Morfometrik Dan Meristik
Morfometrik Dan Meristik
mahasiswa
mampu
memahami
dan
menjelaskan
pengertian
morfometrik
2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian meristik
B. Morfometrik
Setiap ikan mempunyai ukuran yang berbeda-beda, tergantung pada umur,
jenis kelamin, dan keadaan lingkungan hidupnya. Faktor-faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi kehidupan ikan di antaranya adalah makanan, derajat
keasaman (pH) air, suhu, dan salinitas. Faktor-faktor tersebut, baik secara sendirisendiri maupun secara bersama-sama, mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap pertumbuhan ikan. Dengan demikian, walaupun dua ekor ikan
mempunyai umur yang sama namun ukuran mutlak di antara keduanya dapat
saling berbeda.
Morfometrik adalah ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan
(measuring methods). Ukuran ikan adalah jarak antara satu bagian tubuh ke
bagian tubuh yang lain. Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk diukur
antara lain panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan,
tinggi dan panjang sirip, dan diameter mata (Hubbs dan Lagler, 1958; Parin,
1999).
Satuan ukuran yang digunakan di dalam morfometrik sangat bervariasi. Di
Indonesia, satuan ukuran yang umum digunakan adalah sentimeter (cm) atau
milimeter (mm), tergantung kepada keinginan peneliti. Ukuran-ukuran ini disebut
ukuran mutlak.
menggunakan jangka sorong (calipper). Adalah suatu hal yang tidak mungkin
untuk memberikan ukuran bagian-bagian ikan dalam ukuran mutlak (misalnya cm)
pada saat melakukan identifikasi. Ukuran yang digunakan untuk identifikasi
hanyalah merupakan ukuran perbandingan. Seekor ikan yang memiliki panjang
total 25 cm dan panjang kepala 5 cm, maka perbandingan yang dinyatakan di
dalam buku-buku identifikasi adalah panjang kepala sama dengan seperlima
panjang total tubuhnya.
57
l. Panjang jari-jari keras dan jari-jari lemah. Panjang jari-jari keras adalah
panjang pangkal yang sebenarnya sampai ke ujung bagian yang keras,
walaupun ujung ini masih disambung oleh bagian yang lemah atau
sambungan seperti rambut. Panjang jari-jari lemah diukur dari pangkal
sampai ke ujungnya.
m. Panjang kepala, adalah jarak antara ujung termuka dari kepala hingga
ujung terbelakang dari keping tutup insang. Beberapa peneliti melakukan
pengukuran sampai ke pinggiran terbelakang selaput yang melekat pada
tutup insang (membrana branchiostega) sehingga diperoleh panjang kepala
yang lebih besar.
n. Tinggi kepala, merupkan panjang garis tegak antara pertengahan pangkal
kepala dan pertengahan kepala di sebelah bawah.
o. Lebar kepala, merupakan jarak lurus terbesar antara kedua keping tutup
insang pada kedua sisi kepala.
p. Lebar / tebal badan, adalah jarak lurus terbesar antara kedua sisi badan.
q. Panjang hidung, merupakan jarak antara pinggiran terdepan dari hidung
atau bibir dan pinggiran rongga mata sebelah ke depan.
r. Panjang ruang antar mata, merupakan jarak antara pinggiran atas dari
kedua rongga mata (orbita).
s. Panjang bagian kepala di belakang mata, adalah jarak antara pinggiran
belakang dari orbita sampai pinggir belakang selaput keping tutup insang
(membrana branchiostega).
t. Tinggi bawah mata, merupakan jarak kecil antara pinggiran bawah orbita
dan rahang atas.
u. Tinggi pipi, merupakan jarak tegak antara orbita dan pinggiran bagian
depan keping tutup insang depan (os preoperculare).
v. Panjang antara mata dan sudut keping tutup insang depan (os
preoperculare), adalah panjang antara sisi rongga mata dengan sudut os
preoperculare. Pada saat pengukuran, senantiasa juga turut diukur panjang
duri yang mungkin ada pada sudut os preoperculare tersebut.
w. Panjang atau lebar mata, adalah panjang garis menengah orbita (rongga
mata).
x. Panjang rahang atas, adalah panjang tulang rahang atas yang diukur mulai
dari ujung terdepan sampai ujung terbelakang tulang rahang atas.
59
Gambar 21.
Berbagai ukuran pada tubuh ikan. PT. Panjang total; PB. Panjang
baku; PC. Panjang cagak; PK. Panjang kepala; A. Sirip dubur; C.
Sirip ekor; D1. Sirip punggung depan; D2. Sirip punggung
belakang; P. Sirip dada; V. Sirip perut; 1. Moncong; 2. Sungut; 3.
Tutup insang; 4. Sisik pada linea lateralis; 5. Scute batang ekor; 6.
Sisik di atas linea lateralis; 7. Sisik di bawah linea lateralis; 8. Sisik
tambahan (auxillary scales); 9. Scute pada bagian perut; 10.
Filamen (rambut) yang dapat bergerak sendiri; 11. Kell; 12. Sirip
lemak; 13. Filamen (Affandi et al., 1992)
60
Gambar 22.
61
y. Panjang rahang bawah, adalah panjang tulang rahang bawah yang diukur
mulai dari ujung terdepan sampai pinggiran terbelakang pelipatan rahang.
z. Lebar bukaan mulut, merupakan jarak antara kedua sudut mulut jika mulut
dibuka selebar-lebarnya.
Selain
pengukuran
secara
langsung,
juga
dilakukan
nisbah
atau
pembandingan beberapa ukuran tubuh seperti tersebut di bawah ini dan hasilnya
ditabulasikan seperti terlihat pada Tabel 5.
(a) Indeks panjang kepala, yaitu perbandingan antara panjang total dan
panjang kepala
(b) Indeks panjang bahu, yaitu perbandingan antara panjang total dan panjang
bahu
(c) Indeks tinggi badan, yaitu perbandingan antara panjang total dan tinggi
badan
(d) Indeks sirip punggung, yaitu perbandingan antara panjang total dan
panjang dasar sirip punggung
(e) Indeks sirip dubur, yaitu perbandingan antara panjang total dan panjang
dasar sirip dubur
(f) Indeks batang ekor (1), yaitu perbandingan antara panjang total dan
panjang batang ekor
(g) Indeks batang ekor (2), yaitu perbandingan antara panjang batang ekor dan
tinggi batang ekor
(h) Indeks tinggi kepala, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan tinggi
kepala
(i) Indeks lebar mata, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan lebar
mata
(j) Indeks rahang atas, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan panjang
rahang atas
62
Tabel 5. Hasil pengukuran dan perbandingan berbagai ukuran pada tubuh ikan
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Variabel
Panjang total
Panjang baku
Panjang cagak
Tinggi badan
Tinggi batang ekor
Panjang batang ekor
Panjang dasar sirip punggung
Panjang dasar sirip dubur
Panjang di bagian muka sirip punggung
Tinggi sirip punggung
Tinggi sirip dubur
Panjang sirip dada
Panjang sirip perut
Panjang jari-jari sirip dada yang terpanjang
Panjang jari-jari keras
Panjang jari-jari lemah
Panjang kepala
Tinggi kepala
Lebar kepala
Lebar / tebal badan
Panjang hidung
Panjang ruang antar mata
Panjang bagian kepal di belakang mata
Tinggi bawah mata
Tinggi pipi
Panjang antara mata dan sudut preoperculare
Panjang / lebar mata
Panjang rahang atas
Panjang rahang bawah
Lebar bukaan mulut
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Variabel
Indeks panjang kepala
Indeks panjang bahu
Indeks tinggi badan
Indeks sirip punggung
Indeks sirip dubur
Indeks batang ekor (1)
Indeks batang ekor (2)
Indeks tinggi kepala
Indeks lebar mata
Indeks rahang atas
Ukuran (mm)
Nisbah
63
C. Meristik
Berbeda dengan karakter morfometrik yang menekankan pada pengukuran
bagian-bagian
tertentu
tubuh
ikan,
karakter
meristik
berkaitan
dengan
65
Gambar 24. Jari-jari pokok dan jari-jari cabang (Andy Omar, 1987)
Gambar 26. Perbedaan jari-jari pada sirip ikan (Andy Omar, 1987)
67
jika cara di atas tidak mungkin dilakukan karena garis tersebut melalui
dasar sirip perut, maka harus diambil garis tegak dari ujung dasar sirip
perut sampai ke punggung dan kemudian menghitung jumlah sisik-sisik
yang dilalui oleh garis ini (lihat Gambar 27-B).
cara yang lain yaitu jumlah sisik di atas garis rusuk dihitung mulai dari
permulaan sirip punggung pertama terus ke bawah dan ke belakang,
sedangkan untuk jumlah sisik di bawah garis rusuk dimulai pada
permulaan sirip dubur dan dihitung miring naik ke atas dan ke muka
(Gambar 27-C).
69
Gambar 27. Sisik di atas dan di bawah garis rusuk (Andy Omar, 1987)
70
3. Jumlah finlet
Finlet merupakan sirip-sirip tambahan rudimenter yang terpisah-pisah dan
terletak di belakang sirip punggung dan sirip dubur. Contoh ikan yang mempunyai
finlet di antaranya adalah ikan tenggiri (Scomberomorus commerson (Lacepde,
1800)) dan ikan layang (Decapterus russeli (Rppel, 1830)). Jumlah finlet perlu
diketahui karena sangat penting untuk identifikasi.
4. Insang
Insang terdiri dari tapis insang, tulang lengkung insang, dan lembaran atau
daun insang. Lengkung insang terdiri dari lengkung atas dan lengkung bawah.
Untuk identifikasi biasanya digunakan jumlah tapis insang pada lengkung insang
yang pertama pada satu sisi badan, kecuali jika ada ketentuan lain. Jumlah tapis
insang ialah jumlah seluruh tapis insang pada lengkung insang pertama pada satu
sisi badan, termasuk yang rudimenter.
5. Organ-organ Dalam
Beberapa organ dalam sebagai ciri taksonomis dapat dijadikan pegangan
untuk kepentingan identifikasi. Organ-organ dalam tersebut di antaranya adalah
jumlah vertebra, jumlah pilorik kaeka (pyloric caeca), bentuk gelembung renang
(vesica natatoria), dan posisi gelembung renang.
D. Soal-soal Latihan
Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per
kelompok), kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan selama 10
menit tugas di bawah ini.
1. Deskripsi ikan betok (Anabas testudineus (Bloch, 1792)) adalah sebagai
berikut: jari-jari keras sirip punggung: 16 - 20; jari-jari lemah sirip punggung:
7-10; jari-jari keras sirip dubur 9 - 11; dan jari-jari lemah sirip dubur: 8 - 11.
Setiap kelompok membuat rumus jari-jari sirip ikan tersebut.
2. Rumus jari-jari sirip ikan Eleutheronema tetradactylum (Shaw, 1804) berikut
ini: D. VIII; I-II, 13-15 A. I-II, 15-17 TL 2000. Jelaskan kesimpulan kelompok
masing-masing
71
E. Daftar Pustaka
Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu
Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan.
Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Allen, G.R. 1985. FAO Species Catalogue. Volume 6. Snappers of the World. An
Annotated and Illustrated Catalogue of Lutjanid Species Known to Date.
FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 6. Food and Agriculture
Organization of the United Nations. Rome.
Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Sistematika Dasar. Jurusan
Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Carpenter, K.E. and V.H. 1998. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific.
Volume 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothurians and Sharks. Food
and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific.
Volume 3. Batoid Fishes, Chimaeras and Bony Fishes Part 1 (Elopidae to
Linophrynidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations,
Rome.
Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific.
Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). Food and
Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
Carpenter, K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific.
Volume 5. Bony Fishes Part 3 (Menidae to Pomacentridae). Food and
Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
Carpenter, K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific.
Volume 6. Bony Fishes Part 4 (Labridae to Latimeriidae). Food and
Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
72
73