Anda di halaman 1dari 17

I.

II.
III.

IV.

Title of the experiment


: Equilibrium Constants
Day/date of the experiment : Monday / April 14th, 2013
Purpose of the experiment :
1. Understanding the equilibrium constant of a reaction
2. Observing that the equilibrium constant does not depend on the initial
concentration of the reaction.
Basic Theory
Reaksi kimia terdiri dari 2 macam yaitu, reaksi irreversible dan
reaksi reversible. Reaksi irreversible adalah reaksi kimia yang tidak dapat
dapat kembali lagi menjadi reaktan setelah terbentuknya suatu produk.
Reaksi reversible adalah suatu reaksi kimia yang berlangsung dua arah,
yaitu

produk

dapat

membentuk

reaktan

kembali.

Pada

reaksi

kesetimbangan kimia, dapat terjadi reaksi dua arah (reversible).


Kesetimbangan kimia adalah suatu reaksi kimia dimana jumlah
pereaksi dan jumlah hasil reaksinya tidak berubah lagi dengan membentuk
komposisi tertentu dari pereaksi dan hasil reaksi pada suhu tertentu.
Walaupun secara makroskopis tidak terjadi perubahan namun secara
mikroskopis, perubahan tetap berlangsung (bersifat dinamis) hanya tak
dapat diamati, yakni perubahan pereaksi dan hasil reaksi dengan laju yang
sama tetapi arahnya berlawanan. Oleh karena itu, kesetimbangan kimia
disebut juga kesetimbangan dinamik dengan notasi . Misalnya :
aA + bB cC + dD
Ada empat aspek dasar keadaan kesetimbangan, yaitu : keadaan
kesetimbangan tidak menunjukkan perubahan makroskopik yang nyata,
keadaan kesetimbangan dicapai melalui proses yang berlangsung spontan,
keadaan kesetimbangan menunjukkan keseimbangan dinamik antara

proses maju atau balik dan keadaan kesetimbangan adalah sama walaupun
arah pendekatannya berbeda.
Tetapan kesetimbangan (K) adalah hasil kali produk dipangkatkan
koefisien reaksinya dibagi hasil kali reaktan dipangkatkan koefisien
reaksinya. Tetapan kesetimbangan mempunyai nilai yang tetap pada suhu
tertentu. Jika reaktan dan produk dinyatakan dengan konsentrasi, maka
tetapan kesetimbangan ditulis dengan simbol Kc. Misalnya untuk reaksi:
aA(g) + bB(g) cC(g) + dD(g)

maka nilai
Bila konstanta kesetimbangan (Kc) kecil (Kc < 1), berarti pada
keadaan kesetimbangan, konsentrasi produk adalah kecil, sehingga
konstanta kesetimbangannya juga kecil, hal ini menunjukkan reaksi bolakbalik tidak berlangsung dengan baik. Bila konstanta kesetimbangan (Kc)
besar (Kc > 1) berarti pada keadaan setimbang konsentrasi reaktan adalah
kecil, sehingga harga konstanta kesetimbangan yang besar menunjukkan
bahwa reaksi berlangsung bolak-balik dengan baik.
Konstanta kesetimbangan (Kc) memiliki beberapa fungsi, yaitu :
-

Meramalkan reaksi kesetimbangan secara kualitatif, yaitu jika


harga Kc besar, maka reaksi kesetimbangan banyak mengandung

produk, dan sebaliknya.


Meramalkan arah reaksi kesetimbangan, yaitu jika QKc, maka
reaksi berlangsung ke kiri. Q adalah hasil bagi antara konsentrasi
produk dan reaktan pada keadaan apapun.

A. Aturan yang harus diperhatikan dalam menghitung Kc adalah :


1. Jika zat-zat terdapat dalam kesetimbangan berbentuk padat dan gas
yang dimasukkan dalam, persamaan kesetimbangan hanya zat-zat
yang berbentuk gas saja sebab konsentrasi zat padat adalah tetap
den nilainya telah terhitung dalam harga Kc itu.
Contoh : C(s) + CO2(g) 2CO(g)
Kc = (CO)2 / (CO2)
2. Jika kesetimbangan antara zat padat dan larutan yang dimasukkan
dalam perhitungan Kc hanya konsentrasi zat-zat yang larut saja.
Contoh : Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s)
Kc = (Zn2+) / (CO2+)
3. Untuk kesetimbangan antara zat-zat dalam larutan jika pelarutnya
tergolong salah satu reaktan atau hasil reaksinya maka konsentrasi
dari pelarut itu tidak dimasukkan dalam perhitungan Kc.
Contoh : CH3COO-(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH-(aq)
Kc = (CH3COOH) x (OH-) / (CH3COO-)
Menurut Le Chatelier, suatu sistem kesetimbangan akan tetap
mempertahankan posisinya jika terdapat perubahan yang mengakibatkan

terjadinya pergeseran reaksi kesetimbangan. Ada beberapa faktor yang


mempengaruhi pergeseran reaksi kesetimbangan, yaitu :
1.

2.

Perubahan Konsentrasi
Jika konsentrasi reaktan diperbesar, maka reaksi kesetimbangan akan
bergeser ke produk, demikian sebaliknya.
Perubahan Volume
Jika volume diperbesar, reaksi kesetimbangan bergeser ke jumlah
koefisien zat yang besar, sebaliknya jika diperkecil volumenya, maka
reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien zat yang
kecil. Tetapi perubahan volume tidak berpengaruh jika jumlah

3.

koefisien reaktan dan produk sama.


Perubahan Tekanan
Merupakan kebalikan dari perubahan volume. Jika tekanan diperbesar
maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien zat

4.

yang lebih kecil, demikian sebaliknya.


Perubahan Suhu
Jika suhu dinaikkan, reaksi bergeser ke reaksi endoterm. Sedangkan
jika suhu diturunkan, reaksi bergeser ke eksoterm. Perubahan suhu

5.

mengakibatkan perubahan harga tetapan kesetimbangan.


Katalis
Penambahan katalis tidak akan menggeser reaksi kesetimbangan
karena katalis hanya berfungsi mempercepat laju reaksi.

Untuk praktikum ini reaksi esterifikasi yang terjadi adalah sebagai


berikut
CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) CH3COOC2H5 (aq) + H2O (l)
Reaksi ini berlangsung sangat lambat, untuk mempercepat diberi katalis
berupa ion H+ dari larutan HCl 2N. Untuk mencapai kesetimbangan
diperlukan waktu +1 minggu atau minimal 3 hari. Konsentrasi reaktan
atau produk dapat ditentukan dengan titrasi yang dilakukan dengan cepat
agar

tidak

mengganggu

kesetimbangan

secara

nyata.

Tetapan

kesetimbangan dari reaksi dapat dihitung menggunakan persamaan:

V.

Kc teoritis dari reaksi esterifikasi ini adalah 4,2 x 10-2


Alat dan Bahan
A. Alat-alat

1. Buret
2. Statif dan klem
3. Gelas kimia
4. Erlenmeyer
5.Gelas ukur
6. Pipet tetes

50 mL
200 mL
250 mL
25 mL
-

1 buah
1 buah
1 buah
5 buah
1 buah
secukupnya

B. Bahan-bahan
1. NaOH 2 N
2. Indikator PP
3. HCl
4. Etanol absolute
5. Asam Asetat
6. Aluminium foil

VI.

Alur Kerja

(Larutan Blanko)
5 mL HCl 2N
2N Dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer
Ditambahkan 2 tetes indikator PP
Dititrasi dengan larutan NaOH
Volume NaOH
V1= 3,5 mL
V2= 3,5 mL
V3= 3,8 mL

5 mL HCl 2N+
1 mL Etanol +
4 mL Asam
Asetat

5 mL HCl 2N+

5 mL HCl 2N+

5 mL HCl 2N+

2 mL Etanol +

3 mL Etanol +

3 mL Asam

2 mL Asam

1 mL Asam

Asetat

Asetat

Asetat

4 mL Etanol +

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer


dan ditutup dengan rapat
Disimpan selama 3 hari
Dicatat suhu tempat penyimpanan
Ditambahkan 2 tetes indikator PP
Dititrasi dengan larutan NaOH 2N

Volume NaOH
V1= 6,8 mL
V2= 5,2 mL
V3= 4,6 mL
V4= 3,8 mL

VII.
NO

Hasil Pengamatan
PROSEDUR PERCOBAAN

1.
(Larutan Blanko)

HASIL PENGAMATAN
SEBELUM
SESUDAH
HCl: larutan tidak HCl + NaOH:
berwarna

5 mL HCl 2N
2N Dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer
Ditambahkan 2 tetes
5 mLindikator
HCl 2N+PP
1 mLDititrasi
Etanol +
Dimasukkan
ke dengan
dalam larutan
NaOH
4 mL Asam
Asetat
erlenmeyer
dan
ditutup
dengan rapat

Larutan tidak
berwarna

DUGAAN REAKSI

KESIMPULAN

HCl(aq) + NaOH(aq)

NaCl(aq) + H2O(l)

NaOH: larutan
tidak berwarna

Setelah ditetesi PP:


Larutan tidak

PP: larutan tidak

berwarna

berwarna
Setelah dititrasi:

Volume

Larutan berwarna

Disimpan
NaOH selama + 1
minggu (min. 3 hari)

merah muda

Dicatat suhu tempat


penyimpanan

V2= 3,5 mL

V1= 3,5 mL

V1= 3,5 mL

V2= 3,5 mL

V3= 3,8 mL

V3= 3,8 mL

Ditambahkan 2 tetes
indikator PP

2.

Dititrasi dengan larutan


NaOH 2N
Ditentukan mol etanol
absolut dan mol asam
asetat
Volume NaOH (mL)

HCl: larutan tidak

HCl + etanol +

H3COOH(aq) +

Terjadi reaksi

asam asetat:

C2H5OH(aq)

esterifikasi ditandai

Larutan tidak

CH3COOC2H5(aq) +

dengan bau seperti

Asam asetat:

berwarna dan bau

H2O(l)

balon dan

larutan tidak

seperti balon

berwarna

berwarna, bau (+)


Setelah ditetesi PP:
NaOH: larutan

Larutan tidak

tidak berwarna

berwarna

CH3COOCH2(aq)+
NaOH(aq)
CH3COONa(aq)+
CH3CH2OH(aq)

PP: larutan tidak

Setelah dititrasi:

berwarna

Larutan berwarna
merah muda

Disimpan selama + 1
minggu (min. 3 hari)

V1 NaOH= 6,8 mL

H3COOH(aq) +

T= 300C

C2H5OH(aq)
CH3COOC2H5(aq) +

Dicatat suhu tempat


penyimpanan

3.

H2O(l)

Ditambahkan 2 tetes
indikator PP

CH3COOCH2(aq)+

Dititrasi dengan larutan


NaOH 2N

CH3COONa(aq)+

Ditentukan mol etanol


absolut dan mol asam
asetat
Volume NaOH (mL)

sebesar:
Kc1= -2, 1325 mol/L
Kc2= -8,5387 mol/L
Kc3= 8,9189 mol/L
Kc4= 8, 2849 mol/L

5 mL HCl 2N+
2 mL Etanol +
Dimasukkan
ke dalam
3 mL Asamdan
Asetat
erlenmeyer
ditutup
dengan rapat

menghasilkan Kc

NaOH(aq)
HCl: larutan tidak

HCl + etanol +

CH3CH2OH(aq)

berwarna

asam asetat:
Larutan tidak

Asam asetat:

berwarna dan bau

larutan tidak

seperti balon

berwarna, bau (+)


Setelah ditetesi PP:
NaOH: larutan

Larutan tidak

tidak berwarna

berwarna

C2H5OH(aq)
CH3COOC2H5(aq) +
H2O(l)

5 mL HCl 2N+
3 mL Etanol +
Dimasukkan
ke dalam
2 mL Asamdan
Asetat
erlenmeyer
ditutup
dengan rapat

H3COOH(aq) +

PP: larutan tidak

Setelah dititrasi:

CH3COOCH2(aq)+

berwarna

Larutan berwarna

NaOH(aq)

merah muda

CH3COONa(aq)+

V1 NaOH= 5,6 mL

CH3CH2OH(aq)

Disimpan selama + 1
minggu (min. 3 hari)

T= 30 C

Dicatat suhu tempat


penyimpanan
Ditambahkan 2 tetes
indikator PP
4.

Dititrasi dengan larutan


NaOH 2N
Ditentukan mol etanol
absolut dan mol asam
asetat
Volume NaOH (mL)

H3COOH(aq) +
HCl: larutan tidak

HCl + etanol +

C2H5OH(aq)
CH3COOC2H5(aq) +

berwarna

asam asetat:
Larutan tidak

Asam asetat:

berwarna dan bau

larutan tidak

seperti balon

berwarna, bau (+)


Setelah ditetesi PP:
NaOH: larutan

Larutan tidak

tidak berwarna

berwarna

PP: larutan tidak

Setelah dititrasi:

berwarna

Larutan berwarna
merah muda
V1 NaOH= 4,6 mL
T= 300C

5.

