeta kepala
(guji). Peserta upacara seolah-olah seperti pegawai baru yang dibimbing untuk
memahami dan menjalankan tugasnya. Jika ada kerjaan yang tak terlaksana
sebalumnya karena kealpaan, karena pengaruh kutukan akan dikerjakan ulang
meskipun dengan cara yang tidak sama, karena krisis kehidupan tidak dapat
diulang mundur. Krisis kehidupan berlanjut terus dalam analogi.
Seluruh adegan kegiatan upacara menciptakan ruang sakral yang dalam waktu
seketika meraih struktur dan menanggalkannya. Cara ini menciptkan keteraturan
sebuah dunia kecil yang tidak berbentuk.
c)
Klasifikasi Struktur
tidak bersangkutan dengan agama; tidak kudus, tidak suci (sakral) karena sudah dinodai atau
tercemar
nyata sehingga tidak dapat bersentuhan dan bersatu dengan pekerja. Manajemen
dan pimpinan memiliki hungan ikatan yang dekat sehingga diyakini menurunkan
kekerabatan patrilinear
kehidupan - kematian
pendeta - peserta
pusat - pinggir
jinja - perusahaan
atas - bawah
manajer - pekerja
dalam - luar
kejayaan - kejatuhan
laki-laki - perempuan
Leluhur pendiri (senso) adalah dewa-dewa yang dipuja oleh para anggotanya
untuk keselamatan keturunan dan kerabat pendiri berdasarkan garis keturunan
anak laki-laki (chonan) atau pengganti melalui adopsi. Jinja dan soritsukinensai
menempatkan kesakralan pimpinan perusahaan sama dengan kesakralan pendeta
kepala, dan dalam hierarki diperlihatkan dalam upacara.
d)
Shainryoko dilakukan pada setiap musim semi dan musim gugur selama dua
hari satu malam. Ada perusahaan yang mengadakan shainryoko dengan cara
seluruh pegawai perusahaan tersebut serentak pergi secara bersama-sama. Tetapi,
kebanyakan perusahaan dewasa ini melakukannya secara kelompok di dalam
bagian atau seksi masing-masing. Lokasi tujuannya biasanya tempat pemandian
air panas atau objek wisata terkenal. Perjalanan dilakukan menggunakan kereta
atau bus yang disewa perusahaan. Tempat menginapnya adalah hotel atau ryokan
atau mes perusahaan. Kegiatan yang dilakukan adalah jalan-jalan bersama,
melihat pemandangan, pada tempat yang sudah ditentukan dalam perjalanan
tersebut dilakukan kegiatan olahraga seperti main golf skala mini. Pada malam
harinya dilaksanakan pesta perjamuan yang disertai makanan lengkap (teishoku)
dan minuman alkohol (sake). Pesta dilakukan di ruang pertemuan hotel, mes
perusahaan yang luas sehingga dapat juga melakukan kegiatan lain seperti
pertunjukan oleh pegawai, menyanyi karaoke, atau menari. Acara yang tak
Saling memberi hadiah yang dilakukan oleh pegawai disebut oseibo dan
ochugen. Merupakan ekspresi berterima kasih atas segala bantuan yang telah
diperoleh pada waktu sebelumnya. Pemberian bantuan berlangsung dalam
hubungan atas bawah lalu pemberian hadiah oseibo dan ochugen berlangsung dari
bawah ke atas sebagai bentuk penghormatan terhadap orang yang menerimanya
sebagai representasi kehidupan.
Pemberian hadiah ke orang yang lebih tinggi menegaskan struktur dalam
hubungan kekuatan atasan dan bawahan. Pemberian ini dilakukan pada bulan Juli
saat musim panas (ochugen), dan bulan Desember saat musim dingin (oseibo).
Pemberian dilakukan pada waktu-waktu tersebut untuk mengimplikasikan dari
pola pemujaan leluhur (obon) pada bulan Juli-Agustus dan pemujaan leluhur pada
akhir tahun (bonenkai).
