Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam hidup sehari-hari, manusia tidak terpisah dengan makhluk lainnya baik hewan,
tumbuhan maupun benda-benda mikroskopik seperti debu, tungau, serbuk bunga sampai
berbagai makanan yang kita konsumsi sehari-hari seperti susu, telur, kacang-kacangan
dan seafood.
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal yang terjadi di tubuh akibat masuknya suatu
zat asing.Zat asing yang dinamakan alergen tersebut masuk ke dalam tubuh melalui saluran
nafas (inhalan) seperti debu, tungau, serbuk bunga. Alergen juga dapat masuk melalui saluran
percernaan (ingestan) seperti susu, telur, kacang-kacangan dan seafood. Di samping itu juga
dikenal alergen kontak yang menempel pada kulit seperti komestik dan perhiasan.
Saat alergen masuk ke dalam tubuh, sistem imunitas atau kekebalan tubuh bereaksi
secara berlebihan dengan membuat antibodi yang disebut Imunoglobulin E. Imunoglobulin E
tersebut kemudian menempel pada sel mast (mast cell). Pada tahap berikutnya, alergen akan
mengikat Imunoglobulin E yang sudah menempel pada sel mast. Ikatan tersebut memicu
pelepasan senyawa Histamin dalam darah.Peningkatan Histamin menstimulasi rasa gatal
melalui mediasi ujung saraf sensorik. Senyawa Histamin yang teramat banyak juga bisa
disebabkan oleh stress dan depresi.
Pengobatan gatal-gatal karena alergi dilakukan dengan jalan pemberian obat
antihistamin yang banyak dijual secara bebas.Efek samping dari pemakaian obat diantaranya
linglung, pusing, sembelit, sulit berkemih dan penglihatan kabur, namun jarang ada penderita
yang mengalami hal tersebut.Dewasa ini terdapat obat antihistamin generasi terbaru yang
tidak berefek sedatif (mengantuk) dan beraksi lebih lama, namun harganya lebih mahal dan
harus ditebus dengan resep dokter.

1 | Page

Sesungguhnya pemakaian obat antihistamin hanya menghilangkan gejala alergi dan


menghindari serangan yang lebih besar di masa mendatang, tidak menyembuhkan alergi. Jika
penderita kontak lagi dengan alergen, maka alergi akan muncul kembali. Oleh karena itu,
yang terbaik untuk mengatasi alergi adalah dengan menghindari kontak dengan alergen,
menjaga kebersihan diri dan lingkungan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh serta
menjauhi stress.

2 | Page

BAB II
DASAR TEORI

HISTAMIN
2.1.1 Definisi Histamin
Histamin adalah suatu alkaloid yang disimpan di dalam sel mast, dan menimbulkan
berbagai proses faalan dan patologik. Histamin pada manusia adalah mediator penting untuk
reaksi-reaksi alergi yang segera dan reaksi inflamasi, mempunyai peranan penting pada
sekresi asam lambung, dan berfungsi sebagai neurotransmitter dan modulator. (Udin
Sjamsudin: 1995)
Histamin adalah senyawa jenis amin yang terlibat dalam reaksi imun lokal, selain itu
senyawa ini juga berperan dalam pengaturan fungsi fisiologis di lambung dan sebagai
neurotransmitter.Jika tubuh terpapar patogen, maka tubuh memproduksi histamin di dalam
basofil dan sel mast, dengan adanya histamin maka terjadi peningkatan permeabilitas kapilerkapiler terhadap sel darah putih dan protein lainnya. Hal ini akan mempermudah sel darah
putih dalam memerangi infeksi di jaringan tersebut.
Histamin adalah suatu amin nabati (bioamin) yang ditemukan oleh dr. Paul Ehlirch
(1878) dan merupakan produk normal dari pertukaran zat histidin melalui dekarboksilasi
enzimatis. (Tan Hoan Tjai: 2006)
Histamin didapatkan pada banyak jaringan,sehingga dinamakan histamine (histos=
jaringan) memiliki

efek

fisiologis

dan

patologis

yang

kompleks

melalui

bebagai subtype reseptor, dan sering kali dilepaskan setempat. Histamine dan serotonin
bersama dengan peptide endogen, prostaglandin dan leukotrien .histamine dihasilkan oleh
bakteri yang terkontaminasi ergot. (Anonim, 2007)
Histamin adalah suatu senyawa nitrogen organik lokal yang terlibat dalam respon
imun serta mengatur fungsi fisiologis dalam usus dan bertindak sebagai neurotransmitter. Jika
tubuh terpapar patogen, maka tubuh memproduksi histamin di dalam basofil dan sel mast,
dengan adanya histamin maka terjadi peningkatan permeabilitas kapiler-kapiler terhadap sel
darah putih dan protein lainnya. Hal ini akan mempermudah sel darah putih dalam
memerangi infeksi di jaringan tersebut.
Jadi Histamin adalah senyawa jenis amin yang disimpan dalam sel mast dan
dikeluarkan ketika tubuh terpapar oleh antigen sebagai respon dari sistim kekebalan tubuh.

3 | Page

2.1.2 Sintesis Dan Metabolisme Histamin


Histamin

berasal

dari

amino histidin,reaksi dikatalisis oleh enzim-histidin

dekarboksilasi dari asam


dekarboksilase

L yang

merupakan hidrofilikvasoaktifamina. Setelah dibentuk, histamin disimpan dan dinonaktifkan


oleh enzim histamin-N-methyltransferase atauoksidase diamina. Dalam SSP, histamin
dilepaskan ke dalam sinaps dan diuraikan oleh histamin-N-methyltransferase.
Bakteri juga mampu menghasilkan dekarboksilase histamin menggunakan enzim yang
berbeda dengan enzim yang ditemukan pada hewan.Bentuk non infeksi penyakit dari
keracunan makanan adalah karena produksi histamin oleh bakteri dalam makanan basi,
terutama ikan.
2.1.3

Penyimpanan Dan Pelepasan Histamin


Histamin dapat dibebaskan dari sel mast oleh beberapa factor:

Rusaknya sel
Histamine banyak dibentuk di jaringan yang sedang berkembang dengan cepat atau
sedang dalam proses perbaikan, misalnya luka.
Senyawa kimia
Banyak obat atau zat kimia bersifat antigenic, sehingga akan melepaskan histamine
dari sel mast dan basofil. Contohnya adalah enzim kemotripsin, fosfolipase, dan

tripsin.
Reaksi hipersensitivitas
Pada orang normal, histamin yang keluar dirusak oleh enzim histamin dan diamin
oksidase sehingga histamin tidak mencapai reseptor Histamin.Sedangkan pada
penderita yang sensitif terhadap histamin atau mudah terkena alergi jumlah enzim-

enzim tersebut lebih rendah daripada keadaan normal.


Sebab lain
Proses fisik seperti mekanik, thermal, sinar UV, atau radiasi cukup untuk merusak sel
terutama sel mast yang akan melepaskan histamin

2.1.4

Mekanisme Kerja Histamin


Histamin memegang peranan utama pada proses peradangan dan system daya tangkis.

Kerjanya berlangsung melaui beberapa reseptor. Histamin memiliki khasiat farmakologi yang
hebat, antara lain dapat menyebabkan vasodilatasi yang kuat dari kapiler-kapiler, serentak
dengan konstriksi (penciutan) dari vena-vena dan arteri-arteri, sehingga mengakibatkan
penurunan tekanan darah perifer. Sehubungan dengan sirkulasi darah yang tidak sempurna
ini, maka diuresis dihalangi. Juga permeabilitas dari kapiler-kapiler menjadi lebih tinggi,
4 | Page

artinya lebih mudah ditembusi, sehingga cairan dan protein-protein plasma dapat mengalir
ke cairan diluar sel dan menyebabkan udema.
Disamping ini organ-organ yang memiliki otot-otot licin, sebagai kandungan dan
saluran lambung usus, mengalami konstriksi, sehingga menimbulkan rasa nyeri, muntahmuntah, diare. Begitu pula di paru-paru terjadi konstriksi dari ranting-ranting tenggorok
(bronchioli) dengan akibat nafas menjadi sesak (dyspnoe) atau timbulnya serangan asma
(bronchiale).
Histamin juga mempertinggi sekresi kelenjar-kelenjar, misalnya ludah, asam dan
getah lambung, air mata dan juga adrenalin. Dalam keadaan normal jumlah histamin dalam
darah adalah sedikit sekali, sehingga tidak menimbulkan efek-efek tersebut diatas. Histamin
yang berlebihan diuraikan oleh enzim histaminase(=diamino-oksidase) yang terdapat pada
ginjal, paru-paru, selaput lendir usus, dan jaringan-jaringan lainnya.

Tabel 2.1 Reseptor Dan Aktifitas Histamin


Jenis
Reseptor
H1

Lokasi
histamine Ditemukan

Fungsi
pada otot Penyebab, bronkokonstriksi ,

polos ,endotel ,
dan sistem

polos kontraksi,
saraf endotel (bertanggung

pusat jaringan

gatal ),

bronkialotot

pemisahan sel-sel
jawab

untuk gatal-

dan nyeri dan gatal-gatal karena

sengatan serangga, reseptor utama yang


terlibat
Reseptor
H2
Reseptor
H3

Reseptor

5 | Page

histamine Terletak
parietal dansel-sel

dalam rhinitis

alergi gejala

danmabuk ; peraturan tidur


di sel Terutama
yang
terlibat

dalam

otot vasodilatasi. Juga merangsang sekresiasam

polos pembuluh darah


lambung
histamine Ditemukan pada sistem Penurunan neurotransmiter rilis:
saraf pusat dan tingkat histamin,asetilkolin , norepinefrin , serotonin
yang

lebih

rendah sistem

saraf

periferjaringan
histamine Ditemukan
terutama Memainkan peran dalam chemotaxis

H4

di basofildan di sumsum
tulang . Hal ini juga
ditemukan
pada timus ,usus
kecil , limpa , dan usus

ALERGI
2.2.1 Defininisi Alergi
Alergi (hipersensitifitas) menggambarkan reaktivitas khusus host terhadap suatu
unsure eksogen pada kontak kedua kali. Reaksi hipersensitivitas meliputi sejumlah peristiwa
autoimun dan alergi serta merupakan kepekaan berbeda terhadap suatu antigen eksogen atas
dasar proses imunologi. (Hoan Tjai: 2007)
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh
seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang
umumnya imunogenik (antigenik)atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik.
Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan
yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang
yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut
disebut alergen. (http://id.wikipedia.org/wiki/Alergi)
Alergi adalah sebuah reaksi yang dilakukan tubuh terhadap masuknya sebuah benda
asing. Ketika sebuah substansi tak dikenal masuk, antigen, tubuh serta merta akan
meningkatkan daya imunitasnya untuk bekerja lebih giat.( http://www.anneahira.com/alergi)
Reaksi alergi merupakan respon sistem kekebalan yang diperkuat secara tidak tepat
atau buruk terhadap sesuatu yang tidak membahayakan.pada umumnya, reaksi alergi dapat
berbentuk rasa sakit kepala atau kelelahan, bersin-bersin, mata berair dan hidung tersumbat.
(http://christianty.wordpress.com/2009/01/08/alergi-mekanisme-terjadinya-alergi/)
Menurut berbagai pengertian di atas , dapat diambil kesimpulan bahwa alergi
merupakan reaksi berlebihan yang dilakukan tubuh terhadap masuknya antigen (allergen),
sebagai respon system kekebalan tubuh.
2.2.2 Patofisiologis Alergi
Bila suatu protein asing (antigen masuk) berulangkali ke dalam aliran darah seseorang
yang berbakat hipersensitif, maka limfosit b akan membentuk antibodies dari tipe Ig E. IgE
ini yang juga disebut reagin , mengikat diri pada membrane sel mast tanpa menimbulkan
6 | Page

gejala. Apabila kemudian antigen (allergen) yang sama atau yang mirip rumus bangunnya
memasuki darah lagi, maka IgE akan mengenali dan mengikat padanya. (Hoan Tjai: 2007)
Hasilnya adalah suatu reaksi alergi akibat pecahnya membrane sel mast
(degranulasi).Sejumlah zat perantara (mediator dilepaskan yakni histamine bersama
serotonin, bradikinin dan asam arachidonat), yang kemudian diubah menjadi prostaglandin
dan leukotrien.Zat itu menarik makrofag dan neutrofil ke tempat infeksi untuk memusnahkan
penyerbu.Disamping

itu

mengakibatkn

beberapa

gejala,

seperti

vasodilatasi,

bronchoconstriksi dan pembengkakan jaringan sebagai reaksi terhadap masuknya antigen.


(Hoan Tjai: 2007)
2.2.3 Mekanisme Terjadinya Alergi
Hipersensitivitas terjadi dalam reaksi jaringan terjadi dalam beberapa menit setelah
antigen bergabung dengan antibodi yang sesuai.Ini dapat terjadi sebagai anafilaksis sistemik
(misalnya setelah pemberian protein heterolog) atau sebagai reaksi lokal (misalnya alergi
atopik seperti hay fever).
Urutan kejadian reaksi hipersensitifias adalah sebagai berikut:
a. Fase Sensitisasi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai
diikatnya oleh reseptor spesifik (Fc-R) pada permukaan sel mast dan basofil.
b. Fase Aktivasi, yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang
spesifik dan sel mast melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi.
c. Fase Efektor, yaitu waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek
mediator-mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologik.

Mekanisme alergi, misalnya terhadap makanan, dapat dijelaskan sebagai berikut.Secara


imunologis, antigen protein utuh masuk ke sirkulasi dan disebarkan ke seluruh tubuh.Untuk
mencegah respon imun terhadap semua makanan yang dicerna, diperlukan respon yang
ditekan secara selektif yang disebut toleransi atau hiposensitisasi.Kegagalan untuk
melakukann toleransi oral ini memicu produksi antibodi IgE berlebihan yang spesifik
terhadap epitop yang terdapat pada alergen. Antibodi tersebut berikatan kuat dengan reseptor
IgE pada basofil dan sel mast, juga berikatan dengan kekuatan lebih rendah pada makrofag,
monosit, limfosit, eosinofil, dan trombosit.
Ketika protein melewati sawar mukosa, terikat dan bereaksi silang dengan antibodi
tersebut, akan memicu IgE yang telah berikatan dengan sel mast. Selanjutnya sel mast
7 | Page

melepaskan berbagai mediator (histamine, prostaglandin, dan leukotrien) yang menyebabkan


vasodilatasi, sekresi mukus, kontraksi otot polos, dan influks sel inflamasi lain sebagai bagian
dari hipersensitivitas cepat. Sel mast yang teraktivasi juga mengeluarkan berbagai sitokin lain
yang dapat menginduksi reaksi tipe lambat
2.2.4 Penggolongan Alergi
Reaksi hipersensitivitas menurut Coombs dan Gell dibagi menjadi 4 tipe reaksi
berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III, dan
IV.Kemudian Janeway dan Travers merivisi tipe IV Gell dan Coombs menjadi tipe IVa dan
IVb.

Tipe 1, gangguan gangguan alergi (reaksi segala, immediate) berdasarkan reaksi


antara allergen-antibody(IgE) dengan degranulasi mast-cells dan khusus terjadi pada
orang yang berbakat genetic (keturunan). Tipe-I ini juga dinamakan alergi
atopis atau reaksi anafilaksis dan terutama berlangsung disaluran nafas (serangan
pollinosis, rhinitis, asma) dan di kulit (eksim resam = dermatitis atopis), jarang di
cerna (alergi makanan) dan di pembuluh (shock anafilaksis). Mulai reaksi nya cepat ,
dalam waktu 5 sampai 20 menit setelah terkena alergen, maka sering kali di

sebut reaksi segera. Gejalanya bertahan lebih kurang 1 jam.


Tipe 2, autoimunitas ( reaksi sitolitis). Antigen yang terikat yang terikat pada
membrane sel beraksi denganIgG atau IgM dalam darah dan menyebabkan sel
musnah (cytos=sel, lysis= melarut ). Reaksi ini terutama berlangsung di sirkulasi
darah.

Contohnya

adalah

gagguanauto-imun akibat

obat,

seperti anemia

hemolitis(akibat pinisilin) agranulotosis (akibat sulfamida) arhitis rheumatika SLE


(system lupus erymetodes) akibat hedrolazim atau prekaimida. Reaksi autonium jenis
ini umumnya sembu dalam waktu berapa bulan setelah penggunaan obat berhenti.
Timbulnya penyakit auto-imun adalah bila system imun tidak mengenali
jaringan tubuh sendiri dan menyerangnya. Gangguan ini bercirikan terdapatnya autoantibodies atau sel-sel-T autoreaktif dan lazimnya dibagi dalam dua kelompok, yang
berdasarkan:
- auto-imunitas organ-pesifik (menyangkut organ tunggal), mis. Animia
-

pernicoios, addiisons diaese, lih bab 46, ACTH.


auto-imunitas nonorgan spesifik (menyangkut pelbagai organ), mis SLE,
MS.

8 | Page

Tipe 3, gangguan ilmun-komplek (reaksi arthus). Pada paristiwa ini, antigen dalam
sirkulasi bergabung dengan terutama IgG menjadi suatu imun-kompleks, yang
diendapkan pada endotel pembulu. Di tempat itu sebagai respons terjadi peradangan,
yang disebut penyakit serum yang bercirikan urticaria, demam dan nyeri otot serta
sendi. Reaksinya dimulai 4-6 jam setelah terkena (exposure) dan lamanya 4-12 hari.
Obat-obat yang dapat menginduksi reaksi ini adalah sulfanamidin, penisilin dan
iodide. Imun-kompleks dapat terjadi di jaringan yang menimbulkan reaksi local

(arthus) atau dalam srikulasi (gangguan sistemis).


Tipe
4
(reaksi
lambat,delenyet). Anti
kompleks hapten+protein,

yang

gen

bereaksidengan

terdiri

dari

T-limposit

suatu
yang

sudah disensitasi. Limfokin tertentu (=sitokin dari limfosit) dibebaskan, yang menarik
magrofog dan neutrofil, sehinga terjadi reaksi peradangan. Proses penarikan itu
disebutchemotaxis.mulai reaksi sesudah 24-48 jam dan bertahan beberapa hari.
Contohnya adalah reaksi tuberculin dan dermatitis kontak.
Bentuk alergi tipe 1 s/d 3 berkaitan

dengan dan

imunitas

imunoglobulin homolar (cairan tubuh), artinya adahubungan dengan plasma. Hanya


tipe 4 berdasarkan imunitas-sekuler (liimfosit-T)
2.2.5 Penyebab Alergi
Penyebab alergi yang lazim ditemukan antara lain sebagai berikut:
-

Sengatan lebah atau serangga lain.


Makanan, khususnya kacang, ikan, seafood.
Gigitan serangga.
Obat.
Debu.
Udara panas atau udara dingin.

2.2.6 Nutrisi Dan Alergi


Makanan merupakan salah satu penyebab reaksi alergi yang berbahaya. Seperti
alergen lain, alergi terhadap makanan dapat bermanifestasi pada salah satu atau berbagai
organ target: kulit (urtikaria, angiodema, dermatitis atopik), saluran nafas (rinitis, asma),
saluran cerna (nyeri abdomen, muntah, diare), dan sistem kardiovaskular (syok anafilaktik)
(Rengganis dan Yunihastuti, 2007). Urtikaria akibat alergi makanan biasanya timbul setelah
30-90 menit setelah makan dan biasa disertai gejala lain seperti diare, mual, kejang perut,
hidung buntu, bronkospasme, hingga gangguan vaskular. Semua gejala ini diperantarai oleh
IgE
9 | Page

Hampir setiap jenis makanan memiliki potensi untuk menimbulkan reaksi


alergi.Alergen dalam makanan terutama berupa protein yang terdapat di dalamnya.Namun,
tidak semua protein dalam makanan mampu menginduksi produksi IgE.Penyebab sering
terjadi alergi pada orang dewasa adalah kacang-kacangan, ikan, dan kerang. Sedangkan
penyebab alergi yang sering terjadi pada anak adalah susu, telur, kacang-kacangan, ikan, dan
gandum. Sebagian besar alergi hilang setelah pasien menghindari makanan tersebut, dan
melakukan eliminasi makanan, kecuali terhadap kacang-kacangan, ikan, dan kerang
cenderung menetap atau menghilang setelah jangka waktu yang sangat lama.
Ikan dapat menimbulkan sejumlah reaksi.Alergen utama dalam codfish adalah Gad c1
telah diisolasi dari fraksi miogen.Udang mengandung beberapa alergen.Antigen II dianggap
sebagai alergen utama.Otot udang mengandung glikoprotein otot yang mengandung Pen a1
(tropomiosin). Gambaran klinis reaksi alergi terhadap makanan terjadi melalui IgE dan
menunjukkan manifestasi terbatas: gastrointestinal, kulit dan saluran nafas. Tanda dan
gejalanya

disebabkan

oleh

pelepasan

histamine,

leukotrien,

prostaglandin,

dan

sitokin.Alergen yang dimakan dapat menimbulkan efek luas, berupa respon urtikaria di
seluruh tubuh, karena distribusi random IgE pada sel mast yang tersebar di seluruh tubuh.
2.2.7 Tanda Dan Gejala Penyakit Alergi
Tanda-tanda reaksi alergi diantaranya:
-

Sistem Pernapasan:

Pada bayi, napas sering berbunyi grok-grok, batuk, pilek, bersin, mimisan, hidung buntu,
sesak (asma), sering menggerak-gerakkan/mengusap-usap hidung.

Sistem Pembuluh Darah dan jantung:

palpitasi (berdebar-debar), flushing (muka kemerahan), nyeri dada, kolaps (jatuh),


pingsan, serta tekanan darah rendah.
-

Sistem Pencernaan:

Pada bayi: sering rewel, kolik/menangis terus-menerus tanpa sebab pada malam hari,
sering cegukan, sering "buang bair besar (BAB) mengejan," kembung, sering gumoh,
BAB berwarna hitam atau hijau, BAB timbul warna darah.
Pada anak: nyeri perut, sering BAB lebih dari 3 kali sehari, gangguan BAB (kotoran
keras, BAB tidak setiap hari, BAB di celana, BAB berwarna hitam atau hijau, BAB
mengejan) kembung, muntah, sulit BAB, sering buang angin (flatus), sariawan, mulut berbau.
10 | P a g e

Kulit:

Pada bayi sering timbul penebalan merah di pipi, daerah popok dan telinga, timbul kerak
di kulitkepala, sering gatal, dermatitis, bengkak di bibir, lebam biru kehitaman, bekas
hitam seperti digigit nyamuk, berkeringat berlebihan.
-

Sistem Saluran Kemih:


Sering kencing, nyeri kencing

Sistem Susunan Saraf Pusat:


Bayi: sensitif, sering kaget dengan rangsangan suara/cahaya, gemetar.
Anak: Sering sakit kepala, migrain, gangguan tidur, keterlambatan bicara dan
gangguan perilaku.
Gangguan perilaku yang sering terjadi adalah emosi berlebihan, agresif,
overaktif, gangguan belajar, gangguan konsentrasi, gangguan koordinasi, hiperaktif
hingga autisme.
Perilaku: impulsif, sering marah, agresif.

Sistem Hormonal:

Gangguan tidur, chronic fatique symptom (sering lemas), gampang marah, emosi
meningkat, histeris
-

Jaringan otot dan tulang:

Nyeri tulang, nyeri otot, bengkak di leher seperti gondong.


