Anda di halaman 1dari 24

ASPEK HUKUM OBLIGASI PEMERINTAH

OLEH
BIRO HUKUM BAPPEBTI

KETUA:
SRI HARIYATI
ANGGOTA:
HIMAWAN PURWADI
YOVIAN ANDRI P
DEAFANI PERDANA

JAKARTA JULI 2014, BIRO HUKUM


BAPPEBTI

ASPEK HUKUM OBLIGASI PEMERINTAH


I.

OBLIGASI PEMERINTAH PADA UMUMNYA


Pemerintah mendapatkan uang atau dana untuk pengeluarannya
dengan menerbitkan surat hutang di pasar uang dan pasar modal.
Pemerintah memiliki kemampuan yang tidak terbatas untuk membayar
bunga dari dana pinjamannya, dan hal itu disebabkan karena
pemerintah
memiliki
sedikit
batasan
dalam
kemampuannya
1
menciptakan uang. Alasan ini yang menyebabkan surat hutang negara
(treasury securities) dianggap aman dari default atau ketidakmampuan
membayar kewajiban. Keadaan tidak mampu membayar bunga dan
pokok tampaknya tidak mungkin terjadi, menimbang pemerintah tidak
hanya dapat mencetak uang, tapi juga meningkatkan pajaknya kepada
masyarakat. Sebuah pemerintahan dapat menerbitkan beberapa
macam surat hutang, dari yang jatuh temponya beberapa hari sejak
diterbitkan hingga yang umurnya mencapai tiga puluh tahun.
1. Jenis Surat Hutang Negara
Surat hutang negara yang dikenal khususnya di Amerika,
dikelompokan menjadi tiga kelas: Treasury Bills, Notes, dan Bonds.2
a.
Treasury Bills (T-Bills)
T-Bills merupakan sekuritas jangka pendek, yaitu yang diterbitkan
kurang atau sama dengan satu tahun, yang dapat jatuh tempo per tiga
bulan, per enam bulan, dan per tahun. Sekuritas ini diterbitkan tanpa
adanya kupon, dan diterbitkan dengan diskon, yaitu nilainya dibawah nilai
parinya, kemudian ditebus pada saat jatuh tempo sebesar nilai parinya. 3
Diskon disini mengantikan bunga yang biasa diterima dari surat hutang
lain seperti obligasi, bahkan penentuan bunga pasar yang berlaku (yield)
didasarkan dari perhitungan diskon ini. Sekuritas ini dianggap paling aman
sebab dijamin oleh pemerintah yang menerbitkan sekuritas ini.
Treasury Notes (T-Notes)
Di Amerika sekuritas ini disebut Treasury notes, jika surat hutang
negara itu jatuh temponya antara satu tahun hingga sepuluh tahun. Tidak
seperti T-Bills, T-Notes memiliki kupon dan membayar bunga yaitu dua kali
b.

Farber, Op. cit., hal. 85.


New York Institute of Finance, Op. cit., hal. 53-61.
3
Fabozzi, Op. cit., hal. 123.
2

setahun, selain itu sekuritas ini tidak dapat ditebus sewaktu-waktu


(noncallable).
Sekuritas ini diterbitkan secara berkala dan dalam siklus yang
teratur.Di Amerika biasanya sekuritas ini ditebus pada bulan Febuari,
Maret, Agustus, dan November.Kemudian biasa diadakan pendanaan
kembali (refinancing) sebulan setelah bulan penebusan.
Treasury Bonds (T-Bonds)
Di Amerika sekuritas ini disebut T-Bonds, jika jatuh temponya lebih
dari sepuluh tahun, yaitu hingga mencapai tiga puluh tahun. Pada
dasarnya sekuritas ini sama dengan T-notes, namun salah satu
perbedaannya bahwa beberapa obligasi dapat ditarik dan ditebus
sebelum jangka waktunya habis pada nilainya parinya. Penarikan obligasi
tersebut biasanya terjadi lima tahun sebelum masa jatuh temponya habis.
Keduanya T-Notes dan T-Bonds dikategorikan kedalam surat hutang jangka
panjang karena jatuh temponya melebihi satu tahun.
c.

2. Resiko Investasi Surat Hutang Negara


Resiko kredit dan resiko untuk terjadinya default dapat dikatakan
tidak ada, hal ini karena sekuritas ini merupakan langsung tanggung
jawab pemerintah. Dengan tingkat resiko yang rendah ini menyebabkan
harga pasar obligasi pemerintah lebih rendah dibandingkan dengan harga
pasar obligasi perusahaan.
Surat utang negara bebas dari resiko keadaan (event risk) dan juga
resiko penarikan (call Risk), jika berinvestasi pada obligasi yang bukan
merupakan objek untuk ditarik sewaktu-waktu (callable). Walaupun dapat
dikatakan obligasi merupakan sekuritas dengan pendapatan yang tetap,
namun obligasi pemerintah terpengaruh oleh resiko bunga.Harga
obligasi bereaksi atas perubahan tingkat suku bunga dan juga
jangka waktu jatuh tempo obligasi. Dimana sesuai dengan
pengertian duration,4 maka semakin lama jangka waktu jatuh
tempo sebuah obligasi, semakin berfluktuasi pula tingkat
harganya terhadap perubahan bunga, demikian pula jika jangka
waktu jatuh temponya pendek, maka fluktuasi akibat tingkat
bunga akan semakin rendah. UNTUK ITU PERLU ADANYA LINDUNG
NILAI ATAS ADANYA RESIKO BUNGA DIMAKSUD.
4

Duration: Ukuran tingkat responsif harga obligasi berkaitan dengan perubahan


tingkat bunga. Semakin panjang durasi, maka semakin besar perubahan relatif
persentase dalam harga obligasi sebagai respon dari perubahan persentase dari
tingkat bunga. (lihat: Arthur J. Keown, Basic Financial Management, 7th ed., hal.
272).

3. Keuntungan Dan Kelemahan Obligasi Pemerintah


Dalam berinvestasi dalam obligasi pemerintah T-Bonds atau dalam
T-Notes ada beberapa keuntungan dan juga kerugian. Hal tersebut dapat
dilihat pada bagian dibawah ini:5
a. Keuntungan Obligasi Pemerintah:
- Tidak ada resiko kredit dan wanprestasi, karena merupakan
kewajiban langsung pemerintah.
- Jangka waktu jatuh temponya yang panjang.
- Dibeberapa negara bunga yang diterima biasanya bebas dari pajak.
- Lancar dan mudah diperdagangkan jika memiliki pasar sekunder
yang aktif.
- Biaya transaksi dapat dihindari jika membeli langsung dari penerbit
yaitu pemerintah.
- Selisih markups dari obligasi yang diperdagangkan terendah
dibanding sekuritas yang berpenghasilan tetap.
b. Kelemahan Obligasi Pemerintah:
- Tingkat bunga pasar obligasi lebih rendah dibanding dengan tingkat
bunga pasar obligasi perusahaan.
- Tidak melindungi terhadap kenaikan inflasi.6 Kehilangan daya beli
dan investasi jika tingkat inflasi melebihi tingkat bunga obligasi.
- Untuk obligasi yang jangka waktu jatuh temponya panjang, terdapat
resiko bunga. Jika tingkat bunga di pasar meningkat setelah obligasi
lama dibeli, maka harga pasar obligasi ini akan turun. Investor akan
kehilangan sebagian besar nilai investasinya jika ternyata mereka
terpaksa menjual obligasinya sebelum tanggal jatuh tempo.
- Bunga pasar yang sangat fluktuatif, dimana tingkat bunga obligasi
dapat berubah menjadi lebih tinggi padahal jangka waktu jatuh
temponya sama.
4. Pelaku Pasar Dalam Obligasi Pemerintah
Di Amerika pasar surat berharga pemerintah tidak memiliki tempat
sentral dimana perdagangan berlangsung, tetapi pasar yang terjadi
adalah pasar yang berupa jaringan dari berbagai partisipan. Lokasi
5

Farber, Op. cit., hal 93-94.

