Anda di halaman 1dari 12

HUKUM ISLAM

AHLI WARIS PENGGANTI


DOSEN PENGAMPU : MUHAMMAD AZANI, S.Th.I., MSI

KELOMPOK :
IKHSANUL FITRAH 2174201010
NINDY PUTRI RAHMADHANI 2174201318
ARDIAN FADILLAH 22174201008
PENGERTIAN AHLI WARIS

01 02

MENURUT MENURUT
KAMUS HUKUM HAZAIRIN
Ahli Waris Pengganti Yaitu pengganti Cucu yang terlebih dahulu orang tuanya
dalam pembagian warisan bilamana ahli waris meninggal dunia dari kakek neneknya, secara
tersebut lebih dahulu meninggal dunia dari umum (dengan tanpa membedakan jenis
sipewaris, maka warisannya dapat diterima kelamin) dapat menggantikan kedudukan orang
kepada anak-anak waris yang meninggal. tuanya dalam memperoleh warisan secara umum
Yan pramadya puspa, kamus hukum, (dengan tanpa membedakan jenis kelaminnya)
(Semarang : CV.Aneka Ilmu,1997),halaman pula. Pemahaman ini didasarkan pada
320. pemahaman kata ”mawali” dalam Q.S An-nisa’
AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM ISLAM
KLASIK
Istilah Syamsudin Muhammad Al-Ramli dalam Karyanya
a. Cucu laki laki dari anak laki laki dapat menggantikan ayahnya , sedangkan
cucu dari anak perempuan tidak mungkin.
b. Cucu tersebut baru dapat menggantikan orang tuanya apabila pewaris
tidak meninggalkan anak laki laki yang masih hidup.
c. Hak yang di peroleh pengganti belum tentu sama dengan hak orang yang
di gantikan tetapi mungkin berkurang.

Istilah Muhammad Amin Al-Asyi


Cucu dari anak laki laki adalah seperti anak laki laki, hanya ia tidak mendapat
dua kali bahagian bersama anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki
laki adalah seperti anak perempuan, kecuali ia dapat terhalang dengan adanya
anak laki laki, nenek perempuan adalah seperti ibu, hanya ia tidak dapat
menerima 1/3 atau 1/3 sisa. Kakek adalah seperti ayah, kecuali ia tidak dapat
menghalangi saudara seibu sebapak dan saudara sebapak, saudara laki laki
sebapak adalah seperti saudara laki laki seibu- sebapak, kecuali ia ridak
menerima dua kali banyaknya, bersama saudara perempuan sebapak, kecuali
ia dapat terhalang dengan adanya saudara laki laki seibu sebapak.
AHLI WARIS PENGGANTI DALAM
KHI DAN HUKUM ISLAM KONTEMPORER
Anak dari yang seharusnya menjadi ahli waris yang meninggal lebih dulu dari pewaris,
itulah yang disebut dengan ahli waris pengganti . Anak dari ahli waris yang meninggal
lebih dulu dari pewaris dapat menggantikan kedudukan bapaknya sebagai ahli waris
dengan syarat anak itu tidak terhalang menjadi ahli waris seperti yang disebut dalam
pasal 173. 75%

Dalam khibah wabagian bagi ahli waris pengganti belum tentu sama jumlah nya dengan
ahli waris yang di gantikan sekiranya ia masih hidup, Karena ada di syariatkan bagian
ahli waris pengganti tidak boleh lebih dari ahli waris yang sederajat dengan yang di ganti

Imran AM. Mengatakan bahwa system kewarisan yang dianut oleh kompilasi hukum
islam adalah system kewarisan bilateral sesuai dengan Q.S. al—Nisa’ (4) : 7 dan 11, yaitu
baik anak laki – laki maupun anak permepuan, demikian juga cucu dari anak laki-laki
maupun perempuan adalah sama sama dinyatakan sebagai ahli waris.
Departemen Agama R.I. Telah menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Analisis
Hukum Islam Bidang Kewarisan”. Di dalam buku tersebut dinyatakan bahwa
“Walaupun tidak bersifat memaksa , pencantum ketentuan ini (Ahli waris pengganti) Di
dalam kompilasi Hukum Islam secara tidak langung akan bersinggungan dan mengubah
banyak aturan di dalam faraid (Fikih kewarisan Islam).

75%
Menurut Fiqih tradisional(Sunni) yang berlaku di indonesia selama ini, kalau anak
tersebut perempuan hanya dapat menghijab nuqsan (mengurangi bagoan ahli waris
asabah).

Menurut Riwayat dari Umar Bin Khattab dari Ib jarir dan juga Ibn abbas dan Ibn
zubair, dalam riwayat ib jarir mereka berpendapat bahwa makna kata walad yang ada
dalam ayat Q.S.al-Nisa(4);176;meliputi anak laki-laki dan perempuan kata walad dalam
ayat tersebut bukan hanya di pergunakan dalam pengertian anak tapi juga mencakup
bapak, hal ini di dasarkan atas putusan Abu bakar kemudan di anut jumhur ulama.
Pendapat hazairin itu di dasarkan atas analisis nya terhadap Q.S. An-Nisa (4);33 Dimana
kata-kata mawali di artikan sebagai ahli waris mengganti yaitu ahli waris yang
menggantikan seseorang untuk memperoleh bagian warisan yang tadi nya akan di peroleh
oleh orang yang di janjikan itu seandainya masih hidup

Sayuti Thalib, menjelaskan tentang mawali sebagai ahli waris pengganti menarik 4
garis hukum, yaitu:
A. Dan bagi setiap orang, kami(Allah) yang telah menjadikan mawali (Ahli waris
75%
pengganti)untuk mewariskan harta peninggalan ibu bapak nya (yang tadinya akan mewarisi
harta peninggalan itu).
B. Dan bagi setiap orang kami (Allah) telah menjadikan mawali untuk mewarisi harta
peninggalan aqrabun-nya (yang tadinya akan mewarisi harta peninggalan itu).
C. Menjadikan mawali untuk mewarii harta peninggalan dalam seperjanjian nya.
D. Maka berikanlah kepada mereka warisan mereka

Menurut Muhammad Daud Ali menyatakan bahwa yang menjadi dasar memasukan
ahli waris pengganti ke dalam kompilasi hukum islam adalah memberlakukan asas
keadilan yang berimbang, yang menjadi dasar memasukan ahli waris pengganti ke dalam
kompilasi hukum islam adalah memberlakukan asas keadilan yang berimbang, karna
keadilan merupakan salah satu tujuan hukum di samping kepastian hukum dan
prikemanusiaan
Ammrullah Ahmad memberikan komentar atas pendapat Hazairin yang
menyatakan bahwa dalam sistem kewarisan bilateral ahli waris dibagi kepada tiga
golongan yaitu zawwi al faraid ,zawwi al qarabah dan mawali yaitu:
A. Mawali adalah sebagai ahli waris pengganti.
B. Mawali menerima bagian sebanyak yang di terima oleh orang tuanya
seandainya mereka masih hidup.
C. Mawali yang kedudukan nya sama dengan satu zurai akan berbagi
diantaranya mereka menurut prinsip bagian seorang anak laki-laki
memperoleh dua bagian dari anak perempuan. 75%
D. Penggantian ini merupakan prinsip yang bersifat umum dan terbuka
sampai keturunan yang terbawah
E. Hajib mahjub hanya berlaku dalam satu zurai
F. Yang digantikan maupun yang menggantikan tidak di bedakan antara laki-
laki dan perempuan

Prinsip hukum islam dalam menerapkan suatu hukum kata Fathurrahman Djamil,
adalah berupaya mewujudkan keadilan, sebab sistem hukum yang tidak punya akar
substansial pada keadiloan dan moralitas akhirnya akan di tinggalkan oleh masyarakat
M. Yahya Harahap berpendapat bahwa sumber utama yang di gunakan dalam perumusan pasal
185 kompilasi hukum islam adalah Alquran dan sunnah , seperti di tafsirkan oleh hazairin . bahkan
dalam pelembagaan pasal 185 kompilasi hukum islam tersebut ,ia mencatat
1. Pelembagaanya melalui pendekatan kompromistis dengan hukum adat atau nilai nilai hukum
Eropa
2. Cara perkembangannya tidak mengikuti pendekatan berbelit melalui bentuk “ wasiat wajibah”
seperti yang di lakukan beberapa Negara seperti mesir. Tetapi langsung secara tegas menerima
konsepsi yuridis waris pengganti baik dalam bentuk dan perumusan
75%
3. Penerimaan lembaga ini tidak secara bulat , tetapi dalam bentuk modifikasi salam acuan
penerapan, :
a. Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi bagian ahli waris yang sederajat dengan
yang diganti
b. Jadi kalau waris pengganti seorang saja , dan ayahnya hanya mempunyai seorang saudara
saja , dan ayahnya hanya mempunyai seorang saudara perempuan , agar bagiannya sebagai waris
pengganti tidak lebih besar dari bagian saudara perempuan ayahnya . harta warisan dibagi dua antara
ahli waris pengganti dengan bibinya
Dari penjelasan tersebut dapat di fahami , bahwa pemberlakuan
pasal 185 kompilasi hukum islam tersebut bersifat tentatif, buat
imperative. oleh karena itu fungsi hakim pengadilan agama dalam
menentukan ahli waris pengganti demikian besar. Ahli waris
pengganti itu akan menghijab setiap orang yang semestinya di
hijabkanya, hal ini berlaku umum tanpa membedakan jenis
kelamin ahli waris pengganti tersebut.
AHLI WARIS PENGGANTI DI NEGARA-NEGARA
MUSLIM
Sejauh pelacakan penulis terhadap berbagai sumber, belum ada Negara Negara muslim yang menganut dan
mencantumkan ahli waris pengganti dalam perundang undangannya, seperti yang terdapat dalam KHI, mesir
misalnya b, menyelesaikan kasus cucu yang ayahnya meninggal lebih dahulu dari kakek (pewaris), meskipun
pewaris mempunyai anak laki laki lain yang masih hidup, dengan cara wasiat wajibah

Diadopsi dari pasal 76 undang – undang wasiat mesir, dengan sedikit modifikasi, misalnya, dalam
undang undang wasiat mesir di sebutkan, bahwa orang yang berhak mendapatkan wasiat wajibah itu
adalah keturunan anak laki laki sampai ke bawah, dan keturunan anak perempuan terbatas hanya
pada generasi pertama dari ahli waris yang lebih meninggal dahulu, sedangkan dalam undang
undang keluarga suriah menetapkan bahwa yang berhak mendapat wasiat wajibah hanya terbatas
keturunan anak laki laki saja, sedang keturunan dari anak perempuan tidak berhak, dan mereka
termasuk golongan zawil arham

Dalam pasal 841 dinyatakan bahwa penggantian tempat ahli waris yang meninggal
lebih dahulu dari pewaris, memberi hak kepada orang yang menggantikan untuk
bertindak sebagai pengganti dalam derajat dan dalam segala hak orang yang di
gantikannya
Berdasarkan uraian di atas, ternyata ahli waris penggantian selain dalam KHI,
ditemukan juga dalam KUH perdata dan hukum Adat, pandangan hazairin sama dengan
ketentuan yang terdapat dalam KUH perdata dimana hak ahli waris pengganti persis
sama dengan hak orang yang diganti, demikian juga dalam hukum adat, berbeda dengan
KHI di temukan bahwa hak ahli waris pengganti tidak boleh melebihi hak yang
diterima orang yang sederajat dengan yang diganti

Sementara itu di Negara Negara muslim lain tidak dikenal ahli waris
pengganti, tetapi memberlakukan wasiat wajibah. Bila ahli waris
pengganti ini di hubungkan dengan teori teori pembaharuan hukum
islam yang di kemukakan sebelumnya, maka termasuk bentuk
pembaharuan sebagai reinterpretasi dan reformulasi dan takhayur
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai