LAPORAN Farkol Antidiare
LAPORAN Farkol Antidiare
Disusun Oleh
Kelompok I Rabu Pagi
Kartika Ramadhan
(D1E03026)
Cysilia Kusumawati H
(D1E03027)
Yulia Arista
(D1E03028)
Ulfiana Hafni
(D1E03029)
Eka Waty
(D1E03030)
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2006
I. TUJUAN
Mengetahui sejauh mana aktivitas obat antidiare dapat menghambat diare
yang disebabkan oleh oleum ricini pada hewan percobaan.
II. PRINSIP
Pengujian aktivitas antidiare berdasarkan konsistensi feses, bobot feses,
dan frekuensi defekasi pada aktivitas obat atapulgit dan loperamid yang dapat
memperlambat peristaltic usus, sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan
memperbaiki konsistensi feses, yaitu metode proteksi terhadap diare oleh oleum
ricini.
III. TEORI
Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan (mencret)
dan merupakan gejala-gejala dari penyakit tertentu atau gangguan lainnya.
Menurut tori klasik, diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus, hingga
pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat
meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa
penyebab utama diare adalah bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya
resorpsi air atau dan terjadinya hipersekresi. Pada keadaan normal, proses sekresi
dan reosrpsi dari air dan elektrolit-elektrolit berlangsung pada waktu yang sama di
sel-sel epitel mukosa.
Proses ini di atur oleh beberapa hormon, yaitu resorpsi oleh enkefalin,
sedangkan sekresi diatur oleh prostaglandin dan neurohormon V.I.P (Vasoactive
Intestinal Peptide). Biasanya, resorpsi melebihi sekresi, tetapi karena sesuatu
sebab sekresi menjadi lebih besar daripada resorpsi, maka terjadilah diare.
Terganggunya keseimbangan antara resorpsi dan sekresi, dengan diare sebagai
gejala utama, sering kali terjadi pada gastroenteritis (radang lambung usus) yang
disebabkan oleh kuman dan toksinnya.
dan
dapat
mempengaruhi
kegunaan
atapulgit
atau
bahkan
Kegunaan :
Jangan gunakan atapulgit untuk mengatasi diare bila pasien mengidap
penyakit liver, atau kelainan darah atau mucus.
Gunakan obat ini sesuai dengan petunjuk yang tertera pada label, kecuali
bila dikatakan lain oleh dokter.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat terjangkit penyakit diare:
1. Dalam penggunaan obat diare, perlu diperhatikan bahwa pasien harus
menggantti kehilangan cairan pada tubuh dan mengikuti pola diet tertentu.
Pada 24 jam pertama, pasien harus makan gelatin dan minum cairan yang
banyak, misalnya air jahe, cola bebas kafein, the bebas kafein, dan protein.
Pada 24 jam selanjutnya, pasien harus makan makanan bergizi, misalnya
sereal, roti, kraker, dan lain-lain. Buah, sayur-sayuran, gorengan atau
makanan berbumbu, permen, dan kafein, ataupun alcohol, dapat mebuat
keadaan semakin buruk.
2. Apabila terlalu banyak cairan yang hilang dari tubuh, diare dapat semakin
parah. Cek ke dokter secepatnya apabila terjadi hal-hal berikut :
Decreased urination
Dryness of mouth
Increased thirst
Wrinkled skin
Dosis :
Dosis atapulgit dapat berbeda untuk pasien yang berbeda. Jumlah tablet atau
sendok the dari suspensi yang diberikan tergantung pada kekuatan obat tersebut.
Untuk diare
Dosis suspensi oral :
Penyimpanan :
Untuk menyimpan obat ini:
Jangan simpan obat lebih dari waktu kadaluarsa obat, tetapi yakinkan
bahwa obat terhindar dari jangkauan anak-anak.
Peringatan :
Periksakan ke dokter bila diare tidak berhenti pada satu atau dua hari
pemakaian, atau apabila timbul demam.
Efek samping :
Di samping manfaat pemakainan atapulgit, obat ini juga menyebabkan
pengaruh yang tidak diinginkan. Konstipasi dapat terjadi pada beberapa pasien,
khususnya yang mengonsumsi atapulgit secara berlebihan. Periksakan pada dokter
bila konstipasi mengganggu.
Efek samping lain yang tidak dijelaskan di atas dapat pula terjadi pada
pasien. Apabila pasien merasa efek samping lain, periksakan ke dokter.
IV. BAHAN DAN ALAT
Hewan percobaan : mencit putih jantan, dengan berat badan 20-25 g. Hewan yang
digunakan untuk percobaan memiliki feses normal.
Bahan : - Loperamid HCl (0,24 mg/mL dan 0,48 mg/mL)
- Oleum ricini
- Atapulgit
- Kertas saring
Alat : - Alat suntik 1 mL
- Sonde oral mencit
- Stopwatch
- Timbangan mencit
- Bejana silinder
V. PROSEDUR
1. Bobot mencit ditimbang, dikelompokkan secara acak menjadi tiga
kelompok, yaitu kelompok control negative yang hanya diberi oleum
ricini, kelompok control positif yang diberi loperamid, dan kelompok uji
yang diberi atapulgit
2. Dua jam sebelum percobaan dimulai mencit dipuasakan
3. Sesuai dengan perlakuan yang akan dialaminya tiap mencit diberi peroral
0,5 mL/20 g sediaan uji dan kemudian ditempatkan dalam bejana
individual beralaskan kertas saring untuk pengamatan
4. Satu jam setelah perlakuan pada butir 3 semua mencit diberi peroral 0,5
mL oleum ricini
5. Respon yang terjadi pada setiap mencit diamati selang waktu 30 menit
selama 2 jam, setelah pemberian oleum ricini
6. Parameter yang diamati yaitu waktu muncul diare, frekuensi konsistensi
diare, dan jumlah/bobot feses serta jangka waktu berlangsung diare
7. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk table dan dibuat grafiknya
8. Evaluasi hasil pengamatan pada tiap kelompok hewan untuk
waktu
Berat Mencit
positif
(Loperamid HCl)
Uji (Atapulgit)
Dosis
26,5 g
22,9 g
23,39 g
No.
Kelompok
Waktu (jam)
01
1 1,5
1,5 2
2 2,5
2,5 3
3 3,5
3,5 4
45
56
1.
++
++
+++
+++
++
++
2.
+++
+++
+++
++
++
++
+++
+++
++
3.
Oleum
67
4.
ricini
++
+++
+++
5.
0,75ml
++
+++
++
6.
/ekor
++
+++
+++
+++
++
7.
++
+++
+++
++
8.
++
++
+++
++
9.
+++
+++
++
10.
++
+++
++
1.
++
+++
2.
+++
+++
+++
++
3.
++
+++
++
4.
PGA
++
+++
++
5.
5%/ml/
++
++
++
6.
ekor
++
+++
7.
++
+++
++
8.
++
9.
++
+++
10.
++
++
1.
+++
2.
++
3.
Lopera
++
4.
mid
++
++
5.
HCl
6.
0,06
++
7.
mg/ml/
++
8.
ekor
9.
++
10.
++
+++
++
1.
++
+++
++
2.
Funica
++
3.
granat
++
4.
um L.
++
+++
5.
250 mg
++
6.
ekstrak
+++
+++
7.
kering/
++
8.
ml/
++
+++
++
10
9.
ekor
10.
++
+++
++
1.
Helicte
+++
+++
++
2.
res
+++
+++
+++
++
3.
isora
+++
++
4.
L. 250
++
5.
mg
++
++
6.
ekstrak
++
++
+++
++
7.
kering/
++
++
8.
ml/
++
9.
ekor
+++
++
10.
1.
Sindor
++
++
+++
2.
++
3.
sumatr
+++
++
4.
ans
++
++
5.
Miq.
++
+++
++
6.
250 mg
++
++
7.
ekstrak
+++
++
8.
kering/
++
9.
ml/
++
+++
++
10.
ekor
Uncari
+++
1.
+++
2.
gambir
++
3.
(Hunte
++
4.
r)
++
5.
Roxb.
++
+++
++
6.
250 mg
++
7.
ekstrak
+++
++
8.
kering/
++
9.
ml/
++
10.
ekor
++
Perlakuan
Kelom-
Oleum
Lopera-
pok
Ricini
mid HCl
240
180
PGA
240
U.
S.
H.
P.
Gambir
Sumatrana
Isora
Granatum
120
180
150
120
11
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Rata-
240
240
240
240
240
180
180
240
240
2280
228
90
60
90
30
90
90
60
150
90
930
93
240
150
180
180
180
150
150
150
150
1770
177
120
120
120
120
120
120
120
150
150
1260
126
150
180
210
150
90
120
120
18
120
1338
133,8
210
150
120
150
180
180
180
150
180
1650
165
150
60
60
90
120
120
120
120
90
1050
105
10278
rata
y2 = 1.114.200 + 601.524 = 1.715.724
Tabel Anava
Sumber
Derajat
Jumlah
Variasi (SV)
Rata-rata
Perlakuan
Kekeliruan
Jumlah
Kebebasan (dK)
1
71=6
63
n = 70
Kuadrat
Ry = 102782 = 1.509.104,057
70
Py = 22802 + 9302 + 17702 + 12602 + 13382 + 16502 + 10502 Ry
10
10
10
10
10
10
10
12
RST = r. Si = r3 .10,97 & r4 .10,97 & r5 . 10,97 & r6 . 10,97 & r8 . 10,97 & r9
. 10,97
r (6,63)
RST = (3,40 x 10,97), (3,74 x 10,97), (3,98 x 10,97), (4,16 x 10,97), (4,31 x
10,97), (4,44 x 10,97), (4,55 x 10,97)
= 31,298(A); 41,0278(B); 43,6606(C); 45,6352(D); 47,2807(E); 48,7068(F);
49,9135 (G)
jika lebih kecil dari nilai RST sama
jika lebih besar dari nilai RST beda
B =
G =
D =
E =
F =
C =
A =
RST
93
105
126
133,8
165
177
228
B
12
33
40,8
72*
84*
135*
G
21
28,8
60*
72*
123*
*
D
7,8
39
51
102*
E
31,2
43,2
94,2*
F
12
63*
C
51*
A
Dengan keyakinan 95% dapat disimpulkan bahwa perlakuan stimulus :
41,0278
49,9135
45,6352
47,2807
48,7068
43,6606
-
BF
GF
DC
CA
BC
GC
DA
BA
GA
EA
FA
Taksiran rata-rata
i = i t (1-/2) dKE E/ni
13
Waktu Reaksi
250
O. ricini
200
loperamid HCl
150
PGA
100
U. gambir
S. sumatrana
50
H. isora
0
Ekstrak
P. granatum
VII. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini bertujuan untuk menguji aktivitas obat anti diare dalam
menghambat diare yang ditimbulkan oleh penginduksi oleum ricini, terhadap
hewan percobaan. Pengamatan dilakukan terdapat diare yang dikeluarkan oleh
mencit. Obat yang akan diuji aktivitas anti diarenya pada percobaan kali ini adalah
Loperamid HCl dan atapulgite.
14
Diare adalah suatu keadaan dimana terjadi pengeluaran feses cair atau
seperti bubur berulang kali (lebih dari tiga kali sehari). Penyebab diare dapat
bermacam-macam, antara lain kurangnya absorpsi zat osmotik dari lumen usus,
meningkatnya sekresi elektrolit dan air ke dalam lumen usus, naiknya
permeabilitas mukosa usus atau terganggunya motilitas usus. Penginduksi
terjadinya diare yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah oleum ricini.
