Anda di halaman 1dari 11

Keseimbangan Air dan Elektrolit

V. Sutarmo Setiadji
Pendahuluan
Apa yang kita makan dan minum merupakan sumber asupan zat-zat yang diperlukan
tubuh sehari-hari. Kecuali air yang kita minum sekitar 2 liter sehari, dan makanan yang kita
santap 3 kali sehari yang berupa karbohidrat, protein dan lemak, juga berisi ion-ion atau
electolit serta zat-zat lain yang tidak serta-merta terdapat di dalam tubuh. Elektrolit itu di
antaranya ion Na+, K+, Cl-, HCO3-, HPO42-, dll. Zat-zat yang masuk melalui minuman atau
makanan itu sering berlebih atau tidak selalu dapat atau langsung digunakan oleh tubuh.
Maka untuk menjaga keseimbangan air dan zat-zat makanan di dalam tubuh, Jalan keluar
dari tubuh atau alat ekskresi yang dapat digunakan di antaranyakelebihan zat atau zat yang
tidak diperlukan harus dikeluarkan (diekskresi) dari dalam tubuh. Sehingga dengan demikian
keseimbangan cairan dan zat-zat makanan di dalam tubuh selalu terjaga.
Jalan keluar dari tubuh atau alat ekskresi yang dapat digunakan di antaranya ialah
kelenjar keringat untuk air dan ion Na+, melalui feses unuk zat-zat yang tidak tercerna serta
beberapa zat lain, pernapasan untuk air dan CO2, dan ginjal sebagai alat ekskresi utama.
Satuan untuk mengukur konsentrasi suatu zat
Sehubungan dengan efek berbagai zat yang secara fisiologi penting, serta interaksi
antar zat-zat tersebut, maka jumlah molekul, muatan listrik, dan partikel suatu zat dalam satu
satuan volume cairan tubuh tertentu lebih mempunyai makna dari pada sekedar berat zat
tersebut dalam satu satuan volume. Maka konsentrasi zat-zat tersebut lebih sering
diekspresikan dalam mol (moles), ekivalen (equivalents), dan osmol (osmoles).
Mol
Satu mol (moles) merupakan berat gram-molekul suatu zat, yaitu berat molekul suatu
zat dalam gram. Setiap satu mol suatu zat terdiri dari sekitar 6,02 X 10 13 molekul (bilangan
Avogadro)..Milimol = 10-3 (mol satu per seribu mol). Mikromol (mol) = 10-6 mol. Misalnya
NaCl berat molekulnya = 23+35,5 = 58,5 g. Maka 1 mmol NaCl = 58,5 mg. Mol merupakan
satuan baku (standard) untuk menyatakan jumlah suatu zat dalam sistem satuan
internasional (SI).
Berat molekul suatu zat merupakan perbandingan (rasio) antara massa satu molekul
zat dengan

/12 massa atom karbon-12 (12C). Maka

berat molekul tidak mempunyai

satuan/dimensi. Dalton (Da) merupakan satuan massa yang besarnya sama dengan 1/12
massa atom karbon C-12, dan 1000 Da = 1 kDa. Kilodalton yang sering disingkat K sering
digunakan untuk menyatakan massa molekul suatu protein. Misalnya suatu protein bermassa
64-K atau 64.000 Da, tetapi kita tidak dapat menyatakan berat molekul protein itu 64 kDa,
karena berat molekul tidak bersatuan.

Ekuivalen (equivalent)
Konsep ekuivalen listrik penting dalam fisiologi karena banyak zat terlarut di dalam
tubuh berbentuk partikel yang bermuatan. Satu ekuivalen (eq) yaitu 1 mol zat yang ter-ion
dibagi dengan valensinya. Misalnya 1 mol NaCl dalam larutan terurai menjadi 1 eq ion Na +
dan 1 eq ion Cl-. Jadi 1 eq ion Na+ = 23 g karena ion Na+ bervalensi 1. Sedang 1 eq ion Ca2+.=
40 g/2 = 20 g, karena ion Ca2+ bervalensi 2. Satu milliequivalent (meq) = 1/1000 eq.
Ekuivalen listrik tidak harus sama dengan ekuivalen kimia. Satu gram eq suatu zat
merupakan berat zat tersebut yang secara kimia ekuivalen dengan 8,000 (= 8 ) gram oksigen.
Normalitas (N) larutan suatu zat yaitu jumlah gram ekuivalent zat tersebut di dalam 1 liter air.
Jadi 1 N larutan HCl berisi 1 + 35,5 g/L = 36,5 g/L.
Osmol
Kalau mol menyatakan konsentrasi zat dalam jumlah molekul, maka osmol
menyatakan konsentrasii zat dalam jumlah partikel. Untuk zat yang dalam larutan tidak
berdisosiasi, misalnya glukose, protein, maka jumlah molekul dan jumlah partikel zat tersebut
dalam larutan sama. Tetapi untuk zat yang dalam larutan berdisosiasi, misalnya NaCl yang
dalam larutan berdisosiasi menjadi ion Na+ dan ion Cl-, maka dengan sendirinya jumlah
molekul akan berbeda dengan jumlah partikelnya.
Yang berperan penting dalam menimbulkan tekanan osmosis di dalam cairan bukan
jumlah molekul, tetapi jumlah partikel. Maka dalam cairan tubuh lebih sering digunalkan
osmolaritas dari pada molaritas.
pH
Menjaga kestabilan kadar ion H+ di dalam cairan tubuh merupakan hal yang sangat
penting bagi kehudupan. pH suatu larutan merupakan logaritma berbasis 10 resiprokal
(kebalikan) konsentrasi ion H+ [H+] atau logaritma negatif [H+]. Dalam air murni, [H+] dan [OH-]
sama, yaitu 10-7. Maka pH air murni pada 25 0C yaitu 7,0. Bila pH air berkurang satu (6,0)
berarti [H+] bertambah 10 X lipat. Sebaliknya bila pH lebih dari 7, misalnya pH 8, maka berarti
[H+] menjadi 10 X lebih rendah.
Dapar (buffer)
Dapar (buffer) yaitu asam lemah dan garamnya.
pH cairan intrasel dan ekstrasel dipertahankan dalam batas-batas yang sangat
sempit. Misalnya pH cairan ekstrasel dipertahankan pada 7,40. Pada keadaan sehat, pH itu
hanya bervariasi kurang dari 0,05. pH cairan tubuh ini disatabilkan oleh sistem dapar (buffer)
di dalam tubuh. Dapar yaitu suatu zat yang dalam larutan dapat menangkap atau melepaskan
ion H+, sehingga dengan demikian dengan adanya zat dapar itu pH cairan tidak akan
berubah, kecuali bila penambahan asam atau basa relatif banyak.
Salah satu dapar di dalam tubuh yaitu asam karbonat (H 2CO3), yang merupakan
asam lemah. Di dalam air, H2CO3 akan terurai sesuai persamaan berikut:

H+ + HCO3-

H2CO3

Bila ion H+ ditambahkan ke larutan tersebut, ion H + akan bereaksi dengan HCO 3- membentuk
H2CO3 (reaksi bergeser ke kiri). Sebaliknya bila OH - ditambahkan, OH- akan bereaksi dengan
H+ membentuk air (reaksi bergeser ke kanan). Dalam hal ini memang ada H 2CO3 yang terurai,
namun demikian penambahan ion H+ sangat minim. Dapar lain yaitu protein plasma dan
protein yang terdapat di dalam sel.
Difusi
Kata difus mempunyai arti terserak secara merata. Difusi merupakan proses
tersebarnya partikel zat atau gas di dalam larutan oleh tenaga yang dimiliki oleh partikel itu
sendiri. Karena besar tenaga itu bergantung dan berbanding lurus dengan suhu partikel itu,
maka tenaga yang dimiliki oleh partikel itu sering disebut tenaga termik. Makin tinggi suhu
partikel, makin kuat tenaga yang dimiliki. Makin rendah suhu partikel, makin lemah tenaga itu.
Dan tenaga gerak itu akan mencapai harga nol bila suhu partikel mencapai 0 0 absolut atau 00
Kelvin.(K) yang sama dengan -2730C.
Semua partikel (molekul atau atom) di dalam larutan bergerak sehingga mereka
saling bertabrakan. Brown pernah mengikuti gerak salah satu partikel itu yang ternyata
geraknya selalu berubah-ubah arah karena bertabrakan dengan partikel lain. Gerak itu
dikenal sebagai gerak Brown.
Dalam larutan semua partikel bergerak, baik dari tempat yang berkonsentrasi rendah
maupun dari yang berkonsentrasi tinggi. Namun demikian, hasil akhir proses difusi itu yaitu
kondisi difus, yaitu kondisi dengan konsentrasi partikel yang sama di seluruh pelosok larutan.
Maka yang paling menonjol dari proses difusi itu yaitu gerak partikel dari tempat yang
berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Maka orang sering
mendefinisikan proses difusi sebagai proses bergeraknya partikel dari tempat yang
berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Apalagi kalau antara kedua
tempat itu dibatasi oleh suatu membran. Antara kedua tempat itu dikatakan ada gradien
konsentrasi (concentration gradient = perbedaan konsentrasi) atau gradien kimia (chemical
gradient). Kecenderungan partikel zat berdifusi dari satu tempat ke tempat lain yang berbeda
konsentrasi itu oleh Fick bahkan dibuat rumusnya. Rumus Fick itu yaitu:
J = - DA c/x
J = kecepatan difusi
D = koefisien difusi
A = area atau luas tempat terjadinya difusi
c

/x = perbedaan konsentrasi

Tanda minus (-) menunjukkan arah difusi


Jadi bila antara kedua tempat perbedaannya negatif, dikalikan DA, maka hasilnya positif.
Permeabilitas membran di dalam tubuh sangat bervariasi. Namun demikian proses difusi
tetap merupakan faktor penentu yang kuat dalam distribusi air dan zat-zat terlarut. Transport

atau perpindahan zat melalui proses difusi ini tergolong trransport pasif, tidak memerlukan
tenaga metabolik.
Osmosis
Bila dua tempat yang volumenya sama dan yang dipisahkan oleh membran
semipermeabel, yang satu dituangi air murni dan yang lain dituangi larutan gula dengan
volume yang sama. Mula-mula air dan larutan gula tingginya sama. Tapi lama-lama, karena
molekul air berdifusi, larutan gula menjadi lwbih tinggi.
Difusi air melalui membran semipermeabel disebut osmosis. Bila kedua tempat itu
sama-sama berisi air murni, difusi itu tidak terdeteksi. Tapi bila yang satu diisi air murni dan
yang lain diisi larutan yang mngandung molekul yang tidak dapat menembus pori-pori
membran, seperti halnya molekul gula, maka proses difusi itu akan memperlihatkan hasil
berupa perbedaan tinggi itu.
Molekul gula yang tidak dapat menembus pori, ada yang pada posisi dekat dengan
pori sehingga sering menghalangi molekul air yang berdifusi dari larutan gula ke arah air
murni. Sedang molekul air yang berdifusi dari tempat air murni dapat lebih leluasa menembus
pori. Dengan demikian molekul gula yang dekat dengan pori mempunyuai sifat ventil (seperti
katup), menghalangi jalan molekul air dari satu arah. Maka hasilnya lebih banyak molekul air
yang berdifusi dari tempat air murni ke arah larutan gula. Maka lama-lama ketinggian di
larutan gula bertambah. Pertambahan itu akan berhenti setelah proses difusi antar kedua
ruang itu seimbang.
Proses perpindahan air ke tempat
yang bermolekul besar itu disebut osmosis.
Selisih tinggi yang terjadi setelah seimbang
disebut tekanan osmosis..Dalam hal ini sering
pula dinyatakan bahwa air berosmosis dari
tempat yang zat terlarutnya berkonsentrasi
rendah

ke

tempat

yang

zat

terlarutnya

berkonsentrasi tinggi.
Tekanan osmosis suatu larutan, seperti halnya tekanan uap air, menurunkan titik
Molekul gula
Molekul air
bersifat
ventil
beku dan
juga meningkatkan titik didih, yang bergantung terutama kepada jumlah dan bukan
pada jenis partikel. Hal tersebut karena sifat koligatif (hubungan antar partikel) suatu larutan.
Pada larutan yang ideal, tekanan osmosis (P) berkaitan dengan suhu dan volume sama
seperti tekanan gas:
P = nRT/V
n = jumlah partikel
R = konstan gas
T = suhu absolute (Kelvin)
V = volume

Bila T konstan (tetap), maka berarti P (tekanan osmosis) berbanding langsung dengan jumlah
partikel dalam larutan setiap satuan volume larutan. Dengan alasan ini, maka konsentrasi
suatu zat yang aktif menimbulkan tekanan osmosis dinyatakan dalam osmol. Satu osmol
(osm) sama dengan berat gram molekul suatu zat dibagi jumlah partikel yang bergerak bebas
yang dibebaskan dalam larutan. Satu miliosmol sama dengan 1/1000 osmol.
Pada zat terlarut yang senyawanya tidak ter-ion, misalnya glukose, maka tekanan
osmosisnya merupakan fungsi jumlah molekulnya. Bila zat terlarut terion (ter-ionisasi) dan
membentuk larutan ideal, masing-masing ion aktif menimbulkan tekanan osmosis. Maka
dalam larutan lebih baik digunakan istilah osmolaritas, bukan molaritas Molaritas
menunjukkan jumlah molekul, sedang osmolaritas menunjukkan jumlah partikel yang aktif
menimbulkan tekanan osmosis. Misalnya NaCl dalam larutan berdisosiasi menjadi ion Na +
dan ion Cl-. Dengan demikian setiap mol NaCl dalam larutan membentuk 2 osm. Dan 1 mol
Na2SO4 dalam larutan berdisosiasi menjadi 2 ion Na+ dan 1 ion SO4=, dan menghasilkan 3
osm. Jadi tekanan osmosis lebih ditentukan oleh banyaknya partikel, bukan ditentukan oleh
jumlah molekul..
Cairan tubuh bukan larutan yang ideal. Meskipun di dalamnya elektrolit kuat
berdisosiasi sempurna, tetapi efek osmosis partikel bebasnya berkurang karena interaksi
antar ion. Dengan demikian konsentrasi efektifnya yang menentukan efek osmosisnya,
bukannya jumlah ekuivalen elektrolit dalam larutan. Dengan demikian 1 mmol NaCl per liter di
dalam cairan tubuh akan menyumbang kurang dari 2 mosm partikel yang aktif memberi
tekanan osmosis setiap liternya. Makin pekat suatu larutan, makin besar penyimpangan
(deviasi) yang terjadi dari larutan ideal.
Konsentrasi osmolal suatu zat dalam cairan diukur dengan derajat depresinya pada
titik beku. Satu osmol zat dalam larutan ideal akan mendepresi titik beku sebesar 1,86 0C.
Jumlah miliosmol per liter dalam larutan sama dengan depresi titik beku dibagi 0,00186.
Osmolaritas yaitu jumlah osmol per liter larutan (misalnya plasma). Osmolalitas yaitu jumlah
osmol per kilogram pelarut. Dengan demikian osmolaritas dipengaruhi volume berbagai zat
terlarut dalam larutan dan suhu, sedang osmolalitas tidak. Zat yang aktif menimbulkan
tekanan osmosis di dalam tubuh terlarut dalam air, dan densitas air sama dengan 1, dengan
demikian konsentrasi osmolal dapat dinyatakan dalam osmol per liter (osm/L) air. Maka di
dalam tubuh umumnya konsentrasi osmolal lebih digunakan dari pada konsentrasi osmolar,
dan osmolalitas dinyatakan dalam miliosmol per liter air (mosmol/L) karena 1 kg air
volumenya 1 liter. Hal ini untuk mempermudah perhitungan karena orang biasanya yang
diukur beratnya dalam kilogram.
Konsentrasi osmolal plasma: Tonisitas.
Titik beku plasma normal manusia rata-rata -0,54 0C yang sesuai dengan konsentrasi
osmolal 290 mosm/L. Nilai ini bersesuaian dengan tekanan osmosis sebesar 7,3 atm
terhadap air murni. Osmolalitas plasma mungkin diharapkan lebih tinggi dari itu karena
jumlah ekuivalen semua kation dan anion di dalam plasma lebih dari 300 mosm/L. Namun

plasma bukan larutan ideal dan interaksi antar ion di dalamnya mengurangi jumlah partikel
bebas yang menggulirkan efek osmosisnya. Semua kompartemen cairan tubuh umumnya
dalam keseimbangan osmosis.
Istilah tonisitas digunakan untuk memerikan (to describe) osmolalitas suatu cairan
relatif terhadap plasma. Cairan yang osmolalitasnya sama dengan plasma disebut isotonik,
yang lebih tinggi dari plasma disebut hipertonik, sedang yang osmolalitasnya lebih rendah
dari plasma disebut hipotonik. Cairan yang pada awalnya isosmotik dengan plasma akan
tetap isotonik, kecuali kalau beberapa komponennya berdfusi ke sel atau dimetabolime.
Misalnya larutan NaCl 0,89 g% akan tetap isotonik karena komponennya tidak berdifusi ke
sel dan juga tidak dimetabolisme. Sedang larutan glukose 5% mula-mula isotonik, tetapi
karena glukose dimetabolisme akhirnya menjadi hipotonik.
Ada juga yang menyatakan tonisitas dikaitkan dengan tekanan osmosis sel. Kalau sel
membengkak di tempatkan dalam larutan itu, maka dinyatakan tekanan itu hipotonik terhadap
sel. Bila dalam larutan itu sel mengerut, larutan itu dinyatakan hipertonik. Bila sel tidak
mengalami perubahan volume, larutan dinyatakan isotonik.
Dari sekitar 290 mosm/L osmolalitas plasma, hampir semuanya, kecuali sekitar 20%,
disumbangkan oleh ion Na+ dan juga anion yang mengikutinya, terutama Cl - dan HCO3-.
Sedang kation dan anion lain kecil sumbangannya. Protein plasma meskipun besar
konsentrasinya bila dinyatakan dalam gram per liter, tetapi sumbangannya hanya sekitar 2
mosm/L karena besarnya berat molekulnya. Komponen plasma lain yang nonelektrolit yaitu
glukose dan urea. Tetapi kontribusinya terhadap osmolalitas pada keadaan normal masingmasing hanya 5 mosm/L. Tetapi bila pada keadaan hiperglikemia atau uremia dapat menjadi
besar sekali.
Osmolalitas total plasma penting untuk mengukur berat ringannya dehidrasi atau
hiperhidrasi

dan

beberapa

kelainan

cairan

dan

elektrolit.

Hiperosmolalitas

dapat

menyebabkan koma. Karena peranan yang dominan zat terlarut utama serta deviasi plasma
dari larutan ideal, osmolalitas plasma dapat diukur dengan kesalahan yang relatif rendah
dengan menggunakan rumus berikut:
Osmolalitas = 2 [Na+] + 0,055 [glukose] + 0,36 [BUN]
(mosm/L)
(mEq/L)(mg/dl)
(mg/dl)
BUN yaitu blood urea nitrogen. Rumus ini juga berguna untuk memberi perhation akan
adanya zat terlarut lain dengan konsentrasi yang sangat tinggi. Osmolalitas yang teramati
(diukur dengan depresi titik beku) yang jauh melampaui nilai yang dipredeksi dengan rumus
ini mungkin menunjukkan adanya zat asing seperti misalnya etanol, manitol (yang kadangkadang diinjeksikan untuk menimbulkan penyusutan sel yang membengkak), atau racun
seperti misalnya etilenglikol dan metanol (zat anti pembekuan).
Khusus tekanan osmosis plasma yang disebabkan oleh protein plasma terhadap cairan
antarsel pada daerah kapiler disebut tekanan onkotik.
Pengaturan volume sel

Tidak seperti sel tumbuh-tumbuhan yang dindingnya kaku, membran sel hewan dan
juga manusia bersifat lentur (fleksibel). Dengan demikian sel hewan mudah mengalami
pembengkakan bila cairan ekstrasel menjadi hipotonik dan mengalami penyusutan bila cairan
ekstrasel hipertonik. Untungnya bila sel membengkak akan mengaktifkan kanal-kanal ion di
membran sel sehingga meningkatkan efluks (keluarnya) ion K+, Cl-, dan zat organik kecil
yang terlarut yang semuanya itu disebut osmolit organik. Air akan mengikuti partikel yang
aktif menimbulkan osmosis keluar dari sel sehingga volume sel kembali normal.
Donnan equilibrium
Bila salah satu ion di salah satu sisi membran tidak dapat berdifusi melalui membran,
distribusi ion-ion lain yang dapat berdifusi melalui membran dipengaruhi oleh melkanisme
yang dapat diramalkan. Misalnya, muatan negatif ion yang tidak dapat berdifusi menghambat
kation berdifusi ke arah sisi lain ion negatif yang tidak dapat berdifusi dan mempermudah
difusi anion dari sisi lain.

m
+

Na
Prot-

m
Na
Cl-

Na
Na+
ClClProt
Kondisi seimbang

Kondisi awal

Gambar sebelah kini menunjukkan kondisi awal, larutan Na-proteinat dipisahkan membran
semipermeabel dengan larutan NaCl. Karena protein tidak dapat menembus membran,
sedang ion Na+ dan ion Cl- dapat menembus membran dengan mudah, maka lama-lama
akan terjadi kondisi seimbang seperti pada gambar kanan. Pada kondisi seimbang itu berlaku
persamaan berikut:
[Naki+][Clki-] = [Naka+][Clka-]
ki = kiri; ka = kanan
Di dalam tubuh, keseimbangan Donnan ini mempunyai beberapa implikasi dalam hal
distribusi ion. Pertama, di dalam sel banyak ion prot - yang mempunyai efek osmosis aktif. Hal
ini membuat ion K+ yang banyak terdapat di dalam sel cenderung terdorong keluar sel dan
Na+ cenderung masuk. Juga sel cenderung membengkak. Untunglah ada pompa Na +-K+
(Na+-K+ ATPase) yang mengembalikan ion-ion Na + dan K+ ke posisinya. Kedua, distribusi ion
yang relatif dapat menembus membran di dalam dan di luar sel tidak sama, sehingga ada
perbedaan muatan antara intrasel dan ekstrasel. Potensial keseimbangan untuk masingmasing sel itu dapat dihitung dengan rumus Nernst. Ketiga, keseimbangan Donnan juga
berlaku pada pergerakan ion antara ruang pembuluh darah dan ruang antarsel di kapiler.
Persamaan Nernst
Di dalam sel lebih negatif dibandingkan dengan di luar sel. Karena bermuatan negatif,
ion Cl- cenderung untuk di dorong keluar dari dalam sel.mengikuti perbedaan muatan listrik.
Tetapi keseimbangan akan dicapai. Potensial membran pada keseimbangan ini disebut

potensial keseimbangan (equilibrium potential). Besar potensial keseimbangan itu dapat


dihitung dengan persamaan Nernst:
ECl = RT ln [Clo ]
FZCl
[Cli]

ECl = Potensial keseimbangan Cl-

R = konstan gas

F = angka faraday (jumlah coulomb per mol muatan)


[Clo-] = konsentrasi Cl- di luar sel

T = suhu absolut

ZCl = valensi Cl (1)

[Cli-] = konsentrasi Cl- di dalam sel

Kalau diubah dari ln (natural log) ke log berbasis 10 dan mengganti beberapa konstan ke
angka sebenarnya, maka persamaan dapat diubah menjadi:

ECl = 61.5 log

[Cli-]
pada 37 0C
[Clo-]

Kalau angka-angka konsentrasi ion Cl- di dalam dan di luar sel kita isikan, maka akan kita
peroleh potensial keseimbangan untuk Cl - di dalam tubuh, yaitu = -70 mV (sesuai dengan
potensial membran istirahat -70 mV pada sel saraf).
Untuk potensial keseimbangan K+:

EK = 61.5 log

[Ki+]
pada 37 0C
[Ko+] +

Kalau dihitung maka potensial keseimbangan K yaitu = -90 mV

ENa = 61.5 log

[Nai+]
pada 37 0C
+
[Nao ]

Potensial keseimbangan Na+ yaitu = + 60 mV.


Konsentrasi beberapa ion di dalam dan di luar sel
Konsentrasi dalam mmol/L H2O
Ion
Di salam sel
Di luar sel
Potensial keseimbangan
Na+
15
150
+ 60
K+
150
5,5
- 90
Cl9
125
- 70
Potensial membran istirahat = - 70 mV
Karena komposisi cairan di dalam tubuh tidak hanya ion-ion itu satu-satu, maka untuk
mengukur potensial membran sel digunakan rumus Goldman- Hodgkin-Katz yang
menggabungkan seluruh ion-ion yang terlibat.
Pengaturan tonisitas, volume dan komposisi ion-ion cairan ekstrasel sebagai
lingkungan hidup sel
Pengaturan cairan ekstrasel sebagai lingkungan hidup sel (milieu interieur) sangat
vital, karena hidup sel sangat bergantung kepada kondisi yang stabil cairan ekstrasel itu
(homeostasis). Pengaturan itu meliputi pengaturan tonisitas, volume dan komposisi ion-ion,
termasuk ion H+. Pengaturan itu di antaranya melalui ginjal dan hormon antidiuresis (ADH =
vasopresin) dan melalui fungsi paru.

Pertahanan terhadap perubahan tonisitas


Tonisitas cairan antarsel dipertahankan terutama melalui fungsi sektresi vasopresin
dan mekanisme rasa haus. Osmolalitas total cairan tubuh berbanding langsung dengan
jumlah total ion Na+ dan K+ dibagi jumlah air total. Dengan demikian perubahan osmolalitas
cairan tubuh terjadi bila ada ketidakseimbangan antara jumlah elektrolit dan jumlah air yang
dikonsumsi dan diekskresi. Tubuh akan mengatur, bila tekanan osmosis plasma meningkat
maka sekresi hormon arginin vasopresin oleh hipofisis posterior meningkat dan mekanisme
retensi air oleh ginjal meningkat dan rasa haus dirangsang. Dengan demikian air akan
ditahan didalam tubuh untuk mengencerkan plasma yang hipertonik, dan masukan air juga
ditingkatkan. Sebaliknya bila plasma hipotonik, sekresi arginin vasopresin yang juga disebut
hormon antidiureesis dihambat dan kemih (urine) yang encer diekskresikan. Dengan
mekanisme demikian tonisitas cairan tubuh dipertahankan pada batas-batas yang sangat
sempit pada nilai normal. Pada keadaan sehat, osmolalitas plasma berkisar antara 280 295
mosm/kg air.
Pertahanan terhadap perubahan volume
Volume cairan ekstrasel dipertahankan terutama oleh jumlah total zat terlarut yang
aktif menimbulkan tekanan osmosis. Ion Na+ dan Cl- merupakan zat yang paling banyak dan
aktif menimbulkan tekanan osmosis dalam cairan ekstrasel. Perubahan kadar Cl - terjadi
sekunder terhadap perubahan Na +, maka Na+ paling menentukan volume cairan ekstrasel.
Maka mekanisme yang mengontrol kadar Na + merupakan mekanisme utama yang berperan
pada perubahan volume cairan ekstrasel. Namun ternyata ada mekanisme lain, yaitu melalui
hormon vasopresin. Rangsang volume lebih mendominasi mekanisme tersebut. Angiotensin
II merangsang sekresi aldosteron dan vasopresin. Hal ini juga menimbulkan rasa haus dan
konstriksi pembuluh darah yang juga mempertahankan tekanan darah. Angiotensin II
berperan utama dalam reaksi tubuh terhadap hipovolemia. Peningkatan volume cairan
ekstrasel juga merangsang ANP (atrial natriuretic peptide, A-type natriuretic peptide) dan BNP
(brain natriuretic peptide, B-type natriuretic peptide) oleh jantung, yang menyebabkan
natriuresis dan diuresis.
Aldosteron
Aldosteron merupakan salah satu hormon mineralokortikoid yang diproduksi oleh
korteks adrenal. Aldosteron dan steroid lain yang mempunyai aktivitas mineralokortikoid
meningkatkan reabsorpsi ion Na + di ginjal, kelenjar keringat, saliva, dan kolon. Dengan
demikian Na+ ditahan di cairan ekstrasel, sehingga volume cairan ekstrasel meningkat.
Di ginjal, terutama pada sel P (principal cells) di duktus koligentes, aldosteron
meningkatkan retensi Na+ melalui pertukaran dengan ion K + dan ion H+ di tubulus renalis,
sehingga menimbulkan diuresis K+ dan meningkatkan keasaman kemih.
Seperti halnya steroid yang lain (hormon yang larut dalam lemak), aldosteron akan
bereaksi dengan reseptornya yang berada di dalam sitoplasma. Kompleks hormon-reseptor

ini masuk ke dalam nukleus dan merangsang transkripsi mRNA pembentuk protein yang
mengubah fungsi sel. Protein yang pembentukannya dirangsang aldosteron ini mempunyai
dua efek. Yang pertama yaitu efek cepat yang meningkatkan aktivitas kanal ion Na+ epitel
(ENaC) dengan meningkatkan insersi kanal ion ini ke membran sel dari pool-nya di
sitoplasma. Efek kedua merupakan efek lambat yang meningkatkan sintesis ENaC.
Aldosteron juga berikatan dengan membran sel meningkatkan aktivitas membran
dalam pertukaran N+-K+. Dan ini menyebabkan meningkatnya ion N + di dalam sel. Dalam
semua efek aldosteron, umumnya memakan waktu sekitar 10 30 menit atau lebih lama lagi.
Hal ini menunjukkan bahwa kerja aldosteron memerlukan pembentukan protein baru
sehingga memerlukan waktu cukup lama. Pembentukan aldosteron dirangsang oleh
angiotensin II. Mula-mula angiotensinogen yang terdapat di peredaran darah diubah oleh
renin menjadi angiotensin I, angiotensi I diubah oleh ACE (angiotensin converting enzyme)
menjadi angiotensin II. Angiotansin II merangsang korteks adrenal untuk mensekresi
aldosteron.
Bila ada mekanisme untuk meningkatkan retensi Na +, tubuh juga mempunyai
mekanisme untuk mengekskresi ion Na+.
Pengaturan ekskresi Na+
Ion Na+ difiltrasi di glomerulus dalam jumlah yang banyak. Tetapi lebih dari 96% ion
Na+ diserap kembali oleh ginjal. Karena ion Na + merupakan ion yang paling banyak di cairan
ekstrasel dan karena garam Na+ merupakan 90% zat yang aktif menimbulkan tekanan
osmosis dalam plasma dan cairan antarsel, maka jumlah Na + di dalam tubuh merupakan
penentu utama volume cairan tubuh. Melalui berbagai mekanisme, ion Na + diatur ekskresinya
sesuai dengan yang dikonsumsi. Ion Na+ yang diekskresikan melalui kemih dapat berkisar
dari hanya 1 mEq/d pada saat konsumsi garam rendah sampai 400 mEq/d pada

saat

konsumsi Na tinggi.
Pengaturan imbangan ion K+ di dalam tubuh juga sangat penting. Perubahan kadar
K+ darah akan berpengaruh pada potensial membran istirahat sel. Bila kadar K + di plasma
dan cairan antarsel berkurang (hipokalemia), selisih potensial antara intrasel dan ekstrasel
menjadi lebih tinggi, banyak ion K+ akan meninggalkan sel dan sel menjadi lebih negatif
(hiperpolarisasi) dan menjauhi ambang letup (firing level) dan sel sukar dirangsang.
Sebaliknya bila kadar K+ plasma dan cairan antarsel meningkat, selisih potensial antara
intrasel dan ekstrasel berkurang dan ion K + tetap tinggi di dalam sel dan sel mengalami
depolarisasi. Hipokalemia berbahaya, tetapi hiperkalemia jauh lebih berbahaya. Jadi
imbangan ion K+ sangat penting pada fungsi jaringan peka rangsang (excitable tissues), yaitu
sel-sel saraf dan sel-sel otot, termasuk otot rangka, otot jantung, dan otot polos.

Air di dalam tubuh


Air merupakan molekul yang paling banyak di dalam tubuh. Di dalam buku-buku,
angka-angka baku untuk air di dapat dari orang perempuan dengan berat badan 60 kg,

sedang untuk laki-laki dengan berat badan 70 kg. Misalnya jumlah air pada perempuan
dengan umur antara 17 dan 39 tahun sekitar 50% dari berat badan, sedang untuk laki-laki
dengan umur yang sama jumlah airnya sekitar 60%. Jadi kalau seorang perempuan beratnya
60 kg, maka air yang terkandung di dalam tubuhnya yaitu 30 litar (berat jenis air 1, sehingga
air dengan berat 30 kg sama dengan air bervolume 30 liter). Dan laki-laki dengan berat 70 kg
air yang terkanduing di dalam tubuhnya 42 liter. Pengukuran volume air di dalam tubuh
umumnya menggunakan asas Fick (V1 X C1 = V2 X C2). Zat yang digunakan misalnya
aspirin, atau zat lain.
Jumlah air yang masuk ke dalam tubuh biasanya seimbang dengan jumlah air yang
keluar.
No.
1.
2.
3.

Air masuk
Minum dan makanan: 2,2 liter/hari
Hasil metabolisme : 0,3 liter/hari
Jumlah

2,5 liter/hari

Kulit dan paru


Kemih (urine)
Feses
Jumlah

Air keluar
0,9 liter/hari
1,5 liter/hari
0,1 liter/hari
2,5 liter/hari

Anda mungkin juga menyukai