Anda di halaman 1dari 3

1.

Limbah Kulit buah Kakao dan kandungannya


Masih banyak limbah-limbah agroindustri yang belum dimanfaatkan,
seperti kulit buah kakao dimana Indonesia menempati urutan ketiga
penghasil kakao terbesar di dunia. Tetapi nyatanya, limbah kulit buah kakao
pemanfaatannya belum maksimal. Padahal limbah kulit buah kakao juga
memiliki kandungan kimia yang masih bisa dimnfaatkan lagi. Semisal, limbah
kulit kakao digunakan untuk pakan ternak. Inilah kandungan limbah buah
kulit kakao.
Kandungan
Lignin
selulosa
hemiselulosa

Persentase
20,11%
31,25%
48,64%
(Medynda, 2012).

2. Pemanfaatan kulit kakao selama ini


Selama ini limbah kulit buah kakao kalau tidak dibuang, biasanya
digunakan untuk pakan ternak karena sangat berpotensi. Penggunaannya
oleh ternak sapi dapat mencapai 30-40 % dari kebutuhan pakan. Namun
limbah kulit buah kakao ini digunakan untuk pakan ternak dengan cara
fermentasi. Hal ini dikarenakan dapat mempertinggi daya cerna, menurunkan
kandungan lignin, meningkatkan kadar protein, menekan efek buruk racun
theobromine dan meningkatkan produktifitas ternak sapi (Anonim, 2010).

(Anonim, 2010).
Inilah proses fermenatsi kulit buah kakao sebagai pakan ternak
dilakukan dengan dua tahap, yaitu :
a. Aktivasi Fermentor
Ragi, gula, dan urea diaduk merata dalam 20 liter air bersih
dimana masing-masing bahan adalah 100 gram,
Larutan aerasi menggunakan aerator selama 24 jam,
Selama proses aerasi dilakukan pembuang buih setiap 6 jam,
Setelah 24 jam, larutan siap digunakan sebagai perombak
(Anonim, 2012).
b. Proses Fermentasi
Kulit buah kakao segar dicacah ukuran 3-5 cm,
Kulit buah kakao yang dicacah ditumpuk pada bak
pembuatan yang telah dilapisi plastic sebelumnya,

Setiap ketebalan 20 cm tumpukan kulit buah kakao siram


dengan larutan fermentor secara merata,
Dilakukan hal yang sama sampai ketebalan tumpukan
menjadi 1 meter,
Setelah selesai, bahan ditutup plastic yang diusahakan
tertutup rapat atau kedap suara,
Fermentasi dilakukan selama 6 hari,
Hasil fermentasi dikeringkan dengan angin sebelum diberikan
ke ternak (Anonim, 2010).
3. Perekat
Perekat merupakan zat yang mampu mengikat dua benda melalui
ikatan permukaan. Perekat dibagi menjadi dua, yaitu perekat alami dan
perekat sintetis. Perekat alami berasal dari tumbuhan, protein dan material
lain, seperti asapal, lak, karet, sodium silikat, dan bahan anorganik lainnya.
Selain itu perekat sintesis terbagi lagi menjadi tiga, yaitu perekat
termoplastis dimana perekat ini dapat dilunakan dengan panas dan mengeras
ketika didinginkan, perekat termoset dimana perekat ini mengalami reaksi
kimia dari pemanasan katalis. Sinar UV, dan tidak dapat dikembalikan
kebentuk semula, dan yang terakhir Synthetic elastomers dimana perekat ini
berada pada suhu kamar bisa diregangkan (Medynda, 2012).
4. Metode pembuatan
a. Pembuatan Partikel Kulit Buah Kakao
1. Kulit buah kakao terlebih dahulu dibagi menjadi kulit buah bagian dalam
(KBKD) dan kulit buah bagian luar (KBKL), lalu masing-masing kulit buah
kakao dicacah menjadi serpihan kecil menggunakan pisau,
2. Masing-masing serpihan kulit buah kakao dikeringkan dengan cara dijemur
dan dikeringkan dalam oven sampai kadar air sekitar 15%,
3. Serpihan kulit buah kakao digiling dengan menggunakan alat penggiling
dan blender, lalu disaring sampai diperoleh serbuk ukuran 20~40 mesh,
4. Partikel berupa serbuk kulit buah kakao dalam dan luar disimpan di
tempat yang sejuk dan kering,
5. Masing-masing partikel kulit buah kakao diberi perlakuan perendaman
dalam air panas di atas penangas air pada suhu 80~90oC selama 3 jam
untuk menurunkan kadar ekstraktifnya. Perbandingan serbuk kulit buah
kakao: air adalah 1 : 15,
6. Setelah perlakuan perendaman, serbuk tersebut dikeringkan dalam oven
sampai kadar air sekitar 5% dan disimpan dalam kantong plastik yang
tertutup rapat (Medynda dkk., 2012).
b. Pembuatan Perekat Likuida
1. Masing-masing serbuk kulit buah kakao sebanyak 100 g berukuran 20~40
mesh dan kadar air sekitar 5% dimasukkan ke dalam gelas piala,
2. Tambahkan larutan H2SO4 98% sebanyak 25 ml (5% dari berat phenol)
dan diaduk sampai rata sekitar 30 menit. Gelas piala ditutup rapat dan
diamkan selama 24 jam,
3. Phenol kristal teknis dipanaskan dalam penangas air pada suhu 600C
agar berubah menjadi larutan. Larutan phenol sebanyak 500 ml

dimasukkan ke dalam gelas piala yang sudah berisi serbuk kulit buah
kakao dan larutan H2SO4 98%. Ketiga bahan tersebut diaduk dalam
gelas piala sampai larutan menjadi homogeny,
4. Selanjutnya tambahkan NaOH 50% sambil diaduk sampai mencapai pH
11,
5.
Larutan
formaldehida
37%
(formalin)
ditambahkan dengan
perbandingan molar phenol : formalin adalah 1 : 1,2. Larutan diaduk
sampai homogeny,
6. Larutan disaring menggunakan kertas saring,
7. Panaskan larutan yang sudah disaring dalam penangas air pada suhu
900C selama 2 jam sambil diaduk sampai larutan menjadi homogen.
Lalu, perekat disimpan dalam botol kaca (Medynda dkk., 2012).
Daftar Pustaka
Medynda, M. 2012. Pengembangan Perekat Likuida dari Limbah Kulit
Kako (Theobroma cacao L.). Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Anonim. 2010. Fermentasi Kulit Kakao untuk Pakan Ternak. Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP). Sumatera Barat. Padang.
Medynda, M., T. Sucipto, L. Hakim. 2012. Pengembangan Perekat Likuida
dari Limbah Kulit Buah Kako (Theobroma cacao L.). Skripsi.
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Anda mungkin juga menyukai