Gambaran Radiologis Carcinoma Thyroid PDF
Gambaran Radiologis Carcinoma Thyroid PDF
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Nodul thyroid sangat sering ditemukan, dengan angka kejadian berkisar
antara 4-8% setiap tahunnya. Menurut data WHO 2004, angka kejadian
carcinoma thyroid sebesar 1,5% dari keganasan seluruh tubuh. Carcinoma
thyroid ini merupakan penyakit keganasan tersering yang ditemukan pada sistem
endokrin, yaitu 90% dari seluruh carcinoma endokrin (Cobin et al, 2001).
Carcinoma thyroid digolongkan menjadi empat jenis berdasarkan
gambaran mikroskopiknya, yakni papiler, folikular, meduler, dan anaplastik. Tipe
papiler, folikular, dan anaplastik berasal dari epitel folikel thyroid, sedangkan tipe
meduler berasal dari sel-sel sekretoir, yaitu kalsitonin dan parafolikular (sel C).
Campuran antara carcinoma papiler dan folikular dapat juga terjadi, tetapi
bersifat persis menyerupai carcinoma papiler murni. Selain carcinoma,
keganasan komponen non epitelial dan metastasis dari organ lain juga dapat
ditemukan pada thyroid (National Comprehensive Cancer Network, 2006).
Pada daerah endemik insidensi carcinoma thyroid folikuler dan anaplastik
lebih sering, terutama pada usia lanjut. Sedangkan di daerah yang kaya akan
yodium, tipe papiler lebih menonjol. Golongan umur terutama pada usia 7-20
tahun dan 40-65 tahun, dimana wanita lebih sering dari pada pria dengan
perbandingan 3:1 (Cobin et al, 2001).
Carcinoma thyroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar dan lebih
sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) di dalam kelenjar. Pertanda awal
dari carcinoma thyroid biasanya adalah benjolan yang tidak terasa nyeri di leher.
Selain itu gambaran klinis lain yang sering ditemukan berupa nodul tunggal (70-
75%), sesak nafas, perubahan suara, sulit menelan, dan pembesaran kelenjar
limfe leher (National Comprehensive Cancer Network, 2006).
Sebagian besar nodul thyroid bersifat jinak dan biasanya carcinoma
thyroid bisa disembuhkan, namun tidak ada gambaran klinis yang khas untuk
menyatakan suatu nodul thyroid ganas sehingga perlu multi modalitas
pemeriksaan agar tidak terjadi keterlambatan terapi atau terapi yang berlebihan
(Lukitto dkk, 2004).
Terdapat tiga jenis pengobatan carcinoma thyroid, berupa pembedahan,
penggunaan obat-obatan, dan radioterapi (Lukitto dkk, 2004). American Cancer
Society memperkirakan bahwa sekitar 17.000 kasus baru muncul setiap
tahunnya di Amerika Serikat dan sekitar 1.300 diantaranya mengakibatkan
kematian. Tetapi dengan pengobatan yang adekuat, sekitar 190.000 penderita
tetap dapat hidup normal dan beberapa dapat bertahan lebih dari 40 tahun
(Cobin et al, 2001).
Berdasarkan latar belakang tersebut, pengetahuan mengenai carcinoma
thyroid dan peran pemeriksaan radiologis untuk menentukan diagnosis dan
terapi carcinoma thyroid merupakan hal yang penting, yang selanjutnya akan
dibahas dalam referat ini.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan klasifikasi carcinoma thyroid?
2. Bagaiman insiden dan epidemiologi carcinoma thyroid?
3. Bagaimana patogenesis carcinoma thyroid?
4. Apa manifestasi klinik carcinoma thyroid?
5. Bagaimana gambaran radiologis carcinoma thyroid?
6. Bagaimana terapi carcinoma thyroid?
7. Bagaimana prognosis carcinoma thyroid?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui definisi dan klasifikasi carcinoma thyroid.
2. Mengetahui insiden dan epidemiologi carcinoma thyroid.
3. Mengetahui patogenesis carcinoma thyroid.
4. Mengetahui manifestasi klinik carcinoma thyroid.
5. Mengetahui gambaran radiologis carcinoma thyroid.
6. Mengetahui terapi carcinoma thyroid
7. Mengetahui prognosis carcinoma thyroid.
1.4
Manfaat
Menambah pengetahuan mengenai carcinoma thyroid dan peran
BAB 2
CARCINOMA THYROID
2.1
Anatomi
Thyroid adalah suatu organ yang terdapat di regio coli bagian depan.
Thyroid pada orang dewasa memiliki lebar kurang lebih 5 cm dalam jarak
kraniokaudal sebagai struktur yang simetris dan homogen. Thyroid terdiri dari 2
lobus, berbentuk seperti baji pada kedua sisi trakea. Volume normal rata-rata
adalah sampai 18 ml pada wanita dan 25 ml pada pria. Antar kedua lobus thyroid
dihubungkan oleh isthmus thyroid. Isthmus thyroid biasanya menyilang anterior
dari cincin trakea yang ke dua dan ke tiga.
Gangguan pada kelenjar thyroid dapat memiliki presentasi gangguan
fungsi, atau dengan nodul atau benjolan abnormal secara anatomi lokal pada
leher.
2.2
kanan
kurang
lebih
memiliki
ukuran
yang
sama,
meskipun
sedikit
2.1
sering
menunjukkan
gambaran
aviditas
radioaktif
iodine
setelah
total
dengan limfoma thyroid primer memiliki riwayat penyakit atau bukti histologis
chronic lymphocytic thyroiditis (Sharma, 2011).
2.2 Epidemologi
Setiap tahunnya kasus baru carcinoma thyroid sekitar 1% dari diagnosa
kasus baru. Pada hampir semua negara, insidensi carcinoma thyroid setiap
100.000 individu bevariasi dari 0,9-2,6 pada pria dan 2,0-5,9 pada wanita.
Insidensi malignansi thyroid tiga kali lebih tinggi pada wanita daripada pria.
Insidensinya paling tinggi pada dekade ke tiga dan empat (Biersack, 2005;
Sharma, 2011).
Carcinoma papilare merupakan 80% dari semua neoplasma thyroid.
Carcinoma folikuler merupakan yang tersering ke dua, sekitar 10% dari semua
kasus. Carcinoma medulare sekitar 5-10% dari neoplasma. Carcinoma
anaplastik sekitar 1-2%. Limfoma thyroid primer hanya sekitar 2-5% dari semua
malignansi thyroid. Sedangkan sarkoma pada kelenjar thyroid sangat jarang
(Sharma, 2011).
2.3
2.3.1
adanya titik mutasi pada ras onkogen terutama pada tipe poorly differentiated
(55%) dan anaplastic carcinoma (52%). Sebagai akibat dari adanya mutasi
tersebut, p21-RAS menjadi terkunci pada konformasi aktif, yang menyebabkan
aktivasi dan pertumbuhan tumor. Proses biokimia pertumbuhan tumor ini dapat
dijadikan sebagai dasar terapi untuk Ca thyroid folikuler. Paparan x-ray dapat
mempengaruhi kejadian dan pola mutasi ras (Santacore, 2011).
2.3.2
2.3.3
thyroid
meduler
(MTC)
biasanya
didiagnosis
pada
pemeriksaan fisik sebagai nodul soliter leher, dan umumnya menyebar pada
kelenjar limfe regional pada awalnya. Metastasis jauh terjadi di hati, paru-paru,
tulang, dan otak (Konstantakos, 2011).
MTC sporadis biasanya unilateral. Dalam hubungan dengan sindroma
neoplasia endokrin multipel (MEN), selalu bilateral dan multisentris. MTC
biasanya adalah kelainan pertama kali diamati baik sindroma MEN 2A dan 2B
(Konstantakos, 2011).
Selain memproduksi kalsitonin, sel-sel MTC dapat memproduksi hormon
lainnya, termasuk kortikotropin, serotonin, melanin, dan prostaglandin, sehingga
sindrom paraneoplastik (misalnya, sindrom karsinoid, sindrom Cushing) dapat
terjadi pada pasien ini (Konstantakos, 2011).
