Anda di halaman 1dari 6

PEDIKULOSIS KAPITIS

I. PENDAHULUAN
Pedikulosis kapitis adalah suatu infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh
Pediculus humanus var. capitis.1-4 Selain menyerang kulit dan rambut kepala, pedikulosis
dapat pula menyerang badan oleh Pediculus humanus var corporis dan menyerang daerah
pubis oleh Phtyrus pubis.1,5,6
Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia tanpa adanya batasan umur, jenis kelamin, ras,
status ekonomi & status sosial.7-9 Gejala utama yang sering ditemukan adalah gatal pada kulit
kepala terutama pada bagian belakang telinga dan tengkuk. Pedikulosis kapitis disebut juga
kutu kepala atau head lice,10
II. EPIDEMIOLOGI
Penyakit pedikulosis kapitis dapat ditemukan di seluruh dunia pada semua usia terutama pada
anak-anak dan dewasa muda. Insidens tertinggi pada usia sekitar 3 12 tahun. Pedikulosis
kapitis lebih sering timbul pada wanita dibandingkan pria. 7,8 Penularan penyakit ini lebih
sering melalui kontak kepala dengan kepala, namun dapat juga melalui benda-benda seperti
sisir, topi, bantal, dan asesoris rambut yang dipakai secara bergantian.3,8 Higienitas yang
buruk juga dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit ini, misalnya jarang membersihkan
rambut atau rambut yang panjang pada wanita.5,9,11
III. ETIOLOGI
Penyakit pedikulosis kapitis disebabkan oleh parasit subspecies Pediculus humanus var.
capitis. Parasit ini termasuk dalam golongan filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo
Phthiraptera, subordo Anoplura, family Pediculidae dan species Pediculus humanus. 7,10
Siklus hidup Pediculus humanus capitis melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Satu
kutu kepala betina dapat hidup selama 16 hari dan menghasilkan 50 150 telur. Telur
berbentuk oval dan umumnya berwarna putih atau kuning.13 Telur diletakkan di sepanjang
rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut, yang berarti makin ke ujung makin terdapat telur
yang lebih matang. Telur kutu membutuhkan 8 9 hari untuk menetas .2,4 Telur yang menetas
akan menjadi nimfa. Bentuknya menyerupai kutu dewasa, namun dalam ukuran kecil. Nimfa
akan menjadi dewasa 9 12 hari sesudah menetas. Untuk hidup, nimfa harus memperoleh
makanan berupa darah.2
Pediculus humanus capitis berbentuk seperti biji wijen dengan panjang sekitar 1 2 mm,
tidak bersayap, memipih di bagian dorsoventral dan memanjang. Parasit ini memiliki 3
pasang kaki yang disesuaikan sebagai pengepit rambut dan mulut pengisap kecil di bagian
anterior yang menjadi bagian untuk mendapatkan darah. Kutu kepala dapat merayap dengan
cepat, di atas 23 cm/menit. Kutu dewasa dapat bertahan hidup sekitar 30 hari di kepala
manusia. Kutu dapat mati dalam 1 2 hari setelah jatuh dari rambut. 1,8 Kutu kepala terdiri
atas kutu jantan dan betina. Kutu betina dibedakan dengan kutu jantan berdasarkan ukuran
tubuh yang lebih besar dan adanya penonjolan daerah posterior yang membentuk huruf V

yang digunakan untuk menjepit sekeliling batang rambut ketika bertelur. Kutu jantan
memiliki pita berwarna coklat gelap yang terbentang di punggungnya.1
IV. PATOGENESIS
Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk rmenghilangkan rasa gatal.
Sepanjang siklus kehidupannya, larva dan kutu dewasa menyimpan kotorannya di kulit
kepala, yang akan menyebabkan timbulnya rasa gatal. Selain itu gatal juga ditimbulkan oleh
liur dan ekskreta dari kutu yang dimasukkan ke dalam kulit waktu menghisap darah. Garukan
yang dilakukan untuk menghilangkan gatal akan menyebabkan terjadinya erosi dan
ekskoriasi sehingga memudahkan terjadinya infeksi sekunder.1,9
V. GAMBARAN KLINIS
Gejala awal yang dominan adalah rasa gatal pada kulit kepala. Rasa gatal dimulai dari yang
ringan sampai rasa gatal yang tidak dapat ditoleransi.1,5 Lesi papul yang gatal biasanya
terdapat pada daerah belakang telinga dan bagian tengkuk leher, akibat garukan pada kulit
kepala akan terjadi erosi dan ekskoriasi. Adanya infeksi sekunder yang berat menyebabkan
terbentuknya pustul, abses.6
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis :
- Pemeriksaan mikroskop dapat mengkonfirmasi diagnosis. Dengan pemeriksaan mikroskop
dapat terlihat kutu dewasa dengan 6 kaki, yang tebalnya 1-4 mm, tidak bersayap, berwarna
abu-abu berkilat sampai merah jika menghisap darah.3,7
- Pemeriksaan dengan lampu wood pada daerah yang terinfestasi memperlihatkan fluoresensi
kuning-hijau dari kutu dan telur.3, 4
Pemeriksaan histologi: Pemeriksaan histologi jarang dilakukan untuk menegakkan diagnosis.
Hasil dari biopsi memperlihatkan perdarahan intradermal dan infiltrat yang dalam berbentuk
baji dengan banyak eosinofil dan limfosit.7
VII. DIAGNOSA
Diagnosis pedikulosis kapitis dapat ditegakkan melalui inspeksi pada kulit kepala dan
rambut, dengan menemukan kutu atau telur berwarna abu-abu berkilat. Kutu dan telur
tersebut dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan mikroskop.1,3
VIII. DIAGNOSIS BANDING
a. Dermatitis seboroika
Dermatitis seboroik memberikan gambaran klinis berupa daerah eritema dan skuama pada
daerah kepala dan terasa gatal oleh penderita. Dapat dibedakan dengan pedikulosis kapitis
dengan tidak ditemukannya telur atau kutu pada daerah kepala yang gatal.4,5

b. Impetigo krustosa
Impetigo krustosa disebabkan oleh Staphylococcus B hemolyticus ditandai dengan eritema
dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang berobat yang terlihat adalah
krusta tebal berwarna kuning seperti madu.8
C. Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala dimana terdapat kelainan
berupa lesi bersisik, kemerahan, kerion, dan gatal. Pada pemeriksaan dengan KOH, akan
didapatkan spora dan hifa yang merupakan elemen jamur yang merupakan penyebab tinea
kapitis.2,4
IX. PENATALAKSANAAN
1.Pedikulosid
a. Permethrin(1%)
Permethrin 1% cream rinse diberikan ke kulit kepala dan rambut. Awalnya rambut dicuci
dengan shampoo nonconditioner kemudian dikeringkan dengan handuk. Lalu diberikan
Permethrin 1% cream rinse selama 10 menit kemudian dibilas. Hal ini diperkirakan dapat
membasmi sekitar 20%-30% dari telur. Tetapi, disarankan agar pemakaiannya diulang apabila
kutu masih terlihat pada 7-10 hari setelahnya. Permethrin mempunyai keuntungan efek toksin
yang rendah dan pengobatannya cepat.6,7
b. Pyrethrin
Pyrethrin diperoleh dari suatu sari alami bunga chrysanthemum. Pyrethrin yang dikombinasi
dengan piperonyl butoxide adalah neurotoksik untuk kutu tetapi kurang toksik terhadap
manusia. Produk ini seperti shampoo dimana diberikan pada rambut yang kering dan
didiamkan selama 10 menit sebelum dibilas. Penggunaan dapat diulang 7-10 hari kemudian
untuk membasmi kutu kepala yang baru.6,7
c. Malathion
Obat malathion organophosphate adalah suatu penghambat cholinesterase dan telah
digunakan selama 20 tahun untuk pengobatan kutu kepala9. Malathion 0,5% atau 1% yang
digunakan dalam bentuk losio atau spray. Caranya : malam sebelum tidur rambut dicuci
dengan sabun kemudian dipakai losio malathion, lalu kepala ditutup dengan kain. Keesokan
harinya rambut dicuci lagi dengan sabun lalu disisir dengan sisir yang halus dan rapat (serit).
Pengobatan ini dapat diulang lagi seminggu kemudian, jika masih terdapat kutu atau
telur.1,7,10
d. Lindane(1%)
Lindane adalah organochloride yang mempunyai efek toksik terhadap CNS (Central Nervous
System) apabila penggunaannya tidak benar. Penggunaannya seperti shampoo dan dapat
didiamkan kurang lebih selama 10 menit dengan pemakaian yang berulang dalam 7-10 hari.

