Anda di halaman 1dari 5

PENGOLAHAN IKAN NILA MERAH

KARYA TULIS

ARIEF HIDAYATULLAH
NPM 230110140041
HANIYAH KHOIRIYAH
NPM 230110140062

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2014

Proses pengolahan ikan nila merah dimulai dari pemilihan kualitas ikan
sebagai bahan baku produk yang akan dibuat. Hal ini dilakukan supaya produk
yang dihasilkan memiliki kualitas yang maksimal pula. Ikan yang dipilih tentunya
yang masih dalam keadaan segar dan yang pasti bebas dari zat pengawet. Jika
memungkinkan, pembelian dilakukan dalam rantai pemasaran yang paling pendek
(Suyanto, 1993).
Ikan ini dapat diolah menjadi berbagai macam olahan misalnya, keripik
ikan. Keripik ikan merupakan salah satu bentuk olahan pangan dari ikan yang
dibalut oleh tepung krispi yang banyak dikonsumsi dan digemari oleh berbagai
lapisan masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan keripik ikan dapat disajikan
secara cepat, mudah, renyah dan bercita-rasa tinggi, juga dapat disajikan sebagai
makanan camilan dalam kehidupan sehari-hari (Permadi dan Dharmayanti, 2011).
Selain keripik ikan, ikan nila merah ini bisa diolah menjadi ikan asap.
Pengolahan dengan cara pengasapan ini dilakukan supaya ikan dapat bertahan
lama sebelum dikonsumsi. Dengan teknik ini, ikan dapat bertahan sampai jangka
waktu enam bulan jika disimpan dalam suhu ruangan. Kualitas ikan asap yang
dihasilkan tergantung pada kualitas ikan dan jenis kayu yang digunakan untuk
pembakaran (Permadi dan Dharmayanti, 2011).
Vertebrata ini juga dapat diolah menjadi fillet. Fillet merupakan salah satu
pengolahan yang membuat tampilan ikan menjadi lebih baik dan mudah untuk
dimanfaatkan. Umumnya, ikan yang diolah dengan teknik ini mempunyai bentuk
tubuh agak pipih dan daging yang tebal, misalnya nila dan patin (Permadi dan
Dharmayantim, 2011). Fillet ini nantinya akan dimasak oleh konsumen sesuai
dengan keinginannya.
Menurut hasil penelitian Badan Litbang Perikanan (Aryani dkk., 1986), ikan
nila yang dibuat fillet mempunyai limbah sebanyak 70-71% dari berat ikan.
Limbah ini tidak boleh dibuang disembarang tempat karena dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan. Lagi pula limbah ikan tersebut masih dapat dimanfaatkan

menjadi bahan yang berguna dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Limbah ikan ini
dapat dibuat menjadi tepung ikan dan silase.
Tepung ikan dapat digunakan untuk pembuatan pakan ternak, ikan, dan
udang.pembuatan tepung ikan biasanya menggunakan sistem yang disebut proses
basah. Pengolahan proses basah dimulai dengan perebusan limbah selama 20-30
menit, lalu ditiriskan dan dipres agar cairan terpisah. Limbah yang telah dipres
dijemur selama dua hari sampai setengah kering, kemudian digiling dengan
gilingan daging. Selanjutnya dikeringkan lagi sampai kadar airnya menjadi 6-8%
pengeringan dilakukan dengan mesin. Bila dengan sinar matahari, terlalu lama
dan mudah ditumbuhi jamur. Limbah kering ini lalu digiling sampai halus dan
disimpan. Tepung ikan sebaiknya diletakkan di dalam kantong plastik tertutup.
Kantong tepung ikan ini kemudian disimpan di kamar biasa (tanpa pendingin).
Dengan sistem penyimpanan ini tepung ikan akan tahan selama tiga bulan
(Batitbangkan, 1990).
Hasil limbah ini dapat juga dibuat menjadi silase. Silase merupakan produk
hasil fermentasi bahan asal ikan yang berbentuk cairan dan mengandung kadar
protein tinggi serta tahan lama. Silase dapat dipergunakan sebagai pengganti
tepung ikan untuk campuran bahan pakan ternak, ikan, dan udang. Menurut
penelitian, 4 kg silase setara dengan 1 kg tepung ikan. Silase yang dibuat dari ikan
utuh mengandung 70-75% air, 18-20% protein, 1-2% lemak, dan 4-6% abu
(Balitbangkan, 1990).
Dalam pembuatan silase sebaiknya asam yang digunakan adalah asam
formiat dan asam propionat dengan perbandingan 1:1. Campuran ini memang
lebih mahal, tetapi derajat keasaman silase yang dihasilkan juga cukup tinggi (pH)
sehingga bersifat bakteriostatik (tak mudah dibusukkan oleh bakteri) dan bebas
jamur. Lagi pula, silase tidak perlu dinetralisasi bila hendak dipergunakan
(Balitbangkan, 1990).
Penjualan produk olahan ikan ini ditujukan kepada seluruh kalangan
masyarakat secara umum. Banyaknya masyarakat golongan menengah ke atas

yang selalu menginginkan suatu produk makanan bercita rasa lezat dan sehat yang
dapat mencukupi kebutuhan akan kalsium tulang mereka. Produk ini dapat
didistribusikan ke pasar maupun supermarket. Jika konsumen ingin mendapatkan
harga yang lebih murah tentunya harus membeli langsung dari produsennya, tetapi
pembeliannya harus secara grosir.
Hasil olahan limbah pun dapat dijual dipasaran. Banyak para konsumen
yang ingin membeli tepung ikan atau silase untuk menjadi bahan pakan ternak,
ikan, dan udang. Harga yang terjangkau serta kualitas yang baik menjadikan
alasan para konsumen untuk membelinya. Tentunya produk ini dapat dijumpai di
tempat penjualan pakan ternak ataupun ikan.

DAFTAR PUSTAKA

Permadi A. dan Dharmayanti N. 2011. Pengolahan Ikan Nila. Pusat Penyuluhan


Kelautan dan Perikanan, Jakarta. 47 hlm.
Suyanto,S.R. 1993. Nila. PT Penebar Swadaya, Jakarta. 105 hlm.
Badan Penelitian dan Pengembangan Perikanan. 1993. Kumpulan Hasil-Hasil
Penelitian Pascapanen Perikanan. Jakarta. 313 hlm.
Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. 2012. Pengolahan Hasil Perikanan.
http://www.pusluh.kkp.go.id/index.php/arsip/c/76/Pengolahan-IkanNila/?category_id=7 (diakses tanggal 4 Desember 2014).

Anda mungkin juga menyukai