Anda di halaman 1dari 14

Pendahuluan

Kopitiam atau kopi tiam adalah kedai kopi dan sarapan tradisional di Malaysia
dan Singapura. Di Indonesia, kopitiam terutama ada di kota Batam dan Medan. Istilah
kopitiam berasal dari gabungan kata kopi (bahasa Melayu) dan kata tiam ( ) yang
berarti kedai dalam bahasa Hokkien. Selain kopi, teh, atau Milo, makanan yang
disediakan adalah beraneka ragam sajian sederhana, seperti telur rebus, roti bakar
dengan selai srikaya
Kopitiam di Malaysia terdapat di berbagai tempat. Istilah kopitiam di
Malaysia berarti kedai kopi Cina yang lazimnya hanya menawarkan hidangan
Tionghoa-Malaysia.Kopitiam tradisional ditiru oleh "kopitiam baru" yang sebenarnya
adalah rumah makan siap saji bergaya kopitiam. Kopitiam modern dirancang sebagai
pesaing kedai kopi internasional seperti Starbucks atau The Coffee Bean & Tea Leaf,
namun menawarkan kopi selera lokal dengan harga yang lebih murah. Selain roti
bakar isi selai srikaya untuk sarapan, kopitiam modern juga menyediakan menu
makan siang dan makan malam. Perintis kopitiam modern di Malaysia adalah Uncle
Lim. Konsep kopitiam Uncle Lim diikuti oleh merek-merek kopitiam modern yang
lain.
Kopitiam di Singapura terdapat hampir di seluruh pelosok, mulai dari kawasan
permukiman, kawasan perdagangan, hingga kawasan industri. Lokasinya sering di
pusat daerah permukiman seperti lantai dasar apartemen atau ruko. Meja dan kursi
untuk pembeli diletakkan di bagian depan kopitiam yang terbuka, berdekatan dengan
tempat orang lalu-lalang. Duduk berbagi meja dengan orang lain yang tidak dikenal
adalah hal yang biasa, terutama selama jam-jam sibuk. Kopitiam dapat berupa sebuah
kios makanan dan minuman yang dikelola seorang pedagang, namun sebagian dari
kopitiam mengundang berbagai pedagang lain untuk membuka kios hingga lebih
terlihat seperti sebuah food court.
Berbeda dengan kopitiam di Malaysia yang umumnya dikelola oleh etnik
Cina, kopitiam Singapura dikelola oleh pemilik yang berasal dari berbagai etnis di
Singapura. Di sebuah kopi tiam, pemilik biasanya mengelola kedai minuman yang
menjual kopi, teh, minuman ringan, dan berbagai hidangan sarapan seperti roti bakar
isi selai srikaya dan telur rebus. Kedai-kedai lain disewakan ke pengusaha lainnya

yang menjual berbagai makanan untuk memenuhi selera penduduk Singapura yang
multietnik.
Kopitiam di Indonesia sangat mirip dengan yang di Malaysia atau Singapura.
Awalnya dijalankan oleh orang-orang Cina lokal, mereka dapat ditemukan di banyak
daerah pemukiman. Yang membedakan kopi tiam dengan warung kopi di daerah lain
adalah bahwa kopi tiam memiliki suasana dan cita rasa makanannya yang sangat
kental dengan budaya Tionghoa. Tingginya tingkat konsumsi kopi juga mendorong
meningkatnya kuantitas kedai-kedai kopi. Salah satu kedai kopi yang cukup menarik
perhatian adalah Kopi Tiam.
Permasalahan muncul pada saat munculnya pengumuman Klaim Tentang
Merek Kopitiam di Kompas ,Rabu, 8 Februari 2012, yang menjelaskan klien kantor
pengacara tersebut adalah pemegang hak esklusif atas merek Kopitiam daftar
no.371718, tanggal 13 November 1996 untuk jasa bidang penyediaan makanan dan
minuman, kantin, coffe shop dan sejenisnya. Klaim atas merek Kopitiam memaksa
para pengusaha kopitiam menghentikan usaha atau menghentikan penggunaan nama
kopu tiam dalam usahanya.
Kisruh tentang KOPITIAM di awali pada tahun 1996, Abdul Alek Soelystio
mendaftarkan Merek Kopi Tiam yang permohonannya tersebut diterima oleh Dirjen
HKI. Pada tahun 2006, perpanjangan merek Kopi Tiam diterima pula oleh Dirjen
HKI. Setelah berhasil memperoleh Hak atas nama Kopi Tiam, Alek mulai menyerang
restoran-restoran yang memakai nama Kopi Tiam lainnya dipengadilan. Seorang
pengusaha kopitiam di Medan, Paimin Halim, adalah salah satu pengusaha kopitiam
yang harus berhadapan dengan Alek di pengadilan. Paimin, yang telah mendaftarkan
Kok Tong Kopitiam miliknya pada 2009 silam dianggap memiliki persamaan
dengan kopitiam yang sudah lebih dulu didaftarkan oleh Alek. Pengadilan Niaga
Medan akhirnya memerintahkan Dirjen HAKI agar membatalkan merek kopitiam
Kok Tong Kopitiam. Tak berhenti sampai di situ, Mahkamah Agung (MA) bahkan
menguatkan putusan Pengadilan Niaga Medan tersebut.
Menanggapi kekalahan Kok Tong Kopitiam, para pengusaha kopitiam yang
ada di Indonesia menjadi geram. Mereka kemudian merapatkan barisan dan
membentuk Persatuan Pengusaha Kopitiam Indonesia (PPKTI) pada pertengahan
Februari 2012 silam. Tak kurang, sebanyak 19 pengusaha kopitiam bergabung dalam
persatuan tersebut. Mereka menggugat pembatalan merek kopitiam yang dimiliki
Abdul Alek Soelystio. Tak hanya Alek, mereka juga menggugat Dirjen HKI selaku

pemberi hak eksklusif atas merek kopitiam tersebut. Pada tanggal 04 Oktober 2012,
Majelis Hakim pengadilan Niaga Jakarta memutuskan untuk tidak menerima gugatan
PPKTI dan Abdul alek soelistyo masih menjadi pemegang sah hak merek Kopi Tiam.
Gugatan berlanjut dimana pada oktober 2013 Merry Suheni pemilik QQ
kopitiam kemudian kembali melancarkan searangan dengan mengajukan gugatan
pembatalan merek kopitiam ke Pengadilan Niaga Jakarta. Bedanya kali ini QQ
kopitiam mengajukan gugatan bukan atas nama PPTKI melainkan atas nama pribadi
(individual) pasca PPTKI kalah dalam gugatan yang pertama karena tidak memenuhi
syarat sebagai penggugat. Namun, tidak mau kalah, pemilik merek kopitiam, Alek
Soelystio mengajukan gugatan balik kepada Merry sebesar total Rp. 8 Miliar karena
menggunakan merek kopitiam tanpa izin.
Gugatan ini terus berlanjut hingga ke Mahkamah Agung, namun 3 dari 5
hakim Mahkamah Agung mengambil keputusan pada 20 Maret 2013 bahwa nama
kopitiam adalah milik Alek Soelystio secara sah. Sehingga atas dasar ini Alex
kembali menggugat beberapa kopitiam, salah satunya dalah Laus kopitiam yang
masih ngeyel menggunakan nama kopitiam dan dianggap menghambat peluang
bisnis Alex.
Penggunaan nama Kopitiam merupakan nama yang secara umum digunakan
untuk menyebut warung kopi sesuai dnegan yang dijelaskan diatas. Klaim atas nama
Kopitiam perlu di kaji kembali mengingat nama tersebut merupakan nama yang
umum digunakan oleh masyarakat untuk menyebutkan warung kopi.

Permasalahan
Sengketa merk Kopitiam di Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pada tahun 1996, Abdul Alek Soelystio mendaftarkan Merek Kopi Tiam yang
permohonannya tersebut diterima oleh Dirjen HKI
2. Pada tahun 2006, perpanjangan merek Kopi Tiam diterima pula oleh Dirjen
HKI
3. Februari 2012, 19 pengusaha kopitiam bergabung menjadi Persatuan
Pengusaha Kopitiam Indonesia (PPKTI) menggugat pembatalan merek
kopitiam yang dimiliki Abdul Alek Soelystio dan menggugat dirjen HKI yang
memberikan hak ekslusif atas merek kopitiam.
4. Pada Oktober 2012, Majelis Hakim pengadilan Niaga Jakarta memutuskan
untuk tidak menerima gugatan PPKTI dan Abdul alek soelistyo masih menjadi
pemegang sah hak merek Kopi Tiam.
5. Pada oktober 2013 Merry Suheni pemilik QQ kopitiam kemudian kembali
melancarkan searangan dengan mengajukan gugatan pembatalan merek
kopitiam ke Pengadilan Niaga Jakarta. Bedanya kali ini QQ kopitiam
mengajukan gugatan bukan atas nama PPTKI melainkan atas nama pribad,
namun Alek menggugat balik Merry.
6. Pada Maret 2013 3 dari 5 hakim Mahkamah Agung mengambil keputusan
nama kopitiam adalah milik Alek Soelystio.
7. Pada Maret 2013, 3 dari 5 hakim Mahkamah Agung mengambil keputusan
nama kopitiam adalah milik Alek Soelystio.
Dari point-point di atas, dapat dirumuskan sebuah masalah yaitu :
1. Apakah merek KOPITIAM dapat didaftarkan ke Dirjen HKI dan mendapatkan
hak eksklusif ?
2. Bagaimana solusi untuk pelaku usaha apabila terjadi permasalahan yang
serupa di masa mendatang ?

Dasar Hukum

Merek menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut sebagai tanda yang
dikenakan oleh pengusaha (pabrik, produsen, dsb) pada barang yang dihasilkan
sebagai tanda pengenal; cap (tanda) yang menjadi pengenal untuk menyatakan nama.
A. Dasar hukum dalam permasahan no.1
Menurut Undang-Undang nomor 15 tahun 2001 Bab 1 Pasal 1
1. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
2. Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
3. Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
4. Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan
karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan
hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa
sejenis lainnya.
5. Permohonan adalah permintaan pendaftaran Merek yang diajukan secara tertulis
kepada Direktorat Jenderal.
6. Pemohon adalah pihak yang mengajukan Permohonan.
7. Pemeriksa adalah Pemeriksa Merek yaitu pejabat yang karena keahliannya
diangkat dengan Keputusan Menteri, dan ditugasi untuk melakukan pemeriksaan
terhadap Permohonan pendaftaran Merek
Pasal 7 Undang-Undang nomor 15 tahun 2001
(1) Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat
Jenderal dengan mencantumkan: a. tanggal, bulan, dan tahun; b. nama lengkap,
kewarganegaraan, dan alamat Pemohon;

c. nama lengkap dan alamat Kuasa

apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa; d. warna-warna apabila merek yang


dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur-unsur warna; e. nama negara
dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam hal Permohonan diajukan
dengan Hak Prioritas.
(2) Permohonan ditandatangani Pemohon atau Kuasanya.

(3) Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat terdiri dari satu orang atau
beberapa orang secara bersama, atau badan hukum.
(4) Permohonan dilampiri dengan bukti pembayaran biaya.
(5) Dalam hal Permohonan diajukan oleh lebih dari satu Pemohon yang secara
bersama-sama berhak atas Merek tersebut, semua nama Pemohon dicantumkan
dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka.
(6) Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Permohonan
tersebut ditandatangani oleh salah satu dari Pemohon yang berhak atas Merek
tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para Pemohon yang
mewakilkan.
(7) Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diajukan melalui
Kuasanya, surat kuasa untuk itu ditandatangani oleh semua pihak yang berhak atas
Merek tersebut.
(8) Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (7) adalah Konsultan Hak Kekayaan
Intelektual.
(9) Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai Konsultan Hak
Kekayaan Intelektual diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan tata cara
pengangkatannya diatur dengan Keputusan Presiden.
Pasal 9 Undang-Undang nomor 15 tahun 2001 Ketentuan mengenai syarat dan tata
cara Permohonan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 10 Undang-Undang nomor 15 tahun 2001
(1) Permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang bertempat tinggal atau
berkedudukan tetap di luar wilayah Negara Republik Indonesia wajib diajukan
melalui Kuasanya di Indonesia.
(2) Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyatakan dan memilih
tempat tinggal Kuasa sebagai domisili hukumnya di Indonesia.
Pasal 11 Undang-Undang nomor 15 tahun 2001 Permohonan dengan menggunakan
Hak Prioritas harus diajukan dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak
tanggal penerimaan permohonan pendaftaran Merek yang pertama kali diterima di
negara lain, yang merupakan anggota Paris Convention for the Protection of Industrial
Property atau anggota Agreement Establishing the World Trade Organization.
Pasal 12 Undang-Undang nomor 15 tahun 2001

(1) Selain harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Bagian Pertama
Bab ini, Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas wajib dilengkapi dengan
bukti tentang penerimaan permohonan pendaftaran Merek yang pertama kali yang
menimbulkan Hak Prioritas tersebut.
(2) Bukti Hak Prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia.
(3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
dipenuhi dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya hak
mengajukan Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11, Permohonan tersebut tetap diproses, namun tanpa
menggunakan Hak Prioritas.
Bagian Ketiga Pemeriksaan Kelengkapan Persyaratan Pendaftaran Merek
Pasal 13 Undang-Undang nomor 15 tahun 2001
(1) Direktorat Jenderal melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan persyaratan
pendaftaran Merek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal
10, Pasal 11, dan Pasal 12.
(2) Dalam hal terdapat kekurangan dalam kelengkapan persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Direktorat Jenderal meminta agar kelengkapan
persyaratan tersebut dipenuhi dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan terhitung
sejak tanggal pengiriman surat permintaan untuk memenuhi kelengkapan
persyaratan tersebut.
(3) Dalam hal kekurangan tersebut menyangkut persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12, jangka waktu pemenuhan kekurangan persyaratan tersebut paling
lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak berakhirnya jangka waktu pengajuan
Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas.
Pasal 14 Undang-Undang nomor 15 tahun 2001
(1) Dalam hal kelengkapan persyaratan tersebut tidak dipenuhi dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat

(2), Direktorat Jenderal

memberitahukan secara tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya bahwa


Permohonannya dianggap ditarik kembali.
(2) Dalam hal Permohonan dianggap ditarik kembali sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), segala biaya yang telah dibayarkan kepada Direktorat Jenderal tidak
dapat ditarik kembali.

B. Dasar hukum permasalahan no.2


Pasal 28 Undang-Undang nomor 15 tahun 2001 Merek terdaftar mendapat
perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak Tanggal
Penerimaan dan jangka waktu perlindungan itu dapat diperpanjang.
Pasal 35 Undang-Undang nomor 15 tahun 2001
(1) Pemilik Merek terdaftar setiap kali dapat mengajukan permohonan perpanjangan
untuk jangka waktu yang sama.
(2) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara
tertulis oleh pemilik Merek atau Kuasanya dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perlindungan bagi Merek terdaftar
tersebut.
(3) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan kepada
Direktorat Jenderal.
Pasal 36 Undang-Undang nomor 15 tahun 2001 Permohonan perpanjangan disetujui
apabila: a. Merek yang bersangkutan masih digunakan pada barang atau jasa
sebagaimana disebut dalam Sertifikat Merek tersebut; dan b. barang atau jasa
sebagaimana dimaksud dalam huruf a masih diproduksi dan diperdagangkan.
Pasal 37 Undang-Undang nomor 15 tahun 2001
(1) Permohonan perpanjangan ditolak oleh Direktorat Jenderal, apabila permohonan
tersebut tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dan
Pasal 36.
(2) Permohonan perpanjangan ditolak oleh Direktorat Jenderal, apabila Merek
tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
Merek terkenal milik orang lain, dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b dan ayat (2).
(3) Penolakan permohonan perpanjangan diberitahukan secara tertulis kepada pemilik
Merek atau Kuasanya dengan menyebutkan alasannya.
(4) Keberatan terhadap penolakan permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dapat diajukan kepada Pengadilan Niaga.
(5) Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya
dapat diajukan kasasi.

Pasal 38 Undang-Undang nomor 15 tahun 2001


(1) Perpanjangan jangka waktu perlindungan Merek terdaftar dicatat dalam Daftar
Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
(2) Perpanjangan jangka waktu perlindungan Merek terdaftar diberitahukan secara
tertulis kepada pemilik Merek atau Kuasanya.

C. Dasar hukum permasalahan no.3


Pasal 6 Undang-Undang nomor 15 tahun 2001
(1) Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut: a.
mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek milik
pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang
sejenis; b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis; c.
mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasigeografis yang sudah dikenal.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat pula diberlakukan
terhadap barang dan/atau jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan
tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

D. Dasar hukum permasalahan no.4


Pasal 5 Undang-Undang nomor 15 tahun 2001 Merek tidak dapat didaftar apabila
Merek tersebut mengandung salah satu unsur di bawah ini: a. bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau
ketertiban umum; b. tidak memiliki daya pembeda; c. telah menjadi milik umum; atau
d. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan
pendaftarannya
E. Dasar hukum permasalahan no.6
Pasal 76 Undang-Undang nomor 15 tahun 2001
(1) Pemilik Merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang
secara tanpa hak menggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya untuk barang atau jasa yang sejenis berupa: a.

gugatan ganti rugi, dan/atau b. penghentian semua perbuatan yang berkaitan


dengan penggunaan Merek tersebut.
(2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pengadilan Niaga.

Pembahasan
1. Berdasarkan Undang Undang Merk No. 15 tahun 2001, analisa pendaftaran merk
KOPITIAM adalah sebagai berikut :
a. Merk KOPITIAM adalah merk dagang sesuai dengan penjelasan Bab 1 pasal 1
dan 2
b. Merk KOPITIAM bukan merupakan merk kolektif walaupun memiliki
karakteristik yang sama, karena barang yang diperdagangnkan tidak dijual
secara bersama-sama.
c. Berdasarkan pasal 5, suatu merk tidak dapat didaftarkan apabila merek tersebut
mengandung salah satu unsur di bawah ini:
1) Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;
2) Tidak memiliki daya pembeda;
3) Telah menjadi milik umum; atau
4) Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya
Pada bulan Februari tahun 2012, PPKTI mengajukan tuntutan untuk mencabut
hak ekslusif dari merk KOPITIAM, dengan kata lain menuntut merk
KOPITIAM dapat dikategorikan sebagai milik umum. Tuntutan dimaksud tidak
dikabulkan oleh proses pengadilan dengan analisa sebagai berikut :
1) Pengajuan merk KOPITIAM telah dilakukan sejak tahun 1996 oleh Abdul
Alex Soelystyo dan telah diperpanjang pada tahun 2006 oleh Dirjen HKI.
Dalam kurun waktu tersebut tidak terdapat gugatan dari pelaku usaha
sejenis.
2) Gugatan terhadap merk KOPITIAM dilakukan mulai tahun 2012 oleh
PPKTI atau 6 tahun setelah perpanjangan masa laku merk dan hak eksklusif
KOPITIAM oleh Dirjen HKI. Gugatan ini dilatarbelakangi oleh gugatan
Abdul Alex terhadap Paimin (pemilik merk dagang Kok Tong Kopitiam)
pada tahun 2009.
3) Berdasarkan pasal 5 Undang Undang Merk tahun 2001, Merk KOPITIAM
tidak memenuhi kriteria telah menjadi milik umum, karena sejak
pendaftaran pertama tahun 1996 hingga perpanjangan tahun 2006, tidak
terdapat gugatan dari pelaku usaha sejenis.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa merk


KOPTIAM tidak dapat dituntut untuk menjadi merk umum untuk saat ini.

Kesimpulan Dan Saran


A. Kesimpulan
Kesimpulannya KOPITIAM tidak bisa di kategorikan sebagai hal yang umum
karena hal ini di dasarkan pada keterangan ahli Drs. Ahmat Hasan, SH., yang
dihadirkan di MA sebagai saksi ahli. Drs ahmat Hasan menjelaskan bahwa kata
umum adalah semua kata yang umum dipakai dalam percakapan sehari-hari.
Sehingga KOPITIAM bukan kata umum, tidak umum digunakan dalam
percakapan sehari-hari, jadi KOPITIAM bukan milik umum (Pasal 5 huruf c jo.
Pasal 5 huruf D Undang-Undang No. 15 Tahun 2001). Apabila itu merupakan kata
umum harusnya begitu KOPITIAM di daftarkan sebagai merek paten tentu akan
akan menimbulkan kontra di kalangan umum. Apalagi setiap ada merek yang di
patenkan ada berita acaranya. Dan di karenakan tidak ada yang menggugat
KOPITIAM

sejak tahun 1996-2008 dan baru di gugat pada tahun 2009 hal

tersebut menjadi tidak bisa di gugat karena sudah menjadi hak milik Abdul Alex
Soelystyo selama 12 tahun tanpa ada yang menggugat. Dan para penggugat ini
yang menentang KOPITIAM di miliki hak secara eksklusif oleh Abdul Alex
Soelystyo, memiliki ititikad yang tidak baik di karenakan mereka ingin meniru
kesuksesan Abdul Alex Soelystyo yang mengelola KOPITIAM hingga menjadi
terkenal dan di kenal di kalangan masyarakat. Pada intinya para penggugat ini baru
menjalankan bisnis yang berbau KOPITIAM setelah KOPITIAM di kenal oleh
masyarakat luas.
B. Saran:
1. Untuk menghindari terjadinya gugatan secara terus menerus ada baiknya Abdul
Alex Soelystyo merangkul orang-orang yang ingin menjalankan bisnis yang
sejenis dan bekerjasama atau bisa juga memfranchisekan KOPITIAM
2. Untuk para penggugat yang tidak puas akan hasil keputusan final MA. Bisa
membawa masalah undang-undang yang di permasalahakan untuk di uji di
makamah konstitusi (MK) dan apabila para penggugat menilai para hakim
tidak adil atau berat sebelah bisa membawanya ke komisi yudicial.

Daftar Pustaka
http://en.wikipedia.org/wiki/Kopi_tiam, diakses pada 22 April 2015.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kopi_tiam, diakses pada 22 April 2015.
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/04/16/158462/sengketa-merekantara-tiam-kopi-tiam-kopitiam-dan-kopitiam/, diakses pada 22 April 2015.
https://www.indotrademark.com/baca-10Aroma_Kopitiam_yang_Membelah_Mahkamah_Agung.html,

akses

pada

11

November 2015
http://news.detik.com/read/2015/04/17/093520/2890066/10/4/dekonstruksihukum-antara-kok-tong-kopitiam-laus-kopitiam-dan-kopitiam, diakses pada 28
April 2015

Anda mungkin juga menyukai