Anda di halaman 1dari 3

Name

: Siti Shaliha

ID

: 2009120033

Pemberantasan Budaya Menggunakan Kantong Plastik


Lingkungan kita sudah dipenuhi oleh tumpukan sampah plastik. Sampah yang semakin
menggunung dan berserakan dimana-mana perlahan memberi dampak buruk bagi kesehatan dan
lingkungan. Sebagai contoh misalnya, banjir yang disebabkan oleh banyaknya sampah plastik
yang menyumbat saluran air, tumpukan sampah yang menjadi tempat bersarangnya nyamuk
demam berdarah, pencemaran tanah dan udara dan lain sebagainya.
Kantong plastik adalah salah satu dari sekian banyak jenis sampah plastik yang paling
akrab dengan manusia. Layaknya sahabat, kantong plastik hampir selalu ada disaat kita
memerluka. Ketika kita hendak membawa barang bawaan bagaimana pun bentuknya, kantong
plastik adalah sahabat yang selalu setia membantu kita. Sebagai contoh misalnya, saat kita
mengunjungi pusat perbelanjaan, kita selalu menggunakan kantong plastik untuk membawa
barang belanjaan. Demikian juga halnya sewaktu membungkus gorengan panas yang kita beli
dipinggir jalan.
Penggunaan kantong plastik sudah menjadi kebiasaan yang membudaya dalam kehidupan
kita. Dengan kata lain, hal sudah dapat disebut sebagai gaya hidup yang digunakan oleh
masyarakat sehari-hari. Kita kadang kurang menyadari bahwa ada banyak dampak yang dapat
disebabkan oleh teman kecil kita yang satu ini. Seorang dosen dari Institut Teknologi Bandung
(ITB) dalam penelitiannya mengatakan bahwa, kantong plastik yang terkena panas akan
mengakibatkan zan-zat yang terkandung di dalamnya mengeluarkan senyawa yang dapat
memicu timbulnya penyakit kanker. Pernyataan tersebut menyadarkan kita bahwa efek yang
berbahaya pada senyawa plastik mampu merusak tubuh secara perlahan. Oleh sebab itu, sudah
seharusnya kita mulai menghindari pemakaian kantong plastik untuk membungkus makanan
yang bersifat panas.
Kita juga sering membakar sampah-sampah plastik dengan alasan agar tidak berserakan
dan menumpuk di lingkungan sekitar rumah kita. Padahal, fakta membuktikan bahwa membakar

sampah plastik justru tidak memberikan solusi melainkan menimbulkan masalah baru bagi kita.
Seorang Green Reporter, Ahmad Syam dalam artikelnya Perang Melawan Sampah Plastik
menyebutkan bahwa sampah plastik yang mengalami pembakaran tidak sempurna akan
menghasilkan dioksin di udara. Jika terhirup oleh manusia pada saat bernafas, dioksin akan
menjadi pemicu timbulnya berbagai penyakit, antara lain, hepatitis, kanker, pembengkakan hati,
gangguan system syaraf, dan memicu depresi. Setelah mengetahui betapa berbahayanya
membakar dan menimbun sampah plastik, tentunya kita bisa lebih berhati-hati dalam menangani
kasus sampah plastik. Sudah sepantasnya jika kita sebagai masyarakat mencari cara lain untuk
menyelesaikan masalah yang disebabkan oleh teman kecil kita ini.
Hampir setiap tahun, penggunaan plastik dan kantong plastik terus meningkat. Data dari
Deputi Pengendalian Pencemaran Kementrian Negara Lingkungan Hidup mencatat bahwa,
hampir setiap individu menghasilkan 0,8 kilogram sampah dalam satu hari dimana 15 persennya
adalah plastik. Dengan asumsi ada sekitar 220 juta penduduk di Indonesia, maka sampah plastik
yang tertimbun mencapai 26.500 ton per hari. Sedangkan jumlah timbunan sampah nasional
diperkirakan mencapai 176.000 ton perhari. Tentu data diatas membuat kita terkejut, karena
tanpa disadari ternyata manusia adalah mesin penghasil sampah tercanggih didunia. Manusia
seakan berlomba-lomba untuk membuat gunungan sampah yang paling tinggi secepat mungkin.
Budaya menggunakan kantong plastik berlebih memang seharusnya segera dihentikan.
Karena jika tidak, kebiasaan buruk ini akan lebih banyak membawa dampak negative bagi
lingkungan dan hidup kita. Sehubungan dengan hal itu, sejumlah negara termasuk Indonesia
telah menerapkan peraturan yang memperketat penggunaan kantong plastik di masyarakat,
khusunya dibeberapa pusat perbelanjaan. Pemerintah mencanangkan peraturan kepada beberapa
pusat perbelanjaan untuk tidak memberikan kantong plastik kepada konsumer mereka. Kebijakan
ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan kantong plastik berlebih dalam kehidupan seharihari.
Cina pada tahun 2008 yang mulai menerapkan larangan kepada swalayan memberikan
kantong plastik kepada konsumer. Pemerintah sengaja memberikan denda berupa sejumlah uang
bagi setiap swalayan yang melanggar aturan tersebut. Peraturan ini dibentuk dengan tujuan agar
masyarakat benar-benar menjalankan program ini dengan maksimal tanpa adanya pelanggaran.
Tidak ingin ketinggalan, pemerintah Australia pun ikut melakukan gerakan Say No To Plastik

Bag pada tahun 2003, Gerakan ini berhasil mengurangi menggunaan sampah plastic sejumlah
200 juta plastic dari jumlah 7 milyar buah per tahun. Sedangkan di negara kita sendiri dengan
jumlah penduduk 220 juta jiwa, tentu kita dikategorikan sebagai penghasil sampah terbesar
didunia. Apalagi melihat usaha penanggulangan sampah plastik di Indonesia yang belum begitu
maksimal. Oleh karena itu, dengan mengacu kepada negara-negara lain seperti Cina dan
Australia, Indonesia pun mulai menerapkan budaya belanja pro lingkungan atau yang lebih
terkenal dengan sebutan jargon Green Shopper. Sama halnya dengan negara sahabat lainnya,
Indonesia juga ingin menciptakan gaya masyarakat yang terbebas dari kantong plastik.
Program atau usaha mengurangi penggunaan sampah plastik ini tidak akan berjalan
lancar dan effektif jika tidak adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Sebaiknya
kedua instansi, baik masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama guna mewujudkan dan
menyukseskan program ini. Selain itu, pelaksaan program yang berkesinambungan juga sangat
dibutuhkan untuk memberantas budaya penggunaan kantong plastik sampai ke akarnya.
Pemerintah dan masyarakat hendaknya terus mengawasi atau memantau program ini secara
terus-menerus agar terus berjalan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai