Anda di halaman 1dari 10

TUGAS TUTORIAL 1

1. a. Bu Riska, seorang pakar pendidikan, membandingkan sekelompok peserta didik


yang mengikuti Program Sistem Kredit Semester dan yang tidak mengikuti Program
tersebut untuk menjawab apakah program tersebut memiliki pengaruh terhadap
prestasi dan motivasi siswa dalam belajar. Di lain pihak, Pak Arifin melakukan hal
sama namun setelah ada jawaban, Pak Arifin menunjukkan kesenjangan program
dengan mengacu pada kriteria tertentu. Pak Arifin juga menunjukkan apakah program
tersebut sudah berhasil atau belum, dan menyatakan bahwa program tersebut dapat
diteruskan dengan adanya perbaikan-perbaikan tertentu, serta mengajukan saran
perbaikan. Pertanyaan: Apakah Bu Riska dan Pak Arifin melakukan penelitian atau
evaluasi? Deskripsikan alasan jawaban Anda dengan menggunakan 8 aspek
perbedaan penelitian dan evaluasi.
Jawab :
Pada masalah di atas tentu saja bu Rika sedang melakukan penelitian sementara pak
Arifin sedang melakukan evaluasi terhadap penenlitian yang dilakukan oleh bu Rika.
Adapun penjelasannya akan saya jabarkan dengan keterkaitan pada 8 perbedaan
antara penelitian dan evaluasi.
1. Perbedaan antara aktivitas yang dilakukan bu Rika dan pak Arifin terletak pada
maksud dan tujuannya. Bu Rika bermaksud untuk membandingkan sekelompok
peserta didik yang mengikuti Program Sistem Kredit Semester dan yang tidak
mengikuti Program tersebut dengan tujuan untuk mengetahui apakah program
tersebut memiliki pengaruh terhadap prestasi dan motivasi siswa dalam belajar.
Sementara apa yang dilakukan pak Arifin bertujuan untuk menilai program yang
dilakukan memiliki kecenderungan atau nilai tertentu yang tentunya dapat
mengurangi kredibilas program tersebut. Itu dibuktikan dengan adanya saran dan
perbaikan yang di ajukan pada bu Rika.
2. Di pandang dari sisi netralitas, Bu rika sebagai seorang peneliti akan dan harus
menghasilkan data yang sesungguhnya tanpa memandang hasilnya akan baik atau
buruk. Sementara Pak Arifin dalam mengevaluasi setidaknya sudah memiliki dua
opsi apakah program ini baik atau buruk, efektif atau tidak. Selain itu, yang
menunjukan aktifitas pak arifin adalah evaluasi adalah kecenderungan pak Arifin
yang mengarah pada peneleitian yang lebih baik dengan adanya kritik dan saran.
3. Pada kasus di atas dapat kita pahami bahwa bu Rika sedang melakukan
penelitian untuk memberikan kontribusi pada ilmu pengetahuan. Sementara
pak arifin sedang melakukan evaluasi pada penelitian bu Rika yang bisa kita
sebut dengan klien pak Arifin.
4. Sebagai sebuah penelitian tentu saja apa yang di lakukan bu Rika bisa
memberikan kontribusi pada para peneliti lainnya atau para penelitian yang
terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh bu Rika. Sementara pak Arifin
yang merupakan evaluator, berkewajiban untuk memberikan jawaban atau
keputusan tentang kelebihan dan kekurangan penelitian bu Rika.
5. Lalu perbedaan antara penelitian dan evaluasi adalah tentang waktu. Pada
masalah di atas, bu Rika sebagai seorang peneliti tidak memiliki batas waktu
dalam penelitian dan dia akan melakukan penelitian hingga memperoleh hasil
penelitian. Sementara pak Arifin tidak mungkin bisa melakukan evaluasi
sebelum penelitian bu Rika memperoleh hasil.
6. Perbedaan selanjutnya adalah terletak pada bagaimana kebernilaian /value
kegiatan bu Rika dan pak Arifin. Kegiatan bu Rika akan sangat bernilai pagi
ilmu pengetahuan atau rekan sesama peneliti bila hasil penelitiannya
memberikan kontribusi yang besar. Sementara pak Arifin selaku evaluator
akan bernilai bila mampu memberikan kritik dan saran yang berkualitas pada
kliennya yaitu bu Rika.
7. Agenda/varibel/ide penelitian pada bu Rika adalah inisiatif dirinya sendiri.
Sementara agenda evaluasi yang di lakukan pak Arifin tergantung dari
ide/agenda kliennya yaitu bu Rika.

b. Pada studi tentang pelaksanaan program percepatan penyelesaian tugas akhir/tesis


dan penulisan artikel diperoleh data tentang: peserta percepatan terdiri atas 60
mahasiswa dibagi menjadi 2 kelompok dengan 2 pola pembimbingan untuk
percepatan. Pola pembimbingan I : Bimbingan tesis menggunakan integrasi metode
online 9 kali dan metode tatap muka 6 kali dan Pola pembimbingan II : Bimbingan
tesis menggunakan integrasi metode online 6 kali dan metode tatap muka 9 kali. Pada
Program tersebut ada dua pembimbing berkolaborasi, durasi setap bimbingan adalah
120 menit, lama program selama 3 bulan. Setelah selesai program, dilakukan
pengkajian untuk menganalisis peserta manakah dapat menyelesaikan penulisan tesis
dan menghasilkan artikel yang lebih baik. Pertanyaan: Apakah kajian tersebut
merupakan penelitian atau evaluasi? Deskripsikan alasan jawaban Anda dengan
menggunakan 8 aspek perbedaan penelitian dan evaluasi.
Jawab :
Kata kuncinya adalah terletak pada kata “Setelah program selesai...”. Tentunya
aktifitas tersebut adalah Evaluasi. Berikut penjabarannya berdasarkan 8 aspek
pebedaan antara penelitian dan evaluasi menurut Smith and Glass :
a. Dilihat dari aspek tujuan kegiatan tersebut dimana tujuannya adalah untuk
menilai dan menentukan apakah program tersebut dapat menunjukan manakah
dapat menyelesaikan penulisan tesis dan menghasilkan artikel yang lebih baik.
b. Selanjutnya adalah aspek netralitas dimana aktifitas tersebut memiliki
kecenderungan untuk menemukan program mana yang paling baik agar nantinya
dapat diterapkan pada program percepatan tersebut.
c. Kemudian yang menyebabkan aktifitas tersebut adalah evaluasi karena hasil dari
kegiatan tersebut akan memberikan jawaban manakah program yang lebih baik
untuk diterapkan pada program percepatan penulisan karya ilmiah.
d. Terkait dengan hasil evaluasi tersebut, maka klien yang merupakan
penyelenggara program, berdasarkan hasil evaluasi maka klien dapat
memutuskan program seperti apa atau yang mana yang akan digunakan untuk
program percepatan penulisan karya ilmiah tersebut. Intinya, hasil evaluasi
tersebut akan berkontribusi pada pengambilan keputusan penyelenggara program.
e. Waktu. Waktu adalah salah satu ciri evaluasi dimana waktu evaluasi adalah
setelah selesainya sebuah program/kegiatan/aktifitas. Pada artikel di atas, evaluasi
dilaksanakan setelah program percepatan penulisan karya ilmiah selesai.
f. Value. Kegiatan di tersebut dianggap berguna atau bernilai bila kegiatan evaluasi
tersebut mampu memberikan kritik yang dan saran yang berkualitas pada
perkembangan program ke arah yang lebih baik.
g. Secara jelas bahwa sebuah aktifitas dinyatakan sebuah evaluasi bila ada objek
yang di nilai. Tidak akan ada evaluasi bila tidak ada yang di nilai. Itulah mengapa
evaluasi tidak bisa berdiri sendiri yang artinya agenda evalusi menyesuaikan
objek yang dievalusi.
2. Pemerintah Daerah Kota A, melalui Dinas Pendidikan akan mengevaluasi
pelaksanaan Program Pendidikan Karakter. Hasil evaluasi diharapkan dapat
memberikan rekomendasi apakah program tersebut akan diteruskan, direvisi atau
dihentikan. Pertanyaan :
(a) Model evaluasi mana yang tepat untuk digunakan,
Menurut saya model evaluasi yang tepat adalah CIPP Evaluasi Model sebab
model ini secara garis besarnya melayani empat macam keputusan:
1. Perencanaan keputusan yang memengaruhi pemilihan tujuan umum dan
khusus.
2. Keputusan pembentukan atau structuring, yang kegiatannya mencakup
pemastian stratetgi optimal dan desain proses untuk mencapai tujuan yang
telah diturunkan dari keputusan perencanaan.
3. Keputusan implementasi, dimana pada keputusan ini para evaluator
mengusahakan sarana prasarana untuk menghasilkan dan meningkatkan
pengambilan keputusan atau eksekusi, rencana, metode dan strategi yang
hendak dipilih.
4. Keputusan pemutaran (recycling) yang menentukan, jika suatu program itu
diteruskan, diteruskan dengan modifikasi dan atau diberhentikan secara
total atas dasar kriteria yang ada.

