OLEH
BIRO HUKUM BAPPEBTI
KETUA:
SRI HARIYATI
ANGGOTA:
HIMAWAN PURWADI
YOVIAN ANDRI P
DEAFANI PERDANA
yang
yaitu
II.
d.
e.
10
komisi
yang
10
11
juga memerlukan dana cadangan yang dapat dipergunakan sewaktuwaktu apabila terjadi penghentian operasi atau kegiatan usaha bank.
e. Obligasi Dalam Rangka Kredit Program
Surat Utang Kredit Program mulanya berasal dari Kredit Likuiditas
Bank Indonesia (KLBI), yang diberikan untuk membiayai berbagai kredit
program pemerintah, disalurkan melalui bank umum dan bank perkreditan
rakyat.Kredit Likuiditas ini digunakan terutama untuk pengadaan pangan,
dan kegiatan-kegiatan yang menyentuh secara langsung kepada usaha
kecil dan masayarakat berpenghasilan rendah.
Dalam rangka itu pemerintah melalui menteri keuangan
menerbitkan surat utang kepada Bank Indonesia, sebesar Rp.
9.970.000.000,00 (sembilan trilyun sembilan ratus tujuh puluh juta
rupiah). Surat utang yang diterbitkan yaitu SU-005, yang jatuh temponya
tahun 2009, dengan suku bunga kupon yang ditetapkan setiap tiga bulan
berdasarkan tingkat bunga hasil lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 3
bulan. Dengan kata lain obligasi ini adalah obligasi dengan tingkat bunga
mengambang (VRB).
Surat hutang dalam rangka program penjaminan dan kredit
program bersifat tidak dapat diperdagangkan (non-tradeable), sedangkan
obligasi dalam rangka rekapitalisasi perbankan (obligasi rekap) dapat
diperdagangkan (tradeable), kecuali hedge bonds. Obligasi rekap yang
dapat di perdagangkan terbatas pada jenis fixed rate bond yang berseri
FR dan jenis variable rate bond berseri VR.
Obligasi Pemerintah berdasarkan Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara
Obligasi Negara (ON) berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2002 tentang Surat Utang Negara terdiri atas :17
(i) SUN berjangka waktu lebih dari 12 bulan baik dengan kupon atau
tanpa kupon. Obligasi negara dengan kupon memiliki jadwal
pembayaran kupon yang periodic (tiga bulan sekali atau enam bulan
sekali). Sementara ON tanpa kupon tidak memiliki jadwal
pembayaran kupon, dijual pada harga diskon dan pokoknya akan
dilunasi pada saat jatuh tempo.
(ii) Berdasarkan tingkat kuponnya ON dapat dibedakan menjadi :
obligasi berbunga tetap, yaitu obligasi dengan tingkat bunga tetap
setiap periodenya (Fixed rate bonds) dan obligasi berbunga
17
Mengenal SUN, Direktorat Jenderal Pajak,
http://www.dmo.or.id/uploads/dmodata/in/6publikasi/5Brosur/Mengenal
%20SUN.pdf
12
13
14
kebijakan teknis yang ditetapkan Menteri dan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Diberbagai negara PMON disebut Debt Management Office (DMO)
memiliki fungsi utama dalam pengelolaan obligasi pemerintah yaitu:
1)
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
manajemen obligasi di dalam pelaksanaan manajemen portofolio
untuk mendukung tercapainya tujuan meminimalkan biaya utang,
pada tingkat risiko yang terkendali
2)
pengembangan dan pembinaan pasar obligasi (pasar perdana dan
pasar sekunder) yang likuid dan efisien;
3)
penyiapan perumusan pedoman dan petunjuk pelaksanaan program
di bidang manajemen obligasi;
4)
pengolahan, pengkajian, dan penyajian data serta informasi tentang
hal-hal yang berkaitan dengan pengolahan dan perdagangan obligasi;
5)
perumusan sistem pengukuran kinerja pelaksanaan tugas dan
fungsi Pusat Manajemen Obligasi Negara.
