PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekologi berhubungan dengan sistem kehidupan sehingga dalam
perkembangannya erat kaitannya dengan perkembangan biologi. Sejak
abad yang lalu biologi diperkenalkan melalui Natural History atau sejarah
alam (populer dengan istilah kajian alam) pada saat manusia sadar akan
pentingnya alam sekitarnya (hutan dieksploitasi dan padang dibuka
menyebabkan banyak hewan yang punah). Gerakan konservasi mulai
dibentuk pada tahun 1930-an, kajian tentang alam masuk dalam kurikulum
sekolah (meskipun hanya konsep sederhana misalnya mewarnai gambar
burung dan membuat paragraf singkat tentang alam). Pada saat itu ditulis
buku-buku tentang kehidupan di alam (The Reed Bird Guides dan The
Camstock Handbook of Natural Study). Namun, ternyata daerah urban
lebih banyak dan daerah rural terbatas, demikian halnya dengan perhatian
biologis terhadap alam menurun dan lebih fokus pada fungsi dari
organisme dari pada hubungannya dengan alam sekitar. (Nontji, 2005).
Adanya kesalahan pola pikir seperti itu, sebagian dikarenakan oleh biologi
itu sendiri. Pandangan dalam biologi tradisional selalu memulai dan
mengakhiri dengan penamaan organisme hidup (bersifat deskriptif dan
lemah dalam data kuantitatif sehingga tidak memiliki konsep dasar yang
kuat seperti pada fisika, kimia dan matematika). Misalnya, pencinta alam
amatir, pengamat burung atau insekta melakukan kegiatan tidak sampai
pada tahapan identifikasi yang mendalam (kurang memahami bagaimana
organisme hidup dan apa fungsinya di alam). Pada saat itu pula biologi
kehilangan posisinya dalam kedudukannya sebagai ilmu (Barnes, 1987).
Ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
hubungan makluk hidup dan lingkungannya. Bumi memiliki banyak sekali
jenis-jenis mahkluk hidup, mulai dari tumbuhan dan binatang yang sangat
kompleks hingga organisme yang sederhana seperti jamur, amuba dan
bakteri. Meskipun demikian semua mahkluk hidup tanpa kecuali, tidak bisa
hidup sendirian. Masing-masing tergantung pada mahkluk hidup yang lain
ataupun benda mati di sekelilinganya. Misalnya seekor kijang
membutuhkan tumbuh-tumbuhan tertentu untuk makanan, jika tumbuhan di
lingkungan sekitarnya dirusak maka kijang tersebut harus berpindah atau
sedangkan sifat lautan kebalikan dari sifat daratan, (3) Banyak sedikitnya
awan, ketebalan awan mempengaruhi panas yang diterima bumi. Makin
banyak atau makin tebal awan, semakin sedikit panas yang diterima bumi
(Anonymuos, 2011).
Faktor-faktor lingkungan mengendaliakan laju berfungsinya berbagai
proses hidup dalam suatu organisme. Setiap proses mempunyai batas atas
an batas bawah toleransi untuk masing-masing faktor lingkungan. Faktorfaktor udara, tanah dan beberapa faktor stabil yang mempengaruhi
diantaranya kemiringan, arah-hadapan, ketinggian, lintang, letak dan pH,
mempengaruhi tanaman dan hewan, yang secara tidak langsung melalui
pengaruhnya terhadap faktor tanah dan udara (Michael, 1994).
Minimal area adalah suatu metode dasar dalam menyelidiki ekologi
tumbuhan dengan memakai plot. Ukuran plot dibuat sedemikian rupa
sehingga merupakan representative untuk mengambil data-data dalam
ekologi tumbuhan. Metode ini sangat objektif bila dipergunakan untuk
daerah-daerah padang rumput karena vegetasinya homogeny. Di daerah
negara-negara maju minimal area ini mempunyai fungsi yang sangat
penting pada daerah peternakkan atau tidak karena dalam hal ini dapat
ditentukan apakah baik secara kuantitatif atau baik secara kualitatif
maupun pada suatu areal tertentu.
