Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu

buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi


atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi

dan

akal.

Dalam

bahasa

Inggris,

kebudayaan

disebut

culture, yang berasal dari bahasa Latin Colere, yaitu mengolah


atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur"

dalam

kebudayaan

bahasa

mengandung

Indonesia.

Menurut

keseluruhan

Andreas

pengertian,

Eppink,

nilai,

norma,

ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,


religius,

dan

intelektual

lain-lain,

dan

tambahan

artistik

yang

lagi

segala

menjadi

ciri

pernyataan
khas

suatu

masyarakat.
Dalam komunitas masyarakat Hindu di Bali, terdapat pola-pola
kebudayaan yang sangat unik dan tetap dijaga kelestariannya,
sehingga
dalam

unsur-unsur

lingkungan

kebudayaan

hidup

lokal

sangat

masyarakatnya

lekat

sampai

terasa

sekarang.

Pelestarian kebudayaan ini tidak terlepas dari masih kentalnya


unsur-unsur agama yang menjiwai kebudayaan tersebut.
Sebagai contohnya adalah Pura Kahyangan Tiga, yaitu Pura
Desa,

Pura

Puseh,

dan

Pura

Dalem

yang

telah

membudaya

di

masing-masing desa adat di Bali yang masih dapat kita jumpai


keberadaannya sampai sekarang. Pura Kahyangan Tiga yang ada di
masing-masing

desa

di

Bali

memiliki

berbeda-beda,

yang

disesuaikan

oleh

karakteristik
desa,

kala,

yang
patra

setempat.
Salah satu Pura Kahyangan Tiga
Apresiasi Budaya | 1

1.2

Rumusan Masalah

1.2.1. Apa sebenarnya Pura Khayangan Tiga itu?


1.2.2. Apa saja bagian-bagian dari Pura Khayangan Tiga?
1.2.3. Bagian dari Pura Khayangan Tiga apa saja yang ada di
Desa Adat Dalung?
1.3

Tujuan Penulisan

1.3.1. Untuk mengetahin tentang Pura Khayangan Tiga


1.3.2. Untuk mengetahui bagian bagian dari Pura Khayangan Tiga
1.3.3. Untuk mengetahu Pura Khayangan Tiga yang ada Di Desa
Adat Dalung
1.4

Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan paper ini adalah


sebagai berikut :
1.4.1 Bagi ilmu pengetahuan diharapkan dapat menjadi suatu
bahan

acuan,

menambah

kajian

ilmu

dan

sebagai

bahan

perbandingan bagi tugas-tugas yang bersangkutan


1.4.2 Bagi masyarakat, lembaga terkait dan pemerintah
diharapkan dapat memberikan suatu gambaran umum tentang
apa itu Khayangan Tiga dan bagai mana Pura Khayangan Tiga
di Desa adat Dalung
1.5

Metode Penulisan
Metode

yang

saya

gunakan

dalam

menyusun

laporan

ini

adalah menggunakan metode survey lapangan yang dilakukan di


Desa Adat dalung dan juga metode browsing di internet dan
menggunakan

beberapa

pedoman

sumber

bacaan

yang

ada

hubungannya dengan Pura Khayangan Tiga

BAB II
PEMBAHASAN
Apresiasi Budaya | 2

2.1.

Pengertian Pura Khayangan Tiga


Pura Kahyangan Tiga merupakan pura untuk tempat pemujaan

warga sedesa

yang terdiri dan beberapa banjar kepada dewa

dewa Tri Murti, Tiga unit pura yang merupakan bagian dari
desa.

Dalam

pengertian

Desa-desa

adat

di

Bali,

Tri

Hita

Kharana rnerupakan perwujudan suatu Desa. Tri Hita Kharana


tiga

unsur,

yang

menjadikan

adanya

Desa,

masing-masing

Kahyangan Tiga sebagai jiwanya Desa, Desa Pakraman teritorial


Desa sebagai fisik Desa dan Sima Krama atau warga Desa sebagai
tenaga

Desa.

