Marizka Khairunnisa
Indah Nur Esti Leksani
Dusri Lens Messah
Betty Roosihermiatie
ISBN 978-602-1099-17-9
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis
dari penerbit.
ii
Buku seri ini merupakan satu dari dua puluh buku hasil
kegiatan Riset Etnografi Kesehatan Tahun 2014 di 20 etnik.
Pelaksanaan riset dilakukan oleh tim sesuai Surat Keputusan
Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Nomor HK.02.04/1/45/2014, tanggal 3 Januari 2014,
dengan susunan tim sebagai berikut:
Pembina
Penanggung Jawab
iii
Koordinator wilayah
iv
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
v
vii
xi
xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1
3
3
4
4
4
4
4
5
6
7
7
2.1.Sejarah Desa
2.1.1. Asal Usul
2.1.2. Perkembangan Desa
2.2. Geografi dan Kependudukan
2.2.1. Geografi
2.2.2. Kependudukan
2.3. Religi
2.3.1.Kosmologi
vii
9
9
14
19
19
24
29
29
34
36
36
38
47
55
55
56
57
71
58
58
59
61
61
63
65
66
71
71
72
81
82
88
112
112
113
113
115
viii
115
115
116
119
126
128
129
130
132
132
134
136
137
138
140
145
149
154
155
159
163
168
169
170
171
171
171
171
172
173
175
176
177
179
179
179
180
182
182
182
182
183
184
187
5.1. Kesimpulan
5.2.Rekomendasi
187
188
INDEKS
GLOSARIUM
DAFTAR PUSTAKA
191
194
198
DAFTAR TABEL
xi
24
77
DAFTAR GAMBAR
13
15
20
20
23
26
27
27
30
46
53
60
63
65
67
69
75
77
78
80
81
130
xiii
139
156
157
158
160
161
162
163
164
165
166
167
167
168
172
174
174
176
177
181
183
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Metode Penelitian
Analisis data
BAB 2
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
2.1.
Sejarah Desa
10
11
12
Gambar 2. 1
Batu Termanu di Rote Tengah
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
13
14
Gambar 2. 2
Tower Listrik Tenaga Surya di Dusun Tayoen
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
16
Mobilitas Penduduk,
Komunikasi
Sarana
Transportasi,
dan
17
18
19
Gambar 2. 3
Peta Pulau Kab Rote Ndao
Sumber: ayahaan.wordpress.com
Gambar 2. 4
Jalan Penghubung Antar Dusun di Desa Limakoli
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
20
21
22
Gambar 2. 5
Salah satu binatang ternak peliharaan warga
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
23
JUMLAH
PENDUDUK
124.835
8.230
562
LUAS WILAYAH
(KM2)
1.278,05
162,51
26,87
KEPADATAN
PENDUDUK
98
51
21,55
25
Gambar 2. 6
Rumah Penduduk Desa Limakoli
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
26
Gambar 2. 7
Dinding Rumah Terbuat dari Bebak
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
Gambar 2. 8
Atap Rumah dari daun pohon gewang
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
27
28
29
Gambar 2. 9
Daging Babi untuk Pesta Kematian
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
30
31
32
33
34
35
36
37
38
2) Cucu raja, belis sejumlah 100 Gulden atau empat ekor kerbau
betina
3) Mantan raja, belis sejumlah 75 Gulden atau tiga ekor kerbau
betina
4) Temukung atau sekarang setingkat kepala desa, belis sebesar
100 gulden atau empat ekor kerbau betina.
5) Keturunan raja atau dalam satu marga, belis sebesar 55
Gulden atau dua ekor kerbau betina dengan satu tenak
kerbau/satu adik/ satu ekor anak kerbau.
6) Rakyat, belis sebesar 25 Gulden atau satu ekor kerbau betina
dengan anaknya.
Pihak yang berhak mendapatkan belis adalah pihak orangtua
dan too atau paman dari pihak perempuan. Orangtua mendapatkan
belis sebagai tanda balas jasa, tanda terima kasih atau disebut balas
air susu. Sementara itu too mendapatkan bagian belis karena di
masa lalu mempunyai peran penting untuk memanjat pohon lontar
yang menjadi pohon kehidupan masyarakat Rote. Pada masa itu
hampir seluruh kehidupan masyarakat Rote bergantung pada
pohon lontar. Sumber makanan masyarakat Rote pun tergantung
pada gula air yang merupakan hasil dari pohon lontar. Sehingga
untuk membalas jasa too yang telah menyadap lontar, membawa
turun gula air maka too mendapatkan bagian dari belis perkawinan.
Belis yang diterima oleh pihak perempuan tersebut kemudian
akan dikembalikan dalam bentuk barang untuk mengisi rumah.
Barang kebutuhan tersebut seperti berupa kursi, lemari makan,
lemari pakaian, tempat tidur, piring, gelas, bahkan sampai tungku
tempat memasak beserta abunya pun turut dibawa serta.
