Anda di halaman 1dari 21

AKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Bimbingan Kelompok

Yang diampuh Oleh Dosen Katarina Korohama,M. Pd

OLEH KELOMPOK 5

REGINA NUNSIATA WATU PIDJO (2001160103)

SEPRIANTO NEONBANU (2001160073)

THERESIA BOLENG KELEN (2001160109)

VICHY ARYANTO TANGGELA (2001160077)

TIFENI MOREIRA LAU ( 2001160115)

SEMESTER/KELAS: 4/A

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat sehingga kami dapat menyusun Makala yang berjudul “Aktivitas
Bimbingan kelompok” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari Makalah Ilmiah ini adalah untuk memenuhi
Tugas  pada Mata Kuliah Bimbingan Konseling Kelompok. Selain itu, Makalah Ilmiah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan  bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami sangat menyadari bahwa Makalah Ilmiah yang kami tulis ini masih jahu dari kata
sempurna,maka dari itu itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnan Makalah Ilmiah ini.

Kupang 26 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Judul
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
1. Bentuk-Bentuk Aktivitas Kelompok :....................................................................................6
A. Diskusi..................................................................................................................................6
B. Game.....................................................................................................................................8
C. Role Playing........................................................................................................................10
D. Sosiodrama.........................................................................................................................12
BAB III................................................................................................................................................15
PENUTUP...........................................................................................................................................15
Kesimpulan......................................................................................................................................15
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Prayitno layanan bimbingan kelompok adalah suatu layanan


bimbingan yang di berikan kepada siswa secara bersama-sama atau kelompok agar
kelompok itu menjadi besar, kuat, dan mandiri. Bimbingan kelompok dapat
berupa penyampaian informasi maupun aktifitas kelompok membahas masalah-
masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.
Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok, yaitu kelompok
kecil (2-6 orang), kelompok sedang (13-20 orang), dan kelompok kelas (20-40
orang). Juntika Nurhisan (2006; 24). Bimbingan kelompok juga memiliki bentuk-
bentuk yaitu bentuk diskusi Diskusi menurut Prayitno merupakan proses interaksi
yang dilakukan oleh dua orang individu atau lebih yang saling bertatap muka
dengan bertujuan bertukar informasi, mempertahankan pendapat atau
pemecahan.masalah.
Diskusi kelompok adalah sebuah cara dimana seorang individu atau klien
berkesempatan untuk mengemukakan pendapat dalam proses penyelesaian
masalah yang kedua game menurut Freud (Santrock,2006) berpendapat bahwa
game (bermain) merupakan suatu bentuk penyesuaian diri manusia yang sangat
berguna menolong anak menguasai kecemasan dan konflik. Bentuk yang ketiga
yaitu role playing yaitu Role playing merupakan suatu metode bimbingan dan
konseling kelompok yang dilakukan secara sadar dan diskusi tentang peran dalam
kelompok.
Santrock juga menyatakan bermain peran memungkinkan peserta didik
mampu mengatasi frustasi dan merupakan suatu medium bagi ahli terapi untuk
menganalisis konflik – konflik dan cara mereka mengatasinya. Dapat disimpulkan
bahwa dalam penggunaan teknik bermain peran (role playing), konselor sangat
memegang peranan penting dan dapat menentukan masalah, topik untuk siswa
dapat membawakan situasi role playing yang disesuaikan dari hasil need
assesment siswa sehingga dapat disusun skenario bermain peran, setelah itu baru
dapat mendiskusikan hasil, dan mengevaluasi seluruh pengalaman yang dirasakan
oleh siswa setelah melakukan role playing.
Bentuk keempat adalah Sosiodrama Menurut Nugraha (2019) sosiodrama
adalah permainan peran yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang
timbul dalam hubungan antar manusia. Menurut Winkel (Indriasari 2016)
sosiodrama merupakan dramatisasi dari berbagai persoalan yang dapat timbul
dalam pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk konflik yang sering dialami
dalam pergaulan sosial.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji yaitu tentang bentuk-bentuk aktivitas
kelompok :
1. Apa pengertian diskusi dalam aktivitas kelompok ?
2. Apa itu game dalam aktivitas kelompok ?
3. Bagaimana role playing dalam aktivtas kelompok?
4. Bagaimana sosiodrama dalam aktivitas kelompok

