OLEH :
SGD 1
I GUSTI AYU CITRA KUSMALA DEWI
1302105001
1302105008
1302105011
1302105026
1302105034
1302105039
1302105026
1302105059
1302105078
1302105080
1202105002
Bakteria
Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah Corynebakterium acnes,
Staphylococcus epidermidis dan Pityrosporum ovale.
b.
Genetik
Akne vulgaris mungkin merupakan penyakit genetik akibat adanya
peningkatan kepekaan unit pilosebasea terhadap kadar androgen yang normal.
c.
Ras
Kemungkinan ras berperan dalam timbulnya akne vulgaris diajukan karena
adanya ras-ras tertentu seperti oriental (Jepang, Cina, Korea) yang lebih jarang
dibandingkan dengan ras caucasian (Eropa, Amerika) dan orang kulit hitam
pun lebih jarang terkena daripada orang kulit putih.
d.
Hormon
Peningkatan kadar hormon androgen, anabolik, kortikosteroid, gonadotropin
serta ACTH mungkin menjadi faktor penting pada kegiatan kelenjar sebasea.
Kelenjar
sebasea
sangat
sensitif
terhadap
hormon
androgen
yang
Diet
Jenis makanan yang sering dihubungkan dengan timbulnya akne adalah
makanan yang tinggi lemak (kacang, daging berlemak, susu, es krim),
makanan tinggi karbohidrat (sirup manis), makanan yang beryodida tinggi
(makanan asal laut) dan pedas. Pola makanan yang tinggi lemak jenuh dan
tinggi glukosa susu dapat meningkatkan konsentrasi insulin-like growth factor
(IGF-I)
yang
dapat
merangsang
produksi
hormon
androgen
yang
Psikis
Stres psikis dapat menyebabkan sekresi ACTH yang akan meningkatkan
produksi androgen. Naiknya hormon androgen inilah yang menyebabkan
kelenjar sebasea bertambah besar dan produksi sebum bertambah.
g.
Iklim
Pada daerah yang mempunyai empat musim biasanya akne akan bertambah
hebat pada musim dingin dan sebaliknya membaik pada musim panas. Hal ini
Kosmetika
Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu, secara terus menerus dalam waktu
yang lama dapat menyebabkan suatu bentuk akne ringan yang terutama terdiri
dari komedo tertutup dan beberapa lesi papulopustula pada pipi dan dagu.
Bahan yang sering menyebabkan akne bisa terdapat pada berbagai krem wajah
seperti bedak dasar (foundation), pelembab (moisturiser), tabir surya
(suncreen) dan krem malam.
i.
j.
Merokok
Rokok dapat mempengaruhi kondisi kulit seseorang sehingga menimbulkan
acne yang dikenal dengan smoking acne. Berdasarkan penelitian sekitar
42% perokok menderita akne vulgaris. Partisipasi non-perokok yang memiliki
akne vulgaris tidak meradang sebagian besar dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, seperti sering terkena uap atau terus menerus terpapar asap rokok.
4. Patofisiologi
Menurut Smeltzer, Suzanne C. 2001, selama usia kanak kanak, kelenjar
sebasea berukuran kecil dan pada hakekatnya tidak berfungsi, kelenjar ini berada
dibawah kendali endokrin, khususnya hormon - hormon androgen. Dalam usia
pubertas, hormon androgen menstimulasi kelenjar sebasea dan menyebabkan
kelenjartersebut membesar serta mensekresikan suatu minyak alami ,yaitu sebum,
yang merembas naikhingga puncak folikel rambut dan mengalir keluar pada
permukaan kulit.Pada remaja yang berjerawat, stimulasi androgen akan
meningkatkan daya responsivekelenjar sebasea sehingga akne terjadi ketika
duktus pilosebaseus tersumbat oleh tumpukan sebum. Bahan bertumpuk ini akan
membentuk komedo.
Patofisiologi akne vulgaris dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu :
a. Peningkatan sekresi sebum
menjadi
tipis dan
menggelembung,
secara
bertahap
akan
mempunyai
dinding yang
tipis. Komedo
terbuka(blackheads)
b. Acne papulopustul
-
c. Acne konglobata
Klasifikasi ASEAN grading Lehmann 2003 yang mengelompokkan acne
menjadi tiga kategori, yaitu ringan, sedang, dan berat sebagai berikut
(Wasitaatmadja, 2010)
Derajat Komedo Papul / pustul Nodul
-
sel-sel kulit mati dan kelenjar minyak yang berlebihan pada kulit.
Secara berkala pada kulit terjadi penumpukan sel-sel kulit mati, minyak
dipermukaan kulit kemudian menutup sel-sel kulit dan terjadilah
sumbatan. Warna blackhead bukan terjadi karena kotoran melainkan
karena akumulasi lipid, bakteri serta debris epitel. Sebagaian komedo
tertutup dapat mengalami rupture dan menimbulkan reaksi inflamasi
yang disebabkan oleh perembasan isi folikel (sebum, keratin, bakteri)
ke dalam dermis. Reaksi inflamasi ini dapat terjadi akibat kerja bakteri
kulit tertentu, seperti Propionibacterium acnes yang hidup dalam folike
rambut dan menguraikan trigliserida dari sebum menjadi asam lemak
bebas serta gliserin. Inflamasi yang ditimbulkan terlihat secara klinis
sebagai papula eritematosa, pustule dan kista inflamatorik. Papula serta
kista yang ringan akan kempis dan sembuh sendiri tanpa terapi. Papula
dan kista yang lebih dalam menimbulkan jaringan parut pada kulit.
(Stawiski, 1992).
b. Jerawat biasa
Jerawat jenis ini mudah dikenal, tonjolan kecil berwarna pink atau
kemerahan. Terjadi karena terinfeksi dengan bakteri. Bakteri ini terdapat
dipermukaan kulit, dapat juga dari waslap, kuas make up, jari tangan juga
telepon. Stres, hormon dan udara lembab dapat memperbesar
kemungkinan infeksi jerawat karena kulit memproduksi minyak yang
merupakan perkembangbiakannya bakteri berkumpul pada salah satu
bagian muka.
c. Papula
Penonjolan padat diatas permukaan kulit akibat reaksi radang, berbatas
tegas dan berukuran diameter <5mm. Papul superfisial sembuh dalam 510 hari dengan sedikit jaringan parut tetapi dapat terjadi hiperpigmentasi
pasca inflamasi terutama remaja dengan kulit yang berwarna gelap. Papul
yang lebih dalam penyembuhannya memerlukan waktu yang lebih lama
dan dapat meninggalkan jaringan parut.
d. Pustula
Pustul akne vulgaris merupakan papul dengan puncak berupa pus.Letak
pustula bisa dalam ataupun superfisial. Pustula lebih jarang dijumpai
dibandingkan papula dan pustula yang dalam sering dijumpai pada akne
vulgaris yang parah.
e. Nodul
Nodul pada akne vulgaris merupakan lesi radang dengan diameter 1 cm
atau lebih, disertai dengan nyeri.
f. Cystic Acne/jerawat Kista (jerawat batu)
Acne yang besar dengan tonjolan-tonjolan yang meradang hebat,
berkumpul diseluruh muka. Penonjolan diatas permukaan kulit berupa
kantong yang berisi cairan serosa atau setengah padat atau padat. Kista
jarang terjadi, bila terbentuk berdiameter bisa mencapai beberapa
sentimeter. Jika diaspirasi dengan jarum besar akan didapati material
kental berupa krem berwarna kuning. Lesi dapa menyatu menyebabkan
terbentuknya sinus, terjadi nekrosis dan peradangan granulomatous.
Keadaan ini sering disebut akne konglobata. Penderita ini biasanya juga
memiliki keluarga dekat yang juga menderita akne yang serupa.
g. Parut
Jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan dermis yang sudah hilang.
Sering disebabkan lesi nodulokistik yang mengalami peradangan yang
besar. Ada beberapa bentuk jaringan parut, antara lain:
- Ice-pick scar merupakan jaringan parut depresi dengan bentuk ireguler
terutama pada wajah
- Fibrosis peri-folikuler ditandai dengan cincin kuning disekitar folikel
- Jaringan parut hipertrofik atau keloid, sering terdapat didada,
punggung, garis rahang (jaw line) dan telinga, lebih sering ditemukan
pada orang berkulit gelap
7. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
Diagnosis akne vulgaris ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan klinis.
Keluhan penderita dapat berupa gatal atau sakit, tetapi pada umumnya keluhan
penderita lebih bersifat kosmetik. Pada pemeriksaan fisik ditemukan komedo, baik
komedo terbuka maupun komedo tertutup. Adanya komedo diperlukan untuk
menegakkan diagnosis acne vulgaris (Wolff dan Johnson, 2009).
Selain itu, dapat pula ditemukan papul, pustul, nodul, dan kista pada daerah
daerah predileksi yang mempunyai banyak kelenjar lemak. Secara umum,
pemeriksaan laboratorium bukan merupakan indikasi untuk penderita acne
vulgaris, kecuali jika dicurigai adanya hiperandrogenism (Zaenglein dkk., 2008).
8. Terapi/tindakan penanganan
Menurut Smeltzer, Suzanne C tahun 2001 tujuan penatalaksanaan akne adalah
untuk mengurangi koloni bakteri, menurunkan aktivitas kelenjar sebasea,
mencegah agar folikel tidak tersumbat, mengurangi inflamasi, memerangi infeksi
sekunder, meminimalkan pembentukan jaringan parut dan mengeliminasi faktorfaktor presdiposisi terjadinya akne.
melenyapkan
komedo.
Metode
lain
yang
efektif
untuk
pengeluaran
komedo.
mulut
ekstraktor
kemudian
ditempatkan pada lesi dan dilakukan penekanan langsung agar isi kelenjar
komedo dpat keluar. pengeluaran komedo akan meninggalkan daerah
eritema yang memerlukan waktu beberapa minggu sebelum sembuh.
pemebntukan kembali komedo sesudah ekstraksi sering dijumpai karena
kerap kali ada bagian komedo yang tertinggal dalam kanalis pilosebasea.
- Kriosurgeri : (pembekuan dengan nitrogen cair) dapat digunakan pada
penyakit akne bentuk noduler dan kistik.
- Dermabrasi : Pasien dengan sikatriks yang dalam dapat ditangani
dengan terapi abrasi dalam, dimana epidermis dan sebagian lapisan dermis
superfisal dibuang sampai setinggi sikatriks.
9. Komplikasi
Semua tipe akne berpotensi meninggalkan sekuele. Hampir semua lesi acne
akan meninggalkan makula eritema yang bersifat sementara setelah lesi sembuh.
Pada warna kulit yang lebih gelap, hiperpigmentasi post inflamasi dapat bertahan
berbulanbulan setelah lesi acne sembuh. Acne juga dapat menyebabkan terjadinya
scar pada beberapa individu. Selain itu, adanya acne juga menyebabkan dampak
psikologis. Dikatakan 30 50% penderita acne mengalami gangguan psikiatrik
karena adanya acne (Zaenglein dkk., 2008).
10. Prognosis
Umumnya prognosis penyakit baik, tetapi sebagian penderita sering residif.
Akne vulgaris umumnya sembuh sebelum mencapai usia 30-40 an. Jarang terjadi
akne vulgaris yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat
sehingga perlu rawat inap di rumah sakit. Namun ada yang sukar diobati, mungkin
ada faktor genetika. Bila banyak sikatrik bisa dilakukan dermabrasi oleh yang
ahli. (Andrianto, P., dan Sukardi, E., 1988)
b.d
III. Intervensi
Hari/
Diagnosa
Rencana Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil
Tgl
Kerusakan
selama.x24 jam
diharapkan citra tubuh
metabolik
ditandai
kriteria hasil:
dengan
kerusakan
lapisan kulit
Intervensi
NIC Label : Skin Care :
Topical Treatment
1. Kaji keadan kulit pasien
(derajat kerusakan
mengalami kerusakan
kulitnya yang
terinfeksi
2. Tidak terlihat adanya
kemerahan pada kulit
3. Aplikasikan antibiotic
Mucous Membran
kulit klien
tidak merasakan
integritas)
2. Bersihkan kulit pasien
1. Klien mengatakan
Rasional
integritas
4. Aplikasikan antiinflamsi
topikal pada area yang
mengalami kerusakan
integritas
5. Dokumentasikan derajat
kerusakan integritas
sebelum dan sesudah
sebelumnya
4. Lesi pada kulit pasien
dapat teratasi
5. Rasa sakit akibat
papula (jerawat yang
berisi cairan)
berkurang.
Risiko
Infeksi Setelah
berhubungan
dengan
tindakan
dilakukan
kerusakan
status
imun,
dengan
trauma
label
Infection
keperawatan Control
risiko
dan
NIC
1. Membersihkan
lingkungan pasien setelah
pasien
lain
menggunakannya
2. Membatasi
jumlah
cuci
tangan
2.
mencuci
mengetahui
pengunjung
yang
berpengaruh
terhadap
penyebaran infeksi
ruangan
4. Menggunakan
sabun
4. Untuk
membunuh
bakteri
dan
kuman
tangan.
5. Mencuci tangan sebelum
dan
sesudah
merawat
pasien.
6. Memberikan terapi
dengan
derajatnya
untuk
meningkatkan
NIC
label
Protection
1. Memantau
kadar
granulosit,
leukosit,dan
perbedaannya
2. Memantau asupan nutrisi
3. Mengajari
pasien
dan
cairan
Enhancement
penyakit
selama.x24 jam
mengungkapkan
perasaan
apakah
sudah terpenuhi
3. Pasien
dan
kebutuhan
keluarga
nutrisi
mengetahui
apakah
kebutuhan
cairan
sudah terpenuhi.
sesuai
kebutuhan.
NIC Label: Body Image
b.d keperawatan
1. Tentukan harapan
berdasarkan tahap
yang sesuai
perkembangan
2. Bantu pasien
menentukan tingkat
terhadap
kondisi
penampilan
tubuh
penampilan tubuh
2. Puas terhadap fungsi
tubuh
3. Menyesuaikan terhadap
perubahan tubuh akibat
operasi
perubahan aktual
terhadap level
fungsinya
3.
Defisiensi
Pengetahuan
keperawatan selama x
berhubungan
dengan
1. Kaji
keterbatasan
hasil :
pengetahuan pasien
2. Jelaskan
tentang
kognitif
a. NOC Label :
ditandai dengan Knowledge:
Disease
pengungkapan
Process
masalah
dan Dengan kriteria hasil:
a. Klien
mengetahui
prilaku
tidak
penyebab dan faktor
tepat
yang
berkontribusi
terhadap
terjadinya
gejala
dan
tanda
memenejemen gejala
untuk
meminimalisir
laju penyakit
e. Dapat
mengetahui
menggunakan strategi
dapat
(penyebab,
penyakit
b. Mengetahui tanda dan
faktor risiko
d. Klien
dilakukan
yang muncul
4. Jelaskan
pasien
gaya
untuk
kepada
hidup
yang baik
5. Jelaskan pilihan terapi
yang
pilih
dapat
pasien
dampak
psikososial
penyakit
pada
diri
IV.
V.
Implementasi
Implementasi diberikan sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan
Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah implementasi dilakukan dengan menggunakan SOAP, dimana :
S : merupakan data subjektif yang didapat pada saat evaluasi dari pasien setelah dilakukan tindakan
O : merupakan data objektif yang didapat oleh perawat pada saat evaluasi dari pasien setelah pasien setelah dilakukan
A : merupakan tujuan yang telah dicapai perawat setelah dilakukan implementasi
P : merupakan rencana tindakan selanjutnya untuk meningkatkan status kesehatan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Price Sylvia Anderson, Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
tindakan
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner&Suddarth. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Media Aesculapius : Jakarta
Stawiski MA. Acne and related conditions. In Price SA and Wilson LM. 1992 Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease. New York,
McGraw-Hill, Inc
Clark C. Acnegeneral Practice Management. Practitioner. 1993 Feb; 237: 160-164
Andrianto, P., dan Sukardi, E., 1988, Kapita Selekta Dermato-Venerologi, Akne Vulgaris, EGC, Jakarta, Hal : 132-135.