Anda di halaman 1dari 120

HUBUNGAN FOMO (FEAR OF MISSING OUT) DENGAN

KECANDUAN MEDIA SOSIAL PADA REMAJA USIA


SEKOLAH MENENGAH AKHIR KELAS XI DI
SMKN 1 BULUKUMBA
KABUPATEN BULUKUMBA

SKRIPSI

Oleh:

NUR AZIZAH

NIM. A 17 09 024

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

PANRITA HUSADA BULUKUMBA

2021
HALAMAN JUDUL
HUBUNGAN FOMO (FEAR OF MISSING OUT) DENGAN
KECANDUAN MEDIA SOSIAL PADA REMAJA USIA
SEKOLAH MENENGAH AKHIR KELAS XI DI
SMKN 1 BULUKUMBA KABUPATEN
BULUKUMBA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Gelar


Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Program Studi S1 Keperawatan
Stikes Panrita Husada Bulukumba

Oleh :
NUR AZIZAH
NIM. A 17 09 024

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
TAHUN 2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN FOMO (FEAR OF MISSING OUT) DENGAN


KECANDUAN MEDIA SOSIAL PADA REMAJA USIA
SEKOLAH MENENGAH AKHIR KELAS XI DI
SMKN 1 BULUKUMBA KABUPATEN
BULUKUMBA
TAHUN 2021

SKRIPSI
Disusun Oleh:

NUR AZIZAH

NIM. A 17 09 024

Skripsi ini telah Disetujui


Agustus 2021

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Harianti Haris, S.Kep. Ns, M.Kep NIDN. 0923067903 Nurlina, S.Kep. Ns, M.Kep NIDN.0328108601
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN FOMO (FEAR OF MISSING OUT) DENGAN
KECANDUAN MEDIA SOSIAL PADA REMAJA USIA
SEKOLAH MENENGAH AKHIR KELAS XI DI
SMKN 1 BULUKUMBA KABUPATEN
BULUKUMBA
TAHUN 2021

Disusun Oleh :

NUR AZIZAH
NIM : A 17 09 024

Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji Pada Tanggal September 2020


Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

MENYETUJUI

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Harianti Haris, S.Kep. Ns, M.Kep NIDN. 0923067903 Nurlina, S.Kep. Ns, M.Kep NIDN.0328108601

Penguji 1 Penguji 1

Haerati, S.Kep. Ns, M.Kes Hj.Fatmawati, S.Kep. Ns, M.Kep


NRK. 19760505010211 2 037 NIP. 19781101 200312 1 007
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nur Azizah

NIM : A1709024

Program Srudi : S1 Keperawatan

Judul Skripsi/KTI : Hubungan FOMO (Fear Of Missing Out) Dengan Kecanduan

Media Sosial Pada Remaja Usia Sekolah Menengah Akhir XI Di SMKN 1

Bulukumba Kabupaten Bulukumba

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-

benar hsasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila demikian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan,

maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Bulukumba, 25 Agustus 2020

Yang membuat pernyataan,

Materai 6000

Nur Azizah
NIM. A 17 09 024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal dengan judul “Hubungan

FoMO (Fear Of Missing Out) Dengan Kecanduan Media Sosial Pada Remaja

Usia Sekolah Menengah Akhir Kelas XI Di SMKN 1 Bulukumba Kabupaten

Bulukumba”. Proposal ini merupakan langkah awal dalam menyusun skripsi untuk

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.kep) pada Program Studi Ilmu

Keperawatan Stikes Panrita Husada Bulukumba.

Bersamaan dengan ini perkenangkanlah saya mengucapkan terimakasaih yang

sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:

1. H. Idris Aman,S.Sos selaku ketua yayasan Panrita Husada Bulukumba.

2. Dr.Muryati.,S.Kep,M.Kes Selaku ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba.

3. Dr. A. Suswani Makmur., S.Kep, Ns, M.Kes selaku Wakil Ketua 1.

4. Haerani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan.

5. Harianti Haris, S.Kep. Ns, M.Kep selaku Pembimbing Utama yang telah

mengarahkan dan membimbing saya hingga sampai ke tahap ini.

6. Nurlina,S.Kep.Ns,M.Kep selaku Pembimbing Pendamping yang telah

mengarahkan dan membimbing saya hingga sampai ke tahap ini.

7. Haerati,S.Kep.Ns,M.Kes dan Hj. Fatmawati,S.Kep.Ns,,M,Kep selaku penguji

yang telah memberikan masukan pada perbaikan proposal sampai tahap

skripsi ini.
8. Seluruh dosen yang telah mengajar dari awal perkuliahan sampai sekarang

sehingga saya dapat menambah banyak ilmu pengatahuan serta memperluas

wawasan dalam segala aspek khususnya ilmu keperawatan.

9. Terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua ayahanda tercinta

Kamaruddin, ibunda Kasmawati, serta adik-adik saya yang telah memberi

saya dukungan serta support dalam penyusunan proposal skripsi ini.

10. Kepada Yahya ahmad selaku seseorang yang lebih dari sekedar teman atau

sahabat, saya mengucapkan terima kasih untuk segala waktu dan suportnya.

11. Kepada teman-teman saya khususnya Sri depi, Khusnul Qarimah, Sri Nurul

Kurniati, Egayanti, Echi Lestari yang telah banyak meluangkan waktu dari

pengumpulan judul hingga tersusunnya proposal skiripsi ini.

12. Kepada sahabat Dasniati, Riska Amalia, Andi Jamila yang selalu memberi

saya banyak dukungan, saran serta semangat dalam mengerjakan proposal

skripsi ini.

Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan proposal skripsi

ini. Mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidak sopanan yang secara tidak sengaja

saya perbuat, semoga Allah swt senantiasa memudahkan setiap langkah-langka kita

menuju kebaikan dan selalu menganugrahkan kasih sayangnya untuk kita semua.

Amin.

Bulukumba, Agustus 2021

Penulis
ABSTRAK

Hubungan FoMO (Fear Of Missing Out) Dengan Kecanduan Media Sosial Pada Remaja Usia
Sekolah Menengah Akhir Kelas XI Di SMKN 1 Bulukumba Kabupaten Bulukumba Tahun
2020. Nur azizah¹, Harianti Haris², Nurlina³

Latar Belakang : FoMO dapat diketahui jika seseorang memiliki perasaan cemas, khawatir,
kehilangan, tidak nyaman dan stress yang timbul ketika mengetahui orang lain sedang
melakukan hal yang menyenangkan dan kita tidak terlibat didalamnya, sydrom FoMO ini
muncul karna adanya kecanduan yang disebabkan kurangnya kontrol dari individu dalam
mengakses media sosial yang menyebabkan seseorang mengalami ketergantungan. Tujuan:
Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan FoMO (fear of missing out) dengan
kecanduan media sosial pada remaja usia sekolah menengah akhir kelas XI di SMKN 1
Bulukumba di Kabupaten Bulukumba tahun 2020. Metode: Penelitian ini menggunakan
desain penelitian Non Ekperimen dengan metode penelitian Cross sectional. Sampel
penelitian ini sebanyak 52 dengan tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik
Nonprobability sampling yaitu purposive sampling. Kelompok non eksperimen diberikan
kuesioner dengan durasi 30 menit. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji
statistik chi-square. Hasil penelitian : hasil analisis menggunakan uji statistik chi-
square.dengan tingkat kepercayaan ( =0,05 )berdasarkan hasil uji ini didapatkan nilai p
adalah 0,002 dengan demikian p < (0,002< 0,05), Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan
dan saran: kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan FoMO dengan
kecanduan media sosial pada remaja usia sekolah menengah akhir kelas XI di SMKN 1
Bulukumba di Kabupaten Bulukumba tahun 2020. Peneliti menyarankan agar hasil penelitian
ini bisa dijadikan sebagai referensi untuk pengaplikasian dalam ruang lingkup khususnya
para remaja dalam menggunakan media sosial dan pelayanan keperawatan khususnya pada
mental individu yang mengalami kecanduan.

Kata kunci: FoMO, Kecanduan, Media sosial


DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN.....................................................................iv
KATA PENGANTAR..............................................................................................................v
ABSTRAK............................................................................................................................vii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................x
DAFTAR TABEL.........................................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................................1
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................8
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................................9
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................................10
BAB II......................................................................................................................................11
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................11
A. Tinjauan Teori.............................................................................................................11
1. Konsep Teori Remaja..............................................................................................11
2. Media Sosial...........................................................................................................16
3. Kecanduan Media Sosial.........................................................................................26
4. Fear Of Missing Out................................................................................................30
B. Kerangka teori............................................................................................................36
BAB III.....................................................................................................................................37
KERANGKA KONSEP................................................................................................................37
DAN VARIABEL PENELITIAN....................................................................................................37
A. Kerangka Konsep........................................................................................................37
B. Variabel Penelitian.................................................................................................38
C. Defenisi Konseptual...............................................................................................39
D. Defenisi Operasional..............................................................................................40
E. Hipotesis................................................................................................................41
BAB IV..................................................................................................................... 42
METODOLOGI PENELITIAN...................................................................................42
A. Desain Penelitian...................................................................................................42
B. Waktu dan Lokasi Penelitian..................................................................................42
C. Populasi dan Sampel..............................................................................................43
D. Instrumen Penelitian..............................................................................................45
E. Tehnik Pengumpulan Data.....................................................................................46
F. Alur penelitian.......................................................................................................47
G. Pengolahan dan Analisa Data................................................................................48
H. Etika Penelitian.....................................................................................................49
I. Jadwal Penelitian...................................................................................................51
BAB V...................................................................................................................... 52
HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................52
A. Hasil Penelitian......................................................................................................52
B. Pembahasan...........................................................................................................55
C. Keterbatasan Peneliti.............................................................................................64
BAB VI..................................................................................................................... 65
KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................65
A. Kesimpulan............................................................................................................65
B. Saran......................................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................68
LAMPIRAN..............................................................................................................73
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 1 Kerangka teori....................................................................................................36

Gambar 3 1 Kerangka Konsep................................................................................................37

Gambar 4 1 Alur Penelitian....................................................................................................47


DAFTAR TABEL

Tabel 4 1 Jadwal penelitian....................................................................................................51

tabel 5 1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, dan kelas.....52

tabel 5 2 Distribusi Frekuensi FoMO......................................................................................53

tabel 5 3 Distribusi Frekuensi Kecanduan..............................................................................53

tabel 5 4 Hubungan FoMO dengan kecanduan media sosial pada remaja.............................54


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat pengambilan data awal dari STIKES Panrita Husada Bulukumba

Lampiran 2 Surat permohonan izin penelitian dari STIKES Panrita Husada

Bulukumba

Lampiran 3 izin penelitian dari NeniSilinca

Lampiran 4 Izin Penelitian Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu (DMPTSP)

Lampiran 5 Surat keterangan telah melakukanpenelitian di SMKN 1 Bulukumba

Lampiran 6 Instrumen Penelitian

Lampiran 7 Uji Valid

Lampiran 8 Hasil Olah Data

Lampiran 9 Kuesioner Uji Valid

Lampiran 10 Master Tabel

xi
1

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan seorang individu dari

masa anak-anak menuju tingkat kematangan sebagai persiapan untuk mencapai

masa kedewasaan (Wulandari, 2019). Remaja sering kali dipandang sebagai

individu yang mempunyai ciri khas tingkah laku dan kepribadian tertentu. Perilaku

yang sering kali ditunjukkan remaja merupakan karakterisrik dari proses

perkembangan dan pertumbuhan fungsi fisik maupun psikisnya, disamping

pengaruh dari lingkungan dan teman sebaya sekitarnya.

Seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya kecanggihan

teknologi yang terus berinovasi membuat remaja tertarik untuk mengikuti

perkembangannya. Salah satu teknologi yang sekarang ini banyak digandrungi

oleh remaja adalah media sosial.

Banyaknya aplikasi yang disediakan beberapa internet dan beberapa website

yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna internet dalam mengakses keragaman

informasi, hal inilah yang dapat menyebabkan seseorang rela berlama-lama di

depan komputer ataupun smartphone-nya dengan banyaknya fitur-fitur menarik

yang disuguhkan contohnya; whatsapp, facebook, instagram, line, messenger,

youtube, path, twiter, tik-tok dan lain-lain. Penggunaan internet yang mengalami

peningkatan dalam intensitas waktu penggunaan yang cukup lama akan

1
menimbulkan berbagai permasalahan yang ada dikalangan psikologi yang dikenal

sebagai kecanduan internet (internet addicition).

Perkembangan teknologi informasi telah membawa dampak positif dan

negatif bagi siapa saja yang mengaksesnya. Dampak negatif yang dialami oleh

remaja perlu mendapat perhatian serius bagi tumbuh kembangnya, dalam hal

perlunya perhatian dari keluarga maupun pihak pemerintah. Pemerintah Indonesia

melalui kementrian komunikasi dan informatika bekerja sama dengan lembaga

PBB UNICEF telah melakukan riset pada tahun 2014 dengan tema “keamanan

penggunaan media digital pada anak dan remaja Indonesia” riset ini melibatkan

anak dan remaja usia 10-19 tahun yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia,hasil

riset menyatakan 30 juta anak di Indonesia adalah pengguna internet aktif

(Mulawarman ed, 2020).

Pada 24 april 2019 Hoostsuite (we are social) merilis update data statistik

digital dan penggunaan internet di seluruh dunia tahun 2019 kuartal kedua (Q2)

dimana pengguna internet mencapai 4,437 miliyar dengan pengguna media sosial

aktif 3,499 miliyar dari total populasi 7,697 miliyar. Berikut platforrms pengguna

media sosial yang paling aktif; pengguna Facebook 2.320 juta, Youtube 1.900 juta,

Whatsapp 1.600 juta, FB Masengger 1.300 juta, Wechat1.098 juta, Instagram

1.000 juta (Riyanto, 2019).

Menurut data survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia),

pengguna internet di Indonesia pada tahun 2018 telah mencapai 171,17 juta jiwa

dengan penetrasi sebesar 64,8% dari totalpopulasi 264,16 juta jiwa. Dan pada

tahun 2019-2020 penetrasi penggunaan internet di Indonesia meningkat sebesar


8,9% dengan jumlah penetrasi internet 73.7%. („Laporan Survei Internet APJII

2019 -2020).

Di Provinsi Sulawesi Selatan sudah tidak dapat dipungkiri jika mayoritas

masyarakat dari kalangan remaja sudah banyak yang mengguakan media sosial

seperti media sosial TikTok, hal ini dibuktikan dari pemberitaan TRIBNEWES,

COM, MAKASSAR “Aksi goyang tiktok mewarnai unjuk rasa penolakan UU

Cipta Kerja di Kota Makassar kamis (8/10/2020) sore. Lima mahasiswi

Universitas Negeri Makassar (UNM) bergoyang video tiktok ditengah masa

pengunjuk rasa. Mereka bergoyang lengkap mengenakan almamater oranye,

artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul MengenalWulan, Sosok

di Balik Vidio Viral TikTok Mahasiswi UNM Saat Demo Tolak UU Cipta”

Salah satu sumber yang ditemukan di media sosial sebuah postingan yang

diunggahnya yang tertulis “doa terbaik untukmu para wanita yang tidak suka

pamer aurat dan joget-joget TikTok. kalian istimewa” peneliti melakukan

wawancara langsung terhadap salah satu tokoh agama di kabupaten Bulukumba

mengatakan keperihatinan beliau terhadap generasi muda sekarang yang tidak

malu lagi memamerkan auratnya dan bergoyang ria seakan tidak bisa lepas dari

aplikasi TikTok yang sekarang lagi trending penggunaan media sosial yang sering

dipakai di semua kalangan masyarakat.

Penelitian ini dilakukan di sekolah SMKN 1 Bulukumba dengan besar sampel

peneliti sebanyak 52 orang. Peneliti telah melakukan wawancara untuk

mengetahui apakah ada siswa(i) ditempat penelitian yang telah mengalami

kecanduan dan beresiko mengalami FoMO dalam mengakses internet. Adapun


hasil wawancara beberapa siswa(i) SMN 1 Bulukumba mengungkapkan hal yang

sama bahwa dirinya tidak bisa jika tidak mengakses media sosial dikarenakan

karna keingintahuannya tentang apa saja yang dilakukan orang disekitarnnya,

bahkan tidak sedikit siswa(i) yang mengatakan dirinya bisa menghabiskan

seharian waktunya hanya untuk mengakses media sosial. Siswa-siswi ini

menjelaskan betapa pentingnnya kehadiran media sosial dalam kehidupannya,

siswa(i) mengatakan bahwa dirinya tidak mampu jauh dari smartphone untuk

segera mengakses media sosial, karena jika tidak mengecek media sosial akan

merasa cemas dan khawatir dengan apa saja update yang telah terlewatkan dengan

durasi pengggunaan handphone dalam mengakses media sosial 5- 8 jam/harinya.

Dari hasil penelitian (Wulandari and Netrawati, 2020) diperoleh bahwa

tingkat kecanduan media sosial berdasarkan durasi pengguna media sosial pada

remaja didominasi oleh kategori tinggi dengan presentase mencapai 32% artinya

ditemukan banyaknya remaja yang menghabiskan waktunya untuk mengakses

media sosial disetiap aktivitas hari-harinya, hal ini dapat menganggu tugas

perkembangan remaja dan memberikan dampak negative bagi remaja, 29% remaja

dengan kategori sedang, 19% dalam kategori rendah, 17% kategori sangat tinggi

dan 3% dalam kategori sangat rendah.

Hasil penelitian (Watrianthos, Rasyid Munthe and Muti‟ah, 2019) dengan

judul penelitian Analisis Pengaruh Penggunaan Facebook Bagi Mahasiswa dan

Hubungannya dengan Gangguan Kecanduan Facebook adapun hasil penelitian

menyebutkan bahwa potensi gangguan kecanduan facebook mahasiswa-

mahasiswa di Kabupaten Labuhanbatu berada di level sedang dengan presentase


65,8% pada 375 responden. 20,3% berada di level yang rendah.13,9% di level

yang tinggi. Namun secara keseluruhan variabel motif mempengaruhi potensi

kecanduan facebook dengan besaran pengaruh pada mahasiswa-mahasiswa di

Kabupaten Labuanbatu sebesar 34,10% dengan motif yang mempengaruhi adalah

motif mengisi waktu luang dan motif berkomunikasi, sedangkan 63,89%

deipengaruhi oleh faktor lain seperti karakteristik pribadi seseorang, lingkungan

teman sebaya, keinginan atau minat dan arah sikap terhadap facebook itu sendiri.

