Anda di halaman 1dari 6

PEMBERDAYAAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT

DALAM KEGIATAN KEHUTANAN


Oleh : Suwignyo
Balai Diklat Kehutanan Samarinda
Abstrak
Terselenggaranya kegiatan penyuluhan dengan baik tergantung pada keberadaan unsur-unsur
yang terlibat yang diikutsertakan dalam kegiatan penyuluhan kehutanan. Penyuluhan kehutanan dimasa
mendatang diharapkan lebih efektif dan efisien dengan melibatkan lebih banyak peran petani dan pelaku
usaha kehutanan lainnya. Penyuluh kehutanan swadaya masyarakat (PKSM) yang sudah di latih.
diberipembekalan perlu diberdayakan untuk meningkatan keberhasilan pembangunan kehutanan. PKSM
diharapkan menjadi batu pijakan dalam mewujudkan pembangunan kehutanan yang tangguh, produktif,
efisien, berdaya saing, dan berkerakyatan.
Kata Kunci : pemberdayaan, penyuluhan, penyuluh kehutanan swadaya masyarakat.
A. PENDAHULUAN
Paradigma penyuluhan kehutanan kini telah bergeser dari penyuluhan kehutanan yang
menekankan proses transfer teknologi dan informasi ke arah penyuluhan kehutanan yang berorientasi
pada upaya pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan
berkelanjutan bertujuan memandirikan masyarakat sehingga masyarakat dapat berperan aktif dalam
pengelolaan hutan berkelanjutan yang berdampak pada peningkatan kesejahteraannya.
Penyuluh kehutanan sebagai bagian dari pembangunan kehutanan terus mengalami transformasi
peran dan fungsinya. Di dalam melaksanakan tugasnya, maka penyuluh kehutanan harus memiliki
kemampuan profesional untuk memberdayakan masyarakat dan stakeholders lainnya agar secara sadar
mendukung dan sebagai pelaku pembangunan kehutanan. Seorang penyuluh kehutanan yang dulunya
hanya dikenal sebagai penyuluh teknis penghijauan (menyatu dengan kegiatan Inpres Penghijauan), saat
ini dan kedepan perlu dibentuk menjadi fasilitator pengembangan dan pengawasan kelembagaan
masyarakat atau sebagai community organizer untuk melaksanakan dan mendukung pembangunan hutan
dan kehutanan.

Penyuluhan kehutanan sebagai salah satu pilar utama pembangunan kehutanan di


Indonesia saat ini sedang menghadapi berbagai isu strategis yang antara lain desentraliasi,
liberalisasi dan demokratisasi serta privatisasi. Terkait dengan hal tersebut, sangat diperlukan
kajian-kajian yang mendalam sehingga dapat dirumuskan strategi baru penyuluhan kehutanan
yang tetap memberikan komitmen kuat dan orientasi untuk pelayanan penyuluhan kehutanan
yang terbaik bagi petaninya.
Jumlah Penyuluh Kehutanan yang ada saat ini belum sebanding dengan luasan hutan yang ada,
oleh karenanya diperlukan adanya partisipasi dari kalangan pengusaha dan tokoh masyarakat masyarakat
untuk melakukan penyuluhan tentang kehutanan. Untuk itu bagi tokoh masyarakat yang telah berhasil
dalam mengelola sumberdaya hutan secara lestari dan termotivasi menjadi penyuluh kehutanan
swadayabperlu dibekali dengan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dapat menunjang tugasnya
sebagai penyuluh kehutanan sehingga apa yang akan disampaikan kepada kelompok masyarakat lainnya
dapat sejalan dengan program pembangunan kehutanan.
Mengingat jumlah penyuluh kehutanan PNS, sangat terbatas perlu dibantu penyuluh kehutanan
swadaya masyarakat (PKSM), PKSM adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga
masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh. Penyuluh
Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) merupakan mitra kerja Penyuluh Kehutanan yang berada dan
berbaur sehari-hari dengan masyarakat sebagai pendamping dan penggerak masyarakat dengan berbagai
kelebihannya dan mendapat pengakuan dari masyarakat. Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat

(PKSM) adalah anggota masyarakat yang secara swadaya aktif berperan dan melaksanakan upaya-upaya
penyuluhan kehutanan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa PKSM yang sudah di latih nasih kurang
diperdayakan khususnya dalam kegiatan kehutanan. Untuk pemberdayaan PKSM, adalah
mengoptimalkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk mendukung keberhasilan pembangunan
kehutanan.
B. KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
1. Pengertian, tujuan dan sasaran penyuluhan
Berdasakan UU No. 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan bahwa penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar
mereka mau dan mampu menolong dan men gorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi
pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran
dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Penyuluhan kehutanan pada hakekatnya adalah upaya pemberdayaan masyarakat, dunia
usaha dan para pihak lainnya dalam pembangunan kehutanan, merupakan investasi untuk
mengamankan dan melestarikan SDH sebagai aset negara. Oleh karena itu penyuluhan kehutanan
memiliki peran strategis, baik dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kemandirian masyarakat,
maupun dalam upaya pelestarian SDH. Dua hal penting yang menjadi ciri penyuluhan kehutanan
adalah penguatan kelembagaan dan pendampingan kearah masyarakat mandiri yang berbasis
pembangunan kehutanan.
Penyuluhan kehutanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha
agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi
pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran
dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Penyuluh kehutanan, baik penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya, yang selanjutnya
disebut penyuluh adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan.
Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat yang selanjutnya disebut PKSM adalah pelaku
utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya
sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.
Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) merupakan mitra kerja Penyuluh
Kehutanan yang berada dan berbaur sehari-hari dengan masyarakat sebagai pendamping dan
penggerak masyarakat dengan berbagai kelebihannya dan mendapat pengakuan dari masyarakat,
maka PKSM perlu difasilitasi dengan memberikan Diklat agar PKSM menjadi pelaku dan pengerak
masyarakat sekitarnya dalam upaya pembangunan hutan dan kehutanan
Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) adalah anggota masyarakat yang secara
swadaya aktif berperan dan melaksanakan upaya-upaya penyuluhan kehutanan.
Tujuan penyuluhan kehutanan sesuai dengan Pasal 56 Undang-undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta mengubah
sikap dan perilaku masyarakat agar mau dan mampu mendukung pembangunan kehutanan atas dasar
iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta sadar akan pentingnya sumber daya hutan bagi
kehidupan manusia.
Sasaran Penyuluhan Kehutanan adalah pihak yang paling berhak memperoleh manfaat
penyuluhan meliputi sasaran utama (pelaku utama dan pelaku usaha dan sasaran antara (pemangku
kepentingan lainnya).
Sasaran penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha. Sasaran antara penyuluhan yaitu
pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati kehutanan serta

generasi muda dan tokoh masyarakat. Sasaran hasil penyuluhan kehutanan adalah terwujudnya
masyarakat mandiri berbasis pembangunan kehutanan.
Penyelenggaraan penyuluh kehutanan swadaya masyarakat bertujuan:
a. mendukung Pemerintah dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penyuluhan kehutanan;
b. untuk memenuhi kebutuhan penyuluhan kehutanan bagi Pelaku Utama dan Pelaku Usaha dalam
pendampingan kegiatan pembangunan kehutanan;
c. untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan penyuluhan kehutanan dalam mendukung
keberhasilan pembangunan kehutanan; dan
d. untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan kehutanan.
2. Tenaga Penyuluh Saat Ini
Penyuluhan kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi
pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai
upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Penyuluhan kehutanan bertujuan mengembangkan pelaku utama menjadi sumberdaya manusia
yang mampu meningkatkan kualitas hidupnya secara mandiri, tidak tergantung kepada belas kasih
pihak lain. Pemberdayaan akan menghasilkan masyarakat yang dinamis dan progresif secara
berkelanjutan karena dilandasi adanya motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Ditinjau dari jumlah penyuluh kehutanan yang tercatat sampai akhir Desember 2012 sebanyak
4.056 orang dengan penyebaran 14 orang di Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM
Kehutanan Kementerian Kehutanan, 204 orang Penyuluh Kehutanan dan Calon Penyuluh Kehutanan
di UPT Direktorat Jenderal PHKA, sisanya sebanyak 3.852 orang berada di provinsi/kabupaten/kota,
ketersediaan sarana seperti kendaraan roda dua dalam mendukung mobilitas penyuluh kehutanan di
lapangan masih jauh dari cukup. Belum lagi jenis sarana penyuluhan lainnya yang jumlahnya sangat
terbatas. Jumlah tenaga penyuluh kehutanan setiap tahunnya cenderung berkurang sebagai akibat
adanya penyuluh kehutanan yang pensiun, beralih jabatan, berubah menjadi penyuluh pertanian,
serta tidak adanya rekruitmen baru. Oleh karenanya diperlukan tambahan formasi baru penyuluh
kehutanan, pembentukan dan pemanfaatan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM), serta
penerimaan tenaga petugas lapangan penyuluhan kehutanan (PLPK).(Rentra BP2SDM 2010 2014)
Dengan asumsi perhitungan jumlah kecamatan di seluruh Indonesia yang areanya bersentuhan
dengan hutan 5.340 kecamatan, maka dibutuhkan 20.241 penyuluh kehutanan sebagai ujung
tombak pendampingan pelaksanaan program/kegiatan prioritas pembangunan kehutanan.
3. Penyuluh Kehutanan Swadaya
Penyuluh kehutanan swadaya merupakan pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan
warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.
Sebelum terbitnya Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006, di Kementerian Kehutanan telah terdapat
penyuluh kehutanan swadaya dengan nama Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM).
Adanya PKSM ini sangat membantu kinerja penyuluh kehutanan PNS yang keberadaanya sangat
dibutuhkan oleh petani atau masyarakat sebagai pendamping untuk usaha tani hutannya. Keberadaan
PKSM ini semakin penting tatkala jumlah personil penyuluh kehutanan PNS sangat kurang di
daerah-daerah dalam dan sekitar kawasan hutan.

Penyuluh Swadaya merupakan peran serta masyarakat secara pribadi, kelompok yang
mempunyai peran pada kegiatan penyuluhan yang tergerak pada peningkatan mutu sumber
daya alam dan perubahan sikap perilaku pada kegiatan kehutanan dan pertanian secara luas.
Pada acara seperti ini diharapkan akan tumbuh rasa cinta pada alam ini sehingga terwujud
kelestarian alam yang simbang.

Berdasarkan data yang saat ini jumlah PKSM kurang lebih 2.301 orang. Keanggotaan PKSM
berasal dari ketua kelompok tani yang tergabung dalam KUP dan SPKP, kelompok tani hutan,
volounter, kader konservasi, ketua kelompok pesanggem dan sebagainya. Sebenarnya keanggotaan
PKSM masih dapat dikembangkan lebih luas lagi, tentunya dengan bekerja sama dengan penyuluh
kehutanan PNS dan dinas kehutanan kabupaten/kota. Pelebaran keanggotaan PKSM ini, dapat
berasal dari keanggotaan kelompok informal seperti kelompok arisan, yasinan (pengajian), remas
(remaja masjid), pemuda gereja, tomas (tokoh masyarakat), toga (tokoh agama), katar (karang
taruna), pemuka/pemangku adat dan para pedagang.
Mengingat sangat pentingnya keberadaan PKSM dan sangat birokrasinya pengadaan penyuluh
kehutanan PNS, maka perekrutan atau pengakuan PKSM harus dapat dilakukan secara lebih
progresif dengan melibatkan eselon I Kementerian Kehutanan agar apabila ada kegiatan melibatkan
anggota PKSM. Jumlah ideal PKSM adalah sejumlah desa di dalam dan sekitar hutan kurang lebih
69.249 orang.
Dalam perekrutan penyuluh kehutanan swadaya masyarakat, mengacu pada pasal 21 ayat (2)
UU No,16 tahun 2006, menyatakan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi penyuluh swasta dan penyuluh swadaya. Dalam
Pembentukan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat Balai Diklat Kehutanan sesuai tugas pokok
dan fungsinya melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai dan Non Pegawai di bidang
kehutanan. Dalam pelatihan penyuluh kehutanan swadaya masyarakat para peserta dibekali materi;
memberi bekal ilmu dasar penyuluhan serta pemilihan materi, metoda dan alat bantu penyuluhan
kehutanan. peserta mendapat materi konsep ilmu dasar penyuluhan, teknik komunikasi, materi dan
metodologi penyuluhan, serta kegiatan Identifikasi kebutuhan penyuluhan sebagai dasar penyusunan
rencana kegiatan penyuluhan. mengikuti praktek lapangan peserta melakukan kegiatan Identifikasi
kebutuhan penyuluhan terhadap Kelompok tani terpilih. materi, media/alat bantu untuk didesain dan
dilaksanakan kegiatan penyuluhan.
Keberadaan penyuluh kehutanan swadaya masyarakat bersifat perorangan, mandiri, dan
independen untuk memenuhi kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha.

PKSM merupakan pekerjaan yang kurang diminati oleh sebagian masyarakat dan
cukup sulit untuk membentuk kader-kader PKSM yang bisa meluangkan waktu, tenaga dan
sebagian biaya untuk perjalanan. Memperhatikan PKSM banyak yang tercipta di daerah
sekitar hutan dan sudah cukup jelas bahwa kondisi ekonomi yang dihadapi sangat berbeda
dengan daerah perkotaan
Penetapan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat; usulan calon Penyuluh Kehutanan
Swadaya Masyarakat kepada Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan atau pimpinan instansi penyelenggara penyuluhan kehutanan kabupaten/kota setempat
melakukan verifikasi persyaratan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat, hasil verifikasi Kepala
Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan atau instansi penyelenggara
penyuluhan kehutanan Kabupaten/Kota menetapkan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat
Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat mempunyai tugas : a) menyiapkan, melaksanakan,
mengembangkan kegiatan penyuluhan kehutanan; b) menyusun rencana kegiatan penyuluhan
Kehutanan; c) melaksanakan kegiatan penyuluhan Kehutanan secara mandiri; d) berperan aktif
menumbuhkembangkan kegiatan penyuluhan kehutanan; e) menyampaikan informasi dan teknologi
baru dan tepat guna kepada pelaku utama; dan f) mengolah data hasil lapangan untuk dijadikan
program dan metode penyuluhan kehutanan.
Dalam melaksanakan tugas Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat harus berkoordinasi
dengan Penyuluh Kehutanan Pegawai Negeri Sipil dan Penyuluh Kehutanan Swasta sesuai dengan
rencana kerja yang telah disusun.
Pembinaan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat dilakukan oleh kelembagaan
penyuluhan kehutanan secara berjenjang mulai dari Balai Penyuluhan pada tingkat Kecamatan
sampai tingkat pusat sesuai kewenangan masing-masing

Kelembagaan penyuluhan kehutanan swadaya masyarakat dapat dibentuk berdasarkan


kesepakatan antara pelaku utama dan pelaku usaha. Kelembagaan Penyuluh kehutanan swasta dan
kelembagaan penyuluh kehutanan swadaya masyarakat merupakan wadah bagi Penyuluh Kehutanan
Swasta dan Penyuluh Kehutanan Swasta Masyarakat. Kelembagaan penyuluhan dapat berbentuk
organisasi profesi, perkumpulan, yayasan, forum, jaringan dan lainnya.
Kelembagaan penyuluhan kehutanan swadaya masyarakat dalam menjalankan tugasnya dapat
memperoleh fasilitasi dari pemerintah berupa : a) pelatihan; b) materi penyuluhan; c) pemanfaatan
sarana dan prasarana penyuluhan; d) insentif untuk penyuluh swadaya masyarakat; e) penghargaan;
f) pengakuan; dan/atau g) sertifikasi.
4. Pemberdayaan penyuluh kehutanan swadaya masyarakat (PKSM)
Pemberdayaan Masyarakat berbasis pembangunan kehutanan. Tujuannya untuk meningkatkan
kapasitas, produktifitas, kemampuan, dan kemandirian masyarakat sebagai penggerak utama dalam
pembangunan kehutanan yang berkelanjutan dan mendukung terwujudnya ekonomi kerakyatan.
Dalam kaitannya dengan pemberdayaan PKSM, adalah mengoptimalkan kegiatan penyuluhan
kepada masyarakat untuk mendukung keberhasilan pembangunan kehutanan.
Peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan penyuluhan kehutanan, sebagai Penyuluh
Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) menjadi mitra kerja Penyuluh Kehutanan untuk
membangun dan menguatkan kelembagaan serta melaksanakan pendampingan kepada masyarakat
lainnya.

Masih kurangnya pemberdayaan Pendalaman / informasi aturan / sangsi hukum


tentang pelanggaran terkait kehutanan kepada PKSM untuk ikut mengawal kebijakankebijakan mengenai implementasi hukum atas pelanggaran tersebut, sebagai upaya
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kementerian kehutanan.
Upaya pemecahan masalah menjalin kerja sama dengan pemerintah setempat sehingga
bersinergi antara program-program /kebijakan pemerintah dengan kinerja PKSM agar
terealisasikan kemitraan yang saling menguntungkan semua pihak.
Pemikirannya, untuk pemberdayaan tenaga penyuluh kehutanan diperkuat koordinasi anatar
tenaga penyuluh kehutanan(PNS) dengan PKSM sebagai mitranya.di berdayakan untuk
mensukseskan pembangunan kehutanan .
Dan fakta riilnya, dilapangan sumbangsih para PKSM sangat besar atas keberhasil
pelaksanaan pembangunan kehutanan. Selain, pelibatan secara aktif tenaga penyuluh
kehutanan, penguatan kelembagaan, bagian yang tak terpisahkan.
Pengembangan tenaga Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) yang berasal dari
masyarakat/LSM, difasilitasi dan pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah dan atau dunia usaha.
Pengembangan tenaga Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) yang berasal dari
masyarakat/LSM, difasilitasi dan pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah dan atau dunia usaha.
Pembinaan keanggotaan PKSM selama ini masih sebatas lomba di tingkat nasional, sementara
pembinaan secara berkala dan berjenjang belum dilakukan secara nyata. Pembinaan ini sebenarnya
dapat dilakukan secara berkala, apabila dalam penggunaan dana dekonsentrasi dapat dilakukan
secara tepat, tidak asal terserap, karena dalam penggunaan dana tersebut dapat digunakan untuk
meningkatkan capacity building melalui pelatihan peningkatkan kapasitas kelompok tani dan apabila
dispesifikasikan adalah kelompok tani yang telah menjadi anggota PKSM.
Pembinaan PKSM ke depan diharapkan tidak hanya berasal dari penyuluh kehutanan PNS
tetapi juga dapat dilakukan oleh penyuluh kehutanan swadaya, dengan demikian PKSM akan
memiliki jiwa entrepreneurship yang kuat sehingga mampu mempengaruhi anggota masyarakat di
sekitarnya untuk berubah ke arah yang lebih arif dan bijaksana. Pembinaan yang dilakukan tidak
hanya yang bersifat teknis semata tetapi lebih diarahkan kearah pemasaran dan penciptaan lapangan
kerja baru di bidang kehutanan.

Pembinaan PKSM yang berkelanjutan dengan melibatkan stakeholders di bidang kehutanan,


diharapkan para PKSM ini dapat menjadi suatu pusat belajar lokal mandiri yang bersebar di seluruh
penjuru Indonesia, dengan berbagai kekhasan lokal yang kemudian dapat dipromosikan ke tingkat
Internasional atau dengan kata lain modal lokal wawasan global

Sebagai Penyuluh Swadaya


pemberdayaan PKSM ( Penyuluh
perlu disampaikan secara umum
masyarakat yang lebih baik sesuai

Kehutanan perlu diberikan memotivasi pada bidang


Kehutanan Swadaya Masyarakat). Motivasi lain yang
mereka ingin banyak belajar pada pola pemberdayaan
dengan potensi daerah masing-masing. Contoh m otivasi

lain memberikan bantuan bibit tanaman hutan atau penyemaiakan bibit tanaman hutan, atau bantukan
menanam tanaman kehutananm sebagai bentuk nyata dalam pergerakan menanam dan dukungan
kepada alam, bahwa alam ini adalah tanggung jawab kita untuk tetap lestari.

Undang-Undang No.16 Tahun 2006, Psl.32 ayat 2 yang berbunyi Sumber


pembiayaan untuk penyuluhan disediakan melalui APBN, APBD baik propinsi maupun
kabupaten/kota, baik secara sektroral maupun lintas sektoral, maupun sumber-sumber lain
yang sah dan tidak mengikat. Dan ayat (5) yang berbunyi Dalam hal penyuluhan yang
diselenggarakan oleh penyuluh swasta dan penyuluh swadaya pembiayaannya dapat dibantu
oleh pemerintah dan pemerintah daerah yang sampai saat ini belum banyak pemerintah
Kabupaten. Kota menganggarkan, mudah-mudahan kedepan menjadi perhatian pemerintah.
C. PENUTUP
Penyuluhan kehutanan bukanlah suatu hal yang bisa ditangani secara mandiri namun
memerlukan keterkaitan dan kerjasama antar lembaga, bukan hanya peneliti dan penyuluh namun
juga antara petugas penyuluh dengan pelaku bisnis kehutanan lainnya seperti pelaku pemasaran,
transportasi, penyimpanan serta institusi terkait dengan pembangunan pedesaan.
Penyuluhan kehutanan dimasa mendatang harus efektif dan efisien dengan melibatkan lebih
banyak peran petani dan pelaku usaha kehutanan lainnya. Metode penyuluhan harus bersifat
partisipatif dan sistemik dengan memaduserasikan penyuluhan kehutanan swaskarsa, swasta, dan
pemerintah. Undang-undang yang mengatur sistem penyuluhan secara holistik dan komprehensif
perlu segera diterbitkan seiring dengan semangat pemerintah untuk merevitalisasi peran sektor
kehutanan. Penyuluhan diharapkan menjadi batu pijakan dalam mewujudkan pembangunan
kehutanan yang tangguh, produktif, efisien, berdaya saing, dan berkerakyatan.
Daftar Pustaka

Mardikanto, Totok. 2003. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pembangunan, dalam


Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press Bogor.
Sanusi, Umung Anwar. 2006. Membangun Kehutanan Lewat Penyuluhan. Seri online:
http://www.pks.or.id/v2/?op=isi&id=868 diakses pada tanggal 12 Pebruari 2015.
Slamet, Margono. 2003. Perspektif Ilmu Penyuluhan Pembangunan Menyongsong Era Tinggal
Landas. Di dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press. Bogor.
Subandriyo, Toto. 2006. Penyuluhan dan Keberhasilan Pembangunan Kehutanan. Seri online:
http://www.suaramerdeka.com/harian/0605/20/opi04.htm diakses pada tanggal 12
Pebruari 2015.

Anda mungkin juga menyukai