Anda di halaman 1dari 6

1. Coba Anda jelaskan apa yang dimaksud dengan konsep sistem sosial?

Konsep sistem sosial ini didekati dari pengertian sistem dan pengertian sosial. Pengertian sistem
adalah keseluruhan dari komponen - komponen yang saling berhubungan satu sama lain secara teratur, dan
mempunyai tujuan. Sedangkan pengertian sosial adalah sekelompok manusia dalam bermasyarakat.

Dengan demikian sistem sosial dapat diartikan dengan sistem hidup bersama atau hidup
bermasyarakat dari orang atau sekelompok orang yang di dalamnya sudah tercakup struktur, organisasi,
nilai-nilai sosial, dan aspirasi hidup serta cara mencapainya. Sistem sosial merupakan konsep untuk
menelaah asumsi-asumsi dasar dalam kehidupan masyarakat. Pemberian makna konsep sistem sosial
dianggap penting karena tidak hanya untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan sistem sosial budaya
itu sendiri, tetapi memberikan eksplanasi deskripsinya melalui kenyataan di dalam kehidupan masyarakat.

Di dalam sebuah sistem baik sistem fisik maupun sistem non-fisik selalu mempunyai ciri :

1. Sistem terdiri dari banyak bagian atau komponen.


2. Komponen-komponen sistem saling berinteraksi, berhubungan satu sama lain dalam pola saling
ketergantungan.
3. Keseluruhan sistem mempunyai tujuan atau fungsi tidak sekadar penjumlahan dari komponen
komponennya.

2. Dari tulisan/artikel tersebut di atas Anda diminta menjelaskan unsur-unsur sosial pokok dalam suatu
struktur sosial, mencakup kaidah, lembaga, kelompok dan lapisan masyarakat dari masyarakat Jawa!

Struktur sosial mencakup susunan status dan peran yang terdapat di dalam satuan sosial, ditambah
nilainilai dan norma-norma yang mengatur interaksi antar status dan antar peran sosial. Di dalam struktur
sosial terdapat unsur-unsur sosial yang pokok, seperti kaidah-kaidah sosial, lembagalembaga sosial,
kelompokkelompok sosial, dan lapisan-lapisan sosial.

Proses sosial itu sendiri merupakan hubungan timbal – balik antara bidang - bidang kehidupan
dalam masyarakat dengan memahami dan mematuhi norma – norma yang berlaku.

Masyarakat sebagai suatu sistem selalu mengalami dinamika yang mengikuti hukum sebab-akibat
(kausal). Apabila ada perubahan pada salah satu unsur atau aspek, maka unsur yang lain akan menerima
konsekuensi atau akibatnya, baik yang positif maupun yang negatif. Oleh karena itu, sosiologi melihat
masyarakat atau perubahan masyarakat selalu dalam kerangka sistemik, artinya perubahan yang terjadi di
salah satu aspek akan mempengaruhi faktor-faktor lain secara menyeluruh dan berjenjang.

Terdapat unsur-unsur sosial pokok dalam suatu struktur sosial, mencakup kaidah, lembaga, kelompok dan
lapisan masyarakat dari masyarakat Jawa dari tulisan / artikel tersebut adalah :

 Kepercayaan dan Pengetahuan


Agama menurut Geertz merupakan nilai-nilai dari suatu budaya, dimana ia melihat nilai-nilai tersebut
ada dalam suatu kumpulan makna yang terkandung dalama budaya tertentu. Dimana dengan
kumpulan makna tersebut, masing-masing individu menafsirkan pengalamannya dan mengatur tingkah
lakunya. Sehingga dengan nilai-nilai tersebut pelaku dapat mendefinisikan dunia dan pedoman apa
yang akan digunakannya.

 Perasaan dan Pikiran


Terwujudnya rasa saling menghargai antara agama dan budaya jawa.

Geerts menyatakan bahwa kebudayaan kebudayaan sebagai suatu sistem makna dan simbol yang
disusun dalam pengertian di mana individu-individu mendefinisikan dunianya, menyatakan
perasaannya dan memberikan penilaian-penilaiannya, suatu pola makna yang kirimkan secara historik
yang diwujudkan di dalam bentuk-bentuk simbolik melalui sarana di mana orang-oarang
mengkomunikasikan, mengabadikannya, dan menmgembangkan pengtahuan dan sikap-sikapnya ke
arah kehidupan; suatu kumpulan peralatan simbolik untuk mengatur perilaku. Karena kebudayaan
merupakan suatu sistem simbolik, maka proses budaya haruslah dibaca, diterjemahkan, dan
diinterpretasikan.

 Tujuan
Dengan adanya masyarakat jawa kebudayaan – kebudayaan sebagai suatu sistem sosial agar
masyarakat jawa mengalami sosialisai dan mendapatkan jaminan akan ketentraman hidupnya.

 Kaidah dan Norma


Setiap masyarakat jawa mempunyai norma – norma dan kaidah yang mengatur hubungan antara
budaya dan agama.

 Kedudukan dan Peranan


Masyarakat jawa mempunyai peranan dan kedudukan menurut Geertz membagi masyarakat jawa
menjadi 3 bagian, yaitu abangan, santri dan priayi. Dimana abangan abangan oleh Clifford Geertz
diterapkan pada kebudayaan orang desa, yaitu para petani yang kurang terpengaruh oleh pihak luar
dibandingkan dengan golongan-golongan lain di antara penduduk. Adapun istilah santri diterapkan
pada kebudayaan muslimin yang memegang peraturan dengan keras dan biasanya tinggal bersama di
kota dalam perkampungan dekat sebuah masjid yang terdiri dari para pedagang di daerah-daerah yang
lebih bersifat kota. Istilah priyayi diterapkannya pada kebudayaan kelas-kelas tertinggi yang pada
umumnya merupakan golongan bangsawan berpangkat tinggi atau rendah.

3. Dari tulisan tersebut di atas, Anda diminta menyimpulkan 3 dari 6 karateristik masyarakat majemuk
berdasarkan teori Pierre L.Van Den Berghe dari masyarakat perkotaan!

1. Dimana secara relatif integrasi sosial itu tumbuh, namun karena adanya atau diatas paksaan serta saling
ketergantungan secara ekonomi.

2. Dimana mempunyai struktur yang terbagi ke dalam lembaga non-komplementer.

3. Kurangnya mengembangkan suatu konsensus atau kesepakatan diantara anggota terhadap suatu nilai
yang bersifat mendasar tersebut.

4. Anda diminta memberikan contoh dan mendeskripsikan minimal 1 gambar perwujudan budaya yang
tercermin dalam seting ruang .
“ Bangunan rumah di desa panglipuran Bali “

Deskripsi :

Tata ruang di Bali memiliki konsep-konsep dasar yang mempengaruhi tata nilai kehidupannya, antara lain:

1) Konsep Tri Hita Karana, dalam konsep tri hita karana terdapat tiga unsur penghubung antara alam dan
manusia untuk membentuk kesempurnaan hidup, yaitu jiwa, raga, dan tenaga. Tiga sumber kebahagiaan
tersebut akan tercipta dengan memperhatikan keharmonisan hubungan antara manusia dengan
Pencipta, manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam.
2) Konsep hirarki ruang, Tri Angga, merupakan salah satu bagian dari Konsep Tri Hita Karana, yaitu tentang
konsep pembagian sistem zona dalam perencanaan arsitektur tradisional Bali yang terdiri dari utama,
madya dan nista.

3) Konsep orientasi kosmologi, Nawa Sanga atau Sanga Mandala, konsep keseimbangan yang tersusun dari
tiga sumbu yaitu: Sumbu kosmos Tri Loka: Bhur, Bhuwah dan Swah (hidrosfir, litosfir dan atmosfir);
Sumbu ritual kangin-kauh (terbit dan terbenamnya matahari) dan Sumbu natural Kaja-Kelod (gunung dan
laut).

4) Konsep Rwe Bhineda (hulu - teben, purusa - pradana), hulu - teben merupakan dua kutub berkawan
dimana hulu bernilai utama dan teben bernilai nista/kotor, sedangkan purusa (jantan) - pradana (betina)
merupakan embrio dari suatu kehidupan.

5) Konsep keharmonisan dengan lingkungan, konsep pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungannya.
Secara umum Desa Adat Penglipuran memiliki konsep Tri Hita Karana yang diimplementasikan wujudnya
menjadi :
1) Parhyangan, merupakan unit lokasi kawasan suci dan tempat suci (pura) tertentu besar maupun
kecil sebagai pengejawantahan unsur ke-Tuhanan-nya.

2) Pawongan, berarti masyarakat penghuni kawasan beserta keorganisasian tradisional yang ada
sebagai perwujudan unsur manusianya (penghuninya).

3) Palemahan, bermakna wilayah dalam batas-batas definitif beserta unsur perumahan, pekarangan,
lingkungan sebagai wujud proyeksi unsur alamnya.

Desa Penglipuran memiliki 76 kavling pekarangan dan rumah tempat bermukim warga terbagi dalam dua
jajaran yaitu di Barat 38 rumah dan di Timur 38 rumah. Banyaknya jenis komposisi rumah dalam satu unit
rumah di desa Penglipuran, setiap satu unit bangunan bisa terdapat 4 bangunan pokok, dan sisanya bisa
lebih tergantung jumlah anggota keluarga. Yang menjadi perbedaan adalah komposisi bangunan pada
daerah sisi Kauh (sebelah Barat) dan daerah sisi Kangin (sebelah Timur) yaitu Rumah adat di sisi Kauh
(Barat), tempat suci (sanggah) terletak disebelah Utara Angkul-angkul, dan Bale Sakenem terletak di sebelah
selatan yang berada satu garis lurus dengan angkul-angkul, sedangkan Paon (dapur) dan Loji terletak di
sebelah barat sanggah, dimana loji menghadap ke arah timur. Oleh karenanya posisi rumah bagian sisi Kauh
(Barat) dan sisi Kangin (Timur) bagi setiap orang yang memasuki Angkul-angkul (Gapura) di rumah sisi Kauh
(Barat) dengan pura tempat sembahyang, sedangkan di rumah sisi Kangin (Timur) jika masuk gapura akan
langsung bertemu dengan bale sakenem.

Desa Adat Penglipuran secara administratif tepatnya terletak di wilayah Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli,
Kabupaten Bangli Provinsi Bali. Desa Penglipuran ini dapat dicapai dari sisi timur melalui jalan raya
BangliKintamani, setelah sampai di Desa Kubu belok ke kiri dan dari sisi utara melalui jalan Kintamani-
Kayuamba Bangli.
Adapun batas-batas wilayah Desa Penglipuran adalah sebagai beikut :
1) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Adat Kayang.
2) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Adat Kubu.
3) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Adat Cempaga.
4) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Adat Cekeng.

Desa Adat Penglipuran terhubung dengan jalan kolektor menuju pusat Kota Bangli sehingga memudahkan
akses penduduk desa menuju kota yang berjarak kurang lebih 5 km.
“ Aktivitas di Desa Panglipuran Bali

Desa Adat Penglipuran merupakan sebuah lanskap tradisional yang memiliki prinsip ekologis dalam adat
dan budaya masyarakatnya. Dalam mencapai kondisi berkelanjutan tersebut muncul pemikiran-pemikiran
dan pendekatan-pendekatan baru dalam desain diantaranya desain ekologis (ecological design), desain
berkelanjutan secara ekologis (ecologically sustainable design), desain hijau (green design), dan lain-lainnya,
dimana istilah-istilah tersebut menggambarkan penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam merancang
bangunan maupun lanskap (Kibert 2008). Desa Adat Penglipuran merupakan salah satu desa tradisional di
Bali yang disebut sebagai Bali Aga (Bali Mula/Bali Kuna). Pada umumnya Bali Aga merupakan desa tradisonal
yang masyarakatnya tidak menganut sistem kasta seperti pada umumnya masyarakat di Bali. Pendeta
tertinggi tidak melakukan upacara padiksan dan kepemimpinan desa umumnya menganut pola kembar
ataupun kolektif, berdasarkan sistem hulu apad atau senioritas. Hal menarik dari Desa Adat Penglipuran
adalah pada pola ruang dan rumah adatnya yang memiliki ruang terbuka cukup luas memanjang dari utara
ke selatan untuk membagi desa menjadi dua bagian. Ruang terbuka itu pada umumnya dilapisi batu, bagian
yang tinggi mendekati pegunungan atau bukit. Dari hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa secara
garis besar areal Desa Penglipuran terbagi atas tiga bagian besar, yaitu area permukiman/hunian penduduk
yang terletak di tengah-tengah, area pertanian berupa tegalan (kebun dan ladang), dan area hutan bambu
maupun hutan alami. Area pertanian banyak terdapat pada bagian tengah dan selatan desa diluar area inti
desa. Letak Desa Adat Penglipuran yang berada dekat dengan wilayah pegunungan menyebabkan bentuk
lahan desa ini berlereng menurun ke arah selatan dengan kemiringan rata-rata antara 10-45% dengan jenis
tanah lempung berpasir, sehingga sangat cocok untuk area pertanian.

Anda mungkin juga menyukai