Anda di halaman 1dari 9

MODEL EVALUASI RESPONSIF

OLEH KELOMPOK 7:

Nama
Seprianto Neonbanu 2001160073
Venansia Eufamia Asit 2001160111
Hesty Charoline Zacharias 2001160095
Felisitas Chresensia Ririn 2001160043

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah tentang ”Model Evaluasia Responsif”. Kami sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Kami menyadari
bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyimpanan
dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang
kami susun ini memeberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca

Kupang, 27 Januari 2023

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan dan Konseling berada pada ranah pendidikan membutuhkan adanya


peningkatan mutu agar senantiasa mampu memenuhi kebutuhan individu baik di sekolah
maupun masyarakat pada umumnya. Guru pembimbing sebagai tenaga profesional senantiasa
melakukan yang terbaik setiap hari dengan melakukan perbaikan, dan inovasi. Salah satu
kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah evaluasi pembelajaran. Kompetensi ini
sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi
pembelajaran termasuk didalamnya melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar.
Menurut Dewa Ketut Sukardi (1990:47), evaluasi program bimbingan adalah segala
upaya tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di sekolah dengan
mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang
dilaksanakan. Adanya evaluasi BK yang terus menerus akan senantiasa membantu guru
pembimbing untuk dapat melakukan perbaikan dan inovasi dalam penyelenggaraan BK di
sekolah. Dengan adanya perbaikan dari segi pelayanan itu juga akan memberi dampak yang
positif terhadap anak bangsa.
Dalam melakukan evaluasi, perlu mempertimbangkan model evaluasi yang akan
digunakan. Model evaluasi merupakan suatu design yang dibuat oleh pakar evaluasi. Banyak
model evaluasi yang menggambarkan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh guru. Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang salah satu model evaluasi yaitu model
evaluasi responsif.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian dari evaluasi program BK


2. Apa itu faktor-faktor yang mempengaruhi evaluasi program BK
3. Apa itu kelebihan dan kelemahan evaluasi program Bk
C. Tujuan Makalah

1. Untuk Mengetahui apa itu evaluasi program BK


2. Untuk mengetahui Faktor mempengaruhi evaluasi program Bk
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan evaluasi program Bk
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Responsif


 Model Evaluasi Responsif dikembangkan pada tahun 1975 oleh Robert Stake. Evaluasi
ini diberi nama evaluasi yang berpusat pada klien. Menurut Stake, Evaluasi disebut respon
jika memenuhi tiga criteria:

1.      Lebih berorientasi pada secara langsung kepada aktivitas program dari pada tujuan program
2.      Merespons kepada persyaratan kebutuhan informasi dari audiens;
3.      Perspektif nilai-nilai yang berbeda dari orang-orang dilayani dilaporkan dalam kesuksesan
dan kegagalan dari program.
Stake dalam Isaac & Michael mendefenisikan evaluasi sebagai proses
menggambarkan dan memberikan penilaian pada program pendidikan (Isaac & William,1984:8).
Definisi yang dikemukakan stake ini lebih bersifat kualitatif, dimana interaksi menjadi bagian
penting yang hanya dapat diamati melalui proses yang interaktif.
Evaluasi Responsif adalah sebuah pendekatan untuk evaluasi pendidikan dan program
lainnya. Dibandingkan dengan pendekatan lainnya, evaluasi responsive lebih berorientasi pada
aktivitas, keunikan dan keragaman social dari program. Keistimewaan utama dari pendekatan ini
adalah kemampuan reaksi terhadap isu kunci atau masalah yang dikenal masyarakat dilapangan.
Tujuan evaluasi di rancang secara perlahan dan terus berkembang selama proses pengumpulan
data berlangsung. Patton dalam Isaac dan William (1984) menegaskan bahwa dalam mengevalusi
suatu program, metode kualitatif dapat sangat mempertinggi pemanfaatan temuan evaluasi. Hal
ini disebabkan karena data evaluasi kualitatif betul-betul dipertimbangkan secara personal, artinya
evaluator memahami masalah dari sudut pandang audience.
Evaluasi responsive ditandai oleh ciri-ciri penelitian kualitatif naturalistic. Evaluasi
responsive percaya bahwa evaluasi yang berarti yaitu mencari pengertian isu dari berbagai sudut
pandang semua orang terlibat, yang berminat, dan yang berkepentigan dalam program. Data lebih
bnayak dikumpulkan menggunkan terknik wawancara dan observasi dari pada test dan angket.
Keberadaan data yang kualitatif ini membuat analisis dan interpretasi data bersifa timpresionistik.
Bentuk laporan evaluasi ialah studi kasus atau gambaran yang deskriptif. Fokus utama evaluasi
responsive adalah menunjukan perhatian dan isu peserta. Stake (1972) mencatat bahwa ia tidaklah
mengusulkan suatu pendekatan baru ke evaluasi “Evaluasi responsive memberikan focus pada
orang-orang yang terlibat dalam evaluasi, dilakukan pada setting yang alamiah, dimana evaluator
mengamati dan bereaksi (Fitzpatrick, et. Al, 2004:136). Suatu evaluasi bidang pendidikan adalah
evaluasi responsive jika memiliki oriental lebih secara langsung keaktivitas program disbanding
ketujuan program; bereaksi terhadap kebutuhan.
Tujuan, kerangka, dan focus (dari dan tentang) evaluasi responsive muncul dari
interaksi dengan unsur dan pengamatan terhadap interaksi. Kondisi ini mengakibatkan evaluasi
berkembang secara progresif. Artinya isu dalam evaluasi responsive berkembang sepanjang
evaluasi dilakukan, sepanjang data-data dikumpulkan.
Kunci dalam evaluasi responsive adalah evaluator harus mau mendengarkan
audiencenya. Penilaian respnsif tentu saja mengerjakan banyak berbagai hal, membuat suatu
rencana pengamatan dan negosiasi.
Evaluasi responsive lebih berorientasi pada aktivitas, keunikan dan keragaman social
dari program. Model ini menekankan pada pendekatan kualitatif-naturalistik. Pendekatan
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Tylor dalam
Moleong ,1993:3) . Pendekatan naturalistik adalah cara mengamati dan mengumpulkan data
yang dilakukan tanpa memanipulasi subjek yang diteliti .
Dalam evaluasi responsif lebih dikenal isu ketimbang rumusan masalah. Isu merupakan
hal penting yang menjadi kajian, atau sebuah studi evaluasi. Hal yang menjadi permasalahan
sebuah program dapat menjadi isu dalam penelitian. Karena itu pemahaman awal akan
program yang dievaluasi dapat memudahkan dalam menentukan isu.
Evaluasi tidak diartikan sebagai pengukuran melainkan pemberian makna atau
melukiskan sebuah realitas dari berbagai perspektif orang-orang yang terlibat, berminat dan
berkepentingan dengan program pembelajaran. Tujuan evaluasi adalah untuk memahami
semua komponen program pembelajaran melalui berbagai sudut pandang yang berbeda.
Instrumen yang digunakan pada umumnya mengandalkan observasi langsung maupun tidak
langsung dengan interpretasi data yang inpresionistik.
B.     Langkah-langkah kegiatan evaluasi

1.      Observasi
2.      Merekam hasil wawancara
3.      Pengumpulan data
4.      Mengecek pengetahuan awal
5.      Mengembangkan desain atau model
C. Fase Evaluasi

Stake menawarkan tiga fese dalam evaluasi yaitu:

1) Antecendents, dimaksudkan untuk menilai sumber/modal/input seperti tenaga


keuangan, karakteristik, siswa dan tujuan yang ingin dicapai.
2) Tahap transaksi, dimaksudkan untuk menilai rencana kegiatan dan proses
pelaksanaannya, termasuk kedalamnya urutan kegiatan, penjadwalan waktu, bentu
kinteraksi yang terjadi dan seterusnya.
3) Outcomes, dimaksudkan untuk menilai efek dari program setelah selesai
dilaksanakan.

Stake (1978) selalu meningkatkan ketepatan hasil evaluasi responsive melalui penggunaan
pendekatan kepada peserta evaluasi dengan mengolaborasi informasi penting dalam teknik
pengumpulan data secara rasional. Stake menyerukan untuk mengikuti pendekatan ini dengan
beberapa alasan meliputi (Fitzpatrick, et. al, 2004 : 136) :
1) Membantu audien untuk mengerti evaluasi program ini dapat dilakukan melalui
interaksi yang alamia hantar evaluator danau dien.
2) Mendapatkan pengetahuan dari pengalaman manusia
3) Pengamatan yang alami, interaksi yang alami membuat evaluator mengenal kemiripan
dari objek dan pokok persoalan didalam dan diluar kontek evaluasi, kondisi ini
membuat evaluator memandang dan memahami program dan perspektif audiens
4) Mempelajari satu objek secara mendalam. Evaluasi responsive memberikan jalan
kepada evaluator untuk mempelajari audiens secara mendalam.
D.      Faktor yang mempengaruhi evaluasi responsif
1) Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran umum maupun pembelajaran khusus saling bertentangan satu
sama lain dilihat dari kebutuhan sekolah, kurikulum, guru dan sebagainya.
2) Sistem sekolah
Faktor ini perlu dipertimbangkan dengan matang dan hati-hati karena melibatkan
berbagai komponen yang saling berinteraksi dan ketergantungan.
3) Pembinaan guru
Banyak program pembinaan guru yang belum menyentuh secara langsung tentang
evaluasi. Program pembinaan guru lebih banyak difokuskan pada pengembangan
kurikulum dan metodologi pembelajaran. Hal ini pula yang menyebabkan perbaikan
sistem evaluasi pembelajaran menjadi kurang efektif.

E. Kelebihan dan kekurangan

Kelebihan pendekatan responsive adalah kepekaan terhadap berbagai titik pandangan


dan kemampuannya mengakomodasi pendapat yang ambigu dan tidak focus. Demikian juga
evaluasi responsive dapat mendorong proses perumusan masalah dengan cara menyediakan
informasi yang dapat membantu kita memahami isu secara lebih baik.
Kekurangan pendekatan responsive adalah keengganannya membuat prioritas atau
penyederhanaan informasi untuk pemegang keputusan dan kenyataan yang praktis tidak
mungkin menampung semua sudut pandang dari berbagai kelompok. Evaluator dalam
pendekatan responsive ini, harus dapat menempatkan diri di posisi orang lain. Dia tidak boleh
membuat kesimpulan sendiri, tetapi lebih sebagai pihak yang memeriksa dan mengecek
kembali kepastian pada sumber data primer. Evaluator bertindak sebagai konselor, menolong
peserta program, memperjelas pengertian mereka tentang programnya sendiri. Evaluator
harus dilatih melakukan teknik-teknik penelitian kulaitatif .Initermasik strategi open eded
atau startegi akhir terbuka untuk pengumpulan data, setiap observasi dan wawancara yang
semi-struktur. ini termasuk juga teknik mengorganisir dan analisis data kualitatif.
BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Evaluasi adalah Proses penilaian terhadap pertumbuhan dan kemajuan beberapa


kegiatan untuk mendukung tercapainya tujuan. 
Evaluasi pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling merupakan usaha menilai efesiensi
dan efektifitas pelayanan bimbingan itu sendiri  yang telah dan sedang dilaksanakan untuk
mengembangkan dan memperbaiki program bimbingan secara khusus dan program
pendidikan secara umum dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai
dengan program bimbingan yang dilaksanakan.
Evaluasi responsif merupakan model penelitian evaluatif yang bersifat kualitatif. Model
Evaluasi Responsif dikembangkan pada tahun 1975 oleh Robert Stake. Evaluasi ini diberi
nama evaluasi yang berpusat pada klien. Evaluasi responsive lebih berorientasi pada
aktivitas, keunikan dan keragaman social dari program. Model ini menekankan pada
pendekatan kualitatif-naturalistik.

B.     SARAN

Sebagai seorang calon pendidik, hendaknya kita dapat memperdalam pengetahuan kita
tentang evaluasi supaya kita bisa melaksanakan kegiatan evaluasi dengan benar dan tepat
sasaran.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal.2010.Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik,Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Badrujaman, Aip. (2009). Diktat Teori dan Praktek Evaluasi Program Bimbingan dan


Konseling. Jakarta.

Winkel,W.S. & Sri, Hastuti.(2010).bimbingan dan Konseling di Institut Pedidikan. Yogyakarta:Media


Abadi.

Anda mungkin juga menyukai