BAB I
PENDAHULUAN
akan
menyebabkan gigi menjadi kehilangan dukungan, goyang dan sampai terlepas dari
socketnya. Kenyataan ini mutlak harus diperhatikan oleh para dokter gigi untuk
membuat diagnosa dan rencana perawatan yang tepat dalam perawatan gigi dan
jaringan penyangganya dengan restorasi cekat pada umumnya dan gigi tiruan cekat
pada khususnya, yang setelah dipasang didalam mulut akan merupakan satu kesatuan
dengan gigi yang masih ada beserta jaringan penyangganya.1
Pemakaian restorasi cekat, khususnya gigi tiruan cekat secara ideal
menyebabkan timbulnya karies gigi atau kelainan jaringan penyangganya. Karena itu
1
upaya terbaik untuk membantu menjaga kesehatan gigi dan jaringan mulut pasien
sebelum dan sesudah pemakaian gigi tiruan cekat adalah tindakan pencegahan
terjadinya kelainan dengan pemeriksaan awal secara teratur serta pembuatannya yang
memenuhi syarat-syarat terutama syarat histologis.1
I.5. Hipotesis
Ada dampak yang ditimbulkan oleh pemakaian gigitiruan mahkota terhadap
jaringan gingiva.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pengurangan jaringan gigi yang memadai untuk memberi ruangan yang cukup, baik
untuk penampilan estetik maupun fungsi yang normal.5
Berdasarkan lokasinya dikenal tiga jenis akhiran preparasi, yaitu akhiran
preparasi supragingiva, akhiran preparasi subgingiva, dan akhiran preparasi setinggi
gingiva. Sedangkan menurut bentuknya dikenal empat macam akhiran preparasi.
yaitu knif-edgeijeather edge, preparasi shoulder, preparasi bevel shoulder, dan
akhiran preparasi chamfer.5
II.3. Bahan Restorasi Gigitiruan Mahkota
Restorasi gigitiruan cekat dapat dibuat dari berbagai macam bahan
restorasi diantaranya akrilik, porselen dan logam. Dalam penggunaannya, bahan
restorasi tersebut sangat berpengaruh terhadap kesehatan jaringan periodontal,
terutama dalam hubungannya dengan tepi preparasi subgingiva. Beberapa sifat
bahan harus dipertimbangkan ketika bahan tersebut dipilih untuk digunakan
secara klinis. Pertimbangan ini termasuk biokompatibilitas, sifat fisik dan kimia,
karakteristik penanganan, estetik, dan segi ekonomis. 6
Pada permulaan abad ke-19 penggunaan basis dari bahan logam emas
dimulai. Teknik casting bahan logam emas sudah lama dikenal oleh bangsa Mesir
dan pandai emas dari Salomon dalam pembuatan perhiasan kuil-kuil. Pada tahun
1907 Taggart adalah orang pertama yang menggunakan teknik tersebut dalam
pembuatan inlay dan gigitiruan dari bahan emas. Namun karena sifat emas yang
lunak akhirnya dikembangkanlah logam aloi yang mempunyai kekuatan yang
lebih baik daripada logam emas yaitu sifatnya yang lebih tahan terhadap tekanan
kunyah.7
Namun lambat laun kebutuhan akan estetis pasien pengguna gigitiruan
meningkat sehingga sekitar tahun 1935 penggunaan akrilik sebagai bahan
restorasi gigi tiruan mulai dijajaki. Tetapi sekarang akrilik tidak dipergunakan lagi
sebagai bahan pembuat gigi tiruan karena banyaknya laporan tentang seringnya
bahan ini menimbulkan reaksi alergi bagi penggunaannya. 7
Akibat reaksi alergi yang sering ditimbulkan oleh akrilik orang mulai
mencari bahan restorasi lain yang mempunyai estetik yang memuaskan tetapi
tidak toksik dan tidak menimbulkan alergi terhadap jaringan mukosa rongga
mulut dan bahan restorasi itu biasa disebut porselen. Pengguna porselen mulai
populer sejak 1970 sebagai bahan dari basis gigi tiruan karena selain lebih estetik,
porselen tidak menimbulkan reaksi alergi pada pasien. 7
II.3.1. Akrilik
Lebih dari 60% elemen gigitiruan di Amerika Serikat dibuat dari resin
akrilik atau resin vinil akrilik. Seperti diduga, kebanyakan elemen gigitiruan resin
memiliki basis dengan susunan linier poli (metil metakrilat). Resin poli (metil
metakrilat) yang digunakan dalam pembuatan elemen gigitiruan adalah serupa
dengan yang digunakan untuk pembuatan basis protesa. Namun besarnya ikatan
silang dalam elemen gigitiruan adalah lebih besar dibandingkan dengan basis
protesa yang terpolimerisasi. Peningkatan ini diperoleh dengan meningkatnya
jumlah ikatan silang dalam cairan basis protesa, yaitu monomer. Polimer hasilnya
menunjukkan peningkatan stabilitas dan sifat klinis yang disempurnakan. 8
Resin akrilik dipakai sebagai basis gigitiruan oleh karena bahan ini memiliki
sifat tidak toksik, tidak iritasi, tidak larut dalam cairan mulut, estetik balk, mudah
dimanipulasi, reparasinya mudah dan perubahan dimensinya kecil.9
Poli(metil metakrilat) murni adalah tidak berwarna, transparan dan padat.
