Pendahuluan
Aliran permukaan (run off) adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas
permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan lautan. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah
ada yang langsung masuk ke dalam tanah atau disebut air infiltrasi. Sebagian lagi tidak sempat
masuk ke dalam tanah dan oleh karenanya mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang
lebih rendah. Ada juga bagian dari air hujan yang telah masuk ke dalam tanah, terutam a pada
tanah yang hampir atau telah jenuh, air tersebut ke luar ke permukaan tanah lagi dan lalu
mengalir ke bagian yang lebih rendah. Aliran air permukaan yang disebut terakhir sering juga
disebut air limpasan atau limpasan.
Bagian penting dari air limpasan dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya air
adalah besarnya debit puncak. Curah hujan yang jatuh terlebih dahulu memenuhi air untuk
evaporasi, intersepsi, infiltrasi, dan mengisi cekungan tanah baru kemudian air limpasan
berlangsung ketika curah hujan melampaui laju infiltrasi ke dalam tanah.
B. Metode Rasional
Menurut Wanielista (1990) metode Rasional adalah salah satu dari metode tertua dan
awalnya digunakan hanya untuk memperkirakan debit puncak (peak discharge). (Chow 1988).
Hal di atas diekspresikan dalam formula Rasional sebagai berikut ini (Chow, 1988) :
Q = 0,277 C I A (1)
Keterangan :
Q
I
: intensitas curah hujan, untuk durasi hujan (D) sama dengan waktu konsentrasi (Tc)
(mm/jam)
A
Konstanta 0,277 adalah faktor konversi debit puncak ke satuan (m3/dtk) (Seyhan, 1990).
Beberapa asumsi dasar untuk menggunakan formula Rasional adalah sebagai berikut (Wanielista
1990) :
a.
Curah hujan terjadi dengan intensitas yang tetap dalam satu jangka waktu tertentu,
setidaknya sama dengan waktu konsentrasi.
b.
Limpasan langsung mencapai maksimum ketika durasi hujan dengan intensitas yang
tetap, sama dengan waktu konsentrasi.
c.
d.
Koefisien C
Areal bisnis:
- Downtown
0.70 - 0.95
- Neighborhood
0.50 - 0.70
Perumahan (residential) :
- Single family
0.30 - 0.50
- Multiunits, detached
0.40 - 0.60
- Multiunits, attached
0.60 - 0.75
Residential (suburban)
0.50 - 0.70
Apartment :
0.50 - 0.70
Daerah Industri :
- Industri Ringan
0.50 - 0.70
- Industri Berat
0.60 - 0.90
0.10 - 0.25
0.20 - 0.35
Railroad yard
0.20 - 0.35
2
Unimproved
0.10 - 0.30
Pavement:
- Asphal atau concrete
0.70 - 0.95
0.70 - 0.85
0.05 - 0.10
- Medium 2-7%
0.10 - 0.20
- Curam > 7%
0.15 - 0.20
0.13 - 0.17
- Medium 2-7%
0.18 - 0.22
- Curam > 7%
0.25 - 0.35
0.15 - 0.30
Lereng (%)
Lempung
berpasir
Liat berat
(sandy loam)
(tight clay)
0-5
0.10
0.30
0.40
5 - 10
0.25
0.35
0.50
10 30
0.30
0.50
0.60
0-5
0.10
0.30
0.40
5 - 10
0.15
0.35
0.55
10 20
0.20
0.40
0.60
0.30
0.50
0.60
0.40
0.60
0.70
0.50
0.70
0.80
HUTAN
Padang Rumput
Lahan Pertanian
(Arable land)
0-5
5 - 10
10 20
Sumber :Schwab, Frevert and Barnes (1966), Soil and Water Conservation Engineering,
Wiley, New York.
B. Studi Kasus
DAS Kertek Wonosobo memiliki luas 361.700 m2 serta tingkat intensitas hujan 3,4 mm/hari
Tabel 1. Penggunaan Lahan Di DAS Kertek
No.
Penggunaan Lahan
1.
2.
3.
Total
Pertanian
Perumahan warga
Jalan
Luas
m2
308.000
47.500
6.200
361.700
%
85,2
13,1
1,7
100,0
Dengan menggunakan Metode Rasional didapatkan debit banjir (Q) seperti disajikan pada Tabel
2 berikut ini.
Tabel 2. Debit Banjir Di Outlet DAS Kertek
No.
Koefisen
Runoff (C)
1.
0.5034
Intensitas
hujan (I)
(mm/jam)
34.4
Luas DAS
(A) (km2)
Debit
(m3/detik)
0.3617
1.74
Daftar Pustaka