Bentos adalah hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada
didasr perairan, baik yang sesil merayap maupun menggali lubang
(Goldman and Horne, 1983, cit, Putra 2002). Berdasarkan ukuran
tubuhnya, hewan bentos dibedakan atas tiga kelompok, yaitu
mikrozoobentos, mesozoobentos dan makrozoobentos. Mikrozoobnetos
mempunyai ukuran tubuh yang kecil dari 0,045mm, mesozoobentos ukuran
tubuhnya berkisar antara 0,045-0,425 mm dan makrozoobentos 0,0425
mm (Cole, 1984, cit Putra, 2002) .
Plankton merupakan organisme yang hidup melayang di dalam air tawar
atau air laut. Plankton dapat dibedakan atas zooplankton dan fitoplankton
(Djuanda, 1980). Fitoplankton adalah plankton yang bersifat fotosintesis
atau disebut juga plankton dari kelompok tumbuh-tumbuhan. Zooplankton
Istilah plankton pertama kali diperkenalkan oleh Victor Hensen pada tahun
1887, yang berarti pengembara. Plankton merupakan sekelompok biota di
dalam ekosistem akuatik (baik tumbuhan maupun hewan) yang hidup
mengapung secara pasif, sehingga sangat dipengaruhi oleh arus yang
lemah sekalipun.
Menurut Hutabarat dan Evans (1985), plankton adalah suatu organisme
yang terpenting dalam ekologi laut. Kemudian dikatakan bahwa bahwa
plankton merupakan salah satu organisme yang berukuran kecil dimana
hidupnya terombang-ambing oleh arus perairan laut.
Menurut Nontji (2005), plankton adalah organisme yang hidupnya
melayang atau mengambang di dalam air. Kemampuan geraknya,
kalaupun ada, sangat terbatas hingga organisme tersebut terbawa oleh
arus namun, mempunyai peranan penting dalam ekosistem laut, karena
plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan laut lainnya.
Selain itu hampir semua hewan laut memulai kehidupannya sebagai
plankton terutama pada tahap masih berupa telur dan larva.
Klasifikasi dalam biologi membedakan plankton dalam dua kategori utama
yaitu fitoplankton yang meliputi semua hubungan renik dan zooplankton
yang meliputi hewan yang umumnya renik. Fitoplankton ada yang
berukuran besar dan kecil dan biasanya yang besar tertangkap oleh
jaringan plankton yang terdiri dari dua kelompok besar, yaitu diatom dan
dinoflagellata. Diatom mudah dibedakan dari dinoflagellata karena
bentuknya seperti kotak gelas yang unik dan tidak memiliki alat gerak.
Pada proses reproduksi tiap diatom akanmembela dirinya menjadi dua.
Satu belahan dari bagian hidup diatom akan menempati katup atas
(epiteka) dan belahan yang kedua akan menempati katup bawah
(hipoteka). Sedangkan kelompok utama kedua yaitu dinoflagellata yang
dicirikan dengan sepasang flagella yang digunakan untuk bergerak dalam
air. Beberapa dinoflagellata seperti Nocticula yang mampu menghasilkan
cahaya melalui proses bioluminesens (Nybakken, 1992).
Berdasarkan ukurannya plankton dibagi atas: (1) Ultraplankton, ukurannya
2 mikron, (2) Nanoplankton, ukurannya antara 2-20 mikron, (3)
Mikroplankton, ukurannya antara 20-200 mikron, (4) Makroplankton,
Dari hasil penelitian, hewan permukan tanah yang paling tinggi kepadatan
populasinya di Indonesia adalah Hymenoptera, yaitu family dari
Formicidae, dan diikuti oleh Coleoptera, Oniscoidea, Myriapoda dan
Arachnida. Selain pada habitat air ada juga habitat terestrial, dimana di
lapangan hewan tanah juga dapat dikumpulkan dengan cara pit fall trap,
juga tergolong pada pengumpulan hewan tanah secara dinamik. Petangkat
lbang yang digunakan sangat sederhana, berupa bejana yang ditanam.
Permukaan bejana dibuat datar dengan tanah. Agar air hujan tidak masuk
dalam perangkap maka diberi atap dan agar air mengalir tidak masuk
maka perangkap dipasang pada tanah yang datar yang sedikit ditingikan
pada sekeliling tepi perangkap 5 cm (Suin, 2004).
Hasil penaksiran kepadatan hewan tidak tergantung pada ppulsi hewan
saja, tetapi juga pada aktifitas hewan tersebut. Jangkauan pergerakannya
dan juga tergantung pada kepandaian mmasang perangkap. Walaupun
tidak semua hewan dalam komunitas, individu populasinya dapat dihitung
atau kepadatan poplasinya dapat ditaksir (Suin, 2004).
Serangga permukaan tanah merupakan salah satu kelompok yang penting
dari organisme ekosistem tanah. Perannya sangat menonjol pada proses
dekomposisi material organik ditanah, sehingga sangat menentukan siklus
material organik di tanah. Serangga sangat penting pada hutan tropis,
seperti serangga herbivora dan berfungsi sebagai peerombak serta
penyubur tanah (Michael, 1994).
Untuk memahami banyaknya serangga adalah dengan memahami sifatsifat yang mereka warisi dan lingkungan yang khusus terhadap siklus hidup
mereka. Faktor-faktor yang menentukan kelimpahan serangga adalah
ditemukan dalam suatu sistem kehidupan spesies. Mereka terdiri dari
pewarisan sifat-sifat dari individu-individu dalam spesies dan atribut-atribut
lingkungan yang efektif. Faktor-faktor ini juga mengusahakan untuk
menurunkan atau memajukan jumlah serangga (Michael, 1994).
Karbondioksida sangat mudah larut dalam air tetapi sangat sedikit
karbondioksida berada dalam larutan biasa karena jumlahnya dalam udara
Untuk pengukuran Oksigen (O2) terlarut, baik itu di sungai atau kolam,
pertama sekali sampel air diambil dengan tidak adanya gelembung udara,
kemudian ditetesi dengan MnSO4 1 ml, dihomogenkan. Lalu dimasukkan 1
ml KOHKI, dihomogenkan, ditunggu selama 10 menit hingga
terbentuk endapan.Jika telah terbentuk endapan ditetesi dengan 1 ml
H2SO4 pekat.Homogenkan hingga larut.Sampel air tersebut diambil
sebanyak 100 ml, kemudian dimasukkan kedalam Erlenmeyer. Lalu dititrasi
dengan Thiosulfat hingga warnanya kuning muda,setelah itu ditambahkan
5 tetes amilum hingga berwarna biru.Dititrasi kembali dengan Thiosulfat
hingga warna biru hilang (bening). Kemudian dicatat Thiosulfat yang
terpakai.Setelah itu di cari ppm Oksigen (O2) dengan menggunakan rumus:
Ppm O2 = ml titran x N titran x 1000 x 8
ml sampel (vol.botol 2)
Vol.botol
Untuk mengukur CO2 bebas yaitu, sampel air diambil kemudian
dimasukkan sebanyak 100 ml kedalam Erlenmeyer, kemudian ditetesi
dengan pp sebanyak 10 tetes (Jika berwarna pink(C02 banyak)pengukuran
dihentikan),jika berwarna bening dititrasi dengan larutan NaOH hingga
berwarna pink muda.NaOH yang terpakai dicatat kemudian dihitung ppm
CO2dengan rumus:
Ppm CO2 = ml titran x N titran x 440000
ml sampel
Untuk pengukuran Biologycal Oxygen Demand (BOD), hanya dilakukan
pengambilan sampel air didalam botol gelap, dan didiamkan selama 5 hari
di dalam ice box, kemudian diukur kadar oksigennya di Laboratorium.
Kemudian dalam pengukuran zat padat tersuspensi, juga hanya dilakukan
pengambilan sampel air sebanyak 600 ml, dan diukur di Laboratorium.
2.3.1.2 Plankton
Adapun cara kerja dari pengambilan sampel plankton adalah, pertama
dicari lokasi yang diperkirakan memilki banyak jenis Plankton, kemudian
sampel plankton diambil dengan memakai net plankton yang sebelumnya
telah dilemparkan pada danau dengan kedalamn tertentu. Setelah itu net
Plankton ditarik dengan tarikan horizontal dan vertikal. Selain itu
Vol.botol
Ppm CO2 = ml titran x N titran x 440000
ml sampel
2.3.3.2 Plankton
Rumus kepadatan untuk plankton
K=
Dimana: a = jumlah individu suatu spesies
c = volume sub sampel
L = volume sampel (liter)
r = jari jari plankton net
2.3.3.3 Bentos
Rumus Kepadatan untuk hewan bentos
K = Jumlah suatu individu
Luas plot
2.3.3.4 Pit fall trap
Rumus perhitungan Pit fall trap:
Kepadatan
=
Jumlah individu suatu jenis
Jumlah botol/gelas yang digunakan
Kepadatan relatif
Kepadatan seluruh jenis
Waktu
Ppm O2
15.00
6,67
18.00
7,07
21.00
6,56
24.00
4,23
03.00
2,81
06.00
3,085
09.00
2,668
12.00
3,756
No
Ppm CO2
15.00
18.00
0,589
21.00
0,61
24.00
0,88
03.00
0,267
06.00
0,38
09.00
0,322
12.00
0,2904
Waktu
Kelembaban udara
15.00
91%
No
18.00
88%
21.00
92%
24.00
77%
03.00
92%
06.00
92%
09.00
75%
12.00
72%
8
Grafik 3. Fluktuasi harian di Kawasan Danau Maninjau Kelembaban Udara
Tabel 4. Fluktuasi harian di Kawasan Danau Maninjau suhu udara
maximum-minimum
Waktu
No
15.00
1
34,18
18.00
31,16
21.00
32,16
24.00
33,16
03.00
31,15
06.00
31,15
09.00
24,28
12.00
25,3
8
Grafik 4. Fluktuasi harian di Kawasan Danau Maninjau suhu udara
maximum-minimum
.
Dari tabel diatas dapat di simpulkan bahwa pada waktu tertentu kondisi
lingkungan berubah artinya disuatu lingkukngan itu tidak stabil baik itu
kandung O2 , CO2 ,kelembaban udara dan suhu maximum-minimumFaktor
lingkungan yang paling menentukan berbeda antara kehidupan di darat
dengan perairan. Cahaya, temperatur dan air (hujan) secara ekologi
merupakan faktor lingkungan yang penting di darat. Di laut, cahaya,
temperatur dan kadar garam (salinitas) merupakan tiga faktor yang
menentukan. Di air tawar, faktor oksigen merupakan faktor yang utama.
Gambar 2. Corbicula
Gambar 3. Thyara
Adapun hasil dari pengamatan dan pengidentifikasian terhadap sampel
bentos yang di dapat di kolam serta sungai diperoleh data sebagaimana
termuat dalam tabel 2 di bawah ini
No
Spesies
Corbicula
moltkiana
Jumlah
222,22
44,44
KR
(%)
31,25
6,25
Pi
Lnpi
0,3125
1,1632
0,0625
2,7726
0,3125
1,1632
0,3125
1,1632
Thyara sp
222,22
31,25
Melanostes sp
222,22
16
711,11
31,25
Turbificitae sp
Total
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kerapatan yang terendah dari
semua jenis bentos adalah Thyara sp yaitu 44,44, dengan kerapatan
relatifnya 6,25. Sedangkan jenis bentos yang lainnya memilki kerapatan
yang sama yaitu 222,22 dengan kerapatan relatif 31,25. Pada umumnya
jenis zoobentos tersebut diatas jumlahnya sama
sedangkan Thyara spmemilki jumlah yang paling sedikit hal ini bisa
disebabkan oleh faktor lingkungan, makanan dan adanya kompetisi
dengan jenis bentos yang lain.