Mutasi pada proto-onkogen RET (REarranged during Transfection),
protein reseptor tirosin kinase yang dikodekan pada kromosom 10, memberikan
berbagai tingkat risiko (Kloss, 2009); sehingga thyroidektomi profilaksis sekarang
dapat ditawarkan untuk pasien tipe tertentu pasien dengan kelainan genetik
(Konstantakos, 2011).
2.3.4
daerah defisiensi iodium dan pada pasien dengan patologi thyroid sebelumnya
(misalnya, riwayat goiter sebelumnya, follicular thyroid cancer, papillary thyroid
cancer). Invasi lokal dari struktur yang berdekatan (misalnya, trakea, esofagus)
umum terjadi (Konstantakos, 2011).
ATC memiliki program yang cepat dan penyebaran awal. Organ umum
pada metastase jauh termasuk paru-paru, tulang, dan otak. Metastasis, terutama
di paru-paru, terjadi lebih dari 50% kasus (Konstantakos, 2011).
2.4
Diagnosis
2.4.1
Anamnesa
Ca thyroid biasanya tidak menampakkan gejala kinis. Pada penelitian
dengan 835 pasien yang dioperasi dengan nodular goiter, 31% juga memiliki Ca
10
thyroid (tumor dengan diameter kurang dari 10 mm, yang secara klinis tidak
diketahui pada 46% pasien tersebut) (Reiners, 2005).
Anamnesa memegang peranan penting dalam membedakan Ca thyroid
dengan penyebab lain nodul, terkait faktor resiko yang diketahui. Diantaranya
usia kurang dari 20 tahun, atau lebih dari 70 tahun, riwayat radiasi eksternal
pada leher selama masa anak-anak dan remaja, riwayat keluarga dengan Ca
thyroid. Adanya suara serak, disfagia, nyeri leher, pembesaran nodul yang cepat,
tanda adanya kompresi seperti stridor dan dispnea, atau pembesaran kelenjar
limfe merupakan tanda adanya potensi invasi carcinoma pada struktur di
sekitarnya (Mitchell & Leight, 2006).
Riwayat yang mengurangi peluang carcinoma thyroid diantaranya:
riwayat keluarga dengan thyroiditis hashimoto atau penyakit thyroid autoimun,
riwayat keluarga dengan nodul thyroid jinak atau goiter, gejala hipothyroidism
atau hiperthyroidism (Mitchell & Leight, 2006).
Tanda dan gejala klinis carcinoma thyroid telah dievaluasi oleh German
Patient Care Evaluation Study of Thyroid Cancer (PCES) dan dibandingkan
dengan PCES di USA. Antara lain adanya riwayat paparan radioiodine, adanya
pembesaran thyroid, serta adanya nodul yang terpalpasi. Pada penelitian lain
didapatkan 40% pasien carcinoma thyroid dengan gejala awal ditemukannya
nodul soliter intrathyroidal (Reiners, 2005).
Selain gejala di atas, disfagia, nyeri leher, suara serak, dan stridor
ditemukan pada pasien dengan carcinoma thyroid. Namun, gejala klinis seperti
suara serak akibat paresis nervus laringeus (0,6%) ataupun metastase jauh
(0,8%) jarang ditemukan sebagai tanda awal carcinoma thyroid. Pembesaran
kelenjar limfe cervical merupakan gejala awal yang lebih sering ditemukan pada
pria (21%) dibanding pada wanita (10%). Pada pasien kurang dari 40 tahun,
11
pembesaran kelenjar limfe ditemukan tiga kali lebih sering dibandingkan pada
pasien usia lebih dari 50 tahun (Reiners, 2005).
2.4.2
Pemeriksaan Fisik
Pasien duduk atau berdiri dengan posisi yang nyaman, dengan leher
sedikit ektensi. Pemeriksa melakukan inspeksi dari bagian depan.
