PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam hidup sehari-hari, manusia tidak terpisah dengan makhluk lainnya baik hewan,
tumbuhan maupun benda-benda mikroskopik seperti debu, tungau, serbuk bunga sampai
berbagai makanan yang kita konsumsi sehari-hari seperti susu, telur, kacang-kacangan
dan seafood.
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal yang terjadi di tubuh akibat masuknya suatu
zat asing.Zat asing yang dinamakan alergen tersebut masuk ke dalam tubuh melalui saluran
nafas (inhalan) seperti debu, tungau, serbuk bunga. Alergen juga dapat masuk melalui saluran
percernaan (ingestan) seperti susu, telur, kacang-kacangan dan seafood. Di samping itu juga
dikenal alergen kontak yang menempel pada kulit seperti komestik dan perhiasan.
Saat alergen masuk ke dalam tubuh, sistem imunitas atau kekebalan tubuh bereaksi
secara berlebihan dengan membuat antibodi yang disebut Imunoglobulin E. Imunoglobulin E
tersebut kemudian menempel pada sel mast (mast cell). Pada tahap berikutnya, alergen akan
mengikat Imunoglobulin E yang sudah menempel pada sel mast. Ikatan tersebut memicu
pelepasan senyawa Histamin dalam darah.Peningkatan Histamin menstimulasi rasa gatal
melalui mediasi ujung saraf sensorik. Senyawa Histamin yang teramat banyak juga bisa
disebabkan oleh stress dan depresi.
Pengobatan gatal-gatal karena alergi dilakukan dengan jalan pemberian obat
antihistamin yang banyak dijual secara bebas.Efek samping dari pemakaian obat diantaranya
linglung, pusing, sembelit, sulit berkemih dan penglihatan kabur, namun jarang ada penderita
yang mengalami hal tersebut.Dewasa ini terdapat obat antihistamin generasi terbaru yang
tidak berefek sedatif (mengantuk) dan beraksi lebih lama, namun harganya lebih mahal dan
harus ditebus dengan resep dokter.
1 | Page
2 | Page
BAB II
DASAR TEORI
HISTAMIN
2.1.1 Definisi Histamin
Histamin adalah suatu alkaloid yang disimpan di dalam sel mast, dan menimbulkan
berbagai proses faalan dan patologik. Histamin pada manusia adalah mediator penting untuk
reaksi-reaksi alergi yang segera dan reaksi inflamasi, mempunyai peranan penting pada
sekresi asam lambung, dan berfungsi sebagai neurotransmitter dan modulator. (Udin
Sjamsudin: 1995)
Histamin adalah senyawa jenis amin yang terlibat dalam reaksi imun lokal, selain itu
senyawa ini juga berperan dalam pengaturan fungsi fisiologis di lambung dan sebagai
neurotransmitter.Jika tubuh terpapar patogen, maka tubuh memproduksi histamin di dalam
basofil dan sel mast, dengan adanya histamin maka terjadi peningkatan permeabilitas kapilerkapiler terhadap sel darah putih dan protein lainnya. Hal ini akan mempermudah sel darah
putih dalam memerangi infeksi di jaringan tersebut.
Histamin adalah suatu amin nabati (bioamin) yang ditemukan oleh dr. Paul Ehlirch
(1878) dan merupakan produk normal dari pertukaran zat histidin melalui dekarboksilasi
enzimatis. (Tan Hoan Tjai: 2006)
Histamin didapatkan pada banyak jaringan,sehingga dinamakan histamine (histos=
jaringan) memiliki
efek
fisiologis
dan
patologis
yang
kompleks
melalui
bebagai subtype reseptor, dan sering kali dilepaskan setempat. Histamine dan serotonin
bersama dengan peptide endogen, prostaglandin dan leukotrien .histamine dihasilkan oleh
bakteri yang terkontaminasi ergot. (Anonim, 2007)
Histamin adalah suatu senyawa nitrogen organik lokal yang terlibat dalam respon
imun serta mengatur fungsi fisiologis dalam usus dan bertindak sebagai neurotransmitter. Jika
tubuh terpapar patogen, maka tubuh memproduksi histamin di dalam basofil dan sel mast,
dengan adanya histamin maka terjadi peningkatan permeabilitas kapiler-kapiler terhadap sel
darah putih dan protein lainnya. Hal ini akan mempermudah sel darah putih dalam
memerangi infeksi di jaringan tersebut.
Jadi Histamin adalah senyawa jenis amin yang disimpan dalam sel mast dan
dikeluarkan ketika tubuh terpapar oleh antigen sebagai respon dari sistim kekebalan tubuh.
3 | Page
berasal
dari
L yang
Rusaknya sel
Histamine banyak dibentuk di jaringan yang sedang berkembang dengan cepat atau
sedang dalam proses perbaikan, misalnya luka.
Senyawa kimia
Banyak obat atau zat kimia bersifat antigenic, sehingga akan melepaskan histamine
dari sel mast dan basofil. Contohnya adalah enzim kemotripsin, fosfolipase, dan
tripsin.
Reaksi hipersensitivitas
Pada orang normal, histamin yang keluar dirusak oleh enzim histamin dan diamin
oksidase sehingga histamin tidak mencapai reseptor Histamin.Sedangkan pada
penderita yang sensitif terhadap histamin atau mudah terkena alergi jumlah enzim-
2.1.4
Kerjanya berlangsung melaui beberapa reseptor. Histamin memiliki khasiat farmakologi yang
hebat, antara lain dapat menyebabkan vasodilatasi yang kuat dari kapiler-kapiler, serentak
dengan konstriksi (penciutan) dari vena-vena dan arteri-arteri, sehingga mengakibatkan
penurunan tekanan darah perifer. Sehubungan dengan sirkulasi darah yang tidak sempurna
ini, maka diuresis dihalangi. Juga permeabilitas dari kapiler-kapiler menjadi lebih tinggi,
4 | Page
artinya lebih mudah ditembusi, sehingga cairan dan protein-protein plasma dapat mengalir
ke cairan diluar sel dan menyebabkan udema.
Disamping ini organ-organ yang memiliki otot-otot licin, sebagai kandungan dan
saluran lambung usus, mengalami konstriksi, sehingga menimbulkan rasa nyeri, muntahmuntah, diare. Begitu pula di paru-paru terjadi konstriksi dari ranting-ranting tenggorok
(bronchioli) dengan akibat nafas menjadi sesak (dyspnoe) atau timbulnya serangan asma
(bronchiale).
Histamin juga mempertinggi sekresi kelenjar-kelenjar, misalnya ludah, asam dan
getah lambung, air mata dan juga adrenalin. Dalam keadaan normal jumlah histamin dalam
darah adalah sedikit sekali, sehingga tidak menimbulkan efek-efek tersebut diatas. Histamin
yang berlebihan diuraikan oleh enzim histaminase(=diamino-oksidase) yang terdapat pada
ginjal, paru-paru, selaput lendir usus, dan jaringan-jaringan lainnya.
Lokasi
histamine Ditemukan
Fungsi
pada otot Penyebab, bronkokonstriksi ,
polos ,endotel ,
dan sistem
polos kontraksi,
saraf endotel (bertanggung
pusat jaringan
gatal ),
bronkialotot
pemisahan sel-sel
jawab
untuk gatal-
Reseptor
5 | Page
histamine Terletak
parietal dansel-sel
dalam rhinitis
alergi gejala
dalam
lebih
rendah sistem
saraf
periferjaringan
histamine Ditemukan
terutama Memainkan peran dalam chemotaxis
H4
di basofildan di sumsum
tulang . Hal ini juga
ditemukan
pada timus ,usus
kecil , limpa , dan usus
ALERGI
2.2.1 Defininisi Alergi
Alergi (hipersensitifitas) menggambarkan reaktivitas khusus host terhadap suatu
unsure eksogen pada kontak kedua kali. Reaksi hipersensitivitas meliputi sejumlah peristiwa
autoimun dan alergi serta merupakan kepekaan berbeda terhadap suatu antigen eksogen atas
dasar proses imunologi. (Hoan Tjai: 2007)
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh
seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang
umumnya imunogenik (antigenik)atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik.
Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan
yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang
yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut
disebut alergen. (http://id.wikipedia.org/wiki/Alergi)
Alergi adalah sebuah reaksi yang dilakukan tubuh terhadap masuknya sebuah benda
asing. Ketika sebuah substansi tak dikenal masuk, antigen, tubuh serta merta akan
meningkatkan daya imunitasnya untuk bekerja lebih giat.( http://www.anneahira.com/alergi)
Reaksi alergi merupakan respon sistem kekebalan yang diperkuat secara tidak tepat
atau buruk terhadap sesuatu yang tidak membahayakan.pada umumnya, reaksi alergi dapat
berbentuk rasa sakit kepala atau kelelahan, bersin-bersin, mata berair dan hidung tersumbat.
(http://christianty.wordpress.com/2009/01/08/alergi-mekanisme-terjadinya-alergi/)
Menurut berbagai pengertian di atas , dapat diambil kesimpulan bahwa alergi
merupakan reaksi berlebihan yang dilakukan tubuh terhadap masuknya antigen (allergen),
sebagai respon system kekebalan tubuh.
2.2.2 Patofisiologis Alergi
Bila suatu protein asing (antigen masuk) berulangkali ke dalam aliran darah seseorang
yang berbakat hipersensitif, maka limfosit b akan membentuk antibodies dari tipe Ig E. IgE
ini yang juga disebut reagin , mengikat diri pada membrane sel mast tanpa menimbulkan
6 | Page
gejala. Apabila kemudian antigen (allergen) yang sama atau yang mirip rumus bangunnya
memasuki darah lagi, maka IgE akan mengenali dan mengikat padanya. (Hoan Tjai: 2007)
Hasilnya adalah suatu reaksi alergi akibat pecahnya membrane sel mast
(degranulasi).Sejumlah zat perantara (mediator dilepaskan yakni histamine bersama
serotonin, bradikinin dan asam arachidonat), yang kemudian diubah menjadi prostaglandin
dan leukotrien.Zat itu menarik makrofag dan neutrofil ke tempat infeksi untuk memusnahkan
penyerbu.Disamping
itu
mengakibatkn
beberapa
gejala,
seperti
vasodilatasi,
Contohnya
adalah
gagguanauto-imun akibat
obat,
seperti anemia
8 | Page
Tipe 3, gangguan ilmun-komplek (reaksi arthus). Pada paristiwa ini, antigen dalam
sirkulasi bergabung dengan terutama IgG menjadi suatu imun-kompleks, yang
diendapkan pada endotel pembulu. Di tempat itu sebagai respons terjadi peradangan,
yang disebut penyakit serum yang bercirikan urticaria, demam dan nyeri otot serta
sendi. Reaksinya dimulai 4-6 jam setelah terkena (exposure) dan lamanya 4-12 hari.
Obat-obat yang dapat menginduksi reaksi ini adalah sulfanamidin, penisilin dan
iodide. Imun-kompleks dapat terjadi di jaringan yang menimbulkan reaksi local
yang
gen
bereaksidengan
terdiri
dari
T-limposit
suatu
yang
sudah disensitasi. Limfokin tertentu (=sitokin dari limfosit) dibebaskan, yang menarik
magrofog dan neutrofil, sehinga terjadi reaksi peradangan. Proses penarikan itu
disebutchemotaxis.mulai reaksi sesudah 24-48 jam dan bertahan beberapa hari.
Contohnya adalah reaksi tuberculin dan dermatitis kontak.
Bentuk alergi tipe 1 s/d 3 berkaitan
dengan dan
imunitas
disebabkan
oleh
pelepasan
histamine,
leukotrien,
prostaglandin,
dan
sitokin.Alergen yang dimakan dapat menimbulkan efek luas, berupa respon urtikaria di
seluruh tubuh, karena distribusi random IgE pada sel mast yang tersebar di seluruh tubuh.
2.2.7 Tanda Dan Gejala Penyakit Alergi
Tanda-tanda reaksi alergi diantaranya:
-
Sistem Pernapasan:
Pada bayi, napas sering berbunyi grok-grok, batuk, pilek, bersin, mimisan, hidung buntu,
sesak (asma), sering menggerak-gerakkan/mengusap-usap hidung.
Sistem Pencernaan:
Pada bayi: sering rewel, kolik/menangis terus-menerus tanpa sebab pada malam hari,
sering cegukan, sering "buang bair besar (BAB) mengejan," kembung, sering gumoh,
BAB berwarna hitam atau hijau, BAB timbul warna darah.
Pada anak: nyeri perut, sering BAB lebih dari 3 kali sehari, gangguan BAB (kotoran
keras, BAB tidak setiap hari, BAB di celana, BAB berwarna hitam atau hijau, BAB
mengejan) kembung, muntah, sulit BAB, sering buang angin (flatus), sariawan, mulut berbau.
10 | P a g e
Kulit:
Pada bayi sering timbul penebalan merah di pipi, daerah popok dan telinga, timbul kerak
di kulitkepala, sering gatal, dermatitis, bengkak di bibir, lebam biru kehitaman, bekas
hitam seperti digigit nyamuk, berkeringat berlebihan.
-
Sistem Hormonal:
Gangguan tidur, chronic fatique symptom (sering lemas), gampang marah, emosi
meningkat, histeris
-
Mata:
Mata berair, mata gatal, sering belekan, bintil pada mata, kulit di bawah mata
kehitaman
Hindari pemicu alergi, misalnya makanan atau obat. Cari tahu komposisi atau
kandungan makanan atau obat. Biasakan membaca label yang tertera di luar kemasan.
Jika anak Anda alergi makanan tertentu, kenalkan jenis makanan baru dalam porsi
Bila seorang pasien datang dengan kecurigaan menderita penyakit alergi, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah memastikan terlebih dahulu apakah pasien benar-benar
menderita penyakit alergi.Selanjutnya baru dilakukan pemeriksaan untuk mencari alergen
penyebab, selain juga faktor-faktor non alergik yang mempengaruhi timbulnya gejala.
Prosedur penegakan diagnosis pada penyakit alergi meliputi beberapa tahapan berikut:
1. Riwayat Penyakit. Didapat melalui anamnesis, sebagai dugaan awal adanya
keterkaitan penyakit dengan alergi.
2. Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik yang lengkap harus dibuat, dengan perhatian
ditujukan terhadap penyakit alergi bermanifestasi kulit, konjungtiva, nasofaring, dan
paru. Pemeriksaan difokuskan pada manifestasi yang timbul.
3. Pemeriksaan Laboratorium. Dapat memperkuat dugaan adanya penyakit alergi,
namun tidak untuk menetapkan diagnosis. Pemeriksaan laboaratorium dapat berupa
hitung jumlah leukosit dan hitung jenis sel, serta penghitungan serum IgE total dan
IgE spesifik.
4. Tes Kulit. Tes kulit berupa skin prick test (tes tusuk) dan patch test (tes tempel) hanya
dilakukan terhadap alergen atau alergen lain yang dicurigai menjadi penyebab
keluhan pasien.
5. Tes Provokasi. Adalah tes alergi dengan cara memberikan alergen secara langsung
kepada pasien sehingga timbul gejala. Tes ini hanya dilakukan jika terdapat kesulitan
diagnosis dan ketidakcocokan antara gambaran klinis dengan tes lainnya. Tes
provokasi dapat berupa tes provokasi nasal dan tes provokasi bronkial .(Tanjung dan
Yunihastuti, 2007).
ANTIHISTAMIN
2.3.1
Definisi
Antihistaminika adalah zat zat yang dapat mengurangi atau menghalagi efek
hisyamin terhadap tubuh dengan jalan mengeblok reseptor histamine ( penghambatan
saingan) pada awalnya hanya di kenal 1 tipe antihistaminikum, tetapi setelah
ditemukannya jenis reseptor kusus pada tahun 1972, yang disebut reseptor H 2, maka
secara farmakologis reseptor histamine dapat di bagi dalam 2 tipe yaitu reseptor H 1 dan
reseptor H2. (Hoan Tjai, 2006, 815)
Berdasarkan penemuan ini, antihistaminika juga dapat dibagi dalam 2 kelompok,
yakni antagonis reseptor H1(singkatnya disebut H1 blokers atau antihistaminika )
antagonis reseptor H2(H2 blokers atau zat penghambat asam) . (Hoan Tjai, 2006, 815)
12 | P a g e
Penggolongan
hanya lemah. Efek sampingannya: gangguan lambung usus dan perasaan lesu.
Persenyawaan-persenyawaan alkilamin (X = C) feniramin dan turunan-turunannya,
tripolidin.
dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga mengurangi kemampuannya melintasi
otak.
Sedangkan generasi ketiga merupakan derivat dari generasi kedua, berupa metabolit
(desloratadine dan fexofenadine) dan enansiomer (levocetirizine). Pencarian generasi ketiga
ini dimaksudkan untuk memperoleh profil antihistamin yang lebih baik dengan efikasi tinggi
serta efek samping lebih minimal.Faktanya, fexofenadine memang memiliki risiko aritmia
jantung yang lebih rendah dibandingkan obat induknya, terfenadine. Demikian juga dengan
levocetirizine atau desloratadine, tampak juga lebih baik dibandingkan dengan cetrizine atau
loratadine.
Pengelompokan berdasarkan sasaran kerjanya terhadap reseptor histamine:
-
klinis
digunakan
untuk
mengobati
alergi.
Contoh
obatnya
antidepresan trisiklik dan antipsikotik. Prometazina adalah obat yang awalnya ditujukan
sebagai antipsikotik, namun kini digunakan sebagai antihistamin.
Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan nedocromil, mampu mencegah pelepasan
histamin dengan cara menstabilkan sel mast, sehingga mencegah degranulasinya.
2.3.3
14 | P a g e
Mekanisme Kerja
Antihistaminika adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghindarkan efek atas
tubuh dari histamin yang berlebihan, sebagaimana terdapat pada gangguan-gangguan
alergi.
Bila dilihat dari rumus molekulnya, bahwa inti molekulnya adalah etilamin, yang juga
terdapat dalam molekul histamin.Gugusan etilamin ini seringkali berbentuk suatu
rangkaian lurus, tetapi dapat pula merupakan bagian dari suatu struktur siklik, misalnya
antazolin.
Antihistaminika tidak mempunyai kegiatan-kegiatan yang tepat berlawanan dengan
histamin seperti halnya dengan adrenalin dan turunan-turunannya, tetapi melakukan
kegiatannya melalui persaingan substrat atau competitive inhibition.
Obat-obat inipun tidak menghalang-halangi pembentukan histamin pada reaksi
antigen-antibody, melainkan masuknya histamin kedalam unsur-unsur penerima didalam
sel (reseptor-reseptor) dirintangi dengan menduduki sendiri tempatnya itu. Dengan kata
lain karena antihistaminik mengikat diri dengan reseptor-reseptor yang sebelumnya harus
menerima histamin, maka zat ini dicegah untuk melaksanakan kegiatannya yang spesifik
terhadap jaringan-jaringan. Dapat dianggap etilamin lah dari antihistaminika yang
bersaing dengan histamin untuk sel-sel reseptor tersebut. Sebagai inverse agonist,
antihistamin H1 beraksi dengan bergabung bersama dan menstabilkan reseptor H 1 yang
belum aktif, sehingga berada pada status yang tidak aktif.Penghambatan reseptor
histamine H1 ini bisa mengurangi permiabilitas vaskular, pengurangan pruritus, dan
relaksasi otot polos saluran cerna serta napas. Tak ayal secara klinis, antihistamin
H1 generasi pertama ditemukan sangat efektif berbagai gejala rhinitis alergi reaksi fase
awal, seperti rhinorrhea, pruritus, dan sneezing. Tapi, obat ini kurang efektif untuk
mengontrol nasal congestionyang terkait dengan reaksi fase akhir.
Sementara itu antihistamin generasi kedua dan ketiga memiliki profil farmakologi
yang lebih baik. Keduanya lebih selektif pada reseptor perifer dan juga bisa menurunkan
lipofilisitas, sehingga efek samping pada SSP lebih minimal. Di samping itu, obat ini juga
memiliki kemampuan antilergi tambahan, yakni sebagai antagonis histamin. Antihistamin
generasi baru ini mempengaruhi pelepasan mediator dari sel mast dengan menghambat
influks ion kalsium melintasi sel mast/membaran basofil plasma, atau menghambat
pelepasan ion kalsium intraseluler dalam sel. Obat ini menghambat reaksi alergi dengan
bekerja pada leukotriene dan prostaglandin, atau dengan menghasilkan efek anti-platelet
activating factor.
15 | P a g e
Selain berefek sebagai anti alergi, antihistamin H1 diduga juga memiliki efek anti
inflamasi.Hal ini terlihat dari studi in vitro desloratadine, suatu antihistamin H1 generasi
ketiga.Studi menunjukkan, desloratadine memiliki efek langsung pada mediator
inflamatori, seperti menghambat pelepasan intracellular adhesion molecule-1 (ICAM-1)
oleh sel epitel nasal, sehingga memperlihatkan aktivitas anti-inflamatori dan
imunomodulatori.Kemampuan tambahan inilah yang mungkin menjelaskan kenapa
desloratadine secara signifikan bisa memperbaiki nasal congestion pada beberapa doubleblind, placebo-controlled studies. Efek ini tak ditemukan pada generasi sebelumnya,
generasi pertama dan kedua.Sehingga perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk menguak
misteri dari efek tambahan ini.
2.3.4 Obat-Obat Antihistamin
a. Antagonis reseptor H1
Difenhidramin : Benadryl (Parke Davis). Disamping khasiat antihistaminiknya
yang kuat, difenhidramin juga bersifat spasmolitik sehingga dapat digunakan pada
pengobatan penyakit parkinson, dalam kombinasi dengan obat-obat lain yang khusus
digunakan untuk penyakit ini.Dosis : oral 4 kali sehari 25 50 mg, i.v. 10-50 mg
Dimenhidrinat: difenhidramin-8-klorotheofilinat, Dramamin (Searle), Antimo
(Phapros). Pertama kali digunakan pada mabuk laut (motion sickness) dan muntahmuntah sewaktu hamil.Dosis : oral 4 kali sehari 50 100 mg, i.m. 50 mg.
Metildifenhidramin :
khasiatnya sama dengan persenyawaan induknya, tetapi sedikit lebih kuat.Dosis : oral
3 kali sehari 20 40 mg.
Tripelenamin : Pyribenzamin (Ciba-Geigy), Azaron (Organon)
Rumus bangun dari zat ini menyerupai mepiramin, tetapi tanpa gugusan metoksil
(OCH3).Khasiatnya sama dengan difenhidramin, hanya efek sampingannya lebih
sedikit.
Dosis : oral 3 kali sehari 50 100 mg.
Antazolin : fenazolin, Antistine (Ciba-Geigy). Khasiat antihistaminiknya tidak
begitu kuat seperti yang lain, tetapi kebaikannya terletak pada sifatnya yang tidak
merangsang selaput lendir. Maka seringkali digunakan untuk mengobati gejala-gejala
alergi pada mata dan hidung (selesma) Antistine-Pirivine, Ciba Geigy.Dosis : oral 2
4 kali sehari 50 100 mg
Feniramin : profenpiridamin, Avil (hoechst). Terutama digunakan sebagai
garam p-aminosalisilatnya.Dosis : oral 3 kali sehari 25 mg
16 | P a g e
Klorfenamin
(klorfeniramin,
Methyrit-SKF;
CTM,
KF;
Pehaclor,
Phapros)adalah derivateklor, Substitusi dari satu atom klor pada molekul feniramin
meningkatkan khasiatnya 20 kali lebih kuat, tetapi derajat toksisitasnya praktis tidak
berubah. Efek sampingan dari obat ini hanya sedikit dan tidak memiliki sifat
menidurkan.Dosis : oral 4 kali sehari 2 8 mg, parenteral 5 10 mg.
Deksklorfeniramin (Polaramin, Schering)adalah d- isomer dari klorfeniramin
(terdiri dari suatu campuran rasemis) yang terutama bertanggung jawab untuk
kegiatan antihistaminiknya. Toksisitasnya dari campuran d-isomer ini tidak melebihi
daripada campuran rasemiknya.Dosis : oral 3 kali sehari 2 mg.
Siklizin : Marezin (Burroughs Welcome). Zat ini khusus digunakan sebagai
obat mabuk perjalanan.Dosis : oral 3 kali sehari 50 mg.
Meklozin (meclizin,Suprinal)Sifat antihistaminiknya kuat dan terutama
digunakan untuk menghindarkan dan mengobati perasaan mual karena mabuk jalan
dan pusing-pusing (vertigo). Mulai bekerjanya lambat, tetapi berlangsung lama (9
24 jam). Berhubung dengan peristiwa thalidomide, zat ini dilarang penggunaannya di
Indonesia. Kerja teratogennya hingga kini belum dibuktikan.
Sinarizin : Cinnipirine(ACF), Stugeron (Jansen) adalah suatu antihistaminika
dengan daya kerja lama dan sedikit saja sifat menidurkannya. Disamping ini juga
memiliki sifat menghilangkan rasa pusing-pusing, maka sangat efektif pada
bermacam-macam jenis vertigo (dizzines, tujuh keliling); mekanisme kerjanya belum
diketahui.Selain itu sinarizin memiliki khasiat kardiovaskuler, yakni melindungi
jantung terhadap rangsangan-rangsangan iritasi dan konstriksi. Perdarahan di
pembuluh-pembuluh otak dan perifer (betis, kaki, tangan) diperbaiki dengan jalan
vasodilatasi, tetapi tanpa menyebabkan tachycardia dan hipertensi secara reflektoris
seperti halnya dengan vasodilator-vasodilator lainnya.Dosis : pada vertigo 1 3 kali
sehari 25 50 mg, untuk memperbaiki sirkulasi: oral 3 kali sehari 75 mg
Primatour (ACF)adalah kombinasi dari sinarizin 12,5 mg dan klorsiklizin
HCl 25 mg. Preparat ini adalah kombinasi dari dua antihistaminika dengan kerja
yang panjang dan Singkat. Obat ini khusus digunakan terhadap mabuk jalan dan
mulai kerjanya cepat, yaitu sampai jam dan berlangsung cukup lama.Dosis :
dewasa 1 tablet.
Oksomemazin : Doxergan, Toplexil (Specia) adalah suatu persenyawaan
fenothiazin dengan khasiat antihistaminikum yang sangat kuat, tetapi toksisitasnya
17 | P a g e
rendah. Penggunaan dan efek sampingannya sama seperti antihistaminika lain dari
golongan fenothiazin.Dosis : 10 40 mg seharinya
Promethazin : Phenergan (Rhodia). Persenyawaan fenothiazin ini adalah
antihistaminikum yang kuat dan memiliki kegiatan yang lama (16 jam). Memiliki
kegiatan potensiasi untuk zat-zat penghalang rasa nyeri (analgetika) dan zat-zat
pereda (sedativa).Berhubung sifat menidurkannya yang kuat maka sebaiknya
diberikan pada malam hari.Dosis : oral 3 kali sehari 25 50 mg; parenteral 25 mg
lazimnya sampai 1 mg per Kg berat badan
Promethazin-8-klorotheofilinat (Avomin)adalah turunan dari promethazin
yang memiliki khasiat dan penggunaan yang sama dengan dimenhidrinat,
tetapi
Multergan
(Specia)Disamping
khasiatnya
sebagai
histamin
H2 ditemukan
di
sel-sel
parietal.Kinerjanya
adalah
obatnya
lafutidina.
c. Antagonis Reseptor Histamin H3
18 | P a g e
dan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal yang terjadi di tubuh akibat masuknya suatu zat
asing. Saat alergen masuk ke dalam tubuh, sistem imunitas atau kekebalan tubuh bereaksi secara
berlebihan dengan membuat antibodi yang disebut Imunoglobulin E. Imunoglobulin E tersebut
kemudian menempel pada sel mast. Pada tahap berikutnya, alergen akan mengikat Imunoglobulin E
yang sudah menempel pada sel mast. Ikatan tersebut memicu pelepasan senyawa Histamin dalam
darah. Peningkatan Histamin menstimulasi rasa gatal melalui mediasi ujung saraf sensorik. Senyawa
Histamin yang teramat banyak juga bisa disebabkan oleh stress dan depresi.
19 | P a g e
Pengobatan gatal-gatal karena alergi dilakukan dengan jalan pemberian obat antihistamin
yang banyak dijual secara bebas. Sesungguhnya pemakaian obat antihistamin hanya menghilangkan
gejala alergi dan menghindari serangan yang lebih besar di masa mendatang, tidak menyembuhkan
alergi.
SARAN
Sebaiknya, alergi dapat dihindari dengan cara-cara berikut ini :
1. Hindari pemicu alergi, misalnya makanan atau obat. Cari tahu komposisi atau kandungan
makanan atau obat. Biasakan membaca label yang tertera di luar kemasan.
2. Jika anak Anda alergi makanan tertentu, kenalkan jenis makanan baru dalam porsi kecil
sehingga Anda dapat mengetahui reaksi alerginya.
3. Penderita alergi sebaiknya selalu membawa kartu atau daftar jenis alergi atau alergen yang
dideritanya. Simpan dalam dompet untuk keadaan darurat.
4. Selalu bawa obat anti alergi sesuai rekomendasi dokter Anda.
DAFTAR PUSTAKA
Anang Endaryanto, Ariyanto Harsono, Prospek Probiotik dalam pencegahan alergi melalui induksi
aktif toleransi imunologis: Divisi Alergi Imunologi: Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUnair/RSU Dr.Soetomo Surabaya
Baratawidjaja, Karnen G. 2006. Imunologi Dasar Edisi Ke Tujuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Brooks, Geo F. Butel, Janet S. Morse, Stephen A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 21. Jakarta:
Salemba Medika.
Kresno, Siti Boedina. 2001. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: FKUI
Budi, Imam. 2008. Pemakaian Antihistamin Pada Anak : FK-USU.
Rengganis, Iris. Yunihastuti, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Tan, Hoan Tjai. Obat-obat Penting. 2007.Jakarta: PT. Gramedia
Sukandar, Elin Yulinah, ISO Farmakoterapi. 2008. Jakarta: PT. ISFI
20 | P a g e