Dengan

adanya

ketiga

unsur

jiwa,

fisik

dan

tenaga, sempurnalah suatu kehidupan manusia, keluarga, desa


atau wilayah.
Kahyangan Tiga, masing-masing Pura Desa, Pura Puseh dan Pura
Dalem dengan fungsinya masing-masing sebagai tempat pemujaan
Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Brahma, Wisnu
dan Siwa. Pura Desa dan Pura Puseh terletak di pusat Desa di
bagian zoning utama, kaja kangin dan perempatan pusat desa.
Pura Dalem terletak di dekat kuburan di bagian teben Desa pada
arah kelod atau kelod kauh.
Upacara pemujaan di Pura-pura disebut odalan, pujawali atau
patirtan. Di Pura-pura Kahyangan Tiga pujawali umumnya sekali
setahun di masing-masing Kahyangan Tiga. Dibeberapa Desa ada
pula yang melakukan pujawali dua kali setahun dan kebanyakan
pula sudah diubah menjadi sekali dalam setahun. Hari-hari baik
atau hari-hari suci melakukan upacara pujawali umumnya dipilih
Purnama

pada

bulan

Purnama

sasih

kelima

sekitar

Kapat

atau

sasih

sekitar

bulan

kadasa

bulan

Nopember.

sekitar

Oktober.
Untuk

bulan
Purnama

upacara

April.
Sasih

pecaruan

dilakukan pada bulan, atau sasih kepitu atau kasangan. Upacara


melasti dan pecaruan Desa pada pergantiani tahun baru Iaka
sekitar bulan Maret dilakukan di pantai laut, sungai, atau
danau dan Kahyangan Tiga yang dipusatkan di Pura Desa. UpcaraApresiasi Budaya | 3

upacara pujawali,

melasti, ngusaba Desa dan hari-hari raya

tertentu

Galungan

seperti

dan

Kuningan,

Kahyangan

Tiga

merupakan tempat pemujaan sembahyangan bersama umat sedesa.Di


Pura-pura Kahyangan Tiga wanga sedesa dan semua kasta dapat
melakukan persembahyangan, berbeda dengan Pura keluarga hanya
untuk keluarga seketurunan.
2.2. Bagian Bagian dari Pura Khayangan Tiga
Pura Khayangan Tiga diBali pada umumnya terdiri dari tiga
pura dimana ketiga pura ini ditujukan untuk pemujaan terhadap
ketiga dewa Tri Murti, dimana Ketiga Pura Tersebut adalah:
2.3.1. Pura Desa
Tempatnya
perempatan

di

Pusat

desa

Desa

dalam

pekarangan

penyengker.
tiga,

Tata

jaba

utamanya

sisi,

adalah

menyebutnya
merupakan

zoning

Pura

tengah
Agung

Bale

bangunan

bagian

dan

kangin

dibatasi
dibagi
ada

Bangunan

menempati

dan

tembok

dua

jeroan.

sehingga

Agung.

yang

kaja

yang

pekarangannya

jaba
Bale

di

atau

Bangunan
juga

bale

yang
kulkul

sudut-sudut

depan

pekarangan Pura. Bangunan wantilan dengan luas yang cukup


besar dibangun di jaba sisi untuk kegiatan bersama pada
upacara di Pura Desa.
Pintu masuk memakai candi bentar dari jaba sisi ke jaba
tengah dan kori agung dan jaba tengah ke jeroan. Ada pula
yang

dilengkapi

pintu

betelan

ke

arah

samping

untuk

hubungan dengan bangunan-bangunan samping.


2.3.2. Pura Puseh
Tempatnya di

pusat

satu/bersebelahan
pekarangannya

Desa

dengan

dibagi

dua

berdekatan

pura
atau

Desa.
tiga,

atau

menjadi

Tata

zoning

jaba

sisi,

jaba

tengah dan jeroan. Pekarangannya ada yang merupakan area


tersendiri

ada

dengan

Desa.

Pura

pula

yang

Umumnya

menjadi
Pura

satu/

Desa

atau

bersebelahan
Bale

Agung

Apresiasi Budaya | 4

ditempatkan di bagian depan dan Pura Puseh, ada pula yang


bersisian ke arah samping. Di beberapa desa, ada pula
yang menata kahyangan tiganya dengan pola-pola khusus di
luar ketentuan tradisional yang berlaku umum.
2.3.3. Pura Dalem
Tempatnya di dekat kuburan, ditepi Desa atau di luar
Desa.

Pekarangan

Pura

dibatasi

tembok

penyengker

sekelilingnya dengan candi bentar didepan dan Kori Agung


di jeroan. Bangunan pemujaan lainnya yang merupakan hulu
kuburan adalah praja pati.

Kahyangan tiga masing-masing

Pura Desa untuk pemujaan dewa Brahma dan Pura Puseh untuk
pemujaan Dewa Wisnu. Pura Dalem untuk pemujaan Dewa Siwa.
Sebagaimana upacara pujawali di Pura Desa dan Pura Puseh,
pujawali
setahun

di
di

Pura
bulan

Dalem

umumnya

Purnama

pada

juga

dilakukan

salah

satu

sekail

bulan

atau

sasih. Bangunan-bangunan di Pura Dalem disesuaikan dengan


fungsinya.
Upacara-upacara pemujaan di Pura Desa, Pura Puseh dan
Pura Dalem dipimpin seorang atau beberapa Pemangku yang
ditetapkan

oleh

sewaktu-waktu

warga

dipimpin

Desa.
oleh

Upacara-upacara
Pedanda

bersama

besar
para

pemangku.
Persembahyangan di pura-pura Kahyangan tiga oleh umat
desa pada hari-hari pujawali umumnya diIangsungkan selama
tiga hari untuk memberi kesempatan kepada semua warga
Desa.

Untuk

pelaksanaan

persembahyangan

bersama

tidak

diharuskan dalam satu gelombang massal. Persembahyangan


dengan

kelompok-kelompok

bergantian

sehingga

tidak

memerlukan ruangan halaman yang terlalu luas.


Pola ruang, tata bangunan dan penyelesaian arsitektur
kahyangan
kebanggaan

tiga
Desa,

umumnya

dikerjakan

kebahagiaan

dan

dengan

baik

ketentraman

untuk

bersama.

Penyelenggaraan upacara pujawali di Pura-pura Kahyangan


Apresiasi Budaya | 5

Tiga tidak bersamaan. Di beberapa Desa ada pula pujawali


di Pura Desa dan Pura Puseh pada hari yang sama sedangkan
pujawali di Pura Dalem pada hari lainnya.
Upacara-upacara keluarga manusa yadnya, pitra yadnya,
resi yadnya dan dewa yadnya ada pula bagian bagian yang
dilakukan di Pura Desa, Pura Puseh atau Pura Dalem.
Bangunan-bangunan utama seperti Bale Agung, palinggih
Puseh, palinggih Dalem dan beberapa palinggih lainnya ada
di semua kahyangan tiga.
Bangunan-bangunan tambahan
disesuaikan

dengan

keadaan

atau

pelengkap

masing-masing

lainnya

Desa

yang

merupakan bagian dan Kahyangan tiga adalah Pura Dalem


yang ada atau didekat kuburan desa.

BAB III
Study Kasus Pura Khayangan Tiga di Desa Adat Dalung

Gambar 1:
Pura Desa lan Puseh

Gambar 2:
Pura Dalem

Apresiasi Budaya | 6

3.1. Sejarah Desa Adat Dalung


3.1.1. Sejarah Desa Adat Dalung
Sampai saat ini tidak ada pustaka seperti lontar
atau sebagainya yang dapat menjelaskan kenapa dikatakan
sebagai desa dalung. Namun menurut para pengelingsir
dan tetua agama kata dalung itu berasal dari dua kata
yaitu kata Eda dan Lung. Eda yang berarti tidak
boleh dan Lung yang berarti rered / terkikis. Yang
apabila kata kata tersebut disatukan akan menjadi kata
Edalung lama kelamaan menjadi kata Dalung yang berarti
tidak akan terkikis.
Selain itu bila

dilihat

dari

babad,

berkenaan

dengan desa adat dalung, sudah terdapat dibabad mengwi.


Karena sudah pasti keberadaan desa Dalung terdapat pada
babad kerajaan Mengwi, maka sudah pasti benar dimuat
dalam Purana Desa Adat Dalung.
Pada jaman dahulu Jagat mengwi dipimpin oleh Ida I
Gusti Agung Nyoman Alangkajeng yang diangkat sebagai
raja dengan nama Ida Cokorda Munggu. Pada saat beliau
memimpin jagat mengwi, beliau berpegang pada agama,
adat , dan budaya, sehingga jagat Mengwi menjadi damai
dan

sejahtera.

memberikan

Kepada

sejumlah

putra

wilayah

putranya,
kekuasaan

beliau
sesuai

juga
dengan

keinginannya masing masing. Begitu juga dengan putra


beliau yang keempat yang bernama I Gusti Gede Meliling,
diberikan wilayah kekuasaan di desa Tibubeneng sampai
di Padangluwih
Beliau juga

disuruh

membangun

rumah

di

desa

tersebut dan meminang anak dari bendesa Tibubeneng.


Dalam Kepemimpinan beliau, semua bawahannya patuh dan
hormat pada beliau. Lama kelamaan I Gusti Gede Meliling
meninggal, karena itu diadakan upacara Pitra Yadnya.
Apresiasi Budaya | 7

Dari mulai prosesi persiapan upacara sampai upacara


Pitra Yadnya selesai, saudara beliau I Gusti Ngurah
Gede Tegeh tidak diberitahu tentang upacara tersebut,
kemudian beliau sangat marah dan beliau berkelahi di
Tibubeneng.
Karena berita perkelahian tersebet, semua putra
beliau yang berada di Padang Liwih menyesal tentang
keadaan tersebut. Karena berita perkelahian tersebut,
sehingga beliau malu pada dirinya sehingga berencanan
untuk pindah dari Padang Luwih menuju ke sebelah barat
Tukad

Yeh

Poh

sebagai

tempat

tinggal

baru,

yang

sekarang disebut Desa Adat Tegeh. Saudara beliau yang


bernama I Gusti Ngurah Gede Tibung, ikut juga pindah
dan mengambil tempat disebelah timur Tukad mati, yang
sekarang disebut Desa Adat Kuanji (Sempidi). Beliau
juga

membanguan

tempat

suci

yang

sekarang

dikenal

sebagai Pura Dalem Tibung (Kangin). Yang disungsung


Wadua

Banjar

Kuanji.

Tapi

Ida

Gusti

Ngurah

Gede

Tibung tidak lama menetap disana, beliau pindah lagi ke


sebelah

barat

di

Desa

Dalung,

disana

beliau

juga

membangun pura yang sekarang disebut Pura Dalem Tibung


(Kaja).

Sepeninggalan

beliau

dari

Kuanji,

beliau

meninggalkan pengikutnya yang banyaknya 100 orang. 100


orang tersebut merupakan asal mula penduduk Desa Adat
Kuanji. Hal tersebut merupakan salah satu ciri yang
masih dapat

dilihat sampai sekarang yaitu setiap ada

Karya Agung di Pura Kahyangan Tiga Desa Adat Dalung,


Ida Bhatara kairing lunga mintar ke Kahyangan Tiga yang
berada di Desa Adat Tibubeneng dan ke Kahyangan Tiga
Desa Adat Kuanji (Sempidi) dan juga ke Kahyangan Tiga
di Desa Adat Padang Luwih dan begitu juga seBaliknya.
3.2. Pura Khayangan Tiga di Desa Adat Dalung
Apresiasi Budaya | 8

3.2.1. Pura Desa lan Puseh Desa Adat Dalung


Di desa adat dalung, pura puseh dan pura desanya
berlokasi pada satu areal yang belokasi didesa dalung ,
kecamatan kuta utara. Dimana pura ini dijadikan satu
yaitu Pura Desa lan Puseh Desa Adat Dalung. Pura Desa
lan Puseh ini
ada

di

diusung oleh warga dari 10 banjar yang

desa

dalung,

yaitu

kurang

lebih

600

kepala

keluarga. Menurut nara sumber I Made Parmita S.Ag yang


menjabat sebagai bendesa adat setempat, pura ini telah
mengalami kurang lebih lima kali renovasi, dan sekarang
ini

juga

masih

dalam

tahap

renovasi

pada

beberapa

bangunan didalam pura ini.


Pada awalnya pura ini memiliki orientasi menghadap
kejalan, karena memperhitungkan banyaknya warga yang
bersembahyang di pura ini, disamping mengingat letak
dari pura puseh dan pura desa ini di pinggir jalan,
unutk

mengurangi

kemacetan

pada

saat

karya

ataupun

odalan, maka orientasi maupun letak dari pemedal atau


pintu
Odalan

masuk

utamanya

dipura

ini

dipindahkan

dilaksanakan

ke

pada

sebelah
hari

barat.

Pemacekan

Agung atau tepatnya 5 hari setelah hari raya Galungan.

U
Apresiasi Budaya | 9

Gambar3:
Denah Pura Desa lan Puseh setelah perubahan Orientasi

Di dalam pura ini terdapat beberapa pelinggih


dan bangunan yang menunjang kegiatan dalam pura ini
sendiri, diantaranya adalah sebagai berikut :
Bale Gong
Bale ini difungsikan untuk tempat memaikan gong
pada saat upacara di pura ini
Bale Agung
Bale yang terdapat di jaba tengah dari pura
berfungsi untuk tempat parum ida batara dari
seluruh pura yang ada di desa adat dalung
Bale Piyasan
Bale piyasan di pura in imemiliki dua fungsi yaitu
sebagai tempat pendeta atau pedanda memuput upacara
pada
saat
odalan,
dan
juga
sebagai
tempat
meletakkan wangi atau banten pujawali.
Bale Pesandekan
Bale ini difungsikan sebagai tempat peristirahatan
para sulinggih atau pemanggku yang menghadiri
upacara yang dilaksanakan di pura ini
Bale Tarpana
Bale ini berfungsi sebagai tempat sulinggih atau
pemangku memuput upacara
Bale Banten / Busana
Bale ini berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan
sarana upacara seperti banten dan juga pakaian
(wastra ) dari pelinggih pelinggih di pura ini.
Bale Paselang
Bale ini digunakan sebagai
tempat barong landung
dan menempatkan pratima pratima yang ada dipura
ini.
Bale Pelik Sari
Digunakan sebagai tempat pesamuhan atau paruman ida
bhatara
Pelinggih Ratu Made Jelawang
Meru Tumpang Kalih linggih Sang Hyang Penyarikan
Meru Tumpang Sia / Sembilan yang merupakan cirri
khas dari pura puseh
Gedong Desa
Penyawangan
Padmasana
Apresiasi Budaya | 10

Pelinggih Ida Ratu Nyoman Pengadangan


Gedong Puseh
Pelinggih Ratu Niang Melanting
Pelinggih Pelik Sari
Penyawangan Ida Ratu Watu Klotok

3.2.2. Pura Dalem


Pura Dalem

di

Desa

Adat

Dalung

satunya pura yang ada di Bali yang


Khayangan,

Dalem

Meraja

Pati,

merupakan

satu

menggabungkan Dalem
dan

Pura

Penataran

menjadi satu kawasan. Sama seperti Pura Desa lan Pura


Puseh, Pura Dalem juga telah mengalami 5 kali renovasi.
Pura Dalem ini juga telah direncanakan akan mengalami
perluasan dan mengalami pemugaran total yang bertujuan
untuk
pemedek

memperluas
Pura.

arela
Hal

persembahyangan
tersebut

bagi

dikarenakan

para
oleh

perkembangan setiap tahunnya jumlah para pemedek yang


nangkil ke Pura Dalem tersebut.

Gambar 4:
Denah Pura Dalem

Apresiasi Budaya | 11

Pura Dale mini diusung oleh warga dai 10 Banjar di


kawasan Dalung yang terdiri dari 600 KK. Piodalan di
Pura Dalam dilaksanakan pada rahina Sukra Pahing wuku
Dungulan. Pura Dalem ini terbagi menjadi 3 mandala (tri
mandala) yaitu :
Utama Mandala
Kawasan utama mandala merupakan areal jeroan dimana
terdapat beberapa bangunan suci didalamnya, antara
lain :
1. Padmasana Penyawangan Gunung Agung
2. Pelinggih Ratu Niang
3. Gedong khayangan yang merupakan stana dari Bhatari
Durga
4. Meru Tumpang Telu yang merupakan linggih Ratu Made
Bima yang mirip dengan Tri Purusa yaitu : Ciwa,
Sadha Ciwa, dan Parama Ciwa
5. Gedong Gede Ratu Gede Dira
6. Pelinggih Rambut Sedhana
7. Pelinggih Dalem Penataran
8. Bale Pelik Sari
9. Pelinggih Ratu Made Balian
10. Bale Tarpana
11. Bale Paselang
12. Bale pesandekan mangku
13. Padma Merajapati
14. Pelinggih Ratu Made
15. Pelinggih Ratu Ketut
16. Bale Piyasan
Madya mandala
Madya mandala merupakan areal jaba tengah pura.
Adapun bangunan-bangunan yang ada dalam areal ini
adalah:
1. Bale Pengerauhan
2. Bale Gong
3. Bale kul-kul
Nista Mandala
Nista mandala merupakan areal terluar dari pura.
Pada areal ini terdapat wantilan yang digunakan
sebagai tempat melaksanakan upacara tabuh rah.

Apresiasi Budaya | 12

KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penyusun panjatkan kehadapan Tuhan Yang
Maha

Esa

karena

atas

berkat

rahmat-Nyalah

penyusun

bisa

menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya. Tentunya penyusun


merupakan manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Maka
dari pada itu penyusun mohon maaf apabila di dalam penyusunan
paper ini ada kesalahan-kesalahan yang tentunya penyusun tidak
sengaja.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penyusun haturkan kepada
para

dosen

pembimbing,

karena

tanpa

penyusunan paper ini, mungkin paper


dengan baik. Tidak lupa penyusun

bimbingan

mereka

dalam

ini tidak terselesaikan

ucapkan terima kasih kepada

para informan yang telah membantu dalam memberikan informasinya.


Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih atas
pengarahan,

bimbingan

dan

bantuan

dari

semua

pihak

selama

pembuatan paper ini, terutama kepada :


1. Bapak Dosen nyen kaden adane...
2. I Made Parmita S.Ag selaku Bendesa Desa Adat Dalung
3. Ary Prajawan atas bantuan pencarian lokasi pura
4. Dan pihak pihak lain yang tidak bisa penyusun sampaikan
satu persatu
Penysun sadar bahwa paper ini jauh dari sempurna akibat dari
keterbatasan penyusun. Maka dari itu penyusun mengharapkan kritik
dan

saran

yang

konstruktif

dari

semua

pihak

yang

bersifat

membangun demi kesempurnaan paper ini. Semoga paper memberikan


manfaat bagi pembaca.

Denpasar, Juli 2008


Apresiasi Budaya | 13

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................i
DAFTAR ISI....................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................1
1.1. Latar Belakang........................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................2
1.3. Tujuan Penulisan......................................2
1.4. Manfaat Penulisan.....................................2
1.5. Metode Penulisan......................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................3
2.1. Pengertian Arsitektur Post-Modern.....................3
2.1.1. Aliran Aliran Post Modern.......................5
2.1.2. Contoh Bangunan Post Modern.....................7
2.2. Arsitektur Late Modern...............................10
2.2.1. Aliran Aliran Late Modern.......................11
2.2.2. Contoh Bangunan Late Modern.....................12
2.3. Arsitektur Dekonstruksi..............................14
2.3.1. Aliran Aliran Dekonstruksi......................14
2.3.2. Contoh Bangunan Dekonstruksi....................18
BAB III PENUTUP...............................................20
3.1. Kesimpulan...........................................20
3.2. Saran saran........................................20
DAFTAR PUSTAKA

Apresiasi Budaya | 14

DAFTAR PUSTAKA
ii

Gelebet, I Nyoman, dkk. 1986. Arsitektur Tradisional


Daerah Bali. Denpasar: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah.

http://203.130.242.190//artikel/1603.shtml

http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ars4/2004/jiunkpe
-ns-s1-2004-22400095-4833-pakraman.pdf

http://digilib.unmer.net/gdl.php?mod=browse&node=1331

http://indoforum.org/showthread.php?p=798773

http://okanila.brinkster.net/mediaCat.asp?NID=5

http://yanuar.wordpress.com/2008/01/30/sejarah-Bali

Microsoft Encarta 2006. 1993-2005 Microsof


Corporation

Tim Penyusun, Awig Awig Desa Adat dalung, Kecamatan


Kuta Utara, Badung

Apresiasi Budaya | 15

APRESIASI BUDAYA

SURVEY LAPANGAN PURA KHAYANGAN TIGA


DESA ADAT DALUNG, KECAMATAN KUTA UTARA,
KABUPATEN BADUNG

Oleh:
Agus Yasa Rahayu
I Gst Ag Ngr Mahaputra
Pande Gede Susiawan
Rio Surya Ramba M
Km Deddy Endra P

06
06
06
06
06

04
04
04
04
04

205
205
205
205
205

001
007
014
031
077

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2008

Apresiasi Budaya | 16

Anda mungkin juga menyukai