Dari hasil penelitian (Istiqomah, 2017) remaja menggunakan media sosial

dalam berkomunikasi lebih mengarah kepada suatu wujud eksistensi diri,

mengikuti tren, dan tuntutan pergaulan. Cara berkomunikasi remaja ini tergolong

berlebihan dan mereka memiliki suatu kepuasan jika mereka melakukan

komunikasi dengan banyak orang. Penelitian (Minakhul Ulya, Fathurohman and

Setiawan, 2021) juga menunjukkan intensitas waktu yang digunakan anak dalam

menonton youtube lebih dari 40 jam/minggu Jika anak sudah kecanduan menonton

youtube akan cenderung mengabaikan lingkungan disekitarnya. Mereka

menggangap lingkungan sekitar tidak terlalu penting lagi. Selain itu rasa malas

akan belajar akan tumbuh. Anak akan malas untuk berfikir dalam mengerjakan

tugas, dengan adanya youtube mereka merasa terhibur terlebih sekarang ini sedang

terjadi pademi covid-19.

Hasil penelitaan (Sari and Rinaldi, 2017) menunjukaan bahwa individu

merasakan perasan tidak tenang, toleransi, menarik diri, konflik yang lebih tinggi

ketika mengakses instagram, hal itu mengakibatkan individu tidak dapat

mengontrol dirinya ketika mengakses instagram.


Bentuk perilaku remaja yang mengalami kecanduan internet lebih memilih

untuk mengabaikan temannya untuk dapat terus berfokus mengakses internet dan

akan merasa sebal dan menjawab pertanyaan temannya dengan singkat-singkat

ketika diajak berbicara. Selain itu lebih cenderung untuk mengedepankan aktivits

mengakses internet dan lebih memilih untuk menunda aktivitas yang berhubungan

dengan interaksi sosial dengan temannya. Penelitian ini juga menjelskan dampak

yang mucul dalam individu ketika offline yaitu munculnya rasa takut, gelisah,

cemas, binging, bosan dan rasa waspwas ketika tidak mengakses internet (Hakim

and Raj, 2017).

Keinginan untuk selalu terhubung dengan media sosial secara terus menerus

tersebut disebabkan karna adanya rasa takut kehilangan moment terpenting. Rasa

takut itulah yang sekarang dikenal dengan istilah FoMO (Fear Of Missing Out).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh JWT (Json Web Token) - Intelligence,

sebanyak 40% pengguna internet di dunia mengalami FoMO (JWT (Json Web

Token) - Intelligence, 2012). FoMO merupakan salah satu bentuk gangguan

kecemasan sosial (social anxiety disorder) ditandai adanya keiginan untuk selalu

mengetahui apa yang sedang orang lain lakukan melalui media sosial (Przybylskiet

al, 2013).

FoMO biasanya ditandai dengan munculnya perasaan cemas yang biasanya

terjadi pada generasi milenial, dikarenakan setiap waktu individu berbondong-

bondong menyajikan dan berusaha menjadi yang pertama untuk mencari tahu

informasi terbaru dan akan merasa tidak nyaman jika mereka ketinggalan

informasi. Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 5 siswa yang
mengalami kecanduan hingga menyebabkan FoMO (Ayunigtyas and Wiyono,

2016). Hasil penelitian (Fathadhika and Afriani, 2018) yang berjudul Sosial media

egagement sebagai mediator antara Fear of missing out dengan kecanduan media

sosial pada remaja, hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan langsung antara

FoMO dengan kecanduan media sosial signifikan,ini menunjukkan bahwa sosial

media engagement berperan secara positif sebagai mediator yang mendukung

terhadap FoMO dengan kecanduan media sosial di mana didalam diri individu

terlebih dahulu menyebabkan tingginya aktivitas penggunaan media sosial

kemudian mengarah pada kecanduan media sosial. Sedangkan FoMO juga dapat

menyebabkan kecanduan media sosial secara langsung karna terus

mempertahankan keterlibatan dirinya secara terus menerus di media sosial

sehingga menyebabkan penggunanya kecanduan media sosial.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Santika (2015) diketahui bahwa

terdapat hubungan yang positif antara FoMO dengan kecanduan internet pada

siswa SMAN 4 Bandung. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa

remaja disekolah tersebut terindikasi mengalami peningkatan toleransi

penggunaan internet. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Azizan, 2016) dari

hasil kesimpulan didapatkan pengaruh yang sangat segnifikan antara kepercayaan

diri dengan ketergantungan media sosial pada siswa SMKN 1 Bantul, hal itu

disebabkan siswa tidak percaya dengan dirinya sendiri untuk mengekspresikan

kehidupannya di dunia nyata.

Di Indonesia masih sedikit penelitian yang meneliti hubungan FoMO dengan

kecanduan media sosial pada remaja karna FoMO merupakan isu baru dari
perilaku individu di dunia cyber psychology. Penelitian secara konseptual baru

dilakukan oleh 2 pihak yaitu: JWT (Json Web Token) Intelligence tahun 2012 dan

oleh Andrew Przybylski tahun 2013. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Imaddudin (2020) terdapat hubungan FoMO dengan pembentukan konsep diri

generasi-z hal ini disebabkan karna adanya kebutuhan sosial, kebutuhan

penghargaan, dan aktualisasi diri yang mendorong pribadi terdampak FoMO

ekstrovert, dimana FoMO ekstrovert memiliki kepribadian yang cenderung lebih

tinggi akan merasa menjadi bagian dari apa yang dilihatnya, dengan ikut updute

berkomunikasi dengan pengguna media sosial lainnya. Sedangan pribadi FoMO

interovert memiliki kepribadian yang cenderung lebih rendah dan berfokus pada

dirinya sendiri dan cenderung malu dan minder untuk melakukan segala hal yang

dilihatnya.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu untuk diteliti bagaimana

penggunaan media sosial pada individu yang bisa saja menyebabkan penggunanya

kecanduan untuk selalu mengakses media sosial, dan dampak apa yang terjadi jika

tidak mengakses media sosial.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan hasil observasi yang dilakukan, semakin

banyaknya pengguna media sosial khususnya dikalangan remaja yang dimana

semestinya harus ada pembatasan dalam penggunaannya. Namun pada fakta yang

ada sekarang ini terjadi peningkatan penggunaan media sosial dari tahun ketahun.

Seperti pada penjelasan latar belakang diatas yang dijelaskan tidak


sedikit siswa (i) yang mengatakan dirinya bisa menghabiskan seharian waktunya

hanya untuk mengakses media sosial. Siswa-siswi ini menjelaskan betapa

pentingnnya kehadiran media sosial dalam kehidupannya, siswa(i) mengatakan

tidak mampu jauh dari smartphone untuk segera mengakses media sosial, karena

jika tidak mengecek media sosial akan merasa cemas dan khawatir dengan apa

saja update yang telah terlewatkan. Serta ditambah dengan kemudahan

penggunaan media sosial bagi individu untuk berkomunikasi dengan pihak lain,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian

”Hubungan FOMO (Fear Of Missing Out) Dengan Kecanduan Media Sosial

Pada Remaja Sekolah Menengah Akhir Kelas XI SMKN 1 Bulukumba

Kabupaten Bulukumba”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum yang ingin dicapai peneliti adalah adakah hubungan

Hubungan FOMO (Fear Of Missing Out) Dengan Kecanduan Media Sosial Pada

Remaja Sekolah Menengah Akhir Kelas XI SMKN 1 Bulukumba Kabupaten

Bulukumba.

Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapi oleh peneliti dibagi menjadi

beberapa bagian, diantaranya:

1. Diketahuinya penggunaan media sosial dan tingkat kecanduan pada remaja di

SMKN 1 Bulukumba.

2. Diketahuinya kecanduan media sosial dengan FOMO (Fear Of Missing Out)

Pada Remaja di SMKN 1 Bulukumba.


3. Dianalisisnya hubungan FoMO dengan kecanduan media sosial pada remaja

di SMKN 1 Bulukumba.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian yang dilakukan dapat memberikan informasi baru, wawasan

dan pengetahuan yang dapat perkembangan ilmu psikologis, khususnya pada

bidang psikologis klinis, terutama mengenai kecanduan media sosial dan juga

FOMO (Fear Of Missing Out).

2. Manfaat praktis

a. Bagi remaja, penelitian ini diharapkan agar bisa dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam mengakses Media Sosial dengan bijaksana, sehingga

tidak ada rasa cemas yang timbul dan menjadikan para remaja kecanduan

akan media sosial.

b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian

baik dari segi variabel, metodologi penelitian, dan subjek peneliti yang

akan digunakan.

c. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pelaksana keperawatan dalam

menganalisis dampak negatif yang akan terjadi khususnya pada mental

remaja pengguna media sosial yang mengalami kecanduan media sosial.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Teori Remaja

a. Pengertian Remaja

Adolescence atau sering kita sebut remaja, berasal dari bahasa latin

adolescere yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”

bangas primitife dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan

masa remaja tidak dengan periode lain dalam siklus kehidupan. Adolescence

memiliki pemaknaan yang cukup luas, mencakup kematangan mental

emosional, sosial, dan fisik (Ali and Asrori, 2015). Masa remaja merupakan

proses perubahan dari masa kanak-kanak dalam persiapan menuju dewasa.

Ini berarti tujuan pekembangan yang ingin dicapai dalam peroses tingkat

kematangan dalam masa remaja merupakan bekal keberhasilan di masa

dewasa. Sebagai suatu proses transisi, masa remaja bisa ditandai dengan

perubahan dalam aspek-aspek fisik, mental, intelektual dan sosial

(Wulandari, 2019).

Besarnya perubahan yang terjadi pada masa remaja sehingga

menimbulkan “kejutan‟ bagi remaja itu sendiri dan lingkungannya. Seperti

hanya pekerkambngan itu seperti laut maka masa remaja merupakan lautan

dengan gelombang yang paling tinggi. Penamaan masa storm and stress

pada masa remaja ini berarti kuatnya gelombang dan goncangan yang terjadi
pada fase ini, sehingga ada pula pendapat yang menyebutkan masa ini

merupakan masa kelahiran kedua karna dalam masa remaja cenderung akan

lebih menunjukkan eksistensi peubahan dirinya (Wulandari, 2019).

Menurut salah satu pakar psikologi menyebutkan bahwa masa remaja

dimulai pada saat anak mulai matang secara seksual dan berakhir pada usia

anak memasuki usia dewasa yang diakui secara hukum. Masa remaja terbagi

atas dua kategori yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa

remaja awal ditandai dengan anak mulai mengalami kematangan

reproduksinya yaitu pada usia 13 tahun sampai dengan 17 tahun. Sedangkan

masa remaja akhir setelah melewati priode masa kematangan seksual sampai

dengan 18 tahun, dimana seseorang dinyatakan dewasa secara hukum (A.

Octavia, M.Pd, 2020).

b. Tahap perkembangan remaja

Menurut (Thalib,M.SI, 2010) Masa remaja merupakan salah satu masa

dimana manusia mengalami perkembangan dalam kehidupannya, dimana

terjadi perubahan masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Adapun beberapa

ahli berpendapat tentang kapan masa remaja seseorang itu berlangsung.

Perkembangan manusia itu bersifat individual, bersifat cepat dan lambat.

Maka dari itu batasan umur seseorang bersifat fleksibel, yang berarti dapat

maju atau mundur. pada usia perkembangan umumnya remaja yang

dikategorikan kelompok remaja biasanya masih duduk dibangku SMP, SMA

dan sebagian telah menjadi mahasiswa. Adapun menurut (Dr. Nurhastuti and
Safaruddin, 2020) beberapa tahapan perkembangan remaja secara spesifik

yaitu:

1) Masa remaja awal (10 sampai 12 tahun)

a) Cenderung lebih dekat dengan teman sebaya

b) Merasa ingin bebas

c) Lebih mementingkan citra tubuhnya

d) Mulai berfikir abstrak

2) Masa remaja pertengahan (13 sampai 15 tahun)

a) Masa mencari jati diri

b) Ada keinginan untuk berkencan dengan lawan jenis

c) Memiliki rasa suka yang mendalam

d) Mengembangkan kemampuan dalam berpikir

e) Berkhayal tentang seks

3) Remaja akhir (16 sampai 21 tahun)

a) Mulai menyampaikan Kebebasan diri

b) Lebih pemilih dalam mencari teman sebaya

c) Lebih memperhatikan citra tubuhnya sendiri

d) Pengungkapan rasa cinta

e) Pembagian perkembangan masa remaja

c. Karakteristik Remaja

Menurut (Dr. Nurhastuti and Safaruddin, 2020) ada beberapa

karakteristik remaja, yaitu:


1) Pertumbuhan fisik

Pertumbuhan fisik remaja mengalami perubahan yang lebih cepat, lebih

cepat jika dibandingkan pada masa anak-anak dan masa dewasa. Untuk

mengimbangi pertumbuhan yang cepat itu, remaja membutuhkan makan

dan tidur lebih banyak.

2) Perkembangan fungsi organ seksual

kadang Perkemangan fungsi organ seksual kadang-menimbulkan

masalah dan mennyebabkan terjadinya perkelahian, pembunuhan dan

lainnya. Adapun tanda perkembangan fungsi organ pada laki-laki adalah

matangnya alat produksi spermanya, yang ditandai dengan terjadinya

pengeluaran sperma yang biasa disebut mimpi basah. Sedangkan pada

wanita rahimnya sudah mampu dibuahi karna ia sudah mendapatkan

menstruasi yang pertama.

3) Cara berpikir kausalitas

Keterkaitan hubungan sebab akibat. Remaja sudah dapat berpikir kritis

sehingga ia bisa saja melawan apabila bertentangan dengan pola

pikirnya, Hal tersebut dapat menimbulkan perilaku menyimpang seperti

hanya kenakalan remaja, yangberupa pertentangan antarpelajar yang

sering terjadi di kota-kota besar.

4) Emosi yang meluap-luap

Dikarenakan remaja masih belum bisa mengontrol emosinya hal ini

besar kaitannya dengan pengaruh hormon. Emosi remaja lebih

mendominasi menguasai dirinya dari pada pikirannya sendiri. Emosi


remaja mudah terpancing sehingga remaja biasannya memancing

permasalahan dan terjerumud dalam tindak tidak bermoral; misalnya,

bunuh diri karna putus cinta,membunuh orang karna marah, dan

sebagainya. Hal ini karna pola piker remaja masih labil sehingga

ketidakmampuan menahan emosinya yang meluap-luap.

5) Menarik perhatian lingkungan

Pada fase ini demi mendapatkan status dan peran, remaja berusaha

mencari perhatian dari lingkungan sekitarnya. seperti halnya kegiatan

remaja dikampungpkampung yang diberi kepercayaan untuk

mengelolah jalannya acara yang akan dilakukan, misalnya

mengumpulkan dana untuk orang-orang yang membutuhkan.

6) Terikat dengan kelompok

Dalam kehidupan sosial remaja sangat memiliki ketertarikan dengan

kelompok sebayanya, sehingga tidak jarang remaja memproritaskan

aktivitas kelompoknya yang utama dibanding dengan lingkungan

rumahnya. Hal itu terjadi karna dengan begitu kebutuhan remaja merasa

terpenuhi, contihnya kebutuhan untuk dipahami, dianggap, diperhatikan,

mencari hal-hal baru yang bisa dijadukan pengalaman hidup dan

lainnya. Sekelompok organisasi remaja sebenarnya tidak berbahaya

hanya saja orang tua harus memantau dan mengarahkannya pada halphal

yang bersifat positif.


2. Media Sosial

a. Pengertian media sosial

Internet merupakan teknologi yang paling banyak digunakan oleh

masyarakaat saat ini. Sebagai produk teknologi internet telah memunculkan

jenis interaksi baru dimasyarakat dibandingkan interkasi sosial sebelumnya.

Pada zaman dulunya dimana manusia jauh dari teknologi yang canggih pada

sekarang ini, dan hanya berinterkasi secara face to face communication.

Maka pada zaman ini masyarakat bisa berinteraksi dalam dunia maya atau

melalui interaksi sosial online. Dengan hadirnya kecanggihan teknologi

informasi maka kini masyarakat memiliki alat alternative untuk dapat

berkomunikasi satu dengan yang lainnya (Alyusi, 2016).

Internet sebagai media interaksi sosial telah terjadi diseluruh dunia

dengan menghadirkan berbagai macam aplikasi di media sosial, banyak ahli

mengungkapkan pengertian dari media sosial itu sendiri salah satunya dalam

buku (Sangadji and Ruhmah, 2020) Media sosial adalah sebuah teknologi

yang membantu menyampaikan informasi individu maupun sekelompok

orang untuk mencapai suatu tujuan. Media sosial merupakan platform media

yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang menfasilitasi

penggunanya dalam melakukan aktivitas di dunia maya, karena itu media

sosial dapat diartikan sebagai fasilitator online yang membantu individu satu

dengan yang lainnya dalam menjalin sebuah ikatan sosial di media sosial.
Sejak adanya media sosial ini secara cepat menghapus batasan-batasan

dalam bersosialsasi dengan orang lain secara face to face communication,

karna dalam dunia media sosial seseorang tidak dibatasi ruang maupun

waktu, individu dapat berkomunikasi kapanpun dan dimanapun dia berada.

Dan tidak dipungkiri hampir diseluruh manusia di berbagai belahan dunia

mengetahui cara mengakses media sosial karna kepopulerannya. Dalam

penelitian (Saputra, 2018) yang berjudul Survei Penggunaan Media Sosial

Di Kalangan Mahasiswa Kota Padang Menggunakan teori Uses And

Gratifications adapun hasil penelitian menyatakan bahwa 98% responden

mengaku sebagai pengguna internet aktif, dan 97% mengungkapkan aktif

menggunakan media sosial. Terkait perangkat yang sering digunakan dalam

mengakses media sosial, hasilnya bahwa smartphone menjadi perangkat

yang paling banyak digunakan dalam mengakses media sosial (85%) dan

(15%) mengunakan smartphone dan laptop.

Platform media sosial yang digunakan dapat dilihat pada daftar

platform laporan hasil survei databoks (jayani, 2020) menyebutkan bahwa

media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia yaitu Youtube

sebesar 88%, Whatsapp 84%, Facebook 82 %, Instageam 79%, Twitter 56%,

Line 50%, FB Messenger 50%, Likendln 35%, Pintrest 34%, WeChat 29%,

Skype 25%, TikTok 25%, Reddit 18% dan SINA Webo 17%.

Dengan berkembanganya teknologi di Era informasi hadirnya internet

membuat perubahan besar bagi kehidupan seseorang dimana individu dapat

memenuhi berbagai keperluan dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga


pada zaman sekarang ini dengan pesatnya penggunaan internet muncul

fenomena baru yang disebut dengan perilaku kecanduan.

Walaupun pada saat ini teknlogi banyak menghadirkan dampak positif

yang menyuguhkan berbagai macam media seperti media hiburan, fasilitas

bisnis, pengembangan keterampilan kognitif, moda dan interaksi sosial di

dunia maya. Namun dari banyaknya fitur-fitur yang ada di sosial media ini

menimbulkan kekhawatiran bagi pengguna yang mengakses seosial media

berlebihan mengenai pengguna menjadi “kecanduan” telah banyak

dikemukakan oleh ahli. Dalam konteks ini adktif ditandai dengan terlau

memperhatiakan aktivitas online, di dorong oleh motivasi yang tidak dapat

dikendalikan untuk mengakses media sosial sehingga dapat menganggu dan

merusak aktivitas lainnya (Andreassen, 2015).

b. Ciri-ciri media social

Menurut Tim Pusat Humas Kementrian Perdagangan RI dalam buku

panduan optimalisasi media sosial (2014) dan dilansir kembali dalam buku

(Makmudah, 2019) ciri-ciri media sosial antara lain:

1) Konten yang dibagikan untuk semua orang dan tidak terbatas pada satu

orang tertentu.

2) Isi pesan muncul tampa melalui suatu gatekeeper dan tidak ada

penghambat.

3) Cara penyampaian isi secara online dan langsung


4) Orang dapat mengkses konten dengan cara online sehingga dalam waktu

cepat konten dapat diterima, tetapi penerimaannya juga dapat tertunda

tergantung dari pengguna yang menentukan waktu iteraksinya.

5) Media sosial menjadikan penggunanya sebagai pemilik konten yang

membuat dirinya dapat beraktualisasi diri.

6) Dalam konten media sosial terdapat sejumlah aspek fungsional, berbagi

(sharing), kehadiran (eksis), tabungan (relasi), reputasi (status) dan

komunitas.

c. Manfaat media sosial

Sosial media dapat memberikan dampak positif maupun negatif kepada

penggunanya. Tergantung kebijakan pengguna dalam memanfaatkan media

sosial ini. Adapun menururt (Rahmadi, 2016) yaitu:

1) Sumber informasi

Dengan mengakses media sosial kita dapat mengetahui berbagai macam

informasi seperti hanya informasi menganai beasiswa, lowongan kerja,

info seputar agama, politik, motivasi, maupun hal-hal yang tern yang

jadi perbincangan banyak orang.

2) Menjalin silaturahmi

Dengan adanya media sosial yang dapat diakses oleh seluruh manusia

yang ada di bumi, jarak bukan lagi menjadi penghalang seseorang untuk

dapat terhubung satu dengan yang lainnya.


3) Membentuk komunitas

Orang-orang yang memiliki kesukaan/hobi yang sama dapat membentuk

sebuah komunitas perkumpulan yang memiliki hobi di bidang yang

sama sehingga dapat terbentuk koordinasi, sharing, dan interaksi ketika

tidak sedang bersama.

4) Promosi

Jika dulu orang yang ingin berjualan harus memiliki toko sebagai

tempat untuk mempromosikan barangnya, akan tetapi pada sekarang ini

dengan hadirnya media sosial yang menghubungan satu dengan yang

lain yang memiliki jarak, adanya sosial media memudahkan orang untuk

berjualan dari rumah dengan mempromosikan produk dan jasa yang

dimilikinya dengan memanfaatkan media sosial.

5) Branding

Branding dapat diartikan sebagai kumpulan kegiatan komunikasi yang

dilakukan oleh sebuah perusahaan agar brand (merk) yang ditawarkan

memiliki nilai tersendiri bagi calon konsumen.

6) Kegiatan sosial

Dengan adanya sosial media, memberi kemudahan dalam menggalang

bantuan untuk kegiatan sosial, sehingga jika banyak orang yang ingin

ikut serta dalam membantu maka bantuan yang diperlukan untuk

kegiatan sosial akan cepat terpenuhi.


d. Karakteristik media sosial

(Makmudah, 2019) mengemukakan bahwa media sosial memiliki

karakteristik antara lain:

1) Partisipasi

Partisispasi media sosial mendorong berbagi kontribusi dan adanya

umpan balik (feedback) dari setiap orang yang tertarik.

2) Keterbukaan

Sebagaian pelayanan media sosial bersifat terbuka untuk umpan balik

(feedback) dan partisipasi. Sehingga mendorong individu untuk

mengekspresikan diri mereka dengan cara berkomentar dan berbagai

informasis

3) Percakapan

Komunikasi yang terjalin antara satu dengan yang lain, dan dapat

dipublikasikan ke khalayak tentunya melalui media sosial.

4) Komunitas

Dengan adanya media sosial sekelompok orang dapat saling terhubung

dengan membuat komunitas dengan cepat dan berkomunikasi secara

efektif. Komunikasi saling berbagi hobi dan minat yang sama, mislanya

mengenai isu politik, olahraga favorit dan lainnya.

5) Keterhubungan

Hampir seluruh media sosial dapat menghubungkan individu satu

dengan individu lainnya, dengan membuat situs-situs dan sumber-

sumber lainnya individu dapat saling keterhubungan.


e. Jenis-jenis aplikasi media sosial

Sosial media, sesuai namanya merupakan sebuah alat yang

memungkinkan penggunanya untuk saling berinteraksi dan bersosialisasi

untuk saling mengirimkan informasi dan mengadakan kerja sama. Beberapa

sosial media menurut(Rahmadi, 2016) yaitu:

1) Forum

Forum menfasilitasi penggunanya untuk dapat saling berbagi

informasi sesuai subtopik yang diperbincangkan dalam forum, sehingga

pengguna forum yang lain dapat memberikan tanggapan terhadap info

itu. Untuk dapat mengontrol forum agar perbincangan yang sedang

dibincangkan terarah maka admin berperang penting dalam

pengontrolan subtopic. Contohnya kaskus (kaskus.co.id), Ads id

(ads.id), Indowebster (forum.ids.id). ada juga berupa grub via email

yang biasa kita kenal dengan milis, seperti groups.yahoo.com. dan

group.google.com.

2) Blog

Blog merupakan media sosial yang biasa digunakan untuk menulis

konten, layaknya sebuah diary. Jadi dalam blog artikel-artikel yang ada

didalam blog adalah milik pengguna itu sendiri. Contoh blogspot

(blogspot.com), wordpress (wordpress.com), tumblr (tumblr.com).

3) Microblog

Microblog hampir sama dengan blog dimana microblog memiliki

fungsi menulis teks pembaruan singkat oleh penggunanya dan biasanya


dibatasi dalam jumlah kurang dari 200 karakter. Biasanya orang yang

mempunyai ide-ide atau gagasan dapat mengungkapkannya lewat

microblog. Contohnya twitter (twitter.com).

4) Social Networking

Sosial media yang menyidiakan penggunanya untuk dapat saling

terhubung dengan pengguna lainnya. Dengan saling menambahkan

teman, memberikan komentar, bertanya, maupun berdiskusi. Contoh

facebook (facebook.com), google ⁺ (plus.google.com).

5) Social bookmarking

Sosial media dengan interaksi berupa voting, menandai artikel yang

disuka atau memberikan komentar terhadap artikel yang ada. Contoh

Digg (dig.com), Reddit (reddit.com), Delicious (del.icio.us).

6) Social photo dan video sharing

Sosial media ini digunakan untuk berbagi foto maupun

video.Contohnya youtube (youtube.com), instagram (instagram.com),

flickr (flickr.com).

7) Wiki

Sosial media dengan interaksi berupa menambahkan artikel dan

mengedit artikel yang sudah ada. Contoh Wikipedia (Wikipedia.org).

Adapun jenis aplikasi media sosial yang sering digunakan masyarakat

yaitu;
a) Facebook

Facebook merupakan layanan jejaring sosial yang di dirikan oleh

Mark Zuckerverg yang berkantor pusat di Menlo Park, California,

Amerika serikat peluncurannya pada bulan Februari 2004 (Nabila

and Elvaretta, 2020). Facebook biasa digunakan untuk menjalin

hubungan pertemanan, tempat ngobrol, promosi produk,

membentuk komunitas/grup, mengunggah foto atau video,

membuat status, permainan berjejaring, chatting, dan lain

sebagainya.

b) Youtube

Youtube adalah sebuah situs web untuk berbagi konten vidio

yang dibuat tiga mantan PayPal pada 14 Februari 2015 (Nabila and

Elvaretta, 2020). Youtube menyediakan konten-konten berisi fitur

yang bisa digunakan untuk mempromosikan produk.

c) Twitter

Twitter merupakan sebuah jejaring sosial yang dibuat oleh Jack

Dorsey pada maret 2006 dan diluncurkan setelah 4 bulan kemudian.

Twitter adalah sebuah mikroblog daring yang terdiri 140 karakter

yang biasa dikenal dengan kicauwan (tweet) , dimana penggunanya

dapat mengirim dan membaca pesan (Fadhilah Zein, 2019)

d) Instagram

Intagram secara sederhana dapat didefenisikan sebagai aplikasi

mobile berbasis IOS, Android dan windows Phone dimana


pengguna dapat membidik, mengedit, dan memposting foto atau

vidio ke halaman utama. System pertemanan di instagram

menggunakan istilah following dan follower dan setiap pengguna

dapat berinteraksi dengan cara memberikan komentar dan

memberikan repon uka terhadap foto atau vidio yang diunggah.

e) Whatsapp

Whatsapp merupakan pesan instan untuk smartphone yang

dimana fungsinya hampir sama dengan SMS, tetapi wahatsapp tidak

menggunakan pulsa melainkan data internet. Dimana whatsapp

memiliki fitur untuk mengirmkan foto atau vidio dari geleri

penggunanya, mengrimkan berkas-berkas file, berbagi lokasi,

mengirim pesan suara, menelfon melalui suara, mengirimkan kartu

kontak, dan dilengkapi dengan emoji dan stiker .

f) TikTok

TikTok merupakan sebuah aplikasi yang dijadikan sebagai media

penghibur, vidio dengan durasi pendek yang dilengkapi musik

dimana penggunanya dapat mengespresikan dirinya dalam bentuk

vidio-vidio unik dengan mengandalkan kekreativitasnya untuk

diedit dan dapat menjadi vidio penghibur (Siti Nurhalimah, 2019).


3. Kecanduan Media Sosial

a. Pengertian kecanduan

Kecanduan biasanya dikaitkan dengan sebuah kontrol perilaku yang

berlebihan, menurunnya kontrol terhadap diri sendiri, perilaku yang berulang

kali dilakukan dan mendatangkan dampak negatif bagi dunia seseorang.

Orang yang telah kecanduan internet akan menghabiskan waktu lebih dari 5

jam/hari sampai diatas 8 jam/hari dan 20-40 jam/minggu hingga diatas 40

jam/minggu, dimana penggunaan smartphone normalnya 4 jam 17 menit

(HMPSI, 2020).

Kecanduan media sosial juga dapat diartikan sebagai gangguan

psikologis dimana pengguna menambahkan jumlah waktu mengakses

internet sehingga muncul rasa kesenangan, yang dapat menyebabkan

timbulnya tremor, rasa kwatir atau cemas dan perubahan mood, gangguan

afeksi (depresi, silit menyesuaikan diri) dan terganggunya interaksi sosial

dikehidupan nyata. Sehingga individu merasa bahwa dunia maya lebih

menarik dari pada kehidupan nyata sehari-hari (Putri, 2018).

Hasil penelitian (Wulandari and N. Netrawati, 2020) dimana

keingintahuan terhadap hal yang belum diketahuinya, hal inilah yang

membuat remaja rentan mengalami masalah kecanduan. Salah satu penyebab

kecanduan media sosial dengan interaksi yang tinggi adalah rasa khawatir

akan ketinggalan informasi sehingga terarah pada munculnya perilaku

penggunaan yang berlebihan. Orang yang kecanduan media sosial


menggunakan suatu fasilitas atauaplikasi tertentu untuk memenuhi

kebutuhannya agar merasa lebih baik, meskipun kemungkinan intensitas

penggunaannya akan semakin tinggi.

Dari hasil penelitian (Gantiny, 2018) menyatakan bahwa tingkat

kecanduan paling banyak ditemukan pada sisiwi adiksi media sosial di SMP

Krida Utama adalah mereka yang memiliki karakteristik rasa cemas dan

perfeksonis dalam lingkunngan sosial, dengan demikian penggunaan media

sosial yang beelebih merupakan upaya mereka dalam memenuhi kebutuhan

dirinya dalam memanipulasi lingkungan.

b. Karakteristik kecanduan media sosial

Adapun karakteristik kecanduan media sosial menurut (Wulandari and

Netrawati, 2020)

1) Compulsive use merupakan pengguna compulsive yang mempunyai tiga

elemen penguatan, keinginan dan kebiasaan. Penguatan timbul saat

perilaku adiktif pertama kali digunakan dan menimbulkan kesenanagan

dan kenyamanan bagi penggunanya.

2) Loss of control yang berarti seseorang kehilangan kendali atas dirimya

sendiri yang menyebabkan pengguna media sosial tidak bisa

memprediksi atau menentukan berapa banyak waktu yang telah

dihabiskan untuk mengakses media sosial. Begitu pengguna yang

mengalami kecanduan membuka media sosialnya, ia akan sulit atau

tidak bisa berhenti dari aktivitas di media sosial.


3) Continued use despite adverse consequences artinya adanya

konsekuensi perilaku negatif jika tetap dilanjutkan, seseorang yang

mengalami kecanduan tidak menyadari konsekuensi negatif yang dapat

merugikan dirinya.

4) Toleransi merupakan adaptasi seseorang terhadap apa yang

digunakannya secara terus menerus yang mengakibatkan kebutuhan

penggunaan media sosial semakin banyak dalam artian durasi

penggunaan tidak normal.

5) Withdrawal merupakan gejala penarikan yang muncul akibat perilaku

yang dihentikan, seperti perasaan tidak nyaman atau merasa ada yang

kurang ketika tidak mengakses media sosialnya.

c. Faktor-faktor Kecanduan Media Sosial

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi kecanduan media sosial

(HMPSI, 2020) yaitu:

1) Stress

Seseorang yang tidak mampu mengotrol stress yang dialami akan

mencari tempat yang bisa melepaskan beban yang ada dipikirannya,

salah satunya dengan menggunakan internet. Dengan mengakses

internet seseorang dapat membuka berbagai media dimana dirinya bisa

melepaskan stress, baik itumedia sosial maupun media hiburan.


2) Loneliness (kesepian)

Seseorang mengalami kecanduan internet, karna pada beberapa orang

tidak hanya kesendirian yang menjadi penyebab akan tetapi ketika

seseorang berkumpul dengan teman-temannya tetapi masih merasa

kesepian, hal ini mengambarkan seseorang tidak mampu melakukan

hubungan sosial yang baik dengan lingkungannya.

3) Harga diri rendah

Adanya perasaan tidak mampu diterima oleh lingkungan sekitar

sehingga seseorang yang mempunyai harga diri redah akan mencari

media yang dapat mengekspresikan perasaan yang dia rasakan.

4) Kontrol diri yang lemah

Seseoang tidak memiliki kemampuan dalam mengotrol setiap

perasaan, pemikiran maupun tindakan yang didorong oleh pengaruh luar

maupun dalam sehingga seseorang akan kehilangan kontrol terhadap

dirinya sendiri.

d. Dampak kecanduan internet

Dampak kecanduan internet menurut (Putri, 2018) yaitu:

1) Mereka lebih mementingkan dirinya sendiri

2) Malas mengerjakan aktivitas dan kewajibannya

3) Berkurangnya sopan dan santun serta merasa malas berkomunikasi di

dunia nyata
4) Terjadinya perubahan gaya hidup karena menbuang-buang waktu untuk

internet semata

5) Pola dan jadwal istirahat sangat berkurang dan berdampak pada

kesehatannya

6) Mengabaikan keluarganya, teman serta lingkungan sekitarnya sehingga

muncul ketidakpekaan yang berdampak pada menurunnya keterampilan

sosial individu.

4. Fear Of Missing Out

a. Defenisi Fear Of Missing Out

Przyblylski, Murayama, DeHaan dan Gladwell menjelaskan teori

tentang FoMO merupakan istilah bar u dalam dunia yang dianggap sebagai

kekhawatiran yang pervasif ketika seseorang mempunyai pengalaman yang

lebih baik/memuaskan dan adanya rasa ingin selalu terhubung dengan

individu lain (Alinto Sianipar and Sakti Kaloeti, 2019). FoMo mengacu pada

SDT (Self- Determination Theory) dimana tidak terpenuhinya kebutuhan

psikologis seseorang secara berkepanjangan sehinggan timbul dorongan

regulasi yang buruk dari dalam diri, hal ini juga dijelaskan dalam penelitian

Trini dan Ramdhani yang menyatakan seseorang yang memilikikebutuhan

berelasi yang tinggi maka semakin besar pula kemungkinan seseorang

tersebut akan mengalami kecenderungan FoMo dalam mengakses media

sosial (Alinto Sianipar and Sakti Kaloeti, 2019) penelitian sebelumnya

mendeskripsikan FoMO sebagai nilai psikologis yang paling lekat dengan


adanya kesalahan yang diuat oleh pengguna telpon pintar serta penggunaan

media sosial yng berlebihan.