Sedangkan pada saat ini PMON terdiri dari 4 (empat) bidang,
dimana bidang-bidang tersebut dan tugasnya, yaitu:
1)
Bidang perencanaan dan Kebijakan Obligasi memiliki tugas:
melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan di bidang penerbitan
dan perdagangan obligasi, pengembangan sumber daya manusia, dan
pengembangan kerangka kerja hukum dan regulasi perdagangan
obligasi.
2)
Bidang Analisis Pasar Keuangan, memiliki tugas: melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan dan pelaksanaan riset terhadap
perkembangan pasar keuangan.
3)
Bidang Manajemen Portofolio, memiliki tugas: melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan dan koordinasi di bidang manajemen
investasi (aset) dan pendanaan (kewajiban), serta akuntansi obligasi
4)
Bidang
Manajemen
Sistem
Informasi,
mempunyai
tugas:
melaksanakan program komputerisasi pengolahan data dan informasi
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan obligasi
Setelah itu PMON berubah menjadi Direktorat Pengelolaan SUN
(DPSUN)
berdasarkan
Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor
302/KMK.01/2004. Seiring dengan proses reorganisasi ditubuh Kementerian
Keuangan, pada tahun 2006 organisasi ini berkembang menjadi setingkat eselon
I berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 466/KMK.01/2006 dengan
nama Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) dan terakhir telah diubah
dengan
Peraturan
Menteri
Keuangan
nomor
143.1/PMK.01/2009
tentang
23
Bank
Indonesia,
Peraturan
Bank
Perdagangan Obligasi Pmerintah, PBI No.
LN.No. 4 Tahun 2000, TLN.No. 3922.ps. 2.
24
Ibid., ps. 4.
Indonesia
Tentang
Penatausahaan
dan
2/2/PBI/2000 tanggal 21 Januari 2000,
16
3)
Melaksanakan kliring dan setelmen obligasi bagi bank, SubRegistry, Market Maker, dan pihak-pihak lain yang ditunjuk oleh Bank
Indonesia;
4)
Memberikan kepastian kepemilikan bagi pemegang obligasi;
5)
Melaksanakan pembayaran kupon dan pokok pada saat jatuh
waktu;
6)
Membeli kembali obligasi untuk kepentingan pemerintah dalam
rangka pelunasan atas beban rekening pemerintah.
Obligasi pemerintah yang ada saat ini telah dapat diperdagangkan
di pasar sekunder.Untuk memperlancar transaksi di pasar sekunder ini
pemerintah menunjuk Bank Indonesia (BI) untuk melakukan fungsi
sebagai Central Registry.
1) Bank Indonesia Sebagai Central Registry
Central Registry adalah lembaga yang melakukan catatan
kepemilikan obligasi baik untuk kepentingan Bank, Sub-Registry, Market
Maker, maupun pihak-pihak yang ditunjuk Bank Indonesia. 25 Selain
pengertian menurut PBI No. 2/2/PBI/2000 di atas, pengertian tentang
Central Registry adalah pihak yang bertanggung jawab untuk menyimpan
catatan kepemilikan dari obligasi pemerintah, pembayaran kupon, serta
menatausahakan perpindahan hak kepemilikan obligasi pemerintah. 26
Undang-Undang Nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara,
menyatakan bahwa kegiatan kepemilikan, kliring dan setelmen, serta
agen pembayar bunga dan pokok SUN dilaksanakan oleh Bank Indonesia.
Dalam melaksanakan tugas-tuigasnya sebagai central registry tersebut, BI
telah membuat sistem setelmen surat berharga yang disingkat dengan BISSSS yaitu Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System.
Sistem ini merupakan sistem yang menatausahakan pencatatan
dan penyelesaian transaksi SUN secara menyeluruh. Bank Indonesia
sebagai central registry bertanggung jawab untuk menyimpan catatan
kepemilikan SUN, pembayaran kupon dan pokok yang jatuh tempo, serta
menatausahakan perpindahan hak kepemilikan obligasi.
2) Sub-Registry
Bank Indonesia sebagai Central Registry telah menetapkan sistem
penataushaan two-tier terdiri dari Central Registry dan beberapa SubRegistry. Sub-Registry adalah lembaga yang melakukan pencatatan
25
17
28
18
19
20
31
21
35
Bank Indonesia, Op. cit., PBI No. 2/10/PBI/2000, ps. 3 ayat (3).