Meminta
pasien
menelan
segelas
air,
dan
pemeriksa
2.4.2.2 Palpasi
Palpasi dilakukan dengan teknik sebagai berikut (Santacroce et al, 2011):
12
Meminta pasien menelan ludah atau air untuk merasakan pergerakan dari
kelenjar thyroid
2.4.3
Pemeriksaan Penunjang
13
14
pada lumen. Untuk melihat keterkaitan dengan organ sekitar (mediastinum) dan
staging, lebih disarankan penggunaan CT atau MRI. Pada kasus ca thyroid
dengan keterkaitan sternum, MRI direkomendasikan untuk dilakukan sebelum
operasi. Namun, CT dan MRI tidak dapat digunakan untuk membedakan apakah
lesi thyroid tersebut ganas ataupun jinak. Penggunaan kontras mengandung
iodine pada CT dikontraindikasikan pada dugaan keganasan thyroid (Reiners,
2005).
limfe),
pengukuran
serum
calsitonin
dapat
dilakukan
2.5
sebagai
15
2.5.1
2.5.2
16
17
18
termasuk laring dan trakea dan, lebih sering, esofagus. Wilayah nekrosis kistik
sering muncul dalam tumor. Pungtat atau area klasifikasi berkabut (psammoma
bodies) dan deposit multifokal sering tidak terlihat pada CT. Metastase pada
kelenjar limfe sering terjadi (50% kasus) dan bilateral. Gambaran kelenjar limfe
sering kali bervariasi, dapat muncul gambaran kalsifikasi, bentukan solid,
hipervaskular, ataupun berbentuk kistik.
19
bilateral. Limfoma thyroid hampir selalu primer dan sering dikaitkan dengan
penyakit Hashimoto.
Limfoma thyroid biasanya muncul sebagai massa soliter, kadang-kadang
sebagai nodul ganda, dan jarang nekrosis.
2.5.3
akhir-akhir ini
20
Thyroid
normal
dapat
dibedakan
dari
otot
sternothyroid
dan
dengan
jaringan
thyroid
normal,
hampir
semua
pada
gambar
T1-weighted
biasanya
merupakan
hasil
dari
patologikal
mendemonstrasikan
peningkatan
intensitas
yang
untuk
tujuan
ini,
tetapi
21
intravena. Hanya terdapat satu penelitian terakhir yang mana peulis melaporkan
penggunaan
sequence
STIR.
Biersack
and
Grnwald
(2005)
sendiri
Peran MRI sendiri sejauh ini pada carcinoma primer adalah memeriksa
morfologi dari luas jaringan masa juga keterlibatan jaringan sekitar seperti
pembuluh dan otot. Invasi tumor ke jaringan sekitar dapatdisingkirkan dengan
mendemonstrasikan garis lemak yang berkesinambungan dan intermediate,
yang paling baik terlihat pada gambaran T1-weighted. Tetapi bagaimanapun,
garis lemak ini tidak selalu ada dan mungkin akan sulit untuk membedakan invasi
tumor pada jaringan sekitar. Invasi tumor pada otot paling baik ditunjukkan
22
I atau
201
Diagnosis banding paling penting dari carcinoma rekuren adalah skar; seperti
yang disebutkan diatas adalah hipointens pada T2-weighted atau gambaran
23
2.5.4
Scintigrafi
Pencitraan radionuklida digunakan untuk mendemonstrasikan fungsi dari
jaringan yang secara anatomi normal maupun abnormal pada leher dan untuk
jaringan thyroid abnormal di tempat lain (Sutton, et al; 2003).
Anion tertentu memiliki selektivitas sehingga akan ditanggkap oleh thyroid
(dan juga oleh kelenjar air liur, mukosa gaster dan kolon, dan pleksus koroid dari
otak). Setelah penangkapan, hanya iodida yang akan mengalami organifikasi,
anion lainnya akan dilepaskan oleh kelenjar tanpa mengalami metabolisme lebih
lanjut, dan pelepasan ini dapat diperkuat dengan pemberian kalium perklorate.
Iodine memiliki 2,5 isotop, hanya satu yang stabil (I127), isotop lainnya bersifat
radioaktif (Sutton, et al; 2003).
24
I131 dipilih untuk tujuan terapi karena emisi beta dan waktu paruhnya
adalah 8 hari. Untuk pencitraan, I123 memiliki sifat yang paling menguntungkan,
termasuk waktu paruh berkisar 13 jam, tidak adanya emisi beta dan emisi dasar
gamma pada 159 KeV (Sutton, et al; 2003). Sehingga skintigrafi radioiodine
dapat digunakan sebagai metode yang sangat spesifik untuk memvisualisasi
jaringan tumor.
Tetapi
pada
banyak
kasus,
terutama
pada
carcinoma
yang
99m
Tc
25
untuk pencitraan thyroid, sebagai pengganti iodine. Saat ini, Tc-99mpertechnetate digunakan secara rutin (Biersack and Grnwald; 2005 dan Sutton,
et al; 2003) untuk skintigrafi thyroid karena
99m
pilihan
radiofarmaseutikal
(Biersack
and
131
Grnwald;
I-NaI
2005).
Sedangkan I123 dipilih untuk pencitraan dari jaringan thyroid retrosternal atau
ektopik pada neonatus atau hipothyroidisme anak, dan pada follow-up dari
pasien yang telah menjalani operasi untuk keganasan thyroid (Sutton, et al;
2003).
Gb. 2.9 Gambaran Thyroid Scan dengan I-123 pada Carcinoma Thyroid:
Tampak uptake pada thyroid dan massa di inferior sternal notch. Poorly
differentiated thyroid carcinoma terletak di lobus kiri bawah dan isthmus
(Lee, 2009)
Selain tracer yang disebutkan diatas juga terdapat Tl201 (thalium klorida),
yang saat ini penggunaan klinisnya telah berkurang karena adanya energi
gamma rendah yang dikeluarkan dan meningkatnya kepentingan dari
99m
Tc
26
seperti
yang
disebutkan
diatas
yang
dilabel
dengan
hexakis
2-
99m
Tc -MIBI,
18
keganasan dari nodul thyroid yang dicurigai. Tetapi dengan Kresnick et al (1997)
menyimpulkan bahwa akumulasi dan retensi MIBI tidak spesifik untuk keganasan
thyroid, maka pernyataan ini dapat dikembangkan dalam usaha untuk
menentukan keganasan nodul thyroid sebelum operasi dengan Tl201 atau PET
dengan 18F FDG (Biersack and Grnwald; 2005).
Untuk gambaran keganasan tanda tipikal pada skintigrafi adalah cold
nodul (Biersack and Grnwald; 2005). carcinoma thyroid dapat muncul sebagai
cold nodul soliter dalam kelenjar yang secara umum normal, atau sebagai cold
nodul dominan pada goter multinodular, sebagai penurunan atau hilangnya
fungsi dari seluruh lobus, atau sebagai penurunan fungsi secara difus yang
mengenai seluruh kelenjar (Sutton, et al; 2003).
Borner et al yang mempublikasikan penelitian mendetail pada awal 1965
tentang pemeriksaan skintigrafi pada 2.237 thyroid penderita. Ditunjukkan bahwa
frekuensi dari cold nodul meningkat dari 21% pasien dengan usia 15-16 tahun
sampai 44% pada pasien yang berumur diatas 65 tahun. Pada pasien yang lebih
muda dari 35 tahun, keganasan jarang didapatkan pada kasus hipofungsi.
Kontrasnya, carcinoma thyroid secara histology diverifikasi pada 11% dari cold
nodul pasien berusia 45-65 tahun dan 25% pada pasien dengan usia diatas 65
tahun (Biersack and Grnwald; 2005).
27
timbul
dari
sel
thyroid.
Pada
kebanyakan
kasus
mereka
28
111
ln-ocreotide
111
99m
klinis rutin, dengan beberapa limitasi pada abdomen, tetapi sebanding pada
daerah leher dan mediastinum (Biersack and Grnwald; 2005).
29
prosedur
skintigrafi
yang
berbeda
dengan
sejumlah
131
menunjukkan metastae regional atau jauh yang tidak dapat dideteksi oleh
prosedur pencitraan lainnya. Peran dari skintigrafi seluruh tubuh dengan Tl201 dan
99m
berdiferensiasi
setelah
pembedahan
dan
atau
terapi
radioiodine
juga
18
F -FDG
30
2.6
Terapi
Terdapat beberapa terapi untuk seluruh pasien dengan carcinoma thyroid.
31
32
hormon
menggunakan
hormon-hormon
untuk
menghentikan
digunakan
untuk
menghentikan
tubuh
membuat
hormon
dapat
33
2.6.1.4 Kemoterapi
34
35
Terapi dari keganasan thyroid juga tergantung pada tipe dan stadium
penyakit, serta usia dan keadaan umum pasien. Terapi standar dapat
dipertimbangkan karena keefektivan terapi tersebut pada pasien-pasien sesuai
studi sebelumnya, atau partisipasi dari penelitian klinis dapat dipertimbangkan
sebagai jenis terapi. Tidak semua pasien terobati dengan terapi standar, dan
beberapa terapi standar justru menimbulkan efek samping yang lebih besar
daripada efek terapeutik. Untuk alasan itulah, clinical trial dilakukan untuk
mencari cara terbaik dalam terapi pasien carcinoma dan menjadi dasar informasi
yang terbaru. Selain itu, clinical trial sudah digunakan pada beberapa negara
untuk pasien-pasien dengan carcinoma thyroid (Thyroid Cancer Survivors'
Association, 2011).
2.7
Prognosis
Prognosis Ca thyroid dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
Karakteristik Tumor
sengaja selama pembedahan pada tumor thyroid jinak. Sementara pada tumor
yang tidak mengancam jiwa dan tidak membutuhkan pembedahan lebih jauh,
sebanyak 20% bersifat multifokal, dan 60% mengalami metastase ke kelenjar
limfe leher, beberapa diantaranya dapat diraba. Metastase paru jarang terjadi,
khususnya pada tumor multifokal dengan metastase cervical, yang merupakan
satu-satunya mikrocarcinoma dengan angka morbiditas dan mortalitas yang
36
37
Rerata mortalitas carcinoma thyroid selama 30 tahun pada pasien dengan tumor
multipel dua kali lebih besar daripada pasien dengan tumor soliter.
38
2.7.2
Karakteristik Pasien
39
carcinoma thyroid lebih mematikan pada usia 40 tahun atau lebih. Resiko
kematian dari keganasan meningkat dengan bertambahnya dekade dari usia
seseorang, secara dramatis akan meningkat tajam setelah usia 60 tahun. Pola
dari rekurensi tumor cukup berbeda satu sama lain. Rerata rekurensi tertinggi
(40%) pada usia ekstrim, yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 60 tahun.
Terlepas dari pengaruh jelas dari usia terhadap angka ketahanan hidup, terdapat
ketidaksepahaman tentang bagaimana hal tersebut dapat dilibatkan dalam
rencana terapi, khususnya pada anak-anak dan dewasa muda. Pada anak-anak
umumnya terjadi penyakit yang lebih lanjut daripada dewasa dan memiliki
rekurensi tumor yang lebih sering setelah terapi, tetapi prognosis ketahanan
hidup
40
pada pasien dengan penyakit Grave lebih invasif dan sering bermetastase ke
limfonodi regional meskipun tumor primernya berukuran kecil.
41
BAB 3
KESIMPULAN
42
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Evaluation of The Thyroid Nodule : Physical Findings. Online:
http://www.medscape.com/thyroid. Diakses pada 25 Januari 2012.
Biersack, H-J, Grnwald, F. 2005. Thyroid Cancer, 2nd edition. Germany: PRO
EDIT GmbH, Heidelberg.
Buscombe, J; Hirji, H; Witney-Smith, C. 2008. Nuclear Medicine in the
Management of Thyroid Disease: Anaplastic Cancer and Medullary
Thyroid Cancer. Online: http://www.medscape.com/viewarticle580420_4.
Diakses pada 26 Januari 2012.
Cobin RH, Gharib H, et all. 2001. Endocrine Practice, in: AACE/AAES Medical/
Surgical Guidelines For Clinical Practice: Management of Thyroid
Carcinoma. Volume 7. Number 3. United States: American College Of
Endocrinology. Online:
http://www.aace.com/pub/pdf/guidelines/thyroid_carcinoma.pdf. Diakses
pada 23 Januari 2012.
Heron, P. 2009. Thyroid Cold Nodule. Online:
http://www.oncoprof.net/Generale2000/g04_Diagnostic/Scintigraphie/g0_
gb_scinti06.html. Diakses pada 26 Januari 2012.
Kloos RT, Eng C, Evans DB, Francis GL, Gagel RF, Gharib H, et al. Medullary
Thyroid Cancer: Management Guidelines Of The American Thyroid
Association. Thyroid. Jun 2009;19(6):565-612.
Konstantakos, A. 2011. Anaplastic Thyroid Karsinoma. Online:
http://emedicine.medscape.com/article/283165-overview#a0104. Diakses
tanggal 25 Januari 2012.
Konstantakos, A. 2011. Medullary Thyroid Karsinoma. Online:
http://emedicine.medscape.com/article/282084-overview#a0104. Diakses
tanggal 25 januari 2012.
Lee, Stephanie L. 2009. When a Hot Nodule is Not a Toxic Thyroid Adenoma.
Online: http://www.endocrinetoday.com/view.aspx?rid=40686. Diakses
pada 26 Januari 2012.
Lukitto, P; dkk. 2004. Protokol Penatalaksanaan Kanker Tiroid, dalam: Protokol
PERABOI 2003, hal: 18-32. Bandung: PERABOI.
43
Mazzaferri, Ernest L., Harmer, Clive, Mallick, Ujjal K., Pat Kendall-Taylor. 2006.
Practical Management of Thyroid Cancer, A Multidisciplinary Approach.
United States of America: Springer Science and Business Media.
Mitchell, G. & Leiht, D. 2006.Thyroid Cancer and the General Practitioner dalam
Practical Management of Thyroid Cancer 2006. New York: Springer.
National Cancer Institute. 2011. Thyroid Cancer Treatment. Online:
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/thyroid/Patient/page1.
Diakses tanggal 25 Januari 2012.
National Comprehensive Cancer Network, Inc. 2006. NCCN Clinical Practice
Guidelines in Oncology. Thyroid Carcinoma. Version 2. Online:
http://www.nccn.org. Diakses pada 23 Januari 2012.
Parthasarathy, K. Laxman, Crawford, Elpida S. 2002. Treatment of Thyroid
Carcinoma: Emphasis on High-Dose 131I Outpatient Therapy. Department
of Nuclear Medicine. Journal of Nuclear Medicine. New York City: Main
St. Buffalo.
Reiners,C. 2005. The Diagnosis of Thyroid Cancer in Thyroid Cancer 2nd
Edition, editor Bierzack & Brunwald. New York: Springer.
Santacore, Luigi. 2011. Follicular Thyroid Karsinoma. Online:
http://emedicine.medscape.com/article/278488-overview#a0104. Diakses
tanggal 25 Januari 2012.
Santacore, Luigi. 2011. Papillary Thyroid Karsinoma.
http://emedicine.medscape.com/article/282276-overview#a0104. Diakses
tanggal 25 Januari 2012.
Sharma, PK. 2011. Thyroid Cancer. Online:
http://emedicine.medscape.com/article/851968. Diakses tanggal 26
Januari 2012.
Thyroid Cancer Survivors' Association. 2011. Thyroid Cancer Types, Stages and
Treatment Overview. http://www.thyca.org/types.htm. Diakses tanggal 25
Januari 2012.
Way LW, Doherty GM. 2003. Current Surgical Diagnosis and Treatment. 11th
Edition. New York: McGraw-Hill/Appleton & Lange.