Untuk mempermudah penggunaannya dalam kedokteran gigi, polimer diwarnai untuk
mendapatkan warns dan derajat kebeningan. Warna serta sifat optik tetap stabil di
bawah kondisi mulut yang normal dan sifat-sifat fisiknya telah terbukti sesuai untuk
aplikasi kedokteran gigi. Satu keuntungan poli(metil metakrilat) sebagai bahan basis
gigitiruan adalah relatif mudah pengerjaannya. Kurang kuat, mudah patah, tidak
cukup tegar dan menyerap cairan mulut, merupakan beberapa kelemahan resin.8
II.3.2. Porselen
Ada beberapa kategori porselen gigi: porselen konvensional yang
mengandung leucite, porselen yang diperkaya leucite, porselen ultra-low-fusing
yang mungkin mengandung leueite, porselen-kaca, porselen inti khusus ( alumina,
alumina yang diperkaya kaca, magnesia dan spinel ), dan porselen CAD CAM. 10
Porselen gigi dapat diklasifikasi menurut tipe ( porselen feld spathic,
porselen yang diperkaya leucite, porselen alumina, alumina yang diinfiltrasi kaca,
spinel diinfiltrasi kaca, dan porselen-kaca ), menurut kegunaan ( gigitiruan, vinir,
porselen logam, inlai, mahkota, dan jembatan anterior), menurut metode
pemprosesan sintering, pengecoran, atau mesin ), menurut metode pemprosesan
9
yang
berbasis
pada
anyaman
silica
(SiO2)
dan
feldspar
potas
Sifat-sifat porselen : 10
1. Semua sisa air yang ada akan menguap selama pembakaran, disertai dengan
hilangnya bahan pengikat (bila ada). Besarnya pengerutan berkisar 30 - 40
10
11
terutama dalam pembuatan mahkota tiruan dan restorasi jembatan. Logam padu
tuang tembaga (Cu aloi) dan logam padu tuang perak (Ag aloi) masih digunakan
sebagai bahan restorasi karena cukup keras sehingga mampu menahan daya
kunyah, dapat dipoles dengan baik, tidak rnenyebabkan efek samping dan mudah
pengelolaannya. Ni-Cr aloi secara luas digunakan untuk mengganti mahalnya
precious metal aloi dan dapat mencegah korosi. Dalam mendeteksi logam tuang
untuk suatu restorasi perlu dipertimbangkan kekasaran permukaan hasil tuangan
logam, sebab kadang permukaan dari hasil tuangan logarn, terutama pada daerah
tertentu kasar dan tidak sesuai dengan cetakan. Kekasaran permukaan dari
restorasi tuang bisa mempersulit dalam proses finishing atau polishing dan dapat
memperlemah suatu restorasi tuang. Permukaan yang kasar merupakan faktor
yang paling besar untuk terjadinya perlekatan plak. 12
14
15
1. Warna Gingiva
Dalam keadaan normal, akibat permukaan pada epitelium lebih tipis dan
vaskularisasi yang lebih banyak dibanding orang dewasa, gingiva pada anak berwarna
merah tua. Warna gingiva normal pada anak sangat dipengaruhi oleh vaskularisasi
pada pembuluh darah dan jaringan pendukung. Mukosa alveolar berwarna merah,
halus dan lebih terang.13
Warna gingiva sangat bervariasi pada setiap orang dan berhubungan dengan
pigmentasi kulit. Warna gingiva lebih terang pada orang kulit putih dibandingkan
pada orang kulit hitam. Melanin berperan pada pigmentasi normal kulit, gingiva, dan
membaran mukosa mulut, dimana melanin ini lebih banyak terdapat pada orang kulit
hitam. Menurut Dummet ( Carranza, 2002 ), distribusi pigmen pada orang kulit hitam
yaitu gingiva 60 %, palatum 61 %, membran mukosa 22 %, dan lidah 15%.13
2. Kontur Gingiva
Kontur gingiva sangat bervariasi dan bergantung, pada bentuk maupun
kesejajarannya dalam lengkung gigi, lokasi dan bentuk daerah kontak proksimal, serta
luas embrasure gingiva sebelah facial dan lingual. Marginal gingiva mengelilingi
gigi berbentuk menyerupai kerah baju. Selama masa erupsi gigi permanen, marginal
gingiva lebih tebal dan memiliki protuberantia atau tonjolan. Bentuk interdental
gingiva ditentukan oleh kontur permukaan proksimal gigi, lokasi, bentuk daerah
kontak, dan luas embrassure gingiva.13
3. Konsistensi
16
Konsistensi gingiva padat, keras, kenyal, dan melekat erat pada tulang
alveolar. Kepadatan attached gingiva didukung oleh susunan lamina propria secara
alami dan hubungannya dengan mucoperiosteum tulang alveolar, sedangkan
kepadatan marginal gingiva di dukung oleh serat-serat gingiva.13
4. Tekstur Permukaan
Gingiva memiliki telcstur permukaan seperti kulit jeruk yang lembut dan
tampak tidak beraturan, yang disebut stippling. Stippling adalah gambaran gingiva
sehat, dimana berkurang atau menghilangnya stippling umumnya dihubungkan
dengan adanya penyakit gingiva. Stippling tampak terlihat pada anak usia 3 dan 10
tahun, sedangkan gambaran ini tidak terlihat pada bayi. Pada awal masa erupsi gigi
permanen, stippling menunjukkan gambaran yang beregerombol dan lebih lebar 1/8
inchi, meluas dari daerah marginal gingiva sampai ke daerah attached gingiva.13
5. Keratinisasi
17
II.5. Gingivitis
Gingivitis adalah inflamasi gingiva yang hanya meliputi jaringan gingiva
sekitar gigi. Secara mikroskopik, gingivitis ditandai dengan adanya eksudat inflamasi
dan oedem, kerusakan serat kolagen gingiva, terjadi ulserasi, proliferasi epithelium
dan permukaan gigi sampai ke attached gingiva. Gingivitis atau inflamasi gingiva
adalah bentuk umum dari penyakit gingiva. Inflamasi hampir selalu ada pada semua
18
bentuk penyakit gingiva karena bakteri OA yang menyebabkan inflamasi dan faktor
iritasi yang membantu akumulasinya sangat sering tampak pada lingkungan gingiva.13
Ada suatu kesepakatan bahwa gingivitis disebabkan oleh plak. Plak bakteri
dihasilkan oleh deposit bakteri yang berada pada permukaan gigi. Dalam jumlah
tertentu plak ini dapat menganggu kehidupan parasit normal sehingga bisa
menyebabkan karies dan penyakit periodontal. Kalkulus pada gigi terbentuk sebagai
akibat proses kalsifikasi dari plak. Proses kalsifikasi ini biasa terbentuk pada daerah
supragingiva atau subgingiva. Kalkulus adalah suatu faktor penting yang berperan
dalam proses terjadinya gingivitis dan penyakit periodontal.13
Gingivitis menurut etiologinya dibagi atas etiologi utama dan penunjang.
Dimana etiologi utama adalah bakteri plak, sedangkan etiologi penunjang dapat
dibagi dua yaitu lokal seperti kalkulus, tambalan overhanging, stain, tepi tambalan
yang buruk, frenulum yang tinggi, traumatik oklusi dan penyebab sistemik yaitu
penyakit-penyakit vaskuler dan defek pada fungsi imun.13
Secara klinis plak merupakan lapisan bakteri yang lunak, tidak terkalsifikasi,
menumpuk dan melekat pada permukaan gigi dan Benda lain yang berada pada
rongga mulut seperti tumpatan, geligi tiruan, maupun kalkulus. Dalam bentuk lapisan
tipis, plak umumnya tidak terlihat dan hanya dapat dilihat dengan bantuan Disclosing
Solutions.13
Gingivitis terjadi dalam 3 tahap. Batas setiap tahap tidak terlalu jelas. Tahap I
berupa lesi inisial atau awal dengan adanya perubahan vaskular berupa dilasi kapiler
dan peningkatan aliran darah. Perubahan ini terjadi sebagai respons dari aktivasi
19
mikroba terhadap leokosit setempat dan stimulasi terhadap sel endotel.respons awal
dari gingiva ini subklins. Juga dapat sudah terjadi perubahan pada perlekatan
epitelium dan jaringan ikat perivaskuler. Leukosit bermigrasi dan berakumulasi
didalam sulkus menyertai peningkatan aliran cairan gingiva ke dalam sulkus, jika
keadaan berlanjut, makrofag dan sel-sel limfoid juga terinfiltrasi dalam beberapa
hari.15
Dalam waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah lagi.
Perubahan mikroskopik terlihat terus berlanjut, pada tahap ini sel-sel plasa terlihat
mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah makrofag meningkat. Pada tahap
ini sel mast juga ditemukan. Imunoglobulin, terutama IgG ditemukan di daerah
epithelium dan jaringan Ikat. Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak dan mudah
berdarah. Dengan bertambah parahnya kerusakan kolagen dan pembengkakan
inflmasi, tepi gingiva dapat dengan mudah dilepas dari permukaan gigi, memperbesar
kemungkinan ternetuknya poket gingiva atau poket Palsu ('false pocket'). Bila oedem
inflamasi dan pembengkakan gingiva cukup besar, maka poket gingiva biasanya juga
cukup dalam. Pada tahap ini sudah terjadi degenerasi sel-sel epitelium jungtion dan
beberapa berproliferasi dari lapisan basal ke jaringan ikat di bawahnya, namun pada
tahapan ini belum terlihat adanya mugrasi sel-sel epithelial dalam jumlah besar ke
permukaan akar.16
Bila inflamasi sudah menyebar disepanjang serabut transeptal, maka akan
terlihat adanya resorbsi puncak tulang alveolar. Resorbsi ini bersifat reversibel
terutama dalam hubungannya dengan pemulihan inflamasi. Salah satu tanda penting
20
dri penyakit ini adalah tidak ditemukannya bakteri pada epithelium maupun pada
jaringan ikat. Karena jaringan fibrosa rusak pada adrah inflamsi aktif, pada beberapa
daerah agak jauh terlihat adanya proliferasi jaringan fibrosa dan pembentukan
pembuluih darah baru. Aktivitas pemulihan yang produktif ibni merupakan
karekteristrik yang sangat penting dari lesi kronis dan pada keadaan iritasi serta
inflamasi jangka panjang, elemen jaringan fibrosa akan menjadi komponen utama
dari perubahan jaringan. Jadi, kerusakan dan perbaikan berlangsung bergantian dan
proporsi dari tiap-tiap proses ini akan mempengaruhi warna dan bentuk gingiva. Bila
inflamsi dominan, jaringan akan berwarna merah, lunak dan mudah berdarah;bila
produksi jaringan fibrosa yang dominan, gingiva akan menjadi keras dan berwarna
merah muda walaupun bengkak perdarahan kurng , bahkan tidak ada.16
Gambar 7. Gingivitis
(Sumber :[internet]. Accesess on: 20 Desember 2010. Available from: http://www.googleimage.dentistry.org)
21
Menurut Drg Esti Prasetyo dari Rumah Sakit Mitra Kemayoran, Jakarta Utara,
penyebab gingivitis yang paling sering terjadi yaitu menumpuknya karang pada gigi
yang berasal dari sisa makanan yang tidak dibersihkan. Karang gigi itu berasal dari
sisa-sisa makanan yang tidak dibersihkan, sehingga terjadi penumpukkan dan
menjadi karang. Jika plak tetap melekat pada gigi selama lebih dari 72 jam, maka
akan mengeras dan membentuk karang gigi. Gingivitis banyak juga ditemukan pada
orang yang menggunakan gigitiruan yang tidak pernah memperhatikan faktor
kebersihan gigitiruan dan rongga mulutnya. Apalagi jika gigitiruan itu terbuat dari
bahan yang kasar sehingga ada kemungkinan bisa melukai gusi sehingga
menyebabkan radang.17
Penyakit periodontal harus dikenali dan dirawat sebelum pembuatan gigi
tiruan terutama gigi tiruan cekat yang sepenuhnya didukung oleh jaringan penyangga
gigi, sedang letak tepi gusi dapat dipakai sebagai pedoman letak tepi gigi tiruan cekat
yang sempurna berkaitan dengan faktor estetis.1
Faktor yang juga memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan
jaringan penyangga gigi adalah kontur mahkota. Kontur mahkota ini dapat dibahas
dari 4 sudut pandang yaitu :1
1. Hubungan kontur mahkota dengan perlindungan jaringan gusi. Wheeler (1961),
Bessett dkk (1964), -Glickman (1972) dan Kornfeld (1974) mendukung
pemikiran bahwa kontur dengan kecembungan sedikit saja akan melindungi
jaringan gusi dan mudah dibersihkan dari sisa-sisa makanan (self cleansing).
2. Hubungan kontur mahkota dengan aktivitas otot. Morris (1962) dan Herlands
22
dick (1962) menganjurkan kontak restorasi dengan pipi, bibir dan lidah dapat
mempunyai efek pembersihan mahkota gigi dan jaringan gusi. Kontur mahkota
yang berlebihan (overcontured) akan menghalangi efek pembersihan ini.
3. Hubungan kontur mahkota dengan dimensi anatomi. Kraus (1969), Burch (1971)
dan Beaudreau (1973) menganjurkan bahwa pembuatan mahkota tiruan harus
meniru kontur gigi aslinya, tapi anjuran ini tidak didukung oleh penelitian.
4. Hubungan kontur mahkota dengan kontrol plak. Berdasarkan pengertian bahwa
terdapatnya plak adalah penyebab utama penyakit periodontal, maka Haren dan
Osbone (1967), Barkley (1971) dan Yuodelis dkk (1973) menyarankan kontur
mahkota yang memungkinkan kontrol plak secara optimum. Sackett dan
Gildenhuys (1976) menunjukkan secara eksperimen bahwa kontur mahkota yang
berlebihan
menghilangkan
kesempatan
untuk
pembersihan
plak
serta
integritas marginal.18
Ada tiga syarat untuk mendapatkan tepi restorasi yang baik, yakni harus
serapat mungkin dengan tepi akhir preparasi, cukup kuat menahan tekanan kunyah,
dan jika memungkinkan harus ditempatkan pada daerah yang mudah diperiksa oleh
dokter gigi dan mudah dibersihkan oleh penderita. Restorasi cekat dapat bertahan
lama dalam rongga mulut jika tepinya beradaptasi baik dengan cavosurvace finish
line. Konfigurasi dari garis akhir preparasi menentukan bentuk dan ketebalan dari
logam serta kecekatan tepi restorasi.18
Preparasi gigi untuk mahkota metal porselen seringkali tidak adekuat sehingga
ruang yang optimal yang dibutuhkan untuk mahkota tidak diperoleh, sehingga akan
menyebabkan warna mahkota tiruan menjadi buram karena ketebalan porselen yang
menutupi coping metal tidak optimal. Dibutuhkan ruangan preparasi minimal tebal
1,5 mm untuk mendapatkan warna mahkota tiruan yang estetis. Akan tetapi pada
beberapa kasus tidak semua gigi dapat direduksi teba1 1,5 mm. Kadang-kadang pada
saat dilakukan preparasi yang adekuat malah terjadi trauma pada pulpa.19
Hal lain yang sering mengganggu tampilan pengguna mahkota tiruan metal
porselen adalah adanya grey area pada tepi mahkota, biasanya disebabkan gingiva
yang resesi setelah pemakaian dalam jangka waktu lama, sehingga bagian metal pada
tepi sedikit terlihat dan terjadinya diskolorisasi gingiva akibat korosi metal.19
24
Keuntungan dari bentuk akhiran preparasi ini adalah pengambilan jaringan yang lebih
sedikit, namun preparasi tidak dapat dievaluasi secara tepat pengurangan di bagian
tepi servikal sehingga dapat mengakibatkan akhiran tepi servikal terlalu dalam di
sulkus gingiva dan mengiritasi jaringan periodontal.5
Kekurangan dari akhiran tepi servikal knife-edge ini adalah batasnya sulit
dilihat secara jelas pada gigi yang dipreparasi maupun pada model. Bentuk akhiran
ini memerlukan pengamatan secara lebih teliti oleh laboran terutama pada saat
membuat pola malamnya. Bentuk knife-edge merupakan akhiran tepi servikal yang
digunakan pula pada restorasi yang terbuat dari bahan emas karena preparasinya
dapat dibuat secara lebih mudah dan pengambilan jaringan gigi tidak terlalu banyak,
sehingga tidak membahayakan jaringan pulpa gigi.5
seluruh servikal sehingga disebut full shoulder atau partial shoulder jika hanya
bagian labial/bukal. Preparasi ini lebih menjamin adanya ruangan yang cukup di
daerah servikal terutama untuk kelompok restorasi metal porselen atau metal akrilik.
Teknik preparasi ini lebih sulit dan tidak mungkin dikerjakan pada gigi yang
mempunyai ruang pulpa yang besar. Bur yang digunakan dalam pembuatan akhiran
tepi servikal ini adalah bur bentuk fisur runcing yang ujungnya rata. Bur ini
25
digunakan apabila diperlukan ruangan untuk penempatan restorasi yang terbuat dari
porselen.5
yang disertai dengan bevel. Preparasi bevel shoulder ternyata dapat menghasilkan
kontur yang baik untuk penempatan tepi restorasi karena jika bahu ditempatkan pada
lokasi yang tepat maka tepi bevel dapat berada dalam sulkus gingival tanpa
mengganggu dasar sulkus gingiva. Preparasi ini memenuhi dua syarat penting pada
daerah servikal yaitu, memberikan ruangan yang cukup untuk bahan restorasi yang
diperoleh dari bahu dan memungkinkan adaptasi tepi yang adekuat dari bevel. untuk
membuat bahu dan bevel di sub gingiva, bahu perlu dipreparasi setinggi tepi gusi
yang sehat dan kemudian ditambahkan bevel 0,3-0,5 mm. Cara preparasi ini
memungkinkan kontrol penempatan tepi restorasi dengan baik. Bentuk bevel shoulder
ini digunakan sebagai akhiran tepi servikal pada restorasi metal porselen, namun
porselen tidak ditempatkan pada bagian bevelnya. Bagian bevel biasanya ditempati
oleh metal collar atau restorasi yang bagian leher/tepi servikalnya terbuat dari
logam.5
26
BAB III
METODE PENELITIAN
Kuisioner
Alat Diagnostik Oral
Masker dan Handskun
Alkohol dan Betadine
III.8. Data
1.
2.
3.
4.
Jenis data
Penyajian data
Pengolahan data
Analisis data
: Data primer
: Data disajikan dalam bentuk tabel
: Data diolah dengan program SPSS
:
29
3. Variabel Antara
: Oral Hygiene
III.10. Kriteria
1. Kriteria inklusi
2. Kriteria eksklusi
30
BAB IV
KERANGKA KONSEP
1.
Oral Hygiene
31
Stabilitas
Retensi
Support
Proses pembuatan
Baik
Buruk
Denture
stomatitis
Jaringan
periodontal sehat
BAB V
HASIL PENELITIAN
9
17
11
18,8
35,4
22,9
32
31 - 35
36 - 40
Jenis kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Tempat pembuatan Gigitiruan
Mahkota
Dokter Gigi
Mahasiswa/Coass
Tukang Gigi
Bahan
Akrilik
Logam
Porselen
Sumber : Data Primer
9
2
18,8
4,2
27
21
56,3
43,8
28
11
9
58,3
22,9
18,8
37
6
5
77,1
12,5
10,4
18
30
37,5
62,5
17
31
35,4
64,6
33
Baik
Buruk
31
17
64,6
35,4
Retensi
Baik
39
81,3
18,8
32
16
66,7
33,3
22
45,8
26
54,2
27
56,3
21
43,8
20
28
41,7
58,3
Buruk
Gingiva
Sehat
Tidak sehat
Sariawan
Tidak
Ya
Inflamasi
Ada
Tidak ada
Perdarahan
Ada
Tidak ada
Sumber : Data Primer
Pada tabel 2 diperlihatkan distribusi
makanan yang menempel pada gigitiruan dimana 30 orang (62,5%) terdapat sisa
makanan dan 18 orang (37,5%) yang tidak terdapat sisa makanan yang menempel
pada gigitiruan mahkotanya. Menurut kesulitan pembersihannya terdapat 31 orang
(64,6%) yang gigitiruannya sulit dibersihkan dan 17 orang (35,4%) yang tidak sulit
dibersihkan. Untuk stabilitas, terdapat 31 orang (64,6%) yang memiliki stabilitas baik
dan 17 orang (35,4%) yang stabilitasnya buruk. Untuk retensi dominan memiliki
retensi yang baik yaitu 39 orang (81,3%) dan retensi buruk 9 orang (18,8%). Keadaan
jaringan gingiva responden umumnya sehat yaitu 32 orang (66,7%) dan tidak sehat
ada 16 orang (33,3%). Peneliti juga mendeteksi ada tidaknya sariawan pada
responden, dan ditemukan 26 orang (54,2%) menderita sariawan dan 22 orang
34
Jumlah
n
31
17
48
%
64,6
35,4
100,0
0,0001
35
Gingiva
Sehat
Tidak Sehat
n
%
n
%
Jumlah
n
%
36
Menempel
Tidak
14 29,2
Ya
18 37,5
Total
32 66,7
Sumber : Data Primer
4
12
16
8,3
25,0
33,3
18
30
48
37,5
62,5
100,0
0,02
Pada tabel 5 terlihat bahwa responden yang tidak memiliki sisa makanan yang
menempel pada gigitiruannya memiliki gingiva sehat sebanyak 14 orang (29,2%) dan
gingiva tidak sehat sebanyak 4 orang (8,3%). Sedangkan yang mempunyai sisa
makanan yang menempel pada gigitiruannya memiliki gingiva sehat sebanyak 18
orang (37,5%) dan gingiva tidak sehat sebanyak 12 orang (25%). Dari hasil analisis
data dengan uji Chi-square diperoleh nilai nilai p = 0,02 yang berarti bahwa ada
hubungan bermakna antara sisa makanan yang menempel dengan kesehatan jaringan
gingiva, karena nilai p < 0,05.
Jumlah
n
17
31
48
%
35,4
64,6
100,0
0,03
37
memiliki gingiva sehat sebanyak 22 orang (45,8%) dan gingiva tidak sehat sebanyak
9 orang (18,8%). Dari hasil analisis data dengan uji Chi-square diperoleh nilai nilai p
= 0,393 yang berarti bahwa ada hubungan bermakna antara tingkat kesulitan
membersihkan gigitiruan dengan kesehatan jaringan gingiva, karena nilai p < 0,05.
BAB VI
PEMBAHASAN
gigi.
Sebagian
mempercayakan
perawatan
gigitiruannya pada dokter gigi, hal ini mungkin disebabkan karena responden pada
umumnya lebih memmercayai dokter gigi dalam membuat gigitiruan mahkota yang
diharapkan minim komplikasi daripada mahasiswa/coass dan tukang gigi.
Jenis bahan gigitiruan yang umumnya digunakan oleh pasien adalah akrilik,
hal ini mungkin dikarenakan oleh akrilik yang terbilang ekonomis dan estetiknya baik
serta tahan lama, bila dirawat dengan baik.
Berdasarkan jenis kelamin, rata-rata yang paling banyak melakukan
perawatan gigitiruan cekat mahkota adalah laki-laki. Seperti diketahui, gigitiruan
38
mahkota umumnya dipasang di daerah anterior, dan sebagian besar karena mengalami
fraktur karena kecelakaan. Banyaknya responden laki-laki yang memakai gigitiruan
mahkota mungkin saja disebabkan oleh resiko laki-laki mengalami kecelakaan yang
terbilang lebih tinggi dibanding wanita.
Data stabilitas gigitiruan menunjukkan perbandingan yang sama antara
responden yang memiliki stabilitas gigitiruan yang baik dengan responden yang
memiliki stabilitas gigitiruan yang buruk. Sedangkan berdasarkan data retensi
gigitiruan menunjukkan sebagian besar gigitiruan memiliki retensi yang bagus,
sedangkan sisanya lagi memiliki retensi yang buruk yang mengakibatkan mudahnya
mengalami kelainan gingiva.
Data keadaan jaringan gingiva menunjukkan sebagian besar responden
mengalami sariawan, inflamasi, dan perdarahan pada gingiva. Hal ini berhubungan
dengan stabilitas, retensi, serta tingkat kebersihan rongga mulut responden yang
memakai gigitiruan cekat mahkota.
terjadinya
trauma
pada
jaringan
gingiva,
selain
itu
faktor
39
secara
eksperimen
bahwa
kontur
mahkota
yang
berlebihan
Sedangkan pada tabel 6 oral hygiene dilihat dari sulit tidaknya gigitiruan dibersihkan,
dan jika sulit berarti oral hygiene responden buruk.
Kedua tabel menunjukkan hasil uji Chi-square p<0,05, yang berarti ada
hubungan bermakna antara oral hygiene responden dengan kesehatan jaringan
gingiva.
Hal ini sesuai dengan penelitiaan Wyatt CCL dimana kontrol plak harus
dipertahankan selama pemakaian gigitiruan, hal ini karena plak merupakan awal
terjadinya penyakit periodontal.
41
BAB VII
PENUTUP
VII.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah :
1. Masalah utama pasien yang memakai gigitiruan cekat adalah desain tepis
retsorasi dan desain mahkota yang biasanya kurang baik. Hal ini
menimbulkan mudahnya pasien menderita penyakit gingiva.
2. Salah satu cara menjada kondisi rongga mulut pasien gigitiruan mahkota
adalah dengan menjaga oral hygiene agar tetap bersih dan sehat.
VII.2. Saran
Penelitian yang telah dilakukan mengenai dampak penggunaan gigitiruan
mahkota terhadap jaringan gingiva ini masih membutuhkan penelitian yang lebih
lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak agar hasilnya dapat lebih baik dan
lebih berguna kedepannya.
42
DAFTAR PUSTAKA
43
Available
from
http://www.mengenal-jenis-jenis-gigitiruan-
denture.com/dental.html.
7. [internet]. 20 October 2010. History of dentures. Accessess on : 23 December
2010. Available from : http://www.orawave.llc.html.
8. Kenneth J Anusavice. Philips buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi. Alih
bahasa, Johan Arief Budiman. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2003. p. 223-224.
9. David, Munadziroh E. [internet]. Januari 2005. Perubahan warna lempeng
resin akrilik yang direndam dalam larutan desinfektan sodium hipoklorit dan
klorheksidin. Accessess on : 23 December 2010. Available from :
http://www.journal.unair.ac.id/filePDF/DENT.
10. Nurhikmah. [internet]. 2008. Bahan restorasi. Accessess on : 23 December
2010. Available from : http://www.medal.org/visitor.aspx.
11. Watt MD, Mac Gregor AR. Designing partial dentures. Alih Bahasa, Lilian
Yuwono, Sherley. Jakarta: Hipokrates; 1986.
12. [internet]. Perbandingan kekasaran permukaan logam tuang Cu Aloi
(ORDEN), Ag Aloi (WASHI) dan Ni-Cr (DURABON). Accessed on : 24
December
2010.
Available
from
http://www.top/indonesiaDLN/koleksiperpustakaan-universitasjember.
13. Newman MG, Takei RI. Caranzas clinical periodontology. 9 th ed. W.B.
Saunders Company : USA ; 2002. p. 16-9, 22-30, 269-81, 303-10.
14. Yayan A. [internet]. Penyakit gigi dan mulut. FK UNRI. Accessess on : 29
Desember 2010. Available from : http://yayanakhyar.wordpress.com.
44
15. Nurul Dewi. Gingiva yang mudah berdarah serta pengelolaannya. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia ; Maret 2003. Volume 10 No.01. p. 51.
16. Cilmiaty Risya. [internet]. 4 April 2009. Kelainan jaringan penyangga gigi.
Accessess
on
29
Desember
2010.
Available
from
http://cilmiaty.blogspot.com/2009/04/kelainan-jaringan-penyangga-gigiby.html.
17. [internet]. 18 October 2010. Jangan sepelekan, infeksi gusi berujung pada
penyakit sistemik. Accessess on : 29 December 2010. Available from : http://
http://www.suaramedia.com/jangan-sepelekan-infeksi-penyakit-sistemik.
18. Ardiansyah S Pawinru, Edy Machmud. Respon jaringan periodontal terhadap
penggunaan nikel kromium sebagai komponen gigitiruan cekat. Dentofasial
Jurnal Kedokteran Gigi ; April 2009. Volume 08 No.01. p. 43-44.
19. Roeli Ardi Andries, Farisza Gita. Mahkota tiruan metal porselen anterior
dengan modifikasi tepi poreselen. Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi ;
Oktober 2010. Volume 09 No.02. p. 102.
45