Dalam beberapa tahun kasus resisten pernah dilaporkan diseluruh dunia. Oleh karena adanya
efek toksik terhadap CNS yang dapat menyebabkan serangan dan kematian,sehingga
penggunaan lindane terhadap pasien harus dibatasi.6,7
e. Krotamiton(10%)
Krotamiton 10% dalam bentuk losion digunakan untuk terapi skabies, dan beberapa
penelitian menunjukkan krotamiton 10% juga efektif untuk kutu kepala dimana diberikan ke
kulit kepala dan didiamkan selama 24 jam sebelum dibilas. Aman untuk anak, dewasa, dan
wanita hamil.6
f. Ivermectin oral
Ivermectin adalah suatu agen antiparasitik yang efektif untuk kutu kepala. Ivermectin
diberikan dengan dosis tunggal secara oral 200 mikrogram/oral dengan dosis pemberian 2
kali setelah 7-10 hari. Ivermectin tidak boleh diberikan ke anak yang berat badannya kurang
dari 15 kg. Penggunaaan Ivermectine oral belum diakui oleh FDA ( Food and Drug
Administration ) sebagai pedikulosid.6

g. Trimethoprim-sulfamethoxazole oral
Antibiotik ini biasa juga disebut cotrimoxazole digunakan dalam dosis otitis media, sama
efektif pemberiannya untuk kutu kepala. Antibiotik ini dapat membasmi simbiosis bakteri
dalam gerak kutu atau berhubungan langsung dengan efek toksik dari kutu. Penggunaan
Trimethoprim-sulfamethoxazole belum diakui sebagai pedikulosid oleh FDA (Food and Drug
Administration).7
2. Pengobatan Lingkungan
a. Desinfeksi semua perhiasan kepala, syal, mantel, handuk, dan seprei dengan mesin cuci
dalam air panas, kemudian keringkan dengan menggunakan panas. Selain itu benda yang
akan dibersihkan dapat dimasukkan ke dalam sebuah kantong plastik, disemprot dengan
pedikulosid lalu disimpan 2-4 minggu. Sisir dan sikat harus direndam dalam air panas selama
5-10 menit. Perabot dan permadani harus dibersihkan dengan penghisap.
b. Anggota keluarga dan teman sekolah juga harus diobati.
c. Beritahu para guru sekolah bila ditemukan kasus indeks.5
X. PENCEGAHAN
Penyakit ini pada dasarnya dapat dicegah melalui pola hidup yang bersih. Misalnya dengan
pemberantasan kutu yang berada dilingkungan sekitar. Benda-benda yang terpapar dengan
penderita (misalnya, kasur, bantal, linen, handuk, mainan, topi) seharusnya dicuci bila
memungkinkan kemudian dikeringkan. Air yang digunakan adalah air panas dengan suhu
lebih dari 50-55C selama paling kurang 5 menit. 8 Membersihkan lingkungan tempat tinggal

akan membantu mengurangi kesempatan untuk terpapar kembali dengan kutu kepala.
Periksalah setiap orang yang berada didalam lingkungan rumah tangga pada saat bersamaan,
sebelum membersihkan lingkungan tersebut. Bersihkan semua lantai dengan alat penghisap
debu, permadani, bantal, karpet, dan semua pelapis meubel yang ada. Semua sisir dan sikat
rambut yang digunakan oleh penderita kutu kepala harus di rendam dalam air dengan suhu
diatas 130F( 540C) , alkohol atau pedikulosid selama 1 jam.
Penjelasan kepada anak-anak terutama tentang cara mencegah penularan melalui penggunaan
topi, sisir, dan bandana bersama juga dapat dipertimbangkan. Menyediakan tempat
penyimpanan barang-barang milik anak secara terpisah di dalam ruang kelas juga dapat
mencegah penyebaran kutu ini.8
XI. KOMPLIKASI
Beberapa orang akan berkembang menjadi suatu infeksi sekunder akibat garukan. Adanya
infeksi sekunder yang berat menyebabkan terbentuknya pustul dan abses. 6
XII. PROGNOSIS
Baik bila hygiene diperhatikan.1 Kegagalan terapi disebabkan oleh penggunaan shampo yang
tidak benar dan reinfestasi parasit.1,3
XIII. KESIMPULAN
Pedikulosis kapitis adalah penyakit pada kulit kepala dan rambut yang disebabkan oleh
parasit Pediculus humanus capitis. Cara penularan penyakit ini ditularkan melalui kontak
kepala dengan kepala atau melalui benda-benda seperti sisir, bantal, dan asesoris rambut.
Manifestasi klinis yang paling sering timbul adalah gatal pada kulit kepala terutama pada
bagian belakang telinga dan tengkuk leher yang disebabkan oleh saliva dan ekskreta dari kutu
yang dimasukkan ke dalam kulit waktu menghisap darah. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
inspeksi pada kulit kepala dan helaian rambut untuk menemukan kutu yang masih hidup dan
telurnya. Dengan pemeriksaan mikroskopis dapat ditemukan telur berwarna abu-abu dan
berkilat. Pengobatan yang dilakukan berupa terapi medikamentosa dan terapi nonmedikamentosa. Pencegahan dapat dilakukan terutama dengan menjaga higiene rambut,
pakaian, serta benda-benda yang dapat menjadi media penularan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko, RP. Pedikulosis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu penyakit
kulit dan kelamin.4th ed. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia;
1987.p.119-120.
2. Head Lice Infestation (Pediculosis) [online] 2008 Februari 1.[cited 2008 April 3]
Available from : URL:http://health.state.ga.us/pdfs/epi/zvbd/Head%20Lice%20Fact
%20Sheet.pdf
3. Wilson DC, Leyva WH, King LE. Insect Bites and Infestations. In: Fitzpatrick TB.
Johnson RA, Wolff K, Suurmond D, editors. Color Atlas and Synopsis OfClinical
Dermatology.4th ed. Newyork: McGraw-Hill,inc; 2001. p.827-29.
4. Kane KS, Ryder JB, Johnson RA, Baden HP, Stratigos A, editors. Insect Bites and
Infestations. In : Color Atlas & Synopsis Of Pediatric Dermatology. New York :
McGraw Hill;2002. p610-13
5. Mckoy KC, Moschella SL. Parasites, Arthropods, Hazardous Animals, andTropical
Dermatology. In: Moschella SL, Hurley HJ, editors. Dermatology.2 thed. Philadelphia:
W.B.Saunders company; 1992.p.1731-1802.
6. Habif TP. Infestations and Bites. In : Clinical Dermatology 4 th edition A Color Guide to
Diagnosis and Therapy. Edinburg : Mosby; 2004. p506-9
7. Guenther L. Pediculosis [online]. 2006 December 4. [cited 2008 April 3]; Available
from: URL: http://www.emedicine.com/infectiousdisease/topic1769.htm.
8. Kettle DS. Head lice. [online]. 1995. [cited 2007 September 24]; [3 screens].Available
from: URL: http://medent.usyd.edu.au/fact/headlice.html.
9. Burns DA. Disease Caused by Arthropods and Other Noxious Animals. In: Champion
RH, Burton JL, Ebling FJG, editors. Rook/ Wilkinson/ Ebling Textbook of
dermatology.5th ed. London: Blackwell Scientific Publications; 1992.p.1283-85.
10. Meinking TL, Burkhart CN, Burkhart CG. Infections, infestation and bites. In:
Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, editors. Dermatology. London: Mosby; 2003.
p.1324-26

Anda mungkin juga menyukai