Pada dasarnya, bila dilihat dari istilah/namanya, bank sentral tidak dapat diartikan sebagai
"bank" seperti pada bank umum. Dalam hal ini bank sentral memiliki konsepsi yang berbeda.
Bank umum cenderung untuk berusaha menginvestasikan assets-nya dengan tujuan
memaksimumkan profit. Di sisi lain, bank sentral sebagai bank milik pemerintah, adalah
lembaga keuangan yang tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai tujuan tertentu seperti mencegah kegagalan yang dialami perbankan maupun bukan
bank, kestabilan tingkat harga, kesempatan kerja dan akhimya pada pertumbuhan ekonomi.
Dengan kata lain, bank sentral bertugas untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemerintah karena,
bank sentral adalah juga bagian dari pemerintah.
Perkembangan Bank Sentral
Berdasarkan sejarahnya, bank sentral bukanlah suatu lembaga yang sejak awal didirikan
dengan tujuan untuk menjalankan fungsinya sebagai bank sentral. Sampai dengan awal abad
ke-20 tidak ada konsepsi yang jelas mengenai central banking. Konsepsi tersebut baru terlihat
kemudian setelah mengalami proses panjang dan hal tersebut bukan merupakan suatu proses
yang sengaja diarahkan pada terbentuknya konsep central banking, sehingga tidak terdapat
teknik yang sistematis dan konsisten ke arah terbentuknya bank sentral.
Di banyak negara yang lebih tua, perkembangan ke arah bank sentral tersebut dimulai dari
adanya suatu bank yang secara bertahap, melaksanakan berbagai macam posisi, baik bersifat
lembaga pemerintah, maupun non-pemerintah yang kemudian dikenal dengan nama bank
sentral. Beberapa posisi/wewenang yang dimiliki lembaga tersebut antara lain: hak untuk
mengeluarkan uang (partial monopoly), dapat bertindak sebagai banker dan agen pemerintah..
Bank yang memiliki posisi tersebut dikenal sebagai "bank of issue" atau "national bank". Dalam
perkembangan selanjutnya, bank tersebut memperoleh kekuasaan yang lebih luas, sehingga
muncul istilah: "central bank".
Dari bank-bank sentral yang ada, the Riskbank of Sweden adalah yang pertama kali
didirikan (yang tertua), tetapi Bank of England adalah bank of issue pertama yang memperoleh
posisi sebagai bank sentral dan mangembangkan dasar-dasar "the art of central banking".
Dengan demikian sejarah Bank of England secara umum diterima sebagai gambaran evolusi
dasar-dasar dan teknik central banking.
Pada tahun 1920 diselenggarakan International Financial Conference di Brussel. Hasil
konferensi tersebut adalah menyetujui resolusi yang menghendaki agar negara-negara yang
belum mendirikan bank sentral diharapkan secepatnya untuk mendirikan bank sentral. Di
samping untuk membantu pemulihan dan pemeliharaan stabilitas sistim moneter dan
perbankan tetapi juga untuk kepentingan kerjasama dunia. Dimulai dengan berdirinya South
African Reserve Bank di tahun 1921, bank-bank sentral didirikan di negara-negara yang sudah
merdeka dan di negara-negara yang baru merdeka.
Di Indonesia, fungsi bank sentral pada masa penjajahan dilakukan oleh De Javasche Bank
yang bertindak sebagai bank sirkulasi dan menjalankan beberapa fungsi bank sentral lainnya.
De Javasche Bank didirikan pada tanggal 24 Januari 1828. Di samping menjalankan fungsinya
sebagai bank sentral, bank tersebut juga melakukan kegiatan bank umum. Pada masa
perjuangan kemerdekaan, Bank Negara Indonesia didirikan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 2 tanggal 5 Juli 1946 sebagai bank sentral pemerintah RI dengan tugas utama sebagai
berikut :
2.
Kebijakan moneter merupakan tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter untuk
mempengaruhi jumlah uang beredar dan tingkat kredit, yang nantinya akan mempengaruhi
kegiatan ekonomi masyarakat. Bank sentral sebagai salah satu otorita moneter dapat
melaksanakan kebijakan moneter yang dapat diklasifikasikan , ke dalam bentuk :
1. Instrumen umum :
a. Politik Pasar Terbuka (Open Market Operation)
b. Politik Gadangan Minimum (Reserve Requirement Policy)
c. Politik Diskonto (Rediscount Rate Policy)
2. Instrumen selektif :
a. Margin Requirements
b. Penentuan Tingkat Bunga
3. Instrumen Moral Suasion (Open Mouth Policy).
Cash ratio adalah perbandingan antara alat-alat likuid yang dikuasai dengan kewajibankewajiban yang segera dapat dibayar (current liabilities). Perbandingan tersebut harus
menghasilkan minimal 2%, sesuai dengan ketentuan Pakto (Paket Oktober) 1988 yang
menyebutkan bahwa Bank Indonesia menurunkan cash ratio dari 15% menjadi 2%, sehingga
kemampuan loanable funds perbankan menjadi bertambah besar. Komponen alat-alat likuid
yang dikuasai pada dasarnya adalah primary reserve yang terdiri dari uang kas dan saldo
rekening di Bank Indonesia. Di sisi lain, secondary reserve tidak diperhitungkan di dalam cash
ratio tetapi digunakan untuk menyangga primary reserve atau usaha-usaha lain yang
memperoleh earning assets.
Kebijakan suku bunga yang dimaksud, baik dalam bentuk simpanan maupun kredit,
lebih bersifat tidak langsung dalam arti Bank Indonesia hanya memberikan pedoman saja
kepada perbankan. Beberapa ciri penting kebijakan suku bunga selama masa perbangunan
adalah bersifat aktif, realistik, fleksibel, dan selektif.
Kebijakan yang terakhir tersebut merupakan operasi moneter bank sentral yang amat
populer. Operasi pasar terbuka yang dilakukan bank sentral adalah erat kaitannya dengan
pengaturan jumlah uang yang beredar, khususnya total uang (uang kartal dan uang giral).
Artinya, Bank Indonesia terjun dalam perdagangan surat berharga di pasar uang. Bila Bank
Indonesia ingin menambah jumlah uang beredar, maka Bank Indonesia menjual surat berharga.
Dengan policy ini, uang masyarakat akan tersedot ketangan Bank Indonesia, dan sebaliknya.
Instrumen fasilitas pembiayaan dimaksudkan sebagai fasilitas yang diberikan oleh
Bank Indonesia bagi bank-bank umum dalam bentuk kredit likuiditas. Tujuan utama instrumen
ini adalah untuk memperlancar pemberian kredit oleh bank bagi kegiatan investasi, pengadaan
barang kebutuhan masyarakat dan kelancaran distribusi. Kredit likuiditas dapat dibagi menjadi
kredit likuiditas biasa, kredit likuiditas gadai ulang dan kredit likuiditas darurat. Semenjak
deregulasi perbankan 1 Juni 1988, kebijakan ini lebih dikenal sebagai fasilitas diskonto
(discount window) dan dibagi menjadi dua macam yaitu fasilitas diskonto I dan II.
Instrumen credit allocation atau dikenal juga sebagai selective credit control,
merupakan pengaturan Bank Indonesia terhadap arah pemberian kredit sesuai dengan prioritas
pembangunan maupun jumlah total pemberian kredit menurut sektor ekonomi yang perlu
dibantu oleh perkreditan Bank Indonesia.
Perbandingan nilai mata uang rupiah dengan seperangkat mata uang asing yang
beredar di pasaran dunia merupakan suatu kebijakan yang amat penting. Sebagai bank sentral
yang diberi tugas untuk mengatur neraca pembayaran Indonesia, penetapan kurs mata uang
asing harus dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang. Penyesuaian kurs
mata uang rupiah terhadap mata uang asing harus dilakukan secara terus menerus, agar tidak
terjadi penilaian yang terlalu rendah atau pun yang terlalu tinggi, karena kedua kondisi tersebut
akan merugikan perekonomian Indonesia.
Sistem Moneter di Indonesia
Di dalarn pasar uang terdapat dua pelaku utama yaitu kelompok kreditur (yang menawarkan
dana) dan kelompok debitur (yang membutuhkan dana). Pelaku: pasar uang juga dapat
dilakukan dalam bentuk pengelompokan sesuai dengan perannya dalam proses penciptaan
uang. Atas dasar ini, maka terdapat tiga pelaku utama dalam pasar uang yaitu :
1. Otorita moneter (bank sentral dan pemerintah)
2. Lembaga keuangan (bank dan bukan bank)
3. Masyarakat (rumah tangga dan produsen)
Otorita moneter mempunyai peran utama sebagai sumber awal terciptanya uang beredar.
Kelompok ini merupakan sumber penawaran uang kartal yang menjadi sumber untuk
memenuhi permintaan masyaraloat akan uang, di sisi lain juga merupakan sumber penawaran
uang (dikenal sebagai reserve bank) yang dibutuhkan oleh lembaga-lembaga keuangan.
Dengan demkian, uang kartal (currency) dan cadangan bank adalah uang inti atau uang primer.
Lembaga keuangan dapat berbentuk bank atau bukan bank. Peran utama kelompok ini
adalah sebagai sumber penawaran uang giral (demand deposit, deposito berjangka (time
deposit), simpanan tabungan (saving deposio), serta aktiva aktiva keuangan lain yang
dibutuhkan masyarakat. Seluruh jenis penawaran tersebut dikenal juga sebagai uang sekunder.
Berdasarkan peran yang dipegang oleh kedua kelompok di atas, yakni sebagai supplier seluruh
kebutuhan uang yang diinginkan masyarakat maka kedua kelompok ini (otorita moneter dan
lembaga keuangan). Disebut dengan sistim moneter (monetary system).
Masyarakat sebagai pelaku pasar uang ketiga, dapat diartikan sebagai konsumen akhir
uang yang tercipta. Uang yang diperoleh dalam hal ini dapat digunakan untuk memperlancar
kegiatan-kegaitan produksi, konsumsi, dan pertukaran.
Kliring
Salah satu fungsi, yang dimiliki oleh bank umum adalah melakukan transaksi lalu lintas
pembayaran. Mekanisme pembayaran bagi bank umum dari satu pihak ke pihak lain, akan
lebih mudah bila kedua pihak mempunyai rekening di bank yang sama. Tetapi akan lebih
sukar untuk menyelesaikan pembayaran antara pihak-pihak yang memiliki rekening, di bank
yang berbeda dan lebih sukar lagi kalau bank tersebut tidak berada disatu daerah.
Konsekuensinya, satu bank umum akan berhubungan langsung dengan bank umum lain
dalam menyelesaikan utang piutangnya. Ini pun masih banyak dijumpai kesulitan-kesulitan
antara lain jam pertemuan, tempat pertemuan, dan sebagainya. Sebagai contoh, apabila bank
akan menyelesaikan utang piutangnya dengan bank B, C, D dan E; maka bank A harus
berhubungan langsung dengan bank-bank tersebut. Demikian pula apabila bank B akan
menyelesaikan utang-piutangnya kepada bank A, C, D, F dan G, maka bank B akan
berhubungan langsung dengan bank-bank tersebut. Mekanisme penyelesaian utang-piutang
ini akan menyangkut banyak bank, memerlukan waktu yang cukup lama, biaya yang besar,
serta tenaga yang kurang efisien. Keadaan demikian ini dirasa dapat menghambat kegiatan
operasional perbankan. Oleh karena itu, muncul suatu gagasan untuk membentuk lembaga
kliring yang kemudian diselenggarakan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral (pada
tanggal 7 Maret 1967). Dengan adanya lembaga kliring, masalah seperti waktu pertemuan,
tempat, siapa yang hadir, besarnya dana yang dibutuhkan untuk penyelesaian utang piutang
dan sebagainya, telah ditentukan dan diorganisir. Tujuan yang diinginkan dari terbentuknya
lembaga kliring adalah untuk memajukan atau memperlancar lalu lintas pembayaran giral
serta layanan kepada masyarakat yang menjadi nasabah bank. Dengan demikian,
perhitungan utang piutang diharapkan dapat dilakukan secara mudah, cepat, aman, dan
efisien.
Kata kliring berasal dari kata clear (bahasa Inggris). Kamus The New Grolier Webster
International Dictionary of the English Language, memberikan definisi clearing sebagai berikut
The act of exchanging drafts on each other and settling the differences."
(Kegiatan mengadakan tukar menukar warkat antara satu bank dengan bank lainnya dan
menetapkan perbedaan-perbedaannya)
Menurut kamus perbankan yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus Perbankan Indonesia
1980, kliring adalah perhitungan utang-piutang antara para peserta secara terpusat di satu
tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat dagang yang
telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan.
Syarat-syarat yang ditetapkan oleh bank Indonesia bagi suatu bank untuk dapat ikut serta
dalam kliring adalah :
1. Bank-bank yang telah mendapat ijin dari bank Indonesia terlebih dahulu.
2. Bank tersebut telah menjalankan usahanya minimal 3 bulan atas ijin Menteri Keuangan.
3. Bank tersebut telah memenuhi penilaian sebagai bank yang sehat, ditinjau dari bidang
administrasi, pimpinan, maupun keuangan.
4. Jumlah simpanan giro milik masyarakat di bank yang besangkutan telah mencapai jumlah
minimal 20% dari modal yang disetor.
5. Bank.peserta kliring wajib membuka rekening koran di Bank Indonesia.
6. Bank peserta kliring wajib menyetor saldo jaminan kliring.
7. Bank yang tidak tercatat sebagai peserta dapat ikut serta secara tidak langsung melalui
pengikut sertaannya dengan bank lain (peserta).
Bank peserta kliring pada suatu saat dapat dihentikan kegiatannya oleh bank Indonesia
jika bank tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam kliring serta keadaan keuangan
bank yang bersangkutan tidak memungkinkan untuk memenuhi kewajiban dalam kliring.
Di dalam lembaga kliring, semua peserta kliring bertemu untuk mengadakan perhitungan/
penyelesaian dokumen-dokumen yang diterima dari masing-masing nasabah. Dokumendokumen yang diselesaikan di dalam lembaga kliring disebut warkat kliring. Dengan kata lain,
warkat adalah alat lalu lintas pembayaran giral yang diperhitungkan dalam kliring. Warkatwarkat yang dapat diperhitungkan.dalam kliring antara lain harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
1.
2.
3.
Warkat dinyatakan dalam mata uang rupiah dan bernilai nominal penuh (face value).
Warkat-warkat tersebut dikeluarkan oleh bank peserta kliring
Warkat telah jatuh tempo pada waktu diperhitungkan dalam kliring.
Pada dasamya warkat-warkat tersebut dapat dikelompokkan menjadi :
1.
2.
Warkat debit. Adalah warkat bank peserta lain yang diterima di loket sendiri atau yang
dapat menimbulkan tagihan bank pada peserta lain. Di dalam praktiknya, warkat debit
dapat berupa cak, bilyet giro, wesel, nota kiriman uang dari kota lain untuk keuntungan
nasabah.
Warkat kredit. Adalah warkat bank peserta sendiri yang diterima di loket, dengan maksud
untuk dipindahbukukan ke rekening lain di bank peserta lain. Dengan demikian, warkat
semacarn ini merupakan utang pada bank peserta lain. Warkat kredit dapat berupa surat
perintah pemindahbukuan dan nasabah giro ke rekrning giro di bank peserta lain.