-

Mata:
Mata berair, mata gatal, sering belekan, bintil pada mata, kulit di bawah mata
kehitaman

2.2.8 Pencegahan Alergi


Sebenarnya, alergi dapat dihindari dengan cara-cara berikut ini:
-

Hindari pemicu alergi, misalnya makanan atau obat. Cari tahu komposisi atau

kandungan makanan atau obat. Biasakan membaca label yang tertera di luar kemasan.
Jika anak Anda alergi makanan tertentu, kenalkan jenis makanan baru dalam porsi

kecil sehingga Anda dapat mengetahui reaksi alerginya.


Penderita alergi sebaiknya selalu membawa kartu atau daftar jenis alergi atau alergen

yang dideritanya. Simpan dalam dompet untuk keadaan darurat.


Selalu bawa obat anti alergi sesuai rekomendasi dokter Anda.

2.2.9 Penegakan Diagnosis Penyakit Alergi


11 | P a g e

Bila seorang pasien datang dengan kecurigaan menderita penyakit alergi, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah memastikan terlebih dahulu apakah pasien benar-benar
menderita penyakit alergi.Selanjutnya baru dilakukan pemeriksaan untuk mencari alergen
penyebab, selain juga faktor-faktor non alergik yang mempengaruhi timbulnya gejala.
Prosedur penegakan diagnosis pada penyakit alergi meliputi beberapa tahapan berikut:
1. Riwayat Penyakit. Didapat melalui anamnesis, sebagai dugaan awal adanya
keterkaitan penyakit dengan alergi.
2. Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik yang lengkap harus dibuat, dengan perhatian
ditujukan terhadap penyakit alergi bermanifestasi kulit, konjungtiva, nasofaring, dan
paru. Pemeriksaan difokuskan pada manifestasi yang timbul.
3. Pemeriksaan Laboratorium. Dapat memperkuat dugaan adanya penyakit alergi,
namun tidak untuk menetapkan diagnosis. Pemeriksaan laboaratorium dapat berupa
hitung jumlah leukosit dan hitung jenis sel, serta penghitungan serum IgE total dan
IgE spesifik.
4. Tes Kulit. Tes kulit berupa skin prick test (tes tusuk) dan patch test (tes tempel) hanya
dilakukan terhadap alergen atau alergen lain yang dicurigai menjadi penyebab
keluhan pasien.
5. Tes Provokasi. Adalah tes alergi dengan cara memberikan alergen secara langsung
kepada pasien sehingga timbul gejala. Tes ini hanya dilakukan jika terdapat kesulitan
diagnosis dan ketidakcocokan antara gambaran klinis dengan tes lainnya. Tes
provokasi dapat berupa tes provokasi nasal dan tes provokasi bronkial .(Tanjung dan
Yunihastuti, 2007).
ANTIHISTAMIN
2.3.1

Definisi

Antihistaminika adalah zat zat yang dapat mengurangi atau menghalagi efek
hisyamin terhadap tubuh dengan jalan mengeblok reseptor histamine ( penghambatan
saingan) pada awalnya hanya di kenal 1 tipe antihistaminikum, tetapi setelah
ditemukannya jenis reseptor kusus pada tahun 1972, yang disebut reseptor H 2, maka
secara farmakologis reseptor histamine dapat di bagi dalam 2 tipe yaitu reseptor H 1 dan
reseptor H2. (Hoan Tjai, 2006, 815)
Berdasarkan penemuan ini, antihistaminika juga dapat dibagi dalam 2 kelompok,
yakni antagonis reseptor H1(singkatnya disebut H1 blokers atau antihistaminika )
antagonis reseptor H2(H2 blokers atau zat penghambat asam) . (Hoan Tjai, 2006, 815)
12 | P a g e

Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang mampu mencegah penglepasan


atau kerja histamin. Istilah antihistamin dapat digunakan untuk menjelaskan antagonis
histamin yang mana pun, namun seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk kepada
antihistamin klasik yang bekerja pada reseptor histamin H1.
Antihistamin ini biasanya digunakan untuk mengobati reaksi alergi, yang
disebabkan oleh tanggapan berlebihan tubuh terhadap alergen (penyebab alergi), seperti
serbuk sari tanaman.Reaksi alergi ini menunjukkan penglepasan histamin dalam jumlah
signifikan di tubuh.
2.3.2

Penggolongan

Antihistaminika dapat digolongkan menurut struktur kimianya sebagai berikut :


-

Persenyawaan-persenyawaan aminoalkileter (dalam rumus umum X = O)


difenhidramin dan turunan-turunannya; klorfenoksamin (Systral), karbinoksamin
(Rhinopront), feniltoloksamin dalam Codipront. Persenyawaan-persenyawaan ini
memiliki daya kerja seperti atropin dan bekerja depresif terhadap susunan saraf pusat.

Efek sampingannya: mulut kering, gangguan penglihatan dan perasaan mengantuk.


Persenyawaan-persenyawaan alkilendiamin (X = N) tripelenamin, antazolin, klemizol
dan mepiramin. Kegiatan depresif dari persenyawaan ini terhadap susunan saraf pusat

hanya lemah. Efek sampingannya: gangguan lambung usus dan perasaan lesu.
Persenyawaan-persenyawaan alkilamin (X = C) feniramin dan turunan-turunannya,
tripolidin.

Didalam kelompok antihistaminika ini terdapat zat-zat yang memiliki

kegiatan merangsang maupun depresif terhadap susunan saraf pusat.


Persenyawaan-persenyawaan piperazin: siklizin dan turunan-turunannya, sinarizin
Pada percobaan binatang beberapa persenyawaan dari kelompok ini ternyata memiliki
kegiatan teratogen, yang berkaitan dengan struktur siklis etilaminnya. Walaupun sifat
teratogen ini tidak dapat dibuktikan pada manusia, namun sebaiknya obat-obat
demikian tidak diberikan pada wanita hamil.

Sebelumnya antihistamin dikelompokkan menjadi 6 grup berdasarkan struktur kimia,


yakni etanolamin, etilendiamin, alkilamin, piperazin, piperidin, dan fenotiazin.Penemuan
antihistamin baru yang ternyata kurang bersifat sedatif, akhirnya menggeser popularitas
penggolongan ini.Antihistamin kemudian lebih dikenal dengan penggolongan baru atas dasar
efek sedatif yang ditimbulkan, yakni generasi pertama, kedua, dan ketiga.
Generasi pertama dan kedua berbeda dalam dua hal yang signifikan.Generasi pertama
lebih menyebabkan sedasi dan menimbulkan efek antikolinergik yang lebih nyata.Hal ini
dikarenakan generasi pertama kurang selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf
pusat (SSP) lebih besar dibanding generasi kedua.Sementara itu, generasi kedua lebih banyak
13 | P a g e

dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga mengurangi kemampuannya melintasi
otak.
Sedangkan generasi ketiga merupakan derivat dari generasi kedua, berupa metabolit
(desloratadine dan fexofenadine) dan enansiomer (levocetirizine). Pencarian generasi ketiga
ini dimaksudkan untuk memperoleh profil antihistamin yang lebih baik dengan efikasi tinggi
serta efek samping lebih minimal.Faktanya, fexofenadine memang memiliki risiko aritmia
jantung yang lebih rendah dibandingkan obat induknya, terfenadine. Demikian juga dengan
levocetirizine atau desloratadine, tampak juga lebih baik dibandingkan dengan cetrizine atau
loratadine.
Pengelompokan berdasarkan sasaran kerjanya terhadap reseptor histamine:
-

Antagonis Reseptor Histamin H1


Secara

klinis

digunakan

untuk

mengobati

alergi.

Contoh

obatnya

adalah: difenhidramina, loratadina,desloratadina, meclizine, quetiapine (khasiat


antihistamin merupakan efek samping dari obat antipsikotik ini), dan prometazina.
-

Antagonis Reseptor Histamin H2


Reseptor histamin H2 ditemukan di sel-sel parietal.Kinerjanya adalah meningkatkan
sekresi asam lambung.Dengan demikian antagonis reseptor H2 (antihistamin H2)
dapat digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, serta dapat pula
dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus.
Contoh obatnya adalah simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan
lafutidina.

Antagonis Reseptor Histamin H3


Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat kemampuan
kognitif. Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer's, dan
schizophrenia.Contoh obatnya adalah ciproxifan, dan clobenpropit.

Antagonis Reseptor Histamin H4


Memiliki khasiat imunomodulator, sedang diteliti khasiatnya sebagai antiinflamasi
dan analgesik.Contohnya adalah tioperamida.
Beberapa obat lainnya juga memiliki khasiat antihistamin. Contohnya adalah obat

antidepresan trisiklik dan antipsikotik. Prometazina adalah obat yang awalnya ditujukan
sebagai antipsikotik, namun kini digunakan sebagai antihistamin.
Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan nedocromil, mampu mencegah pelepasan
histamin dengan cara menstabilkan sel mast, sehingga mencegah degranulasinya.
2.3.3
14 | P a g e

Mekanisme Kerja

Antihistaminika adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghindarkan efek atas
tubuh dari histamin yang berlebihan, sebagaimana terdapat pada gangguan-gangguan
alergi.
Bila dilihat dari rumus molekulnya, bahwa inti molekulnya adalah etilamin, yang juga
terdapat dalam molekul histamin.Gugusan etilamin ini seringkali berbentuk suatu
rangkaian lurus, tetapi dapat pula merupakan bagian dari suatu struktur siklik, misalnya
antazolin.
Antihistaminika tidak mempunyai kegiatan-kegiatan yang tepat berlawanan dengan
histamin seperti halnya dengan adrenalin dan turunan-turunannya, tetapi melakukan
kegiatannya melalui persaingan substrat atau competitive inhibition.
Obat-obat inipun tidak menghalang-halangi pembentukan histamin pada reaksi
antigen-antibody, melainkan masuknya histamin kedalam unsur-unsur penerima didalam
sel (reseptor-reseptor) dirintangi dengan menduduki sendiri tempatnya itu. Dengan kata
lain karena antihistaminik mengikat diri dengan reseptor-reseptor yang sebelumnya harus
menerima histamin, maka zat ini dicegah untuk melaksanakan kegiatannya yang spesifik
terhadap jaringan-jaringan. Dapat dianggap etilamin lah dari antihistaminika yang
bersaing dengan histamin untuk sel-sel reseptor tersebut. Sebagai inverse agonist,
antihistamin H1 beraksi dengan bergabung bersama dan menstabilkan reseptor H 1 yang
belum aktif, sehingga berada pada status yang tidak aktif.Penghambatan reseptor
histamine H1 ini bisa mengurangi permiabilitas vaskular, pengurangan pruritus, dan
relaksasi otot polos saluran cerna serta napas. Tak ayal secara klinis, antihistamin
H1 generasi pertama ditemukan sangat efektif berbagai gejala rhinitis alergi reaksi fase
awal, seperti rhinorrhea, pruritus, dan sneezing. Tapi, obat ini kurang efektif untuk
mengontrol nasal congestionyang terkait dengan reaksi fase akhir.
Sementara itu antihistamin generasi kedua dan ketiga memiliki profil farmakologi
yang lebih baik. Keduanya lebih selektif pada reseptor perifer dan juga bisa menurunkan
lipofilisitas, sehingga efek samping pada SSP lebih minimal. Di samping itu, obat ini juga
memiliki kemampuan antilergi tambahan, yakni sebagai antagonis histamin. Antihistamin
generasi baru ini mempengaruhi pelepasan mediator dari sel mast dengan menghambat
influks ion kalsium melintasi sel mast/membaran basofil plasma, atau menghambat
pelepasan ion kalsium intraseluler dalam sel. Obat ini menghambat reaksi alergi dengan
bekerja pada leukotriene dan prostaglandin, atau dengan menghasilkan efek anti-platelet
activating factor.

15 | P a g e

Selain berefek sebagai anti alergi, antihistamin H1 diduga juga memiliki efek anti
inflamasi.Hal ini terlihat dari studi in vitro desloratadine, suatu antihistamin H1 generasi
ketiga.Studi menunjukkan, desloratadine memiliki efek langsung pada mediator
inflamatori, seperti menghambat pelepasan intracellular adhesion molecule-1 (ICAM-1)
oleh sel epitel nasal, sehingga memperlihatkan aktivitas anti-inflamatori dan
imunomodulatori.Kemampuan tambahan inilah yang mungkin menjelaskan kenapa
desloratadine secara signifikan bisa memperbaiki nasal congestion pada beberapa doubleblind, placebo-controlled studies. Efek ini tak ditemukan pada generasi sebelumnya,
generasi pertama dan kedua.Sehingga perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk menguak
misteri dari efek tambahan ini.
2.3.4 Obat-Obat Antihistamin
a. Antagonis reseptor H1
Difenhidramin : Benadryl (Parke Davis). Disamping khasiat antihistaminiknya
yang kuat, difenhidramin juga bersifat spasmolitik sehingga dapat digunakan pada
pengobatan penyakit parkinson, dalam kombinasi dengan obat-obat lain yang khusus
digunakan untuk penyakit ini.Dosis : oral 4 kali sehari 25 50 mg, i.v. 10-50 mg
Dimenhidrinat: difenhidramin-8-klorotheofilinat, Dramamin (Searle), Antimo
(Phapros). Pertama kali digunakan pada mabuk laut (motion sickness) dan muntahmuntah sewaktu hamil.Dosis : oral 4 kali sehari 50 100 mg, i.m. 50 mg.
Metildifenhidramin :

Neo-Benodin (Brocades) adalah derivat, yang

khasiatnya sama dengan persenyawaan induknya, tetapi sedikit lebih kuat.Dosis : oral
3 kali sehari 20 40 mg.
Tripelenamin : Pyribenzamin (Ciba-Geigy), Azaron (Organon)
Rumus bangun dari zat ini menyerupai mepiramin, tetapi tanpa gugusan metoksil
(OCH3).Khasiatnya sama dengan difenhidramin, hanya efek sampingannya lebih
sedikit.
Dosis : oral 3 kali sehari 50 100 mg.
Antazolin : fenazolin, Antistine (Ciba-Geigy). Khasiat antihistaminiknya tidak
begitu kuat seperti yang lain, tetapi kebaikannya terletak pada sifatnya yang tidak
merangsang selaput lendir. Maka seringkali digunakan untuk mengobati gejala-gejala
alergi pada mata dan hidung (selesma) Antistine-Pirivine, Ciba Geigy.Dosis : oral 2
4 kali sehari 50 100 mg
Feniramin : profenpiridamin, Avil (hoechst). Terutama digunakan sebagai
garam p-aminosalisilatnya.Dosis : oral 3 kali sehari 25 mg
16 | P a g e

Klorfenamin

(klorfeniramin,

Methyrit-SKF;

CTM,

KF;

Pehaclor,

Phapros)adalah derivateklor, Substitusi dari satu atom klor pada molekul feniramin
meningkatkan khasiatnya 20 kali lebih kuat, tetapi derajat toksisitasnya praktis tidak
berubah. Efek sampingan dari obat ini hanya sedikit dan tidak memiliki sifat
menidurkan.Dosis : oral 4 kali sehari 2 8 mg, parenteral 5 10 mg.
Deksklorfeniramin (Polaramin, Schering)adalah d- isomer dari klorfeniramin
(terdiri dari suatu campuran rasemis) yang terutama bertanggung jawab untuk
kegiatan antihistaminiknya. Toksisitasnya dari campuran d-isomer ini tidak melebihi
daripada campuran rasemiknya.Dosis : oral 3 kali sehari 2 mg.
Siklizin : Marezin (Burroughs Welcome). Zat ini khusus digunakan sebagai
obat mabuk perjalanan.Dosis : oral 3 kali sehari 50 mg.
Meklozin (meclizin,Suprinal)Sifat antihistaminiknya kuat dan terutama
digunakan untuk menghindarkan dan mengobati perasaan mual karena mabuk jalan
dan pusing-pusing (vertigo). Mulai bekerjanya lambat, tetapi berlangsung lama (9
24 jam). Berhubung dengan peristiwa thalidomide, zat ini dilarang penggunaannya di
Indonesia. Kerja teratogennya hingga kini belum dibuktikan.
Sinarizin : Cinnipirine(ACF), Stugeron (Jansen) adalah suatu antihistaminika
dengan daya kerja lama dan sedikit saja sifat menidurkannya. Disamping ini juga
memiliki sifat menghilangkan rasa pusing-pusing, maka sangat efektif pada
bermacam-macam jenis vertigo (dizzines, tujuh keliling); mekanisme kerjanya belum
diketahui.Selain itu sinarizin memiliki khasiat kardiovaskuler, yakni melindungi
jantung terhadap rangsangan-rangsangan iritasi dan konstriksi. Perdarahan di
pembuluh-pembuluh otak dan perifer (betis, kaki, tangan) diperbaiki dengan jalan
vasodilatasi, tetapi tanpa menyebabkan tachycardia dan hipertensi secara reflektoris
seperti halnya dengan vasodilator-vasodilator lainnya.Dosis : pada vertigo 1 3 kali
sehari 25 50 mg, untuk memperbaiki sirkulasi: oral 3 kali sehari 75 mg
Primatour (ACF)adalah kombinasi dari sinarizin 12,5 mg dan klorsiklizin
HCl 25 mg. Preparat ini adalah kombinasi dari dua antihistaminika dengan kerja
yang panjang dan Singkat. Obat ini khusus digunakan terhadap mabuk jalan dan
mulai kerjanya cepat, yaitu sampai jam dan berlangsung cukup lama.Dosis :
dewasa 1 tablet.
Oksomemazin : Doxergan, Toplexil (Specia) adalah suatu persenyawaan
fenothiazin dengan khasiat antihistaminikum yang sangat kuat, tetapi toksisitasnya

17 | P a g e

rendah. Penggunaan dan efek sampingannya sama seperti antihistaminika lain dari
golongan fenothiazin.Dosis : 10 40 mg seharinya
Promethazin : Phenergan (Rhodia). Persenyawaan fenothiazin ini adalah
antihistaminikum yang kuat dan memiliki kegiatan yang lama (16 jam). Memiliki
kegiatan potensiasi untuk zat-zat penghalang rasa nyeri (analgetika) dan zat-zat
pereda (sedativa).Berhubung sifat menidurkannya yang kuat maka sebaiknya
diberikan pada malam hari.Dosis : oral 3 kali sehari 25 50 mg; parenteral 25 mg
lazimnya sampai 1 mg per Kg berat badan
Promethazin-8-klorotheofilinat (Avomin)adalah turunan dari promethazin
yang memiliki khasiat dan penggunaan yang sama dengan dimenhidrinat,

tetapi

tanpa efek menidurkan.


Thiazinamium

Multergan

(Specia)Disamping

khasiatnya

sebagai

antihistaminikum juga memiliki khasiat antikolinergik yang kuat, sehingga banyak


digunakan pada asma bronchiale dengan sekresi yang berlebihan.
Siproheptadin : Periactin (Specia). Persenyawaan piperidin ini adalah suatu
antihistaminikum dengan khasiat antikolinergik lemah dan merupakan satu-satunya
zat penambah nafsu makan tanpa khasiat hormonal.Zat ini merupakan antagonis
serotonin seperti zat dengan rumus pizotifen (Sandomigran), sehingga dianjurkan
sebagai obat interval pada migrain.Efek sampingannya : perasaan mengantuk, pusingpusing, mual dan mulut kering. Tidak boleh diberikan pada penderita glaucoma,
retensi urine dan pada wanita hamil.
Mebhidrolin : Incidal (Bayer)Mengandung 50 mg zat aktif, yakni suatu
antihistaminikum yang praktis tidak memiliki sifat-sifat menidurkan.Dosis :rata-rata
100 300 mg seharinya.
b. Antagonis Reseptor Histamin H2
Reseptor

histamin

H2 ditemukan

di

sel-sel

parietal.Kinerjanya

adalah

meningkatkan sekresi asam lambung.Dengan demikian antagonis reseptor H2


(antihistamin H2) dapat digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, serta dapat
pula dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus.
Contoh

obatnya

adalah simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina,

lafutidina.
c. Antagonis Reseptor Histamin H3
18 | P a g e

dan

Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat kemampuan


kognitif.Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer's, dan
schizophrenia.Contoh obatnya adalahciproxifan, dan clobenpropit.
d. Antagonis Reseptor Histamin H4
Memiliki khasiat imunomodulator, sedang diteliti khasiatnya sebagai antiinflamasi
dan analgesik.Contohnya adalah tioperamida.Beberapa obat lainnya juga memiliki khasiat
antihistamin.Contohnya adalah obat antidepresan trisiklik dan antipsikotik.Prometazina
adalah obat yang awalnya ditujukan sebagai antipsikotik, namun kini digunakan sebagai
antihistamin.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal yang terjadi di tubuh akibat masuknya suatu zat
asing. Saat alergen masuk ke dalam tubuh, sistem imunitas atau kekebalan tubuh bereaksi secara
berlebihan dengan membuat antibodi yang disebut Imunoglobulin E. Imunoglobulin E tersebut
kemudian menempel pada sel mast. Pada tahap berikutnya, alergen akan mengikat Imunoglobulin E
yang sudah menempel pada sel mast. Ikatan tersebut memicu pelepasan senyawa Histamin dalam
darah. Peningkatan Histamin menstimulasi rasa gatal melalui mediasi ujung saraf sensorik. Senyawa
Histamin yang teramat banyak juga bisa disebabkan oleh stress dan depresi.

19 | P a g e

Pengobatan gatal-gatal karena alergi dilakukan dengan jalan pemberian obat antihistamin
yang banyak dijual secara bebas. Sesungguhnya pemakaian obat antihistamin hanya menghilangkan
gejala alergi dan menghindari serangan yang lebih besar di masa mendatang, tidak menyembuhkan
alergi.
SARAN
Sebaiknya, alergi dapat dihindari dengan cara-cara berikut ini :
1. Hindari pemicu alergi, misalnya makanan atau obat. Cari tahu komposisi atau kandungan
makanan atau obat. Biasakan membaca label yang tertera di luar kemasan.
2. Jika anak Anda alergi makanan tertentu, kenalkan jenis makanan baru dalam porsi kecil
sehingga Anda dapat mengetahui reaksi alerginya.
3. Penderita alergi sebaiknya selalu membawa kartu atau daftar jenis alergi atau alergen yang
dideritanya. Simpan dalam dompet untuk keadaan darurat.
4. Selalu bawa obat anti alergi sesuai rekomendasi dokter Anda.

DAFTAR PUSTAKA

Anang Endaryanto, Ariyanto Harsono, Prospek Probiotik dalam pencegahan alergi melalui induksi
aktif toleransi imunologis: Divisi Alergi Imunologi: Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUnair/RSU Dr.Soetomo Surabaya
Baratawidjaja, Karnen G. 2006. Imunologi Dasar Edisi Ke Tujuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Brooks, Geo F. Butel, Janet S. Morse, Stephen A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 21. Jakarta:
Salemba Medika.
Kresno, Siti Boedina. 2001. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: FKUI
Budi, Imam. 2008. Pemakaian Antihistamin Pada Anak : FK-USU.
Rengganis, Iris. Yunihastuti, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Tan, Hoan Tjai. Obat-obat Penting. 2007.Jakarta: PT. Gramedia
Sukandar, Elin Yulinah, ISO Farmakoterapi. 2008. Jakarta: PT. ISFI

20 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai