Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya
Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka Penyelesaikan Studi Strata 1
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nama
NIM
: Ela Nisriyana
: 1314000025
SURAT KETERANGAN
Nama
: Ela Nisriyana
NIM
: 1314000025
Jurusan
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs.H.Sugiyo,M.Si
NIP.130675639
NIP.131754158
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling
ABSTRAK
Ela Nisriyana. 2007. Hubungan interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya
dengan motivasi belajar siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Pegandon tahun
pelajaran 2006/ 2007.
Motivasi merupakan dorongan, suatu usaha yang didasari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk melakukan
sesuatu sehingga mencapai hasil. Motivasi menyebabkan terjadinya suatu
perubahan energi yang ada pada manusia, sehingga akan bergayut pada persoalan
gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak melakukan
sesuatu. Menurut teori social interction, interaksi sosial yang membentuk
motivasi kita. Keinginan untuk tampil seragam dengan orang lain yang
menjadikan kita berperilaku tertentu. Sedangkan menurut prinsip motivasi teori
dari Behavioristik, menyatakan bahwa seorang siswa yang duduk di sekolah
tingkat pertama lebih termotivasi dalam belajar kalau penguatan dari teman
sebaya daripada guru sendiri (Prayitno 1989: 54). Pendapat lain, menurut Slamet
Santosa (2004: 77) di dalam kelompok teman sebaya tidak dipentingkan adanya
struktur organisasi, namun diantara anggota kelompok merasakan adanya
tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompoknya. Mengacu pada
teori- teori tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan interaksi
sosial dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar.Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan antara interaksi sosial dalam kelompok
teman sebaya dengan motivasi belajar siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Pegandon
Tahun Pelajaran 2006/ 2007. Populasi penelitian adalah siswa kelas IX SMP
Negeri 1 Pegandon tahun pelajaran 2006/ 2007. Sampel penelitian 43 siswa.
Pengambilan sampel dengan teknik proporsional random sampling. Metode
pengumpulan data dengan skala psikologi, yaitu skala interaksi sosial dan skala
motovasi belajar. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan
analisis deskriptif persentase. Hasil analisis deskriptif persentase interaksi sosial
menunjukkan bahwa 18,60 % termasuk kriteria sangat tinggi, 74,42% kriteria
tinggi, 4,65% kriteria sedang,dan 2,33% dalam kriteria rendah. Sedangkan
deskriptif persentase motivasi belajar menunjukkan bahwa 51,16% termasuk
kriteri sangat tinggi, 46,51% kriteria tinggi, dan 2,33% kriteria sedang. Mengacu
pada hasil penelitian, diharapkan kepada guru pembimbing untuk dapat
memanfaatkan interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya guna memotivasi
siswa dalam belajar. Karena interaksi dengan kelompok teman sebaya mampunyai
pengaruh yang besar dalam perkembangan pemikiran siswa. Dengan interaksi ini,
siswa dapat membandingkan pemikiran dan pengetahuannya dengan orang lain.
Siswa semakin tertantang untuk memperkembangkan pemikiran dan
pengetahuannya sendiri. Tantangan kelompok akan membantu anak melakukan
asimilasi dan akomodasi terhadap skema pengetahuan yang telah dimilikinya.
Motto:
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh- sungguh (urusan) yang
lain dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap.
(QS. Al Insyiroh, ayat 6-8)
Persembahan:
1. Bapak dan Ibuku tercinta
2. Kakak- kakak dan adik- adikku
3. Guru-guruku
4. By Syukur
5. Almamater
KATA PENGANTAR
2.
3.
Bapak Drs. H. Suharso, M.Pd. Kons. Selaku ketua jurusan Bimbingan dan
Konseling, Universitas Negeri Semarang sekaligus dosen pembimbing
kedua, yang dengan penuh pengertian selalu memberikan perhatian dan
dorongan semangat agar penulis segera menyelesaikan skripsi ini.
4.
5.
Tim penguji skripsi, terima kasih untuk waktu yang telah diluangkan, pikiran
yang telah dituangkan untuk memberikan bimbingan demi kesempurnaan
skripsi ini.
6.
Kepala SMP Negeri I Pegandon yang telah berkenan memberikan ijin kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
7.
Para guru dan Siswa kelas IX SMP Negeri I Pegandon yang telah berkenan
memberi bantuan informasi dan kesempatan untuk melakukan penelitian.
8.
Bapak dan Ibuku tercinta, kakak-kakak serta adik- adikku, terima kasih atas
samudera kasih yang tiada bertepi.
9.
Penulis
KATA PENGANTAR
2.
3.
Bapak Drs. H. Suharso, M.Pd. Kons. Selaku ketua jurusan Bimbingan dan
Konseling, Universitas Negeri Semarang sekaligus dosen pembimbing
kedua, yang dengan penuh pengertian selalu memberikan perhatian dan
dorongan semangat agar penulis segera menyelesaikan skripsi ini.
4.
5.
Tim penguji skripsi, terima kasih untuk waktu yang telah diluangkan, pikiran
yang telah dituangkan untuk memberikan bimbingan demi kebaikan skripsi
ini.
6.
Kepala SMP Negeri I Pegandon yang telah berkenan memberikan ijin kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
7.
Para guru dan Siswa kelas IX SMP Negeri I Pegandon yang telah berkenan
memberi bantuan informasi dan kesempatan untuk melakukan penelitian.
8.
9.
Mba Mun, mba Yunas, mba Roy, dIliya, dBahar, dArin, terima kasih atas
samudera kasih yang tiada bertepi.
9.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
ABSTRAK ...........................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR .........................................................................................v
DAFTAR ISI.......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................6
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................6
E. Penegasan Judul .................................................................................7
F. Sistematika Skripsi.............................................................................8
BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi ....................................................................10
2. Ciri- ciri Motivasi........................................................................12
3. Fungsi Motivasi dalam Belajar ...................................................14
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi Motivasi dalan belajar........14
5. Macam- macam Motivasi ...........................................................17
6. Bentuk- bentuk Motivasi di Sekolah...........................................17
7. Konsep Terbentuknya Motivasi ..................................................20
B. Interaksi Sosial dalam kelompok teman sebaya
Interaksi sosial
1. Pengertian Interaksi Sosial..........................................................21
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi Interaksi Sosial...................22
3. Bentuk- bentuk Interaksi Sosial ..................................................23
4. Jenis- jenis Interaksi Sosial .........................................................24
Kelompok Teman Sebaya
1. Pengertian Kelompok Teman Sebaya .........................................24
2. Hakekat Kelompok Teman Sebaya.............................................25
3. Fungsi Kelompok Teman Sebaya ...............................................26
4. Kelompok Sebaya Sebagai Situasi Belajar .................................27
5. Macam- macam Kelompok Teman Sebaya ................................27
C. Hubungan Interaksi Sosial dalam Kelompok Teman Sebaya dengan
Motivasi Belajar. ...............................................................................29
D. Hipotesis............................................................................................32
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Halaman
2.
3.
4.
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu proses atau sistem yang terdiri dari bebrapa
komponeen. Kelancaran jalannya komponen akan membawa kelancaran pada
proses pendidikan. Keberhasilan pendidikan tentunya tidak lepas dari belajar.
Untuk meningkatkan hasil belajar dibutuhkan motivasi dalam belajar.
Dalam kehidupan sehari- hari, orang sebagai individu yang hidup di tengah
masyarakat ingin diakui sebagai salah satu bagian dari mereka. Keinginan
dihitung timbul dari kebutuhan akan pengakuan. Demikian juga pengakuan dari
lingkungan berpangkal pada keadaan individu itu sendiri. Misalnya, pribadinya,
kemampuan yang dimiliki, prestasi. Pendapat dan evaluasi dari pihak lain
merupakan suatu refleksi objektif dan harga diri pribadi dan dinamika
pengakuannya ditentukan oleh adanya hubungan yang bersifat intrinsik dengan
kebutuhan.
Motivasi menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada
manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan
juga emosi, untuk kemudian bertindak melakukan sesuatu.
Teori Bandura
dengan motivasi yang dimiliki oleh individu, individu dapatkan dari pengadopsian
motivasi perilaku- perilaku yang dilihatnya dari lingkungan sekitar.
Teori social interaction, interaksi sosial yang membentuk motivasi kita.
Keinginan untuk tampil seragam dengan orang lain yang menjadikan kita
berperilaku tertentu. (Muhammad 2001:2)
Nickolas Cottrel (1968) melakukan ekperimen dengan orang yang
ditutup matanya (kelompok A) dan tidak ditutup matanya
(kelompok B). Kelompok A, walau tahu akan kehadiran orng lain
tidak terpengaruh prestasinya, sedangkan kelompok B terpengaruh.
Sebab kelompok B dapat melihat orang lain itu dan memperkirakan
bagaimana harapan orang lain itu mengenai prestasinya (terkejut,
heran, cemas, bersemangat dan sebagainya). Dan kesan mengenai
orang lain itu yang meningkatkan prestasinya.(Sarwono 2005:98)
Dalam beberapa penelitian yang mendahului, diperoleh hasil sebagai
berikut:
Penelititian Utomo (2005) menyimpulkan bahwa ada perbedaan motivasi
berprestasi yang signifikan antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dan siswa
yang bukan pengurus OSIS di SMU Yayasan Pendidikan Semarang tahun ajaran
2004- 2005.
Penelitian Lestari (2003) menyatakan bahwa teman- teman sekelas yang
sudah memiliki motivasi belajar yang tinggi memberikan pengaruh yang sangat
besar dalam membantu memotivasi siswa yang belum termotivasi belajarnya.
Sehingga siswa yang mengalami motivasi belajar rendah merasa ingin juga
memiliki motivasi tinggi seperti teman- teman yang telah memperoleh prestasi.
Penelitian Solekhah (2002) Menyimpulkan bahwa ada perbedaan motivasi
belajar mahasiswa, antara dosen dan mahasiswa yang mendapat interaksi
perencanaan dengan interaksi yang dilakukan apa adanya atau tanpa perencanaan
terhadap mahasiswa program studi keperawatan.
dan oleh karena itu ia giat belajar, melakukan tugas- tugas dengan baik, agar dapat
memperoleh pembenaran tersebut. Bagi remaja yang bersekolah untuk masa
remaja awal, ada unsur- unsur yang menjadi standar dalam memilih kelompok
teman sebaya. Diantaranya pola tingkah laku, minat atau kesenangan, kepribadian
atau nilai yang dianut. Apa yang mereka jadikan standar dilihatnya tentang
keserasian dan kesamaannya. Semakin besar atau banyak keserasian yang mereka
miliki maka semakin erat pula persahabatan diantara mereka. Dalam kelompok
teman sebaya, teman adalah tempat berkaca, sebagai orang yang paling dekat,
teman bisa memberi gambaran tentang diri sendiri dari dekat, bahkan kadangkadang remaja dapat diberi identitas berdasarkan dengan siapa dia berteman.
Seperti halnya terjadi di SMP I Pegandon Kabupaten Kendal, menurut
informasi guru pembimbing dan observasi di lapangan, para siswa di sekolah ini
telah memiliki kelompok teman sebayanya sendiri- sendiri, yang dalam
pemilihanya tidak ditentukan oleh jenjang kelas (sekolah) dan tidak harus dalam
satu kelas. Selain itu, rata- rata dalam satu kelompok memiliki minat atau
kesenangan serta pola tingkah laku yang sama. Sehingga jika dalam suatu
kelompok ada anggota kelompok yang memiliki prestasi yang baik maka anggota
yang lainnya akan termotivasi untuk menjadi identik atau berusaha untuk meraih
hasil yang tidak jauh beda. Dalam hal ini remaja butuh pengakuan dari guru dan
teman-temannya sebagai sumber motivasi dalam belajar.
Melihat fenomena yang ada di lapangan belum dapat diketahui dengan pasti
hubungan interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar.
Hal ini dikarenakan belum ada penelitian yang mengulas mengenai hubungan
interaksi sosial dalam kelompok sebaya dengan motivasi belajar. Oleh sebab itu
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Hubungan Interaksi Sosial
dalam Kelompok Sebaya dengan Motivasi Belajar Siswa kelas IX di SMP Negeri
I Pegandon Kendal Tahun Pelajaran 2006/ 2007
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan
penelitian
C. Tujuan Penelitian
Pada penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah Untuk mengetahui
hubungan antara interaksi sosial dalam kelompok sebaya dengan motivasi belajar
siswa kelas IX di SMP Negeri I Pegandon Kendal tahun pelajaran 2006/ 2007.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan
ilmu dalam bidang pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling yaitu
membantu siswa dalam menumbuhkan serta meningkatkan motivasi belajar
sehingga pencapaian hasil belajar yang optimal dapat tercapai.
2. Praktis
a. Bagi siswa
Menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam belajar serta mampu
memotivasi teman yang lain.
b. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan positif bagi
sekolah, khususnya dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
E. Penegasan Judul
1. Interaksi Sosial: Suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang
menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan
masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. (Ali, 2004: 87)
Menurut H Bonner, interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua
orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi,
mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. (Sarlito, 2004:3)
2. Motivasi Belajar: Kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
belajar. Seseorang yang memiliki motivasi yang
terkait dengan fenomena yang terjadi pada objek penelitian, permasalahan yang
ada, penegasan istilah pada judul skripsi ini, tujuan diadakannya penelitian,
manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dan garis besar sistematika skripsi.
Bab II Landasan Teori, dalam bab ini diuraikan tentang motivasi belajar
yang berisi, pengertian motivasi, fungsi motivasi dalam belajar, faktor- faktor
yang mempengaruhi motivasi belajar,ciri- ciri motivasi, macam- macam motivasi,
bentuk- bentuk motivasi di sekolah. Interaksi sosial, yang berisi pengertian
interaksi sosial, faktor- faktor yang mempengaruhi interaksi sosial, bentuk- bentuk
dan jenis- jenis interaksi sosial.kelompok sebaya , yang berisi tentang pengertian,
hakekat, fungsi kelompok sebaya, kelompok sebaya dalam situasi belajar dan
macam- macam kelompok sebaya, hubungan interaksi sosial dalam kelompok
sebaya dengan motivasi belajar serta hipotesis yang digunakan.
Bab III Metodologi penelitian,
penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel dan teknik sampling, metode
pengumpulan data, metode penentuan validitas dan reabilitas dan analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian, bab ini berisi tentang persiapan penelitian,
pelaksanaan penelitian, prosedur pengumpulan data dan hasil penelitian serta
pembahasan masing- masing variabel.
Bab V Penutup, dalam bab ini memuat kesimpulan dan saran- saran atas
dasar temuan dan hasil penelitian.
Bagian akhir skripsi yang meliputi daftar pustaka yang berkaitan dengan
penelitian dan lampiran yang memuat kelengkapan data dan analisisnya.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses untuk merubah tingkah
laku ke arah yang diinginkan, dengan pendidikan manusia mampu menyikapi tabir
yang ada di alam sekitarnya, dengan harapan dapat menjangkau
kehidupan
yang lebih baik di masa yang akan datang dengan pola pikir yang kritis dan
sistematis
Pendidikan merupakan suatu proses atau sistem yang terdiri dari
beberapa komponen. Kelancaran jalannya komponen akan membawa kelancaran
pada proses pendidikan. Keberhasilan pendidikan tentunya tidak lepas dari
belajar. Untuk meningkatkan hasil belajar dibutuhkan motivasi dalam belajar.
Motivasi adalah semua hal (verbal, fisik, psikologis) yang membuat
seseorang melakukan sebagai respon (Stevenson,2001:2). Menurut Sudarsono
(1997:31) motivasi adalah tenaga yang mendorong seeorang untuk berbuat.
Sedangkan menurut Sardiman (2004: 73) motivasi adalah daya penggerak yang
telah menjadi aktif
Slavin (Anni dkk,2005:111) mendefinisikan motivasi sebagai proses
internal yang mengaktifkan, memandu dan memelihara perilaku seseorang secara
terus-menerus. Sedangkan menurut Brophy (Prayitno,1989:8) mendefinisikan
motivasi sebagai energi penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku
11
motivasi itu sebagai suatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya
perubahan suatu energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut
dengan persoalan kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak
atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan
atau keinginan.
Dari beberapa pengertian tentang motivasi di atas dapat disimpulkan
12
Pada
saat
kebutuhan
belum
terpenuhi,
individu
mengalami
13
14
15
16
afeksi
berkaitan
dengan
pengalaman
emosional,
17
18
belajar, sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubahubah, dan juga mungkin komponen- komponen lain dalam proses
pembelajaran ada yang kurang menarik bagi siswa.
Di dalam kegiatan belajar dan mengajar peranan motivasi baik
intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar
dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan
memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
6. Bentuk- bentuk Motivasi di Sekolah
Bentuk- bentuk untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan
belajar di sekolah menurut Sardiman (2004 :91)
a. Memberi angka
Angka- angka yang baik bagi siswa merupakan motivasi yang
kuat. Tetapi ada juga, siswa yang belajar hanya ingin naik kelas saja. Ini
menunjukkkan
motivasi
yang
dimilikinya
kurang
berbobot
bila
19
pekerjaan tersebut.
c. Saingan atau kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual
maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Hal ini dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa.
d. Ego- involvement
Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk
mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian
tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri.
e. Memberi ulangan.
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui ada
ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana
motivasi.
f. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apabila kalau terjadi
kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin
mengetahui bahwa grafik hasi belajar meningkat, maka ada motivasi pada
diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus
meningkat.
g. Pujian
Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat akan memupuk
20
memahami
tujuan
yang
harus
dicapai
akan
yang
diasumsikan
mempunyai
kebutuhan
akan
21
penghargaan dan pengakuan, maka timbullah upaya berupa tingkah laku untuk
mencapai tujuan yaitu kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan. Misalnya
seorang siswa yang memiliki kebutuhan untuk diakui dan dihargai oleh
teman- teman satu kelas, siswa tersebut mengambil keputusan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut dengan merebut kejuaraan kelas dalam ulangan
semester dengan tujuan agar teman- temannya memberikan penghargaan dan
pengakuan.
Setiap orang dapat membuat reaksi- reaksi yang diperlukan berupa
tingkah laku untuk mencapai tujuan. Tingkah laku merupakan realisasi dari
usaha pemenuhan suatu kebutuhan. Kebutuhan dapat dipandang sebagai suatu
aturan yang obyektif terdapat dalam diri individu yang akan terpenuhi akan
menyebabkan tercapainya suatu kepuasan dan adanya penyesuaian antara
individu dengan lingkungannya.
Menurut Martin Handoko (2006 : 51) konsep terbentuknya motivasi
adalah sebagai berikut :
Dorongan
Perbuatan
Motif
Tujuan
Kebutuhan
Motivasi
Gambar. 1
Organisme manusia selalu berusaha memenuhi suatu keseimbangan,
apabila keseimbangan itu terganggu, akan mengakibatkan suatu ketegangan
22
B. Interaksi Sosial
1. Pengertian Interaksi sosial
Thibaut dan Kelley, mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa
saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir
bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sam lain atau berkomunikasi
satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan
untuk mempengaruhi individu lain. (Ali, 2004: 87)
Menurut Homans (Ali, 2004: 87) mendefisikan interaksi sebagai
suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap
individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu
tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang
dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa suatu tindakan
yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi
tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.
Shaw mendefinisikan bahwa interaksi adalah suatu pertukaran
antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama
lain dalam kehadiran mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi
satu sama lain. (Ali, 2004: 87).
Menurut
hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu
23
24
imitasi saja.
3. Bentuk- bentuk Interaksi Sosial
Menurut Park dan Burgess (Santosa,2004:12) bentuk interaksi sosial
dapat berupa:
a. Kerja sama
Kerja sama ialah suatu bentuk interaksi sosial dimana orangorang atau kelompok-mkelompok bekerja sama Bantumembantu untuk mencapai tujuan bersama. Misal, gotongroyong membersihkan halaman sekolah.
b. Persaingan
Persaingan adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana orangorang atau kelompok- kelompok berlomba meraih tujuan yang
sama.
c. Pertentangan.
Pertentangan adalah bentuk interaksi sosial yang berupa
perjuangan yang langsung dan sadar antara orang dengan
orang atau kelompok dengan kelompok untuk mencapai tujuan
yang sama
d. Persesuaian
Persesuaian ialah proses penyesuaian dimana orang- orang
atau kelompok- kelompok yang sedang bertentangan
bersepakat untuk menyudahi pertentangan tersebut atau setuju
untuk mencegah pertentangan yang berlarut- larut dengan
melakukan interaksi damai baik bersifat sementara maupun
bersifat kekal.
Selain itu akomodasi juga mempunyai arti yang lebih luas
yaitu, penyesuaian antara orang yang satu dengan orang yang
lain, antara seseorang dengan kelompok, antara kelompok
yang satu dengan kelompok yang lain.
e. Perpaduan
Perpaduan adalah suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan,
yang ditandai dengan usaha-usaha mengurangi perbedaan
yang terdapat di antara individu atau kelompok. Dan juga
merupakan usaha- usaha untuk mempertinggi kesatuan
tindakan, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan
kepentingan dan tujuan bersama.
4. Jenis- jenis Interaksi
Menurut Shaw (Ali,2004: 88) membedakan interaksi dalam menjadi
tiga jenis, yaitu:
25
26
Dunia
orang
dewasa
Anak
Dunia
teman
sebaya
27
28
b. Teman Kecil
Kelompok ini biasanya terdiri dari kelompok teman- teman dekat.
c. Kelompok Besar
29
30
(dalam
Sarlito)
telah
melakukan
penelitian
yang
mengungkapkan bahwa anak- anak (9- 13 tahun), teman dekat adalah yang paling
besar pengaruhnya, menyusul orang tua, keluarga, dan anak- anak lain. Jadi yang
paling berpengaruh adalah faktor kedekatan dan keakraban.
Penelitian Utomo (2005) menyimpulkan bahwa ada perbedaan motivasi
berprestasi yang signifikan antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dan siswa
yang bukan pengurus OSIS di SMU Yayasan Pendidikan Ekonomi Semarang
tahun ajaran 2004- 2005.
Hasil penelitian Wibisono (2004) menyimpulkan bahwa ada korelasi
31
positif antara interaksi remaja dalam peer group dengan keputusan remaja remaja
pada siswa kelas I, II, dan III SMU Unggulan Nurul Islami. Hal ini menunjuk
bahwa di dalam pengambilan keputusan para remaja dipengaruhi oleh
interaksinya dengan peer group atau kelompok teman sebaya.
Telah diketahui bersama, bahwa manusia makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri tanpa bantuan oang lain, maka dari itu manusia pasti hidup
berkelompok. Demikian juga remaja terutama di sekolah yang usianya sebaya
cenderung hidup berkelompok secara unik yang biasa disebut kelompok teman
sebaya atau tema sebaya, yang di dalamnya terdapat hubungan emosional yang
eratdalam interaksi antaranggota kelompoknya.
Kelompok teman sebaya, merupakan sarana bagi remaja untuk saling
berinteraksi, setiap kelompok teman sebaya, memiliki peraturan- peraturan
sendiri, mempunyai harapan- harapan sendiri bagi para anggotanya. Melalui
kelompok teman sebaya remaja akan belajar standar moralitas orang dewasa,
bermain secara baik, kerja sama, kejujuran dan tanggungjawab. Di dalam
kelompok teman sebaya remaja dapat merasa diterima, dibutuhkan, dihargai.
Dengan demikian mereka dapat merasakan adanya kepuasan dalam interaksi
sosialnya.
Interaksi menurut menurut Shaw (Ali,2004:87) merupakan suatu
pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya
satu sama lain dalam kehadiran mereka dan masing- masing perilaku
mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini, tindakan yang dilakukan seseorang
dalam suatu interaksi merupakan stimulus bagi individu lain yang menjadi
pasangannya.
32
diantara mereka.
Keinginan di hitung timbul dari kebutuhan akan pengakuan. Bagi remaja yang
bersekolah untuk masa remaja awal, ada unsur- unsur yang menjadi standar dalam
memilih kelompok teman sebaya. Diantaranya pola tingkah laku, minat atau
33
kesenangan, kepribadian atau nilai yang dianut. Apa yang mereka jadikan standar
dilihatnya tentang keserasian dan kesamaannya. Semakin besar atau banyak
keserasian yang mereka miliki maka semakin erat pula persahabatan diantara
mereka.
Dalam kelompok teman sebaya, teman adalah tempat berkaca, sebagai
orang yang paling dekat, teman bisa memberi gambaran tentang diri sendiri dari
dekat, bahkan kadang- kadang remaja dapat diberi identitas berdasarkan dengan
siapa dia berteman. Dengan demikian, respon anak terhadap kesulitan atau
hambatan, banyak tergantung juga pada keadaan dan sikap lingkungan.
Sehubungan dengan ini, maka peranan motivasi sangat penting di dalam upaya
menciptakan kondisi- kondisi tertentu yang lebih kondusif untuk memperoleh
keunggulan. Menjadi identik atau berusaha untuk meraih hasil yang tidak jauh
beda. Dalam hal ini remaja butuh pengakuan dari guru dan teman- temannya
sebagai sumber motivasi dalam belajar.
E. Hipotesis
Berdasarkan konsep teori di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:
Ada hubungan antara interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dengan
motivasi belajar kelas IX di SMP Negeri I Pegandon.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang.
Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu
penelitian kualitatatif dan penelitian kuantitatif (Sugiyono, 2005:14)
Bila dilihat kedalaman analisisnya, jenis penelitian terbagi atas penelitian
deskriptif dan penelitian inferensial (Sugiyono, 2005:12). Jika dipandang dari sifat
permasalahannya, terdapat delapan jenis penelitian yaitu penelitian historis,
penelitian deskriptif, penelitian perkembangan, penelitian kasus atau lapangan.
Penelitian korelasional, penelitian kausal komparatif, penelitian eksperimental dan
penelitian tindakan.
Berdasarkan dengan judul penelitian ini, yaitu Hubungan Interaksi Sosial
33
dalam kelompok teman sebaya dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas IX
SMP Negeri I Pegandon Kabupaten Kendal Tahun ajaran 2006/ 2007, maka
dapat disimpulkan bahwa jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kuantitatif korelasional. Sebab penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan
antara dua variabel. Dalam menganalisis data dengan menggunakan data- data
numerikal atau angka yang diolah dengan metode statistik, setelah diperoleh
hasilnya, kemudian dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang didasari
oleh angka yang diolah dengan metode statistik tersebut.
KELAS
JUMLAH SISWA
1.
Kelas IX.1
44
2.
Kelas IX.2
44
3.
Kelas IX.3
43
4.
Kelas IX.4
43
5.
Kelas IX.5
43
JUMLAH
217
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki populasi tersebut (Sugiyono,2005:56). Karena sampel merupakan bagian
dari populasi, maka harus memilih ciri- ciri yang dimiliki oleh populasinya.
Sampel harus memiliki paling sedikit satu sifat yang sama, baik sifat kodrat
maupun sifat- sifat pengkhususan. Proporsi jumlah sampel yang diambil
tergantung pada sifat populasi, artinya jika keadaan populasi homogen, sampel
tidak perlu terlalu banyak, tetapi jika keadaan populasi heterogen maka sampel
seyogyanya dalam jumlah yang banyak. Homogenitas sampel pada penelitian ini
yaitu kelas. Karena kelas merupakan kelompok teman sebaya yang ada di sekolah
dan keberadaan anggotanya bersifat tetap. Alasan peneliti memilih kelas IX
karena kelas tertinggi di jenjang SMP yaitu kelas IX. Berarti interaksi sosial yang
lama terjalin yaitu kelas IX. Dengan asumsi, kedekatan antar siswa lebih dalam.
Berdasarkan pendapat di atas, maka pada penelitian ini untuk ukuran jumlah
sampelnya sebagian dari jumlah populasi yang ada, yang jumlahnya 217 siswa.
Arikunto (1998; 126) menuliskan Ukuran jumlah sampel pada penelitian, jika
populasinya sedikit bisa 10- 15 % atau 20- 25% jika populasinya banyak.
Dengan demikian, pada penelitian ini diambil 20 % dari populasi sehingga
jumlah sampelnya adalah 20% X 217 siswa = 43 siswa. Alasan peneliti
menggunakan 20% pada penentuan ukuran jumlah sampel karena:
a. Jumlah siswa (217) yang tidak mungkin diambil semua menjadi sampel
b. Agar semua kelas terwakili menjadi sampel
Dalam pengambilan jumlah sampel dengan mengikuti teknik sampling.
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. (Sugiyono,2005:56).
Adapun teknik pengambilan sampel, dengan menggunakan teknik
proporsional random sampling. Alasan menggunakan teknik ini karena yang
menjadi populasi dalam penelitian ini hanya siswa kelas IX SMP Negeri I
Pegandon Kabupaten Kendal, dalam setiap kelasnya diambil jumlah yang sama
untuk memperoleh pertimbangan masing- masing kelas.
Tabel. 2
SAMPEL PENELITIAN
NO
KELAS
JUMLAH SISWA
PROSENTASE
1.
Kelas IX.1
44
20% X 44 = 8.6 %
2.
Kelas IX.2
44
20% X 44 = 8.6 %
3.
Kelas IX.3
43
20% X 43 = 8.2 %
4.
Kelas IX.4
43
20% X 43 = 8.2 %
5.
Kelas IX.5
43
20% X 43 = 8.2 %
JUMLAH
217
20 % X 217 = 43,4
C. Variabel
Menurut Sugiyono, Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti
perhatian. Titik perhatian dalam penelitian ini adalah hubungan interaksi sosial
dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar.
1. Jenis Variabel
Berdasarkan pada pengertian variabel di atas dan judul dari penelitian ini,
maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat.
Sebab penelitian ini ingin meneliti tentang ada tidaknya hubungan interaksi sosial
dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar, sehingga jenis penelitian
ini adalah penelitian deskriptif korelasional.
a. Variabel bebas (X)
Variabel bebas adalah gejala yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah interaksi sosial
dalam teman sebaya
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah suatu gejala akibat dari variabel bebas. Dalam
penelitian ini yang merupakan variabel terikat adalah motivasi belajar.
2. Hubungan Antar variabel
Hubungan antarvariabel X dan variabel Y dapat dilihat dalam bentuk gambar
sebagai berikut:
Motivasi belajar
Variabel X
Variabel Y
Gambar.2
Hubungan antar variabel
Pada penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel idependen (X) atau
variabel yang mempengaruhi yaitu interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya
dan variabel dependen (Y) atau variabel yang dipengruhi yaitu motivasi belajar.
3. Definisi Operasional
Untuk mengoperasionalkan variabel penelitian, maka perlu dirumuskan
definisi operasional. Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel
yang dirumuskan berdasarkan karakteristik- karkteristik variabel tersebut yang
dapat diamati (Azwar,99:74). Variabel dalam penelitian ini mempunyai definisi
operasional sebagai berikut:
Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dilaksanakan
melalui proses sosial yang disebut interaksi sosial, yaitu hubungan timbal balik
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok
dengan kelompok dalam masyarakat. Kelangsungan interaksi sosial ini, meskipun
dalam bentuknya yang sederhana namun merupakan proses
yang kompleks.
Adapun bentuk- bentuk interaksi sosial yang akan dijadikan dalam pengembangan
instrument dalam penelitian ini, yaitu:
1. Kerja sama (Cooperation)
2. Persaingan (Competition)
3. Pertentangan (Conflict)
4. Persesuaian (Accomodation)
Jawaban
Skor
+
1.
2.
Sesuai (S)
3.
4.
Tabel. 4
Skoring pada skala Motivasi Belajar
No
Skor
Jawaban
1.
2.
Sesuai (S)
3.
4.
yang
No
Variabel
Sub Variabel
Indikator
No Aitem
(+)
1.
Motivasi
Belajar
1.1. Senang
bekerja
keras untuk
mencapi
a. Tekun dalam
(-)
1,4,8,9,11
5,7,12
2,3
6,10
14,16,19
17,20
belajar.
b. Optimis dalam
belajar
keberhasilan
1.2. Ulet
a. Tidak mudah
menghadapi
kesulitan
belajar
belajar.
b. Tertantang
13,15,22
18,21
24,27
29,31
23,26,30
25,28
33,35
38,37
32,3,4
36,40,39
42,45
47,48
b. Dinamis
41,43
44,46,49
a. Bertanggung
52,54,56
50,58,59
51,55,57
53,60,61
dalam
menghadapi
kesulitan belajar
1.3. Menunjukan a. Tidak khawatir
minat
menghadapi
terhadap
masalah belajar
bermacam-
b. Ikut
macam
berpartisipasi
masalah
dalam
belajar
pemecahan
masalah belajar
1.4. Lebih
a. Tidak
senang
bergantung
bekerja
mandiri.
b. Percaya pada
kemampuan diri
sendiri
1.5. Cenderung
bertindak
atau
a. Tidak terjebak
pada rutinitas
menetapkan
pilihan yang
realistis.
1.6. Senang
berkompetis
jawab
1.7. Tidak
mudah
66,68
b. Konsekuen
64,69
65,70
76,78,79
71,73,75
74,77
72,80
2,5,9,14
10,12,17
1,6,7
15,16
8,13,18
3,4,11
27,22,26
24,31,33
25,30
21,32
28,29
20,23
35,36,43
38,41,45,39
37,42,47
melepas hal
yang
diyakini
1.8. Bertanggung a. Mandiri
jawab atas
b. Disiplin
pilihan atau
perbuatanya
2.
Interaksi
2.1. Kerjasama
a. Mempunyai
sosial
tujuan yang
dalam
sama
kelompo
b. Saling
k teman
memberi atau
sebaya
menerima
pengaruh
c. Kesediaan
untuk
membantu
2.2. Persaingan
a. Saling
berusaha untuk
mencapai
keuntungan.
b. Menarik
perhatuan
kelompok
c. Seleksi
individu
2.3.
Pertentangan
a. Perbedaan
kepentingan
b. Perubahan-
perubahan
46
sosial
2.4. Persesuaian
a. Mengurangi
50,54
56,58
48,51,57
60,49
53,59
52,55,61
63,66,67
70,72
68,73,74
71,75,77,64
pertentangan
b. Mencapai
kestabilan
c. Menekan
oposisi
2.5. Perpaduan
a. Kesatuan
tindakan.
b. Memperhatika
n kepentingan
, 78
bersama.
c. Toleransi
62,65,76
69,79
dalam
kelompok
kesatuan (kontinum) yang terdiri dari empat poin dengan memberikan skor
tertentu.
c. Menyusun format
Format skala motivasi dan interaksi sosial disusun secara jelas untuk
memudahkan responden mengisi dan tidak menimbulkan kesan menguji
responden. Adapun format penelitian di sini terdiri dari:
1. Kata pengantar
Kata pengantar berisi uraian penjelasan peneliti uang diinginkan, pada
responden. Isi kata pengantar secara garis besar adalah: a) latar belakang
penyebaran skala b) tujuan penelitian c) kerahasiaan data yang akan
diberikan responden d) motivasi kepada responden agar menjawab dengan
sebenarnya atau sejujurnya, dan e) ucapan terima kasih atas bantuan
responden.
2. Identitas
Pada bagian ini berisi tentang identitas diri responden yaitu terdiri dari
nama siswa, kelas, dan alamat.
3. Petunjuk pengisian
Bagian ini berisi tentang cara mengerjakan skala.
4. Butir- butir instrumen
Pada bagian kolom kiri adalah kolom pernyataan, sedangkan pada bagian
kanan adalah kolom jawaban.
N XY ( X ) ( Y )
{N X
}{
( X ) 2 N Y 2 ( Y )
Keterangan:
rXY
= Jumlah subyek
at 2
k 1
Keterangan;
r11
= Reabilitas instrumen
n
X 100 %
N
Keterangan:
%
N XY ( X )( Y )
{N X
}{
( X ) 2 N Y 2 ( Y ) 2
Keterangan :
rXY
= Jumlah subyek
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil
penelitian
pada
dasarnya
memuat
berbagai
hal
meliputi
pengungkapan data dari instrumen penelitian dan metode analisis data yang
diperoleh untuk menjawab permasalahan yang diajukan.
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala penelitian
motivasi belajar dan skala interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya.
Sebelum instrumen motivasi belajar dan interaksi sosial dalam kelompok teman
sebaya digunakan untuk pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan ujicoba di
lapangan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut layak digunakan yaitu
valid dan reliabel.
Skala motivasi belajar terdiri dari 80 butir pertanyaan yang harus dijawab
oleh responden, setelah diujicobakan pada 43 responden dan dianalisis
menggunakan uji validitas product moment dari 80 soal tersebut, ternyata tidak
semua soal valid. Ada 6 soal yang dinyatakan tidak valid yaitu item soal nomor 9,
14, 22, 40, 62 dan 73.
Pada taraf kesalahan 5% dengan n = 43 diperoleh nilai kritik product
moment sebesar 0.297 dan untuk item No 1 rhitung > rtabel 0,390 > 0,297, maka
item tersebut dikatakan valid. Perhitungan untuk item-item yang lain, selanjutnya
dapat dilihat pada (lampiran).
52
53
Sedangkan skala interaksi sosial terdiri dari 79 butir pertanyaan yang harus
dijawab oleh responden, setelah diujicobakan pada 43 responden dan dianalisis
menggunakan uji validitas
yang valid sebanyak 73 soal dan yang tidak valid sebanyak 6 item soal yaitu
soal nomor 2, 4, 27, 33, 43 dan 73.
Pada taraf kesalahan 5% dengan n = 43 diperoleh nilai kritik product
moment sebesar 0.444 dan untuk item no 1 rhitung > rtabel 0,418 > 0,297, maka
item tersebut dikatakan valid. Perhitungan untuk item-item yang lain, selanjutnya
dapat dilihat pada (lampiran).
Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan rumus alpha, pada
instrument motivasi belajar diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.920 dan pada
taraf kesalahan 5% dengan n = 43 diperoleh nilai kritik sebesar 0,297 Karena
koefisien relibilitas lebih besar dari nilai kritik, maka angket tersebut reliabel.
Koefisien reliabilitas tersebut termasuk dalam kategori tinggi, sehingga skala
tersebut dari segi reliabel dapat digunakan.
Sedangkan hasil uji reliabilitas menggunakan rumus alpha, pada instrumen
interaksi sosial diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.917 dan pada taraf
kesalahan 5% dengan n = 43 diperoleh nilai kritik sebesar 0,297 Karena koefisien
relibilitas lebih besar dari nilai kritik, maka angket tersebut reliabel. Koefisien
reliabilitas tersebut termasuk dalam kategori tinggi, sehingga skala tersebut dari
segi reliabel dapat digunakan.