36
Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia Tentang Peningkatan
Prosentase Portofolio Obligasi Pemerintah Yang Dapat Diperdagangkan Bagi
Bank Umum Perserta Program Rekapitalisasi Perbankan, SEBI No. 2/18/DPM,
tanggal 19 September 2000.
37
Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia Tentang Penetapan
Obligasi
Pemerintah
Seri
FR0006,
FR0007,
FR0008,
FR0009
Untuk
Diperdagangkan di Pasar Sekunder Serta Peningkatan Prosentase Portofolio
Pemerintah Yang Dapat Diperdagangkan Bagi Bank Umum Perserta Program
Rekapitalisasi Perbankan, SEBI No. 2/26/DPM, tanggal 8 Desember 2000.
22
tahun 2001 menjadi 35%38, pada pertengahan tahun 2001 menjadi 50% 39,
dan pada akhirnya menjadi 100% 40. Perubahan ketentuan ini ditujukan
untuk lebih mengaktifkan kegiatan perdagangan di pasar sekunder.
2. Perdagangan Obligasi Pemerintah
Obligasi pemerintah dapat dibeli pada bank-bank yang telah
direkapitalisasi, bank umum lainnya, pialang atau perusahaan sekuritas
serta
pihak-pihak
yang
bergerak
dalam
jual
beli
obligasi
pemerintah.Obligasi pemerintah telah tercatat di Bursa Efek Surabaya
(BES), dan perdagangan dapat dilakukan di bursa tersebut atau secara
bilateral (di luar bursa).
Perdagangan di luar bursa dilakukan secara over the counter.Over
the counter (OTC) adalah, transaksi yang dilakukan melalui telepon atau
jaringan komputer dealer di luar bursa. Perdagangan obligasi yang
dilakukan di dalam dan di luar bursa tunduk pada ketentuan mengenai
Pasar Modal,41 dengan demikian berlaku pula UU No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal berserta peraturan pelaksanaannya.
Pusat Manajemen Obligasi Negara (PMON) menentukan seri-seri
obligasi yang dicatatkan dalam daftar efek di Bursa Efek Surabaya (BES)
serta dikuotasikan/dilaporkan perdagangannya di dalam Sistem
Perdagangan dan Informasi OTC-FIS (Over The Counter Fixed Income
Service). Sarana ini dikembangkan BES agar para partisipan yang terkait
dengan sekuritas bepenghasilan tetap (fixed income securities) dapat
melihat kuotasi harga (bids and offer) dalam waktu yang sebenarnya.
Dengan demikian mereka dapat mempertimbangkan apakah akan
menjual atau membeli sebelum eksekusi dari transaksi.
Bank Indonesia dapat mendorong pengembangan pasar obligasi
sesuai dengan ketentuan di bidang pasar modal, yaitu dengan melakukan
hal-hal sebagai berikut:42
Mengembangkan tata cara perdagangan obligasi;
Melakukan kerja sama dengan otoritas pasar modal;
38
23
3. BI-SKRIP
Bank Indonesia sebagai penatausaha obligasi pemerintah
menerbitkan peraturan pelaksanaan dari PBI No. 2/2/PBI/2000, yaitu
dengan menetapkan Surat Edaran Bank Indonesia tentang Tata Cara
Penatausahaan Obligasi Pemerintah.43 SEBI dimaksud memuat tata cara
pengoperasian sistem BI-SKRIP. Untuk itu pada bagian ini akan dibahas
Bank Indonesia-Sistem Kliring, Registrasi, Informasi, dan Penatausahaan
Obligasi Pemerintah atau BI-SKRIP sebagai sistem yang menatausahakan
obligasi pemerintah di pasar sekunder, yaitu sebagai sistem yang
melaksanakan:
1) Pencatatan Kepemilikan
2) Setelmen Transaksi
3) Pembayaran Bunga dan Pokok Obligasi Negara
43
Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia Tentang Tata Cara
Penatausahaan Obligasi Pemerintah, SEBI No. 3/24/DPM tanggal 16 November
2001.
24