Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH HIGIENE

LUKA POST OPERASI

Oleh :
1.
2.
3.
4.

Pramudya Yopalika
Inneke Septiani
Prima Sharah Sekarini
Thatit Sinubawardani

(22020111120013)
(22020111130041)
(22020111130050)
(22020111130052)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta masyarakat yang dinamis, semakin memacu
tenaga kesehatan untuk terus meningkatkan kuantitatif dan pelayanan dalam
upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Walaupun pengetahuan
semakin berkembang tapi bisa saja dalam menangani suatu penyakit tidak
begitu efisien, apalagi dengan pasien post operasi harus memerlukan
penanganan yang berkompetent. Pada pasien post operasi laparatomi seorang
pasien memerlukan perawatan yang maksimal demi mempercepat proses
kesembuhan luka pasca bedah bahkan penyembuhan fisik pasien itu sendiri.
Pengembalian fungsi fisik pasien post-op laparatomi dilakukan segera setelah
operasi dengan latihan napas dan batuk efektf, latihan mobilisasi dini.
Laparatomi adalah suatu potongan pada dinding abdomen seperti
caesarean section sampai membuka selaput perut. Perawatan post laparatomi
adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-pasien
yang telah menjalani operasi pembedahan perut. Tujuan perawatan post
laparatomi antara lain: Mengurangi komplikasi akibat pembedahan,
mempercepat penyembuhan, mengembalikan fungsi pasien semaksimal
mungkin seperti sebelum operasi, mempertahankan konsep diri pasien dan
mempersiapkan pasien pulang, hal inilah yang membuat pasien dengan pasca
bedah memerlukan perawatan yang maksimal.
Post operasi laparatomi yang tidak mendapatkan perawatan maksimal
setelah pasca bedah dapat memperlambat penyembuhan pasien itu sendiri.
Laporan departement kesehatan Indonesia (DEPKES RI) laparatomi
meningkat dari 162 pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan
1.281 kasus pada tahun 2007.
Dengan melihat kondisi pasien post operasi laparatomi yang
memerlukan perawatan maka perlu dilakukannya intervensi dengan maksud
untuk mengurangi tegangan melalui latihan pernapasan dan mobilisasi dini
untuk mempercepat proses kesembuhan dan kepulangan pasien serta dapat
memberikan kepuasan atas perawatan yang diberikan.

Teknik relaksasi, relaksasi progresif dengan dan tanpa ketegangan otot


dan teknik manipulasi pikiran mengurangi komponen fisiologis dan
emosional stres. Teknik relaksasi adalah perilaku yang diperlajari dan
membantu waktu penelitian dan praktek. Snyder dan Egan menemukan teknik
relaksasi sebagai metode utama untuk menghilangkan stres, tujuannya untuk
menghasilkan respon yang dapat memerangi respon stres. Pada pasien post
operasi latihan napas dalam, bantu batuk dan menekan insisi meningkatkan
ekspansi paru maksimal dan alat pembersihan jalan napas sehingga
menurunkan resiko atelektasis, pneumonia.
Perawat menganjurkan klien untuk melakukan ambulasi lebih awal,
sebagian besar klien diharapkan dapat melakukan ambulasi setelah
pembedahan bergantung pada beratnya pembedahan dan kondisi klien.
Pemberian posisi post operasi untuk mencegah terjadinya kontraktur pinggul
dan lutut sangat penting, latihan pascaoperasi, latihan tentang gerak dimulai
segera mungkin. Ubah posisi secara periodik dan ambulasi sedini mungkin
meningkatkan pengisian udara seluruh segmen paru, memobilisasi dan
mengeluarkan sekret.
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan post
operasi laparatomy.
2.

Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mendeskripsikan luka post operasi
b. Mahasiswa mampu mendeskripsikan fase-fase penyembuhan luka serta
tanda-tandanya
c. Mahasiswa mampu mendeskripsikan prinsip-prinsip perawatan luka
post operasi
d. Mahasiswa mampu mendeskripsikan komplikasi-komplikasi dari proses
penyembuhan luka

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Post Operasi Laparatomy
Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka selaput perut dengan
operasi. Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen,
bedah laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah
abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan kandungan.

Pembedahan perut sampai membukaselaput perut. Ada 4 cara pembedahan


laparatomi yaitu:
1. Midline incision
2. Paramedian, yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5
cm).
3. Transverse upper abdomen incision, yaitu insisi di bagian atas,misalnya
pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
4. Transverse lower abdomen incision, yaitu

insisi melintang di

bagian bawah 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya pada


operasi appendictomy.
Latihan-latihan

fisik

seperti

latihan

napas

dalam,

latihan

batuk,menggerakan otot-otot kaki, menggerakkan otot-otot bokong, Latihan


alih baring dan turun dari tempat tidur. Semuanya dilakukan hari ke 2 post
operasi.
B. Fase fase penyembuhan luka
Menurut Kozier, 1995
a. Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 4 hari. Dua proses
utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis
(penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di
daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan
jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah
dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi
kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk
dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis
dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab
epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai
barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya
mikroorganisme
Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler
digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati.
Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan
nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah
luka tampak merah dan sedikit bengkak.

Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah


interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit
selama lebih kurang 2 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan
mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut pagositosis.
Makrofag

juga

mengeluarkan

faktor

angiogenesis

(AGF)

yang

merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag


dan AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon
inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan
b. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21
setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang
berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan.
Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut
proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi
protein yang menambah tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen
yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil
kemungkinan

luka

terbuka.

Selama

waktu

itu

sebuah

lapisan

penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka Kapilarisasi tumbuh


melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan
nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan. Fibroblast berpindah dar
pembuluh darah ke luka membawa fibrin. Seiring perkembangan
kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut
granulasi jaringan yang lunak dan mudah pecah.
c. Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah
pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin
dirinya , menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi
kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih.
Menurut Taylor (1997)
a. Fase Inflamatory
Fase inflammatory dimulai setelah pembedahan dan berakhir hari ke 3
4 pasca operasi. Dua tahap dalam fase ini adalah Hemostasis dan
Pagositosis. Sebagai tekanan yang besar, luka menimbulkan lokal adaptasi

sindrom. Sebagai hasil adanya suatu konstriksi pembuluh darah, berakibat


pembekuan darah untuk menutupi luka.Diikuti vasodilatasi menyebabkan
peningkatan aliran darah ke daerah luka yang dibatasi oleh sel darah putih
untuk menyerang luka dan menghancurkan bakteri dan debris. Lebih
kurang 24 jam setelah luka sebagian besar sel fagosit ( makrofag) masuk
ke daerah luka dan mengeluarkan faktor angiogenesis yang merangsang
pembentukan

anak

epitel

pada

akhir

pembuluh

luka

sehingga

pembentukan kembali dapat terjadi.


b. Fase Proliferative
Dimulai pada hari ke 3 atau 4 dan berakhir pada hari ke-21. Fibroblast
secara cepat mensintesis kolagen dan substansi dasar. Dua substansi ini
membentuk lapislapis perbaikan luka. Sebuah lapisan tipis dari sel epitel
terbentuk melintasi luka dan aliran darah ada didalamnya, sekarang
pembuluh kapiler melintasi luka (kapilarisasi tumbuh). Jaringan baru ini
disebut granulasi jaringan, adanya pembuluh darah,kemerahan dan mudah
berdarah.
c. Fase Maturasi
Fase akhir dari penyembuhan, dimulai hari ke-21 dan dapat berlanjut
selama 1 2 tahun setelah luka. Kollagen yang ditimbun dalam luka
diubah, membuat penyembuhan luka lebih kuat dan lebih mirip jaringan.
Kollagen baru menyatu, menekan pembuluh darah dalam penyembuhan
luka, sehingga bekas luka menjadi rata, tipis dan garis putih.
Menurut Potter (1998):
a. Devensive / Tahap Inflamatory
Dimulai ketika sejak integritas kulit rusak/terganggu dan berlanjut
hingga 4-6 hari. Tahap ini terbagi atas Homeostasis, Respon inflamatori,
Tibanya sel darah putih di luka. Hemostasis adalah kondisi dimana terjadi
konstriksi pembuluh darah, membawa platelet menghentikan perdarahan.
Bekuan membentuk sebuah matriks fibrin yang mencegah masuknya
organisme infeksius. Respon inflammatory adalah saat terjadi peningkatan
aliran darah pada luka dan permeabilitas vaskuler plasma menyebabkan
kemerahan dan bengkak pada lokasi luka. Sampainya sel darah putih di
luka melalui suatu proses, neutrophils membunuh bakteri dan debris yang
kemudian mati dalam beberapa hari dan meninggalkan eksudat yang

menyerang bakteri dan membantu perbaikan jaringan. Monosit menjadi


makrofag, selanjutnya makrofag membersihkan sel dari debris oleh
pagositosis, Meningkatkan perbaikan luka dengan mengembalikan asam
amino normal dan glukose . Epitelial sel bergerak dari dalam ke tepi luka
selama lebih kurang 48 jam.
b. Reconstruksion / Tahap Prolifrasi
Penutupan dimulai hari ke-3 atau ke-4 dari tahap defensive dan
berlanjut selama 2 3 minggu. Fibroblast berfungsi membantu sintesis
vitamin B dan C, dan asam amino pada jaringan kollagen. Kollagen
menyiapkan struktur, kekuatan dan integritas luka. Epitelial sel
memisahkan sel-sel yang rusak.
c. Tahap Maturasi
Tahap akhir penyembuhan luka berlanjut selama 1 tahun atau lebih
hingga bekas luka merekat kuat.
C. Prinsip prinsip perawatan luka post operasi
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu:
1. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh
2.
3.
4.
5.

luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang


Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga
Respon tubuh secara sistemik pada trauma
Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka
Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama

untuk mempertahankan diri dari Mikroorganisme


6. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing
tubuh termasuk bakteri.
D. Komplikasi komplikasi dari penyembuhan luka
Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan
eviscerasi.
1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama
pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul
dalam 2 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk
adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di
sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan

Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit


membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh
benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda.
Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering
dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah
itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka
steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan
mungkin diperlukan.
3. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling
serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total.
Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah
faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk
menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi
resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4
5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika
dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan
steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk
segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.

BAB III
PEMBAHASAN
Seorang laki-laki berusia 42 tahun post operasi laparatomi hari ke-3. Luka
sepanjang 20 cm, tampak kemerahan di kulit sekitar luka, tidak ada darah, tidak
ada nanah, dan tampak sedikit rembesan cairan. Menurut tinjauan pustaka, kami
dapat mengidentifikasi bahwa kasus tersebut masuk ke dalam fase proliferatif
karena fase ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah
pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke
daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Hal ini dapat diawali
dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kirakira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah
tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah
kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Pada
keadaan pasien tidak ada darah dan nanah yang keluar dari bekas luka, hal ini
dikarenakan jumlah kolagen yang meningkat.
Sedangkan prinsip penyembuhan luka yang digunakan dalam kasus ini
seperti adanya kemampuan tubuh klien dalam mengangani trauma jaringan yang
dipengaruhi oleh keadaan umum kesehatan tiap tiap orang yang berbeda.
Kemudian respon tubuh pada luka dengan nutrisi yang tepat dan tetap dijaga, serta
pertahanan diri dari mikroorganisme juga dapat berfungsi menjaga keutuhan kulir
dan mukosa.
Komplikasi yang terjadi ketika post operasi laparatomi hari ke-3 adalah
infeksi karena gejala infeksi sering muncul dalam 2 7 hari setelah pembedahan.
Keadaan pasienpun terdapat kemerahan di kulit sekitar luka, yang merupakan
salah satu tanda tanda dari infeksi yaitu adanya purulent, peningkatan drainase,
nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan
peningkatan jumlah sel darah putih.

BAB IV

KESIMPULAN
Setelah melakukan pengkajian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
Laparatomi adalah suatu potongan pada dinding abdomen seperti caesarean
section sampai membuka selaput perut. Perawatan post laparatomi adalah bentuk
pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani
operasi pembedahan perut. Terdapat tiga fase dalam luka post operasi yakni Fase
Inflamatori, Fase Proliferatif, Fase Maturasi. Selain itu apabila terjadi kesalahan
dalam penanganan, maka akan terjadi komplikasi berupa infeksi, perdarahan,
dehiscence dan eviscerasi. Dalam penanganan luka perlu diperhatikan beberapa
prinsip yaitu menurut Taylor (1997) yaitu:
1. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh
2.
3.
4.
5.

luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang


Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga
Respon tubuh secara sistemik pada trauma
Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka
Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama

untuk mempertahankan diri dari Mikroorganisme


6. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing
tubuh termasuk bakteri.

DAFTAR PUSTAKA
http://tutorialkuliah.blogspot.com/2010/06/konsep-dasar-laparatomieksplorasi.html
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=D.%09Komplikasi+
%E2%80%93+komplikasi+dari+penyembuhan+luka+Komplikasi+penyembu
han+luka+meliputi+infeksi%2C+perdarahan
%2C+dehiscence+dan+eviscerasi.

+1.%09Infeksi&source=web&cd=1&ved=0CBkQFjAA&url=http%3A%2F
%2Fimages.mailmkes.multiply.multiplycontent.com%2Fattachment
%2F0%2FR-Dd%40AoKCEMAADk5LMI1%2FMerawat%2520luka.pdf
%3Fnmid%3D88915450&ei=mO3SToOXIWuiQfF68y7Dg&usg=AFQjCNGS-d-Lt1QwduPfutvg5RcOpV5oLg
http://www.scribd.com/doc/57421478/Askep-Post-my-e-c-Trauma-Abdomen
http://ifafan.wordpress.com/2010/05/28/laparatomi/
http://semangateli.blogspot.com/2010/05/post-op-laparatomy.html

Anda mungkin juga menyukai