Oleum ricini merupakan zat penginduksi terjadinya diare. Oleum ricini
mengandung trigliserida asam risinoleat yang dihidrolisis di dalam usus halus oleh
lipase pankreas menjadi gliserin dan asam risinolat. Oleum ricini merupakan
penstimulasi peristaltik usus.
Obat antidiare yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah loperamid
dan atapulgite. Loperamid merupakan obat diare yang bekerja dengan mekanisme
penghambatan peristaltik pada reseptor opiat yang digunakan pada diare akibat
gangguan motilitas. Atapulgite merupakan obat diare dengan mekanisme
mengabsorbsi bakteri atau kuman yang menyebabkan diare.
Parameter yang digunakan dalam percobaan ini adalah waktu terjadinya
diare, jangka waktu terjadinya diare dan konsistensi feses. Hewan percobaan yang
digunakan adalah mencit jantan yang mempunyai bobot kurang lebih 20 gram.
Mula-mula hewan dibagi menjadi tiga kelompok yang terdiri dari mencit kontrol,
mencit uji I dan mencit uji II, kemudian masing-masing mencit ditimbang, untuk
menyesuaikan dosis peroral yang diberikan dengan berat badan mencit.
Setelah ditimbang, pada mencit kontrol diberi larutan PGA 1-2 % yang
cenderung tidak mempunyai efek farmakologis. Mencit uji I diberi loperamid
sebagai obat antidiare dan mencit uji II diberi atapulgite sebagai obat antidiare
juga, sebagai pembanding dengan loperamid.
Setelah pemberian obat, mencit didiamkan selama 1 jam, dengan istimasi
bahwa dalam 1 jam, obat telah bekerja di dalam tubuh mencit, kemudian mencit
segera diinduksi dengan oleum ricini sebanyak 0,5 mL untuk tiap mencit. Oleum
ricini akan menyebabkan diare pada mencit. Setelah proses induksi diamati waktu
terjadinya diare, jangka waktu terjadinya diare dan konsistensi feses. Konsistensi
15
feses dicatat dengan tanda (-) yang artinya normal, (+) yang artinya setengah
padat, (++) yang artinya lembek, dan (+++) yang artinya cair.
Berdasarkan perlakuan pada pemberian penginduksi dan antidiare, pada
mencit kontrol yang hanya diberikan PGA dan kemudian langsung diberikan
penginduksi, akan terjadi aktivitas diare oleh mencit yang lebih banyak
dibandingkan dengan mencit uji I dan mencit uji II yang diberi obat antidiare.
Sehingga mencit kontrol akan memberikan waktu terjadinya diare yang lebih
cepat, frekuensi yang lebih banyak, bobot feses lebih ringan, jangka waktu
terjadinya diare yang lebih lama dan konsistensi feses yang lebih lembek. Pada
mencit uji I yang diberi loperamid sebagai obat antidiare, seharinya memberikan
aktivitas diare yang lebih kecil pada mencit sehingga menghasilkan parameter
yang terbalik dari mencit kontrol yaitu waktu terjadinya diare lebih lambat,
frekuensi lebih sedikit, bobot feses lebih berat (karena padat), jangka waktu
terjadinya diare yang lebih singkat dan konsistensi feses yang lebih padat. Mencit
uji II yang juga diberikan obat antidiare yaitu atapulgite, juga akan memberikan
aktivitas antidiare yang lebih kecil pada mencit sehingga menghasilkan parameter
yang sama dengan mencit uji I, yaitu waktu terjadinya diare lebih lambat,
frekuensi lebih sedikit, bobot feses lebih berat, jangka waktu diare yang lebih
singkat dan konsistensi feses yang lebih padat.
Berdasarkan data pengamatan pada tabel, didapat bahwa pada ketiga
mencit tidak memberikan aktivitas diare sehingga sebagai tidak dapat diamati
parameter-parameter yang digunakan dalam percobaan kali ini, sehingga dipakai
data pengamatan dari percobaan terdahulu.
Pada data pengamatan percobaan terdahulu digunakan 5 jenis obat
antidiare, yaitu Loperamid HCL, Funica granatum L, Helicteres isora L., Sindora
sumatrans Miq., Uncaria gambir. Pada mencit-mencit yang hanya diberikan
oleum ricini sebagai penginduksi, tanpa obat antidiare, mencit menunjukkan
aktivitas diare yang lebih banyak daripada mencit-mencit lain yang diberikan obat
antidiare. Pada satu jam pertama, mencit yang diberikan oleum ricini, hampir
semua mencit tidak memberikan aktivitas diare, dan sebagian masih memberikan
konsistensi feses yang normal. Setelah 1 jam pemberian oleum ricini sampai jam
16
ke-5; mencit memberikan aktivitas diare yang semakin cair. Pada jam ke-5 sampai
jam ke-7, mencit tidak memberikan aktivitas diare lagi.
Pada mencit yang diberikan PGA. Pada satu jam setelah pemberian
penginduksi oleum ricini sampai jam ke-5 mencit memberikan konsistensi feses
yang lebih cair. Pada jam ke-5 sampai jam ke-7, mencit memberikan konsistensi
feses yang normal. PGA tidak memiliki aktivitas antidiare.
Pada mencit yang diberikan loperamid HCl, mencit memberikan aktivitas
diare yang lebih sedikit daripada obat-obat lain karena loperamid HCl merupakan
salah satu obat anti diare. Pada satu jam pertama, mencit yang diberikan
loperamid HCl, masih memberikan konsistensi feses yang normal. Setelah 1 jam,
pemberian oleum ricini sampai jam ke-2,5; mencit memberikan konsistensi feses
yang setengah padat. Pada jam ke-3 sampai jam ke 3,5 hanya 1 mencit yang
memberikan konsistensi feses yang cair. Setelah 3,5 jam sampai jam ke-7, hampir
semua mencit memberikan aktivitas feses yang normal.
Punica granatum merupakan salah satu tanaman yang diduga memiliki
aktivitas antidiare sehingga dapat mengatasi diare yang disebabkan Oleum ricini.
Setelah pemberian oleum ricini, selama 1 jam mencit yang diberikan Punica
granatum masih memberikan konsistensi feses yang normal. Mencit memberikan
efek diare setelah 1 jam pemberian oleum ricini sampai jam ke-3,5. Mulai jam ke3,5 sampai jam ke-7, mencit memberikan konsistensi feses yang normal.
Helicteres isora L. juga merupakan salah satu tanaman yang memiliki
aktivitas antidiare. Pada awal pemberian penginduksi oleum ricini sampai jam ke4 mencit memberikan konsistensi feses yang lebih cair (mengalami diare). Pada
jam ke-4 sampai jam ke-7, mencit memberikan konsistensi feses yang normal.
Pada mencit yang diberikan Sindora sumatrans Miq., pada awal
pemberian penginduksi oleum ricini sampai jam ke-1 hanya 1 mencit yang
memberikan feses yang lebih lembek. Setelah 1 jam pemberian penginduksi
oleum ricini sampai jam ke-5 memberikan konsistensi feses yang lebih cair. Pada
jam ke-5 sampai jam ke-7, mencit memberikan konsistensi feses yang normal.
Pada mencit yang diberikan Uncaria gambir, pada awal pemberian
penginduksi oleum ricini sampai jam ke-1 hanya 1 mencit yang memberikan feses
17
yang lebih lembek. Mencit memberikan konsistensi feses yang lebih cair setelah 1
jam pemberian sampai jam ke-3. Pada jam ke-3 sampai jam ke-7, mencit
memberikan konsistensi feses yang normal. Mencit paling banyak memberikan
konsistensi feses yang cair setelah 2 jam sampai 2,5 jam.
Dengan demikian, obat yang memberikan aktivitas antidiare yang paling
kuat sehingga menjaga konsistensi feses mencit dalam keadaan normal adalah
Loperamid HCl, dibandingkan dengan ekstrak-ekstrak yang lain yaitu Punica
granatum, Helicteres isora L, Sindora sumatrans Miq, dan Uncaria gambir.
Loperamid dianggap memiliki aktivitas antidiare yang lebih kuat karena hanya
sedikit mencit yang memberikan konsistensi feses yang cair (diare) dan
konsistensi feses lebih cepat menjadi normal kembali dibandingkan dengan
ekstrak-ekstrak yang lain.
Berdasarkan dari tabel jangka waktu terjadinya diare, oleum ricini
memberikan rata-rata jangka waktu terjadinya diare selama 228 menit. Loperamid
HCl memberikan rata-rata jangka waktu terjadinya diare selama 93 menit. PGA
memberikan rata-rata jangka waktu terjadinya diare selama 177 menit. U. gambir
memberikan rata-rata jangka waktu terjadinya diare selama 126 menit. S.
sumatrans memberikan rata-rata jangka waktu terjadinya diare selama 133,8
menit. Punica granatum memberikan rata-rata jangka waktu terjadinya diare
selama 105 menit. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa Loperamid HCl
memiliki jangka waktu terjadinya diare yang paling kecil yaitu 93 menit, sehingga
memiliki aktivitas antidiare yang paling kuat.
Berdasarkan perhitungan tabel ANAVA, diketahui bahwa F hitung lebih
besar dari F tabel sehingga H0 ditolak yang menunjukkan bahwa semua bentuk
perlakuan memberikan efek yang berbeda terhadap aktivitas diare mencit. Melalui
perhitungan uji rentang Newman-Keuls, dengan keyakinan 95%, dapat
disimpulkan bahwa perlakuan stimulus Loperamid HCl tidak sama dengan
Helicteres isora L, PGA, dan oleum ricini. Perlakuan stimulus P. granatum tidak
sama dengan Helicteres isora L, PGA, dan oleum ricini. Perlakuan stimulus U.
gambir tidak sama dengan PGA dan oleum ricini. Perlakuan stimulus S.
sumatrans tidak sama dengan oleum ricini. Perlakuan stimulus H. Isora tidak
18
sama dengan oleum ricini. Perlakuan stimulus PGA tidak sama dengan oleum
ricini.
Dengan keyakinan 95%, melalui perhitungan taksiran rata-rata, diduga
bahwa rata-rata waktu reaksi yang disebabkan stimulus oleum ricini adalah antara
206,06 A 249,94. Rata-rata waktu reaksi yang disebabkan stimulus
Loperamid HCl adalah antara 71,06 B 114,94. Rata-rata waktu reaksi yang
disebabkan stimulus PGA adalah antara 155,06 C 198,94. Rata-rata waktu
reaksi yang disebabkan stimulus U. gambir adalah antara 104,06 D 147,94.
Rata-rata waktu reaksi yang disebabkan stimulus S. sumatrans adalah antara
111,86 E 155,74. Rata-rata waktu reaksi yang disebabkan stimulus H.isora
adalah antara 143,06 F 186,94. Rata-rata waktu reaksi yang disebabkan
stimulus P. granatum adalah antara 83,06 G 126,94.
VIII. KESIMPULAN
Loperamid HCl memberikan aktivitas antidiare yang paling kuat terhadap
oleum ricini dibandingkan dengan ekstrak-ekstrak lain.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2006. Atapulgite. http:// www. nlm. nih. gov/ medlineplus/ druginfo/
uspdi/ 202076. html.
Bagian
Farmakologi
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia.
2002.
20
Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi kelima. Cetakan kedua.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia
21