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penulisan makalah


ilmiah ini untuk memenuhi tugas Bk kelompok dan untuk menambah wawasan
ilmiah tentang
1. Untuk mengetahui pengertian diskusi dalam aktivitas kelompok
2. Untuk memahami apa itu game dalam aktivitas kelompok
3. Untuk mengetahui role palying dalam aktivitas kelompok
4. Untuk memahami sosidrama dalam aktivitas kelompok
BAB I

PEMBAHASAN

1. Bentuk-Bentuk Aktivitas Kelompok :

A. Diskusi
Menurut Dewa Ketut Sukardi 2008) diskusi kelompok merupakan suatu
pertemuan dua orang atau lebih yang bertujuan untuk menghasilkan keputusan
bersama melalui proses saling tukar pengalaman dan pendapat. Tujuan dan manfaat
yang diperoleh dari penggunaan teknik diskusi kelompok untuk siswa antara lain:
siswa memperoleh informasi yang berharga dari teman diskusi dan pembimbing
diskusi, membangkitkan Motivasi dan semangat siswa untuk melakukan sesuatu
tugas, mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis, mampu melakukan analisis
dan sintesis atas data atau informasi yang diterimanya, mengembangkan keterampilan
dan keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat secara jelas dan terarah serta
membiasakan kerja sama di antara siswa.
Diskusi menurut Prayitno merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh dua
orang individu atau lebih yang saling bertatap muka dengan bertujuan bertukar
informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan.masalah.
Diskusi kelompok adalah sebuah cara dimana seorang individu atau klien
berkesempatan untuk mengemukakan pendapat dalam proses penyelesaian masalah.
Diskusi kelompok adalah sebuah teknik bimbingan kelompok yang penting, dan
merupakan jantung dari bimbingan kelompok . Diskusi adalah salah satu bentuk dari
bimbingan kelompok yang efektif dan baik untuk dilakukan dengan menggunakan
dinamika kelompok dengan tujuan untuk, mengembangkan diri, menggali dan
membuat rasa percaya diri menjadi tumbuh
Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa diskusi
adalah sebuah cara dimana dua orang atau lebih yang saling menyampaikan ide dan
gagasan baik untuk memecahkan masalah atau hanya sekedar bertukar pendapat.
Menurut Suyanto, diskusi kelompok adalah teknik bimbingan kelompok yang
dilaksanakan dengan maksud agar para siswa anggota kelompok mendapat
kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Senada dengan
pendapat di atas, Surya menyatakan diskusi kelompok merupakan suatu teknik dalam
bimbingan kelompok yang murid-muridnya mendapat kesempatan memecahkan
masalah bersamasama. Setiap murid mendapat kesempatan untuk menyumbang
pikiran dalam memecahkan suatu masalah atau topik tertentu Dalam kegiatan diskusi
kelompok yang memegang peranan adalah pembimbing. Pembimbing berusaha
menciptakan situasi yang mendorong konseli untuk ikut terlibat dalam diskusi dan
selalu aktif berpartisipasi dan saling berinteraksi diantara mereka.
Diskusi kelompok adalah suatu pertemuan dua orang atau lebih, yang ditujukan
untuk saling tukar pengalaman dan pendapat, dan biasanya menghasilkan suatu
keputusan bersama.
Diskusi kelompok ada unsur - unsur diantaranya :
a) .Percakapan orang-orang yang bertemu.
b) Tujuan yang ingin dicapai.
c) Proses saling tukar pengalaman dan pendapat.
d) Keputusan atau bermufakatan bersama.

Diskusi kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan kelompok, sebab


kegiatan kelompok sangat beraneka macam (reaksi bersama lari bersama, bekerja
bersama, dan lain-lain). diskusi kelompok bisa disebut juga salah satu bentuk kegiatan
yang dilaksanakan dalam bimbingan. Kegiatan diskusi kelompok merupakan kegiatan
yang dilakukan dengan melibatkan lebih dari satu individu. Kegiatan diskusi
kelompok ini dapat menjadi alternatif dalam membantu memecahkan permasalahan
seorang individu.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa


diskusi kelompok adalah suatu teknik konseling kelompok dengan teknik diskusi yang
terdiri dari tiga orang atau lebih, yang dilaksanakan dengan maksud agar sebagai
anggota kelompok dapat mengumpulkan pendapat,membuat kesimpulan, dan
memecahkan masalah yang dihadapidengan jalan mendiskusikan masalah tersebut
secara bersama-sama di bawah pimpinan seorang pemimpin.
Tujuan diskusi adalah:
1. Memberi kesempatan pada setiap peserta untuk mengambil suatu pelajaran
dari pengalaman teman-teman peserta yang lain dalam mencapai jalan keluar
suatu masalah.
2. Memberikan suatu kesadaran bagi setiap peserta bahwa setiap orang itu
mempunyai masalah sendiri-sendiri apabila ada persamaan masalah yang
diutarakan.
3. Akan memberi keringanan beban batin bagi anggota yang kebetulan
masalahnya sama.
4. Mendorong individu yang tertutup dan sukar mengutarakan masalahnya, untuk
berani mengutarakan masalahnya.
5. Kecenderungan mengubah sikap dan tingkah laku tertentu setelah
mendengarkan pandangan, kritikan atau saran teman anggota kelompok.

Tujuan Penggunaan Diskusi Kelompok

Tujuan yang ingin dicapai melalui diskusi kelompok antara lain :

a) Peserta didik memperoleh informasi yang berharga dari teman diskusi dan
pembimbing diskusi. Pengalaman yang baik maupun buruk dan pendapat
dari teman, banyak membantu perkembangan pribadi peserta didik.
Informasi mungkin bersifat praktis, sederhana, dan langsung
dapatdimanfaatkan, misalnya cara menghafal sajak-sajak Chairul Anwar.
Namun, ada juga informasi yang bersifat kompleks dan manfaatnya tidak
langsung diketahui, misalnya tentang keberhasilan membiasakan diri
menepati belajar.
b) Membangkinkan motivasi dan semangat peserta didik untuk melakukan
sesuatu tugas. Bila peserta didik mula-mula enggan mengerjakan sesuatu
tugas, misalnya membuat ringkasan tentang isi bacaan setelah diskusi
tentang manfaat membuat rimgkasan, maka timbul minat dan kemauan
untuk membuat ringkasan. Begitu juga terhadap hal-hal yang semula
ditolak, kurang diminati, kurang dipahami, bahkan yang semula dibenci
dapat berubah untuk dicintai dan dikerjakan.
c) Mengembang kemauan peserta didik berfikir kritis, mampu melakukan
analisis dan sintesis atas data atau informasi yangditerimanya. Dalam
diskusi peserta didik memperoleh berbagai informasi yang mungkin saling
bertentangan, berhubungan atau saling menunjang. Peserta didik secara
bertahap akan mampu menanggapi secara kritis dan lambat laun mampu
membuat analisis serta mensistensiskan informasi yang diterimanya.
d) Menembangkan keterampilan dan keberanian peserta didik untuk
mengemukakan pendapat secara jelas dan terarah. Tampa latihan akan sulit
mengemukakan pendapat dengan jelas, terarah, dan berisi, apalagi para
peserta didik. Dalam diskusi, peserta didik dibimbing untuk berani dan
terampil menyampaikan pengalaman dan gagasan secara teratur, sehingga
mudah dipahami orang lain.
e) Membiasakan kerja sama diantara peserta didik

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan


diskusi kelompok adalah menanamkan atau mengembangkan keterampilan
dan keberanian supaya peserta dapat mengemukakan pendapatnya,
mendapat informasi yang berharga, memberikan suatu kesadaran bahwa
setiap orang mempunyai masalah sendiri-sendiri dan mengubah sikap dan
tingkah laku tertentu serta menerima kritikan atau saran dari teman anggota
kelompok.

Teknik-teknik Dalam Diskusi yaitu :

Ada beberapa teknik dalam sebuah diskusi, antara lain sebagai berikut:

1. Berargumentasi

Berargumentasi dalam berdiskusi tidak lepas dari 3 hal yaitu:


penyampaian gagasan/ pendapat oleh penyaji, penyajian sanggahan oleh peserta
dan penyajian dukungan juga oleh peserta.

2. Penyajian Gagasan yang Relevan

Penyajian gagasan dalam diskusi dikatakan relevan jika tidak lepas dari
upaya-upaya pemecahan masalah yang didiskusikan. Pemecahan masalah akan
mendasar kalau dilandasi pengetahuan yang mendalam tentang hakikat sebab
akibat dari masalah itu. Dengan demikian jika dalam suatu diskusi pembicaraan
masih berkisar pada latar belakang masalah, hakikat masalah, sebab akibat dari
masalah, pemecahan masalah termasuk konsekuensinnya dan implementasinya,
maka pembicaraan itu bisa dikatakan relevan.

3. Menanggapi Gagasan

Memberi tanggapan terhadap suatu gagasan bisa bersifat positif


(mendukung, menyetujui, membenarkan), bisa juga bersifat negatif (menolak,
menyanggah, mengkritik). Jika kita hendak menyanggah gagasan, kemukakan
dengan kalimatyang santun. Seperti telah dikemukakan pada modul
sebelumnya, caranya adalah sebagai berikut:

a) Awali dengan ucapan "maaf" yang diikuti ucapan kurang setuju


(jangan ketidaksetujuan atau penolakan) terhadap pendapat mitra bicara
b) Kemukakan alasan yang logis, tunjukkan letak kekurang tepatan
pendapat itu, atau berikan saran atau usulan penyempurna‟an pendapat
tersebut.

Selain itu,menyanggah gagasan bisa juga dikemukakan dengan cara berikut:

a) Sampaikan penghargaan diikuti kritik dengan mengatakan: baik,


benar, dan logis.
b) Kemukakan alternatif yang lebih baik tanpa mengkritik sama sekali,
misalnya dengan mengatakan : Akan lebih baik/ ekonomis/ praktis
kalau.

Agar tidak menimbulkan konflik hindarilah kata/ ungkapan yang bemuansa


konflik, antara lain kata/ ungkapan yang bernada menghakimi
merendahkan/ menyerang pribadi. Dalam diskusi tidak lepas dari dukungan
gagasan. Mendukung gagasan harus dilakukan secara santun.

Bentuk- Bentuk Diskusi Kelompok

Sebelum membina kegiatan diskusi kelompok, pembimbing perlu mengenal


bentuk diskusi yang akan dibinanya. Setiap bentuk tentu sajamemerlukan
pembinaan yang berbeda-beda dari bentuk lainnya. Bentuk diskusi menurut aspek
dan ciri-cirinya seperti berikut :
Bentuk-bentuk Diskusi Kelompok Dilihat Dari Berbagai Aspek dan dilihat dari
Bentuk Ciri Utama

a) Jumlah anggota A. Kelompok besar dan B. Kelompok kecil, Anggota 20


orang atau lebih Anggota kurang dari 20 orang biasanya sekitar 2-12 orang
b) Pembentukan A. Bentuk formal dan B. Bentuk informal, Sengaja dibentuk
Terbentuk secara spontan tampa direncanakan
c) Tujuan A. Pemecahan masalah dan B. Terapi anggota Menekankan pada
hasil diskusi, Menekankan pada proses diskusi
d) Waktu diskusi A. Marathon dan B. Singkat/regular, Terus-menerus 5-12 jam
1-2 jam, mungkin ndilaksanakan berulang-ulang
e) Masalah yang Dibahas A. Sederhana dan B. Komplek/rumit Relatif mudah
dipecahkan Sulit dipecahkan
f) . Aktivitas kelompok A. Terpusat padaPemimpinDemokratis(terbagi Ke
semua anggota) Anggota kurang aktif, pemimpin sangat aktif, Anggota dan
pemimpin sama-sama aktif.

Menurut Prayitno (1995), terdapat empat tahapan yang harus


dilaksanakan dalam diskusi kelompok, tahapan-tahapan tersebut adalah:
1. . Tahap Pembentukan, Pada tahapan ini terdapat berbagai kegiatan yang akan
dilakukan oleh pemimpin kelompok sebagai pengatur sekaligus pelaksana
diskusi kelompok. Diantaranya yaitu mengungkapkan pengertian dan tujuan
dari kegiatan bimbingan kelompok itu sendiri, menjelaskan mengenai cara-
cara pelaksanaan bimbingan kelompok melalui diskusi kelompok, dan juga
mengenai asas-asasnya. Sedangkan tugas anggota pada tahapan ini adalah
memperkenalkan diri atau melaksanakan kegiatan permainan dalam rangka
menciptakan suasana keakraban antar anggota dan pemimpin kelompok
2. .Tahap Peralihan, Pada tahapan ini pemimpin kelompok akan menjelaskan
kegiatan-kegiatan yang akan ditempuh selanjutnya, penawaran kembali kepada
anggota kelompok mengenai kesiapannya dalam mengikuti kegiatan
selanjutnya dalam bimbingan kelompok.
3. Tahap Kegiatan Dalam pelaksanaan tahapan ini pemimpin kelompok akan
mengemukakan suatu masalah atau topik yang akan dibahas secara bersama.
Tanya jawab antar anggota kelompok dengan pemimpin kelompok tentang
hal-hal yang belum jelas mengenai topik permasalahan yang akan dibahas.
Dalam tahapan ini anggota kelompok akan membahas topik secara mendalam
dan tuntas.
4. Tahap Pengakhiran Pada tahap ini pemimpin kelompok mengemukakan
bahwa kegiatan akan segera diakhiri, pemimpin dan anggota kelompok
mengemukakan kesan pesan setelah pelaksanaan bimbingan kelompok,
mengungkapkan hasil kegiatan, membahas kegiatan selanjutnya, serta
mengemukakan pesan dan harap

B. Game

Istilah play (bermain) dan games (permainan) memiliki makna berbeda dalam
literatur konseling bermain (Rusmana, 2008). Adakalanya bermain merupakan
aktivitas sukarela dan spontan yang tidak memiliki titik akhir atau tujuan tertentu.
Bermain secara instrinsik didorong oleh hasrat untuk bersenang - senang (Garvey
dalam Schaefer & Reid, 2001 ; Rusmana, 2008).
Istilah play diartikan bermain, sedangkan games diartikan permainan, Andang
Ismail (2006:294) membedakan dua maksud dari kata tersebut yaitu bahwa bermain
(play) dapat bermakna sebagai suatu aktivitas murni untuk bermain mencari
kesenangan tanpa mencari “menang-kalah”, sedangkan permainan (games) adalah
aktivitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan,
namun ditandai dengan adanya pencarian “menang-kalah”.
Menurut Santrock (2006) bermain (play) adalah suatu kegiatan yang
menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri. Erikson dan
Freud (Santrock,2006) berpendapat bahwa bermain merupakan suatu bentuk
penyesuaian diri manusia yang sangat berguna menolong anak menguasai kecemasan
dan konflik. Begitu juga Piaget (Santrock, 2006) memandang bahwa bermain sebagai
suatu metode yang meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak. Sedangkan
Hurlock (1997) memberikan opini tentang bermain adalah kegiatan yang dilakukan
atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan
bermain dilaksanakan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar.
Pada intinya, games bersifat sosial, melibatkan proses belajar, mematuhi
peraturan, pemecahan masalah, disiplin diri dan control emosional dan adopsi peran-
peran pemimpin dengan pengikut yang kesemuanya merupakan komponen penting
dari sosialisasi (Serok & Blum , 1993 ; Rusmana,2009).

Peran Permainan Dalam Bimbingan dan Konseling

Penggunaan media bermain dan expressive arts dapat digunakan dalam


pelaksanaan layanan bimbingan (Pamela, 2006). Play media dan expressive arts
berfungsi dalam pekerjaan seorang konselor, karena: (1) anak biasanya tidak
mempunyai kemampuan verbal untuk bertanya, menolong membantu
permasalahannya, bermain salah satu cara berkomunikasi dengan anak. (2) Expressive
arts dan play media dilihat sebagai salah satu metode membantu anak
mengekspresikan perasaannya dan membangun sikap positif bagi dirinya dan
temannya; (3) Strategi membangun hubungan digunakaan sebagai peningkatan
tingkah laku, klarifikasi perasaan; (4) Adanya keterbatasan tipe tingkah laku.

Salah satu contoh game bimbingan kelompok yaitu Rangkaian Nama.


Permainan ini berintikkan penggabungan atau perangkaian nama dari semua anggota
kelompok, termasuk pembimbing kelompok,

Permainan dilaksanakan pada awal kegiatan kelompok ( tahap pembentukan),


agar semua peserta mengenal dan menghapal nama semua anggota, dan dengan
demikian akan meningkatkan keakraban dan kebersamaan antar-sesama anggota
kelompok. Permainan ini menuntut pemusatan perhatian dan dapat membawa suasana
yang menggembirakan, sehingga suasana kelompok lebih hangat dan menyenangkan.

Setiap anggota kelompok (termasuk pembimbing kelompok) berusaha


mengenal dan menyebutkan dengan benar nama-nama semua anggota kelompok
dengan demikian semua anggota kelompok akan merasa diakui oleh anggota lainnya.
Permainan ini mendorong dikembangkannya “perasaan dalam kelompok” untuk
semua anggota kelompok.

Pemain Kelompok yaiu Seluruh anggota kelompok, termasuk pembimbing kelompok

Cara Bermain:

a) Semua anggota kelompok dan pembimbing kelompok berada di tempat duduk


yang disusun dengan membentuk bermain lingkaran.
b) Pembimbing kelompok menjelaskan jalannya permainan, yaitu
1. Mula-mula salah satu anggota kelompok, sebagai orang pertama,
menyebutkan namanya sendiri, misalnya
2. Kemudian, arah kiri atau ke kanan, anggota kelompok lainnya, sebagai
orang kedua, menyebutkan nama anggota yang telah mengemukakan
nama sebelumnya, (yaitu Amin) dan langsung disambungkan dengan
nama sendiri; misalnya, nama kedua itu Budiansyah; maka orang
kedua itu menyebutkan Amin-Budiansyah. Begitu selanjutnya orang
ketiga, dan seterusnya, satu persatu mengaitkan nama-nama yang telah
tersebut terdahulu dengan namanya sendiri.
3. Semua anggota kelompok mendapatkan giliran untuk menyebutkan
nama semua anggota kelompok dan namanya sendiri, sehingga semua
nama itu terangkaikan.

Setelah dicobakan ternyata hasilnya berhasil, permainan dilaksanakan secara


lengkap. Semua anggota kelompok menyiapkan diri dan menyimak dengan baik untuk
menunggu giliran merangkai nama-nama itu. Begitu selanjutnya sampai semua
anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk merangkaikan nama-nama
anggota kelompok secara tepat dan lengkap.

Putaran rangkaian nama itu dapat dilakukan beberapa kali, sampai semua
anggota kelompok, termasuk pembimbing kelompok benar-benar hapal nama semua
anggota kelompok.

Dalam putaran pertama hendaknya diusahakan agar pembimbing kelompok


mendapatkan giliran terakhir untuk merangkaikan nama itu; dengan demikian
pembimbing kelompok diwajibkan sejal awalnya menghapal seluruh nama anggota
kelompoknya. Permainan amat efektif untuk para anggota kelompok yang baru
pertama kali bertemu.

C. Role Playing
Interaksi sosial teman sebaya terkadang mengalami permasalahan,dan hal ini
sangat besar dampaknya bagi kelangsungan masa depan remaja itu sendiri. Sehingga
untuk mengatasi permasalahan remaja dengan teman sebaya dibutuhkan bantuan para
pendidik terutama guru bimbingan dan konseling. Permasalahan interaksi sosial
teman sebaya dalam penanganannya memerlukan suatu terapi atau teknik konseling
tertentu sebagai media penyelesaian masalah tersebut, yaitu teknik role playing
(bermain peran) dalam konseling kelompok. Role playing merupakan suatu teknik
konseling melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anggota kelompok/klien.
Bermain peran (role playing) ialah suatu kegiatan yang menyenangkan. secara
lebih lanjut bermain peran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
memperolah kesenangan, Role playing merupakan suatu metode bimbingan dan
konseling kelompok yang dilakukan secara sadar dan diskusi tentang peran dalam
kelompok.
Santrock juga menyatakan bermain peran memungkinkan peserta didik mampu
mengatasi frustasi dan merupakan suatu medium bagi ahli terapi untuk menganalisis
konflik – konflik dan cara mereka mengatasinya. Dapat disimpulkan bahwa dalam
penggunaan teknik bermain peran (role playing), konselor sangat memegang peranan
penting dan dapat menentukan masalah, topik untuk siswa dapat membawakan situasi
role playing yang disesuaikan dari hasil need assesment siswa sehingga dapat disusun
skenario bermain peran, setelah itu baru dapat mendiskusikan hasil, dan mengevaluasi
seluruh pengalaman yang dirasakan oleh siswa setelah melakukan role playing.
Tujuan Teknik Role Playing (Bermain Peran) Penggunaan Role Playing dalam
kegiatan pembelajaran banyak memberikan manfaat pada siswa. Tujuan dari teknik
Role playing adalah (1) Menyenangkan dan dapat menimbulkan motivasi bagi
pembelajaran, (2) Semakin banyak kesempatan pembelajaran untuk mengungkapkan
diri, (3) Memberikan kesempatan yang lebih luas untuk berbicara, dan (4) Dapat
memberikan kesenangan kepada siswa karena role playing pada dasarnya permainan.
Dengan bermain siswa menjadi senang karena bermain adalah dunia siswa.
Kelebihan dan Kekurangan Teknik Role Playing Role Playing merupakan suatu
teknik konseling melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anggota
kelompok/klien pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya
dilakukan dalam kelompok, bergantung kepada apa yang diperankan. Dari penjelasan
diatas bisa diambil kesimpulan Kelebihan teknik Role Playing adalah :
1. Melibatkan seluruh anggota kelompok dapat berpartisipasi dan
mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam
bekerja sama.
2. Anggota bebas mengambil keputusan dan berekpresi secara utuh.
3. Permainan ini merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan
dalam situasi dan waktu yang berbeda.
Selain kelebihan dalam pembelajaran teknik role playing memiliki kekurangan
yaitu sebagai berikut :