54
N
Normal Parameters
Most Extreme
Differences
a,b
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Motivasi
Belajar
43
231.5581
22.01007
.176
.119
-.176
1.155
.139
Interaksi
Sosial
43
226.7907
24.92805
.199
.149
-.199
1.307
.065
motivasi belajar
55
Dalam
Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
f
8
32
2
1
43
f%
18.60
74.42
4.65
2.33
100
karena
56
Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
F
16
24
2
1
43
f%
37.21
55.81
4.65
2.33
100
membantu, mempunyai tujuan yang sama dan saling memberi dan menerima
yang termasuk dalam kriteria tinggi sebanyak 24 responden atau 55,81% dan
ada satu siswa yang termasuk dalam kriteria rendah dalam hal mempunyai
tujuan yang sama, saling memberi atau menerima pengaruh dan kesediaan
untuk membantu. Dari tabel tersebut memberikan arti bahwa kerja sama antar
siswa dalam memecahkan suatu permasalahan dalam kelompok dilakukan
dengan adanya kerjasama yang baik. Karena
57
18 sampai dengan nomor 29. Dari ke tiga belas angket pernyataan tersebut
dapat kita lihat jawaban responden sebagai berikut :
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Persaingan
No
1
2
3
4
Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
f
11
27
2
3
11
f%
25.58
62.79
4.65
6.98
100
Mencermati tabel di atas bahwa kerja sama dalam hal saling berusaha
untuk mencapai keuntungan, menarik perhatian kelompok dan seleksi
individu yang termasuk dalam kriteria tinggi sebanyak 27 responden atau
62,79% dan termasuk dalam kritera rendah dalam hal saling berusaha untuk
mencapai keuntungan, menarik perhatian kelompok dan seleksi individu
sebanyak 3 responden atau 6,98%. Dari hasil penelitian tersebut siswa
termasuk dalam kategori tinggi dalam hal saling berusaha saling membantu
untuk mencapai keuntungan dan seleksi individu dalam kelompok.
3) Sub Variabel Pertentangan
Sub variabel tentang pertentangan terdiri dari dua sub indikator
perbedaan kepentingan dan perubahan-perubahan sosial yang tercakup dalam
13 item pernyataan yakni angket nomor 30 sampai dengan nomor 42. Dari ke
tiga belas angket pernyataan tersebut dapat kita lihat jawaban responden
sebagai berikut :
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Pertentangan
No
1
2
3
Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
f
14
25
3
f%
32.56
58.14
6.98
58
Rendah
1
43
2.33
100
Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
f
14
26
2
1
43
f%
32.56
60.47
4.65
2.33
100
59
Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
f
15
24
1
3
43
f%
34.88
55.81
2.33
6.98
100
60
responden atau 55,81% dan termasuk dalam kriteria sedang sebanyak 1 siswa
atau 2,33% dan 3 siswa atau 6,98% yang termasuk dalam kritera rendah
dalam hal kesatuan tindakan, memperhatikan kepentingan bersama dan
toleransi dalam kelompok. Berdasarkan hasil penelitian tersebut tingkat
toleransi dan kesatuan tindakan dalam kelompok dapat berjalan dengan baik.
Kekompakan kelompok dalam melakukan suatu tindakan dapat atasi secara
bersama-sama.
b. Deskriptif Persentase Motivasi Belajar
Variabel motivasi belajar yang tercakup dalam 74 item pernyataan yakni
angket nomor 1 sampai dengan nomor 74. Dari ke seluruhan angket pernyataan
tersebut dapat kita lihat jawaban responden sebagai berikut :
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Variabel Motivasi Belajar
No
1
2
3
4
Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
f%
22
20
1
0
51.16
46.51
2.33
0.00
43
100
61
Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
f
24
17
1
1
43
f%
55.81
39.53
2.33
2.33
100
Mencermati tabel di atas bahwa tekun dalam belajar dan optimis dalam
belajar yang termasuk dalam kriteria sangat tinggi sebanyak 24 responden
atau 55,81%, yang termasuk dalam kriteria tinggi sebanyak 17 responden atau
39,53% dan yang termasuk dalam kriteria sedang dan rendah terdapat satu
responden atau 2,33% dalam hal senang bekerja keras untuk mencapai
keberhasilan. Berdasarkan hasil penelian tersebut responden tekun dalam
belajar dan memiliki sifat optimis yang tinggi dalam belajar. Dengan sikap
optimis dan tekun dalam belajar akan menghasilkan prestasi yang tinggi
dalam pembelajaran. Sedangkan siswa tekun dan sikap optimisnya yang
rendah maka akan dapat mempengaruhi hasil belajar yang dicapainya.
2) Sub Variabel Ulet menghadapi kesulitan belajar
Sub variabel ulet menghadapi kesulitan belajar terdiri dari dua indikator
yaitu tidak mudah putus asa dalam belajar dan tertantang dalam menghadapi
kesulitan belajar yang tercakup dalam 8 angket pernyataan. Dari ke delapan
62
angket pernyataan tersebut dapat kita lihat jawaban responden sebagai berikut
:
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Ulet Menghadapi
Kesulitan Belajar
No
1
2
3
4
Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
f
20
18
4
1
43
46.51
41.86
9.30
2.33
100
63
Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
f
14
25
3
1
43
f%
32.56
58.14
6.98
2.33
100
bermacam-macam
adalah adanya
sendiri responden.
4) Sub Variabel lebih senang bekerja mandiri
Sub variabel lebih senang bekerja mandiri
tidak tergantung pada orang lain dan percaya pada kemampuan diri sendiri
tercakup dalam 9 item pernyataan yakni angket nomor 29 sampai dengan
64
nomor 36. Dari kesembilan angket pernyataan tersebut dapat kita lihat
jawaban responden sebagai berikut :
Tabel 15. Distribusi Frekuensi
Bekerja Mandiri
No
1
2
3
4
Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
f
21
17
2
3
43
f%
48.84
39.53
4.65
6.98
100
Dari tabel diatas dapat diperoleh gambaran bahwa siswa yang memiliki
minat yang sangat tinggi dalam hal lebih senang bekerja mandiri sebanyak 21
responden atau 48,84%, sebanyak 17 resoponden atau 39,53% termasuk
dalam kriteria tinggi dan sebanyak 2 responden atau 4,65% termasuk dalam
kriteria sedang. Dan ada 3 siswa atau 6,98% yang termasuk dalam kriteria
rendah dalam hal senang bekerja mandiri. Kemandirian
yang tinggi
merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan dalam pembelajaran. Minat
yang tinggi dalam hal lebih senang berkerja mandiri merupakan sifat yang
harus
dipertahankan
dibandingkan
dengan
sifat
yang
memiliki
65
Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
f
13
26
1
3
43
f%
30.23
60.47
2.33
6.98
100
dalam
menetapkan pilihan yang termasuk dalam kriteria tinggi merupakan hal yang
diperlukan.
6) Sub Variabel senang berkompetisi yang sehat
Sub variabel senang berkompetisi yang sehat terdiri dari dua indikator
yaitu bertanggung jawab dan memiliki semangat belajar yang tercakup dalam
12 item pernyataan yakni angket nomor 46 sampai dengan nomor 57. Dari
keduabelas angket pernyataan tersebut dapat kita lihat jawaban responden
sebagai berikut :
Tabel 17. Distribusi Frekuensi
Berkompetisi yang sehat
No
1
2
3
4
Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
f%
17
22
3
1
43
39.53
51.16
6.98
2.33
100
66
Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
f
f%
20
46.51
18
41.86
4
9.30
1
2.33
43
100
Mencermati tabel di atas bahwa sebanyak 20 responden atau 46,51%
termasuk dalam kriteria sangat tinggi, sebanyak 18 responden atau 41,86%
termasuk dalam kriteria tinggi dan sebanyak 4 responden atau 9,30%
67
termasuk dalam kriteria yang sedang. Dan ada satu siswa yang termasuk
dalam kriteria yang rendah dalam hal tidak mudah dalam melepas suatu yang
diyakini. Mempertahankan suatu prinsip yang diyakini oleh siswa termasuk
dalam kriteri tinggi, berarti siswa tidak mudah untuk melepaskan tanggung
jawab dan keyakinan pendapat yang dimilikinya.
8) Sub Variabel bertanggung jawab atas pilihan atau perbuatannya
Sub variabel bertanggung jawab atas pilihan yang terdiri dari dua
indikator yaitu mandiri dan disiplin yang tercakup dalam 10 item pernyataan
yakni angket nomor 65 sampai dengan nomor 74. Dari kesepuluh angket
pernyataan tersebut dapat kita lihat jawaban responden sebagai berikut :
Tabel 19. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Bertanggung Jawab atas
Pilihan/Perbuatannya
No
1
2
3
4
Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
f
10
30
2
1
43
f%
23.26
69.77
4.65
2.33
100
keyakinannya.
Responden
tidak
mudah
untuk
melepaskan
68
diajukan ada hubungan antara interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya
dengan motivasi belajar pada siswa kelas VII SMP negeri 1 Pegandon Kabupaten
Kendal.. Hipotesis tersebut diuji dengan analisis korelasi yang menghasilkan
rhitung sebesar = 0,689 dengan probabilitas sebesar 0,000. Jika dibandingkan
dengan r tabel pada n = 43 diperoleh r table = 0,301.
Hubungan tersebut
merupakan hubungan yang positif, artinya siswa yang memiliki interaksi sosial
yang tinggi akan memiliki motivasi belajar yang tinggi pula dan sebaliknya.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis korelasi tersebut karena probabilitas lebih
kecil dari 0,05 atau rhitung > r
tabel
hubungan yang positif antara interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya
dengan motivasi belajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Pegandon Kabupetan
Kendal.
B. Pembahasan
Interaksi sosial merupakan salah satu hubungan antara dua atau lebih
individu,
dimana
kelakuan
individu
mempengaruhi,
mengubah
atau
69
melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya. Jiwa kerja sama yang baik
tersebut dapat disalurkan dalam bekerja sama dalam hal mengatasi kesulitan
belajar. Dengan melaksanakan interaksi sosial, maka jika dalam satu kelompok
terdapat siswa yang memiliki kemampuan kurang akan meminta kepada temantemannya yang memiliki kemampuan
manfaat yang diperoleh dengan memiliki interaksi sosial akan dapat diambil segi
positifnya. Selain dapat memupuk jiwa kerja sama, interaksi sosial dalam teman
sebaya dapat menjadikan persaingan
bersama-sama dalam
70
dapat berupa adanya kerja sama dalam tim, persaingan dalam hal mencapai tujuan
bersama, perjuangan
untuk dapat diterima dalam suatu kelompok atau teman sebaya sangatlah besar.
Siswa akan membentuk kelompok-kelompok kecil diantara
mereka tanpa
membedakan status sosial diantaranya. Sehingga dengan adanya kelompokkelompok kecil tersebut guru diharapkan dapat memanfaatkan kelompokkelompok kecil tersebut untuk dapat memotivasi siswa dalam belajar. Karena
manusia tidak akan lepas dengan manusia yang lain, sifat sebagai makhluk sosial
merupakan sifat yang tidak dapat dilepaskan dari diri manusia. Dalam kelompok
teman sebaya, teman adalah tempat berkaca, sebagai orang yang paling dekat,
teman member gambaran tentang diri sendiri dari dekat.
Pendidikan merupakan suatu proses atau sistem yang terdiri dari
beberapa komponen. Keberhasilan pendidikan tentunya tidak lepas dari belajar.
Untuk meningkatkan hasil belajar dibutuhkan motivasi dalam belajar. Motivasi
belajar dalam berasal dari dalam dan luar siswa atau juga bisa dikatakan motivasi
instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik atau motivasi dari diri siswa akan
muncul karena adanya tujuan yang akan dicapai. Motivasi belajar dapat berupa
senang bekerja keras untuk mencapai keberhasilan. Berdasarkan hasil penelitian
bahwa siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar dengan ditunjukkan
71
72
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan analisis hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka
penelitian yang berjudul hubungan antara interaksi sosial dalam kelompok teman
sebaya dengan motivasi belajar dsi SMP negeri 1 Pegandon tahun pelajaran
2006/2007 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Motivasi belajar siswa SMP Negeri 1 Pegandon tahun pelajaran 2006/2007
rata-rata termasuk dalam kriteria tinggi.
2. Interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya di SMP Negeri 1 Pegandon
tahun pelajaran 2006/2007 rata-rata termasuk dalam kriteria tinggi
3. Ada hubungan yang signifikan antara interaksi sosial dalam kelompok teman
sebaya dengan motivasi belajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Pegandon
tahun pelajaran 2006/2007.
B. Saran
1.
tertantang
untuk
memperkembangkan
pemikiran
dan
52
53
para siswa
tidak memusatkan
identitas pada banyaknya teman atau berlindung di balik nama teman. Para
siswa harus memiliki identitas diri sendiri sehingga tidak terjerumus pada
sikap mengkompromikan standar demi diakui dalam sebuah kelompok.
3.
Kepada
pihak
sekolah,
diharapkan
mampu
sebagai
media
dalam
pengembangan diri para siswa, baik dari aspek sosial maupun psikologis.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Moh dan Asrori, Moh, 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
AM, Sardiman, 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi.
Aksara
Anni, Catharina Tri dkk, 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK.
Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifudin, 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chaplin, JP, 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Gunawan, Ary H, 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarata: Rineka Cipta
Gerungan, WA, 2000. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Handoko, Martin, 2006. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta:
Kanisius
Hariyadi, Sugeng dkk, 2003. Psikologi Perkembangan. Semarang: Universitas
Negeri Semarang
Hurlock, Elizabeth B, 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Ibrahim, Hasiah, 2005. Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar
Taruna Politeknik Ilmu Pelayaran. Semarang. FIP Universitas Negeri
Makasar. EDUKASI. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan
Lestari, Sri, 2003. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa kelas V SD Negeri
Plamongansari 01 Semarang melalui tutor teman sebaya tahun pelajaran
2002/ 2003. Skripsi, Universitas Negeri Semarang.
Muhammad, 2001. Pokok- pokok Bahasan Mata Kuliah Psikologi Motivasi. Hand
out. Psikologi, Universitas Negeri Semarang.
Prayitno, Elida, 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: FKIP IKIP Padang
Santosa, Slamet, 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara