PENDAHULUAN
Ganglia basalia adalah bagian sistem motorik.(1) Nuklei utama ganglia basalis adalah nukleus
kaudatus, putamen dan globus palidus yang semuanya terletak di substansia alba
subkortikalis telensefali.(1,2) Nuklei tersebut berhubungan satu dengan lainnya, dan dengan
korteks motorik, dalam sirkuit regulasi yang kompleks. Nuklei tersebut memberikan efek
inhibitorik dan eksitatorik pada korteks motorik. Struktur ini memiliki peran penting pada
inisiasi dan modulasi pergerakan serta pada kontrol tonus otot. Lesi pada ganglia basalia dan
pada nuklei lain yang memiliki fungsi yang berkaitan, seperti substansia nigra dan nukleus
subtalamikus, dapat menimbulkan impuls yang berkaitan dengan pergerakan yang kurang
atau berlebih, dan atau perubahan patologis tonus otot. Gangguan ganglia basalia tersering
adalah penyakit Parkinson, yang ditandai dengan trias klinis berupa rigiditas, akinesia dan
tremor.(1,3)
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif,
merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia Alzheimer.(4,5) Penyakit ini memiliki
dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun keluarga.
Parkinson pertama kali ditemukan oleh seorang dokter Inggris yang bernama James
Parkinson pada tahun 1887. Penyakit ini menyerang dua persen orang yang berusia 65 tahun
ke atas dan 4-5 persen orang berusia 85 tahun ke atas. (4)
Gejala parkinson dipicu karena terjadinya kerusakan atau penurunan produktivitas
bagian sel saraf di Substantia Nigra dalam memproduksi dan mensuplai dopamine. (5)
Dopamine merupakan zat kimia otak yang berperan mengirim sinyal di antara sel-sel saraf
otak. Selain bertugas memproduksi dopamine, Substantia Nigra juga berfungsi membantu
menghaluskan gerakan dan mengatur gerakan sikap tubuh. Pasien yang menderita Parkinson,
sel-sel saraf pada Substantia nigra mengalami kerusakan sehingga mengakibatkan produksi
dopamine berkurang. Penurunan produksi Dopamine hingga 80% ini mengakibatkan
terjadinya gangguan gerakan tubuh sehingga muncul gangguan khas Parkinson seperti otot
yang bergetar (tremor), kekakuan otot (rigid), perubahan postur, gangguan berjalan, kesulitan
atau melambatnya gerak, serta masalah keseimbangan. (4)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komponen Ganglia Basalia
Ganglia basalia meliputi semua nukleus yang berkaitan secara fungsional di dalam substansia
alba telensefali dan secara embriologis berasal dari eminensia ganglionika (pars anterior
vesikulae telensefali). Nuklei utama ganglia basali adalah nukleus kaudatus, putamen dan
sebagian globus palidus. Nuklei lain yang dianggap sebagai bagian ganglia basalia
berdasarkan latar belakang embriologis adalah klaustrum dan amigdala namun hubungan
fungsional langsung dengan bagian ganglia basalia lainnya tidak diketahui secara pasti. (1)
2.1.1
2.1.2
Putamen (1)
Putamen terletak di lateral globus palidus (pallidum) yang menyelubunginya
seperti tempurung dan membentang melebihi globus palidus baik di bagian
rostral maupun kaudal. Putamen dan globus palidus dipisahkan oleh lapisan
tipis substansia alba yang disebut lamina medularis medialis.
Nukleus kaudatus dan putamen dihubungkan oleh jembatan kecil substansia grisea
dalam jumlah banyak yang terlihat seperti garis-garis pada potongan anatomis. Akibatnya
kedua nuklei ini secara bersama-sama dinamakan sebagai korpus striatum (striated body).
Garis-garis ini timbul pada masa perkembangan ketika serabut kapsula interna berkembang
melalui ganglion basale yang asalnya sama.
2.1.3
lainnya struktur ini disebut juga paleostriatum. Putamen dan globus palidus
secara bersama-sama disebut nukleus lentiformis atau nukleus lentikularis
yang berarti nukleus berbentuk lensa.
2.1.4
Jaras eferen(1)
Jaras eferen korpus striatum.
Proyeksi eferen utama korpus striatum berjalan ke segmen interna dan
eksterna globus palidus. Serabut eferen lain berjalan ke pars kompakta dan
pars retikulata substansia nigra. Sel-sel tempat asal serabut eferen striatal
merupakan neuron yang bersifat Gamma-Aminobutyric acid (GABA)ergik
yang merupakan jenis terbanyak di striatum.
Jaras eferen globus palidus.
Sekumpulan besar serabut eferen berjalan ke thalamus yang kemudian
berproyeksi ke korteks serebri melengkapi lengkungan umpan balik.
Jaras langsung
Jaras langsung bersifat GABAergik dan berjalan dari striatum ke globus
palidus medialis. Substabsia P digunakan sebagai ko-transmiter. Dari palidum
jaras tersebut berlanjut ke proyeksi neuron glutamatergik thalamus yang
melengkapi lengkung ke korteks serebri.
2.3.2
Gambar 2.4.1 Jaras langsung dan tidak langsung pada ganglia basalia
a. Situasi normal b. Situasi pada penyakit Parkinson (tidak diobati) c. Situasi pada
penyakit Parkinson selama pengobatan dengan stimulasi subtalamikus
Ganglia basalis juga menggunakan umpan balik proprioseptif dari perifer untuk
membandingkan pola atau program gerakan yang ditimbulkan oleh korteks motorik dengan
gerakan yang diinisiasi sehingga gerakan mengalami penghalusan oleh mekanisme servokontrol berkelanjutan.
Lesi pada ganglia basalia dapat menimbulkan gangguan gerakan kompleks dan
berbagai jenis gangguan kognitif tergantung pada lokasi dan luasnya. Gangguan klinis yang
melibatkan ganglia basalia dapat terlihat sebagai defisiensi pergerakan atau hipokinesia atau
gerakan berlebihan atau hiperkinesia, korea, atetosis, balismus. Abnormalitas tonus otot
umumnya menyertai abnormalitas tetapi dapat pula menjadi manifestasi tunggal atau
dominan pada disfungsi ganglia basalia (distonia)
2.5 Parkinsons Disease
2.5.1 Etiologi dan faktor resiko(6,7)
1. Faktor genetik
Ditemukan 3 gen yang menjadi penyebab gangguan degradasi protein dan
mengakibatkan protein menjadi toksik dan tidak dapat didegradasi di
ubiquitia proteasomal pathway. Kegagalan degradasi ini menyebabkan
peningkatan apoptosis di sel-sel Substansia Nigra pars compacta (SNc)
sehingga meningkatkan kematian sel-sel neuron
neuron
dopaminergik
otak,
sehingga
kafein
dapat
depresi,
dan
meningkatkan
kualitas
hidup
secara
Patogenesis
Patogenesis Parkinsons disease disebabkan multifaktorial yang dipengaruhi
oleh faktor lingkungan yang mempengaruhi individu seiring dengan
pertambahan umur.(8) Pada penyakit Parkinson yang tidak diketahui
penyebabnya (Parkinson Idiopatik), proyeksi nigrostriatal dopaminergik
berdegenerasi sehingga mengakibatkan aktivitas GABAergik neuron striatal
diperkuat, sehingga terdapat kelebihan aktivitas di lengkung ganglia basalia
tidak langsung. Pada saat bersamaan, nukleus subtalamikus juga menunjukkan
Manifestasi klinis
Sindrom klinik dari Parkinsons disease dihasilkan dari degenerasi idiopatik
sel dopaminergik di pars kompakta Substansia Nigra sementara penyebab
degenerasi
tidak
diketahui,
yang
diperkirakan
stres
oksidatif
turut
8
Diagnosa
Kriteria diagnosis klinik penyakit Parkinson yaitu(6)
Didapatkan 2 dari 3 tanda kardinal gangguan motorik: tremor, rigiditas,
bradikinesia atau;
3 dari 4 tanda motorik: tremor, rigiditas, bradikinesia, ketidakstabilan
postural.
jarang berkedip.
Tabel 2.5.4 Stadium Klinik Penyakit Parkinson
Diagnosa juga dapat ditegakkan dimana pasien responnya membaik dengan
pemberian Levodopa.(8)
2.5.5
2.5.6
Penatalaksanaan
Obat pilihan utama untuk parkinson sampai saat ini adalah levodopa meskipun
penggunaannya sudah mulai dikurangi akibat banyaknya efek samping yang
ditemukan.Obat-obat yang tersedia tidak untuk mengobati penyakit parkinson
namun dapat untuk mengurangi gejala dan memperpanjang waktu bagi
penderita untuk bebas dari gejala. Menyusul ditemukan kinom manusia,
protein kinase telah menjadi prioritas terpenting kedua pada upaya
penyembuhan oleh karena dapat dimodulasi oleh molekul ligan kecil. Peran
kinase pada lintasan molekular neuron terus dipelajari, namun beberapa
lintasan utama telah ditemukan. Sebuah protein kinase CK 1 dan CK 2
diketahui memiliki peran yang selama ini belum diketahui pada patologi
molekular penyakit neurodegeneratif seperti parkinson, alzheimer dan
sklerosis lateral amiotrofik. Pengobatan pada penyakit parkinson dapat
digunakan berbagai macam obat seperti :
1) Dopaminergik yang bekerja sebagai prekursor dopamin seperti levodopa
(+karbidopa atau benzerazide), pelepasan dopamin (amantadin), agonis
dopamin derivat ergot (bromokriptin, pergolid, kabergolin) dan, agonis
dopamin derivat non ergot (ropinirol, pirampexol)
10
seperti seleglin
3) Inhibitor Katekol-O-Metiltransferase (COMT) bekerja menghambat
metabolisme L-Dopa melalui jalur COMT dan mencegah konversi perifer
levodopa inaktif (perifer) menjadi 3-O-metildopa seperti entakapon
4) Antagonis Muskarinik bekerja menekan efek eksitasi dari neurotransmitter
kolinergik (asetilkolin) misalnya benzatropin, prosiklidin, orfenadrin. Obat
ini berguna dalam mngendalikan tremor yang merupakan salah satu gejala
parkinson.
Berbagai macam obat dapat digunakan dalam terapi parkinson namun tidak
ada yang menyembuhkan atau menghambat perkembangan penyakit hanya
membuat penderita lebih mudah melakukan gerakan dan memperpanjang
harapan hidup penderita.
Terapi dasar menggunakan kombinasi levodopa dan karbidopa. Penambahan
karbidopa dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas levodopa dan
mengurangi efek samping yang tidak diinginkan diluar otak. Mengkonsumsi
levodopa bertahun-tahun bisa menimbulkan munculnya gerakan lidah dan
bibir yang tidak dikehendaki, wajah menyeringai, kepala mengangguk-angguk
dan lengan serta tungkai berputar-putar.
Sel-sel saraf penghasil dopamin dari jaringan janin manusia yang
dicangkokkan kedalam otak penderita parkinson bisa memperbaiki kelainan
kimia tetapi belum cukup data mengenai tindakan ini.
Untuk dapat terus mempertahankan mobilitas penderita dianjurkan untuk terus
melakukan kegiatan sehari-hari sebanyak mungkin dan mengikuti program
latihan secara rutin. Terapi fisik dan pemakaian alat bantu mekanik misalnya
kursi roda dapat membantu penderita tetap mandiri.
Makanan kaya serat dapat membantu mengatasi sembelit akibat kurangnya
aktivitas, dehidrasi dan beberapa obat. Makanan tambahan dan pelunak tinja
bisa membantu memperlancar buang air besar. Pemberian makanan harus
betul-betul diperhatikan karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita
mengalami kesulitan menelan sehingga bisa mengalami kekurangan gizi atau
malnutrisi.
BAB III
KESIMPULAN
11
12