Anda di halaman 1dari 1

ANDA DAN HUKUM DALAM KESEHARIAN - 67

PERGANTIAN KEDUDUKAN AHLI WARIS MENURUT HUKUM ISLAM


S
ALAH satu konsep pembaharuan Hukum penggantian yang berbeda dengan apa yang terdapat kedudukan ahli waris. Aceh memegang hukum adat yang
Kewarisan Islam dalam Kompilasi Hukum dalam hukum adat. Selain itu, masih menurut Ismuha kental dengan hukum Islam. Dalam hukum adat di Aceh
Islam (KHI) adalah diberikannya hak seperti dikutip Syahrizal, hak ahli waris pengganti pun disebutkan bahwa jika seorang anak meninggal dunia,
seorang ahli waris yang telah meninggal tidak tentu sama dengan yang diganti. Dia putuslah hubungan kewarisan yang dimiliki oleh
dunia kepada keturunannya yang masih hidup. Aturan mencontohkannya dalam Khulasah Ilmu Faraidh karya orangtua si anak yang sudah meninggal tadi dengan
ini tercantum dalam Pasal 185 KHI yang bunyi lengkapnya Amin al-Asyi dan Nihayat al-Muhtaj karya ar-Ramly . keberadaan cucu (dalam hal ini hubungan kewarisan
adalah sebagai berikut: Dalam kitab Nihayat al-Muhtaj, ar-Ramly menuliskan kakek dan cucu). Hak waris seorang cucu ini akan terhijab
(1) Ahli waris yang meninggal dunia lebih dahulu bahwa cucu laki-laki dari anak laki-laki dapat oleh keberadaan saudara laki dan perempuan si anak
dari pada si pewaris, maka kedudukannya menggantikan ayahnya yang telah meninggal dunia yang meninggal. Istilah ini menurut Tgk Daud Zamzami
dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka terlebih dahulu, sedangkan cucu dari anak perempuan dikenal dengan istilah Patah Titi atau Putoh Tutu atau
yang tersebut dalam Pasal 173. tidak mungkin. Cucu dari anak laki-laki baru dapat Hijab. Di sini, sang ayah berlaku sebagai titi alias jembatan
(2) Bagian ahli waris pengganti tidak boleh menggantikan orangtuanya apabila pewaris tidak penghubung antara kakek dan cucu. Ketika sang ayah
melebihi dari bagian ahli waris yang sederajad meninggalkan anak laki-laki lain yang masih hidup. meninggal, terputuslah hubungan (khususnya
dengan yang diganti. Namun demikian, jika anak laki-laki lain masih ada, cucu hubungan penyebab kewarisan) antara kakek dan cucu.
Dilihat dari tujuannya, pembaharuan hukum tersebut tidak mendapatkan apa-apa. Kendati demikian, Islam tetap memandang
kewarisan tersebut dimaksudkan untuk menyelesaikan Selain itu, sebut Syahrizal, satu-satunya pendapat kemuliaan dan keadilan bagi cucu atau anak yatim yang
masalah dan menghindari sengketa. Dalam kaitannya yang mengatakan adanya penggantian tempat dalam telah ditinggalkan oleh orangtuanya tadi, antara lain
dengan hal ini, Soepomo dalam bukunya bahkan hukum Islam adalah Hazairin. Pendapatnya hanyalah dengan memberikan atau menyisihkan sedikit bagian
mengatakan bahwa munculnya institusi pergantian sekedar untuk menggugah para ahli hukum baik ahli dari harta warisan tersebut kepada sang anak yatim.
tempat didasarkan pada aliran pemikiran bahwa harta hukum Islam maupun ahli-ahli hukum lain agar mau Selain itu, dalam aturan adat Aceh, sang kaum ulama
benda dalam keluarga sejak semula memang disediakan mengkaji dan meneliti lebih lanjut persoalan yang menjadi saksi dalam pembagian warisan tersebut
sebagai dasar material keluarga dan turunannya. Jika penggantian tempat ini. pun akan mendapat sedikit bagian yang dikenal dengan
seorang anak meninggal sedang orangtuanya masih Hazairin memberikan penafsiran tentang adanya istilah hak raheung. Pemberian yang diberikan kepada
hidup, anak-anak dari orang yang meninggal dunia penggantian ahli waris dalam hukum Islam dengan anak yatim tersebut (kepada cucu ) dan ulama ini
tersebut akan menggantikan kedudukan bapaknya mengambil dalil Ayat 33 Surah an-Nisa tersebut, yang bukanlah disebut warisan, tetapi hibah.
sebagai ahli waris harta benda kakeknya. menurut terjemahan Departemen Agama RI berbunyi: Sejumlah ulama di Aceh masih menganut ajaran
Namun demikian, KHI juga memberi batasan “ Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang faraidh patah titi dengan berdasarkan pada kitab-kitab
bahwa harta yang didapat oleh sang cucu bukanlah ditinggalkan ibu bapak dan karib kerabat, Kami jadikan fiqih klasik. Oleh karena itu, wajarlah jika ada
keseluruhan dari harta yang seharusnya didapat sang pewaris-pewarisnya (ahli waris). Dan (jika ada) orang- persengketaan perwarisan terkait dengan penggantian
ayah, melainkan hanya 1/3 bagiannya saja. Walaupun orang yang kamu telah sumpah setia dengan mereka, k e d u d u k a n a h l i w a r i s d i A c e h y a n g s a n g a t
demikian, dalam pembaharuan yang terjadi di m a k a b e r i l a h k e p a d a m e r e k a b a h a g i a n n y a . jarang diselesaikan lewat jalur hukum formal di
beberapa Negara muslim lainnya seperti Mesir, Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.” Mahkamah Syar’iyah.
Tunisia dan Pakistan, dalam konteks ini sang cucu bisa Secara bebas Hazairin menerangkan bahwa teks Hingga saat ini masih dipraktekkan sistem patah titi
berlaku menghabiskan seluruh warisan ayahnya yang Ayat 33 Surah an-Nisa mengandung makna bahwa Al- ini di Aceh. Penyelesaian kasus ini biasanya dilakukan
beralih kepadanya karena sang ayah sudah meninggal lah mengadakan mawali untuk si fulan dari harta secara adat dan agama dengan mengumpulkan
dunia terlebih dahulu. peninggalan orangtua dan keluarga dekat ( serta allazina orangtua kampung, ulama dan kaum kerabat. Dengan
Sebaliknya, di dalam kitab-kitab Fiqih Mawaris ‘aqadat aymanukum ) dan bahwa untuk itu berikanlah d e m i k a n n a m p a k b a h w a s e d i k i t s e k a l i y a n g
(Faraidh), khususnya kitab-kitab fiqih klasik, ketentuan kepada mawali itu (hak yang menjadi) bagiannya. menyelesaikannya di Pengadilan Agama atau
ahli waris pengganti seperti demikian tidak dijumpai, Fulan dianggap sebagai ahli waris, karena Mahkamah Syar’iyah. Pada kenyataannya, tidak sedikit
kecuali hanya dalam menentukan besarnya bagian ahli diiringkan dengan kata walidan dan aqrabun yang anak yatim yang kini diasuh oleh kakek dan neneknya
war is dzawil arham bagi madzhab Ahlut Tanzil menjadi pewaris. Apabila yang menjadi pewaris adalah karena orangtua mereka meninggal akibat musibah
apabila tidak dijumpai ahli waris dzawil furud dan orangtua (ayah atau ibu), ahli waris adalah anak dan gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada tahun
ahli waris ashabah . atau mawali anak, demikian menurut Hazairin.. Jika anak- 2004 lalu.
Sebelum dilakukan pembahasan lebih jauh, tulisan anak itu masih hidup, tentu merekalah yang secara Terkait dengan penyelesaian sengketa kewarisan,
ini akan melihat makna dari penggantian tempat ahli serta merta mengambil warisan berdasarkan Ayat 11 sepanjang tahun 2007 Mahkamah Syar’iyah Provinsi
waris dari berbagai sudut. Istilah penggantian tempat Surah an-Nisa. Aceh telah menangani 125 kasus kewarisan dan 292
dalam bahasa Belanda disebut dengan plaatsvervulling. Di Indonesia, khususnya di Aceh, yang kehidupan kasus penetapan ahli waris (bukan penetapan
Penggantian tempat dalam hukum waris disebut dengan hukum adatnya sangat kental dengan hukum Islam, penggantian ahli waris). Namun demikan, dalam kasus
penggantian ahli waris, yaitu meninggal dunianya kondisi ini memang menjadi persoalan yang masih yang berkaitan dengan patah titi ini, dengan sendirinya
seseorang dengan meninggalkan cucu yang diperdebatkan. Sebagian ulama, termasuk di Aceh, Mahkamah Syar’iyah akan menerapkan ketentuan Pasal
orangtuanya telah meninggal terlebih dahulu. Cucu ini masih menolak adanya pembaharuan seperti yang 185 KHI, yaitu menghapus lembaga patah titi yang
menggantikan posisi orangtuanya yang telah meninggal tertera dalam KHI dengan alasan bahwa istilah dikenal oleh masyarakat Aceh yang sekaligus mengakui
untuk mendapatkan warisan dari kakek atau neneknya. penggantian tempat ini tidak ditemukan secara tegas cucunya sebagai ahli waris pengganti bagi ayahnya yang
Besarnya bagian yang seharusnya diterima oleh cucu dalam ayat-ayat Al-Quran dan hadist Nabi yang telah meninggal dunia lebih dahulu dari pada kakek/
adalah sejumlah bagian yang seharusnya diterima menerangkan tentang hukum faraidh (hukum kewarisan) neneknya.
orangtuanya jika mereka masih hidup. . Namun demikian, mereka yang menerima keberadaan Minimnya penanganan kasus penggantian ahli
Menurut Alyasa’ Abubakar, dosen pascasarjana pembaruan penafsiran ini mendasarkan pada bahwa waris di Mahkamah Syar’iyah, sebut Syahrizal,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Islam juga membawa nilai keadilan, ukhuwah, dikarenakan masih minimnya sosialisasi tentang
istilah penggantian tempat ini hanya dikenal dalam persamaan, menjunjung tinggi anak yatim. Karena penggantian ahli waris. Pada kenyataannya,
hukum barat (BW) dan hukum adat namun tidak dikenal alasan inilah mereka menganggapnya sebagai suatu penggantian ahli waris merupakan suatu pembaharuan
dalam hukum Islam. Walaupun demikian, dengan yang penting untuk dipraktekkan di Indonesia. hukum Islam yang cukup besar di Indonesia. Jika
adanya pembaharuan penafsiran hukum waris ini, istilah Meski demikian, sebut Syahrizal, walau di dalam aturan hukum ini disosialisasikan dengan baik,
penggantian tempat pun kini sudah dibukukan dalam hukum adat di Aceh tidak dikenal dengan penggantian pemahaman patah titi tidak lagi mencuat dalam
Kompilasi Hukum Islam, yang kini digunakan dalam setiap ahli waris, pada prakteknya banyak juga ahli waris yang kehidupan masyarakat Aceh
penyelesaian sengketa di Mahkamah Syar’iyah. memberikan sedikit atau sebagian hartanya untuk anak- Selain itu, pemahaman masyarakat akan kasus ini
Syahrizal, Dosen Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry, anak yatim yang ditinggalkan orangtuanya tadi. pun masih sangat terbatas. Tgk. Daud Zamzami
dalam disertasinya mengenai Penggantian Ahli Waris Patah Titi atau Putoh Tutu mengatakan bahwa masyarakat tidak terlalu memahami
dalam Hukum Islam mengatakan bahwa jika dikaji secara Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) aturan-aturan yang ada dalam Kompilasi Hukum Islam
mendalam, kitab fiqih klasik sebenarnya juga memberi Aceh, Tgk Daud Zamzami, menerangkan bahwa tidak dan juga tidak terlalu memahami ajaran-ajaran yang ada
peluang adanya pemberian saham waris kepada cucu ada alasan untuk memberi tafsiran lebih jauh tentang dalam kitab fiqih. Masyarakat hanya akan bertanya
walaupun konteksnya tidak sama dengan konteks hukum penggantian kedudukan ahli waris jika memang tidak kepada guru-guru mereka, dalam hal ini ulama, jika
adat. Dalam disertasinya Syahrizal juga menyatakan terdapat penjelasan yang tegas didalam Al-Quran. Selain mereka mendapatkan kesulitan.
pendapat Professor di bidang hukum, Ismuha, yang itu, dalam hukum adat di Aceh
menjelaskan bahwa dalam kitab fiqih terdapat istilah pun tidak terdapat aturan Semua artikel dalam seri ini dapat ditemukan pada website IDLO
penggantian tempat ahli waris namun dengan bentuk a d a n y a p e n g g a n t i a n di http://www.idlo.int/bandaacehawareness.HTM

Rubrik ini dipublikasikan atas kerjasama Harian Serambi INDONESIA dengan IDLO

Anda mungkin juga menyukai