1. Adanya anggapan bahwa kemampuan interpersonal lebih mudah dari


kemampuan interpersonal lebih mudah dari kemampuan teknis.
2. Pengalaman yang diperoleh siswa tidak selalu tepat dan sesuai dengan
kenyataan di lapangan
3. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi
siswa dalam melakukan simulasi.

Salah satu taknik yang dimaksud adalah Role playing adalah kegiatan yang
ideal utnuk berlatih berbicara dan mendengarkan, tetapi juga dapat mencakup praktek
membaca dan menulis. Bermain peran dapat terjadi antara dua orang atau lebih dalam
kelompok tertentu. Oleh karena itu role playing cocok digunakan untuk permasalahan
dalam komunikasi atau interaksi antar individu melalui konseling kelompok.

Role playing merupakan salah satu cara yang efektif membantu sekelompok
individu yang mengalami permasalahan interaksi antar sesamanya. Jika permasalahan
sifatnya khusus atau berbeda faktor penyebabnya, maka konseling kelompok adalah
media yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dengan role playing
melalui konseling kelompok, individu akan mampu mengatasi permasalahan interaksi
sosialnya dengan orang lain dan menyadari peran dirinya dalam kehidupan, serta
mampu membantu memecahkan permasalahan serupa pada teman sebaya dalam
kelompoknya.

D. Sosiodrama

Menurut Nugraha (2019) Teknik sosiodrama adalah permainan peran yang


ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar
manusia. Menurut Winkel (Indriasari 2016) sosiodrama merupakan dramatisasi
dari berbagai persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang
lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam pergaulan sosial.
Sosiodrama yang berasal dari dua kata yaitu"Sosio"yang berarti sosial
dan"drama" yang berarti suatu kejadian atau peristiwa dalam kehidupan manusia
yang mengandung konflik.
Ahli Djamarah berpendapat bahwa sosiodrama adalah:cara mengajar yang
memberikan kesempatan anak didik untuk melakukan kegiatan memainkan peran
tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.
Sosiodrama merupakan suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasi
benuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Sosiodrama adalah permainan peran
yang ditunjukan untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang timbul dalam
hubungan antar manusia. Konflik-konflik sosial yang di sosiodramakan adalah
konflik-konflik yang tidak mendalam yang tidak menyangkut gangguan
kepribadian.(Tatiek Romlah,2001:104).
Sosiodrama yang berasal dari dua kata yaitu"Sosio"yang berarti sosial
dan"drama"yang berarti suatu kejadian atau peristiwa dalam kehidupan manusia
yan
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang
menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba,
gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan pengertian sosiodrama


adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memainkan peran
tingkah laku dalam hubungan sosial, permainan peran ini ditunjukan untuk
memecahkan masalah-masalah sosial yang timbul dalam hubungan anta manusia,
konflik atau tema yang dimainkan dalam Sosiodrama pada umumnya bukan
merupakan konflik yang rumit atau mendalam.

Ciri-ciri sosiodrama yaitu

a) Merupakan peniruan dari situasi yang sebenarnya.


b) .Membahas masalah sosial.
c) Adanya peranan yang di mainkan oleh siswa.
d) Adanya pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Tujuan dari sosiodrama yaitu:

a) Menggambarkan bagaimana seseorang atau beberapa orang menghadapi suatu


sosial tertentu.
b) Bagaimana cara pemecahan suatu masalah menggambarkan sosial.
c) Memberikan pengalaman untuk meninjau suatu situasi sosial dari berbagai
sudut pandang tertentu.
Menurut Abit Adya Mukbakhit (2012) tujuan sosiodrama yaitu teknik
sosidrama lebih tepat digunakan untuk mencapai tujuan yang mengarah pada
aspek afektif motorik dibandingkan pada aspek kognitif yang terkait dengan
kehidupan hubungan sosial dan mendorong individu unuk mengenali merasakan
suatu situasi tertentu. Sosiodrama megarahkan siswa untuk dapat belajar
merasakan situasi yang ada di dalam cerita atau naskah drama tersebut melalui
cerita tersebut individu yang bermain peran maupun yang menonton diharapakan
dapat belajar mengubah sikap dari yang negatif ke positif.
Manfaat sosiodrama sebagai salah satu teknik bimbingan dan kelompok
memberikan beberapa manfaat antara lain (Nana SY.Sukmadinata , 183) yaitu:
1. Memberikan peranan bebas kepada individu yaitu mencurahkan
segala perasaan takut hambatan-hambatan yang dialami perasaan
frustasi, menyalurkan agresi dan mencoba mempertahankan diri.
2. Dengan ber-acting siswa atau peserta didikmencoba bertingkah laku
yang memadai atau tidak belajar mana yang dapat diterima atau
tidak oleh orang lain, belajar menatukan fikiran dan perasaan,
kecemasaan nilai-nilai kepercayaan (belajar menyatukan diri dan
perasaannya atau selfnya.
3. Membuat siswa berinteraksi dengan orang lain secara efektif, baik
yang mempunyai pandangan yang sama maupun yang berbeda.
4. Dalam sosiodrama bukan hanya pencurhatan atau kataris yang
dialami atau dilaksanakan siswa tetapi juga therapy atau
penyembuhan
5. Spontanitas melakukan perbuatan yang konkrit dan
mengembangkan self confidence terhadap situasi yang sebelumnya
ditakuti oleh siswa.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sosiodrama
dalam bimbingan kelompok dapat memberikan berbagai manfaat yang dapat
mengubah perilaku siswa yang melaksanakanya dalam sosiodrama siswa
melakukan sesuatu yang dapat membangun dirinya menjadi lebih baik.
berusaha membuang sikap yang kurang baik dan menggantinya dengan yang
baik melalui perenungan nilai-nilai yang telah dilakukan dari pelaksanan
sosiodrama tersebut.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari materi ini adalah dalam aktivitas
bimbingan kelompok memiliki bentuk-bentuk aktivitas kelompok yaitu :

1. Diskusi Diskusi menurut Prayitno merupakan proses interaksi yang dilakukan


oleh dua orang individu atau lebih yang saling bertatap muka dengan bertujuan
bertukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan.masalah.
Diskusi kelompok adalah sebuah cara dimana seorang individu atau klien
berkesempatan untuk mengemukakan pendapat dalam proses penyelesaian
masalah
2. Game yaitu game menurut Freud (Santrock,2006) berpendapat bahwa game
(bermain) merupakan suatu bentuk penyesuaian diri manusia yang sangat
berguna menolong anak menguasai kecemasan dan konflik.
3. Bentuk yang ketiga yaitu role playing yaitu Role playing merupakan suatu
metode bimbingan dan konseling kelompok yang dilakukan secara sadar dan
diskusi tentang peran dalam kelompok. Salah satu taknik yang dimaksud
adalah Role playing adalah kegiatan yang ideal utnuk berlatih berbicara dan
mendengarkan, tetapi juga dapat mencakup praktek membaca dan menulis.
Bermain peran dapat terjadi antara dua orang atau lebih dalam kelompok
tertentu. Oleh karena itu role playing cocok digunakan untuk permasalahan
dalam komunikasi atau interaksi antar individu melalui konseling kelompok
4. Sosiodrama merupakan dramatisasi dari berbagai persoalan yang dapat timbul
dalam pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk konflik yang sering
dialami dalam pergaulan sosial.
Daftar Pustaka

Herlina. U (2016 ) Teknik Role Playing dalam Konseling Kelompok. Sosial Horizon
Jurnal Pendidikan Sosial 2(1), 94-107.

Eva Imania Eliasa. M. Pd.(2011) “Permainan Dalam Bk. Dalam MGBK SMA Kab.
Sleman.

Dahlia L. C (2019) Bimbingan Kelompok dengan Menggunakan Teknik Diskusi Dalam


Meningkatkan kepercayaan Diri Wanita Disabilitas Di Lembaga HWDI Sukarame
Bandar Lampung ( Doctoral dissertation .UIN Raden Intan Lampung.

Mulyani.U. Hanim W. Setiyowati.E (2016) Pengaruh Teknik Diskusi Kelompok Dalam


Bimbingan Kelompok Terhadap Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Dimensi
Seksualitas Manusia.(Studi Quasi Eksperimen Terhadap Siswa Keslas ( di SMP
Negeri 7 Jakarta Timur). Insight Jurnal Bimbingan Konseling ,2016. 5.1:116-125.

Anda mungkin juga menyukai