Seluruh pusat penjualan sudah menyediakan barang-barang terkait oseibo dan
ochugen. Dan hadiah yang dipilih biasanya dalam bentuk kupon pembelian
barang atau makanan, barang atau makanan yang dapat bertahan lama seperti
kanzume, shoyu, abura, handuk, sabun. Untuk orang yang menerima pemberian
harus mengucapkan terima kasih dengan mengirim kartu ucapan reijo, sehingga
hubungan kerjasama dapat terus berlangsung.
g)
Shaso
ratusan juta yen. Sehingga shaso merupakan sebuah arena penanaman prestise
sebagai modal tertinggi perusahaan untuk memperoleh pengakuan dari
perusahaan-perusahaan lainya dan masyarakat luas sebagai sebuah perusahaan
yang jaya. Salah satu pelaksanaan sasho yang besar adalah pada pendiri National
Panasonic, Matsushita Kinosuke yang mengundang orang-orang penting dari
seluruh dunia dari Tennoheika sampai George Bush menghadiri acara tersebut.
h)
Jinja
Jinja merupakan pusat untuk melakukan pertemuan antara dunia nyata dan
gaib melalui kegiatan pelaksanaan matsuri.
Pada sisi kanan jinja terdapat tempaut untuk menyucikan tangan dan mulut
sebelum masuk ke dalam jinja (temiuzuya), di sudut ada bangunan tempat tarian
sakral (kagura) dilaksanakan. Mulai dari torii ada jalan setapak yang dibuat dari
batu (ishidatami), kemudian ada lampu besar dari batu di kanan-kiri jalan diikuti
oleh singa dengan mulut terbuka terbuat dari batu (shishiinu) untuk menjaga jinja
dari ruh jahat. Dalam bangunan tempat pemujaan (haiden), terdapat tempat doa
(noritoden) dan pusat penyembahan (honden). Di luar bangunan sejajar dengan
honden diletakkan toro di sisi kanan-kiri dan ada batasnya. Di dekatnya terdapat
sumur (idoya). Di sekeliling area jinja dipagari tembok (tamagaki).
Jinja dimiliki oleh hampir selutuh perusahaan Jepang. Jinja dan perusahaan
berhubungan satu sama lain dalam konteks kesakralan dan pusat. Kesakralan jinja
menjaga kemurnian pusat perusahaan, dan sebaliknya kekuasaan pusat disahkan
oleh keyakinan keagamaan. Ada jinja yang dibangun di kantor pusat atau toko
pusat seperti Asahijinja di toko Asahibiru, Seikoinari di kantor Shiseido. Jinja
yang dibangun di pabrik dekat dengan produk dan produksi, ada juga jinja yang
dibangun di atap luar rumah sakit. Jinja Kumano Hitachi pada perusahaan Hitachi
memuja dewa Izanaginomikoto yang merupakan dewa surga yang pertamakali
berada di bumi, diciptakan bersama Izanaminomikoto istrinya.
Izanaginomikoto,
i)
Hubungan antara yang sakral dan manusia biasa hanya dapat terlaksana
melalui perantara pendeta yang memiliki pengetahuan dan kemampuan
mentransformasikan persembahan serta memiliki kekuatan penghubung. Untuk
dapat memperoleh kesakralan dewa maka manusia harus bertapa, menjauhi dari
kehidupan dunia profan sampai dapat langsung berhubungan dengan yang sakral
diinginkan. Jinja menyediakan tempat bagi orang-orang yang ingin menjalankan
laku pertapaan.
Bangunan selain bangunan utama jinja menjadi tempat para petapa atau orang
sakit yang datang untuk memperoleh penyembuhan, gudang untuk menempatkan
pemberian yang akan dipersembahkan pada dewa, tempat persediaan barangbarang untuk kebutuhan para pemuja berupa makanan dan minuman. Bangunan di
ruang-ruang tersebut lebih berfungsi pada pemanfaatan atau peran jinja daripada
bangunan yang bersifat keagamaan.
Esensi dari matsuri adalah matsuri itu sendiri, sedangkan doa (norito) yang
ditujukan untuk dewa adalah bagian yang menciptakan esensi. Norito
menyampaikan pernyataan membujuk para dewa mau hadir. Dewa hadir dalam
dan di antara kehidupan manusia berupa kekuatan. Manusia dapat memperoleh
kekuatan dewa untuk memenuhi kehidupan dan kebutuhannya dengan memujanya.
Sehingga matsuri menyebarluaskan kehadiran dan keberadaan dewa-dewa di jinja
dalam makna, nila-nilai dan komunikasi kepada masyarakat.
j)
Penganut dari suatu jinja menyerahkan keyakinannya terhadap jinja dan dewa
yang dipuja tidak saja dalam bentuk penghormatan dan kesetiaan, tapi juga dalam
pelaksanaan kegiatan yang membutuhkan dana besar. Semakin tinggi status
seseorang akan semakin tinggi donasi yang diberikan untuk peraihan
kepentingannya.
Jinja dari sebuah komunitas atau tradisi adalah ekspresi yang jelas dan
kongkrit dari agama dalam teori agama (Pickering, 1975:210). Orang Jepang
membagi dunia secara konseptual dalam tiga bagian; bumi, langit, dan dalam
bumi. Dalam koleksi mitos Jepang Nihongi menggambarkan bumi dan langit
sebelum pemisahan sebagai sebuah massa tunggal yang kacau seperti telur, yang
menciptakan batasan-batasan yang berisi kuman. Bagian yang lebih asli dan lebih
ringan membentuk surga (ten) sedangkan unsur yang lebih berat dan tebal
membentuk bumi. Gunung yang sakral berhubungan dengan langit dan menjadi
salah satu titik tertinggi bumi dan menjadi pusat atau pintu masuk surga (ten).
Jinja memiliki fungsi tempat berdiam dewa, sebagai penguat kekuasaan
penguasa dalam kaitan memperkuat struktur keberadaannya di dalam masyarakat
dengan memanfaatkan keyakinan masyarakat melalui simbol yang sakral.
Pemikiran tentang yang sakral muncul dari kosmologi Jepang memandang dunia
dengan manusia sebagai pusat berada di tengah-tengah alam semesta dalam
jangkauan yang jauh melalui perenungan.
pendiri oleh kepala dari keturunan, dan menjelaskan niat mereka melakukan
matsuri kepada leluhur-pendiri melalui pendeta kepala (guji).
Nenchugyoji dalam Perusahaan Hitachi
Matsuri perusahaan yang biasa disebut dengan nenchugyoji mencakup
upacara keagamaan dan upacara aktual dalam manajemen perusahaan dimulai dari
menerima pegawai baru (biasanya dilakukan serentak pada tanggal 1 April).
a. Upacara Penerimaan Pegawai Baru (Nyushashiki)
Nyushashiki adalah menanamkan jalan hidup perusahaan (shafu) di dalam
kehidupan sehari-hari. Penerimaan pegawai dimulai dengan seremoni, dimana
seluruh manajer pabrik dan bahkan direktur dari kantor pusat diperkenalkan
kepada pegawai baru. Tema sebenarnya dari penerimaan pegawai baru adalah
agar tersampaikaanya keinginan perusahaan, yaitu menyampaikan dan
menegaskan kedudukan pegawai baru yang telah menjadi bagian dari
masyarakat (shakaijin). Nyushashiki merupakan pembetukan orang-orang
berkualitas untuk bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
b. Upacara Peringatan Pendirian Perusahaan-Jinja (Soritsukinensai)
Soritsukinensai masuk ke dalam kelas Niinamenomatsuri, yaitu matsuri
musim gugur sebagai media untuk saling berhubungan antara manusia
dengan ruh leluhur melalui biji padi yang baru dituai. Upacara ini dapat
diklasifikasikan sebagai ritual laki-laki atau ritual penciptaan. Memiliki
fungsi sosial yang menyebabkan staf dan pegawai mendapatkan bayangan
gelap, dimana secara struktural masuk ke dalam garis keturunan laki-laki.
Objek sakral mengarahkan perintah dengan etika dan pola yang benar,
biasanya diikuti oleh penceritaan mitos. Setiap objek memiliki makna ganda dan
selalu terkait dengan mitos tentang pertanian, dewi matahari (Amaterasu
Omikami) dan saudara laki-lakinya, Susanoomikoto. Keanggotaan pengkultusan
diberi kesempatan untuk mengikuti upacara dan memperoleh bagian dari
pemujaan dewa (bunshin). Pendeta sebagai ahli, melakukan gerakan-gerakan
beraturan, melafalkan formula (norito) dan tarian jinja.
Pengkultusan leluhur-pendiri ditampilkan melalui seperangkat kegiatan
ekonomi dalam pola pertanian, yang tidak mudah dimengerti jika tdak memahami
simbol-simbol dalam matsuri tersebut. Akumulasi simbol-simbol tersebut
mengindikasikan kekuatan leluhur-penfiri dan sekumpulan manajer laki-laki, yang
menampilkan organisasi sosial perusahaan, menekankan pada kepentingan
jaringan hubungan patrilineal (kafuchoseido).
Matsuri dapat diartikan sebagai ritual yang memiliki arti pemujaan
manusia terhadap dewa (kami) dalam aturan yang mengikat kewajiban balas budi.
Pemikiran ini dikatkan dengan pemikiran bahwa seseorang berada dalam
kewajiban balas budi (ongaeshi) dengan leluhur-pendiri karena mereka adalah
yang menghidupkan manusia. Simbol leluhur dipertahankan untuk melestarikan
penyembahan terhadap leluhur (sosensubai). Transendensi leluhur digambarkan
sebagai kepala klan (uji) atau kepala keluarga luas (honke) yang efektif, yaitu
yang dapat member perlindungan dan pertolongan pada manusia. Kami
digambarkan sebagai kepala klan yang tidak memberikan pertolongan kepada
seluruh anggota keluarga dan keturunannya, serta dapat mendatangkan bahaya.
(Hori,1998;Yanagita,1970)
Soritsukinensai dilangsungkan pada tanggal 12 Juli mencakup proses
matsuri (matsurigoto), tarian persembahan untuk dewa (kagura) dan penyatuan
dengan dewa setelah upacara termasuk dalam minum sake (naorai). Matsuri Jinja,
yang juga matsuri perusahaan Hitachi, dihadiri oleh manajemen tengah dan
bawah Hitachi Works, kerabat asli penanggung jawab jinja (ujiko jinja) dan ujiko
perusahaan, wakil serikat buruh, dan kepala seksi, yang seluruhnya berjumlah 34
orang.
Pada upacara ini, ada runtutan yang harus dilakukan. Salah satunya adalah
pendeta membagikan ranting pohon sasaki, secara hierarki bertujuan agar leluhur
datang berkunjung ke perusahaan-perusahaan ini :
1. Grup Perusahaan Industri dan Daya Hitachi
2. Grup Sistem Industri dan Daya (wakil)
3. Laboratorium Penelitian Hitachi Pabrik Hitachi (kepala)
4. Pabrik Hitachi Kasei (k) Pabrik Yamazaki
5. Pabrik Hitachi (kepala dan wakil ujiko)
6. Ujiko luar
7. Pabrik Hitachi Sistem Informasi (bagian)
8. Pabrik Hitachi Sistem Industri dan Daya (bagian)
9. Pabrik Hitachi Sistem Bangunan Mito (bagian utama)
10. Pabrik Hitachi Media Digital (bagian)
11. Hitachi Solusi Rumah & Kehidupan (Pabrik Taga)
12. Teknologi tinggi Hitachi (Pabrik Naton)
13. Wakil Serikat Buruh
14. Wakil Pasukan Pemadam Kebakaran
perusahaan
Jepang
dibangun
dan
ditegaskan
dengan
hukum
dan
pedoman-pedoman
yang
tidak
terlepas
dari
memberi
penghormatan
atas
diri
dan
lingkungannya
untuk
Pemimpin
Pimpinan
Staf
Pegawai
c. Shacho
Saling berhubungan antara tiga kelompok ini menentukan lapangan sosial budaya
dalam kelompok orang Jepang sejak periode Tokugawa.
Ringi mempresentasikan tanggung jawab simbolik, yaitu tidak memiliki
pengaruh yang banyak dalam tanggung jawab nyata dalam membuat keputusan
melainkan lebih pada makna moral dan praktikal. Mekanisme ringi berlangsung
dalam bentuk proposal menguraikan topik perkerjaan diedarkan sebagai
sosialisasi, dimulai dari satu departemen lain dalam urutan horizontal, dan
kemudian bergerak secara vertical menuju manajer senior, direktur, dan direktur
utama (shacho). Keputusan mutlak tetap berada dalam kekuasaan dan otoritas
direktur utama.
Penerimaan pegawai baru di perusahaan Jepang pada umumnya
menekankan pada lulusan baru dan upaya penanaman nilai-nilai budaya
perusahaan. Lulusan baru memudahkan pengaturan penempatan kedudukan dan
penggajian yang ditentukan berdasarkan umur. Kualifikasi untuk penerimaan
menerapkan ujian kepada setiap pelamar berdasarkan jenjang pendidikan
mencakup ujian tertulis, esai, dan wawancara (dokinyusha). Penerimaan pegawai
pindahan dari perusahaan lain dalam kelompok industrial melalui tahapan
percobaan sebagai pegawai percobaan (rinjijyugyoin). Pegawai baru perempuan di
jenjang sarjana tidak dikenakan inisiasi seperti laki-laki. Kemajuan pandangan
terhadap pegawai perempuan lulusan pascasarjana menggeser paradigma
perempuan memiliki kesempatan menduduki jenjang manajemen tengah
(Sogojosha).
Makna perusahaan bagi pekerja
Perusahaan merupakan ekspresi keyakinan keagamaan dari kekuasaan
bercorak struktur yang berkecenderungan menempatkan kemanusiaan sebagai
nilai yang dianut, keteraturan dikendalikan oleh pimpinan dalam manajemen yang
dilihat oleh ahli-ahli pengelola kehidupan seperti ahli keagamaan. Sebaliknya,
para pekerja dan perusahaan-perusahaan sebagai anggota korporasi perusahaan
dengan
simbol
kekuasaan.
Perusahaan
bagi
orang
Jepang
ini
terhadap
atasan
dianggap
menyimpang
dan
mengganggu
keharmonisan perusahaan.
Shushinkoyo merupakan bentuk pengabdian kehidupan seseorang di dalam
sebuah komunitas dan perusahaan yang muncul dalam kehidupan keluarga dan
kerabat. Pengabdian menjadi sumber ketenangan hidup individu dengan dasar
kepercayaannya pada kekuatan perusahaan. Kepentingan individu diorientasikan
untuk kepentingan hidup jangka panjang perusahaan. Sistem shushinkoyo hampir
seluruhnya beraplikasi untuk pekerja laki-laki di dalam perusahaan besar yang
berada di sektor public (Takanashi,1994).
Kaisha honI shugi merupakan faham yang dianut pekerja di suatu
perusahaan yang menempatkan perusahaan sebagai pusat kehidupan.
Kenyataan ini diperlihatkan dalam pencarian kerja oleh individu sejak
orang tersebut masih menjadi mahasiswa. Seseorang mencari sebuah
perusahaan yang sesuai untuk dirinya (shusha), bukan untuk memenuhi
kebutuja menerapkan keahlian profesionalnya (shushoku).
a.
Organisasi Perusahaan
Manajemen perusahaan Jepang dilakukan berdasarkan pada pekerjaan
Jenjang
President
Shacho
Vice-president
Fukushacho
Senmu torishimariyaku
Managing director
Jomu torishimariyaku
Department head
Bucho
Jicho
Section head
Kacho
Sub-section head
Kakaricho
Shain
Promosi berdasarkan usia begitu juga dengan jenjang, maka atasan selalu
lebih tua dalam usia (senpai) dari bawahan. Seperti dalam keluarga, orang tua
(oya) dan anak (ko), kakak-adik melemahkan frekuensi persaingan antara individu
dan kalaupun berlangsung secara siam-diam. Penyesuaian diri berdasarkan peran
pada setiap individu guna menghormati atasan sebagai yang lebih tua, sehingga
menghindari keributan yang dapat mengganggu kehidupan perusahaan. Oleh
karena itu, suatu hal yang tidak mungkin seorang pegawai baru langsung
menduduki kedudukan kepala membawahi seniornya.
c.
merupakan
menciptakan organisasi
antar-ketergantungan
yang
betujuan
untuk
CBS
(CBS-Sony)
dan
Nabisco
(Yamazaki-Nabisco)
dalam garis komando di bawah pimpinan. Dalam garis horizontal adalah bagianbagian (bu), kelompok (grup), kantor cabang (shisha) dan rumah sakit (byoin).
Tempat kerja (shokakuba) bagi orang Jepang merupakan organisasi sosial
yang utama selain memberikan fungsi ekonomi. Orang-orang yang bekerja di
dalamnya, laki-laki dan perempuan percaya bahwa kebersamaan komunal adalah
sumber kehidupan mereka. Perkerja dijaga dalam perusahaan kesetaraan dan
perlakuan adil serta kesejahteraan dan perlakuan adil serta kesejahteraan hidup
dengan gaji dan bonus yang layak (Mito). Pembuatan keputusan tersebar dengan
luas berdasarkan consensus (ringisho) berfungsi melestarikan pemusatan
kekuasaan perusahaan pada pimpinan dan kantor pusat di Jepang serta menjaga
prinsip dasar kehidupan orang dalam (uchimono) dan orang luar (yosonomono).
Dalam masyarakat Jepang, leluhur dari garis keturunan yang sudah
almarhum sipercaya sebagai sumber kepentingan tertinggi untuk pemeliharaan
hubungan baik di antara keturunan yang masih hidup di dunia nyata. Kesulitan
atau penyakit dihubungkan dengan tidak adanya perhatian dari keturunan
melakukan kumpul bersama pada waktu yang tepat untuk member persembahan
bagi leluhur (sosen suhai). Ritual persembahan untuk leluhur ini juga
mengaharuskan para peserta untuk berada dalam kondisi nyaman, tidak sedang
gusar. Matsuri leluhur menjadi model untuk hubungan baik di antara anggota
kelompok satu keturunan.
e.
menangkap
bentuk
organisasi
perusahaan
Jepang
secara
semangat untuk bekerja keras yang tidak suka berpura-pura seperti rakyat
Jepang pada umumnya. Pemimpin terdiri dari orang-orang berpandangan realistis
dan pragmatis dengan fokus pada : Pembangunan Kekuatan bangsa. Mereka
adalah para pedagang yang diorientasikan masuk ke dalam birokrasi pemerintahan.
Ekspresi keyakinan orang Jepang ini muncul dari kesadaran orang per orang akan
bertanggung jawab terhadap kelompok. Pekerja mengorbankan diri dan
keluarganya untuk kepentingan kelompok dimana ia bekerja. Keyakinan,
pengetahuan, kesadaran dan ekspresi orang Jepang berlangsung dalam paradigma
persatuan bangsa yang dengan kesadaran bahwa kerja merupakan kewajiban
tertinggi untuk kaisar (Tenno) dan negara.
Dalam teori pasar Jepang (shijo), orang Jepang sangat kaku menerima
seseorang yang berpindah-pindah pekerjaan, tidak ada hubungan dengan alasan
haknya sebagai warga negara maupun penawaran gaji yang lebih. Teori pasar
umum tidak berlaku di Jepang, karena tenaga kerja Jepang berlangsung dalam
keteraturan Ie. Pola ini menghasilkan hubungan dengan menempatkan pegawai
seperti buruh keluarga. Pegawai ikur serta di dalam perencanaan dan penyatuan
pasar (Mito,1995;54). Pernyataan metaforis ada di antara kategori struktur di luar
sistem perusahaan keseluruhan. Hal ini mendorong produktifitas kerja tidak dapat
dilakukan hanya dengan kata-kata melainkan diekspresikan dengan tindakantindakan yang bercorak metafora negative, agar setiap orang bisa menghilangkan
struktur untu mengalami transdensi. Dengan demikian, ritual dan anti ritual bagi
orang Jepang diterima sebagai 2 hal yang tidak saling bertentangan melainkan
saling melengkapi.