Makalah Imunologi Reproduksi Wanita Kelompok 1
Makalah Imunologi Reproduksi Wanita Kelompok 1
Makalah Imunologi Reproduksi Wanita Kelompok 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunologi reproduksi mengacu pada bidang kedokteran yang mempelajari
interaksi (atau tidak adanya mereka) antara sistem kekebalan tubuh dan
komponen yang berhubungan dengan sistem reproduksi , seperti toleransi
kekebalan
tubuh
ibu terhadap
janin,
atau
interaksi
imunologi
menjelaskan masalah
kesuburan ,
berulang keguguran dan komplikasi kehamilan diamati ketika negara ini toleransi
imunologi tidak berhasil dicapai. Hal ini jelas bahwa bagi janin untuk
menghindari pengakuan kekebalan tubuh dan menyerang oleh sistem kekebalan
tubuh ibu, respon imun maternal harus tumpul, stimulus antigen janin harus
ditekan, atau, seperti yang paling mungkin, keduanya harus terjadi.
Dalam penolakan allograft manusia yang normal, limfosit T memainkan peran
utama dalam pengakuan dan sitolisis sel antigen-bantalan asing. Peran ini
terutama dilakukan oleh limfosit T sitotoksik (CTL). Allograft janin harus
dilindungi terhadap sel efektor.
Anatomi organ reproduksi wanita cukup rumit karena terdapat dua
percabangan indung telur. Pada wanita normal, setiap bulan kedua indung telur ini
bergantian menghasilkan sel telur dan apabila tidak dibuahi, maka akan menjadi
Receptor
(PRR).
Molekul
tersebut
mendeteksi
B. Tujuan Penulis
1. Menjelaskan Imunologi Reproduksi Pada Wanita
2. Menjelaskan Anatomi Reproduksi Wanita
3. Mejelaskan Sistem Immun Bawaan
C. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Imunologi Reproduksi Pada Wanita
2. Apa Itu Anatomi Reproduksi Wanita
3. Bagaimana Sistem Immun Bawaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Imunologi Reproduksi Pada Wanita
Mekanisme yang tepat yang terlibat dalam keberhasilan nyata dari janin
sebagai allograft hanya sebagian dipahami. Beberapa hipotesis telah diusulkan,
yang masing-masing didukung oleh penyelidikan ilmiah yang cukup besar.
Mekanisme yang menghubungkan berbagai hipotesis dan banyak sinyal dan
faktor-faktor yang tidak diketahui yang memulai dan mengatur sistem secara
keseluruhan tetap tidak jelas. Hipotesis dasar tetap bahwa terdapat dua hambatan
fisik dan humoral penolakan kekebalan tubuh janin. Pandangan yang agak
sederhana ini tetap substansial tertandingi; Namun, pemahaman kita pada tingkat
molekuler telah berkembang. Hal ini jelas bahwa bagi janin untuk menghindari
pengakuan kekebalan tubuh dan menyerang oleh sistem kekebalan tubuh ibu,
respon imun maternal harus tumpul, stimulus antigen janin harus ditekan, atau,
seperti yang paling mungkin, keduanya harus terjadi. Dalam penolakan allograft
manusia yang normal, limfosit T memainkan peran utama dalam pengakuan dan
sitolisis sel antigen-bantalan asing. Peran ini terutama dilakukan oleh limfosit T
sitotoksik (CTL). Allograft janin harus dilindungi terhadap sel efektor. Hal ini
dapat terjadi dengan berbagai mekanisme seperti, peraturan pengakuan ibu dari
allograft janin, rahim sebagai sebuah situs untuk reaktivitas imun, cabang
alloantigen unit fetoplasenta dan peran imunologi untuk plasenta, pertukaran ibu
janin komponen seluler dan humoral, konsekuensi imunologi dari berbagai zat
plasenta berlalu, respon imun marternal selama kehamilan, kekebalan anti
mikroba janin ibu, dan kekebalan aborsi spontan berulang.
Receptor
(PRR).
Molekul
tersebut
mendeteksi
dan RNA helicases. Sedangkan PAMP yang berperan antara lain: RNA rantai
ganda yang dimilki oleh virus, unmethylated CpG DNA yang ditemukan pada
bakteri, lipopolisakarida yang diproduksi bakteri gram negatif, asam teikoat pada
bakteri gram positif, dan manoserik oligosakarida yang ditemukan pada bakteri,
mannose, fucose, Nacetyl glucosamine, -glucans, dan flagelin. Hal ini juga
terdapat pada system immune selular dan humoral yaitu:
1. System immune selular
Sel-sel epitelial mengekspresikan sejumlah PRR termasuk TLR (Toll-like
receptor), nucleotide-binding oligomerization domain (NOD)-like receptor,
komplemen serta reseptor immunoglobulin. Saat teraktivasi oleh patogen atau
produknya, sel-sel tersebut akan melepaskan beberapa kemokin seperti IL-8,
RANTES, MIP-1a dan , serta SDF1, yang akan merekrut sel imun yang lain
untuk menuju daerah yang terinfeksi. Dilepaskan pula sejumlah sitokin
proinflamasi seperti IL-1a dan TNF-a, yang akan mengaktivasi lekosit, dan
beberapa
sitokin
seperti
IL-6,
IL-15,
TGF-,
dan
G-CSF
yang
mempengaruhi .
Deferensiasi dan regulasi respon limfosit T dan B. Sel epitelial juga
mengekspresikan molekul adesi seperti e-cadherin, ICAM-1, dan LFA-3 yang
penting untuk perlekatan lekosit. Sel epitelial mukosa juga mampu
mengekspresikan molekul MHC klas II dan CD1d, yang diduga dapat
mempresentasikan peptida dan glikolipid antigen pada sel-sel imun residen.
Berbagai tipe sel epitelial pada traktus genitalis laki-laki dan perempuan
mengekspresikan sejumlah PRR yang berbeda, dan memproduksi berbagai
kemokin dan sitokin setelah teraktivasi. Sel-sel epitelial juga kaya akan
peptida antimikrobial seperti, b-defensins, HD-5 dan 6, hCAP-18, dan SLPI.
Dapat dikatakan bahwa sel-sel epitelial traktus genitalis merupakan penjaga
gawang (gatekeeper) baik imun bawaan maupun adaptif.
Sel-sel fagositik merupakan komponen utama pada sistem imun bawaan
level selular, dan semua jenis sel fagosit, termasuk makrofag, netrofil,
eosinofil, sel mast, sel natural killer (NK), sel epithelial dan sel dendritik
(DC) berada pada jaringan mukosa. Sebagian diantaranya berkembang
membentuk karakteristik khusus tergantung lokasinya; misal sel mast pada
mukosa dan makrofag pada lamina propria.
Protein antimikrobial (AMP) disebut juga peptida pertahanan hospes,
merupakankomponen aktif pada respon imun bawaan; peptida-peptida
tersebut mempunyaiaktivitas mikrobisidal spektrum luas yang poten dan
kemungkinan dapat dipakai sebagai terapi . AMP mampu membunuh bakteri
Gram positif dan Gramnegatif (termasuk strain yang resisten terhadap
antibiotik konvensional),envelope virus dan jamur. Beberapa protein
antimikrobial yang disekresi traktus genitalis antara lain: defensin, katelidin,
laktoferin, dan lisosim.
2. System immune humoral
Imunitas humoral dimediasi oleh antibodi yang diproduksi oleh terminally
differentiated antibody-secreting cells (ASCs) yang dikenal sebagai sel
plasma. Setelah terstimulasi antigen, sel B yang berada di limfonodi dan lien,
mengalami ekspansi klonal dan diferensiasi menjadi sel B memori atau ASCs.
IgA terutama muncul pada jaringan mukosa limfoid dan lebih menyukai
Daftar Pustaka
P.Stite, Daniel dan Abba I. Terr. 1991. Basic Human Immunology. America :
Appleton & Lange
J. Heffner, Linda dan Danny J. Schust. 2006. At a Glance Sistem Reproduksi.
Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga
Anderson, DJ. Genitourinary Immune Defense. Dalam : Holmes KK, Sparling PF,
Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, Cohen MS, Watts DH, editor: Sexually
Transmitted Diseases, 4rd