0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
20 tayangan2 halaman
1. Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi, termasuk pemeriksaan darah rutin, indeks eritrosit, morfologi darah, status besi, dan apus sumsum tulang.
1. Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi, termasuk pemeriksaan darah rutin, indeks eritrosit, morfologi darah, status besi, dan apus sumsum tulang.
1. Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi, termasuk pemeriksaan darah rutin, indeks eritrosit, morfologi darah, status besi, dan apus sumsum tulang.
a. Pemeriksaan penunjang Untuk menegakkan diagnosis ADB diperlukan pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah rutin seperti Hb, PCV, leukosit, tromosit ditambah pemeriksaan indeks eritrosit, retikulosit, morfologi darah tepi dan pemeriksaan status besi (Fe serum, Total iron binding capacity (TIBC), saturasi transferin, FEP, feritin), dan apus sumsum tulang. Menentukan adanya anemia dengan memeriksa kadar Hb, dan atau PCV merupakan hal pertama yang penting untuk memutuskan pemeriksaan lebih lanjut dalam menegakkan diagnosis ADB. Pada ADB nilai indeks eritrosit MCV, MHC, dan MCHC menurun sejajar dengan penurunan kadar Hb. Jumlah retikulosit biasanya normal, pada keadaan berat karena perdarahan jumlahnya meningkat. Gambaran morfologi darah tepi ditemukan keadaan hipokromik, mikrositik, anisositosis dan poikilositosis (dapat ditemukan sel pensil, sel target, ovalosit, mikrosit dan sel fragmen). Jumlah leukosit biasanya normal, tetapi pada ADB yang berlangsung lama dapat terjadi granulositopenia. Pada keadaan yang disebabkan infestasi cacing sering ditemukan eosinofilia. Jumlaah trombosit meningkat 2-4 kali dari nilai normal. Trombositosis hanya terjadi pada penderita dengan perdarahan yang masif. Kejadian trombositopenia dihubungkan dengan anemia yang sangat berat. Namun demikian kejaadiaan trombositosis dana trombositopenia pada abayi dan anak hampir sama, yaitu trombositosis sekitar 35% dan trombositopenia 28%. Pada pemeriksaaan staatus besi didaapaaatkan kadar Fe serum menurun dan TIBC meningkat. Pemeriksaan Fe serum untuk menentukan jumlah besi yang terikat pada transferin, sedangkan TIBC untuk mengetahui jumlah transferin yang berada dalam sirkulasi darah. Perbandingan antara Fe serum dan TIBC (saturasi transferin) yang dapat diperoleh dengan cara menghitung Fe serum/TIBC x 100% merupakan suatu nilai yang menggambarkan suplai besi ke eritroid sumsum tulang dan sebagai penilaian terbaik untuk mengetahui pertukaran besi antara plasma dan cadangan besi dalam tubuh. Bila saturasi transferin (ST) <
16% menunjukkan suplai besi yang tidak adekuat untuk mendukunng
eritropoisis. ST < 7% diagnosis ADB dapat ditegakkan, sedangkan pada kadar ST 7-16% dapat dipakai untuk mendiagnosis ADB bila didukung oleh nilai MCV yang rendah atau pemeriksaan lainnya. Untuk mengetahui kecukupan penyediaan besi ke eritroid sumsum tulang dapat diketahui dengan memeriksa kadar Free Erythrocyte Protoporphyrin (FEP). Pada pembentukan eritrosit akan dibentuk cincin porfirin sebelum besi terikat untuk membentuk heme. Bila penyediaan besi tidak adekuat menyebabkan terjadinya penumpukkan porfirin di dalam sel. Nilai FEP>100ug/dl eritrosit menunjukkan adanya ADB. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya ADB lebih dini. Meningkatnya FEP disertai ST yang menurun merupakan tanda ADB yang progresif. Jumlah cadangan besi tubuh dapat diketahui dengan memeriksa kadar feritin serum. Bila kadar feritin <10-12 ug/l menunjukkan telah terjadi penurunan cadangan besi dalam tubuh. Pada pemeriksaan apus sumsum tulang dapat ditemukan gambaran yang khas ADB yaitu hiperplasia sistem eritropoitik dan berkurangnya hemosiderin. Untuk mengetahui ada atau tidaknya besi dapat diketahui dengan pewarnaan Prussian blue. Harry Raspati, Lelani Reniarti, Susi Susanah, Anemia Defisiensi Besi. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. IDAI:Jakarta.2010 2. jelaskan mengenai metabolisme hemoglobin Pembentukan hemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan berlanjut bahkan dalam stadium retikulosit pada pembentukan sel darah merah. Oleh karena itu, ketika retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, retikulosit tetap membentuk sejumlah kecil hemoglobin saatu hari sesudah dan seterusnya sampai sel tersebut menjadi eritrosit yang matur Mula-mula, suksinil KoA, yang dibentuk dalam siklus Krebs, berikatan dengna glisin untuk membentuk molekul pirol. Kemudian, empat pirol bergabung untuk membentuk protopofirin IX, yang kemudian bergabung dengan besi untuk membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap molekul heme bergabung dengn rantai polipeptida panjang, yaitu globin yang disintesis oleh ribosom, membentuk suatu subunit hemoglobin yang
disebut rantai hemoglobin. Tiap-tiap rantai mempunyai berat molekul
kira-kira 16.000, empat rantai ini selanjutnya akan berikatan longgar satu sama lain untuk membentuk molekul hemoglobin yang lengkap. Terdapat beberapa variasi kecil di berbagai rantai subunit hemoglobin, bergantung pada susunan asam amino di bagian polipeptidanya. Tipetipe rantai itu disebut rantai alfa, beta, dan rantai gamma, dan rantai delta. Bentuk hemoglobin yang paling umum pada orang dewasa, yaitu hemoglobin A, merupakan kombinasi dari dua rantai alfa dan dua rantai beta. Hemoglobin memiliki berat molekul 64,458 Bila masa hidup sel darah merah telah habis dan sel telah dihancurkan, maka hemoglobin yang dilepaskan dari sel akan dicerna oleh sel makrofag-monosit Disini, terjadi pelepasan besi bebas, dan disimpan terutama di tempat penyimpanan feritin yang akan digunakan sesuai kebutuhan untuk pembentukan hemoglobin baru. Guyton. Hall. Buku Ajar Fisiologi kedokteran Edisi 11. EGC:Jakarta. 2007
3. mengapa terjadi pucat pada konjungtiva dan telapak
tangan Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume dara, berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-organ vital. Warna kulit bukan merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucaat karena dipengaruhi pigmentaasi kulit, suhu, daan kedalaman serta distriusi bantalan kapiler. Bantalan kuku, telapak tangan, dan membran mukosa mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang lebih baik untuk menilai pucat. Jika lipatan tangan tidak lagi berwarna merah muda, hemoglobin biasanya kurang dari 8 gram. Catherinem, baldy. Gangguan sel darah merah: Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. EGC:Jakarta.2005