Menurut Dianda Utami and Irna Aviani (2021) menjelaskan bahwa

FoMO adalah rasa cemas yang muncul dari dalam diri individu ketika

terlambat atau bahkan melewatkan aktivitas media sosial orang lain sehingga

adanya keinginan untuk selalu terhubung dengan dunia maya, seseorang

dengan FoMO ekstovert akan merasa menjadi bagian dari apa yang

dilihatnya sedangkan FoMO introvert seseorang akan merasa tidak percaya

diri sehingga tidak ada kainginan untuk mengikuti apa yang orang lain

lakukan. FoMO dalam konteks media sosial pada smartphone merupakan

suatu fenomena sosial adanya rasa keiginan untuk selalu mengecek dan

memantau aplikasi yang ada didalamnya sehingga muncul rasa cemas dari

sebagian pengguna smartphone (Pratiwi and Fazriani, 2020).

b. Aspek- Aspek Fear Of Missing Out

Adapun aspek-aspek FoMo menurut Przybylski et al (Nur B, 2020)Yaitu

sebagai berikut:

1) Kebutuhan relatedness yang tidak terpenuhi

Aspek ini merupakan suatu keinginan yang dialami individu untuk

mempunyai hubungan dekat dengan individu lain. Jika seorang individu

tidak mampu memenuhi keinginannya maka akan muncul perasaan

khawatir. Hal ini yang menimbulkan rasa keingintahuan individu untuk

mencari tahu kegiatan apa yang dilakukan oleh individu lainnya.


2) Kebutuhan psikologis self (diri sendiri) yang tidak terpenuhi

Aspek ini mengambarkan tentang kebutuhan individu yang memiliki

kaitan dengan dua hal yakni competence dan autonomy. Competence

yaitu kemauan individu untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan

lingkungan sekitarnya untuk mencapai suatu tantangan. Sedangkan

autonomy merupakan individu yang bebas mengitegrasikan apa yang

akan dilakukan oleh dirinya sendiri tampa ada dorongan dari orang lain.

Kedua aspek inilah yang menjadi pemicu individu untuk melampiaskan

pada media sosial ketika kebutuhan psikologis akan self ini tidak

terpenuhi.

c. Faktor yang Mempengaruhi Fear Of Missing Out

Menurut JWT intelligence (Alinto Sianipar and Sakti Kaloeti, 2019)

terdapat 6 faktor yang mempengaruhi fear of missing out

1) Keterbukaan informasi di media sosial

Media sosial, gadget dan fitur pemberitahuan lokasi sesungguhnya

menjadikan kehidupan saat ini semakin terbuka dengan cara

memamerkan apa yang terjadi saat ini, laman media sosial terus

dibanjiri dengan pembaharuan informasi saat ini mengubah kultur

budaya masyarakat yang bersifat privasi menjadi budaya yanglebih

terbuka.
2) Usia

Usia muda yaitu 13-33 tahun merupakan usia yang memiliki level

FoMO tertinggi berdasarkan survey dari JWT intelligence (2012).

Masyarakat digital natives, yaitu masyarakat yang mahir menggunakan

dan mengintegrasikan teknologi internet, merupakan salah satu ciri khas

dari kelompok usia muda yang pada saat ini berumur 13-33 tahun.

keberadaan kelompok masyarakat digital netives memiliki jumlah

terbanyak di media sosial dibandingkan generasi lainnyadan menjadikan

dunia internet adalah bagian dari kehidupan sehari-hari generasi

tersebut.

3) Social one- upmanship

Berdasarkan kamus daring Merriam-Webster (“One up-manship,”n,d),

one-upmanship merupakan perilaku dimana seseoramg berusaha untuk

melakukan sesuatu seperti perbuatan, perkataan atau mencari hal lain

untuk membuktikan bahwa dirinya lebih baik dibandingkan dengan

orang lain. FoMO disebabkan karena adanya keinginan untuk menjadi

paling hebat dibanding orang lain. Aktivitas “memamerkan” secara

daring di media sosial menjadikan pemicu munculnya FoMO pada

orang lain.

4) Topik yang disebar melalui hashtag

Media sosial memiliki fitur hashtag (#) yang memungkinkan pengguna

untuk memberitahukan peristiwa yang sedang terjadi saat ini.

Misalnnya, pada saat reuni 212 yang dilakukan di tugu monas. Ketika
pada saat yang bersamaan banyak pengguna media sosial memamerkan

aktivitasnya dengan menuliskan #Reuni212, maka peristiwa tersebut

akan masuk kedaftar topik pembicaraan yang sedang marak dibicarakan,

sehingga pengguna media sosial lainnya dapat mengetahui. Hal

demikian akan mengakibatkan perasaan tertinggal bagi individu yang

tidak ikut serta dalam melakukan aktivitas tersebut.

5) Kondisi deprivasi relatif

Kondisi deprivasi relatif adalah kondisi yang menggambarkan perasaan

ketidakpuasaan seseorang saat membandingkan kondisinya dengan orag

lain.

6) Banyaknya stimulus untuk mengetahui informasi

Di zaman modern pada saat ini, sangat memungkinkan seseorang untuk

terus dibanjiri dengan topic-topik menarik tampa perlu adanya usaha

keras untuk mendapatkannya. Disisi lainnya munculnya stimulus yang

menimbulkan keingintahuan untuk tetap mengikuti perkembangan

terkini. Keinginan untuk terus mengikuti perkembangan saat inilah yang

memunculkan Fear of Missing Out.

d. Hubungan Antara Kecanduan Media Sosial dengan FoMO

Ketakutan tertinggal informasi merupakan salah satu ciri dari Fear of

Missing Out (FoMO). Dari rasa takut akan tertinggal informasi ataupun

merasa kurang up to date menyebabkan individu meningkatkan intensitas

waktu dalam penggunaan internet agar tidak merasa ketinggalan informasi.


Peningkatan intensitas waktu dalam menggunakan internet merupakan salah

satu bagian dari kecanduan internet. Penelitian yang dilakukan oleh (Abel,

Buff and Burr, 2016), menunjukkan bahwa kemudahan mengakses berbagai

informasi melalui internet dapat mendorong individu untuk lebih mudah

membandingkan hidupnya dengan kehidupan orang lain yang individu

tersebut baca dan lihat dari yang orang lain tunjukkan di intenet. Sementara,

dalam penelitian yang dilakukan oleh Al-Menayes (2016) menunjukkan

bahwa banyaknya aplikasi yang ditawarkan oleh internet memungkinkan

individu melakukan pencarian berbagai informasi secara lebih efiesien dan

murah sehingga individu merasa butuh untuk terus berhubungan dengan

internet. individu yang mengalami FoMO akan terus tertarik untuk

menggunakan internet sehingga dapat menyebabkan individu cenderung

mengalami kecanduan internet.


B. Kerangka teori

Media Sosial

Pengguna Media Sosial

Remaja Usia 16-19 tahun

Kecanduan Media Sosial

Dampak Media Sosial

FoMO
Introvert
FoMO FoMO
Ekstrovert
Tidak percaya diri Merasa menjadi
untuk mengikuti bagian dari apa
hal yang yang dilihatnya
dilihatnnya

Gambar 2 1 Kerangka teori


BAB III

KERANGKA KONSEP

DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka Konseptual disintesis, dianstraksi dan dari berbagai teori dan

pemikiran ilmiah, yang mencerminkan paradigm sekaligus tuntunan untuk

memecahkan masalah penelitian dan merumuskan hipotesis. Kerangka

konseptual penelitian dapat berbentuk bagan, atau persamaan fungsional, yang

dilengkapi dengan uraian kuantitatif.

Variabel Dependen Variabel Independen

FOMO Kecanduan Media Sosial

(Fear Of
Missing Out)

Stress1.
Kesepian
2.
Harga3.diri rendah Kontrol diri yang lemah
4.
5. Selalu ingin terhubung
dengan orang lain

Gambar 3 1 Kerangka Konsep


Keterangan :

Variabel Independen

Variabel Dependen

Variabel Perancu

Penghubung antar variabel

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan faktor atau objek yang memiliki “variasi”

antara satu dengan objek lainnya yang saling mempengaruhi dalam suatu

penelitian yang akan dilakukan (Prof. Dr. Sugiyono, 2020).

1. Variabel Independen (bebas) merupakan variabel penyebab atau variabel

yang mempengaruhi sehingga menghasilkan peruban pada variabel

lainnya (Kusuma Dharma, 2011).

Dalam penelitian ini variabel Independen yaitu kecanduan media sosial

2. Variabel Dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau

variabel terikat.variabel ini depengaruhi oleh variabel Independen yang

diteliti (Kusuma Dharma, 2011).

Dalam penelitian in variabel Dependen yaitu FoMo

3. Variabel perancu termasuk dalam variabel antara (variabel intervening)

dalam suatu hubungan kasual veriabel Independen dengan variabel

dependen (Kusuma Dharma, 2011).


Dalam penelitian ini variabel perancu yaitu Stress, Kesepian, harga diri

rendah, kontrol diri rendah dan ingin selalu terhubung dengan orang lain.

C. Defenisi Konseptual

Defenisi konseptual merupakan penjelasan atau kesimpulan dari kajian

teori terhadap variabel yang akan diteliti. Defenisi konseptual dalam

penelitian ini yaitu

1. (Sangadji and Ruhmah, 2020) Media sosial adalah sebuah teknologi yang

membantu menyampaikan informasi individu maupun sekelompok orang

untuk mencapai suatu tujuan. Media sosial merupakan platform media

yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang menfasilitasi

penggunanya dalam melakukan aktivitas di dunia maya, karena itu media

sosial dapat diartikan sebagai fasilitator online yang membantu individu

satu dengan yang lainnya dalam menjalin sebuah ikatan sosial di media

sosial.

2. Rzyblylski, Murayama, DeHaan dan Gladwell menjelaskan teori tentang

FoMo (Fear Of Missing Out) merupakan istilah baru dalam dunia yang

dianggap sebagai kekhawatiran yang pervasif ketika seseorang

mempunyai pengalaman yang lebih baik/memuaskan dan adanya rasa

ingin selalu terhubung dengan individu lain (Alinto Sianipar and Sakti

Kaloeti, 2019).
D. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penyusunan definisi operasional yang

memungkinkan orang lain melakukan hal yang serupa sehingga apa yang

dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali.

1. Kecanduan media sosial

Kecanduan media sosial merupakan suatu kondisi dimana seseorang

kehilangan kontrol terhadap sesuatu hal, biasanya kecanduan ini didorong

oleh keinginan kuat atau kesukaan tentang sesuatu hal sehingga berulang

kali dilakukan.

a) Kriteria objektif :

Sering jika skor yang dihasilkan ≥ 34

Jarang jika skor yang dihasilkan < 34

b) Alat ukur

Kuesioner dengan menggunakan skala Likert untuk mengukur sikap dan

persepsi individu atau kelompok tentang fenomena sosial (Prof. Dr.

Sugiyono, 2017). Pernyataan TP (tidak pernah): 1, J (jarang): 2, SR

(sring): 3, SL (selalu): 4.

c) Skala ukur : Nominal

2. FoMo

FoMo merupakan timbulnya perasaan selalu ingin terhubung dengan

orang lain di dunia maya sehingga akan muncul regulasi yang buruk

kepada diri individu yang memunculkan perasaan cemas dan khwatir

ketika kehilangan update atau tidak bisa mengikuti tren di dunia maya.
a) Kriteria objektif :

1) ≥39 (FoMo sangat Tinggi)

2) 33-38 (FoMo Tinggi)

3) 26-32 (FoMo Sedang)

4) 20-25 (FoMo Rendah)

5) < 19 (FoMo Sangat Rendah)

b) Alat ukur : kuesioner dalam bentuk Cheklist dengan Pernyataan TP

(tidak pernah): 1, J (jarang): 2, SR (sring): 3, SL (selalu): 4.

c) Skala ukur : Nominal

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka

konseptual penelitian dan merupakan jwaban sementara terhadap permasalahan

yang dihadapi, yang dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris.

Ha : Ada hubungan FOMO (Fear Of Missing Out) dengan kecanduan media

sosial pada remaja.

Ho : tidak ada hubungan FOMO (Fear Of Missing Out) dengan kecanduan

media sosial pada remaja.


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan model atau metode yang digunakan

penenliti untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap

jalanannya penelitian (Kusuma Dharma, 2011).

Jenis penelitian yang digunakan oleh penelitian ini yaitu rancangan

penelitian Non Eksperimen dengan metode Cross sectional (hubungan dan

asosiasi). Cross sectional merupakan jenis penelitian yang menekankan waktu

pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu

kali pada satu saat. Pada jenis penelitian ini, variabel independen dan

dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut.

Tentunya tidak semua subjek penelitian harus diobservasi pada hari atau pada

waktu yang sama, akan tetapi baik variabel independen maupun variabel

dependen dinilai hanya satu kali saja (Nursalam, 2017).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Wakatu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2021.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di SMKN 1 Bulukumba.


C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah cakupan wilayah generalisasi yang mencakup: objek

atau subjek yang memenuhi karakteristik dan kualitas yang sudah

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Prof.

Dr. Sugiyono, 2017) Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 180

remaja kelas XI SMKN 1 Bulukumba yang menggunakan media sosial

umur 16-19 tahun yang memenuhi karakteristik.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Prof. Dr. Sugiyono, 2017). Tehnik pengambilan sampel

dilakukan dengan tehnik Nonprobability sampling yaitu purposive

sampling adalah tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel

diantara populasi sesuai yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel

tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal

sebelumnya (Nursalam, 2017). Rumus penentuan sampel deskriptif

kategorik berpasangan menggunakan rumus sebagai berikut:

N. z. p.q
n=
d (N-1) + z. p. q

180 (1,96) .0,5. 0,5


=
(0,05) (52-1) + (1,96). 0,5. 0,5

= 51,7
= 52 responden

Keterangan:

n = perkiraan besar sampel

N = perkiraan besar populasi

z = nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)

p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%

q = 1-p (100% - p)

d = tingkat kesalahan yang dipilih (d= 0,05)

Adapun kriteria responden pada penelitian ini ialah :

a. Kriteri Inklusi

Menurut (Nursalam, 2017) adalah karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti.

1) Usia 16-19 tahun

2) Responden dapat berkomunikasi dengan baik

3) Responden dapat membaca dan menulis

4) Responden memiliki smartphone untuk mengakses media sosial

5) Responden aktif membuka media sosial 5-8 jam/hari

6) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Ekslusi

Menurut (Nursalam, 2017) adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab.

1) Responden bukan remaja caile

2) Responden menolak berpartisipasi


3) Responden dalam keadaan sakit

4) Responden tidak memiliki smartphone

D. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti mengumpulkan data responden menggunakan instrument

karakteristik responden yaitu untuk mengetahui nama, usia, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, dan lama waktu yang dibutuhkan dalam mengakses

media sosial.

2. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis

penelitian korelasional. Metode yang digunakan adalah metode survei

dengan alat pengambilan data menggunakan kosioner dengan jumlah

pernyataan kecanduan media sosial 10 dan pernyataan FoMO 10. Istrumen

yang digunakan untuk pengambilan data dibuat berdasarkan modifikasi

dari skala intensitas kecanduan media social dan skala fear of missing out.

a. Kecanduan media sosial

Berdasarkan hasil analisis pengolahan instrument kecanduan medis

sosial remaja, instrument penelitian yang digunakan adalah kosioner

menggunakan skla Likert yaitu Pernyataan TP (tidak pernah): 1, J

(jarang): 2, SR (sring): 3, SL (selalu): 4.


b. Skala fear of missing out terdiri dari satu kelompok aitem bagi setiap

aspek atau gejala yaitu aitem yang mendukung (favorable ) saja

rentang skor dari skala ini yaitu Pernyataan TP (tidak pernah): 1, J

(jarang): 2, SR (sering): 3, SL (selalu): 4.

E. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah sebuah proses pendekatan yang dilakukan pada

subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam

suatu penelitian (Nursalam, 2017).

1. Data primer adalah data mentah (asli) yang diperoleh peneliti secara

langsung dari respondennya tampa adanya interpretasi atau pernyataan

yang menunjukan pendapat atau posisi peneliti terhadap penelitian yang

dilakukannya (Prof. Mahfud Sholihin, Ph.D and Anggraini, 2020).

Data primer dari penelitian ini adalah remaja yang mengalami kecanduan

media sosial.

2. Data skunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada yang

berasal dari pengumpulan orang lain untuk kepentingan tertentu seperti

buku, laporan, buletin, majalah yang sifatnya dokumentasi (Prof. Mahfud

Sholihin, Ph.D and Anggraini, 2020).

Data skunder dalam penelitian ini adalah jumlah responden yang diperoleh
dari data SMKN 1 Bulukumba.
F. Alur penelitian

Proposal penelitian

Hipotesis penelitian
Ada hubungan FoMo (fear of missing out)
pada remaja pengguna media sosial

Populasi
Remaja pengguna media sosial ≥ 5 bulan

sampel (Tehnik/besar)
tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan
purposive

Instrument Tempat penelitian


Ijin penelitian
penelitian Lembar SMKN 1
kuesioner Bulukumba
Variabel Independen
Pengumpulan Data Menggunakan kuesioner kecanduan media sosialdependen
Variabel dan FoMO

Analisa Data Univariat Bivariat

Gambar 4 1 Alur Penelitian

Kesimpulan dan saran


G. Pengolahan dan Analisa Data

1. Tehnik pengolaan data

a. Editing

Memeriksa kembali kuesioner yang telah dikumpulkan oleh

responden. Peneliti akan memeriksa dan memastikan kembali apakah

semuan pertanyaan dan pernyataan yang ada dalam kuesioner sudah

dijawab oleh responden atau belum. Proses editing akan dilakukan

ditempat pengambilan data, sehingga apabila ada pertanyaan yang

terlewat atau belum terjawab dapat dilengkapi secara langsung oleh

responden yang bersangkutan.

b. Coding

Teknik coding merupakan bentuk pengklasifikasian jawaban-

jawaban dari responden kedalam kategori. Proses coding akan dilakukan

dengan cara memberi kode berbentuk huruf dan angka pada masing-

masing jawaban. Terdapat beberapa kode yang akan digunakan dalam

penelitian ini.

c. Entry

Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian akan

dalam tabel computer

d. Cleaning

Merupakan prses dimana dilakukan pengecekn kembali data yang

sudah dimasukkan kedalam computer apakah sudag benar-benar bersih

atau tidak. Pada tahap ini, peneliti akan memeriksa kembali seluruh
proses dan memastikan bahwa tidak ada kesalahan pada data yang

diimput, karna nantinya dapat berdampak pada hasil analisis. Proses

cleaning dapat dilakukan dengan bantuan program analisis komputer.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat.

Analisa Univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel

atau per variabel. Dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan

cara mendeskripsikan tiap variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu

melihat distribusi frekuensinya.

b. Analisa Bivariat.

Analisa Bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis

hubungan dua variabel. Analisis data ditunjukan untuk menjawab tujuan

penelitian dan menguji hipotesis penelitian.

H. Etika Penelitian

KNEPK menetapkan 3 etika penelitian diantaranya yaitu:

1. Prinsip menghormati harkat martabat manusia (respect for persons).

Artinya bentuk penghormatan terhadap harkat martabat manusia sebagai

pribadi yang memiliki kebebasan memilih dan memiliki tanggung jawab

pribadi atas keputusan yang diambil.


2. Prinsip berbuat baik (benefecience) dan tidak merugikan (non-malefecience).

Prinsip etik berbuat baik menyangkut kewajiban membantu orang lain

dilakukan dengan mngupayakan manfaat maksimal dengan keugian

seminimal mungkin. Adapun syarat-syarat prinsip berbuat baik yaitu:

a. Resiko penelitian harus wajar (reasonable) disbanding manfaat yang

diharapkan.

b. Desain penelitian harus memenuhi persyaratan ilmiah (scientifically

sound)

c. Para peneliti mampu melaksanakan penelitian dan sekaligus mampu

menjaga kesejahteraan subjek penelitian.

d. Prinsip do no harm (non maleficent- tidak merugikan) yang menentang

segala tindakan dengan sengaja merugikan subjek penelitian.

3. Prinsip keadilan (justice)

Prinsip ini mengacu pada memperlakukan orang sebagai pribadi otonom

sesuai dengan moral yang benar dan layak dalam memperoleh setiap haknya.

Prinsip etik keadilan terutama menyangkut keadilan yang merata

(distributive justice) yang mempersyaratkan pembagian seimbang

(equitable). Dalam hal ini beban dan manfaat yang diperoleh subjek dari

keikutsertaan dalam penelitian.


I. Jadwal Penelitian

Tabel 4 1 Jadwal penelitian

Januari-
April Mei Juni Juli Agustus
Kegiatan Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan
Judul
Penyusunan
Proposal
Studi
Pendahuluan
Seminar
Proposal
Uji Validitas
Pengambilan
data
Penyusunan
Laporan Akhir
Sidang Hasil

Publikasi
Ilmiah
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 1 Bulukumba kabupaten Bulukumba

pada bulan Juli 2020, dengan mengumpulkan data secara primer dengan subjek

dalam penelitian ini adalah remaja usia 16-19 tahun sebanyak 52 orang yang

memenuhi kriteria inklusi peneliti. Dari hasil penelitian diperoleh data-data

sebagai berikut.

1. Gambaran karakteristik responden

Tabel 5. 1
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, dan kelas
Karakteristik Responden Frekuensi (n) Percent (%)
Usia
Remaja 16 tahun 5 9.6
Remaja 17 tahun 23 44.2
Remaja 18 tahun 20 38.5
Remaja 19 tahun 4 7.7
Jenis kelamin
Perempuan 39 25.0
Laki - laki 13 75.0
kelas XI
BDP, AKL 6 11.5
TAV, OTKP 11 21.2
TB, NKP 19 36.5
TKJ,TKR 16 30.8
Jumlah 52 100
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.1 di atas dengan jumlah responden 52 orang

menunjukkan bahwa sebagian besar umur responden berada pada usia 17 tahun

sebanyak 23 responden (44,2 %) dibandingkan dengan remaja usia 19 tahun

sebanyak 4 responden (7,7%), dan besar responden perempuan sebanyak 39


responden (75,0) dibandingan responden laki-laki sebanyak 13 responden

(25,0), dengan jumlah kelas XI jurusan TB, NKP sebanyak 19 responden

(36,5%) lebih banyak dibandingkan jumlah kelas XI jurusan BDP, AKL

sebanyak 6 responden (11,5%).

2. Variabel univariate

Tabel 5. 2
Distribusi Frekuensi FoMO

FoMO N %
Tinggi 10 19.2
Sedang 33 63.5
Rendah 7 13.5
sangat rendah 2 3.8
Total 52 100.0
Sumber : Data Primer 2021

Table 5.2 Menunjukkan Resmaja yang mengalami FoMo sebagian besar

dalam kategori sedang sebanyak 33 orang (63,5 %) dibandingkan remaja

dengan kategori sangat rendah sebanyak 2 orang (3,8%).

Tabel 5. 3
Distribusi Frekuensi Kecanduan

Kecanduan N %
Sering 27 51.9
Jarang 25 48,1
Jumlah 52 100
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan besar responden yang mengalami

kecanduan media sosial dengan penggunaan sering sebanyak 27 orang (51,9 %)

dibandingkan dengan responden yang kecanduan media sosial yang jarang

menggunakan media sosial sebanyak 25 orang (48,1%).


3. Analisis Bivariat

Analisis bivariate dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan

antara variabel independen dan variabel dependen.

Tabel 5. 4
Hubungan FoMO dengan kecanduan media sosial pada remaja

Kecanduan Media Sosial


Fomo sering Jarang Jumlah P (Value)
N % N % N %
Tinggi 10 19,2 0 0,0 10 19,2
Sedang 16 59,3 17 68,0 33 63,5 0,002
Rendah 1 3,7 6 24,0 7 13,5
Sangat rendah 0 0,0 2 3,8 2 3,8
Jumlah 27 82,2 25 95.8 52 100
Sumber : Uji Chi-Square

Tabel 5.4 Menunjukkan bahwa semakin tinggi FoMO semakin banyak

responden yang mengalami kecandun media sosial dengan jumlah 27 responden

dengan intensitas penggunaan media sosial pada kategori sering 10(19,2) lebih

banyak dibandingkan kategori jarang 0(0,0%). sebaliknya semakin rendah

FoMO semakin sedikit responden yang mengalami kecandun media sosial

dengan jumlah 25 responden dengan intensitas penggunaan media sosial pada

kategori sering 0(0,0) lebih sedikit dibandingkan kategori jarang 2(3,8%). Ini

menunjukkan adanya perbedaan proporsi (persentase) antara kecanduan media

sosial dengan FoMO. Hasil uji Pearson Chi-Square didapatkan nilai p = 0.002,

maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecanduan

dengan FoMO. Atau dengan kata lain Kecanduan media sosial mempengaruhi

FoMO.
B. Pembahasan

1. Kecanduan media sosial

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan besar responden yang mengalami

kecanduan media sosial dengan penggunaan sering sebanyak 27 orang (51,9 %)

dibandingkan dengan responden yang kecanduan media sosial yang jarang

menggunakan media sosial sebanyak 25 orang (48,1%).

Hal ini didukung oleh Teori (Sitti Nurhalimah, 2019) Dependencty theory

yang mengatakan bahwa ketergantungan terjadi karna adanya upaya pemenuhan

kebutuhan atau pencapaian tujuan sehingga seseorang tidak dapat lepas dari

media sosial karna seolah-olah tidak dapat hidup tampa bantuannya.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian (Hartinah, Sriati and Kosasih,

2019) yang menyatakan bahwa media sosial mempunyai karakteristik unik yang

dapat memberikan efek menyenangkan sehingga individu tertarik terhadap

fasilitasnya untuk digunakan secara terus menerus, hasil penelitian juga

mengungkapkan bahwa sebagian besar mahasiswa (72,1%) mengalami gejala

kecanduan sosial sedang, (16,2) mengalami kecanduan tinggi dan sebagian kecil

mahasiswa (11,7%) mengalami gejala kecanduan media sosial rendah, tingginya

presentase tingkat gejala kecanduan media sosial sedang pada penelitian ini

terjadi karena mayoritas responden adalah perempuan 184 dibandingkan laki-laki

56, dimana perempuan cederung lebih buruk dalam penggunaan media sosial

dibandingkan laki-laki. sehinnga dalam penelitian ini sebagaian besar mahasiswa

mengalami tingkat gejala kecanduan media sosial.


Selanjutnya dari hasil penelitian (Eka Yan Fitri and Chairoel, 2019)

penggunaan media sosial antara laki-laki dan perempuan adalah berbeda. Secara

umum perempuan sangat empatis dan laki-laki sangat sistematis. Alasan kaum

perempuan lebih banyak online adalah berorientasi pada pembaharuan sosial

namun laki-laki lebih berorientasi pada tujuan individual. Perempuan berinteraksi

di media sosial untuk sosialisasi dan komunikasi, menghabiskan waktu untuk

menulis pesan dan email, sedangkan laki-laki lebih sedikit menggunakan media

sosial.

Menurut (Wicaksono, 2020) menjelaskan bahwa penerapan strategi Self

Manegement (pengolaan diri) Dari penelitian ini didapati hasil kecanduan media

sosial siswa menurun dilihat dari penurunan skor dan perubahan perilaku ke arah

lebih baik masing – masing subyek penelitian. Subyek AS pada pretest

mendapatkan skor tinggi 170 dan post test mengalami penurunan skor 144. Pada

awalnya subyek merasa bahwa youtube membuat subyek bisa terhibur sehingga

setiap pulan sekolah bahkan malam tidak lupa untuk mengecek video terbaru

karena mendapatkan notifikasi yang subyek ikuti, setelah melakukan konseling

strategi self management subyek mampu mengontrol diri dalam mengakses

media sosial.

(Gantiny, 2018) bahwa tingkat kecanduan yang paling banyak ditemukan

pada siswa adiksi media sosial di SMP Krida Utama adalah mereka yang

memiliki karakteristik pencemas dan perfeksionis dalam lingkungan sosial yang

membuat mereka terpaku pada media sosial, dengan demikian penggunaan media

sosial yang bermasalah merupakan upaya mereka untuk memenuhi kebutuhan


dirinya dalam memanipulasi lingkungan. Self-esteem yang tinggi menyiratkan

bahwa media sosial digunakan untuk meningkatkan self-esteem individu yang

pada dasarnya rendah.

(Wulandari and N. Netrawati, 2020) remaja yang berada pada kategori

sedang dengan persentase sebesar 29%, lalu 19% remaja berada pada kategori

rendah, kemudian ditemukan juga beberapa remaja yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan persentase sebesar 17% dan 3% remaja berada pada

kategori sangat rendah. Dari hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa

beberapa remaja di kota Padang mengalami masalah kecanduan media sosial

dengan durasi penggunaan ± 6 jam, hal ini memungkinkan remaja mengalami

masalah di berbagai kegiatan kesehariannya seperti mengabaikan tugas sekolah,

rumah, dan mungkin membuat remaja melalaikan kegiatan ibadah sehingga tidak

produktifnya aktivitas remaja.

(pata and Aspin, 2021) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,

disimpulkan bahwa kontrol diri berperan secara signifikan terhadap kecanduan

media sosial, control diri juga memberikan sumbangan efektif terhadap

kecanduan media sosial. Sebanyak 54 siswa yang mengakses media sosial lebih

dari 6 jam perhari, mereka lebih banyak menggunakan waktu mengases media

sosial untuk mencari hiburan dibandingkan waktu untuk belajar, merasa cemas,

gelisa, dan tidak bisa tidur ketika tidak mendapatkan akses media sosial bahkan

ketika sedang dalam jam pelajaran mereka bermain media sosial.

Asumsi peneliti mengatakan bahwa keberagaman jenis karakteritik-

karakteristik dalam aplikasi media sosial membuat pelaku cenderung untuk


berlama-lama mengakses media sosial sehingga tidak adanya control penggunaan

media sosial. Penggunaan media sosial yang sangat berlebihan dapat

menyebabkan ketergantungan, Dimana sebagian besar mayoritas kecanduan

adalah perempuan dimana perempuan memiliki tingkat neurotismcism atau

narasisme yang tinggi dalam memperbaharui status mengenai dirinya agar

membuat pengguna lain kagum mengenai dirinya dan keingintahuan dan

kepekaan menjadi salah satu faktor responden perempuan lebih banyak

dibandingkan dengan laki-laki.

2. FoMO

Dari hasil penelitian pada tabel 5.2 didapatkan bahwa responden yang

mengalami FoMO kategori tinggi sebesar 19,2%, kategori sedang sebesar 63,5%,

rendah sebesar 13,5% dibandingkan dengan responden yang mengalami FoMO

pada kategori sangat rendah sebesar 3,8%. Hal ini menjadi acuan dasar bahwa

responden dengan kategori responden yang mengalami FoMO tinggi lebih

banyak di bandingkan dengan FoMO kategori sangat rendah.

Hal ini didukung oleh teori (Singh Lamba, 2021) yang menjelaskan bahwa

fenomena FoMO itu terjadi dari manusia itu sendiri dimana individu yang

memiliki kontrol diri yang lemah akan terdorong untuk selalu memperhatikan

hubungannya dengan individu lain di media sosial. Dimana FoMO sering muncul

sebagai perasaan yang mengganggu, rasa cemas yang dipicu sebagai respon

terhadap pengalaman peristiwa yang dialami orang lain lebih menarik

dibandingkan dengan dirinya .


Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan (Carolina

and Mahestu, 2020) Individu didorong untuk berinteraksi dengan dirinya dalam

membuat setiap keputusan dalam sosial media sehingga individu sadar dengan

dirinya sendiri dan kemudian melanjutkan tindakannya atas kesadaran dan

keinginan individu, keputusan yang diambil pun merupakan hasil dari konstruksi

komunikasi sebagaimana dirinya menempatkan diri dan ingin dipandang di sosial

media Karena ini identifikasi diri pada sosial media remaja dapat menunjukan

sebuah pola kebiasaan individu. Pada remaja yang memiliki kecenderungan

FoMo, pola ini terlihat lebih monoton karena mereka terus menerus membagikan

kegiatannya di sosial media karena para remaja ini percaya bahwa sosial media

merupakan ajang pamer kehidupan, karena itu mereka berlomba-lomba untuk

menjadi individu yang menonjol, tidak jarang juga identifikasi diri seseorang

ditentukan oleh berapa banyak likes dan komentar pada sebuah post yang dapat

memberikan kepuasan sendiri.

(Angesti and Dian, 2018) didapatkan dalam bahwa FOMO berhasil menjadi

mediator antara hubungan kepribadian (trait neuroticism dan conscientiousness)

dan penggunaan internet bermasalah. Penggunaan internet bermasalah dapat

dipengaruhi oleh kepribadian melalui FOMO. Trait neuroticism dan

conscientiousness, keduanya sama-sama memiliki pengaruh terhadap FOMO.

Munculnya FOMO kuat kaitannya dengan penggunaan internet secara

berlebihan. Semakin individu FOMO maka semakin tinggi penggunaan internet

bermasalah.
(Akbar et al., 2018) Ketakutan akan kehilangan momen muncul karena tidak

terpenuhinya kebutuhan psikologis akan relatedness, yaitu individu yang tidak

memiliki kedekatan dengan orang lain. Dampak yang ditimbulkan dari ketakutan

akan kehilangann momen yang dialami seseorang antara lain tidak peduli

terhadap diri sendiri dan sekitar, karena sibuk dengan samrtphone, terganggunya

waktu tidur, terganggunya waktu makan, tidak dapat sepenuhnya menikmati

kebersamaan di dunia nyata, dan cenderung merasa kurang dengan apa yang

telah ia miliki.

(Kalisna and Wahyumiani, 2021) Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

hubungan yang signifikan antara hubungan sindrom fomo ndengan kepercayaan

diri siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Godean Tahun Ajaran 2019/2020.

Hal ini berdasarkan hasil koefisien korelasi -0,472 dengan Sig.: 0,000 < 0,05

yang berarti ada hubungan negatif dan signifikan, dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan negatif antara sindrom fomo dengan kepercayaan diri. Hal ini

mengandung makna bahwa semakin tinggi atau semakin baik kepercayaan diri

siswa maka akan semakin rendah atau semakin buruk sindrom fomo yang

dimiliki siswa. Begitupun sebaliknya semakin kurang kepercayaan diri yang

dimiliki siswa maka akan semakin tinggi sindrom fomo yang dimilki siswa.

Asumsi peneliti mengatakan bahwa adanya perasaan ingin diakui oleh halayak

luar dimana individu menggunakan media sosial karna melihat dari

lingkungannya itu sendiri sehingga individu melakukan hal yang sama karna

adanya perasaan rasa takut tertinggal oleh teman sebayanya sehingga melakukan

eksplorasi diri mencari dan menirukan apa yang dirasa menarik untuknya
sehingga remaja yang berkecendrungan FoMO akan memiliki adiksi terhadap

telepon genggamannya.

3. Hubungan FoMO (fear of missing out) dengan kecanduan media sosial pada

remaja

Dari hasil penelitian tabel 5.4 menunjukkan bahwa hubungan FoMO dengan

kecanduan media sosial pada remaja. Hasil uji Chi_Square alternatif Kolmogorof

didapatkan nilai P = 0,002 < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan proporsi yang

signifikan antara responden yang mengalami FoMO dengan kecanduan media

sosial pada remaja. Jumlah responden yang mengalami fomo pada kategori tinggi

sebesar 19,2% dibandingan dengan jumlah responden yang mengalami fomo

pada kategori sangat rendah sebesar 3,8%, ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi presentase FoMO maka besar jumlah responden yang mengalami

kecanduan dalam intensitas penggunaan sering semakin tinggi, begitu juga

sebaliknya, semakin sangat rendah presentase FoMO maka besar jumlah

responden yang mengalami kecanduan dalam intensitas penggunaan jarang

semakin rendah.

Hal ini didukung penelitian (Aisafitri and Yusriyah, 2021) yang membahas

mengenai fenomena kecanduan media sosial (FoMO) pada Generasi Milenial,

dimana peneliti menggunakan teori yang berkaitan yaitu teori Determinasi Diri

untuk mengetahui dampak yang terjadi pada diri Milenial yang mengalami

kecanduan media sosial (FoMO) guna menghasilkan penelitian yang konkrit dan

akurat. Aspek penting pada teori determinasi diri menekankan pada pentingnya

kebebasan individu dalam bertindak sesuai pilihannya, dan juga adanya motivasi
instrinsik dalam diri individu, sehingga ketika individu termotivasi secara

ekstrinsik dan mengharapkan penghargaan eksternal maka hasil yang diperoleh

akan negatif). Jika dikaitkan dengan perkembangan teknologi dan internet

dampak yang ditimbulkan ialah menjadi kecanduan akan media sosial FoMO

dimana hal ini membawa generasi milenial menjadi memiliki kebutuhan akan

media sosial.

Dari hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian (Fathadhika and

Afriani, 2018) dimana hasil penelitiannya ditemukan sebanyak 98 (28,6) dari 343

subjek mengalami kecanduan media sosial. Pada skala kecanduan media sosial

menunjukkan sebagian besar mengalami kesulitan untuk memikirkan sesuatu jika

dilepaskan dari penggunaan media sosial, pada skala FoMO ditemukan sebanyak

36 (10,5) dari 343 subjek mengalami FoMO dengan tingkat tinggi. Berdasarkan

hasil penelitian ditemukan umumnya remaja merasa kecewa jika melewatkan

kesempatan untuk berkumpul dengan teman-temannya, apalagi jika dirinya tidak

diajak dalam pertemuan itu, sindrom ini berkembang seiring dengan adanya

kecanduaan dalam penggunaan internet. FoMO.

(Pratiwi and Fazriani, 2020) Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian

mengenai hubungan antara Fear Of Missing Out (FOMO) dengan kecanduan

media sosial pada remaja pengguna media sosial Terdapat 168 remaja di SMA

Negeri 14 sebagian besar berusia 16 tahun sebanyak 119 responden (70,8%).

Berdasarkan jurusan dengan responden terbanyak pada jurusan XI IPS sebanyak

70 (41,7%). Dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 118 (70,2%), pelajar

sebagian besar yaitu 77 (45.8%) menyatakan bahwa kecanduan media sosial


dalam kategori kecanduan sedang. pelajar sebagian besar yaitu mengalami 78

(46,9%) Fear Of Missing Out (FOMO) dalam kategori Fear Of Missing Out

(FOMO) sedang dan terdapat adanya hubungan antara Fear Of Missing Out

(FOMO) dan kecanduan media sosial dengan nilai P Value 0,000. Hal ini berarti

semakin tinggi Fear of Missing Out maka semakin tinggi kecanduan media

sosial, begitu pula sebaliknya.

(Fathadhika and Afriani, 2018) Penelitian ini menemukan bahwa pada remaja

di Banda Aceh, FoMO berpengaruh terhadap kecanduan media sosial, baik

secara langsung maupun tidak langsung, yaitu lewat mediator social media

engage-ment. Hubungan langsung dilakukan dengan menguji variabel FoMO

dengan kecanduan media sosial. Hasil menunjukkan bahwa hubungan langsung

antara FoMO dengan kecanduan media sosial signifikan. FoMO juga dapat

menyebabkan kecanduan media secara langsung karena terus mempertahankan

keterlibatan dirinya secara terus menerus di media sosial sehingga menyebabkan

kecanduan media sosial.

Asumsi peneliti mengatakan bahwa penggunaan media sosial yang dilakukan

secara terus-menerus dengan waktu penggunaan yang cukup lama dan

ketidakmampuan individu dalam mengontrol dirinya, hal ini akan memberikan

kebiasaan kepada penggunanya sehingga perilaku tersebut akan di ulang-ulang

dan memberikan dampak kecanduan akibat pembiasaan diri yang yang dilakukan

sehingga akan terjadi FoMO dimana seorang individu akan ketakutan atas

ketinggalan tren, pengalaman lebih baik yang dirasakan oleh orang lain dan

adanya rasa ingin tahu tentang apa yang sedang orang lain kerjakan. FoMO
dalam kategori sangat rendah bukan berarti individu tidak mengalami kecanduan,

(Hidayati, Syaf and Hartati, 2021) menjelaskan individu memiliki kepribadian

big five dimana empat diantaranya mempengaruhi karakteristik dari kepribadian

itu sendiri untuk mempertahankan kebiasaannya. Ada yang dapat bertahan

dengan karakter yang dimiliki sebelumnya dengan mempertahankan kebiasaan

yang dilakukan sejak dulu sehingga tidak terpengaruh dengan tren yang sedang

berkembang di dunia maya.

C. Keterbatasan Peneliti

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya mengambil sampel sebanyak 52 responden sedikitnya

jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini disebabkan karna keterbatasan

peneliti dalam menjangkau responden akibat pandemic covid-19 dan

diberlakukannya PSBB dan PPKM.

2. Peneliti menggunakan lembar kuesioner dan observasi sebagai alat instrument

penelitian. Hal ini mengkin dipengaruhi oleh situasi dan kondisi pelaksanaan

pengisian kuesioner (waktu dari responden), selain itu peneliti hanya

mengamati sekali saja dan tidak diamati dalam jangka panjang


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tingkat kecanduan media sosial pada remaja di SMKN 1 Bulukumba

menunjukkan jumlah responden yang mengalami kecanduan media sosial

kategori sering lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak

mengalami kecanduan media sosial kategori jarang.

2. FoMO dengan kecanduan media sosial pada remaja SMKN 1 Bulukumba

menunjukkan adanya perbedaan proporsi (presentase) antara FoMO dengan

kecanduan media sosial. Uji pearson Chi-Square didapatkan nilai P lebih kecil

dari α, maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara FoMO

dengan kecanduan.

3. Jumlah responden yang mengalami fomo pada kategori tinggi sebesar 19,2%

dibandingan dengan jumlah responden yang mengalami fomo pada kategori

sangat rendah sebesar 3,8%, ini menunjukkan bahwa semakin tinggi presentase

FoMO maka besar jumlah responden yang mengalami kecanduan dalam

intensitas penggunaan sering semakin tinggi, begitu juga sebaliknya, semakin

sangat rendah presentase FoMO maka besar jumlah responden yang mengalami

kecanduan dalam intensitas penggunaan sering semakin rendah.

B. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagi pihak instansi SMKN 1 Bulukumba


Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk dijadikannya bahan evaluasi

terhadap pencegahan Fear Of Missing Out (FOMO) dan kecanduan media

sosial terhadap remaja atau pelajar di SMKN 1 Kabupaten Bulukumba. Pihak

sekolah dapat memasang poster atau slogan yang berisi tentang Fear Of

Missing Out (FOMO) dan kecanduan media sosial sebagai bentuk sosialisasi

atau edukasi kepada pelajar.

2. Bagi remaja SMKN 1 Bulukumba

Diharapkan memberikan upaya informasi, pengetahuan, tentang dampak serta

efek penggunaan media sosial berlebihan sehingga tidak mengakibatkan

ketergantungan pada penggunanya dan memperbanyak aktivitas-aktivitas

positif yang dapan mengalihkan untuk tidak menggunakan media sosial secara

terus-menerus.

3. Bagi peneliti lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan

penelitian berikutnya dan dalam penelitian selanjutnya diharapkan melakukan

penambahan variabel lain seperti karakteristik, jenis kelamin, umur, dan jurusan

ataupun mengganti rancangan penelitiannya. Selain itu diharapkan penelitian

ini selanjutnya tidak hanya melakukan analisa bivariat tetapi sampai multivariat

untuk mengetahui faktor yang dominan yang berpengaruh terhadap Fear Of

Missing Out (FOMO) dan kecanduan media sosial.

4. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi tenaga

kesehatan sebagai referensi atau tambahan informasi untuk evaluasi program


terutama tentang keperawatan jiwa. Dapat dijadikan referensi bagi institusi

untuk evaluasi tentang Fear Of Missing Out (FOMO) dan kecanduan media

sosial agar ada upaya pencegahan terhadap fenomena gangguan kejiwaan

senada dengan maraknya penggunaan media sosial yang berlebihan sehingga

menimbulkan suatu kecanduan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

A. Octavia, M.Pd, Dr. S. (2020) Motivasi Belajar dalam Perkembangan Remaja. Jl.
Kaliurang Km 9,3- Yogyakarta 55581: Grub Penerbitan CV BUDI Utama.

Abel, J. P., Buff, C. L. and Burr, S. A. (2016) „Social Media and the Fear of Missing
Out: Scale Development and Assessment‟, Journal of Business & Economics
Research (JBER), 14(1), pp. 33–44. doi: 10.19030/jber.v14i1.9554.

Aisafitri, L. and Yusriyah, K. (2021) „KECANDUAN MEDIA SOSIAL (FoMO)


PADA GENERASI MILENIAL‟, Jurnal Audience, 4(01), pp. 86–106. doi:
10.33633/ja.v4i01.4249.

Akbar, R. et al. (2018) „Ketakutan akan kehilangan momen (FoMO) pada remaja
kota samarinda‟, Vol 7, No 2, p. Desember 2018.

Ali, M. and Asrori, M. (2015) psikologi remaja. jakarta: pt bumi aksara.

Alinto Sianipar, N. and Sakti Kaloeti, D. V. (2019) „Hubungan antara regulasi diri
dengan Fear Of Missing Out (FOMO) pada mahasiswa tahun pertama
Fakultas Psikologis Universitas Diponegoro‟, Psikostudia : Jurnal Psikologi.

Alyusi, S. (2016) Media sosial INTERAKSI, IDENTITAS, DAN MODAL SOSIAL.


KENCANA.

Andreassen, C. (2015) „Online Social Network Site Addiction: A Comprehensive


Review‟. doi: 10.1007/s40429-015-0056-9.

Angesti, R. and Dian, I. (2018) „Peran Fear Of Missing (FoMO) sebagai mediator
antara keperibadian dalam penggunan internet bermasalah‟, jurnal ilmu sosial,
Humaniora, dan Seni, Vol 2, No 2, pp. 790–800.

Ayunigtyas, R. and Wiyono, B. (2016) „Studi mengenai kecanduan internet dan Fear
of Missing Out (FOMO) pada siswa di SMKN 1 Driyorejo‟. Available at:
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-
unesa/article/view/33592.

Azizan, H. (2016) „PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP


KETERGANTUNGAN MEDIA SOSIAL PADA SISWA DI SMK NEGERI
1 BANTUL‟, Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Carolina, M. and Mahestu, G. (2020) „Prilaku Komunikasi Remaja dengan
Kecenderungan FoMo‟, JRK (Jurnal Riset Komunikasi), 11(1). doi:
10.31506/jrk.v11i1.8065.

Dianda Utami, P. and Irna Aviani, Y. (2021) „Hubungan Antara Regulasi Diri dengan
Fear Of Missing Out (FOMO) pada remaja pengguna instagram‟. Available
at: https://www.jptam.org/indekx.php/jpam/articel/viem/028.

Dra. Zulmiyetri, Dr. Nurhastuti and Safaruddin (2020) Penulisan Karya Ilmiah. Jl.
Tambra Raya No. 23 Rawamangun-Jakarta 13220: KENCANA.

Eka Yan Fitri, M. and Chairoel, L. (2019) „PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL


BERDASARKAN GENDER TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MAHASISWA‟, Jurnal Benefita, 1(1), p. 162. doi: 10.22216/jbe.v1i1.3849.

Fadhilah Zein, M. (2019) Panduan Menggunakan Media SOsial Untuk Generasi


Emas Milenial. Mohammad Fadhilah Zein.

Fathadhika, S. and Afriani (no date) „Sosial Media Egagement Sebagai Mediator
Antara Fear Of Missing Out Dengan Kecanduan Media Sosial Pada Remaja‟,
Jurnal Psikologi Sains dan Profesi, Vol. 2, No 3.

Fathadhika, S. and Afriani, - (2018) „SOCIAL MEDIA ENGAGEMENT SEBAGAI


MEDIATOR ANTARA FEAR OF MISSING OUT DENGAN
KECANDUAN MEDIA SOSIAL PADA REMAJA‟, Journal of
Psychological Science and Profession, 2(3), p. 208. doi:
10.24198/jpsp.v2i3.18741.

Gantiny, T. P. (2018) „gambaran self-estem siswa yang mengalami kecanduan medi


sosial di sekolah menengah pertama‟, vol.1,No 4. Available at:
https://www.journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/fokus/article/viewFile/4504
/1578.

Hakim, S. N. and Raj, A. A. (2017) „Dampak kecanduan internet (internet addiction)


pada remaja‟. Available at:
https://scholar.geogle.co.id/scholar?hl=id7as_sdt=0%2C5&q=hubungan-
rasa+cemas+dengan+tidak+mengakses+internet&btnG=#d=gs_qabs&u=%23
%3D0JZPU9uxt24J.

Hartinah, S., Sriati, A. and Kosasih, C. E. (2019) „Gambaran Tingkat Gejala


Kecanduan Media Sosial pada Mahasiswa Keperawatan Universitas
Padjadjaran‟, (1), p. 11.

Hidayati, N., Syaf, A. and Hartati, R. (2021) „Fear Of Missing Out ditinjau dari Big
Five Personality‟, Psychopolytan : Jurnal Psikologi, 4(2), pp. 77–83. doi:
10.36341/psi.v4i2.1392.
HMPSI (2020) 15 Warna Psikologi untuk Moloku Kie Raha. Jl. Joyosuko Metro
IV/No 42 B, Malang: Intelegensi Media.

Istiqomah (2017) „Penggunaan Media Sosial Dengan Tingkat Agresivitas remaja‟,


Universitas Muhammadiyah Malang, Vol, 13, No. 2,.

jayani, D. (2020) „10 Media Sosial yang paling sering digunakan di Indonesia‟, We
Are Social, Hootsuite, 26 February. Available at:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/02/26/10-media-sosial-yang-
paling-sering-digunakan-dipindonesia.

Kalisna, M. and Wahyumiani, N. (2021) „Hubungan Antara Sindrom Fomo (Fear Of


Missing Out)Dengan Kepercayaan Diri Siswa Pada Siswi Kelas VII Di SMP
Muhammadiya 2 Godean Slamen Tahun Ajaran 2019/2020‟, Vol 5,No 2.

Kusuma Dharma, K. (2011) Metodologi Penelitian Keperawatan. Jl. MAN 6No.74


Rt.008/Rw.04 Kel. Kampung dukuh, Kec. Kramat Jti Jakarta Timur. DKI
Jakarta,13550: Trans Info Media, Jakarta.

„Laporan Survei Internet APJII 2019 - 2020‟ (no date). Available at:
https://apjii.or.id/survei (Accessed: 23 October 2021).

Makmudah, S. (2019) MEDSOS DAN DAMPAKNYA PADA PERILAKU


KEAGAMAAN REMAJA. Guepedia.

Minakhul Ulya, S., Fathurohman, I. and Setiawan, D. (2021) „Analisi Faktor


Penyebab Kecanduan Menonton Youtube Pada Anak‟, Juni 2021, Vol 2,No.
1. Available at: file:///C:/Users/ASUS/Downloads/607-Article%20Text-1596-
1-10-20210530.pdf.

Mulawarman ed (2020) problematika penggunaan internet konsep, dampak dan


strategi penanganannya. jl. tambra raya no. 23 rawamangung-jakarta 13220:
kencana.

Nabila, D. and Elvaretta, O. (2020) Peradaban Media Sosial Di Era Industri 4.0.
Wisma Kalimetro, Jl. Joyosuko Metro 42 malang: Prodi Ilmu komunikasi
Universitas muhammadiyah Malang dan inteligensia Media.

Nur B, A. (2020) Phubbing dan Komunikasi Sosial. Jl. kyai Mojo No. 101 Jember,
Jawa Timur: UIJpKYAI MOJO.

Nurhalimah, Sitti (2019) Media Sosial Dan Masyarakat Pesisir. Fahmi


gunawang&Heksa Biopsi pujihastuti. jl. rajawali,G elang6. No 3: Grup
penerbitan CV Budi Utami.
Nurhalimah, Siti (2019) Media Sosial Dan Masyarakat Pesisir: Refleksi Pemikiran
Mahasiswa Bidikmisi. Jl. Kaliurung Km.9,3-Yogyakarta 55581: Grub
Penerbitan CV BUDI Utama.

Nursalam (2017) Metodologi Penelitian ilmu keperawatan. Jln. Raya Lenteng Agung
No. 101: Salemba medika.

pata, A. and Aspin (2021) „kontrol diri siswa terhadap kecanduan media sosial‟.

Pratiwi, A. and Fazriani, A. (2020) „Hubungan Antara Fear Of Missing Out Dengan
Kecanduan media sosial pada remaja pengguna media sosial‟. doi:
10.37048/kesehatan.v9il.123.

Pratiwi, A. and Fazriani, A. (no date) „Hubungan antara fear of missing out (FoMO)
dengan kecanduan media sosial pada remaja pengguna media sosial‟, Artikel
penelitian, Vol 9, No. 1. doi: 10.37048.

Prof. Dr. Sugiyono (2017) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Jl.
Gegerkalong Hilir No.84 Bandung: ALFABETA, cv.

Prof. Dr. Sugiyono (2020) Metode penelitian Kuantitatif kualitatif. Jl. Gegerkalong
Hilir No.84 Bandung: Alfabeta Bandung.

Prof. Mahfud Sholihin, Ph.D and Anggraini, P. G. (2020) Analisis Data Penelitian
Menggunakan Software Stata. jl. Beo 38-40 Yogyakarta 55281: ANDI
(Anggota IKPI).

Putri, M. (no date) „Hubungan kecanduan media sosial dengan kualitas interpersonal
pada usia dewasa wal‟. Available at:
http://repository.usd.ac.id/30739/2/139114142_full.pdf.

Rahmadi, A. (2016) Tips Produktif Ber-Social Media. Jakarta: PT Elex Media


Komplitudo.

Riyanto, A. (2019) „Data Statistik Digital dan Pengguna Internet di Dunia tahun 2019
Kuartal Kedua‟. Available at: https://andi.link/data-statistik-digital-dan-
pengguna-internet-di-dunia-tahun-2019-kuartal-kedua-q2/ (Accessed: 23
January 2021).

Sangadji, Z., Ruhmah, A. and Fauzi (2020) Literasi Media dan Peradaban
Masyarakat. Wisma Kalimetro, Jl. Joyosuko Metro 42 malang: Prodi Ilmu
komunikasi Universitas muhammadiyah Malang dan inteligensia Media.

Saputra, A. (2018) „SURVEI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DIKALANGAN


MAHASISWA KOTA PADANG MENGGUNAKAN TEORI USES AND
GRATIFICATIONS‟. doi: 10.14203/j.baca.v40i2.475.
Sari, T. and Rinaldi (2017) „Hubungan kecanduan Mengakses instagram dengan
keterampilan sosial pada mahasiswa psikologi UNP‟. Available at:
https;//scholar.geogle.co.id/scholar?start=20&=kecanduan+media+media+sosi
al+dengan+mengakses+internet&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&u=23p%3D-
MB6eBUznwAJ.

Singh Lamba, S. (2021) FOMO Marketing Millenials. NationPress.

„S_PSI_1006388_Abstract.pdf‟ (no date).

Thalib,M.SI, prof. Dr. S. (2010) Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris


aplikatif. Jakarta: Kencana Pranada Media Group.

Watrianthos, R., Rasyid Munthe, I. and Muti‟ah, R. (2019) „Analisi Pengaruh


Penggunaan Facebook Bagi Mahasiswa dan hubungannya Dengan Gangguan
Kecanduan Facebook‟, JURNAL MEDIA INFORMATIKA BUDIDARMA, Vol
3, No 3, p. Hal 168-171. doi: 10.30865/mib.v3I3.1178.

Wicaksono, S. (no date) „penerapan strategi self manegement (pengolaan diri)


untukmengurangi kecanduan media sosial pada siswa kelas VII di SMP
Negeri 36 surabaya‟.

Wulandari, R. and Netrawati (2020) „Analisi tingkat kecanduan media sosial pada
remaja‟, 5, No. 2, 2020, pp.41–46. doi: https://doi.org/10.29210/3003653000.

Wulandari, R. and Netrawati, N. (2020a) „Analisis tingkat kecanduan media sosial


pada remaja‟, 5(2), p. 6.

Wulandari, R. and Netrawati, N. (2020b) „Analisis Tingkat Kecanduan Media Sosial


Pada Remaja‟, Vol. 5, no. 2. doi: https://doi.org/10.29210/30036353000.

Wulandari, S. (2019) perilaku remaja. sembungharjo, genuk, semarang 50116:


mutiara aksara.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat pengambilan data awal dari STIKES Panrita Husada Bulukumba
Lampiran 2 Surat permohonan izin penelitian dari STIKES Panrita Husada Bulukumba
Lampiran 3 izin penelitian dari NeniSilinca

.
Lampiran 4 Izin Penelitian Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DMPTSP)
Lampiran 5 Surat keterangan telah melakukanpenelitian di SMKN 1 Bulukumba
Lampiran 6 Instrumen Penelitian
KUESIONER PENELITIAN

Hubungan media sosial dengan tingkat Kecanduan Remaja Di SMKN 1 Bulukumba


Berikut ini adalah kuesioner yang berkaitan dengan penelitian tentang
Hubungan Media Sosial Dengan Kecanduam pada remaja. Saya memohon dengan
hormat kesediannya untuk dapat berpartisipasi dalam pengisian kuesioner berikut ini.
Atas kesediaan dan partisipasi anda sekalian untuk mengisi kuesioner yang ada saya
ucapkan banyak terima kasih.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Kelas :
DAFTAR KUESIONER
Mohon untuk memberikan tanda ( ) pada setiap pernyataan yang anda pilih
Keterangan :
TP (tidak pernah) 1
J (jarang) 2
SR (sring) 3
SL (selalu) 4
No Pernyataan Kecanduan TP J SR SL

Media Sosial

1. Intensitas waktu penggunaan

media sosial saya 5 jam

sampai > 8 jam/ hari

2. Saya mengingatkan diri saya

„sebentar, sedikit lagi


selesai‟saat sedang asyik

mengakses media sosial

3. Saya membayangkan hal-hal

baru apa yang terjadi di media

sosial di saat saya sedang

melakukan aktivitas lainnya

4. Orang disekitar saya

(teman/orangtua)mengingatkan

saya agar tidak terlalu sering

mengakses media sosial

5. Jenis media sosialyang sering

digunakan:

a. Instagram

b. Tik Tok

c. Facebook

d. Whatsapp

e. Youtube

6. Saya tidur terlalu malam karna

mengakses media sosial

7 Media sosial digunakan untuk

memodifikasi suasana mood

( mood modification)
8. Saya merasa gelisah jika tidak

dapat mengakses media sosial

9. Penggunaan media sosial

menjadi akivitas yang penting

bagi kehidupan saya

10. Saya mengakses media sosial

lebih lama dari waktu yang

saya rencanakan

11. Saya menyempatkan untuk

mengecek pesan/notifikasi di

media sosial saat melakukan

aktivitas lainnya

12. Saya sudah berusaha

mengurangi waktu untuk

mengakses media sosial,

namun gagal
KUESIONER PENELITIAN

Hubungan FoMO (Fear Of Missing Out) Dengan Kecanduan Media Sosial


Pada Remaja Sekolah Menengah Akhir Di SMKN 1 Bulukumba
Berikut ini adalah kuesioner yang berkaitan dengan penelitian tentang
Hubungan FoMO (Fear Of Missing Out) Dengan Kecanduan Media Sosial Pada
Remaja Di SMKN 1 Bulukumba. Saya memohon dengan hormat kesediannya untuk
dapat berpartisipasi dalam pengisian kuesioner berikut ini. Atas kesediaan dan
partisipasi anda sekalian untuk mengisi kuesioner yang ada saya ucapkan banyak
terima kasih.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Kelas :
DAFTAR KUESIONER
Mohon untuk memberikan tanda ( ) pada setiap pernyataan yang anda pilih
Keterangan :
TP (tidak pernah) 1
J (jarang) 2
SR (sring) 3
SL (selalu) 4

NO. PERYATAAN TP J SR SL

1. Saya menjadi cemas ketika saya tidak tahu

apa yang teman-teman saya lakukan di

media sosial

2. Saya akan merasa cemas jika saya tidak


dapat terhubung dengan media sosial

3. Ketika saya pergi berlibur saya terus

memantau apa yang dilakukan teman-teman

saya di media sosial

4. Saya takut orang lain memiliki pengalaman

yang lebih berharga dari pada saya di media

sosial

5. Saya akan merasa terganggu ketika tidak

dapat menggunakan smartphone

6. Saya merasa tersaingi ketika saya tidak

dapat melakukan yang dilakukan orang lain

7. Penting bagi saya untuk memahami apa

yang teman-teman saya bicarakan dimedia

sosial

8. Saya akan merasa tidak nyaman karna tidak

dapat update di media sosial

9. Saya akan merasa aneh karna tidak dapat

mengecek pemberitahuan terbaru dari media

sosial

10. Jika saya tidak mengecek smartphone

sementara waktu maka akan timbul keiginan

untuk mengeceknya
Lampiran 7 Uji Valid

A. Kecanduan media sosial

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables
in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.778 25

Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Deleted Correlation Deleted
p1 73.13 53.499 .467 .761
p2 72.47 56.878 .420 .767
p3 72.60 56.800 .325 .770
p4 72.40 56.731 .381 .768
p5 72.73 61.306 -.073 .791
p6 73.10 56.093 .383 .767
p7 73.13 57.223 .238 .775
p8 72.83 57.454 .229 .776
p9 72.70 56.148 .423 .766
p10 72.77 58.254 .139 .782
p11 72.43 58.116 .184 .778
p12 72.37 57.206 .364 .769
p13 72.40 57.766 .275 .773
p14 73.07 54.271 .378 .767
p15 73.07 57.995 .197 .777
p16 73.13 53.499 .467 .761
p17 72.47 56.878 .420 .767
p18 72.60 56.800 .325 .770
p19 72.40 56.731 .381 .768
p20 72.73 61.306 -.073 .791
p21 73.07 55.582 .436 .764
p22 73.07 55.030 .359 .768
p23 72.57 53.978 .540 .758
p24 72.67 57.954 .215 .776
p25 72.50 55.224 .477 .762

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
75.77 61.013 7.811 25

Dikatakan valid jika nilai alfa lebih besar dari 0,374

B. FoMO

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
p1 44.00 30.621 .202 .771
p2 44.13 28.395 .382 .755
p3 43.70 31.045 .160 .775
p4 43.67 28.851 .470 .747
p5 43.60 29.007 .348 .758
p6 43.73 27.651 .542 .739
p7 43.43 29.151 .490 .747
p8 44.13 27.430 .485 .744
p9 43.60 32.731 -.010 .786
p10 43.80 28.510 .500 .745
p11 43.53 31.223 .240 .766
p12 43.67 28.851 .470 .747
p13 43.47 29.292 .475 .748
p14 43.63 28.930 .448 .749
p15 43.57 29.013 .420 .752

Dikatakan valid jika nilai alfa lebih besar dari 0,374

C. Uji Reabilitas data


1. fomo

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.822 10
Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
p2 28.40 20.800 .299 .832
p4 27.93 19.237 .688 .788
p6 28.00 18.690 .670 .787
p7 27.70 21.252 .417 .814
p8 28.40 19.972 .402 .820
p10 28.07 19.513 .622 .794
p12 27.93 19.237 .688 .788
p13 27.73 21.375 .401 .816
p14 27.90 19.334 .655 .791
p15 27.83 21.316 .327 .824

2. kecanduan

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.806 12

Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
p1 33.57 23.289 .409 .798
p2 32.90 24.576 .524 .788
p4 32.83 24.351 .489 .790
p6 33.53 24.189 .438 .793
p9 33.13 24.740 .408 .796
p14 33.50 23.845 .314 .811
p16 33.57 23.289 .409 .798
p17 32.90 24.576 .524 .788
p19 32.83 24.351 .489 .790
p21 33.50 23.776 .505 .787
p23 33.00 23.034 .562 .781
p25 32.93 23.582 .543 .784
HUBUNGAN FOMO (FEAR OF MISSING OUT) DENGAN KECANDUANMEDIA SOSIAL PADA REMAJA USIA SEKOLAH MENENGAH AKHIR KELAS XI DI SMKN 1 BULUKUMBA KABUPATEN BULUKUMBA

NO INISIAL JENIS KELAMIN KODE UMUR KODE PENDIDIKAN KODE Kecanduan Media Sosial SKOR KODE
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25
1 A.N PEREMPUAN 1 17 2 SMA 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 4 4 3 4 2 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 28 1
2 N LAKI-LAKI 1 17 2 SMA 2 2 3 4 4 1 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 2 3 4 4 1 3 2 3 4 4 30 2
3 N PEREMPUAN 2 18 3 SMA 2 1 4 4 3 4 4 1 2 3 4 3 4 4 4 4 1 4 4 3 4 4 1 4 4 3 30 2
4 A PEREMPUAN 2 16 1 SMA 2 2 4 2 4 3 3 2 3 2 2 4 3 4 3 2 2 4 2 4 3 2 2 4 2 4 27 2
5 A PEREMPUAN 2 18 3 SMA 2 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 4 2 2 3 3 3 29 2
6 K LAKI-LAKI 1 16 1 SMA 2 1 3 3 4 2 4 4 3 2 4 4 3 3 4 3 1 3 3 4 2 3 1 3 3 2 30 1
7 M PEREMPUAN 2 17 2 SMA 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 1 2 2 26 1
8 F PEREMPUAN 1 18 3 SMA 2 2 3 4 3 3 2 3 4 3 4 4 2 4 1 2 2 3 4 3 3 2 2 3 4 3 31 1
9 M LAKI-LAKI 1 17 2 SMA 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 31 1
10 S PEREMPUAN 2 18 3 SMA 2 2 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 2 2 4 4 4 3 4 2 4 2 4 34 1
11 U PEREMPUAN 2 18 3 SMA 2 2 3 3 3 2 2 1 4 3 4 4 4 3 1 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 27 1
12 A LAKI-LAKI 1 17 2 SMA 2 3 4 2 4 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 4 2 4 4 3 3 4 2 4 33 1
13 A PEREMPUAN 2 16 1 SMA 2 2 3 4 3 3 2 1 4 4 4 2 4 4 2 3 2 3 4 3 3 2 2 3 4 3 30 1
14 F LAKI-LAKI 1 16 1 SMA 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 1 2 2 2 3 3 3 2 3 1 3 3 24 2
15 S PEREMPUAN 2 18 3 SMA 2 4 3 3 4 2 4 2 1 4 1 4 4 4 1 3 4 3 3 4 2 3 4 3 3 4 28 2
16 A PEREMPUAN 2 16 1 SMA 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 33 1
17 N PEREMPUAN 2 16 1 SMA 2 3 4 4 4 4 3 2 4 4 2 4 4 4 1 1 3 4 4 4 4 2 3 4 4 4 34 2
18 R LAKI-LAKI 1 16 1 SMA 2 2 3 3 4 3 2 3 3 4 2 3 3 4 4 4 2 3 3 4 3 4 2 3 3 4 29 1
19 E PEREMPUAN 2 18 3 SMA 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 23 1
20 D PEREMPUAN 2 16 1 SMA 2 2 4 2 3 4 2 2 2 3 2 4 4 2 2 3 2 4 2 3 4 3 2 4 2 3 26 1
21 N PEREMPUAN 2 16 1 SMA 2 3 3 2 4 4 2 3 3 4 3 4 3 3 3 2 3 3 2 4 4 2 3 3 2 4 31 2
22 W PEREMPUAN 2 18 3 SMA 2 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 3 4 37 1
23 S PEREMPUAN 2 18 3 SMA 2 1 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 1 3 3 3 3 2 1 3 3 3 24 2
24 F LAKI-LAKI 1 17 2 SMA 2 3 3 4 4 3 2 4 4 3 4 4 3 4 4 2 3 3 4 4 3 2 3 3 4 4 34 1
25 S PEREMPUAN 2 16 1 SMA 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 31 1
26 P PEREMPUAN 2 16 1 SMA 2 4 4 4 3 3 2 2 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 30 1
27 B PEREMPUAN 2 17 2 SMA 2 4 3 4 4 2 2 4 4 2 2 2 3 4 4 2 4 3 4 4 2 2 4 3 4 4 31 1
28 H LAKI-LAKI 1 17 2 SMA 2 4 4 3 2 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 4 3 2 4 3 4 4 3 2 31 1
29 F LAKI-LAKI 1 17 2 SMA 2 4 3 2 4 3 3 2 2 3 4 4 4 2 2 3 4 3 2 4 3 3 4 3 2 4 30 2
30 K PEREMPUAN 2 16 1 SMA 2 4 2 4 4 3 2 3 4 3 3 2 4 3 3 2 4 2 4 4 3 2 4 2 4 4 1 1

1
FEAR Of MISSING OUT (FOMO)

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 SKOR KODE


4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3
3 2 3 4 4 4 4 2 3 4 3 4 4 4 4 2 2
4 1 1 4 3 4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 1 2
2 3 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 2
2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2
3 1 3 3 4 3 4 1 4 3 3 3 4 3 4 1 2
2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3
2 3 3 4 3 4 3 2 3 4 3 4 3 4 2 2 1
3 3 4 3 1 3 3 3 4 3 4 3 3 4 2 3 2
4 2 4 4 4 4 4 2 1 4 4 4 4 4 4 2 2 Keterangan :
2 2 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1) Laki-laki : kode 1
4 3 4 2 4 2 4 3 4 2 4 2 4 2 4 3 2 perempuan : kode 2
2 2 3 4 1 4 3 2 3 2 3 4 3 4 3 2 2
2 2 2 3 3 1 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 1 2) umur 16 :kode 1
4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 2 umur 17: kode 2
3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 umur 18: kode 3
2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2
4 2 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 4 3 4 2 2
3) SMA : kode 1
3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 4) skor kecanduan media sosial
3 2 4 2 3 2 3 2 4 2 4 2 3 2 3 2 1 TP (tidak pernah) : 1
2 3 3 2 4 2 4 3 3 2 3 2 4 2 4 3 1
4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 2
J (jarang) : 2
2 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 SR (sering) 3
2 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 SL (selalu) 4
3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2
5) skor FOMO
4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2
2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 TP (tidak pernah) : 1
3 4 4 3 2 3 2 4 4 3 4 3 2 3 2 4 2 J (jarang) : 2
3 4 3 2 4 2 4 4 3 2 3 2 4 2 4 4 2
SR (sering) : 3
2 4 2 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 1
SL (selalu) 3SL (selalu) : 4
Lampiran 8 Hasil Olah Data

A. Data karakteristik responden


1. Jenis kelamin

Statistics
JENISKELAMIN
N Valid 52
Missing 0

JENISKELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid LAKI-LAKI 13 25.0 25.0 25.0
PEREMPUAN 39 75.0 75.0 100.0
Total 52 100.0 100.0

2. Umur

Statistics
UMUR
N Valid 52
Missing 0
Mean 17.44
Std. Deviation .777
Minimum 16
Maximum 19

UMUR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 16 5 9.6 9.6 9.6
17 23 44.2 44.2 53.8
18 20 38.5 38.5 92.3
19 4 7.7 7.7 100.0
Total 52 100.0 100.0

1
3. Kelas

KELAS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BDP,AKL 6 11.5 11.5 11.5
TAV,OTKP 11 21.2 21.2 32.7
TB,NKP 19 36.5 36.5 69.2
TKJ,TKR 16 30.8 30.8 100.0
Total 52 100.0 100.0

B. Data variable penelitian

Descriptives
Statistic Std. Error
KECANDUAN Mean 32.38 .759
95% Confidence Interval for Lower Bound 30.86
Mean Upper Bound 33.91

5% Trimmed Mean 32.69

Median 34.00
Variance 29.928
Std. Deviation 5.471
Minimum 17
Maximum 41
Range 24
Interquartile Range 7
Skewness -1.018 .330
Kurtosis .538 .650
FOMO Mean 29.31 .559
95% Confidence Interval for Lower Bound 28.19
Mean Upper Bound 30.43
5% Trimmed Mean 29.59
Median 30.00
Variance 16.256
Std. Deviation 4.032

Minimum 16
Maximum 35
Range 19
Interquartile Range 5
Skewness -1.061 .330
Kurtosis 1.471 .650

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
KECANDUAN .164 52 .001 .912 52 .001
FOMO .123 52 .046 .928 52 .004
a. Lilliefors Significance Correction

C. Hasil Uji Chi-Square

kategori_kecanduan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
sering 27 51.9 51.9 51.9
jarang 25 48.1 48.1 100.0
Total 52 100.0 100.0

kategori_fomo
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 10 19.2 19.2 19.2
Sedang 33 63.5 63.5 82.7
Rendah 7 13.5 13.5 96.2
sangat rendah 2 3.8 3.8 100.0
Total 52 100.0 100.0

kategori_fomo * kategori_kecanduan Crosstabulation


kategori_kecanduan
sering jarang Total
kategori_fomo .00 Count 0 1 1
Expected Count .5 .5 1.0
% within kategori_fomo 0.0% 100.0% 100.0%
% within 0.0% 4.0% 1.9%
kategori_kecanduan
% of Total 0.0% 1.9% 1.9%
tinggi Count 10 0 10
Expected Count 5.2 4.8 10.0
% within kategori_fomo 100.0% 0.0% 100.0%
% within 37.0% 0.0% 19.2%
kategori_kecanduan
% of Total 19.2% 0.0% 19.2%
sedang Count 16 17 33
Expected Count 7.1 15.9 33.0
% within kategori_fomo 50.0% 50.0% 100.0%
% within 59.3% 68.0% 63.5%
kategori_kecanduan
% of Total 30.8% 32.7% 63.5%
rendah Count 1 6 7
Expected Count 3.6 3.4 7.0
% within kategori_fomo 14.3% 85.7% 100.0%
% within 3.7% 24.0% 13.5%
kategori_kecanduan
% of Total 1.9% 11.5% 13.5%
sangat rendah Count 0 2 2
Expected Count 1.0 1.0 2.0
% within kategori_fomo 0.0% 100.0% 100.0%
% within 0.0% 8.0% 3.8%
kategori_kecanduan
% of Total 0.0% 3.8% 3.8%
Total Count 27 25 52
Expected Count 27.0 25.0 52.0
% within kategori_fomo 51.9% 48.1% 100.0%
% within 100.0% 100.0% 100.0%
kategori_kecanduan
% of Total 51.9% 48.1% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value Df sided)
a
Pearson Chi-Square 16.519 4 .002
Likelihood Ratio 21.907 4 .000
Linear-by-Linear Association 7.341 1 .007
N of Valid Cases 52
a. 7 cells (70.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .48.
HUBUNGAN FOMO (FEAR OF MISSING OUT) DENGAN KECANDUANMEDIA SOSIAL PADA REMAJA USIA SEKOLAH MENENGAH AKHIR KELAS XI DI SMKN 1 BULUKUMBA KABUPATEN BULUKUMBA

NO INISIAL JENIS KELAMIN KODE UMUR KODE KELAS KODE Kecanduan Media Sosial SKOR KODE FEAR Of MISSING OUT
(FO
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 SKOR KODE
1 R Perempuan 2 17 2 XI TKJ 2 4 3 4 3 4 4 2 4 2 2 3 2 3 36 1 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 35 2
2 A Perempuan 2 17 2 XI TKJ 2 4 2 3 1 4 3 2 3 2 2 3 3 4 32 1 3 2 4 3 3 2 2 3 4 3 29 3
3 A Perempuan 2 16 1 XI TKJ 2 4 2 2 2 3 3 2 2 1 2 1 2 2 24 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 16 5
4 Z Perempuan 2 16 1 XI BDP 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 3 1 17 2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 3 22 4
5 T Perempuan 2 17 2 XI BDP 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 32 1 3 2 3 3 2 4 3 3 3 3 29 3
6 A laki-laki 1 17 2 XI BDP 1 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 30 1 3 3 2 3 2 3 4 4 3 3 30 3
7 N Perempuan 2 18 3 XI AKL 2 1 4 2 3 1 4 3 3 3 3 3 4 3 36 1 3 4 3 3 3 2 4 4 4 3 33 2
8 S Perempuan 2 18 3 XI AKL 2 1 3 2 3 3 2 3 4 4 3 2 3 3 35 1 3 4 3 3 4 3 2 3 3 4 32 3
9 N Perempuan 2 17 2 XI TB 1 2 3 2 4 4 3 3 2 3 3 4 2 3 36 1 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 31 3
10 A Perempuan 2 17 2 XI TB 1 2 2 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 34 1 2 3 4 4 2 3 3 4 2 3 30 3
11 F Perempuan 2 17 2 XI TB 2 2 4 4 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 39 1 3 2 4 4 3 4 4 4 4 3 35 2
12 R Perempuan 2 17 2 XI TB 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 33 1 3 3 2 2 2 3 3 3 4 3 28 3
13 S Perempuan 2 17 2 XI NKP 1 1 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 4 31 1 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 27 3
14 M laki-laki 1 17 2 XI NKP 1 1 3 3 2 3 4 4 3 3 2 2 3 3 35 1 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 28 3
15 P Perempuan 2 17 2 XI NKP 1 1 4 4 3 3 2 3 3 2 3 1 4 3 35 1 3 4 2 3 3 2 2 3 3 3 28 3
16 A laki-laki 1 17 2 XI NKP 1 1 3 2 4 3 3 3 2 2 4 4 3 2 35 1 2 3 2 4 4 4 3 4 4 4 34 2
17 F Perempuan 2 17 2 XI TKRO 2 3 3 2 2 3 3 4 1 2 3 3 3 32 1 1 2 2 4 2 4 4 2 4 4 29 3
18 W Perempuan 2 17 2 XI TAV 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 1 1 2 21 2 1 2 1 3 3 4 3 3 2 2 24 4
19 R Perempuan 2 17 2 XI TKRO 2 3 2 3 3 3 2 1 2 1 2 3 3 28 1 3 4 3 2 3 2 3 2 3 4 29 3
20 N laki-laki 1 17 2 XI TAV 2 4 1 3 1 3 1 1 1 1 3 3 2 24 2 2 1 2 3 2 2 3 3 3 3 24 4
21 S Perempuan 2 17 2 XI OTKP 2 3 3 2 3 4 2 3 1 3 3 2 3 32 1 2 4 2 4 3 4 4 3 3 2 31 3
22 A laki-laki 1 17 2 XI OTKP 2 4 3 3 3 4 2 4 4 4 4 3 3 41 1 4 1 1 2 2 4 4 2 4 4 28 3
23 A Perempuan 2 17 2 XI TKJ 2 4 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 20 2 2 1 3 2 2 3 1 2 2 1 19 5
24 H Perempuan 2 17 2 XI TKJ 2 4 2 3 2 2 3 1 2 2 1 2 1 2 23 2 1 2 1 3 3 4 3 3 2 2 24 4
25 K laki-laki 1 17 2 XI TKJ 2 4 2 3 3 2 4 1 2 1 2 3 2 3 28 1 1 4 3 2 3 3 2 4 3 4 29 3
26 A laki-laki 1 17 2 XI TKJ 2 4 3 3 4 3 3 2 3 3 4 2 3 3 36 1 2 2 2 4 2 2 3 4 4 4 29 3
27 M laki-laki 1 17 2 XI TKJ 2 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 37 1 2 4 3 4 3 3 3 4 4 3 33 4
28 W Perempuan 2 18 3 XI OTKP 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 2 3 4 36 1 1 2 3 3 3 2 2 3 3 4 26 3
29 A laki-laki 1 18 3 XI OTKP 2 4 3 3 4 3 3 3 2 2 2 4 3 36 1 1 2 4 3 4 2 3 2 3 3 27 3
30 F laki-laki 1 18 3 XI OTKP 2 2 3 4 2 4 3 3 4 3 4 4 4 40 1 1 2 1 3 2 3 3 3 3 3 24 4
31 A Perempuan 2 18 3 XI TAV 2 2 3 4 4 3 2 1 3 2 2 3 3 32 1 3 3 4 3 4 1 4 3 3 2 30 3
32 P Perempuan 2 18 3 XI TAV 2 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 32 1 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 26 3
33 D Perempuan 2 18 3 XI TAV 2 4 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4 4 37 1 3 4 3 4 3 2 3 4 3 3 32 3
34 R Perempuan 2 18 3 XI TAV 2 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 34 1 4 3 1 3 3 3 4 3 4 3 31 3
35 B Perempuan 2 18 3 XI TB 1 3 4 3 3 2 2 4 3 3 4 3 3 3 37 1 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 34 2
36 S Perempuan 2 19 4 XI TB 1 3 2 3 2 2 3 2 3 4 2 2 3 3 31 1 4 2 4 3 3 3 3 3 4 3 32 3
37 R Perempuan 2 18 3 XI AKL 1 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 37 1 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 32 3
38 H Perempuan 2 18 3 XI TB 1 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 33 1 3 3 3 3 3 4 4 3 2 2 30 3
39 F Perempuan 2 18 3 XI TB 2 3 2 2 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 35 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 28 3
40 R Perempuan 2 18 3 XI TB 2 3 3 4 2 3 4 2 2 3 3 4 3 4 37 1 3 4 1 4 3 3 3 4 3 4 32 3
41 N Perempuan 2 18 3 XI TB 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 38 1 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 34 2
42 M laki-laki 1 16 1 XI TB 2 3 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2 2 28 1 4 3 2 3 4 3 4 3 4 2 32 3
43 N Perempuan 2 16 1 XI TB 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 4 3 3 33 1 3 3 3 4 3 4 3 3 4 2 32 3
44 I Perempuan 2 16 1 XI TB 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 2 3 4 37 1 4 3 2 2 4 3 4 3 4 4 33 2
45 N laki-laki 1 18 3 XI TB 3 3 4 2 2 3 3 4 3 4 3 4 3 4 39 1 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 34 2
46 N Perempuan 2 18 3 XI TB 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 35 1 2 4 3 4 2 4 2 4 2 4 31 3
47 A Perempuan 2 18 3 XI TKJ 1 4 3 3 1 2 4 2 3 1 2 3 1 3 28 1 4 3 2 3 2 3 4 3 4 3 31 3
48 S laki-laki 1 18 3 XI TKJ 1 4 2 3 1 4 4 3 1 2 2 2 1 2 27 1 1 3 2 2 3 2 3 3 3 3 25 4
49 S Perempuan 2 18 3 XI TKJ 2 4 2 2 2 2 3 1 1 1 2 1 2 2 21 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 25 4
50 Y Perempuan 2 19 4 XI TKJ 2 4 3 3 1 3 4 3 3 2 3 3 2 4 34 1 4 3 3 3 2 3 4 3 4 1 3 32 3
51 R Perempuan 2 19 4 XI TKRO 3 3 3 2 4 1 2 1 2 3 2 3 3 29 1 2 3 3 2 4 4 2 3 3 4 30 3
52 I Perempuan 2 19 4 XI TKRO 3 3 4 3 3 2 3 3 4 2 3 3 3 36 1 3 4 2 4 3 4 4 4 3 4 35 3
Lampiran 9 Kuesioner uji valid

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan media sosial dengan tingkat Kecanduan Remaja Di SMKN 1 Bulukumba


Berikut ini adalah kuesioner yang berkaitan dengan penelitian tentang
Hubungan Media Sosial Dengan Kecanduam pada remaja. Saya memohon dengan
hormat kesediannya untuk dapat berpartisipasi dalam pengisian kuesioner berikut ini.
Atas kesediaan dan partisipasi anda sekalian untuk mengisi kuesioner yang ada saya
ucapkan banyak terima kasih.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Kelas :
DAFTAR KUESIONER
Mohon untuk memberikan tanda ( ) pada setiap pernyataan yang anda pilih
Keterangan :
TP (tidak pernah) 1
J (jarang) 2
SR (sring) 3
SL (selalu) 4

No. Pernyataan Kecanduan TP J SR SL


Media Sosial
1. Intensitas waktu penggunaan media sosial

saya 5 jam sampai > 8 jam/ hari


2. Saya mengingatkan diri saya „sebentar,

sedikit lagi selesai‟saat sedang asyik

mengakses media sosial

3. Saya merasa senang disaat saya mengakses

media sosial

4. Saya membayangkan hal-hal baru apa yang

terjadi di media sosial di saat saya sedang

melakukan aktivitas lainnya

5. Saya menyempatkanuntuk mengecek

pesan/notifikasi di media sosial saat

melakukan aktivitas lainnya

6. Orang disekitar saya (teman/orang tua)

mengingatkan saya agar tidak terlalu sering

mengakses media sosial

7. Nilai tugas/ ulangan saya turun akibat

penggunaan media sosial terlalu sering

8. Saya mencoba berhenti menggunakan media

sosial, naman gagal

9. Jenis media sosialyang sering digunakan:


f. Instagram
g. Tik Tok
h. Facebook
i. Whatsapp
j. Youtube

10. Tugas sekolah/ runah saya terhambat akibat

terlalu sering menghabiskan waktu untuk

mengakses media sosial

11. Saya merencanakan kapan saya bisa

mengakses media sosial lagi di saat sedang

melakukan aktivitas lainnya

12. Saya berpikir bahwa hidup tampa media

sosial akan terasa hampa dan membosankan

13. Saya merasa kesal jika ada orang yang

menganggu saya disaat sedang asyik

mengakses media sosial

14. Saya tidur terlalu malam karna mengakses

media sosial

15. Saya merasa waktu penggunaan media sosial

saya meningkat signifikan

16. Media sosial digunakan untuk memodifikasi

suasana mood ( mood modification)

17. Saya berfikir bahwa hidup tampa media sosial

akan terasa hampa dan membosankan


18. Saya merasa gelisah jika tidak dapat

mengakses media sosial

19. Penggunaan media sosial menjadi akivitas

yang penting bagi kehidupan saya

20. Saya merahasiakan beberapa waktu yang saya

habiskan untukmengakses media sosial dari

orang terdekat saya (teman/orang tua)

21. Saya mengakses media sosial lebih lama dari

waktu yang saya rencanakan

22. Saya lebih memilih mengakses media sosial

dari pada keluar bersama teman/keluarga

23. Saya menyempatkan untuk mengecek

pesan/notifikasi di media sosial saat

melakukan aktivitas lainnya

24. Saya mengalihkan masalah yang saya hadapi

dengan mengakses media sosial

25. Saya sudah berusaha mengurangi waktu

untuk mengakses media sosial, namun gagal


KUESIONER PENELITIAN

Hubungan FoMO (Fear Of Missing Out) Dengan Kecanduan Media Sosial


Pada Remaja Sekolah Menengah Akhir Di SMKN 1 Bulukumba
Berikut ini adalah kuesioner yang berkaitan dengan penelitian tentang
Hubungan FoMO (Fear Of Missing Out) Dengan Kecanduan Media Sosial Pada
Remaja Di SMKN 1 Bulukumba. Saya memohon dengan hormat kesediannya untuk
dapat berpartisipasi dalam pengisian kuesioner berikut ini. Atas kesediaan dan
partisipasi anda sekalian untuk mengisi kuesioner yang ada saya ucapkan banyak
terima kasih.

IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Kelas :
DAFTAR KUESIONER
Mohon untuk memberikan tanda ( ) pada setiap pernyataan yang anda pilih
Keterangan :
TP (tidak pernah) 1
J (jarang) 2
SR (sring) 3
SL (selalu) 4

NO. PERYATAAN TP J SR SL

1. Saya menjadi cemas ketika orang lain

melakukan sesuatu yang lebih menarik dari

saya
2. Saya menjadi cemas ketika saya tidak tahu

apa yang teman-teman saya lakukan di

media sosial

3. Saya merasa ada yang hilang ketika tidak

mengikuti tren

4. Saya akan merasa cemas jika saya tidak

dapat terhubung dengan media sosial

5. Saya sering marah karna sesuatu yang tidak

begitu penting

6. Ketika saya pergi berlibur saya terus

memantau apa yang dilakukan teman-teman

saya di media sosial

7. Saya takut orang lain memiliki pengalaman

yang lebih berharga dari pada saya di media

sosial

8 Saya akan merasa terganggu ketika tidak

dapat menggunakan smartphone

9. Saya akan takut ketika kehabisan atau telah

mencapai paket bulanan

10. Saya merasa tersaingi ketika saya tidak

dapat melakukan yang dilakukan orang lain

11. Saya lebih banyak menghabiskan waktu di


media sosial dari lingkungan sekitar saya

12. Penting bagi saya untuk memahami apa

yang teman-teman saya bicarakan dimedia

sosial

13. Saya akan merasa tidak nyaman karna tidak

dapat update di media sosial

14. Saya akan merasa aneh karna tidak dapat

mengecek pemberitahuan terbaru dari media

sosial

15. Jika saya tidak mengecek smartphone

sementara waktu maka akan timbul keiginan

untuk mengeceknya
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai