Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA

DISUSUN OLEH:
Anis Khomariyah

(201211002)

Charmelian S A P

(201211005)

Desi Ratna Sari

(201211009)

Finisha Putri

(201211012)

Kensya Leatemia

(201211015)

Linda

(201211018)

Maria Antonia Goo

(201211021)

Mawar Oktaviani

(201211025)

Monica Pradnya P

(201211028)

Patrisia Cristina

(201211031)

Regina C F Ngambut

(201211034)

Stanislaus Galih P

(201211037)

Veronica Sri Wahyuni

(201211041)

Yosef Nikolaus

(201211045)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS


JAKARTA
2014
1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang
menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri
secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental
klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses
Associations).
Dalam sejarah perkembangan keperawatan jiwa, kita mengenal beberapa teori dan
model keperawatan yang menjadi core keperawatan jiwa, yang terbagi dalam beberapa
periode. Pada awalnya perawatan pasien dengan gangguan jiwa tidak dilakukan oleh
petugas kesehatan (Custodial Care) (tidak oleh tenaga kesehatan). Perawatan bersifat
isolasi dan penjagaan. Mereka ditempatkan dalam suatu tempat khusus, yang kemudian
berkembang menjadi Primary Consistend of Custodial Care.
Dalam makalah ini, kami menyajikan sejarah keperawatan jiwa mulai dari awal
terbentuknya ilmu keperawatan jiwa dan perkembangan keperawatan jiwa baik secara
universal maupun di Indonesia.
2. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui sejarah tentang keperawatan jiwa
b. Mengetahui perkembangan keperawatan jiwa secara universal
c. Mengetahui perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

1.

Sejarah Keperawatan Jiwa


Perawatan pada pasien gangguan jiwa sudah dilakukan sejak jaman dahulu kala.
Asuhan keperawatan yang diberikan sebelum abad ke-18 masih berupa penjagaan (sipir)
dengan kualitas asuhan yang sangat buruk (dibuang ke hutan, dipasung, diolok-olok,
dianggap sakti). Pada akhir abad ke-19, perawat jiwa sudah merupakan sebuah profesi
dan pada abad ke-20, spesialisasi perawat jiwa diakui dengan peran dan fungsi yang unik.
Linda Richard merupakan perawat jiwa Amerika yang pertama, dimana beliau
mengembangkan asuhan keperawatan di RS Mental Pusat di USA dan mengorganisasi
pelayanan keperawatan dan program pendidikan, dimana sakit mental harus diberikan
asuhan seperti sakit fisik. Pada tahun 1882, terbentuklah sekolah perawat yang pertama
untuk sakit mental, yang mengajarkan tentang pemeliharaan kebutuhan fisik pasien
mental (pengobatan, nutrisi, higiene, dan aktivitas bangsal). John Hopkins pada tahun
1913, merupakan sekolah perawat pertama dengan kurikulum keperawatan jiwa.
Pada akhir Perang Dunia II, pelayanan kesehatan terbesar yang diberikan terkait
dengan masalah kesehatan jiwa dan peningkatan program terapi pada veteran perang.
Terapi sikap pada 1947 mulai diperkenalkan oleh Weiss, dimana perawat menggunakan
sikap untuk perbaikan pasien dengan observasi, penerimaan, respek, pemahaman,
perhatian dan partisipasi pasien dalam realita. Pada tahun 1950, obat psikotropika untuk
sakit mental mulai dipergunakan.
Mellow dan Tudor mulai tahun 1950 memperkenalkan tentang terapi keperawatan,
dimana hubungan perawat dan pasien schizoprenia merupakan dasar proses terapeutik.
Pada tahun 1952, Petlau membuat kerangka kerja yang sistematik bagi perawat jiwa yaitu
hubungan interpersonal dalam keperawatan yang mendeskripsikan kemampuan, aktivitas,
dan peran perawat jiwa, dimana proses terapeutik signifikan.
Komunitas terapeutik mulai diperkenalkan oleh Jones tahun 1953, dimana
penggunaan lingkungan sosial pasien mulai diperhatikan. Pasien sebagai pasrtisipasi aktif
dan dilibatkan dalam masalah harian masyarakat. Tahun 1953, jurnal keperawatan
psikiatri mulai diterbitkan. Standar perawatan psikiatri dibuat oleh Ana tahun 1973.
Pada tahun 2000an asuhan keperwatan mulai ditekankan penangan jiwa untuk
korban bencana alam, pengembangan kesehatan jiwa masyarakat (CMHN), pendidikan
keperawatan spesialis penyakit jiwa, pengembangan asuhan keperawatan kesehatan jiwa
3

(Nanda, NIC NOC), serta pengembangan organisasi keperwatan jiwa, serta pelaksanaan
konfrensi nasional jiwa.
Dalam sejarah evolusi sejarah keperawatan jiwa, kita mengenal beberapa teori dan
model keperawatan yang menjadi Core keperawatan jiwa, yang terbagi dalm beberapa
periode. Pada awalnya perawatan pasien dengan gangguan jiwa tidak dilakukan oleh
petugas kesehatan (Custodial Care) (tidak oleh petugas kesehatan). Perawatan bersifat
isolasi dan penjagaan. Mereka ditempatkan disuatu tempat khusus, yang kemudian
berkembang menjadi Primary Consistend Of Custodial Care.
Baru sekitar tahuhn 1945-an fokus perawatan terletak pada penyakit, yaitu model
kuratif (model curative care). Perawatan pasien jiwa difokuskan pada pemberian
pengobatan.
Tahun 1950 fokus perwatannya mulai berfokus pada klien, anggota keluarga tidak
dianggap sebagai tim perawatan. Obat obat psikotropik menggantingkan restain dan
seklusi (pemisahan). Deinstitusionalzetation dimulai, mereka bukan partisiapan aktif
dalam perawatan dan pengobatan kesehatan mereka sendiri. Hubungan terapeutik mulai
diterapkan, dan ditekankan. Fokus pertama pada preventif primer. Perawatan kesehatan
jiwa diberikan dirumah sakit jiwa yang besar (swasta atau pemerintah) yang biasanya
terletak jauh di daerah pemukiman padat.
Sekitar dekade berkutnya pada saat terjadi pergerakan hak-hak sipil( The Civil
Right) tahun 1960-an, penderita gangguan jiwa mulai endapatkan hak-haknya. The
Comunity Mental Health Center ACT (1963) secara dramatis mempengaruhi pemberian
pelayanan kesehatan jiwa. Undang Undang ini;ah yang menyebabkan fokus dan
pendanaan perawatan beralih dari rumah sakit jiwa yang besar ke pusat pusat kesehatan
jiwa masyarakat yang mulai banyak didirikan.
Pada tahun 1970-1980, perawatan beralih dari perawatan rumah sakit jangka
panjang ke lama rawat yang lebihi singkat. Fokus perawatan bergeser ke arah Comunity
Based Care atau servis (pengobatan berbasi komunitas). Pada tahun tahun ini banyak
dilakukan riset dan perkembangan teknologi yang pesat populasi klien di rumah sakit
jiwa yang besar berkurang, sehingga banyak rumah sakit yang ditutup. Pusat pusat
kesehatan komunitas jiwa sering tidak mampu menyedikan layanan akibat bertambanya
jumlah klien. Tunawisma menjadi masalah bagi penderita penyakit mental koronik
persisten yang mengalami kekurangan sumber daya keluarga, dan sosial yang kurang
adekuat.
Baru tahun abad ke 20, biaya kesehatan perawatan yang tinggi dan kebutuhan
pembatasan biaya menjadi fokus nasional. Pada saat ini sistem manajemen peratwan
4

mengatur hubungan antara pembayar, penyedia jasa, dan konsumen pelayanan jasa
kesehatan. Sistem ini memantau distrubusi pelayanan, tindakan penyedia jasa, dan hasil
perawatan. Tujuan dari sistem ini mengurangi biaya sambil tetap meningkatkan mutu
pelayanan. Hubungan antara penyedia jasa dan penguna layanan tidak lagi bersifat
primer. Manager dan pihak asuransi kesehatan memanta hubungan antara penyedia jasa
dan konsumen layanan kesehatan.
Pada awal abad 21, fokus perawatan pada preventif atau pengobatan berbasis
komunitas, yang menggunakan berbagai pendekatan, antara lain pusat kesehatan mental,
praktek, pelayanan di rumah sakit, pelayanan day care, home visit, dan hospice care. Pada
saat ni banyak terjadi perubahan yang signifikan dalam perawatan kesehatan jiwa.
Managet care mengehubungankan struktur layanan baru. Seseorang menajer kasus
ditugaskan untuk mengkoordinasikan pelayanan untuk individu dan bekerja sama dengan
tim multidispliner. Alat alat manajemen klinis yang menunjukan organnisasi, urutan dan
waktu intervensi yang diberikan oleh tim perawatan untuk satu gangguan yang
terindentifikasi pada klien. Pemberian dan pemfokusan layanan pengecegahan primer
( bukan hanya perawatan bebasis penyakit) mencakup identifikasi kelompok kelompok
berresiko tinggi dan penyuluhan untuk mencegah gaya hidup guna mencegah penyakit.
2.

Perkembangan Keperawatan Jiwa di Amerika


Di Amerika, terdapat organisasi disabilties ACT (1990) yang membantu
memastikan bahwa penderita cacat, termasuk penderita gangguan jiwa, dapat
berpartisipasi penuh dalam kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat. Organisasi
organisasi seperti The National Alliance of Mentaly III, menghapus stigma gangguan jiwa
dan member dukungan komunitas setempat bagi penderita jiwa dan keluarganya.
Organisasi tersebut melakukan lobby untuk meningkatkan dana penelitian dan
pengobatan gangguan jiwa. Pengetahuan tentang stuktur dan fungsi otak berkembang
pesat.
Tahun 1990an dianggap Dekade Otak karena pertumbuhan pesat pengetahuan
tentang cara kerja otak. Seiring dengan kemajuan genetika, pengetahuan yang dihasilkan
telah membentuk kemballi pemahaman tentang penyebab dan pengobatan gangguan jiwa.

3.

Perbandingan Perkembangan Keperawatan Jiwa di Dunia Barat dan Timur


Meski dalam sejarah kesehatan jiwa banyak didominasi oleh dunia barat, namun
sesungguhnya dalam dunia Islam sejarah kesehatan jiwa justru sudah dimulai sejak jauh
sebelum Barat mengenal metode penyembuhan penyakit jiwa berikut tempat
5

perawatannya. Pada abad ke-8 M di Kota Baghdad. Menurut Syed Ibrahim B PhD dalam
bukunya berjudul "Islamic Medicine: 1000 years ahead of its times", mengatakan, rumah
sakit jiwa atau insane asylums telah didirikan para dokter dan psikolog Islam beberapa
abad sebelum peradaban Barat menemukannya. Hampir semua kota besar di dunia Islam
pada era keemasan telah memiliki rumah sakit jiwa. Selain di Baghdad ibu kota
Kekhalifahan Abbasiyah Insane Asylum juga terdapat di kota Fes, Maroko. Selain itu,
rumah sakit jiwa juga sudah berdiri di Kairo, Mesir pada tahun 800 M. Pada abad ke-13
M, kota Damaskus dan Aleppo juga telah memiliki rumah sakit jiwa.
Lalu bagaimana peradaban Islam mulai mengembangkan pengobatan kesehatan
jiwa? Menurut Syed Ibrahim, berbeda dengan para dokter Non Muslim di abad
pertengahan yang mendasarkan sakit jiwa pada penjelasan yang takhayul, dokter Muslim
justru lebih bersifat rasional. Para dokter Muslim mengkaji justru melakukan kajian klinis
terhadap pasien-pasien yang menderita sakit jiwa. Tak heran jika para dokter Muslim
berhasil mencapai kemajuan yang signifikan dalam bidang ini. Mereka berhasil
menemukan psikiatri dan pengobatannya berupa psikoterapi dan pembinaan moral bagi
penderita sakit jiwa. Selain itu, para dokter dan psikolog Muslim juga mampu
menemukan bentuk pengobatan modern bagi penderita sakit jiwa seperti, mandi
pengobatan dengan obat, musik terapi dan terapi jabatan.
Konsep kesehatan mental atau al-tibb al-ruhani pertama kali diperkenalkan dunia
kedokteran Islam oleh seorang dokter dari Persia bernama Abu Zayd Ahmed ibnu Sahl alBalkhi (850-934). Dalam kitabnya berjudul Masalih al-Abdan wa al-Anfus (Makanan
untuk Tubuh dan Jiwa), al-Balkhi berhasil menghubungkan penyakit antara tubuh dan
jiwa. Ia pun sangat terkenal dengan teori yang dicetuskannya tentang kesehatan jiwa yang
berhubungan dengan tubuh. Menurut dia, gangguan atau penyakit pikiran sangat
berhubungan dengan kesehatan badan. Jika jiwa sakit, maka tubuh pun tak akan bisa
menikmati hidup dan itu bisa menimbulkan penyakit kejiwaan, tutur al-Balkhi.
Menurut al-Balkhi, badan dan jiwa bisa sehat dan bisa pula sakit. Inilah yang
disebut keseimbangan dan ketidakseimbangan. Dia menulis bahwa ketidakseimbangan
dalam tubuh dapat menyebabkan demam, sakit kepala, dan rasa sakit di badan.
Sedangkan, ketidakseimbangan dalam jiwa dapat mencipatakan kemarahan, kegelisahan,
kesedihan, dan gejala-gejala yang berhubungan dengan kejiwaan lainnya.
Dia juga mengungkapkan dua macam penyebab depresi. Menurut dia, depresi bisa
disebabkan alasan yang diketahui, seperti mengalami kegagalan atau kehilangan. Ini bisa
disembuhkan secara psikologis. Kedua, depresi bisa terjadi oleh alasan-alasan yang tak
6

diketahui, kemukinan disebabkan alasan psikologis. Tipe kedua ini bisa disembuhkan
melalui pemeriksaan ilmu kedokteran.
4.

Perkembangan Keperawatan Jiwa di Indonesia


Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh latar belakang
sejarah bangsa Indonesia. Ini berkaitan dengan yang diterapkan bangsa Eropa dan Jepang
terhadap Indonesia. Tidak bisa kita pungkiri bahwa peran penjajah berpengaruh besar
terhadap perkembangan keperawatan di Indonesia. Secara umum, sejarah perkembangan
keperawatan di Indonesia terbagi sesuai dengan sejarah perjalanan bangsa Indonesia.

Zaman VOC (1602-1799)


Untuk kepentingan usaha perdagangan tentara Belanda,pada 1799 didirikan Binne

hospital di Batavia (sekarang Jakarta).Rumah sakit ini memanfaatkan tenaga perawat


yang berasal dari Bumi Poetra (kaum terjajah) yang disebut dengan pembantu orang sakit
(POS).setelah VOC bubar,didirikan sejumlah usaha dalam bidang kesehatan, antara lain
Dinas Kesehatan tentara (Militaire Gezondsheids Dients) dan Dinas Kesehatan Rakyat
(Burgerlike Gezondheids dients).

Zaman Penjajahan Belanda I (1799-1811)


Tidak ada usaha kesehatan yang menonjol pada masa ini.Secara umum,pemerintah

hanya melanjutkan apa yang telah dirintis oleh pendahulunya (VOC)

Zaman Penjajahan Inggris (1811-1816)


Pada masa ini,mulai berkembang sebentuk usaha kesehatan yang dipelopori oleh

Raffles.Usaha ini meliputi kegiatan vaksinasi cacar secara masal,perbaikan perawatan


kesehatan jiwa,dan perawatan bagi para tahanan.

Zaman Penjajahan Belanda II (1816-1942)


Setelah pemerintahan diserahkan kembali kepada Belanda,usaha kesehatan di

Indonesia semakin maju.Pada masa ini, pemerintah berhasil meluncurkan undang-undang


kesehatan yang disusun oleh Prof. Dr. Reinwardt. Selain itu,pada tahun 1819,residen V
Pabst mendirikan sebuah rumah sakit umum yang diberi nama Rumah Sakit Stadsverband
dan berkedudukan di Glodok.Rumah sakit ini kemudian berganti nama menjad Central
Burgerlijke Ziekeninrichting dan dipindahkan ke Salemba.
Pada tahun 1852,Dr. W. De Bosch mendirikan Sekolah Dokter Jawa yang kemudian
berkembang menjadi STOVIA (1898).Ia juga menyelenggarakan program persiapan
pendidikan kebidanan pada tahun 1852, walaupun pada akhirnya program ditutup pada
tahun 1875. Pada tahun 1862 didapatkan hasil sensus 600 penderita gangguan jiwa di
7

pulau jawa dan madura, 200 penderita didaerah lainnya. Tahun 1882 dibuatlah Rumah
Sakit Jiwa di Bogor yaitu Rumah Sakit Jiwa pertama di Indonesia. Rumah Sakit Jiwa
Lawang (1902), Rumah Sakit Jiwa Magelang (1923), Rumah Sakit Jiwa Sabang (1927).
Mulai tahun 1910 mulai dicoba hindari Costonial care (penjagaan ketat) dan restraints
(pengikatan). Pasien mulai dilatih bekerja sesuai kemampuan, walaupun ruangan masih
dikunci dan pasien tidak boleh keluar ruangan. Terapi yang diberikan dengan cara
dibungkus, terapi mandi, berjemur, kesibukan dan pekerjaan lain.
Selain rumah sakit pemerintahan, di Indonesi berkembang pula sejumlah rumah
sakit swasta. Di antaranya adalah rumah sakit Cikini di Jakarta, St. Carolus di Jakarta, St.
Borromeus di bandung, dan Elisabeth di Semarang. Seiring dengan kemajuan tersebut,
pemerintahan pun mulai mendirikan sekolah pendidikan bagi perawat. Sekolah
pendidikan keperawatan pertama didirikan di RS. Cikini pada tahun 1900.

Zaman penjajahan jepang (1942-1945)


Pada zama penjajahan Jepang, keperawatan di Indonesia boleh dikatakan

mengalami kemunduran. Tampak kepemimpinan rumah sakit diambil oleh jepang dan
sebagian lagi di pegang oleh bangsa indonesia. Pada masa ini, wabah penyakit menyebar
dimana-mana akibat minimnya splai obat-obatan. Tidak hanya itu, kita bhkan terpaksa
menggunakan daun pisang dan pelepah batang pisang sebagai ganti balutan yang
persediannya sangat tipis. Dapat dikatakan, zaman penjajahan jepang merupakan zama
yang sungguh tidak manusiawi.
Dalam sejarah evolusi keperawatan jiwa, ada beberapa teori dan model
keperawatan yang menjadi core keperawatan jiwa, yang terbagi dalam beberapa periode.
Pada awalnya perawatan pasien dengan gangguan jiwa tidak dilakukan oleh petugas
kesehatan (custonial care). Sebelum ada Rumah Sakit Jiwa pasien ditampung di Rumah
Sakit Umum, yang ditampung hanya yang mengalami gangguan jiwa berat. Perawatan
bersifat isolasi dan penjagaan. Pasien gangguan jiwa ditempatkan dalam suatu tempat
khusus, yang kemudian berkembang menjadi Primary Consistend of Custonial Care.
Perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia dimulai sejak zaman dulu kala,
ketika gangguan jiwa dianggap kerasukan, sehingga para dukun berusaha mengeluarkan
roh jahat. Seiring perkembangan keperawatan jiwa di dunia, perkembangan di Indonesia
pun turut berkembang. Hal ini dimulai sejak zaman Kolonial. Sebelum ada RSJ di
Indonesia, pasien gangguan jiwa ditampung di RS Sipil atau RS Militer di Jakarta,
Semarang, dan Surabaya, yang ditampung pada umumnya penderita gangguan jiwa berat.
Kemudian, mulailah didirikan beberapa rumah sakit jiwa.
8

Empat tempat perawatan penderita jiwa dimasa pemerintah Hidia-Belanda adalah


RS Jiwa (untuk rawat inap) pasien pskikosa, kelebihan pasien disalurkan kepenjara
sekitar), rumas sakit sementara (untuk rawat jalan pasien psikosa akut), rumah perawatan
(dikepalai perawat berijazah dibawah pengawasan dokter umum) dan koloni (merupakan
tempat penampungan pasien psikoatrik yang tenang, tinggal di rumah penduduk.
Pada tahun 1900-an, mulai digiatkan gerakan non-Restrain dan terapi kerja bagi
pasien gangguan jiwa. Jawatan urusan penyakit jiwa (JUPJ) telah terbentuk disusul
dengan penyelenggaraan dan bimbingan kesehatan jiwa.
Pada masa kemerdekaan Indonesia (Proklamasi) pada tahun 1945 fokus perawatan
terletak pada penyakit, yaitu model kuratif. Perawatan pasien jiwa difokuskan pada
pemberian pengobatan. Perawatan kesehatan jiwa diberikan di rumah sakit jiwa yang
besar (swasta atau pemerintah) yang biasanya terletak jauh dari daerah pemukiman padat.
Oktober 1947 pemerintah membentuk Jawatan Urusan Penyakit Jiwa tetapi belum
berkembang dengan baik. Tahun 1950 pemerintah memperingati Jawatan urusan Penyakit
Jiwa dan meningkatkan penyelenggaraan pelayanan, dibawah Depkes. Dan pada tahun
1973 lahirlah PPDGJ 1 dan program integrasi kesehatan jiwa di puskesmas.
Pada 1960 penderita gangguan jiwa mulai mendapatkan hak-haknya. The
Community Mental Health Centers Act (1963) secara dramatis mempengaruhi pemberian
pelayanan kesehatan jiwa. Undang-undang ini lah yang menjadi fokus dan pendanaan
perawatan beralih dari rumah sakit jiwa yang besar ke pusat-pusat kesehatan jiwa
masyarakat yang mulai banyak didirikan. Tahun 1966 PUPJ Direktorat Kesehatan Jiwa
dan ditetapkannya UU Kesehatan Jiwa No.3. Adanya Badan Koordinasi Rehabilitasi
Penderita Penyakit Jiwa (BKR-PPJ) dengan instansi diluar bidang kesehatan. Sejak tahun
1970 pihak swasta pun mulai memikirkan masalah kesehatan jiwa. Fokus perawatan
bergeser ke arah community based care (pengobatan berbasis komunitas) adanya
substansi spesialisasi seperti kedokteran jiwa masyarakat, Psikiatri Klinik, Kedokteran
Jiwa Usila dan Kedokteran Jiwa Kehakiman.
Program Kesehatan Jiwa Nasional dibagi dalam 3 sub Program yang diputuskan
pada masyarakat dengan prioritas pada Heath Promotion yaitu perbaikan pelayanan,
pengembangan sistem, establishment community mental health.
5. Evolusi di Keperawatan Jiwa
Lingkungan Sosial

Tahun

Keperawatan Jiwa

America Jurnal of Nursing (terbitan 1873

Linda Richard lulus dari New England

pertama kali)

Hospital jurusan Ibu dan Anak


9

Florence Nightingle meninggal

1882

Sekolah

pertama

untuk

Keperawatan

Mental/Jiwa dibuka di McLean Hospital di


Massachusetts
1900
1910
1913

Johns Hopkins adalah sekolah pertama yang


memasukan keperawatan pskiatrik di dalam
kurikulum nya.

Terapi

Electroconvulsive 1937

dikembangkan. National Mental Health 1946


Act disahkan Congress, lalu membuat 1950

National

Institute of Mental Health (NIMH) dan

diperlukan

meberikan

keperawatan,

dana

pelatihan

untuk

edukasi keperawatan jiwa.


Maxell

Jones

1952

League
untuk

Nursing

(NLN)

akreditasi

untuk

sekolah

memeberikan

pengalaman keperawatan jiwa.


Hildegrad
Peplau
mempublikasikan
Hubungan

mempublikasikan

for

Interpersonal

dalam

Keperwatan

Komunikasi Terapeutik.

1953
1954
Community mental Health Center Act 1963

Persektif

diresmikan.

menerbitkan: Juornal Psychiatric Nursing

Pengembangan obat penenang.

1973

dalam

Perawatan

Psikiatri

and Mental health Services


Standards of Psychiatric Mental health
Nursing Practice menerbitkan sertifikasi
kesehatan jiwa perawatan mental generalis
didirikan

oleh

ANA

(America

Nurse

Assosiation)
Laporan dari Presidents Commission 1978
1979

on Mental Health.

Issue

in

Mental

Health

Nursing

menerbitkan sertifikat perawat spesialis


kesehatan mental kejiwaan yang didirikan
oleh ANA edisi pertama dari prinsip prinsip
praktik

dari

perawatan

mental.

Dipublikasikan oleh (Stuart dan Sundeen)


Nursing: A Social Policy Statement 1980
1985
diterbitkan ANA.
Pusat

Nasional

untuk

Penelitian

Standards

of

Child

and

Adolescent

Psychiatric and Mental Health nursing


Practice diterbitkan oleh ANA
10

keperawatan. (Berganti nama National 1986

American Psychiatric Nurses Association

Institute of Nursing Research {NINR}),

(APNA) didirikan.
Archives
of
Psychiatric

menciptakan

Institut

Kesehatan

1987

menerbitkan

Nasional.

Juornal

of

Nursing
Child

and

Alodescent Psychiatric and Mental Health


1988

nursing diterbitkan.
Standards of addictions Nursing Practice

1990

diterbitkan oleh ANA


Standards of Psychiatric Consoultion
Liaison Nursing Practice diterbitkan oleh
ANA

Pusat Pelayanan Kesehatan Jiwa mulai 1992


dibentuk.

1994

Direvisi Standards of psychiatric- Mental


Health

Clinical

Nursing

Practice

diterbitkan dari ANA, Psycopharmacology


Guidelines for Psychiatric Mental Health
Revisi Perawatan pernyataan kebijakan 1995
sosial diterbitkan ANA.
Laporan

Surgeon

General

tentang 1999

Nurses diterbitkan ANA.


Journal of the America

Psychiatric

Nurses Association (JAPNA) diterbitkan.


Hildegard Peplau meninggal.

Kesehatan Mental.
2000

Direvisi

Scope

Psychiatric-

and

Mental

Standards
Health

of

Clinical

Report of the Presidents New Freedom 2003

Nursing Practice. Diterbitkan oleh ANA.


Sertifikasi praktisi Perawat kesehatan

Commission on Mental Health.

Mental dan Jiwa oleh ANA.

Meningkatkan

Kualitas

pelayanan

2006

Kesehatan untuk kondisi mental dan


subtansi

penggunaan.

Diterbitkan

Institute Kedokteran.
2007

Direvisi

Psychiatric-Mental

Health

Nursing Scope and Standards of Practice.


diterbitkan oleh ANA.
6. Perkembangan Sistem Kesehatan Jiwa
Pimpinan dari New Freedom Commission on Mental Health membuat
rekomendasi tentang transformasi dari sistem kesehatan jiwa di United States. Dia
11

menyatakan Dalam sistem transformasi, klien dan keluarga mempunyai akses yang tepat
waktu dan mendapatkan informasi yang akurat untuk mendapatkan promosi kesehatan.
Penyedia kesehatan harus up to date tentang pengetahuan kesehatan jiwa.
Ada 6 tujuan untuk perkembangan sistem kesehatan jiwa:
1. Menciptakan pemahaman di Amerika bahwa kesehatan mental adalah penting
untuk kesehatan secara keseluruhan
-

Stigma akan berkurang dan dihilangkan

Kampanye pendidikan akan menargetkan Amerika pedesaan, kelompok


minoritas ras dan etnis dan orang-orang yang bahasa Inggris adalah prioritas
kedua

Perawatan akan lebih mudah tersedia dan terfokus pada pemulihan

2. Perawatan kesehatan mental adalah klien dan keluarga yang didukung


-

Klien dan keluarga secara aktif akan berpartisipasi dalam merancang dan
mengembangkan sistem perawatan di mana mereka terlibat

Dasar untuk tujuan ini adalah akses ke perawatan kesehatan, kesempatan kerja
yang menguntungkan, memadai dan perumahan yang terjangkau dan jaminan
tidak dipenjara secara tidak adil

3. Menghilangkan kesenjangan dalam pelayanan kesehatan mental


-

Layanan khusus untuk populasi beragam budaya

Meningkatkan akses terhadap perawatan yang berkualitas di daerah pedesaan

4. Pemeriksaan kesehatan mental awal, penilaian dan rujukan ke layanan yang


praktek umum
-

Skrining kualitas dan intervensi dini akan terjadi di mudah diakses, dan murah

Meningkatkan dan memperluas program kesehatan sekolah jiwa

5. Memberikan dan mempercepat perawatan kesehatan jiwa yang sangat baik


-

Menyediakan layanan kesehatan mental berdasarkan penelitian

Memperluas penelitian di empat bidang pengganti: kesenjangan kesehatan


mental, efek jangka panjang dari obat-obatan, trauma dan perawatan akut

6. Menggunakan teknologi untuk mengakses layanan kesehatan mental dan


mendapatkan informasi
-

Memberdayakan klien dan keluarga melalui komunikasi canggih dan untuk


mendapatlkan informasi

Menggunakan telehealth untuk meningkatkan akses dan koordinasi perawatan


kesehatan mental
12

13

BAB III
KESIMPULAN

Kondisi lambat laun mulai berubah, terutama dengan didirikan sejumlah institusi
pendidikan keperawatan sampai jenjang perguruan tinggi. Ketika gangguan jiwa dianggap
kerasukan, sehingga para dukun berusaha mengeluarkan roh jahat sekarang paradigma itu
telah berubah. Perawatannya pun telah mengalami beberapa perubahan dari dulu hingga
sekarang. Pada tahun 1900-an, mulai digiatkan gerakan non-Restrain dan terapi kerja bagi
pasien gangguan jiwa. Jawatan urusan penyakit jiwa (JUPJ) telah terbentuk disusul dengan
penyelenggaraan dan bimbingan kesehatan jiwa. Pada masa kemerdekaan Indonesia
(Proklamasi) pada tahun 1945 fokus perawatan terletak pada penyakit, yaitu model kuratif.
Perawatan pasien jiwa difokuskan pada pemberian pengobatan. Pada 1960 penderita
gangguan jiwa mulai mendapatkan hak-haknya. Sejak tahun 1970 pihak swasta pun mulai
memikirkan masalah kesehatan jiwa. Fokus perawatan bergeser ke arah community based
care (pengobatan berbasis komunitas) adanya substansi spesialisasi seperti kedokteran jiwa
masyarakat, Psikiatri Klinik, Kedokteran Jiwa Usila dan Kedokteran Jiwa Kehakiman.
Bisa disimpulkan bahwa sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia tidak hanya
berlangsung di tatanan praktik dalam hal ini layanan keperawatan, tetapi juga di dunia
pendidikan keperawatan. Tidak ayal lagi, pendidikan keperawatan memberi pengaruh yang
besar terhadap kualitas layanan keperawatan. Seperti kita ketahui keperawatan merupakan
profesi yang bersentuhan langsung dengan hidup dan kehidupan manusia. Karenanya, perawat
harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan keperawatan
yang berkelanjutan.

14

DAFTAR PUSTAKA
(n.d.). Retrieved from Rumah Sakit Jiwa Grhasia:
http://grhasia.jogjaprov.go.id/index.php/artikel/umum/
(n.d.). Retrieved from Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula: http://fik.unissula.ac.id/
(n.d.). Retrieved from Fakultas Keperawatan Universitas Andalas: http://fkep.unand.ac.id/
Asmadi. (2005). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Kusnanto. (2003). Pengantar Profesi dan Praktik keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.

15

Anda mungkin juga menyukai