Pada masa sekarang meskipun beberapa suku mulai
menghilangkan atau mengurangi nilai belis, karena menganggap
sebagai semacam transaksi jual beli anak perempuan, tetapi masih
banyak yang menggunakan belis dalam pernikahan. Salah seorang
informan mengatakan, penetapan belis pada masa kini telah
39
40
41
Denda Pernikahan
Di dalam pernikahan Rote, terdapat beberapa macam
denda adat terkait dengan pernikahan yaitu:
1. Denda buka pintu (suelelesu/lalaba nusak) adalah denda
karena terjadi pernikahan berbeda wilayah. Besar denda ini
tidak ditentukan dan merupakan kesepakatan bersama.
2. Bayar darah adalah denda karena penganiayaan yang
dilakukan oleh seorang suami kepada istri. Besar denda ini
berdasar atas kesepakatan antara kedua belah pihak.
3. Denda cuci muka (naluoek) karena seseorang melarikan anak
perempuan. Demikian juga jika seorang perempuan hamil
sebelum menikah, maka pihak laki-laki akan dikenakan denda
satu ekor kerbau betina yang sudah mempunyai anak.
4. Nalelesu adalah istilah kawin lari dalam bahasa Rote, yaitu
suatu kondisi di mana dua orang menikah tanpa kesepakatan
dari kedua orangtuanya. Jika seseorang melakukan kawin lari,
maka orang tersebut dikenakan denda berupa satu ekor
kerbau betina. Denda kawin lari disebut kenggauk atau injak
duri karena ketika orangtuanya mencari akan menginjak duri,
sehingga sebagai anak harus membayar denda potong duri.
Ketika kedua denda ini sudah diselesaikan, barulah kedua
belah pihak bisa masuk ke dalam tata cara pernikahan yang
biasa dilakukan.
5. Melangkahi adalah sebuah denda yang harus diberikan jika
seorang adik menikah mendahului kakak laki-lakinya yang
belum menikah. Nilai denda yang dikenakan tergantung dari
kesepakatan antara pihak kakak dengan pihak adik. Denda ini
tidak berlaku jika yang dilangkahi dalam pernikahan adalah
kakak perempuan.
43
tersebut sah menjadi bagian dari anak leo pada hari tersebut.
Setelah acara penyambutan, dilakukan acara penandatanganan
surat yang menyatakan bergabungnya seseorang ke dalam leo.
Pola penentuan pemilihan jodoh
Pada dasarnya suku Rote cukup terbuka dalam
membicarakan masalah pemilihan jodoh. Tidak ada pelarangan
secara keras jika kedua orang saling jatuh cinta walaupun
berbeda keyakinan, misalnya. Jika menikah nantinya, salah satu
pihak dipersilahkan untuk mengikuti keyakinan pihak lainnya.
Dalam adat Rote, seorang perempuan yang sudah menikah akan
mengikuti fam keluarga suaminya. Fam milik keluarga istri tidak
hilang, melainkan disematkan di belakang fam keluarga
suaminya.
Pernikahan di dalam marga dilarang. Tetapi seandainya
terjadi maka pihak yang melakukan pernikahan tersebut
dikenakan denda. Denda adat tersebut adalah satu ekor mae
atau kerbau betina yang sudah beranak. Sebagai contoh di dalam
marga Kiukanak terdapat fam Lian dan Seubelan, jika kedua fam
tersebut melakukan pernikahan akan dikenakan denda. Dalam
hal ini pihak laki-laki harus menanggung denda dengan
membayarkan denda ke pihak perempuan.
Sedangkan dua orang yang memiliki fam sama tidak boleh
menikah dengan alasan apapun, walaupun jika dilihat dari
hubungan darah maupun kekerabatan bukan termasuk dalam
keluarga satu darah. Bagaimanapun jauhnya hubungan darah
orang dengan fam yang sama, mereka tetap merupakan keluarga
yang tidak boleh saling menikah. Jika kedua orang tersebut tetap
menikah, maka risikonya akan dikucilkan dari keluarga dan diusir
dari dalam suku atau tidak diakui menjadi anggota suku. Sebab
bagi suku Rote, hal tersebut menunjukkan kerusakan moral dan
pencemaran terhadap nama baik keluarga besar.
45
Gambar 2. 10
Jenis Pernikahan yang Disukai, Pernikahan Tuti Kalike
46
47
48
49
50
51
52
Gambar 2. 11
Pagar untuk melindungi lahan pertanian dari ternak
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
53
54
55
56
57
58
59
Gambar 2. 12
Alat musik Sasando
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
61
62
Gambar 2. 13
Suasana Pasar Ofalain
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
63
64
Gambar 2. 14
Anak mengasuh adik
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
65
cuci, sabun mandi, minyak tanah, gula, kopi, dan juga garam.
Barulah kemudian penghasilan tersebut digunakan untuk
menyiapkan keperluan-keperluan tuu.
2.8.4. Jenis Kepemilikan Barang
Rata-rata warga masyarakat sudah mempunyai sepeda
motor sebagai alat transportasi. Televisi masih menjadi barang
mewah, dan tidak semua orang memiliki televisi. Tetapi hal itu
juga disebabkan karena ketersediaan listrik dengan tenaga surya
sehingga penggunaanya terbatas. Telepon genggam sudah
dimiliki oleh hampir setiap keluarga penduduk Limakoli yang
sudah berusia dewasa. Beberapa anak usia sekolah juga ada yang
mempunyai telepon genggam.
Sebagian besar rumah tidak mempunyai dekorasi atau
hiasan rumah tertentu. Tetapi beberapa rumah terdapat dekorasi
kepala rusa atau kepala babi hutan hasil buruan atau mempunyai
hiasan bunga terbuat dari plastik yang merupakan tugas anak
sekolah.
2.9. Teknologi dan peralatan
Macam-macam peralatan informasi dan transportasi
Terkait dengan teknologi komunikasi penduduk Desa
Limakoli tidak mengalami kesulitan dalam menggunakan telepon
genggam. Hampir setiap rumah mempunyai telepon genggam.
Bidan desa juga memberikan nomor telepon, khususnya kepada
ibu hamil agar bisa dihubungi setiap saat. Sebenarnya dibutuhkan
kesadaran masyarakat yang lebih tinggi agar menggunakan
telepon genggam sebagai alat untuk menghubungi tenaga
kesehatan dalam pencarian pertolongan kesehatan.
66
Gambar 2. 15
Teknologi yang dipergunakan di bidang pertanian
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
67
68
Gambar 2. 16
Kegiatan mencuci di sungai
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
69
70
BAB 3
POTRET KESEHATAN
71
72
73
74
ada botol bekas minuman air mineral, botol bekas minuman teh
instan, tidak tahu sudah berapa kali dipakai karena kusam
warnanya.
Gambar 3. 1
Suasana Penimbangan di Posyandu
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
75
76
Jml
KK
32
69
51
152
Jml
Jiwa
127
241
194
262
Leher
angsa
12
25
20
57
Plgsgn
2
6
12
20
Cemp
lung
6
10
7
23
Jamban
BABS
102
199
183
484
25
42
11
78
Gambar 3. 2
MCK permanen di desa Limakoli
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
77
Gambar 3. 3
Kamar Mandi non permanen milik warga
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
78
79
Gambar 3. 4
Salah satu sumur pribadi milik warga
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
80
Gambar 3. 5
Penampungan air bersih keluarga
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
81
82
83
84
85
86
87
3.1.4.5. Diabetes
Meskipun pada saat penelitian tidak ditemukan seorang
penderita diabetes, tetapi pernah terjadi penyakit diabetes yang
menimpa mama kandung salah seorang informan. Menurut
pengetahuan informan, penyakit diabetes atau penyakit gula bisa
dibagi menjadi dua, yaitu penyakit gula kering dan penyakit gula
basah. Gula kering menyebabkan berat badan penderitanya terus
menurun, sementara itu penyakit gula basah menyebabkan
tubuh penderitanya mengalami luka, bahkan bisa sampai
membusuk. Penyakit tersebut karena pengaruh makanan, dan
tidak ada kaitannya dengan faktor keturunan. Makanan yang
dimaksud adalah makanan yang rasa manisnya terlalu berlebih,
seperti gula air. Menurut mama Dlc, meskipun rutin minum obat,
tetapi tidak ada perubahan yang cukup berarti dalam tubuh sang
ibu.
3.2. Suanggi
Suanggi merupakan bahasa daerah untuk menyebut
kekuatan gaib yang dikirim oleh seseorang untuk menyakiti orang
lain. Suanggi merupakan nama ilmu hitam yang digunakan untuk
menyakiti atau merugikan orang lain, sementara itu orang yang
bisa melakukan suanggi disebut dengan istilah tukang suanggi
atau man suanggi dalam bahasa Rote.
Berkaitan dengan permasalahan kesehatan, tampaknya
kekuatan Suanggi ini tidak bisa dipisahkan begitu saja, karena
kepercayaan masyarakat terhadap suanggi yang kemudian
menyebabkan seseorang sakit masih sangat besar.
Penyakit yang disebabkan karena kekuatan suanggi
dipercaya karena iri hati, terutama iri karena melihat orang lain
mempunyai kelebihan harta, mempunyai kehidupan yang lebih
baik, dan lebih berhasil dalam mengusahakan sesuatu.
88
89
90
Penangkal Suanggi
Tidak banyak informasi yang bisa dikumpulkan mengenai
obat-obatan atau bahan penangkal suanggi. Orang yang
dikatakan mengetahui tentang cara pengobatan suanggi tidak
bisa mengatakannya dengan rinci. Mereka hanya bisa
mengatakan bahwa penangkal suanggi bisa terbuat dari bahan
akar atau jenis tanaman tertentu, tanpa menyebutkan nama akar
atau tanaman tersebut. Akar yang dimaksudkan bisa digantung
di sudut-sudut rumah, untuk menangkal kedatangan kuntilanak,
yang bisa membawa penyakit, agar tidak masuk ke dalam rumah.
Untuk menghindari penyakit yang disebabkan karena perbuatan
manusia, bisa digunakan palang tubuh dengan cara
menggunakan akar yang direbus dan dioles dengan rendaman
minyak kelapa.
Seseorang yang bisa mengobati orang yang terkena
suanggi, tidak bisa memberitahukan bahan-bahan apa saja yang
bisa digunakan untuk meyembuhkan penyakit akibat suanggi
tersebut, karena itu merupakan rahasia. Media penyembuhan
yang dilakukan biasanya melalui air, akar-akaran atau daundaunan, dan juga mantra.
91
92
93
95
2. Kasus Mama Dm
Mama Dm adalah seorang ibu muda yang meninggal
beberapa minggu setelah melahirkan anak pertama. Menurut
pihak keluarga, tidak ada masalah kehamilan yang berarti ketika
mama Dm mengandung. Suatu kali mama Dm merasa tertikam
perutnya di usia kehamilan empat bulan dan diurut, seperti yang
biasa dilakukan oleh ibu-ibu hamil di Desa Limakoli, sebanyak tiga
kali.
Ketika bersalin, tidak ada kelainan yang dirasakan maupun
diketahui oleh pihak keluarga. Mama Dm merasakan tanda-tanda
melahirkan pada sore harinya, dan pada malam harinya lahir
anak laki-laki.
Menurut ayah mama Dm, proses melahirkan mama Dm
terhitung lancar, tidak mengalami kesulitan apapun yang dibantu
oleh ibu dari mama Dm. Ketika melahirkan, mama Dm
mengeluarkan cukup banyak darah, tetapi oleh keluarga
dianggap hal yang biasa dialami orang yang sedang bersalin.
Kalau susah pakai dukun-dukun koh, dari rumah sakit,
sonde (tidak). Melahirkan baik-baik Mama HL.
Kalau dia melahirkan itu kalau dia terganggu berarti
botong (kita) panggil dukun ko kesehatan. Ini sonde
(tidak) nah. Dia lahir baik-baik. Tambah bapak HL.
96
97
98
cabai agar tidak kambuh. Ketika lambung dirasa sakit, maka tidak
lama kemudian kepalanya terasa pusing. Dokter di Rumah Sakit
Baa tersebut memberikan obat tetapi ternyata penyakitnya tidak
kunjung membaik.
Karena tidak kunjung membaik maka orangtuanya
membawa ke dokter Rumah Sakit di Kupang. Al dinyatakan
menderita penyakit syaraf diberi obat. Tetapi sampai dengan
obat habis, penyakit Al tetap kambuh.
Al tidak bisa mengingat apapun yang terjadi pada saat
penyakitnya kambuh. Tetapi sebelumnya Al bisa merasakan
gejala ketika penyakitnya akan kambuh. Al akan segera
memberitahukan ibunya, atau jika sedang tidak ada orang di
rumah maka dia segera pergi ke rumah nenek yang berdekatan
dengan rumahnya.
Ketika kambuh, kepala Al terasa berputar dan tertarik
selama kurang lebih setengah jam. Ketika mulai tidak sadarkan
diri, tubuh Al mulai berkeringat, diikuti dengan gerakan mulut
mengunyah. Menurut tetangganya gerakan mengunyah ini
seperti gerakan kambing yang sedang mengunyah rumput,
dengan kepala bergerak-gerak dari kiri ke kanan. Rasa sakit
kepala tersebut bisa berlangsung dua sampai tiga kali dalam satu
minggu. Pada saat kambuh AI hanya bisa berpegangan pada kursi
sampai akhirnya sadar kembali.
Saat ini, Al tidak boleh terkena panas, karena kemungkinan
penyakitnya kambuh menjadi lebih sering. Itulah salah satu
alasan mengapa ayah Al melarang bersekolah karena harus
menempuh perjalanan cukup jauh. Untuk saat ini, kegiatan Al
terbatas pada kegiatan bermain dengan teman-teman yang ada
di sekitar rumah. Mengambil air dan berada di dekat tungku
menjadi dua hal yang dilarang oleh orangtua Al karena takut
sewaktu-waktu pingsan dan terkena api atau tercebur ke dalam
sumur.
99
100
101
102
103
104
105
106
107
makhluk yang bukan manusia (hantu, roh leluhur, atau roh jahat),
maupun makhluk manusia (tukang sihir atau tukang tenung).
Sistem seperti ini disebut dengan sistem personalistik, karena
penyakit tersebut ditujukan khusus kepada korban atau orang
yang menjadi sakit. Dalam kasus masyarakat di desa Limakoli,
kepercayaan masyarakat akan penyebab penyakit muncul
karenja penyakit tersebut disebabkan karena makhluk bukan
manusia (dalam hal ini adalah kuntilanak), dan makhluk manusia
(yang disebabkan karena tukang sihir yang disebut tukang
suanggi atau man suanggi oleh masyarakat).
Kuntilanak dan man suanggi merupakan agen-agen yang
bisa bertindak untuk menyebabkan penyakit. Penyakit-penyakit
yang ditimbulkan merupakan penyakit yang bisa berujung kepada
kematian dalam jangka waktu yang cukup cepat. Penyakitpenyakit
tersebut
pada
umumnya
diawali
dengan
ketidakberdayaan fisik untuk melakukan kegiatan sehari-hari,
keluarnya darah dari bagian tubuh tertentu, perut yang terasa
sakit, dan wajah penderita yang pucat. Wajah dan tubuh yang
pucat tersebut disebabkan karena kuntilanak atau roh jahat
menghisap habis darah merah yang ada pada perut ibu, dan
hanya meninggalkan darah putih, sehingga kemudian bayi
menjadi tidak berdaya dan meninggal.
Rasa iri merupakan alasan utama seseorang menjadi
korban dari kekuatan man suanggi. Hal ini sama dengan
penemuan penelitian yang dilakukan pada orang Dobu di
Melanesia, yang menyebutkan bahwa penduduk menganggap
bahwa penyakit (illness) berasal dari agen yang diakibatkan
terutama oleh rasa iri.
Banyak kasus penyakit ataupun kasus-kasus kematian yang
oleh penduduk dikatakan disebabkan oleh suanggi, terutama
adalah penyakit-penyakit yang bersifat mendadak, maupun
menyebabkan kematian secara mendadak, atau penyakit yang
108
109
110
111
untuk makan atau minum dalam pesta yang dihadiri oleh banyak
orang. Karena dikatakan, biasanya dalam kesempatankesempatan seperti itulah orang akan mengirimkan racun kepada
sasaran.
Sementara itu dalam sistem naturalistik, penyakit (illness)
dijelaskan dengan istilah-istilah sistemik yang bukan pribadi
(Foster, 1986). Penyakit yang disebabkan karena sistem medis
naturalistik ini disebabkan karena ketidakseimbangan yang ada di
dalam tubuh seseorang, misalnya ketidakseimbangan antara
unsur-unsur panas dan dingin dalam tubuh, cairan yang ada di
dalam tubuh, atau juga konsep yin dan yang.
Pencegahan Penyakit dalam Tradisi
Pencegahan penyakit secara tradisional dilakukan oleh
masyarakat desa Limakoli, antara lain dengan menggunakan
jimat tertentu. Penggunaan jimat kami temui pada bayi yang
baru lahir. Akar gelenggitik disematkan pada pakaian bayi untuk
mencegah agar bayi terhindar dari makhluk halus yang nantinya
akan menyebabkan bayi menjadi sakit. Ibu hamil biasanya
memakai sisir di rambut, kemudian memegang paku sebagai
upaya pencegahan keguguran bayi dalam kandungan.
3.3. Sistem Pelayanan Kesehatan
3.3.1. Formal (Ketersediaan, Aksesibilitas)
Pelayanan yang diterima di Puskesmas Namodale,
dikatakan oleh informan baik, karena petugasnya ramah.
Puskesmas Namodale juga bisa ditempuh dari desa Limakoli
dengan cukup mudah, disebabkan karena akses jalan yang sudah
relatif baik. Jarak tempuh pun tidak terlalu lama, sekitar setengah
jam perjalanan ditempuh dengan menggunakan kendaraan
112
bermotor.
Transportasi umum tidak ada, hanya ada alat
transportasi ojek dari warga desa setempat.
3.3.2 Tradisional (Ketersediaan, Aksesibilitas)
Di desa limakoli terdapat pengobat tradisional yang utama
adalah seorang dukun kampung yang kebanyakan membantu
urut, mengobati patah tulang dan menolong kelahiran. Selain itu
ada seorang dukun kampung yang hanya bisa urut perut ibu
hamil. Adapung di dusun Tayoen terdapat seorang dukun
kampung yang hanya bisa membantu menolong kelahiran.
3.4. Health Seeking Behaviour
Selain tenaga kesehatan, gereja juga menjadi rujukan bagi
masyarakat untuk mengupayakan kesembuhan bagi pihak yang
sedang mengalami sakit. Proses penyembuhan tersebut
melalui doa, dengan memanggil tim pelayanan doa dari gereja ke
rumah.
Pilihan pertama masyarakat pada umumnya adalah pergi
untuk meminta doa, baru kemudian mereka akan meminta
bantuan ke pihak tenaga kesehatan. Jika belum sembuh juga,
maka biasanya orang pintar akan menjadi pilihan. Karena itu
artinya, penyakit yang diderita bukanlah penyakit biasa,
melainkan penyakit yang disebabkan karena ada iri hati dari
seseorang.
Ketika masyarakat mencari pengobatan ke tenaga
kesehatan, maka Posyandu menjadi pilihan sebagian informan
untuk berobat, walaupun itu artinya mereka harus menunggu
setiap satu bulan. Setelah itu, barulah mereka mendatangi
puskesmas pembantu untuk mencari pengobatan. Masyarakat
berobat ke puskesmas kalau penyakitnya tersebut dirasa berat.
113
114
BAB 4
KESEHATAN IBU DAN ANAK
116
117
118
119
120
121
123
124
125
126
128
129
Gambar 4. 1
Ibu hamil sedang memikul kayu
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
130
131
132
133
135
...kayu ada yang kunyah dan minum semua ada dekatdekat sini.bisa minum / makan kayu untuk melahirkan
supaya picah (pecah) air gonak (ketuban) biar anak
keluar sonde (tidak) sakit dan cepat Jelas Oma Sr
136
137
138
Gambar 4. 2
Keluarga yang menunggu di ruang bersalin
Sumber: Dokumentasi Peneliti REK 2014
140
141
dan mencegah bayi yang sudah berada di jalan lahir akan naik
kembali ke atas. Sedangkan menurut petugas kesehatan
setempat, pengikatan perut bagian atas tidak perlu dilakukan
karena jika bayi sudah berada di jalan lahir, maka bayi tersebut
tidak akan kembali naik ke rahim seperti yang dipercaya oleh
masyarakat.
...Itu dia nyobek kain, talinya tipis. Itu diikat karena
takut bayinya lari lagi ke atas. Sebenarnya tidak perlu
diikat karena jika bayi sudah dijalan lahir pasti akan
keluar dengan sendirinya... Jelas Bd Fk
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
Rangkaian kegiatan ini juga sudah direncanakan oleh ibuibu yang sedang hamil, meskipun nantinya mereka akan
melahirkan di tenaga kesehatan. Kegiatan ini tidak di tinggalkan
karena kegiatan tersebut sudah menjadi kebiasaan dari zaman
dahulu yang harus dilakukan. Yang paling berperan dalam
pengambilan keputusan untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tersebut adalah keluarga terutama keluarga dari pihak suami
(bapak mantu dan mama mantu).
4.4.1. Panggang
Panggang merupakan kegiatan yang dilakukan setelah ibu
melahirkan untuk mengeluarkan darah kotor serta
menyembuhkan luka dalam paska persalinan, dan mencegah
darah putih agar tidak naik ke atas kepala. Tidak ada hukuman
adat yang mengikat jika seorang ibu tidak melakukan panggang
setelah melahirkan. Tetapi terdapat ketakutan warga setempat
akan naiknya darah putih ke kepala yang bisa menyebabkan ibu
tersebut menjadi gila, jika seorang ibu tidak melakukan
panggang. Tradisi panggang tersebut sudah dilakukan turun
temurun dari nenek moyang dan sudah menjadi kewajiban bagi
ibu untuk melakukan panggang setelah melahirkan, baik
melahirkan di rumah maupun melahirkan di tenaga kesehatan.
Tradisi Panggang dilakukan di dapur atau di kamar pada
masa nifas, selama kurang lebih satu bulan hingga darah kotor
dan darah putih keluar sampai habis. Tidak ada ketentuan khusus
mengenai ruangan yang digunakan untuk panggang, tetapi
panggang biasa dilakukan di dapur atau di kamar. Kamar maupun
dapur di desa setempat banyak terbuat dari papan kayu maupun
bebak (dahan pohon gewang yang masih kecil). Pertukaran udara
hanya masuk melalui celah-celah papan maupun bebak karena
tidak ada jendela yang dibuat khusus untuk pertukaran udara
155
Gambar 4. 3
Dapur tempat melakukan panggang
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
Gambar 4. 4
Kayu Kusambing
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
157
Gambar 4. 5
Tradisi Panggang
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
158
mempunyai pengaruh yang tidak sehat bagi bayi dan ibu seperti
sesak nafas dan paru-paru yang terganggu.
...Arang, asap keluar, bayi yang baru lahir, dia baru mau
menyesuaikan diri dengan dia punya lingkungan yang
ada, dia punya paru-paru masih terlalu kecil. Dengan
hirup seperti itu, itu kan sonde sehat buat dia , bisa saja
dia napas sesak. Seperti itu sih. . untuk ibunya, bisa saja
napas sesak, dengan hirup itu asap... Jelas Bd Fk
159
Gambar 4. 6
Air obat untuk mandi (serai, daun asam, daun kayu putih)
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
160
Gambar 4. 7
Bahan air obat (Akar kuning, kulit noak, kulit tupi, kulit delas, kulit lino)
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
161
Informan mama Ls mengetahui manfaat dari masingmasing tumbuhan tersebut karena sering melihat orangtuanya
pada masa dahulu sering membuat ramuan untuk mandi air obat.
Gambar 4. 8
Bahan air obat yang sudah direbus
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
162
Gambar 4. 9
Bahan obat kampung (Kunyit, Asam, Lada, Daun pepaya muda)
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
163
Gambar 4. 10
Ramuan obat kampung diminum selama tiga hari
(kunyit, asam, lada dan daun pepaya)
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
164
Gambar 4. 11
Bahan obat kampung (akar kuning, kulit noak, kulit tupi, kulit delas dan kulit
lino)
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
165
Gambar 4. 12
Akar Kalamanik (1) dan akar Sungalatu (2)
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
166
Gambar 4. 13
Jamu yang dibeli dari apotek
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
Gambar 4. 14
Isi jamu yang dibeli dari apotek
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
167
Gambar 4. 15
Ari-ari yang digantung di pohon Kainunak
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
169
170
4.4.7 Paska Panggang, Mandi air Obat dan Minum Jamu atau
Obat Kampung
Setelah masa nifas selesai, dan ketiga rangkaian tradisi
tersebut selesai dilakukan, maka ibu diperbolehkan mandi
dengan menggunakan air dingin dan keramas dengan
menggunakan ramuan air obat.
...itu harus cuci rambut pakai obat(kampung) itu
mencegah darah putih, kalau darah putihnaik di kepala
itu akan gila Jelas Mama Es
Perawatan Bayi
171
keluar pada saat pemotongan tali pusat. Setelah itu tali pusat
diikat dengan menggunakan benang dan dipotong dengan alas
buah kelapa.
Gambar 4. 16
Gunting yang dipakai dukun untuk memotong tali pusat
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
172
minum kalau
173
Gambar 4. 17
Santan kental dan kencur untuk menurunkan panas badan pada bayi
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
Gambar 4. 18
Kencur yang disematkan di baju untuk mengobati sakit batuk pada bayi
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
174
175
...nanti dia punya orangtua yang kita kasih nama itu dia
kasih dia sakit. Kepercayaannya di sini. Bisa juga dia
sakit, kita minta ampun sudah Jelas Bapak Fd
Gambar 4. 19
Umbi Genuak
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
176
Gambar 4. 20
Bayi yang diberi sisir dan al-kitab di samping bantal
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
4.5.6. Imunisasi
Kegiatan Posyandu dilakukan setiap satu bulan sekali
pada masing-masing dusun. Selain kegiatan penimbangan bayi
dan balita, dalam Posyandu juga dilakukan kegiatan pemeriksaan
ibu hamil dan pemeriksaan warga masyarakat yang sedang sakit.
Kegiatan penimbangan dan pengukuran tinggi badan dilakukan
oleh kader, sementara itu kegiatan pemeriksaan ibu hamil,
imunisasi bayi dan warga masyarakat dilakukan oleh bidan desa
setempat.
Di posyandu itu meliputi penimbangan, imunisasi bayibalita, imunisasi ibu hamil, pemeriksaan ibu hamil, lalu
dengan pelayanan pasien umum Jelas KpP
177
178
179
180
Gambar 4. 21
Bayi umur 2 hari yang diberi minum teh
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
181
182
Gambar 4. 22
Kakak menjaga adik bayi
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
183
185
186
BAB 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Pengetahuan masyarakat mengenai penyakit dan
penyebabnya dapat dikatakan masih rendah. Di dalam
masyarakat masih terdapat kepercayaan terkait dengan hal-hal
bersifat gaib sebagai penyebab timbulnya penyakit, yang juga
menjadi penyebab kematian mendadak.
Kesadaran penduduk untuk melakukan pengobatan jika
mengalami gangguan kesehatan juga masih rendah. Hal yang
sama juga terjadi pada ibu hamil. Meskipun kesadaran ibu untuk
memeriksakan kehamilannya di posyandu cukup tinggi, tetapi
kesadaran untuk melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
masih rendah. Mereka lebih merasa nyaman untuk melahirkan di
rumah dengan bantuan keluarga maupun dukun kampung.
Melahirkan di rumah dengan bantuan tenaga non kesehatan
mempunyai risiko lebih besar terutama berkaitan dengan
kebersihan, yang menyebabkan risiko infeksi paska melahirkan
lebih tinggi. Risiko terlambatnya pertolongan jika terjadi
kelahiran berisiko tinggi, juga menjadi ancaman bagi ibu
melahirkan. Perdarahan juga menjadi salah satu risiko dalam
persalinan yang dapat menyebabkan kematian. Meskipun
demikian, bahan akar tanaman yang sudah disiapkan sebelum
melahirkan dan dipercaya dapat menghentikan perdarahan
187
188
189
190
INDEKS
A
adat 5, 17, 31, 40, 41, 42, 43,
44, 45, 48, 49, 50, 54, 118,
123, 125, 155, 188, 196
AKI 1, 2
ASI 75, 76, 179, 180, 181, 182,
189
F
B
budaya 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 17,
28, 29, 48, 50, 63, 137
K
D
desa Limakoli 12, 15, 16, 18,
21, 57, 58, 77, 78, 79, 81,
108, 109, 110, 111, 112, 115,
116, 117, 124, 126, 129, 133,
135, 136, 137, 138, 140, 142,
149, 169, 170, 171, 180, 183,
185
Desa Limakoli 11, 12, 14, 16,
17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25,
26, 34, 37, 47, 49, 56, 58, 59,
62, 66, 67, 68, 69, 74, 75, 77,
191
M
makanan 3, 16, 21, 23, 32, 39,
55, 58, 68, 71, 75, 76, 83, 84,
87, 88, 90, 93, 94, 102, 128,
131, 132, 178, 179, 180, 181,
182, 184, 195
maneleo 40, 41, 44, 49, 50
Manesongo 50
mata pencaharian 15, 16, 168
menyusui 56, 76, 144, 156,
179, 181, 189
minuman 3, 31, 33, 58, 75, 76,
85, 86, 90, 117, 118, 122,
179, 180, 182, 196
192
P
Panggang 155, 158, 171
pantangan 3, 84, 87, 109, 121,
132, 137, 179, 184
pengobatan 2, 55, 57, 71, 83,
91, 97, 100, 103, 106, 109,
110, 113, 114, 127, 138, 140,
185, 187, 188
penyakit 5, 55, 56, 67, 69, 81,
82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89,
91, 94, 95, 97, 98, 99, 100,
102, 104, 105, 107, 108, 109,
110, 111, 112, 113, 114, 122,
126, 140, 187, 188
penyakit menular 5, 81
Penyakit Tidak Menular 3, 82
pernikahan 17, 38, 39, 40, 41,
42, 43, 45, 46, 48, 50, 117,
123, 125, 126, 127, 194, 195,
196
persalinan 2, 71, 72, 73, 98,
131, 134, 137, 138, 139, 140,
141, 142, 143, 145, 146, 147,
149, 150, 151, 152, 153, 154,
155, 156, 169, 170, 178, 179,
181, 187, 194, 195
pesta kematian 17, 29, 31, 32,
33, 59, 103
Posyandu 71, 74, 75, 76, 113,
125, 133, 139, 143, 144, 153,
177, 178, 179, 183
S
suanggi 88, 89, 91, 92, 94, 98,
100, 108, 110, 111, 188, 195
suku Rote 9, 44, 45, 46, 50, 59
R
ramuan 57, 96, 100, 103, 109,
126, 128, 134, 135, 141, 150,
157, 159, 160, 162, 164, 166,
170, 171
remaja 34, 35, 115, 116, 117,
118, 119, 120, 121, 122, 123,
124, 125, 126, 184
Revolusi KIA 2, 71, 72, 138,
139, 143, 144, 153, 197
ritual 115, 128
T
tali pusat 73, 96, 142, 143,
150, 171, 172
teknologi 66, 68
tradisi 33, 38, 60, 75, 115,
118, 130, 134, 136, 142, 154,
156, 157, 158, 159, 163, 168,
169, 171, 179, 184, 185, 188,
189, 194
tradisional 5, 56, 57, 60, 68,
83, 87, 90, 100, 103, 109,
110, 112, 113, 117, 118, 127,
134, 141, 144, 157, 159, 166,
183, 185, 193, 194
193
GLOSARIUM
Abanitu
194
Kalamanik
Kapisak
Kasumba
Kebalai
Kenggaok
Koko
Komisi am
Koru
Kunauk
Kusambing
Lalaba nusak
Lelepa
Leo
Lino
Lulu
Lulumun
Mae
Mamar
Manakilaoe
Mane
maneholo
Maneleo
Maneleo huk
Maneleo uum
Manesongo
Man suanggi
Marungga
Mea
Mete
Muku
195
Nahani
: penyambutan
Nakona sepek : perayaan hari ketiga setelah bayi lahir
Nalelesu
: kawin lari
Naluoek
: denda karena membawa lari anak perempuan
Nanea
: menjaga burung di sawah
Nateah
: acara berpamitan yang dilakukan keluarga
perempuan setelah menikah
Ndunak
: tempat sirih pinang
Niluale
: tanaman yang dikonsumsi ibu setelah persalinan
Noak
: tanaman bahan mandi air obat
Noke makasi : uang terimakasih
Nuk
: bibit
Nusak
: kerajaan
Oto
:kendaraan bermotor
Papadak
: peraturan
Picabok
: hantaran perlengkapan rumah tangga yang
dilakukan sehari sebelum pernikahan
Putak
: isi pohon gewang (biasanya untuk makanan babi)
Sa
: saja
Sele
: menanam bibit padi
Sole
: sapih
Sonde
: tidak
Sopi
: minuman keras
Su
: sudah
Suanggi
: kekuatan gaib
Suelelesu
: adat buka pintu
Sungalatu
: nama tanaman yang dikonsumsi ibu setelah
bersalin
Tacu
: wajan
Tek
: rontok padi
Tendes
: menekan
Te tafa
: kelewang dan tombak
196
Tete
: bendungan
Tete nao
: membersihkan rumput
Terang kampung: pernikahan adat
Tertikam
: rasa nyeri
Tofa
: mencabut rumput
Tomanek Ina Kakana : Laki-laki adalah raja, dan perempuan itu
seperti kanak-kanak
Totokoana
: nama tanaman untuk memperlancar proses
melahirkan
Too
:paman
Tupi
: tanaman yang digunakan sebagai bahan mandi
air obat
Tuti Kalike
: pernikahan sambung ikat pinggang(pernikahan
antara saudara sepupu di mana kedua
orangtuanya bersaudara kandung)
197
DAFTAR PUSTAKA
198
199
200