(b) bagaimana langkah pelaksanaan evaluasinya?


Langkah Evaluasi Model CIPP (Contexs, Input, Process, Product) adalah sebagai
berikut :
1. Konteks Evaluator mengidentifikasi berbagai factor guru, peserta didik,
manajemen, fasilitas kerja, suasana kerja, peraturan, peran komite sekolah,
masyarakat dan faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap kurikulum.
2. Input Evaluator menentukan tingkat pemanfaatan berbagai faktor yang dikaji
dalam konteks pelaksanan kurikulum. Pertimbangan mengenai ini dasar bagi
evaluator untuk menentukan apakah perlu ada revisi atau penggantian kurikulum.
3. Proses Evaluator mengumpulakan berbagi informasi mengenai keterlaksanaan
implementasi kurikulum, berbagai kekuatan dan kelemahan proses implementasi.
Evaluator harus merekam berbagai pengaruh variabel input
terhadap prosess.
4. Produk Evaluator mengumpulkan berbagai informasi mengenai hasil belajar,
membandingkannya dengan standar dan mengambil keputusan mengenai status
kurikulum.
(c) apa keunggulan dan kelemahan model ini?
Berikut kelebihan dan kekurangan Evaluasi Model CIPP (Contexs, Input, Process,
Product)
1. Memiliki pendekatan yang holistic dalam evaluasi yang bertujuan memberikan
gambaran yang sangat detail atau luas terhadap suatu proyek, mulai dari
konteknya hingga saat proses penerapannya.
2. Memiliki potensi untuk bergerak diwilayah evaluasi formatif dan sumatif
sehinggga sama baiknya dalam melakukan perbaikan selama program berjalan
maupun memberi informasi final.
3. Lebih komprehensif atau lebih lengkap menyaring informasi.
4. Mampu memberikan dasar yang baik dalam mengambil keputusan dan
kebijakan maupun penyusunan program selanjutnya.

Kelemahan Evaluasi Model CIPP (Contexs, Input, Process, Product)

1. Terlalu mementingkan dimana proses seharusnya dari pada kenyataan


dilapangan.
2. Terlalu topdown dengan sifat manajerial dalam pendekataannya.
3. Cenderung fokus pada rational management dari pada mengakui kompleksitas
realiatas empiris.
4. Penerapan dalam bidang pembelajaran dikelas mempunyai tingkat
keterlaksanaan yang kurang tinggi.

b. Menurut saya model yang tepat dalam mengevaluasi Ujian Nasional adalah evaluasi
Model CIPP (Contexs, Input, Process, Product). Dalam mengevaluasi, semua aspek sangat
penting karena merupakan proses yang berkelanjutan. Adapun aspek dalam CIPP dalam
rangka mengevaluasi dampak penghapusan Ujian Nasional adalah sebagai berikut :

Jawab :

1. Aspek Konteks

Penilaian konteks dilakukan untuk menilai situasi dalam pasca pelaksanaan program,
kebutuhan yang perlu dipenuhi oleh dampak penghapusan UN dan untuk mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan dari institusi, program, dan target populasi (Stufflebeam, 1983).
Penilaian konteks adalah penilaian tujuan dasar untuk menyelesaikan desain studi evaluasi
program. Oleh karena itu, tujuan dari penilaian konteks adalah untuk mengevaluasi tujuan
dan sasaran dari penghapusan Ujian Nasional yang dilaksanakan.

2. Aspek Input

Evaluasi input adalah evaluasi yang bertujuan menyediakan informasi untuk menentukan
bagaimana penggunaan sumberdaya untuk mencapai tujuan program. Penilain input meliputi
guru, peserta didik, kurikulum dan bahan ajar. Evaluasi input bermanfaat bagi membimbing
bagi pemilihan strategi sehingga informasi dan data yang didapatkan dapat digunakan untuk
menentukan sumber dan strategi dalam keterbatasan (Stufflebeam, 1983). Oleh karena itu,
evaluasi pelaksanaan aspek input dalam kajian ini adalah untuk mengetahui desain
pelaksanaan Evaluasi pengganti Ujian Nasional dengan tujuan mencari strategi pelaksanaan.
Terdapat tiga strategi pelaksanaan program yaitu strategi pengajaran yang berpusatkan
kepada guru, strategi berpusatkan kepada murid dan strategi pengajaran berpusatkan kepada
nilai (Nasaruddin, 2006).

3. Aspek Proses

Penilaian proses yaitu pengumpulan data untuk memperoleh informasi tentang dampak
penghapusan Ujian Nasional (UN) di tingkat satuan pendidikan sebagaimana yang
diamanatkan pemerintah. Menurut model CIPP (Stufflebeam, 1983), salah satu tujuan
penilaian proses adalah untuk melihat apakah pelaksanaan program sudah sesuai dengan
strategi yang telah dilaksanakan. Evaluasi proses termasuk mengidentifikasi permasalahn
prosedur pada pelaksanaan. Stufflebeam juga mengatakan bahwa evaluasi proses merupakan
pengecekan yang berkelanjutan atas inplementasi dari suatu perencanaan. Penilaian proses
dalam kajian ini juga memfokuskan kepada bagaimana dampak penghapusan UN
mempengaruhi sistem evaluasi di satuan pendidikan dimana sebagai pelaksana kebijakan
adalah guru dan siswa yang melaksanakan proses pengajaran dan pembelajaran di dalam
kelas, yang meliputi penggunaan strategi pengajaran dan alat bantu mengajar.

4. Aspek Produk

Menurut Sowell (2000), pertanyaan yang perlu dijawab dalam penilaian proses adalah
bagaimana guru dapat melaksanakan peranan dan tugasnya seperti yang telah ditetapkan
dalam kurikulum terkait bentuk evaluasi pengganti UN di tingkat satuan pendidikan. Menurut
model CIPP (Stufflebeam, 1983), evaluasi produk adalah evaluasi untuk mengukur,
menginterpretasikan dan mengevaluasi pencapaian program. Penilaian ini juga dapat
menunjukkan hubungan antara pelaksana kebijakan dengan keberhasilan pembelajaran yang
diperoleh. Penilaian produk dalam kajian ini berdasarkan hasil pembelajaran yang dicapai
setelah mengikuti pembelajaran. Fokus penilaian produk dalam kajian ini bertujuan
mengetahui pencapaian tujuan kurikulum (Nasaruddin, 2006).
3. a. Sebutkan minimal 4 hal yang harus dipelajari terlebih dahulu oleh evaluator progam
sebelum menyusun latar belakang.
Jawab :
Dalam menyusun latar belakang evaluasi ada beberapa hal yang harus dipelajari evaluator
program antara lain :
1. Maksud dan tujuan dilakukannya evaluasi.
2. Masalah yang terjadi pada suatu program.
3. Memperoleh data informatif seperti data program, kelebihan dan kekurangan dst
4. Dampak yang timbul akibar dilaksanaknnya evaluasi.

b. Deskripsikan perbedaan antara latar belakang dan identifikasi masalah. Deskripsikan yang
dimaksud dengan masalah.

Jawab :

- Perbedaan latar belakang dan identifikasi masalah adalah :

Latar belakang masalah adalah informasi yang tersusun sistematis berkenaan dengan
fenomena dan masalah problematik yang perlu dievaluasi. Masalah terjadi saat harapan klien
akan sesuatu hal tidak sama dengan realita yang terjadi. Masalah yang fenomenal adalah saat
menjadi perhatian banyak orang dan di bicarakan di berbagai kalangan di masyarakat. Latar
belakang dimaksudkan untuk menjelaskan alasan mengapa masalah sebuah program perlu
dievaluasi, pentingnya permasalahan dan model yang digunakan untukan untuk
menyelesaikan masalah tersebut :

Latar belakang evaluasi berisi :

1. Tujuan evaluasi
2. Alasan rasional dan esensial yang membuat evaluator melakukan evaluasi
berdasarkan fakta-fakta, data, referensi dst.
3. Kesenjangan yang terdapat tidak ideal dilapangan sebagai dasar pemikiran untuk
memunculkan permasalahan.
4. Jika tidak segera dievaluasi akan menimbulkan dampak yang menyulitkan,
menghambat, mengganggu bahkan mengancam suatu program.
5. Model untuk mengatasi masalah yang terjadi pada program.

Disisi lain Identifikasi masalah adalah pengenalan masalah atau inventarisir


masalah. Identifikasi masalah adalah salah satu proses yang boleh dikatakan paling
penting diantara proses lain. Masalah dalam evaluasi akan menentukan model
evaluasi tersebut, bahkan juga menentukan apakah sebuah program layak untuk
dievaluasi atau tidak. Masalah dalam evaluasi secara umum bisa kita temukan
ditemukan pada sebuah program, kebijakan pemerintah dst. Masalah dalam evaluasi
bisa didefinisikan sebagai variabel/kondisi yang mempermasalahkan sebuah kondisi
yang memiliki kecenderungan pada hal yang tidak di inginkan.

c. Misalkan SMAN 1 di Kota X telah menyelenggarakan program kelas khusus olahraga.


Selanjutnya sekolah tersebut bermaksud mengevaluasi program tersebut.

Pertanyaan

i.Tuliskan judul untuk evaluasi yang akan dilakukan.


ii. Tuliskan latar belakang program evaluasi tersebut dalam 3-4 paragraf
iii. Bagaimana rumusan masalahnya
iv. Tuliskan tujuan program evaluasi
v. Deskripsikan manfaat dari evaluasi tersebut.
Jawab :
JUDUL

EVALUASI PENYELENGGARAAN KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) SEKOLAH


TINGKAT SMA KABUPATEN PURWOREJO

LATAR BELAKANG

SMA N 1 Purworejo merupakan sekolah yang ditunjuk oleh Kabupaten Purworejo untuk
menyelenggarkan Kelas Khusus Olahraga berdasarkan keputusan Kepala Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purworejo Nomor 154/KPTS/2013 tentang penunjukkan
Penyelenggaraan Kelas Khusus Olahraga (KKO) Sekolah Tingkat SMA Kabupaten
Purworejo Tahun Ajaran 2020-2021. SMA N 1 Purworejo.

Peserta didik kelas khusus olahraga seringkali tidak harus mengikuti pelajaran karena
terdapat latihan maupun pertandingan yang akan diikuti sehingga peserta didik sering merasa
tertinggal dalam materi pembelajarannya. Maka dari itu nilai akademik peserta didik kelas
khusus olahraga masih kurang dibandingkan dengan nilai akademik kelas reguler. Selain itu,
lulusan di kelas khusus olahraga di SMA N 1 Purworejo belum semuanya tersalurkan ke
jenjang selanjutnya yang lebih tinggi yang sesuai dengan bidang potensi olahraga yang
mereka miliki

Berdasarkan observasi yang sebelumnya telah dilakukan, dalam pelaksanaan program kelas
khusus olahraga di SMA N 1 Purworejo ini masih mengalami beberapa permasalahan Yang
harus menjadi bahan pertimbangan dalam mengevaluasi program tersebut. Permasalahan
yang dimaksud yaitu belum adanya petunjuk teknis (juknis) dan petunjuk pelaksanaan
(juklak) untuk penyelenggaraan program khusus olahraga, belum terdapat kurikulum khusus.

Berkaitan dengan permasalahan yang ada di SMA N 1 Purworejo yang telah diungkapkan
diatas, maka diperluhkannnya evaluasi terhadap program untuk menilai apakah komponen-
komponen yang ada sudah dikelola dengan baik dan untuk mngetahui keberhasilan dari
penyelenggaraan kelas khusus olahraga yang telah dilaksanakan di SMA N 1 Purworejo.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana prestasi akademik siswa kelas reguler dan kelas khusus olah raga ?
2. Bagaimana pelaksanaan KKO terkait juklak dan juknis KKO ?
3. Bagaimana kurikulum KKO dilaksanakan ?

TUJUAN PROGRAM EVALUASI

Tujuan program evaluasi ini adalah :

1. Mengumpulkan informasi berupa data baik kualitatif maupun kuantitatif terhadap


penyelenggaraan kelas khusus olahraga di SMA N 1 Purworejo.
2. Memberikan saran dan kritik kepada stakeholder penyelenggara.
MANFAAT EVALUASI

Evaluasi ini memiliki manfaat kepada beberapa pihak yang terkait program tersebut. Dalam
evaluasi ini ditemukan sejumlah data bahwa program kelas khusus olahraga memerlukan
perhatian khusus berupa saran sebagai berikut :

1. Bagi Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga hendaknya menambah bantuan
sumber dana operasional kelas khusus olahraga.
2. Bagi Kepala Sekolah hendaknya mengadakan pembinaan atau workshop untuk pelatih
cabang kelas khusus olahraga secara berkala.
3. Bagi koordinator hendaknya mengadakan kerjasama dengan universitas-universitas.
4. Bagi guru hendaknya menggunakan berbagai media dan metode pengajaran.
5. Bagi sekolah hendaknya memperbaiki, menambahkan sarana dan prasarana yang
belum ada serta membangun gedung olahraga (GOR) untuk latihan peserta didik kelas
khusus olahraga.

Anda mungkin juga menyukai