Gambar 1. Keratella
Gambar 2.Cyclops
Data identifikasi dan perhitungan terhadap komunitas plankton yang
terdapat di danau maninjau
No
Nama Spesies
Jumlah
KR (%)
Asplachna
0,004
5,2
Bracheonus
0,002
2,6
Ceriodaphnia
0,008
10,2
Cyclops
0,004
5,2
Cypris
0,006
7,7
Karatella
15
0,03
34,5
Lymbia
0,008
10,2
Monoctella
0,002
2,6
Oedogonium
0,004
5,2
10
Oscillatoria
0,004
5,2
11
Platias
0,004
5,2
12
Spyrogira
0,002
2,6
13
Sp1
0,002
2,6
40
0,078
99
Pada pengambilan sampel dengan metoda pit fall trap ini jenis yang
paling banyak ditemukan adalah family Formicidae dari ordo Hymenoptera
yaitu sebanyak 6 ekor. Jenis lain yang ditemukan dari ordo ini adalah
Brachonidae sebanyak 1 ekor. Menurut Suin (1989), hewan yang paling
tinggi kepadatan populasinya di Indonesia adalah Hymenoptera yaitu famili
oleh Formicidae, diikuti oleh Colleoptera, Oniscoidea, Myriapoda, dan
Arachnida.
Serangga permukaan tanah merupakan salah satu kelompok yang penting
dari organisme ekosistem tanah. Perannya sangat menonjol pada proses
dekomposisi material organik tanah, sehingga sangat menentukan siklus
material organik ditanah. Serangga sangat penting pada hutan tropis,
seperti serangga herbivora yang berfungsi sebagai perombak dan
penyubur tanah (Suhardjono, 1985).
3.5 Minimal area
3.5.1 Minimal Area Kelompok 1
Data Minimal Area Kelompok 1
Tabel 13. Minimal Area Kelompok I Pada Plot 2,52,5m
NO
1.
2.
NAMA JENIS
KR(%)
FR(%)
0,16
3,84
0,34
3,49
0,16
3,84
0,34
3,49
0,16
3,84
0,34
3,49
0,16
3,84
0,34
3,49
Arthocarpus
Alingera
3.
Ficus sp
4.
Eugenia sp
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Homalomena
frutadoa
0,48
11,53
10,26
0,16
3,84
0,67
6,87
0,16
3,84
0,67
6,87
0,16
3,84
0,67
6,87
0,64
15,38
10,26
0,8
19,23
0,34
3,49
0,16
3,84
0,34
3,49
0,16
3,84
0,34
3,49
0,16
3,84
0,67
6,87
0,16
3,84
0,34
3,49
Lea indica
Neprolepis
Palmae
Pandanus
Piper sp
Ptenandra
Selaginela
Simplococus
Symplocos
15.
16.
17.
0,16
3,84
10,26
0,16
3,84
0,67
6,87
0,16
3,84
0,67
6,87
Sp 1
Hipterocarpus sp
Deris sp
NO
NAMA JENIS
1.
Cyperus rotundus
2.
Homalomena
frutadoa
3.
4.
5.
6.
KR(%)
FR(%)
0,08
5,56
0,34
5,97
0,6
11,11
17,57
0,08
5,56
0,67
11,77
0,08
5,56
17,57
0,08
5,56
0,67
11,77
0,8
55,56
0,67
11,77
Lea indica
Pandanus
Simplococus
Sp 1
7.
8.
0,08
5,56
0,67
11,77
0,08
5,56
0,67
11,77
Hipterocarpus sp
Deris sp
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
NAMA JENIS
Homalomena
frutadoa
KR(%)
FR(%)
0,12
15,78
19,96
0,04
5,26
0,67
13,37
0,04
5,26
0,67
13,37
0,28
36,84
19,96
0,04
5,26
0,67
13,37
0,04
31,57
19,96
Neprolepis
Palmae
Pandanus
Piper sp
Sp 1
NO
PLOT (M)
PERTAMBAHAN JENIS
PERSENT
1.
5,88%
2,5 X 2,5
2.
2,5 X 5
3.
5X5
Plot
Spesies
Junlah
Individu
Sp 1
115
Cyperacea (Sp 2)
>47
Ukuran (m2)
>14
Imperata cylindrica
I
0,5 m x 0,5 m
10
Caladium sp
II
1 m x 0,5 m
Palmae (sp 3)
Ju
sp
Sp 4
6
Impatien balsamina
40
Mimosa sp
>50
Cyperus rotundus
Asistasia
coromandeliana
3
Davalia sp
11
Ageratum conyzoides
III
Sidingin
Sp 5
1mx1m
13
Mimosa pudica
Sp 6
Sp 7
IV
1mx2m
Sp 8
2mx2m
Kakao
Sub plot
Ukuran(m2)
Spesies
Jumlah
individu
Jum
spe
10
15
1
0.50.5 m
10,5 m
Sp 1
Sp2
Cyperus sp
42
Amaranthus
1
3
11 m
Mimosa pudica
Sp 3
1
4
21 m
22 m
Graminae
Mimosa
Sp 6
6
24 m
Sp 7
No
Ukuran
Spesies
0,5 x 0,5
m
Acistasia sp
Graminae a
Graminae b
Selaginellasp4
10
6
424420,5 x 1 mAgeratum conizoides
Graminae a
Graminae b
Individu
Jumlah
individu
Jum
sp
Imperata cylindrica
Selaginellasp2
11
8
4
631531 x 1 mAgeratum conizoides
Graminae a
Graminae b
Melastoma malabatricum
Mimosa sp
Rhodomirtus tomentosa5
15
10
2
2
135641 x 2 mAgeratum conizoides
Cocoa sp
Graminae a
Graminae b
Leea indica
Melastoma malabatricum
Mangifera indica
Hevea braziliensis
Sp 17
1
15
10
5
3
1
2
145952 x 2 mMimosa sp
Leea indica
Graminae
Sp 21
7
15
225462 x 4Graminae
Leea indica
Cocoa sp
Graminae b
Hevea braziliensis
Euphorbiaceae
Sp 120
7
2
15
3
2
2517
No
Spesies
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7Acasia auriculiformis
Rhodomyrtus tomentosa
Melastoma malabathricum
Graminae
Mimosa sp.
Ixonanthes
Sp 1
36
1
1
13
3
1
1
Jumlah
No
Spesies
1
2
3
4
5
6
7
8Acasia auriculiformis
Melastoma malabathricum
Graminae
Mimosa sp
Ixonanthes
Simplocos cocunensis
Sp 2
Euphorbiaceae
18
6
8
2
2
1
1
1
Jumlah
No
1
2
3
4
5
Spesies
6
7
8
9
10Acasia auriculiformis
Rhodomyrtus tomentosa
Melastoma malabathricum
Graminae
Ixonanthes
Mimosa sp
Sp 2
Clitoria laurifolia
Euphorbiaceae
Orchidaceae
65
4
7
14
4
1
2
2
5
1
Jumlah
No
Spesies
1
2
3
4
5Acasia auriculiformis
Melastoma malabathricum
Graminae
Euphorbiaceae
Sp 2
29
6
57
1
20
Plot (m)
No.
0,5 x
0,5
0,5 x 1
1x1
1x2
Spesies
Piper bettle
Sp1
Sp 2
Sp 3
Sp 4
10
11
12
13
14
15
Total
10
27
34
27
30
Sp 5
Sp 6
Euchaterium sp
Asteraceae
Cyperus sp
Sp 7
Sp 8
Sp 9
Sp 10
Sp 11
Jumlah
No
Luas plot
Spesies
1
Plot (11)Sp 1
Sp 2
Paku-pakuan
Coffea sp
6
2
1
2
2Plot (21)Sp 1
Paku-pakuan
Coffea sp
Graminae
Sp 3
Sp 4
4
1
2
4
3
1
3Plot (22)Sp 1
Paku-pakuan
Sp 2
Asplenium sp
Piper aduncum
6
3
4
1
1
4Plot (23)
No
Plot
Jumlah pertambahan
Persentase
75
50
1x1
2x1
2x2
2x3
karena jika tidak plot yang akan dibuat kemungkinan akan mencapai
hitungan hektar dan akan semakin mempersulit dalam proses pendataan
jenis hingga menghasilkan data yang belum sahih dan kurang tepat. Hal ini
mungkin disebabkan pada saat pembuatan plot tidak dimulai dari tempat
yang rimbun, tempat yang kemungkinan ditemukan jenis yang lebih
banyak, tetapi dimulai dari tempat yang kurang rimbun ke tempat yang
rimbun.
Kesahihan analisis berdasarkan penggunaan petak contoh bergantung
pada tiga hal yaitu populasi dalam tiap petak contoh yang diambil harus
dapat dihitung dengan tepat, luas atau satuan tiap petak harus jelas dan
pasti dan petak contoh yang diambil harus dapat mewakili seluruh
area/daerah penelitian. (Suin, 2004)
Menentukan keadaan medan dan keadaan topografi, untuk itu terlebih
dahulu harus dilakukan survai tinjauan umum dan pendahuluan. Dari survai
tinjauan tersebut baru ditentukan bentuk penyebaran minimal area yang
akan diambil untuk dianalisis (Marsono, 1997).
Hasil dari delapan kelompok diatas di dapatkan tumbuhan yang beraneka
ragam, karena pada saat melakukan kuliah lapangan kami di bagi dua
kelompok,. Sehingga sampel yang didapaatkan berbeda dan plot yang
digunakaan juga berbeda. Pada kelompok satu, mereka mendapat sampel
minimal area yang kurang dari 10 % pada plot 2,5 x 5 M nilai nya 5,8 %.
Pada kelompok 6 mereka mendapatkan sampel minimal area yang kurang
dari 10 % pada plot 2 x 2 M, sedangkan kelompok delapan terdapat pada
plot 2 x 4 M, Kelompok tiga terdapat pada plot 2 x 4 M, kelompok empat
terdapat pada plot 2 x 4. Keragaman yang terdapat pada masing-masing
kelompok dipengaruhi oleh keadaan lokasi yang terlindung dan terbuka.
Lokasi yang terbuka cenderung memiliki keragaman vegetasi yang lebih
banyak, sedangkan pada lokasi terlindung cenderung memiliki vegetasi
yang sedikit. Ketika melakukan kuliah lapangan kelompok satu, dua, tiga,
dan empat melakukan minimal area di daerah yang agak terlindung dan
memiliki pohon-pohon yang besar. Rata-rata vegetasi yang berada pada
daerah tersebut memiliki keragaman jenis yang sedikit.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2011. Ekologi.www.smartsains.com. diakses 05 Juni 2011.
Ppm O2 =
Data mentah: Thiosulfat 1 = 1,5 ml
Thiosulfat 2 = 1,3 ml
Ppm O2
=
= 2,81
Ppm CO2 =
Data mentah = NaOH 1 yang terpakai = 0,02
= NaOH 2 yang terpakai = 0,04
Ppm CO2 =
= 0,264
1.
2. Plankton
Kerapatan (K) =
K Asplachna
= 0,04
KR
= x 100%
= x 100 %
= 5,2
H =
pi
= = 0,05
Pilnpi
K Bracheonus
= 0,002
KR
= x 100%= 2,6
Pi
= = 0,025
Pilnpi
K Ceriodaphnia
= 0,008
KR
= x 100% = 10,2
Pi
= = 0,1
Pilnpi
K Cyclops
= 0,004
KR
= x 100% = 5,2
Pi
= = 0,05
Pilnpi
K Cypris
= 0,006
KR
= x 100% = 7,7
Pi
= 0,075
Pilnpi
K Keratella
= 0,03
KR
= x 100% = 34,5
Pi
= = 0,375
Pilnpi
K Lymbia
= 0,008
KR
= x 100% = 10,2
Pi
= = 0,1
Pilnpi
K Monoctella
= 0,002
KR
= x 100% = 2,6
Pi
= = 0,025
Pilnpi
= 0,025ln0,025 = -0,092
K Oedogonium
= 0,004
KR
Pi
= x 100% = 5,2
= = 0,05
Pilnpi
K Oscillatoria
= 0,004
KR
= x 100% = 5,2
Pi
= = 0,05
Pilnpi
K Platias
= 0,004
KR
= x 100% = 5,2
Pi
= = 0,05
Pilnpi
K Spyrogira
= 0,002
KR
= x 100% = 2,6
Pi
= = 0,025
Pilnpi
K Sp 1
= 0,002
KR
Pi
= x 100% = 2,6
= = 0,025
Pilnpi
Maka,
Indeks H = (-0,150 + (-0,092) + (-0,230) + (-0,150) + (-0,194) + (-0,368) +
(-0,230) + (-0,092) + (-0,150) + (-0,150) + (-0,150) + (-0,092) + (-0,092) + (2,140)) = 2,14
3. Bentos
1. Kerapatan
K=
Corbicula moltkiana
Thyara sp.
Melanostes sp.
Turbificitae sp.
2. Kerapatan Relatif
= = 222,22 ind/m2
= = 44,44 ind/m2
= = 222,22 ind/m2
= = 222,22 ind/m2
K=
Corbicula moltkiana
Thyara sp
Melanostes sp
Turbificitae sp
3. Indeks (H)
= = 31,25 %
= = 6,25 %
= = 31,25 %
= = 31,25 %
H =
dengan,
pi =
pi Corbicula moltkiana =
= 0,31
pi Thyara sp.
=
pi Melanostes sp.
=
pi Turbificitae sp.
=
pi.lnpi Corbicula moltkiana
pi.ln pi Thyara sp.
pi.ln pi Melanostes sp.
pi.ln pi Turbificitae sp
Maka,
= 6,25
= 0,31
= 0,31
= 0,31 x ln 0.31 = 0.36
= 6,25 x ln 6,25 = 0,17
= 0,31 x ln 0.31 = 0.36
= 0,31 x ln 0.31 = 0.36
H =
= 1,26
1.
2.
4.
Pit fall Trap
Anoplolepis gracillipes pada Transek 2
K = Jumlah individu per transek / jumlah botol
K = 6/8 = 0,75
KR = K / Total individu per transek
KR = 0,75/ 7,745 = 0,09
FK = Jumlah individu per transek / total botol x transek x 100 %
FK = 6/32 x 100 % = 18,75 %
H = Pi lon Pi
= 6/ 175. -3,38
= 0,114.
1.
K = 5/8 = 0,625
KR = K / Total individu per transek
KR = 0,625/ 12,49 = 0,05
FK = Jumlah individu per transek / total botol x transek x 100 %
FK = 5/32 x 100 % = 15,6 %
H = Pi lon Pi
= 5/ 175. -3,55
= 3,52
1.
1.
1.
= 4,04
1.
1.
= 1/ 175. -5,16
= 0,0258
1.