Manajemen Ternak Unggas
Manajemen Ternak Unggas
OLEH :
MUHAMMAD RAYHAN
D1E009078
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN TERNAK UNGGAS
Oleh :
MUHAMMAD RAYHAN
D1E009078
Koordinator Asisten
Riecksa N Taufik
NIM.D1E007009
I.
PENDAHULUAN
II. METODE
2.1 Materi
2.1.1
Alat
lap pel
7.
slang air
2.
kuas
8.
pacul
3.
sikat
9.
tempat sampah
4.
ember
10.
mesin semprot
5.
sapu lidi
11.
karung
6.
bak ember
2.1.1.2 Pemeliharaan
1.
galon
9.
ember
2.
feeder tray
10.
3.
feeder tub
11.
lampu
4.
gasolek
12.
5.
cimawar
6.
semprot gendong
13.
kandang pemeliharaan
7.
timbangan
14.
tabung gas
8.
bak ember
15.
minum
nampan plastik
4.
gunting bedah
2.
kantong plasti
5.
pisau
3.
pisau skalpel
6.
timbangan
2.1.2
Bahan
Biodes
4.
2.
formalin
5.
sekam
3.
kapur gamping
2.1.2.2 Pemeliharaan
1.
4.
Vaksin
2.
5.
sekam
3.
6.
air minum.
Pra Pemeliharaan
1.
2.
pembersihan kandang,
3.
pemasangan tirai,
4.
5.
penaburan sekam,
6.
desinfeksi,
7.
pemasangan indukan,
8.
2.2.2
Pemeliharaan
program biosecurity,
2.
3.
4.
5.
melakukan recording,
6.
penimbangan pakan.
Kegiatan insidental meliputi: penerimaan DOC pada awal pemeliharaan
1.
2.
penghitungan DOC
3.
Pengawasan DOC
4.
Vaksinasi
5.
penimbangan
6.
panen
7.
Culling
2.2.3
Praktikum Lab
1.
2.
3.
Ayam dietanasi.
4.
5.
6.
7.
8.
Ayam dibedah.
9.
10.
Karkas ditimbang.
11.
2.
Tempat
Tanggal
: 20 Desember 2011
Processing
Waktu
Tempat
: Laboratorium Unggas.
Tanggal
: 02 Desember 2008.
3.1 Kegiatan
3.1.1
Processing
: 1,72 kg = 1720 gr
Bobot karkas
: 1140 gr
Bobot darah
: 60 gr
Bobot bulu
: 80 gr
Bobot paha
: 310 gr
Bobot dada
: 360 gr
Bobot sayap
: 110 gr
Bobot punggung
: 250 gr
=
= 3,45 %
2. % bulu
=
= 4,65 %
3. % karkas
=
= 60,28 %
4. % paha
=
= 27,14 %
5. % dada
=
= 31,58 %
6. % sayap
=
= 9,65 %
7. % punggung
=
= 21,93 %
3.1.2
Pemeliharaan
Minggu I
: 123 gram
Minggu II
: 413 gram
Minggu III
: 863 gram
4. Pemberian pakan
Minggu I
: 135,9 gram
Minggu II
: 522,26 gram
Minggu III
; 1087,5 gram
5. Konsumsi pakan
Minggu I
: 275 kg
Minggu II
: 1050 kg
Minggu III
: 2150 kg
7. Indeks Produksi =
Minggu I
: 270
Minggu II
: 274
Minggu III
: 347
Processing
Berdasarkan hasil praktikum bahwa berat badan 1,72 kg dan ayam yang
digunakan saat praktikum adalah ayam muda sesuai dengan pernyataan dari
artikel UGM.
3.2.2
Pemeliharaan
pembersihan
kandang
juga
tidak
kalah
pentingnya
dalam
dalam
pemeliharaan
yang
telah
disucihamakan,
seperti
dengan
menggunakan
tipe
kandang
monitor
(berlitter
dan
panggung).Dengan alasan karena model seperti itu mudah sekali dibersihkan dan
kotoran langsung jatuh kebabawah sehingga bau amoniak tidak berpengaruh
terhadap ayam.
Kandang periode awal atau brooding house dapat berbentuk persegi atau
lingkaran dengan tinggi sekat (chick guard) sekitar 45 sampai 60 cm dengan
dinding sebagian tertutup. Kandang sebaiknya dibangun lebih tinggi, dan
menghadap arah terbitnya matahari, dekat dengan sumber air, serta ditanami
pohon pelindung di sekitar kandang dan dijaga jangan sampai gundul serta
diusahakan tidak ada genangan air di sekitar kandang. Hal ini penting untuk
menghindari suhu yang terlalu panas dan menjaga agar udara tetap segar
sepanjang hari (Samosir. 2000).
Ketepatan pemberian pemanas (temperatur ruangan) dapat diketahui
dengan mengamati tingkah laku anak ayam apabila anak ayam bergrobol
menjauhi sumber pemanas dikarenakan temperatur terlalu tinggi; anak ayam
bergerombol mendekati sumber panas berarti temperatur kurang atau terlalu
rendah; dan anak ayam tenang, menyebar merata, gerakannya aktif berarti
temperatur sesuai dengan kebutuhan ayam (Rasyaf, 2008). Menurut Rasyaf
(1997) pada pemeliharaan anak ayam dengan menggunakan kandang yang luas
diperlukan adanya pelindung anak ayam (chik guard) atau sekat dengan jarak 6075 cm dari sumber pemanas dengan tinggi sekitar 45-60 cm.
Kegiatan terakhir adalah mengistirahatkan kandang selama 1-2 minggu.
Hal ini berkaitan dengan kemungkinan penularan penyakit atau sisa-sisa penyakit
yang masih ada di dalam kandang tersebut. Lama pengosongan kandang (1-2
minggu) erat kaitannya dengan perencanaan usaha aktivitas produksi ayam. Lama
pengosongan sebaiknya tidak kurang dari 7 hari (Rasyaf, 1997).
Pelaksanaan saat pra pemeliharaan akan menentukan keberhasilan dalam
pemeliharaan selanjutnya. Apabila persiapan kandang ini dilakukan dengan baik
maka kemungkinan besar pemeliharaan akan berhasil dengan pertumbuhan ayam
yang baik dan sehat, tetapi apabila perlakuan terhadap pra pemeliharaan dilakukan
dengan tidak benar, maka tahap pemeliharaan selanjutnya akan mengalami
kegagalan.
3.2.2.2 Kegiatan Insidential
Menurut Murtidjo (1992) pemeliharaan ayam broiler sesuai pada
prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua periode, yaitu:
a.
Periode awal atau starting period, yaitu pemeliharaan ayam mulai umur nol
sampai 3 atau 4 minggu, serta memerlukan pemeliharaan secara insentif atau
benar-benar diperhatikan.
b.
Periode akhir atau finishing period, yaitu pemeliharaan ayam yang berumur
lebih daari 3 atau 4 minggu sampai pemanenan. Pada tatalaksan pemeliharaan
bertahap (sedikit demi sedikit) pada umur awal (1 minggu). Pemberian pakan
starter dilakukan sampai dengan umur 21 hari.
b. Pakan pada periode finisher menggunakan pakan dengan kandungan protein
minimal 19%. Hal tersebut bertujuan untuk efisiensi pakan, karena pada
periode finisher laju pertumbuhan sudah mulai menurun. Penggantian pakan
dilakukan secara bertahap dari pakan starter : finisher, 75% : 25%, 50% : 50%,
25% : 75%, finisher total.
c. Pemakaian feeder tary (baki), dianjurkan satu tray untuk 70-80 ekor (1-3 hari)
sehingga masih tersedia tempat kosong untuk tidur ayam (beeding space).
d. Penambahan alas tabung pakan 10 kg sebanyak 10 buah dapat dilakukan pada
umur 3hari sehingga kapasitas feeder space untuk 50 ekor dan pada umur 5
hari (20 buah) dengan feeder space untuk 40 ekor.
e. Feeder tray yang digunakan harus dalam keadaan kering dan bersih. Jumlah
feeder tray sebaiknya dua kali yang diperlukan per kandangnya, sehingga
feeder tray sempat dibersihkan setiap hari dan dijemur di sinar matahari.
f. Feeder tray bisa dipakai sampai umur 10 hari (asalkan jumlah pakan di
dalamnya tidak terlalu banyak/tidak tumpah (maksimal 300gr/tray).
g. Dibawah gasolek sebaiknya jangan diberi tempat pakan/ feeder tray karena
panas akan merusak nutrisi yang ada dalam pakan. Umur 9 10 hari,
penambahan seluruh alas tabung kuning dapat dilakukan sehingga feeder space
1:25 30 ekor. Umur 13 14 hari 50% tempat pakan tabung kuning bisa
digantung. Umur 15 16 hari tabung kuning digantung semua.
h. Tinggi tempat pakan setinggi tembolok yang diukur dari bibir atas tabung.
Prinsip pemberian pakan adalah full feed (pakan selalu tersedia setiap saat),
tetapi perlu diingat bahwa ayam lebih suka makan pada suhu optimum sesuai
dengan naluri ayam yaitu pagi hari (jam 05.00 08.00) dan sore hari (jam
17.00-20.00). Jadi pada jam-jam tersebut harus lebih diperhatikan ketersediaan
pakannya.
Pemberian minum dilakukan dengan cara :
Tempat pakan dibersihkan dari kotoran dan sekam dengan cara diayak atau
dibersihkan dengan tangan. Dalam melakukan pengayakkan diusahakan jangan
banyak membuang pakan
Tempat minum atau galon dibersihkan terutama pada bagian dalam leher
galon dengan menggunakan air untuk mengangkat kotoran dan mikroba atau
mikroorganisme yang masih menempel. Kemungkinan terserang penyakit kecil
oleh karenanya tempat air minum diusahakan tetap bersih. Air yang digunakan
untuk membilas galon tidak di campur dengan desinfektan. Hal tersebut tidak
sesuai dengan pernyataan North (1990) semua sarana dan pemeliharaan unggas
harus selalu dalam keadaan bersih, tidak hanya membersihkan alat-alat kandang
dan membuang limbah dari dalam kandang, tetapi juga ditunjang dengan
penggunaan desinfektan tertentu untuk mencegah mikroorganisme patogen.
Pemberian pakan saat praktikum dilakukan secara bertahap. Minggu
pertama setiap 2 jam sekali, minggu kedua 4 jam sekali serta minggu ketiga dan
keempat 6 jam sekali. Maksud dari cara bertahap ini untuk membantu
pertumbuhan organ dan tubuh broiler agar sempurna dan mencegah penimbunan
lemak yang berlebihan. Air minum yang diberikan pada ayam biasanya dicampur
dengan antibiotik dan vitamin. Misalnya saja saat praktikum antibiotik yang
diberikan yaitu doxterin, sulfamonothoxin, dan cyprogrin. Sedangkan vitamin
yang diberikan misalnya agriminovit, minovit dan supralit. Pemberian
sulfamonothoxin ditujukan untuk pencegahan penyakit malaria pada ayam dan
cyprogrin untuk mencegah penyakit SNOT ( coryza ). Pakan merupakan salah
satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha Peternakan. Oleh karena itu,
pemberian pakan pada ayam broiler harus benar-benar diperhatikan, karena 60%
sampai 80% biaya produksi merupakan biaya pakan (Rasyaf, 1984). Tujuan utama
pemberian pakan pada ayam niaga pedaging adalah menjamin pertambahan bobot
badan selama pertumbuhan dan penggemukan.
Kekurangan protein dari ransum dapat mengakibatkan pertumbuhan ayam
niaga pedaging (broiler) terhambat, menambah sensitifitas ayam terhadap
aflatoxin dan mengurangi efisiensi ransum (Rasyaf, 1984). Pakan yang diberikan
adalah pakan ayam periode starter C201 pakan jadi. Alasan penggunaan pakan
jadi ini adalah karena praktis. Pakan jadi yang digunakan tersebut adalah C201.
Murtidjo (1992) menyatakan bahwa bahan baku makanan yang digunakan
untuk menyusun makanan ternak unggas, adalah bahan baku makanan yang
mengandung zat-zat makanan yang bisa memenuhi kebutuhan ternak unggas yang
mengkonsumsi. Dari sifat fisik, kimia dan biologisnya. Setiap bahan baku
makanan ternak unggas secara umum harus bisa diperoleh zat-zat makanan yang
diklasifikasikan menjadi 6 golongan, yakni: air, karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral.
Tata letak tempat minum dan pakan hendaknya berselang-seling, sehingga
menyebar merata sesuai dengan luasan kandang dan memudahkan ayam untuk
mendapatkan minum dan pakan tanpa harus berebut. Manfaat yang diperoleh dari
penataan tempat tersebut adalah untuk menghindari ayam menjadi stress dan
kanibal. Tempat pakan di Ex-Farm II diletakkan pada jarak 2 m. Jumlah tempat
minum dan pakan selama pemeliharaan ayam periode awal adalah 40 buah. air
minum diberikan secara ad-libitum. Anggorodi (1995) menyatakan bahwa jumlah
kandungan air tubuh ayam umur satu minggu adalah sekitar 85%, sehingga dapat
dilihat betapa pentingnya air terutama untuk periode awal. Persediaan air yang
bersih dan dingin harus cukup agar terjadi pertumbuhan optimum dan menyatakan
bahwa ayam membutuhkan air yang bersih dan dingin untuk pertumbuhan,
produksi dan efisiensi penggunaan pakan. Kekurangan hanya untuk satu hari saja
dapat
menyebabkan
perubahan
fisiologis
dan
menurunkan
kecepatan
bahwa ransum komersial bagi unggas mengandung lebih kurang 10% air, dengan
mengkonsumsi ransum 2,0 sampai 2,5 gram air untuk setiap gram ransum yang
dimakan selama masa pertumbuhan.
Tatacara pemeliharaan yang tidak kalah pentingnya adalah memperhatikan
kondisi dan kesehatan ayam. Ayam yang kurang sehat dapat di beri vitamin atau
obat-obatan. Untuk mencegah terjadinya penyakit pada ayam, dapat dilakukan
intramuskular. ND 1 bersifat aktif atau kill. Setelah broiler berusia 11 hari maka
divaksin IBD atau gumboro. Metode vaksin yaitu dengan drink water ( DW ),
karena vaksin bersifat inaktif. Pada metode DW ini vaksin dilarutkan bersama
dengan air yang telah dicampur dengan susu skim.
Vaksin dengan metode DW biasanya disimpan dalam tempat yang dingin
(kulkas atau dengan es batu). Tujuan dari penyimpanan seperti ini adalah agar
vaksin tidak mati karena suhu lingkungan yang lebih tinggi sehingga vaksin
diinaktifkan terlebih dahulu. Penggunaan susu skim selain untuk media
pertumbuhan vaksin juga berfungsi untuk membantu menguatkan daya tahan
ayam ( Alferd, 2005 ). Saat praktikum, ternyata ayam yang telah divaksin ND 1
dan IBD mengalami kelumpuhan sebagian ( tidak bisa berjalan ) bahkan ada yang
mati. Menurut Alferd (2005) Kelumpuhan pada ayam setelah vaksinasi umumnya
merupakan reaksi post vaksinal akibat pengaruh vaksin yang cukup keras,atau
pada saat di vaksin terdapat sejumlah ayam yang kondisinya lemah. Untuk
menghindari hal itu sebaiknya pastikan ayam benar- benar sehat saat divaksin dan
jangan mengganti- ganti vaksin dengan konsentrasi atau jenis yang lain.
Kegiatan insidental berikutnya adalah melakukan bedah bangkai terhadap
ayam yang mati untuk mengetahui jenis penyakit yang telah menyerang. Selain
itu kegiatan insidental berikutnya adalah melakukan diskusi. Diskusi dilakukan
tiap minggu sekali, diskusi tersebut mengenai evaluasi keseluruhan kegiatan di
kandang sampai dengan perhitungan hasil pemeliharaan meliputi, perhitungan
jumlah anak ayam yang mati, sisa ayam, deplesi, konsumsi pakan, pakan rata-rata,
PBB, BB, FCR, dan IP.
Selain melakukan kegiatan diatas, kegiatan pasca pemeliharaan yang
lainnya yaitua menghitung hasil pemeliharaan berdasarkan catatan rekording. Halhal yang dihitung yaitu deflesi, FCR, efisiensi pakan dan indeks produksi.
Manfaat yang dapat diambil dari perhitungan ini adalah untuk mengetahui tingkat
pertumbuhan ternak dan mengetahui kemajuan suatu usaha peternakan (laba rugi).
a. Menghitung deflesi ( tingkat kematian )
Deflesi adalah presentasi kematian ayam yang dipelihara dengan jumlah
ayam yang masuk. Deflesi dapat dihitung dengan rumus :
Semakin tinggi nilai deflesi, maka angka kematian ayam tinggi pula
sehingga jumlah ayam yang hidup semakin sedikit. Angka deflesi yang tinggi bisa
diakibatkan penyakit maupun manajemen yang tidak sesuai.
b. Menghitung Feed Consumption Ratio ( FCR )
Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion
Ratio). Nilai FCR dapat dihitung dengan rumus :
Semakin rendah angka FCR, semakin baik kualitas pakan, karena lebih
efisien dengan pakan sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi (Prabowo,
2007). Misalnya FCR 1 ini berarti untuk menghasilkan kenaikan berat badan 1kg
dibutuhkan pakan sebanyak 1 kg/ ekor.
c. Menghitung efisiensi pakan
Efisiensi
pakan
yaitu
banyaknya pakan
yaitu :
Beda halnya dengan FCR semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka akan
semakin bagus, karena dengan pakan yang sedikit dapat menghasilkan produksi
daging yang tinggi.
d. Menghitung indeks produksi ( IP )
Indeks produksi merupakan suatu angka yang menunjukan tingkat
kemajuan produksi ayam, semakin tinggi IP maka hal ini berarti produksi ayam
semakin bagus dan sebaliknya. Biasanya standar IP tiap perusahaan berbeda- beda
, namun pada intinya IP diatas 300 sudah menunjukan produksi yang baik.
(
kandang,
peralatannya,
pengapuran,
penutupan
tirai,
pensucihamaan
fumigasi,
kandang
pengistirahatan
dan
kandang,
4.2. Saran
1. Praktikum lebih dikonsep lagi dengan benar dan serius.
2. Adanya konfirmasi antar asisten dan dosen pengampu.
3. Konfirmasi antara sisten dan koordinator kelompok.
4. Diperjelas lagi tentang praktikum manajemen ternak unggas dari mulai
kegiatan praktikum hingga laporan akhir.