Anda di halaman 1dari 11

ANALISA PERJANJIAN KERJA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.

13/
2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

Kontrak kerja sangat penting dalam hubungan profesional. Tanpa kontrakkerja,


kejelasan tentang hak dan kewajiban antara kedua belah pihak yakni
perusahaan dan pegawai menjadi tak terjamin. Oleh karena itu ada hal-hal
yang perlu dicermati dalam kontrak kerja.Khusus bagi pegawai, kontrak kerja
merupakan pernyataan setuju bergabung dalam perusahaansebagai karyawan
dengan sejumlah ketentuan. Di sini, kontrak kerja bisa berfungsi sebagai
pemberi rasa aman. Selain itu, juga berisi rincian tugas dan tanggung jawab.
Berdasarkan analisa yang saya lakukan berdasarkan kontrak kerja yang saya
dapat dari beberapa refrensi yang saya dapat dari internet yakni sebagai
berikut :

PERJANJIAN KERJA
UNTUK WAKTU TERTENTU ( KONTRAK )
No. ........ / SPK-..... / Bulan / Tahun
Pada hari ini ........... Tanggal .............. (...) bulan .............. (...) tahun
............... (...) telah dibuat dan disepakati perjanjian kerja antara :
I.

Nama
Alamat
Jabatan

: ..........................
: .................................
: ..................................

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Nama Perusahaan yang
selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA
II.
Nama
:..
Tempat/Tgl lahir
:
Alamat
:
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama diri sendiri, yang
selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.
Kedua belah pihak sepakat untuk mengikatkan diri dalam Perjanjian
Kerja Untuk Waktu Tertentu ( Kontrak ) dengan ketentuan-ketentuan
1

sebagai berikut :

PASAL 1
BENTUK KONTRAK KERJA
PIHAK PERTAMA menerima dan mempekerjakan PIHAK KEDUA sebagai :
Status
: Karyawan Kontrak Nama Perusahaan
Masa Kontrak
:

Jabatan/unit Kerja :
PASAL 2
MASA KERJA

1. Surat Perjanjian Kerja ini berlaku sejak tanggal . hingga berakhirnya


seluruh proses kegiatan dan keikut sertaan Nama Perusahaan dalam
proyek pembangunan di Juanda hingga tanggal
2. Surat Perjanjian Kerja ini dapat dibatalkan dan atau menjadi tidak berlaku
antara lain karena :

Jangka waktu yang diperjanjikan sebagaimana tersebut dalam ayat 1


telah berakhir.

Diakhiri oleh kedua belah pihak walaupun jangka waktu belum


berakhir.

Dilakukannya pemutusan hubungan kerja oleh PIHAK PERTAMA karena


hal-hal sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Surat Perjanjian Kerja ini.

PIHAK KEDUA meninggal dunia.

3. Apabila PIHAK KEDUA berniat untuk mengundurkan diri maka Ia wajib


mengajukan surat pengundurandiri kepada PIHAK PERTAMA sekurangkurangnya 1 ( satu ) bulan sebelumnya.
4. PIHAK PERTAMA tidak berkewajiban untuk memberikan uang pesangon ,
uang jasa , atau ganti kerugian apapun kepadaPIHAK KEDUA setelah
berakhirnya masa kerja untuk waktu tertentu (kontrak).
5. PIHAK KEDUA wajib mengembalikan seluruh sarana dan prasarana kerja
milik PIHAK PERTAMA dalam keadaan baik serta menyelesaikan seluruh
2

tanggung jawab yang diemban PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA pada
saat berakhirnya masa kerja waktu tertentu
(kontrak ) dan atau
berakhirnya hubungan kerja.

PASAL 3
HAK DAN TANGGUNG JAWAB
1. PIHAK KEDUA bersedia menerima dan melaksanakan tugas dan
tenggung jawab tersebut serta tugas-tugas lain yang diberikan PIHAK
PERTAMA dengan sebaik-baiknya dan rasa tanggung-jawab
2. PIHAK KEDUA bersedia tunduk dan melaksanakan seluruh ketentuan
yang telah diatur baik dalam Pedoman Peraturan dan Tata Tertib
Karyawan maupun ketentuan lain yang menjadi Keputusan Direksi dan
Managemen Perusahaan.
3. PIHAK KEDUA bersedia menyimpan dan menjaga kerahasiaan baik
dokumen maupun informasi milik PIHAK PERTAMAdan tidak dibenarkan
memberikan dokumen atau informasi yang diketahui baik secara lisan
maupun tertulis kepada pihak lain.
4. Waktu kerja PIHAK KEDUA adalah 7 ( tujuh ) jam sehari atau 40 (
empat puluh ) jam seminggu dan memperoleh hak istirahat mingguan
selama 1 ( satu ) hari dalam seminggu.
5. PIHAK KEDUA bersedia bekerja melebihi waktu yang telah ditetapkan
apabila diperlukan oleh PIHAK PERTAMA.
6. PIHAK KEDUA wajib mengikuti / masuk kerja pada saat pelaksanaan
proses pengecoran baik di dalam maupun diluar jam kerja kecuali
dengan alasan yang patut dan mendapat ijin tertulis dari Pihak terkait.
7. PIHAK KEDUA wajib menggunakan perlengkapan K3L selama
menjalankan tugas pekerjaannya.
8. PIHAK KEDUA bersedia ditempatkan dimana saja apabila sewaktuwaktu ditugaskan oleh Perusahaan.
9. PIHAK KEDUA bertanggung jawab penuh terhadap peralatan kerja
PIHAK PERTAMA dan wajib menjaganya dengan sebaik mungkin.
PASAL 4
PERPANJANGAN MASA KONTRAK KERJA
1. Setelah berakhirnya jangka waktu tersebut, perjanjian kerja ini dapat
diperpanjang jika PIHAK PERTAMA masih membutuhkan PIHAK KEDUA dan
PIHAK KEDUA juga menyatakan kesediaannya.
2. Jika setelah berakhirnya perjanjian kerja ke-2 ternyata PIHAK PERTAMA
masih membutuhkan PIHAK KEDUA, maka PIHAK PERTAMA akan
3

mengangkat PIHAK KEDUA sebagai karyawan tetap pada perusahaan


Nama Perusahaan.
3. Jika setelah berakhirnya perjanjian kerja ke-2 ternyata PIHAK KEDUA tidak
diajukan untuk pengangkatan sebagai karyawan tetap oleh PIHAK
PERTAMA, maka perjanjian kerja kontrak akan berakhir bersamaan dengan
berakhirnya waktu perjanjian tersebut.
PASAL 5
PEMUTUSKAN HUBUNGAN KERJA
Selama Kontrak berlangsung PIHAK
PERTAMA dapat
melakukan pemutuskan hubungan kerja dengan PIHAK KEDUA
secara sepihak apabila ternyata :
1. PIHAK KEDUA melakukan pelanggaran dari ketentuan pasal 2 Surat
Perjanjian Kerja ini setelah sebelumnya mendapat tegoran dan
peringatan secara patut sesuai dengan prosedur dan ketentuan
perusahaan
2. PIHAK KEDUA tidak dapat menjalankan tugas, target atau sasaran kerja
yang telah ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA.
3. PIHAK KEDUA terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam tindak
pencurian dan atau penggelapan harta / aset perusahaan maupun tindak
kejahatan yang diancam dengan Hukum Pidana dan atau Hukum Perdata
Republik Indonesia.
4. PIHAK PERTAMA dalam hal ini Perusahaan berada dalam situasi dan kondisi

yang tidak memungkinkan lagi untuk mempekerjakan PIHAK KEDUA akibat


memburuknya kinerja Perusahaan.
5. PIHAK KEDUA tidak hadir bekerja selama 5 (lima) hari berturut-turut tanpa

pemberitahuan dan atau keterangan dengan bukti yang sah.


PASAL 6
GAJI POKOK DAN TUNJANGAN-TUNJANGAN
1. PIHAK KEDUA berhak atas upah / gaji dari pekerjaan yang dilakukannya
dari PIHAK PERTAMA sebagai berikut :
Gaji Pokok : Rp. ..
Tunjangan Umum : Rp. ..
Tunjangan Pengobatan : Rp. .
2. PIHAK KEDUA berhak atas insentif pada setiap bulan sebesar .
4

3. PIHAK KEDUA berhak atas uang makan sebesar Rp,- perhari sesuai
jumlah kehadiran / presensi .
4. PIHAK KEDUA berhak atas insentif sebagai pengganti hari libur sebesar
Rp,- perhari apabila Perusahaan memerlukannya untuk masuk dan
bekerja oleh sebab tuntutan schedule kerja di lapangan.
5. PIHAK PERTAMA wajib membayarkan upah / gaji kepada PIHAK KEDUA
sebagaimana tersebut pada pasal 6 ayat 1,2,3 dan 4 yang dilaksanakan
per-bulan sesuai dengan ketentuan Nama Perusahaan dengan tidak
mengesampingkan kondisi-kondisi tertentu yang mungkin terjadi dimana
PIHAK PERTAMA membutuhkan kerjasama dan kesadaran PIHAK KEDUA
demi kesinambungan perusahaan .

PASAL 7
ATURAN LAIN-LAIN
1. Segala sesuatu yang belum diatur dalam surat perjanjian kerjasama ini,
atau perubahan-perubahan yang dianggap perlu oleh kedua belah pihak
akan diatur dalam Surat Perjanjian Kerjasama Tambahan (Addendum) dan
merupakan dokumen yang tidak terpisahkan dari dokumen kerjasama ini.
PASAL 8
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Apabila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, akan diselesaikan
secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
2. Apabila dengan cara ayat 1 pasal ini tidak tercapai kata sepakat, maka
kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
dilakukan melalui prosedur hukum, dengan memilih kedudukan hukum di
Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri
PASAL 9
KETENTUAN PENUTUP
1. Surat Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu ini dibuat dan ditandatangani
oleh kedua belah pihak dengan tanpa ada pengaruh dan atau paksaan dari
siapapun serta mengikat kedua belah pihak untuk mentaati dan
melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab.
2. Apabila dikemudian hari Surat Perjanjian Kerja ini ternyata masih terdapat
hal-hal yang sekiranya bertentangan dengan Peraturan Perundang5

undangan Ketenagakerjaan Republik Indonesia dan atau perkembangan


Peraturan Nama Perusahaan, maka akan diadakan peninjauan dan
penyesuaian atas persetujuan kedua belah pihak.
3. Surat Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak di
Surabaya pada tanggal, bulan dan tahun seperti tersebut diatas dalam
rangkap 2 ( dua ) yang memiliki kekuatan hukum yang sama dan dipegang
oleh masing-masing pihak.

Dibuat di : ---------------------------------------------Tanggal : ( ---- tanggal, bulan, dan tahun --- )


PIHAK PERTAMA
[ ------------------------- ]
]

PIHAK KEDUA
[ ------------------------

Berdasarkan kontrak kerja yang terlah dibuat diatas dapat terlihat bahwa
perusahaan telah mampu membuat kontrak kerja yang sesuai dengan
berbagai unsur yang harus ada dalam sebuah kontak kerja. Dimana secara
garis bersar Sebuah kontrak kerja, menurut Pasal 54 ayat 1 UU No.13/2003, Tentang
Ketenaga kerjaan harus memuat:

a. Nama, alamat perusahaan, dan jenis perusahaan.


b. Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh.
c. Jabatan atau jenis pekerjaan.
d. Tempat pekerjaan.
e. Besarnya upah dan cara pembayarannya.
6

f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan


pekerja/buruh.
g. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja.
h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat.
i. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.

Namun Jika kita lihat dari contoh kontrak tersebut terlihat bahwa masih
terdapat beberapa kekurangan terkait dengan beberpa point yang dapat
dijadikan sebagai acuan penyempurnaan pembuatan kontrak kerja yakni
sebgai berikut :
A. Hak Cuti Karyawan
Pada kontrak tersebut perusahaan tidak mencantumkan mengenai Hak cuti
yang yang akan timbul apabila pegawai telah berkerja selama beberapa waktu
tertentu. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang No.13/ 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, pengusaha wajib memberikan waktu cuti tahunan kepada
pekerja setelah pekerja yang bersangkutan bekerja selama 12 bulan (satu
tahun) secara terus menerus. Hak cuti tahunan pekerja itu timbul setelah
pekerja bekerja selama 12 bulan secara terus menerus. Maka pada bulan
ke-13 seorang pekerja sudah dapat menikmati hak cuti tahunannya.
Lebih jauh dalam Pasal 79 ayat (3) UUK disebutkan bahwa pelaksanaan
waktu istirahat tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama.

B. Waktu Lembur dan Biaya Lembur


Pada kontrak tersebut perusahaan tidak menjelaskan secara lebih terperinci
mengenai imbalan biaya kerja lembur yang akan diterima oleh pihak kedua
dan tidak menjelaskan secara lebih dietail mekanisme pembayaran biaya kerja
lembur tersebut. Dimana Upah Kerja Lembur adalah upah yang diterima
pekerja atas pekerjaannya sesuai dengan jumlah waktu kerja lembur yang
dilakukannya.
7

Ketentuan lembur yang terdapat dalam Pasal 78 UU Ketenagakerjaan:


1. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat:
a. ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan
b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3
(tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam
1 (satu) minggu.
2. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu
kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib membayar upah
kerja lembur.
Menurut Pasal 1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Republik Indonesia No. KEP-102/MEN/VI/2004 Tahun 2004 tentang
Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur (Kepmenakertrans
102/VI/2004), waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7
(tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1(satu) minggu untuk 6 (enam)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau 8 (delapan) jam sehari dan 40(empat
puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu
atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi
yang ditetapkan Pemerintah.
Untuk mengetahui besarnya upah kerja lembur di saat hari raya keagamaan
yang harus dibayar oleh pengusaha, maka kita berpedoman pada Pasal 11
huruf b dan huruf c Kepmenakertrans 102/VI/2004. Oleh karena hari
raya keagamaan merupakan hari libur resmi yang ditetapkan oleh pemerintah,
maka kami akan spesifik menjelaskan mengenai perhitungan upah kerja
lembur yang dilakukan pada hari libur resmi.
Pasal 11 huruf b dan huruf c Kepmenakertrans 102/VI/2004 yang mengatur
perhitungan upah lembur saat hari libur resmi ini membagi cara penghitungan
upah kerja lembur menjadi dua bagian:
1. apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau
hari libur resmi untuk waktu kerja 6 (enam) hari kerja 40 (empat
puluh) jam seminggu maka:
a. perhitungan upah kerja lembur untuk 7 (tujuh) jam pertama
dibayar 2 (dua) kali upah sejam, dan jam kedelapan dibayar 3
(tiga) kali upah sejam dan jam lembur kesembilan dan
kesepuluh 4 (empat) kali upah sejam;
b. apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek
perhitungan upah lembur 5 (lima) jam pertama dibayar 2 (dua)
8

kali upah sejam, jam keenam 3 (tiga) kali upah sejam dan jam
lembur ketujuh dan kedelapan 4 (empat) kali upah sejam.
2. apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau
hari libur resmi untuk waktu kerja 5 (lima) hari kerja dan 40 (empat
puluh) jam seminggu, maka perhitungan upah kerja lembur untuk 8
(delapan) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam
kesembilan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam dan jam kesepuluh dan
kesebelas 4 (empat) kali upah sejam.
C. Peraturan Perusahaan
Peraturan perusahaan merupakan salah satu unsur penting bagi stabilitas
usaha dan pembianaa karyawan. Peraturan perusahaan merupakan sebuah
kebutuhan dasar ketika usaha mulai berkembang dan menggaji orang sebagai
karyawan. Pada pasal 108-155 Undang-undang Tenaga Kerja No 13 Tahun 2003
mengatur mengenai hal ini. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang wajib membuat peraturan perusahaan
yang mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
Pada kontrak kerja tersebut perusahaan harus mencantumkan pasal Tata Tertib
Perusahaan Ini merupakan termasuk hal penting dalam pembuatan Surat
Kontrak Kerja, agar calon karyawan mengetahui segala peraturan yang berada
di kantor. Mulai dari toleransi keterllambatan masuk kerja, peraturan
mengajukan cuti, izi, sakit, berapa lama waktu untuk mengajukan diri dan lainlain.
D. Perlakuan Terhadap Pekerja Perempuan
Dalam membuat sebuah Kontrak kerja perusahaan juga harus mempehatikan
hal yang terkait dengan hak khusus yang akan diterima bagi pekerja mereka
terutama bagi pekerja wanita. Seperti pekerja pria, pekerja wanita juga
memiliki kesempatan yang sama dalam dunia kerja. Namun perlu dicatat
bahwa wanita memiliki kebutuhan yang berbeda dengan pria sehingga
memperoleh
hak-hak
khusus.
Meskipun
sebenarnya
banyak
perundangundangan yang mengatur hak-hak pekerja perempuan, tampaknya
banyak perusahaan yangsengaja tidak mensosialisasikannya. Berikut hakhak pekerja yang diatur dalam perundang-undangan di Indonesia :

Cuti Haid Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 81 mengatur bahwa


pekerja wanita yang sedang menstruasi diizinkan tidak bekerja pada hari
pertama dan kedua dan wajib memberitahukannya kepada manajemen
perusahaan.
9

Cuti Hamil dan Melahirkan Undang-undang No. 13 Tahun 2003,


khususnya pasal 82 mengatur hak cuti hamil dan cuti melahirkan yang
dimiliki oleh pekerja wanita. Selain itu juga terdapat hak istimewa yang
harus diberikan kepada perempuan yakni terkait dengan cuti keguguran,
menyusui, dan biaya persalinan.
Larangan PHK terhadap pekerja perempuan Dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. Permen 03/Men/1989 mengatur larangan PHK terhadap
pekerja perempuan dengan alasan berikut:
o Pekerja perempuan menikah
o Pekerja perempuan sedang hamil
o Pekerja perempuan melahirkan

10

11

Anda mungkin juga menyukai