HCl: larutan tidak

HCl + etanol +

H2O(l)
CH3COOCH2(aq)+
NaOH(aq)
CH3COONa(aq)+
CH3CH2OH(aq)

berwarna

asam asetat:
Larutan tidak

Asam asetat:

berwarna dan bau

larutan tidak

seperti balon

berwarna, bau (+)


Setelah ditetesi PP:
NaOH: larutan

Larutan tidak

tidak berwarna

berwarna

PP: larutan tidak

Setelah dititrasi:

berwarna

Larutan berwarna

5 mL HCl 2N+
4 mL Etanol +
Dimasukkan
ke dalam
1 mL Asamdan
Asetat
erlenmeyer
ditutup
dengan rapat

Disimpan selama + 1
minggu (min. 3 hari)
Dicatat suhu tempat
penyimpanan
Ditambahkan 2 tetes
indikator PP
Dititrasi dengan larutan
NaOH 2N
Ditentukan mol etanol
absolut dan mol asam
asetat
Volume NaOH (mL)

merah muda
V1 NaOH= 3,8 mL
T= 300C

VIII. Analisis dan Pembahasan


Pada praktikum konstanta kesetimbangan ini didapat data sebagai
berikut :
Untuk 5 mL larutan HCl (larutan blanko) yang jernih dan tidak
berwarna lalu diberi 2 tetes indikator phenolphtalein maka larutan tetap
jernih, tak berwarna. Lalu larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2N,
setelah mencapai titik ekivalen larutan menjadi jernih dan berwarna merah
muda. Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi dengan NaOH dengan ratarata 3,6 mL.
Untuk erlenmeyer I yang berisi 5 mL HCl 2N + 1 mL Etanol + 4
mL Asam Asetat, maka larutan tersebut jernih dan tak berwarna. Sebelum
dititrasi ditetesi 2 tetes indikator phenolphtalein larutan tetap jernih dan tak
ber. Larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2N hingga mencapai titik
ekivalen. Titik ekivalen tercapai saat larutan menjadi jernih dan berwarna
merah muda. Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi dengan NaOH
sebanyak 6,8 mL.
Untuk erlenmeyer II yang berisi 5 mL HCl 2N + 2 mL Etanol + 3
mL Asam Asetat, maka larutan tersebut jernih dan tak berwarna. Sebelum
dititrasi ditetesi 2 tetes indikator phenolphtalein larutan tetap jernih dan tak
ber. Larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2N hingga mencapai titik
ekivalen. Titik ekivalen tercapai saat larutan menjadi jernih dan berwarna
merah muda. Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi dengan NaOH
sebanyak 5,6 mL.
Untuk erlenmeyer III yang berisi 5 mL HCl 2N + 3 mL Etanol + 2
mL Asam Asetat, maka larutan tersebut jernih dan tak berwarna. Sebelum
dititrasi ditetesi 2 tetes indikator phenolphtalein larutan tetap jernih dan tak
ber. Larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2N hingga mencapai titik
ekivalen. Titik ekivalen tercapai saat larutan menjadi jernih dan berwarna
merah muda. Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi dengan NaOH
sebanyak 4,6 mL.
Untuk erlenmeyer IV yang berisi 5 mL HCl 2N + 4 mL Etanol + 1
mL Asam Asetat, maka larutan tersebut jernih dan tak berwarna. Sebelum
dititrasi ditetesi 2 tetes indikator phenolphtalein larutan tetap jernih dan tak
ber. Larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2N hingga mencapai titik

ekivalen. Titik ekivalen tercapai saat larutan menjadi jernih dan berwarna
merah muda. Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi dengan NaOH
sebanyak 3,8 mL.
Percobaan

ini

bertujuan

untuk

mengetahui

konstanta

kesetimbangan suatu reaksi dan memperhatikan bahwa konstanta


kesetimbangan tidak bergantung pada konsentrasi awal reaksi. Untuk
membuktikan bahwa konstanta kesetimbangan tidak bergantung pada
konsentrasi awal reaksi, maka dibuat 4 macam larutan yang sama dengan
perbandingan konsentrasi awal reaktan yang berbeda. Reaktan terdiri atas
asam asetat (CH3COOH) dan etanol (C2H5OH) yang akan bereaksi
membentuk etil asetat (CH3COOC2H5) dengan reaksi esterifikasi. Berikut
adalah reaksi yang terjadi:
CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) CH3COOCH2CH3(aq) + H2O(l)
Dalam erlenmeyer, selain kedua reaktan tersebut juga terdapat HCl dengan
jumlah yang sama untuk masing-masing tabung. Fungsi penambahan HCl
ini sebagai katalis karena HCl akan terion dalam air menghasilkan ion H+
yang dapat mempercepat laju reaksi eseterifikasi.
Setelah semua larutan dimasukkan dalam erlenmeyer, segera
ditutup dengan Aluminium Foil agar etanol tidak menguap serta disimpan
dalam lemari tertutup. Selain itu, penutupan dengan Aluminium Foil serta
penyimpanan dalam lemari tertutup juga untuk mempertahankan suhu
dalam tabung agar tidak berubah secara drastis selama reaksi esterifikasi
berjalan. Jika terjadi perubahan suhu terjadi secara drastis, maka reaksi
kesetimbangan akan terganggu karena reaksi reversible dapat berjalan
sempurna jika suhunya konstan. Setelah itu, erlemmeyer yang telah
ditutup rapat disimpan selama 3 hari. Hal ini dilakukan karena reaksi
esterifikasi berjalan sangat lambat meskipun telah diberi katalis berupa
larutan HCl.
Setelah disimpan selama 3 hari maka ester terbentuk, larutan
tersebut kemudian di titrasi dengan NaOH 2N. Akan tetapi, sebelumnya
terlebih dahulu dilakukan titrasi terhadap larutan blanko (HCl 2N) dengan
NaOH 2N untuk mengetahui konsentrasi ion H+ yang menjadi katalis pada
reaksi esterifikasi. Setelah titrasi larutan blanko, selanjutnya dilakukan
titrasi terhadap larutan ester dengan bantuan indikator PP. Hal ini karena

PP memiliki trayek pH antara 8,0 9,6. Rentang trayek ini sesuai untuk
titrasi etanol dan asam asetat yang memiliki titik ekuivalen pada rentang
trayek tersebut. Reaksi ester saat di titrasi dengan NaOH :
CH3COOC2H5(aq)+ NaOH(aq) CH3COONa(aq)+ CH3CH2OH(aq)
Titik ekuivalen dicapai saat tejadi perubahan warna dari larutan jernih
tidak berwarna menjadi jernih dan berwarna merah muda.
Dari data dilakukan perhitungan-perhitungan, yang pertama adalah
menghitung mmol HCl blanko dengan persamaan berikut :
mol ekivalen H+ = mol ekivalen OHSelanjutnya menghitung mol mula-mula untuk etanol dan asam asetat
dengan menggunakan persamaan berikut :
Mol Etanol =

Mol Asam Asetat =


Dimana massa jenis etanol 0,79 g/mL dan massa molarnya 46 g/mol,
sedangkan untuk asam asetat massa jenisnya 1,05 g/mL dan massa
molarnya 60 g/mol. Perhitungan dilanjutkan dengan menghitung mol
titrasi dengan menggunakan persamaan berikut :
mol ekivalen H+ = mol ekivalen OHUntuk menghitung mol CH3COOH sisa menggunakan persamaan berikut :
mol H+ sisa = mol ekivalen H+ mol blanko
Setelah diketahui mol sisa dari seluruh zat, maka dapat dihitung konstanta
kesetimbangannya denga persamaan berikut :

Setelah dilakukan langkah praktikum dan perhitungan sesuai dengan


yang di atas didapat nilai Kc untuk erlenmeyer I, II, III, IV, berturut turut
adalah -2,1325 ; -8,5387 ; 8,9189 ; 8,2849.

IX.

Diskusi
Setelah dilakukan langkah praktikum dan perhitungan sesuai dengan
yang di atas didapat nilai Kc untuk erlenmeyer I, II, III, IV, berturut turut
adalah -2,1325 ; -8,5387 ; 8,9189 ; 8,2849.
Hasil dari perhitungan Kc tidak sesuai dengan nilai Kc secara teoritis
yaitu 4,2 x 10-2 . Selain itu nilai Kc untuk erlenmeyer I dan II memiliki
perbedaan yang signifikan dengan nilai Kc untuk erlenmeyer III dan IV
dimana pada Erlenmeyer I dan II menghasilkan Kc yang bernilai minus.
Namun, nilai Kc untuk erlenmeyer III dan IV memiliki nilai yang dekat
rangenya. Dengan begitu dapat terbukti jika nilai Kc tidak dipengaruhi
oleh konsentasi awal.
Untuk ketidaksesuain nilai Kc hasil praktikum dan secara teoritis
dapat berbagai hal. Pertama, karena pada saat titrasi, pada saat tetes
terakhir warna berubah terlalu merah atau terlalu jauh dari titik ekivalen.
Hal ini dikarenakan titrasi yang dilakukan tidak sesuai dengan standar
titrasi. Titrasi pada percobaan ini dilakukan dengan konsentrasi 2N dan
volume yang terlalu kecil. Hal ini menyebabkan kesalahan yang terjadi
pada titrasi terlalu besar sehingga hasil perhitungan Kc yang diperoleh
juga tidak terlalu akurat. Titrasi yang baik seharusnya dilakukan dengan
konsentrasi 0.1 M dan volume 50 mL. Kedua, penyimpanan larutan yang
kurang sempurna. Suhu lemari penyimpanan dianggap sama seperti suhu
kamar pada saat awal menyimpan. Akan tetapi pada saat dikeluarkan
setelah disimpan selama beberapa hari, suhu ruang penyimpanan dan
erlenmeyer jauh lebih dingin daripada suhu ruang. Namun tidak diketahui
suhu ruangnya karena tidak dilakukan pengukuran suhu ruang akibat
keterbatasan termometer pengukur suhu ruang. Ketiga, karena kurang

X.

rapatnya tutup Aluminium Foil dalam menutup erlenmeyer.


Kesimpulan
Dari praktikum konstanta kesetimbangan yang telah dilakukan
didapat nilai Kc untuk erlenmeyer I, II, III, IV, berturut turut adalah
-2,1325 ; -8,5387 ; 8,9189 ; 8,2849., tidak sesuai dengan Kc secara teori
yaitu 4,2 x 10-2 . Namun nilai Kc antara tabung III, dan IV memiliki range

yang tidak terlalu jauh, maka terbukti jika nilai Kc tidak dipengaruhi oleh
konsentrasi awal larutan.
XI.

Jawaban Pertanyaan
1.

V NaOH (mL)
mol CH3COOH
mol CH3CH2OH
mol
CH3COOCH2CH3
Kc

Erlenmeyer
I

Erlenmeyer
II

Erlenmeyer
III

Erlenmeyer
IV

6,8
0,07
0,017

5,6
0,0525
0,0343

4,6
0,035
0,0515

3,8
0,0175
0,0687

0,0636

0,0485

0,0330

0,0171

-2,1325

-8,5387

8,9189

8,2849

2. Penambahan larutan HCl pada proses esterifikasi berfungsi sebagai


katalis. Sehingga dapat mempercepat jalannya reaksi esterifikasi dan
mempercepat mencapai keadaan setimbang dengan cara menurunkan
energi aktivasi.
3. Persamaan reaksi esterifikasi :
CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) CH3COOCH2CH3(aq) + H2O(l)
4.
Kc1 = -2,1325 mol/L
Kc2 = -8,5387 mol/L
Kc3 = 8,9189 mol/L
Kc4 = 8,2849 mol/L
DAFTAR PUSTAKA

Keenan,

et-al.1991.

Ilmu

Kimia

Untuk

A.H.Pudjaatmaka). Jakarta: Erlangga.

Universitas.

(terjemahan

Rohman. Ijang . 2004 . Common Text Book : Kimia Fisika I. Edisi revisi. Malang :
Universitas Negeri Malang.
Tjahjani, Siti.dkk. 2012. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II. Surabaya :
Laboratorium Kimia Fisika UNESA.
Karakteristik, macam-macam system dan konstanta kesetimbangan, (online).
(www.chem-is-try.org, diakses 16 Maret 2012, pukul : 18.40 WIB ).
Konstanta Kesetimbangan Kimia, (online).(www.wikipedia.com , diakses 5
Desember 2012, pukul 18.38 WIB).

Anda mungkin juga menyukai