Di Amerika diperkenalkan sekuritas yang dapat disesuaikan dengan kenaikan


inflasi, sekuritas ini dikenal dengan Treasury Inflation Protection Securities
(TIPS), (Lihat: Fabozzi, Bond Market Analyasis and Strategies, 4th ed., New Jersey:
Prentice Hall, 2000, p. 5).

partisipan itu berada hampir diseluruh Amerika dan negara-negara lain


yang melakukan jual-beli sekuritas yang dikeluarkan pemerintah Federal
Amerika Serikat.
Seperti layaknya yang terjadi pada bursa saham, partisipan yang
terkait dengan hal di atas memiliki peran dan kapasitas yang berbeda,
serta menaati peraturan yang spesifik dan diterima. Terdapat beberapa
pemain dalam pasar obligasi pemerintah, yitu Primary dealer, government
securities brokers, government securities customers, dan Federal reserve
system.7
a. Primary Dealers
Primary Dealer adalah perusahaan yang memiliki tanggung jawab
untuk memasarkan ke publik semua sekuritas yang dikeluarkan
pemerintah, melakukan penawaran dan kesepakatan langsung dengan
Federals Reserve Bank of New Yorks Open Market Trading Desk. Dengan
kata lain Primary Dealer adalah lembaga keuangan yang ditunjuk
pemerintah, untuk secara aktif melakukan penawaran (bid) obligasi
pemerintah di pasar perdana, Primary Dealer juga dapat berperan sebagai
pengerak pasar (market maker) di pasar sekunder dengan memberikan
kuotasi harga dua arah (bid dan offer prices).8Perusahaan yang
dikategorikan sebagai Primary Dealer harus terdaftar dan merupakan
anggota dari Primary Dealer Association.
Perusahaan yang yang menjadi Primary Dealer sangat terkait erat
dengan Federal Reserve Banks of New York, hubungan erat itu tercermin
dengan adanya sambungan langsung antara meja perdagangan milik
primary dealer dengan milik Bank Federal di New York. Dengan itu
perusahaan terpilih sebagai salah satu perusahaan dealer yang dapat
melakukan kesepakatan langsung dengan Bank Federal dan juga dengan
para perantara (brokers).Primary dealer yang ada dapat dibagi menjadi
tiga jenis:
- Full-service securities firm, yang memiliki kegiatan utama berkaitan
dengan sekuritas berpenghasilan tetap, termasuk pula sekuritas
milik pemerintah.
- Commercial Bank, statusnya sebagai Bank komersial mencegah
Bank itu melakukan jual-beli sekuritas yang dikeluarkan perusahaan,
jadi jasa yang dapat diberikan terbatas pada sekuritas yang
diterbitkan pemerintah.
7

New York Institute of Finance, Op. cit., hal 97-102.


8

Pusat Manajemen Obligasi Negara, Daftar Istilah, Berita Triwulanan No.2,


(Juni 2001): 8).

Specialist Government Dealer, merupakan perusahaan


kegiatan utamanya hanya terbatas pada satu pasar
perdagangan sekuritas pemerintah.

yang
yaitu

b. Government Securities Brokers


Brokers merupakan perusahaan yang bertindak sebagai perantara
dari dealers, memberikan mereka informasi tentang penawaran terbaik
terhadap seluruh sekuritas, dan melakukan perdagangan dengan dealer
yang lain. Brokers melayani sebagai saluran antara para primary dealers,
dan melakukan bisnis hanya dengan dealers.
Semua brokers mengelola sebuah jaringan yaitu berupa informasi
yang ditampilkan dalam sebuah layar yang terdapat pada meja
perdagangan dealers. Informasi ini hanya boleh diketahui oleh primary
dealers. Dengan melihat layar yang disediakan oleh broker maka dealer
dapat menentukan secara akurat dimana pasar dan berapa penawaran
yang harus dilakukannya.
c. Government Securities Customers
Pada dasarnya pihak manapun yang melakukan perdagangan pada
sekuritas pemerintah, yang tidak dapat dikategorikan sebagai primary
dealer atau broker, dianggap sebagai customers (pelanggan). Pelanggan
dapat berupa bank komersil, pension plan (perusahaan dana pensiun),
perusahaan asuransi, yang pasti mereka memiliki kebutuhan yang sama
yaitu: mereka memiliki uang dan mereka ingin menginvestasikannya, dan
salah satunya kedalam sekuritas pemerintah.

d. Federal Reserve System


Satu pelaku dalam pasar sekuritas pemerintah adalah Federal
Reserve System diwakili oleh Federal Reserve Bank of New York, sebagai
implementator
kebijakan
keuangan,
yaitu
dengan
melakukan
penambahan atau penarikan sekuritas pemerintah yang ada dipasar.
Kebijakan keuangan ini akan sangat mempengaruhi harga sekuritas yang
ada dipasar, sehingga dikenal sebuah komunitas yang menamakan
dirinya sebagai Fed watcher, yang menilai kebijakan-kebijakan tersebut
serta melakukan analisis dampak kebijakan tersebut kepada pasar.
Institusi lain yang terlibat dalam pasar surat berharga Amerika
Serikat (AS) adalah Bureau of the Public Debt, yang berada di lingkungan
departemen keuangan AS (US Treasury Department) yang secara
organisatoris dibawah Fiscal Assistant Secretary. Tugas dari Bureau of the
Public Debt adalah meminjam dana dari masyarakat pada jangka waktu
6

tertentu sesuai dengan kebutuhan dana Pemerintah Federal dengan biaya


minimum dan menatausahakan rekening dari penjualan surat utang,
khususnya transaksi retail yang melalui sarana Treasury Direct Electronic
Services (TDES). Surat berharga yang diterbitkan oleh intansi ini adalah
Bills, Notes, dan Bonds. Biro ini juga mengatur proses lelang dari surat
berharga tersebut.

II.

OBLIGASI PEMERINTAH INDONESIA


Penerbitan Obligasi pemerintah Indonesia pada masa krisis
memiliki latar belakang yang berbeda dengan penerbitan obligasi
pemerintah pada umumnya, yang biasanya diterbitkan untuk menutupi
defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) yang terjadi
akibat pembiayaan pembangunan nasional atau untuk membiayai suatu
program pembanguan tertentu. Di Indonesia sejarah penerbitan obligasi
pemerintah dimulai pada saat krisis moneter 1998, dimana atas saran
dari International Monetary Fund (IMF), Pemerintah Indonesia melakukan
rekapitalisasi perbankan demi menghindari kebangruktan perbankan
nasional. Rekapitalisasi tersebut terpaksa harus dilakukan agar perbankan
nasional kembali dapat dipercaya dunia usaha, dan agar dapat kembali
melaksanakan fungsi intermediasi dengan baik. Rekapitalisasi perbankan
pada waktu itu yang memakan biaya yang sangat besar dilakukan melalui
PP Nomor 84 Tahun 1998 tentang Program Rekapitalisasi Bank Umum.
Dengan kekuatan PP Nomor 84 Tahun 1998 tersebut, Pemerintah
menerbitkan Obligasi Rekapitalisasi Perbankan yang kemudian diberikan
kepada bank-bank yang akan direkapitalisasi. Perbankan yang menerima
Obligasi Rekapitalisasi dimaksud membukukannya sebagai surat berharga
di dalam neraca dan tujuan utamanya adalah untuk memenuhi program
restrukturisasi dan penyehatan sektor perbankan, termasuk membiayai
penyertaan pemerintah pada Bank Umum. Demikian pula obligasi dalam
negeri yang pernah diterbitkan antara tahun 1950 hingga tahun 1964,
penerbitan obligasi dikedua periode ini memiliki alasan yang tertentu,
oleh sebab itu disebut special purposed bond.
Obligasi Pemerintah Indonesia Yang Pernah Beredar
Pemerintahan Indonesia sebelumnya juga pernah mengeluarkan
obligasi-obligasi negara dalam negeri yaitu antara periode 1950 sampai
dengan 1964. Alasan penerbitan obligasi-obligasi dalam negeri tersebut
adalah untuk menutup kebutuhan anggaran dalam rangka menata
perekonomian negara, karena pemerintah dihadapkan kepada inflasi serta
kesulitan anggaran dalam melaksanakan kegiatan perekonomian.
Obligasi-obligasi Negara Dalam Negeri yang pernah diterbitkan dan
diedarkan kepada masyarakat ada lima jenis: 9
a.
3% Pinjaman Obligasi Republik Indonesia 1950;
b.
6% Pinjaman Obligasi Berhadiah;
c.
3,5% Pinjaman Obligasi Konsolidasi;
9

FAQ Direktorat Jenderal Piutang, http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/DJPU.pdf

d.
e.

Resepis 6% Pinjaman obligasi Pembangunan 1964;


Resepis 15% Pinjaman Obligasi Konfrotasi 1964.

Obligasi Pemerintah Akibat Restrukturisasi Perbankan


Sebagai akibat dari krisis moneter yang dimulai tahun 1997, yang
berdampak pada terpuruknya perbankan Indonesia, maka sejak 1998
pemerintah terpaksa menerbitkan berbagai surat hutang terutama
obligasi untuk membiayai program restrukturisasi dan rekapitalisasi
perbankan. Penerbitan obligasi ini menandai era baru dimulainya obligasi
negara dalam negeri, dimana setelah sebelumnya era obligasi tahun 1950
sampai dengan 1964 telah telah melalui tahap pelunasan dan
pemusnahan.10
Obligasi Pemerintah Republik Indonesia untuk rekapitalisasi Bank
(Obligasi Pemerintah) merupakan surat utang tanpa syarat
(unconditional debts) dari Negara Republik Indonesia dalam denominasi
Rupiah, dan pada saat jatuh tempo dilunasi pada nilai par. 11 Obligasi
tersebut diterbitkan oleh Menteri Keuangan atas nama Pemerintah
Republik Indonesia.
Dalam hal Pemerintah akan menerbitkan surat-surat utang negara,
pemerintah wajib terlebih dahulu berkonsultasi dengan Bank Indonesia. 12
Konsultasi tersebut diperlukan agar penerbitan surat utang negara tepat
waktu dan tidak berakibat negatif terhadap kebijakan moneter sehingga
pelaksanaan penjualan surat utang tersebut dapat dilakukan dengan
persyaratan yang diterima pasar serta menguntungkan Pemerintah.
Selain itu sebelum menerbitkan surat utang negara, Pemerintah
dalam hal ini Menteri Keuangan diwajibkan untuk berkonsultasi dengan

10

Sesuai dengan ketentuan pada saat penerbitan Obligasi-obligasi Negara Dalam


Negeri, Pemerintah sebagai pihak yang berhutang wajib melunasi atau membeli kembali
surat-surat obligasi yang diterbitkan.Dari seluruh Undang-undang yang mengatur
penerbitan obligasi di atas, belum ada yang mengatur tentang pelunasan sekaligus.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 466a/KMK/.011/1978 tanggal 28 November
1978,
pelaksanaan pelunasan
obligasi dilaksanakan
sekaligus oleh
Panitia
Pelunasan Sekaligus Obligasi-obligasi Dalam Negeri, Panitia itu kemudian dibentuk
berdasarkan Keputusan Direktorat Jendral Moneter Dalam Negeri No. Kep-1938/MD/1978
tanggal 30 Desember 1978. Terhitung sejak tanggal 16 Maret 1979 telah dilaksanakan
pelunasan sekaligus terhadap Obligasi-obligasi Negera Dalam Negeri yang masih
beredar di masayarakat, sesuai dengan Pengumuman Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. PENG-10/MK.011/1979 tanggal 5 Maret 1979.
11
Bank Indonesia dan Departemen Keuangan, Obligasi Pemerintah Republik
Indonesia, (Jakarta: Bank Indonesia, 2001), hal. 2.
12
Indonesia, Undang-undang Tentang Bank Indonesia, UU No. 23, LN No. 66 Tahun
1999, TLN No. 3843, ps. 55 ayat (1).

Dewan Perwakilan Rakyat, yaitu konsultasi dengan


membidangi Anggaran Pendapatan dan belanja Negara.13

komisi

yang

1. Jenis Obligasi Pemerintah


Obligasi Pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
yaitu No. 183/KMK.017/1999
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Keuangan
yaitu
No.
183/KMK.017/1999 Obligasi pemerintah diterbitkan dalam 3 (tiga) bentuk,
yaitu: obligasi berkupon tetap, obligasi berkupon variabel, dan obligasi
yang diideksasi.14
Sedang menurut persyaratan dan penggunaannya, obligasi yang
diterbitkan terdiri dari 5 jenis, yang terbagi dalam 2 kelompok, yaitu:
(i)
Obligasi yang diterbitkan
untuk bank perserta rekapitalisasi, yaitu: Fixed Rate Bond, Variable
Rate Bond, dan hedge Bond;
(ii)
Obligasi yang diterbitkan
untuk Bank Indonesia, yang terdiri dari: Indexed Bond yang terkait
dengan program penjaminan dan Obligasi yang terkait dengan
kredit program.
a. Obligasi Berkupon Tetap (Fixed Rate)
Obligasi berkupon tetap atau fixed rate (FR) adalah obligasi yang
memiliki suku bunga tetap dan memiliki jangka waktu jatuh tempo
tergantung dari terms and condition dari masing-masing seri obligasi yang
diterbitkan. Bunga dibayarkan setiap 6 (enam) bulan dibelakang yaitu
setiap tanggal 15 pada bulan yang telah ditentukan. Harga penawaran
adalah 100% (seratus persen) dari nilai pokok obligasi, dengan nilai
nominal setiap unit obligasi adalah Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah)
b. Obligasi berkupon Mengambang (Variable Rate)
Obligasi berkupon variable atau variable rate (VR) adalah obligasi
yang memiliki suku bunga mengambang dan memiliki jangka waktu dari 3
hingga 10 tahun, dengan suku bunga kupon yang ditetapkan setiap tiga
bulan berdasarkan tingkat bunga hasil lelang Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) 3 bulan.
Kupon atau bunga dibayarkan setiap tiga bulan pada tanggal 25
pada bulan yang ditentukan, yaitu dilakukan setiap 3 (tiga) bulan di
13

Ibid., ps. 55 ayat (2).


Departemen Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan Tentang Penerbitan Surat
Utang Dalam Rangka Program Rekapitalisasi Bank Umum dan Penyehatan Perbankan
Nasional, KMK No. 183/KMK.017/1999, tanggal 28 Mei 1998.ps. 2.
14

10

belakang, dibayar pada tanggal 25 Februari, 25 Mei, 25 Agustus dan 25


November setiap tahun. Sama dengan obligasi berkupon tetap obligasi
dengan kupon variabel memiliki masa berlaku selama-lamanya 15 (lima
belas) tahun sejak tanggal penerbitan.
c. Hedge Bond
Hedge Bond.Hedge bond adalah obligasi yang kuponnya dikaitkan
dengan tingkat bunga SIBOR (Singapore interbank offered rate) 3 bulan +
2% pada pokok yang diindeks dengan perubahan kurs rupiah terhadap
US$ (dollar Amerika). Obligasi ini dimaksudkan untuk menutupi posisi
devisa neto (net open posisition) bank-bank rekap. Hedge bond ini
diterbitkan khusus untuk bank Mandiri, dan setelah jatuh tempo obligasi
jenis ini akan dikonversikan menjadi obligasi berkupon tetap (FRB) dan
obligasi berkupon variabel (VRB).
d. Obligasi Yang Diindeksisasi (Indexed Bond/IB)
Selain tiga jenis obligasi di atas, diterbitkan pula obligasi yang
tingkat bunganya ditetapkan pada saat penerbitan atas jumlah pokok
utang yang disesuaikan secara periodik dengan tingkat inflasi yang
dikenal dengan Indexed Bond.Obligasi yang diindeksisasi memiliki masa
berlaku selama-lamanya 20 (dua puluh) tahun sejak tanggal penerbitan.
Merupakan surat utang Pemerintah kepada bank Indonesia atas talangan
pembayaran yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) kepada perbankan dalam kaitannya
dengan program penjaminan pemerintah.
Dalam rangka penyediaan dan tersebut, pemerintah telah
menerbitkan Surat Utang, yaitu SU-001 hingga SU-004 (4 seri), yang jatuh
temponya antara tahun 2017 dan 2018. Bunga atas surat utang tersebut
adalah sebesar 3% (tiga persen) dari pokok yang diindeks dengan inflasi
berdasarkan perubahan indeks harga konsumen setiap tahun anggaran
dan dibayarkan setiap 6 (enam) bulan.
Surat utang ini timbul karena pemerintah memberikan jaminan
terhadap kewajiban bank umum dan bank perkreditan rakyat sesuai
dengan Keppres No 26 tahun 1998 15 dan Keppres 120 Tahun 1998 16.Dalam
rangka pelaksanaan program penjaminan ini, pemerintah mewajibkan
bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk membayar premi
penjaminan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu pemerintah
15
Indonesia,
Keputusan
Presiden
Tentang
Jaminan
Terhadap
Kewajiban
Pembayaran Bank Umum, Kepres No. 26 , LN No. 29 Tahun 1998.
16
Indonesia, Keputusan Presiden Tentang Penerbitan Jaminan Bank Indonesia,
Serta Penerbitan Jaminan Bank Oleh Bank Persero dan Bank Pembangunan Daerah Untuk
Pinjman Luar Negeri, Kepres No. 120 Tahun 1998.

11

juga memerlukan dana cadangan yang dapat dipergunakan sewaktuwaktu apabila terjadi penghentian operasi atau kegiatan usaha bank.
e. Obligasi Dalam Rangka Kredit Program
Surat Utang Kredit Program mulanya berasal dari Kredit Likuiditas
Bank Indonesia (KLBI), yang diberikan untuk membiayai berbagai kredit
program pemerintah, disalurkan melalui bank umum dan bank perkreditan
rakyat.Kredit Likuiditas ini digunakan terutama untuk pengadaan pangan,
dan kegiatan-kegiatan yang menyentuh secara langsung kepada usaha
kecil dan masayarakat berpenghasilan rendah.
Dalam rangka itu pemerintah melalui menteri keuangan
menerbitkan surat utang kepada Bank Indonesia, sebesar Rp.
9.970.000.000,00 (sembilan trilyun sembilan ratus tujuh puluh juta
rupiah). Surat utang yang diterbitkan yaitu SU-005, yang jatuh temponya
tahun 2009, dengan suku bunga kupon yang ditetapkan setiap tiga bulan
berdasarkan tingkat bunga hasil lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 3
bulan. Dengan kata lain obligasi ini adalah obligasi dengan tingkat bunga
mengambang (VRB).
Surat hutang dalam rangka program penjaminan dan kredit
program bersifat tidak dapat diperdagangkan (non-tradeable), sedangkan
obligasi dalam rangka rekapitalisasi perbankan (obligasi rekap) dapat
diperdagangkan (tradeable), kecuali hedge bonds. Obligasi rekap yang
dapat di perdagangkan terbatas pada jenis fixed rate bond yang berseri
FR dan jenis variable rate bond berseri VR.
Obligasi Pemerintah berdasarkan Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara
Obligasi Negara (ON) berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2002 tentang Surat Utang Negara terdiri atas :17
(i) SUN berjangka waktu lebih dari 12 bulan baik dengan kupon atau
tanpa kupon. Obligasi negara dengan kupon memiliki jadwal
pembayaran kupon yang periodic (tiga bulan sekali atau enam bulan
sekali). Sementara ON tanpa kupon tidak memiliki jadwal
pembayaran kupon, dijual pada harga diskon dan pokoknya akan
dilunasi pada saat jatuh tempo.
(ii) Berdasarkan tingkat kuponnya ON dapat dibedakan menjadi :
obligasi berbunga tetap, yaitu obligasi dengan tingkat bunga tetap
setiap periodenya (Fixed rate bonds) dan obligasi berbunga
17
Mengenal SUN, Direktorat Jenderal Pajak,
http://www.dmo.or.id/uploads/dmodata/in/6publikasi/5Brosur/Mengenal
%20SUN.pdf

12

mengambang (variable rate bonds) yang ditentukan berdasarkan


suatu acuan tertentu seperti tingkat bunga SBI (sertifikat bank
indonesia)
(iii)
Berdasarkan denominasi mata uangnya (Rupiah atau Valuta
Asing)
(iv)
Surat Utang Negara dapat diterbitkan dalam bentuk warkat
atau tanpa warkat (scripless).
(v) SUN yang saat ini beredar diterbitkan dalam bentuk tanpa warkat.
(vi)
SUN
dapat
diterbitkan
dalam
bentuk
yang
dapat
diperdagangkan atau tidak dapat diperdagangkan.
2. Lembaga-lembaga Yang Terkait Dalam Obligasi Pemerintah
a. Penerbit Obligasi Pemerintah
Penerbit obligasi pemerintah untuk rekapitalisasi bank adalah
Pemerintah Republik Indonesia, yaitu melalui Menteri Keuangan yang
telah diberi kewenangan untuk menerbitkan Obligasi Pemerintah
berdasarkan:
1). Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 1998 mengenai Program
Rekapitalisasi Perbankan18, dalam Peraturan Pemerintah itu
disebutkan
tentang
kewenangan
Menteri
Keuangan
dalam
menerbitkan surat utang dalam rangka pembiayaan atas penyertaan
modal negara pada bank umum dalam rangka Program Rekapitalisasi
Bank Umum yang dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.
2). Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1998 mengenai Pinjaman Dalam
Negeri dalam bentuk instrumen surat utang, dalam Keputusan
Presiden tersebut disebutkan bahwa pada tahap pertama diterbitkan
surat utang senilai RP. 80.000.000.000.000,00 (delapan puluh trilyun
rupiah). Dan untuk penerbitan surat utang berikutnya kewenangan
diberikan kepada Menteri Keuangan sesuai dengan kebutuhan.19
3).
Keputusan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
No.
183/KMK.017/1999 mengenai Penerbitan Instrumen Surat Utang
dalam rangka Program Rekapitalisasi dan Penyehatan Perbankan,
yang telah di amandemen dengan Keputusan Mentri Keuangan No.
564/KMK.017/1999 tertanggal 24 Desember 1999. 20 Dalam
18

Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Program Rekapitalisasi Perbankan, PP


No. 84, LN No. 197 Tahun 1998, TLN No. 3799. Pasal 8 jo. Psl. 7.
19
Indonesia, Keputusan Presiden Tentang Pinjaman Dalam Negeri Dalam Bentuk
Surat Utang, Kepres No. 55, LN No. 77 Tahun 1998, TLN No. 3799. ps. 3.
20
Departemen
Keuangan,
Perubahan
Keputusan
Menteri
Keuangan
Tentang
Penerbitan Surat Utang Dalam Program Rekapitalisasi Bank Umum Dan Penyehatan
PerbankanNasional, KMK No. 183/KMK.017/1999, tanggal 28 Mei 1998, sebagaimana

13

Keputusam menteri Keuangan itu disebutkan bahwa Menteri


Keuangan atas nama Pemerintah Menerbitkan Surat Utang, yang
selanjutnya disebut dengan obligasi, yang diterbitkan dalam rangka
pelaksanaan Program Rekapitalisasi Bank Umum dan Penyehatan
Perbankan.21
4). Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara,
Kewenangan menerbitkan Surat Utang Negara berada pada
Pemerintahdimana kewenangan tersebut dilaksanakan oleh Menteri.
Dalam hal Pemerintah akan menerbitkan Surat Utang Negara, Menteri
terlebih dahulu berkonsultasi dengan Bank Indonesia. Pemerintah
mengadakan konsultasi dengan Bank Indonesia pada saat merencanakan penerbitan Surat Utang Negara untuk satu tahun anggaran.
Konsultasi ini dimaksudkan untuk mengevaluasi implikasi moneter dari
penerbitan Surat Utang Negara, agar keselarasan antara kebijakan
fiskal, termasuk manajemen utang, dan kebijakan moneter dapat
tercapai. Pendapat Bank Indonesia tersebut menjadi masukan di dalam
pengambilan keputusan oleh Pemerintah agar penerbitan Surat Utang
Negara dimaksud dapat dilakukan tepat waktu dan dilakukan dengan
persyaratan yang dapat diterima pasar serta menguntungkan
Pemerintah.22

b. Unit Pengelolaan Obligasi


Untuk mengantisipasi perkembangan obligasi pemerintah yang
diterbitkan dalam rangka pelaksanaan program rekapitalisasi perbankan,
terutama dengan masalah pengelolaannya, pemerintah pada bulan April
2000 membentuk Tim Debt Management Unit (DMU).Tim DMU inilah yang
kemudian menjadi embrio pusat Manajemen Obligasi Negera (PMON) yang
secara struktural berada dibawah sekertariat Jendral Departemen
Keuangan sejak awal tahun 2001. Terbentuknya DMU berdasarkan pada
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 101/KMK.017/2000.
Selanjutnya, Sesuai dengan Kepeutusan menteri Keuangan No.
2/KMK.01/2001, Pusat Manajemen Obligasi Negara mempunyai tugas
melaksanakan perumusan kebijakan, pengembangan, dan pelaksanaan di
bidang manajemen obligasi yang meliputi penerbitan, penjualan,
pelunasan, pengadministrasian dan akuntansi obligasi, dan pengendalian
risiko portofolio obligasi, serta pengembangan pasar obligasi, berdasarkan

diubah dengan KMK No. 564/KMK.017/1999, Tanggal 24 Desember 1999.


21
Departemen Keuangan, Op. cit., KMK No. 183/KMK.017/1999, ps. 1.
22

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara

14

kebijakan teknis yang ditetapkan Menteri dan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Diberbagai negara PMON disebut Debt Management Office (DMO)
memiliki fungsi utama dalam pengelolaan obligasi pemerintah yaitu:
1)
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
manajemen obligasi di dalam pelaksanaan manajemen portofolio
untuk mendukung tercapainya tujuan meminimalkan biaya utang,
pada tingkat risiko yang terkendali
2)
pengembangan dan pembinaan pasar obligasi (pasar perdana dan
pasar sekunder) yang likuid dan efisien;
3)
penyiapan perumusan pedoman dan petunjuk pelaksanaan program
di bidang manajemen obligasi;
4)
pengolahan, pengkajian, dan penyajian data serta informasi tentang
hal-hal yang berkaitan dengan pengolahan dan perdagangan obligasi;
5)
perumusan sistem pengukuran kinerja pelaksanaan tugas dan
fungsi Pusat Manajemen Obligasi Negara.
Sedangkan pada saat ini PMON terdiri dari 4 (empat) bidang,
dimana bidang-bidang tersebut dan tugasnya, yaitu:
1)
Bidang perencanaan dan Kebijakan Obligasi memiliki tugas:
melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan di bidang penerbitan
dan perdagangan obligasi, pengembangan sumber daya manusia, dan
pengembangan kerangka kerja hukum dan regulasi perdagangan
obligasi.
2)
Bidang Analisis Pasar Keuangan, memiliki tugas: melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan dan pelaksanaan riset terhadap
perkembangan pasar keuangan.
3)
Bidang Manajemen Portofolio, memiliki tugas: melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan dan koordinasi di bidang manajemen
investasi (aset) dan pendanaan (kewajiban), serta akuntansi obligasi
4)
Bidang
Manajemen
Sistem
Informasi,
mempunyai
tugas:
melaksanakan program komputerisasi pengolahan data dan informasi
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan obligasi
Setelah itu PMON berubah menjadi Direktorat Pengelolaan SUN
(DPSUN)
berdasarkan
Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor
302/KMK.01/2004. Seiring dengan proses reorganisasi ditubuh Kementerian
Keuangan, pada tahun 2006 organisasi ini berkembang menjadi setingkat eselon
I berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 466/KMK.01/2006 dengan
nama Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) dan terakhir telah diubah
dengan

Peraturan

Menteri

Keuangan

nomor

143.1/PMK.01/2009

tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan.


Adapun tugas DJPU yang terkait dengan pengelolaan SUN ialah :
15

1) Menyiapkan perumusan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan SUN yang


meliputi: perencanaan struktur portofolio yang optimal.
2) Pelaksanaan penerbitan, penjualan, pembelian kembali dan penukaran.
3) Pengelolaan risiko portofolio SUN.
4) Pengembangan infrastruktur dan institusi pasar SUN; dan
5) Publikasi informasi tentang pengelolaan SUN berdasarkan kebijakan teknis
yang ditetapkan Direktur Jenderal.

c. Bank Indonesia Sebagai Penatausaha Obligasi Pemerintah


Sesuai
dengan
Keputusan
Menteri
Keuangan
No.
183/KMK.017/1999, penatausahaan
obligasi dilakukan oleh Bank
Indonesia. Bank Indonesia memiliki beberapa kewenangan dalam
penatausahaan obligasi pemerintah yaitu:
1)
Melakukan pencatatan kepemilikan obligasi pada saat penerbitan,
pencatatan perubahan kepemilikan obligasi, dan penerbitan laporan
posisi kepemilikan obligasi;
2)
Melakukan perhitungan dan pembayaran kupon serta pelunasan
pokok obligasi kepada pemilik obligasi atas beban pemerintah;
3)
Melakukan hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan
fungsi sebagaimana penatausaha obligasi dengan persetujuan Menteri
Keuangan.
Walaupun demikian kewenangan penatausahaan obligasi yang
dilakukan oleh Bank Indonesia sebagaimana tersebut di atas dilakukan
berdasar atas persetujuan bersama antara Menteri Keuangan dan
Gubernur Bank Indonesia. Bank Indonesia memiliki fungsi dalam
penerbitan dan penatausahaan obligasi pemerintah antara lain:23
1)
Bank Indonesia dapat membantu Pemerintah dalam menerbitkan
Obligasi;
2)
Penatausahaan obligasi di pasar perdana dan pasar sekunder
dilakukan oleh Bank Indonesia;
3)
Bank Indonesia dapat mendorong pengembangan pasar obligasi
sesuai dengan ketentuan di bidang pasar modal.
Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 2/2/PBI/ 2000, 24 Bank
Indonesia dalam penatausahaan obligasi melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1)
Mengoperasikan sistem BI-SKRIP;
2)
Menunjuk Sub-Registry;

23

Bank
Indonesia,
Peraturan
Bank
Perdagangan Obligasi Pmerintah, PBI No.
LN.No. 4 Tahun 2000, TLN.No. 3922.ps. 2.
24
Ibid., ps. 4.

Indonesia
Tentang
Penatausahaan
dan
2/2/PBI/2000 tanggal 21 Januari 2000,

16

3)

Melaksanakan kliring dan setelmen obligasi bagi bank, SubRegistry, Market Maker, dan pihak-pihak lain yang ditunjuk oleh Bank
Indonesia;
4)
Memberikan kepastian kepemilikan bagi pemegang obligasi;
5)
Melaksanakan pembayaran kupon dan pokok pada saat jatuh
waktu;
6)
Membeli kembali obligasi untuk kepentingan pemerintah dalam
rangka pelunasan atas beban rekening pemerintah.
Obligasi pemerintah yang ada saat ini telah dapat diperdagangkan
di pasar sekunder.Untuk memperlancar transaksi di pasar sekunder ini
pemerintah menunjuk Bank Indonesia (BI) untuk melakukan fungsi
sebagai Central Registry.
1) Bank Indonesia Sebagai Central Registry
Central Registry adalah lembaga yang melakukan catatan
kepemilikan obligasi baik untuk kepentingan Bank, Sub-Registry, Market
Maker, maupun pihak-pihak yang ditunjuk Bank Indonesia. 25 Selain
pengertian menurut PBI No. 2/2/PBI/2000 di atas, pengertian tentang
Central Registry adalah pihak yang bertanggung jawab untuk menyimpan
catatan kepemilikan dari obligasi pemerintah, pembayaran kupon, serta
menatausahakan perpindahan hak kepemilikan obligasi pemerintah. 26
Undang-Undang Nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara,
menyatakan bahwa kegiatan kepemilikan, kliring dan setelmen, serta
agen pembayar bunga dan pokok SUN dilaksanakan oleh Bank Indonesia.
Dalam melaksanakan tugas-tuigasnya sebagai central registry tersebut, BI
telah membuat sistem setelmen surat berharga yang disingkat dengan BISSSS yaitu Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System.
Sistem ini merupakan sistem yang menatausahakan pencatatan
dan penyelesaian transaksi SUN secara menyeluruh. Bank Indonesia
sebagai central registry bertanggung jawab untuk menyimpan catatan
kepemilikan SUN, pembayaran kupon dan pokok yang jatuh tempo, serta
menatausahakan perpindahan hak kepemilikan obligasi.
2) Sub-Registry
Bank Indonesia sebagai Central Registry telah menetapkan sistem
penataushaan two-tier terdiri dari Central Registry dan beberapa SubRegistry. Sub-Registry adalah lembaga yang melakukan pencatatan

25

Ibid., ps. 1. btr. 6.


Pusat Manajemen Obligasi Negara, Daftar Istilah, Berita Triwulanan No.1,
(Juni 2001: 8).
26

17

kepemilikan obligasi untuk kepentingan nasabahnya.27 Dengan kata lain


Sub-Registry adalah lembaga yang ditunjuk oleh Bank Indonesia untuk
melakukan seluruh kegiatan kliring, setelmen, termasuk pencatatan, dan
pengalihan kepemilikan obligasi pemerintah dan berfungsi sebagai agen
pembayar untuk pemilik surat berharga yang tercatat dalam Subregistry.28 Melihat pengertian ini maka Sub-Registry secara umum akan
lebih berperan dalam administrasi harian.
Sub-Registry dalam melaksanakan fungsinya melakukan beberapa
kegiatan sebagai berikut:
Hanya dapat melakukan pencatatan kepemilikan dan setelmen pada
rekening obligasi untuk kepentingan pemilik obligasi yang menjadi
nasabahnya;
Sub-Registry tidak berhak atas kepemilikan obligasi yang tercatat
pada Sub-Registry;
Hanya boleh bertindak sesuai dengan ketentuan dan persetujuan
dari pemilik obligasi;
Selain itu Sub-Registry juga tidak diperbolehkan untuk memelihara
rekening untuk diri sendiri, direksi, dewan komisaris, dan pemegang
saham.
Pemegang saham disini adalah pemegang saham baik perorangan
maupun perusahaan/badan yang memiliki saham 10% (sepuluh
perseratus) atau lebih dari modal disetor.
d. BI-SKRIP
Sedangkan untuk setelmen surat berharga Bank Indonesia telah
membuat sistem, yaitu Bank Indonesia-Sistem Kliring, Registrasi,
Informasi, dan Penatausahaan Obligasi Pemerintah, disingkat dengan BISKRIP. BI-SKRIP terdiri dari central registry yaitu Bank Indonesia dan
sejumlah sub-registry yang memperoleh lisensi dari Bank Indonesia.
Beberapa sub-registry tersebut adalah:
1. Bank CIMBNiaga
2. Deutche Bank
3. Citibank
4. Bank Internasional Indonesia
5. Standart Chartered
6. PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia
7. The Hongkong and Shanghai Bangking Corporation Limited
8. Bank Mega.
27

Bank Indonesia, Op. cit., PBI No. 2/2/PBI/2000, ps. 1.btr. 7.


PMON, Op. cit., hal. 8.

28

18

9. Bank Central Asia.


10.
Bank Danamon.
11.
Bank Mandiri.
12.
Bank Negara Indonesia
13.
Bank Rakyat Indonesia.
14.
Bank Permata
15.
Bank Panin.
Data perdagangan dipasar sekunder diperoleh dari BI-SKRIP.BISKRIP memiliki peran yang sangat penting dalam penyediaan data yang
digunakan sebagai informasi untuk menghitung dan menetapkan nilai
pasar dari setiap seri penerbitan obligasi.Data yang dimaksud memuat
uraian serta deskripsi mengenai seri penerbitan, harga, yield, nilai
nominal, dan tanggal setelmen. Dengan data yang berasal dari BI-SKRIP
maka Pusat Manajemen Obligasi Negera dapat melakukan pengelolaan
dan perhitungan yang memadai dalam memberikan arah kebijakan dalam
perdagangan obligasi negara.
e. Pemegang Obligasi Pemerintah
Obligasi pemerintah ini dapat dimiliki oleh siapa saja baik penduduk
maupun bukan penduduk Indonesia. Obligasi dapat dimiliki oleh Bank,
dana pensiun, yayasan, perusahaan, dan masyarakat, baik secara
individual maupun lembaga.29
Pihak yang namanya terdaftar dalam Daftar Pemegang Obligasi
pada Bank Indonesia dianggap sebagai Pihak yang mempunyai hak atas
Obligasi tersebut, sampai dengan adanya instruksi pengalihan hak dari
Pihak yang berwenang sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.
1)

Pemilik Non Bank atau Non Market Maker


Dalam hal pemilik Obligasi Pemerintah bukan merupakan bank atau
market maker,30 maka registrasi kepemilikan atas nama pemilik obligasi
tersebut tidak dapat dilakukan jika pemilik belum menunjuk Sub-Registry.
Demikian juga pembayaran untuk pemilik obligasi yang bukan merupakan
bank tidak dapat dilakukan hingga pemilik menunjuk bank perserta kliring
untuk menerima pembayaran kupon dan pembayaran pelunasan
pokok.Setiap bank peserta kliring di wilayah Jakarta dapat ditunjuk untuk
melakukan penyelesaian transaksi atas perdagangan obligasi berdasarkan
prinsip Delivery Versus Payment (DVP).
29

DepKeu, Op. cit., KMK No.183/KMK.017/1999, psl. 5.


Market Maker adalah lembaga yang bertindak sebagai pengerak pasar dalam
rangka memelihara pasar sekunder yang likuid dan kompetitif, yaitu yang secara
aktif memberikan kuotasi dua arah (bids and offer), (lihat: PMON, Daftar Istilah,
Berita Trwulanan No. 2, Oktober 2001: 9).
30

19

2) Investor Bank atau Market Maker


Untuk investor bank atau market maker, ditatausahakan oleh Bank
Indonesia sebagai Central Registry. Central Registry melakukan
penyelesaian untuk transaksi yang dilakukan antar Sub-Registry untuk
kepentingan nasabahnya, antar market maker untuk kepentingan diri
sendiri, antar bank untuk kepentingan diri sendiri, dan antara market
maker dengan Sub-Registry.

20

PASAR SEKUNDER OBLIGASI PEMERINTAH


Pasar sekunder obligasi pemerintah adalah kegiatan perdagangan
obligasi setelah pasar perdana.Pada pertama kali obligasi pemerintah
hanya berada pada bank-bank peserta program rekapitalisasi.
Obligasi yang berada pada bank-bank rekap tersebut adalah
obligasi yang dapat diperdagangkan, dan untuk melaksanakan
perdagangan obligasi tersebut diatur dalam portofolio dan pencatatan
obligasi yang dimiliki bank umum peserta program rekapitalisasi.Dalam
hal ini Bank Indonesia mengatur ketentuan tentang portofolio obligasi
dimaksud.
1. Porto folio Perdagangan Obligasi Pemerintah
Pada
awalnya
bank-bank
rekap
tidak
diperbolehkan
memperdagangkan Obligasi yang dimilikinya sampai dengan 31 Januari
2000.31Mengenai portofolio ini harus dibedakan antara portofolio investasi
dengan portofolio perdagangan.Portofolio investasi (investment portfolio),
adalah portofolio Obligasi yang dicatat dalam pembukuan bank yang tidak
dapat diperdagangkan.Sedang portofolio perdagangan (trading portfolio),
adalah portofolio obligasi yang dicatat dalam pembukuan bank yang
dapat diperdagangkan.
Bank Indonesia kemudian mengamandemen peraturan tentang
portofolio obligasi pemerintah dengan Peraturan Bank Indonesia No.
2/10/PBI/2000.32 Dimana Bank Indonesia kemudian menetapkan, bahwa
pada tanggal 1 Febuari 2000 bank dapat memperdagangkan obligasi
setinggi-tingginya 10% dari nilai keseluruhan obligasi yang dibeli pada
saat bank menerima peyertaan tunai dari pemerintah sehubungan
dengan program rekapitalisasi.33
Adapun Obligasi Pemerintah yang dapat dipindahkan ke dalam
portofolio perdagangan adalah obligasi dengan seri-seri berikut : FR0001,
FR0002, FR0003, FR0004, FR0005, FR0006, FR0007,FR0008, FR0009,
VR0001, VR0002, VR0003, VR0004, VR0005,VR0006, VR0007, VR0008,
VR0009, VR0010, VR0011, VR0012,VR0013, VR0014, VR0015, dan
VR0016 sebagaimana ditetapkan oleh Bank Indonesia pada :34

31

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Portofolio Obligasi


Pemerintah Bagi Bank Umum Peserta Program Rekapitalisasi, PBI No.
1/10/PBI/1999, tanggal 3 Desember 1999, ps. 2.
32
Bank
Indonesia,
Peraturan
Bank
Indonesia
Tentang
Perubahan
Peraturan Bank Indonesia No. 1/10/PBI/1999 Tentang Portofolio Obligasi
Pemerintah Bagi Bank Umum Peserta Program Rekapitalisasi, PBI No.
2/10/PBI/2000, tanggal 29 Maret 2000, LN No. 39 Tahun 2000, TLN No. 3945.
33
Ibid., ps. 3.
34
http://www.bi.go.id/id/peraturan/arsip-peraturan/Moneter2001/se-318-2001.pdf

21

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 2/14/DPNP tanggal 27 Juni


2000 tentang Penetapan Obligasi Pemerintah Seri FR0002 untuk
Diperdagangkan di Pasar Sekunder.
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 2/16/DPNP tanggal 25 Juli 2000
Tentang Penetapan Obligasi Pemerintah Seri FR0003,FR0004 dan
FR0005 untuk Diperdagangkan di Pasar Sekunder.
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 2/26/DPM tanggal 8 Desember
2000 Tentang Penetapan Obligasi Pemerintah Seri FR0006, FR0007,
FR0008 dan FR0009 untuk Diperdagangkan di Pasar Sekunder Serta
Peningkatan Prosentase Portofolio Obligasi
Pemerintah Yang Dapat Diperdagangkan.
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/6/DPM tanggal 9 Februari
2001 Tentang Penetapan Obligasi Pemerintah Seri VR0003, VR0004,
VR0007, VR0009, VR00011, VR0013 dan VR0015 untuk
Diperdagangkan Di Pasar Sekunder Serta Peningkatan Prosentase
Portofolio Obligasi Pemerintah Yang Dapat Diperdagangkan oleh
Bank Umum Peserta Program Rekapitalisasi Perbankan.
Pembatasan
prosentase
perdagangan
didasarkan
pada
pertimbangan agar bank pemegang obligasi pemerintah tidak menjual
obligasi pemerintah yang dimilikinya secara bersamaan sehingga
menyebabkan harga obligasi pemerintah menjadi jatuh.Selain itu dengan
dicatatnya obligasi pemerintah yang dijual di pasar sekunder atas dasar
harga pasar dapat menyebabkan tidak tercapainya ketentuan CAR bankbank rekap.
BI memiliki peran yang penting dalam perdagangan obligasi ini,
seperti bank harus melaporkan kepada BI obligasi yang diperdagangkan,
yang ditempatkan pada portofolio perdagangan selambat-lambatnya 5
hari
sebelum
obligasi
tersebut
diperdagangakan. 35BI
kemudian
memberikan konfirmasi meliputi jenis dan jangka waktu obligasi yang
dimaksud di atas kepada bank. BI juga memiliki kewenangan untuk
menetapkan persentase perdagangan obligasi pemerintah, dimana dalam
perkembangannya batasan penempatan dalam portofio perdagangan
secara berangsur-angsur diperlonggar: Pertama, batasan penempatan
tersebut diperlonggar menjadi 15%36, kemudian menjadi 25%37, pada awal
-

35

Bank Indonesia, Op. cit., PBI No. 2/10/PBI/2000, ps. 3 ayat (3).
36
Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia Tentang Peningkatan
Prosentase Portofolio Obligasi Pemerintah Yang Dapat Diperdagangkan Bagi
Bank Umum Perserta Program Rekapitalisasi Perbankan, SEBI No. 2/18/DPM,
tanggal 19 September 2000.
37
Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia Tentang Penetapan
Obligasi
Pemerintah
Seri
FR0006,
FR0007,
FR0008,
FR0009
Untuk
Diperdagangkan di Pasar Sekunder Serta Peningkatan Prosentase Portofolio
Pemerintah Yang Dapat Diperdagangkan Bagi Bank Umum Perserta Program
Rekapitalisasi Perbankan, SEBI No. 2/26/DPM, tanggal 8 Desember 2000.

22

tahun 2001 menjadi 35%38, pada pertengahan tahun 2001 menjadi 50% 39,
dan pada akhirnya menjadi 100% 40. Perubahan ketentuan ini ditujukan
untuk lebih mengaktifkan kegiatan perdagangan di pasar sekunder.
2. Perdagangan Obligasi Pemerintah
Obligasi pemerintah dapat dibeli pada bank-bank yang telah
direkapitalisasi, bank umum lainnya, pialang atau perusahaan sekuritas
serta
pihak-pihak
yang
bergerak
dalam
jual
beli
obligasi
pemerintah.Obligasi pemerintah telah tercatat di Bursa Efek Surabaya
(BES), dan perdagangan dapat dilakukan di bursa tersebut atau secara
bilateral (di luar bursa).
Perdagangan di luar bursa dilakukan secara over the counter.Over
the counter (OTC) adalah, transaksi yang dilakukan melalui telepon atau
jaringan komputer dealer di luar bursa. Perdagangan obligasi yang
dilakukan di dalam dan di luar bursa tunduk pada ketentuan mengenai
Pasar Modal,41 dengan demikian berlaku pula UU No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal berserta peraturan pelaksanaannya.
Pusat Manajemen Obligasi Negara (PMON) menentukan seri-seri
obligasi yang dicatatkan dalam daftar efek di Bursa Efek Surabaya (BES)
serta dikuotasikan/dilaporkan perdagangannya di dalam Sistem
Perdagangan dan Informasi OTC-FIS (Over The Counter Fixed Income
Service). Sarana ini dikembangkan BES agar para partisipan yang terkait
dengan sekuritas bepenghasilan tetap (fixed income securities) dapat
melihat kuotasi harga (bids and offer) dalam waktu yang sebenarnya.
Dengan demikian mereka dapat mempertimbangkan apakah akan
menjual atau membeli sebelum eksekusi dari transaksi.
Bank Indonesia dapat mendorong pengembangan pasar obligasi
sesuai dengan ketentuan di bidang pasar modal, yaitu dengan melakukan
hal-hal sebagai berikut:42
Mengembangkan tata cara perdagangan obligasi;
Melakukan kerja sama dengan otoritas pasar modal;

38

Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia Tentang Penetapan


Obligasi Pemerintah Seri VR0003, VR0004, VR0007,VR0009, VR0011, VR0013, dan
VR0019 Untuk Diperdagangkan di Pasar Sekunder Serta Peningkatan Prosentase
Portofolio Pemerintah Yang Dapat Diperdagangkan Bagi Bank Umum Perserta
Program Rekapitalisasi Perbankan, SEBI No. 3/6/DPM, tanggal 9 Februari
2001.
39
Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia Tentang Peningkatan
Prosentase Portofolio Obligasi Pemerintah Yang Dapat Diperdagangkan Bagi
Bank Umum Perserta Program Rekapitalisasi Perbankan, SEBI No. 3/15/DPM
tanggal 5Juli 2001.
40
Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia Tentang Penetapan
Obligasi Pemerintah Seri VR0006, VR0008, VR0010,VR0012, VR0014, dan VR0016
Untuk Diperdagangkan di Pasar Sekunder Serta Peningkatan Prosentase
Portofolio Pemerintah Yang Dapat Diperdagangkan Bagi Bank Umum Perserta
Program Rekapitalisasi Perbankan, SEBI No. 3/18/DPM, tanggal 31 Juli 2001.
41
Bank Indonesia, Op. cit., PBI No. 2/2/PBI/2000, ps 17 ayat (2).
42
Ibid, ps. 5.

23

Menyediakan informasi mengenai keadaan pasar termasuk fluktuasi


harga, volume dan frekuensi transaksi obligasi;
Menunjuk market maker.
Dalam penyediaan informasi mengenai keadaan pasar, informasi
tersebut disampaikan melalui media elektronik yang antara lain adalah
Pusat Informasi Pasar Uang (PIPU).PIPU, adalah sistem otomasi yang
menyediakan informasi
pasar uang, yang diatur
oleh Bank
Indonesia.Dalam perdagangan obligasi Bank Indonesia juga menunjuk
bank atau bukan bank yang bertindak sebagi Market Maker.Market maker
wajib setiap saat memberikan kuotasi harga jual dan harga beli atas
obligasi tertentu dengan kewajiban untuk membeli dan menjual obligasi
dimaksud.
Berbeda dengan ketentuan diatas sejak dibentuknya UndangUndang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara, pelaksanaan
-

Pembelian dan Penjualan SUN di Pasar Skunder. Dimana terdapat Agen


pelaksana pembelian dan penjualan SUN, yaitu Menteri Keuangan Republik
Indonesia dapat menunjuk Bank Indonesia sebagai agen untuk melaksanakan
pembelian dan penjualan Surat Utang Negara di Pasar Sekunder. Bank Indonesia
melakukan pembelian dan penjualan SUN di Pasar Skunder berdasarkan
permintaan Menteri Keuangan.
Selanjutnya, terdapat pihak yang dapat melakukan transaksi, yaitu
Pemerintah dengan Dealer Utama, Bank Indonesia, atau Lembaga Penjamin
Simpanan, secara langsung melalui fasilitas Dealing Room pada Direktorat
Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Republik Indonesia.

3. BI-SKRIP
Bank Indonesia sebagai penatausaha obligasi pemerintah
menerbitkan peraturan pelaksanaan dari PBI No. 2/2/PBI/2000, yaitu
dengan menetapkan Surat Edaran Bank Indonesia tentang Tata Cara
Penatausahaan Obligasi Pemerintah.43 SEBI dimaksud memuat tata cara
pengoperasian sistem BI-SKRIP. Untuk itu pada bagian ini akan dibahas
Bank Indonesia-Sistem Kliring, Registrasi, Informasi, dan Penatausahaan
Obligasi Pemerintah atau BI-SKRIP sebagai sistem yang menatausahakan
obligasi pemerintah di pasar sekunder, yaitu sebagai sistem yang
melaksanakan:
1) Pencatatan Kepemilikan
2) Setelmen Transaksi
3) Pembayaran Bunga dan Pokok Obligasi Negara

43
Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia Tentang Tata Cara
Penatausahaan Obligasi Pemerintah, SEBI No. 3/24/DPM tanggal 16 November
2001.

24

Anda mungkin juga menyukai