Sejarah Kesehatan Jiwa Fix
Sejarah Kesehatan Jiwa Fix
DISUSUN OLEH:
Anis Khomariyah
(201211002)
Charmelian S A P
(201211005)
(201211009)
Finisha Putri
(201211012)
Kensya Leatemia
(201211015)
Linda
(201211018)
(201211021)
Mawar Oktaviani
(201211025)
Monica Pradnya P
(201211028)
Patrisia Cristina
(201211031)
Regina C F Ngambut
(201211034)
Stanislaus Galih P
(201211037)
(201211041)
Yosef Nikolaus
(201211045)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang
menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri
secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental
klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses
Associations).
Dalam sejarah perkembangan keperawatan jiwa, kita mengenal beberapa teori dan
model keperawatan yang menjadi core keperawatan jiwa, yang terbagi dalam beberapa
periode. Pada awalnya perawatan pasien dengan gangguan jiwa tidak dilakukan oleh
petugas kesehatan (Custodial Care) (tidak oleh tenaga kesehatan). Perawatan bersifat
isolasi dan penjagaan. Mereka ditempatkan dalam suatu tempat khusus, yang kemudian
berkembang menjadi Primary Consistend of Custodial Care.
Dalam makalah ini, kami menyajikan sejarah keperawatan jiwa mulai dari awal
terbentuknya ilmu keperawatan jiwa dan perkembangan keperawatan jiwa baik secara
universal maupun di Indonesia.
2. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui sejarah tentang keperawatan jiwa
b. Mengetahui perkembangan keperawatan jiwa secara universal
c. Mengetahui perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1.
(Nanda, NIC NOC), serta pengembangan organisasi keperwatan jiwa, serta pelaksanaan
konfrensi nasional jiwa.
Dalam sejarah evolusi sejarah keperawatan jiwa, kita mengenal beberapa teori dan
model keperawatan yang menjadi Core keperawatan jiwa, yang terbagi dalm beberapa
periode. Pada awalnya perawatan pasien dengan gangguan jiwa tidak dilakukan oleh
petugas kesehatan (Custodial Care) (tidak oleh petugas kesehatan). Perawatan bersifat
isolasi dan penjagaan. Mereka ditempatkan disuatu tempat khusus, yang kemudian
berkembang menjadi Primary Consistend Of Custodial Care.
Baru sekitar tahuhn 1945-an fokus perawatan terletak pada penyakit, yaitu model
kuratif (model curative care). Perawatan pasien jiwa difokuskan pada pemberian
pengobatan.
Tahun 1950 fokus perwatannya mulai berfokus pada klien, anggota keluarga tidak
dianggap sebagai tim perawatan. Obat obat psikotropik menggantingkan restain dan
seklusi (pemisahan). Deinstitusionalzetation dimulai, mereka bukan partisiapan aktif
dalam perawatan dan pengobatan kesehatan mereka sendiri. Hubungan terapeutik mulai
diterapkan, dan ditekankan. Fokus pertama pada preventif primer. Perawatan kesehatan
jiwa diberikan dirumah sakit jiwa yang besar (swasta atau pemerintah) yang biasanya
terletak jauh di daerah pemukiman padat.
Sekitar dekade berkutnya pada saat terjadi pergerakan hak-hak sipil( The Civil
Right) tahun 1960-an, penderita gangguan jiwa mulai endapatkan hak-haknya. The
Comunity Mental Health Center ACT (1963) secara dramatis mempengaruhi pemberian
pelayanan kesehatan jiwa. Undang Undang ini;ah yang menyebabkan fokus dan
pendanaan perawatan beralih dari rumah sakit jiwa yang besar ke pusat pusat kesehatan
jiwa masyarakat yang mulai banyak didirikan.
Pada tahun 1970-1980, perawatan beralih dari perawatan rumah sakit jangka
panjang ke lama rawat yang lebihi singkat. Fokus perawatan bergeser ke arah Comunity
Based Care atau servis (pengobatan berbasi komunitas). Pada tahun tahun ini banyak
dilakukan riset dan perkembangan teknologi yang pesat populasi klien di rumah sakit
jiwa yang besar berkurang, sehingga banyak rumah sakit yang ditutup. Pusat pusat
kesehatan komunitas jiwa sering tidak mampu menyedikan layanan akibat bertambanya
jumlah klien. Tunawisma menjadi masalah bagi penderita penyakit mental koronik
persisten yang mengalami kekurangan sumber daya keluarga, dan sosial yang kurang
adekuat.
Baru tahun abad ke 20, biaya kesehatan perawatan yang tinggi dan kebutuhan
pembatasan biaya menjadi fokus nasional. Pada saat ini sistem manajemen peratwan
4
mengatur hubungan antara pembayar, penyedia jasa, dan konsumen pelayanan jasa
kesehatan. Sistem ini memantau distrubusi pelayanan, tindakan penyedia jasa, dan hasil
perawatan. Tujuan dari sistem ini mengurangi biaya sambil tetap meningkatkan mutu
pelayanan. Hubungan antara penyedia jasa dan penguna layanan tidak lagi bersifat
primer. Manager dan pihak asuransi kesehatan memanta hubungan antara penyedia jasa
dan konsumen layanan kesehatan.
Pada awal abad 21, fokus perawatan pada preventif atau pengobatan berbasis
komunitas, yang menggunakan berbagai pendekatan, antara lain pusat kesehatan mental,
praktek, pelayanan di rumah sakit, pelayanan day care, home visit, dan hospice care. Pada
saat ni banyak terjadi perubahan yang signifikan dalam perawatan kesehatan jiwa.
Managet care mengehubungankan struktur layanan baru. Seseorang menajer kasus
ditugaskan untuk mengkoordinasikan pelayanan untuk individu dan bekerja sama dengan
tim multidispliner. Alat alat manajemen klinis yang menunjukan organnisasi, urutan dan
waktu intervensi yang diberikan oleh tim perawatan untuk satu gangguan yang
terindentifikasi pada klien. Pemberian dan pemfokusan layanan pengecegahan primer
( bukan hanya perawatan bebasis penyakit) mencakup identifikasi kelompok kelompok
berresiko tinggi dan penyuluhan untuk mencegah gaya hidup guna mencegah penyakit.
2.
3.
perawatannya. Pada abad ke-8 M di Kota Baghdad. Menurut Syed Ibrahim B PhD dalam
bukunya berjudul "Islamic Medicine: 1000 years ahead of its times", mengatakan, rumah
sakit jiwa atau insane asylums telah didirikan para dokter dan psikolog Islam beberapa
abad sebelum peradaban Barat menemukannya. Hampir semua kota besar di dunia Islam
pada era keemasan telah memiliki rumah sakit jiwa. Selain di Baghdad ibu kota
Kekhalifahan Abbasiyah Insane Asylum juga terdapat di kota Fes, Maroko. Selain itu,
rumah sakit jiwa juga sudah berdiri di Kairo, Mesir pada tahun 800 M. Pada abad ke-13
M, kota Damaskus dan Aleppo juga telah memiliki rumah sakit jiwa.
Lalu bagaimana peradaban Islam mulai mengembangkan pengobatan kesehatan
jiwa? Menurut Syed Ibrahim, berbeda dengan para dokter Non Muslim di abad
pertengahan yang mendasarkan sakit jiwa pada penjelasan yang takhayul, dokter Muslim
justru lebih bersifat rasional. Para dokter Muslim mengkaji justru melakukan kajian klinis
terhadap pasien-pasien yang menderita sakit jiwa. Tak heran jika para dokter Muslim
berhasil mencapai kemajuan yang signifikan dalam bidang ini. Mereka berhasil
menemukan psikiatri dan pengobatannya berupa psikoterapi dan pembinaan moral bagi
penderita sakit jiwa. Selain itu, para dokter dan psikolog Muslim juga mampu
menemukan bentuk pengobatan modern bagi penderita sakit jiwa seperti, mandi
pengobatan dengan obat, musik terapi dan terapi jabatan.
Konsep kesehatan mental atau al-tibb al-ruhani pertama kali diperkenalkan dunia
kedokteran Islam oleh seorang dokter dari Persia bernama Abu Zayd Ahmed ibnu Sahl alBalkhi (850-934). Dalam kitabnya berjudul Masalih al-Abdan wa al-Anfus (Makanan
untuk Tubuh dan Jiwa), al-Balkhi berhasil menghubungkan penyakit antara tubuh dan
jiwa. Ia pun sangat terkenal dengan teori yang dicetuskannya tentang kesehatan jiwa yang
berhubungan dengan tubuh. Menurut dia, gangguan atau penyakit pikiran sangat
berhubungan dengan kesehatan badan. Jika jiwa sakit, maka tubuh pun tak akan bisa
menikmati hidup dan itu bisa menimbulkan penyakit kejiwaan, tutur al-Balkhi.
Menurut al-Balkhi, badan dan jiwa bisa sehat dan bisa pula sakit. Inilah yang
disebut keseimbangan dan ketidakseimbangan. Dia menulis bahwa ketidakseimbangan
dalam tubuh dapat menyebabkan demam, sakit kepala, dan rasa sakit di badan.
Sedangkan, ketidakseimbangan dalam jiwa dapat mencipatakan kemarahan, kegelisahan,
kesedihan, dan gejala-gejala yang berhubungan dengan kejiwaan lainnya.
Dia juga mengungkapkan dua macam penyebab depresi. Menurut dia, depresi bisa
disebabkan alasan yang diketahui, seperti mengalami kegagalan atau kehilangan. Ini bisa
disembuhkan secara psikologis. Kedua, depresi bisa terjadi oleh alasan-alasan yang tak
6
diketahui, kemukinan disebabkan alasan psikologis. Tipe kedua ini bisa disembuhkan
melalui pemeriksaan ilmu kedokteran.
4.
pulau jawa dan madura, 200 penderita didaerah lainnya. Tahun 1882 dibuatlah Rumah
Sakit Jiwa di Bogor yaitu Rumah Sakit Jiwa pertama di Indonesia. Rumah Sakit Jiwa
Lawang (1902), Rumah Sakit Jiwa Magelang (1923), Rumah Sakit Jiwa Sabang (1927).
Mulai tahun 1910 mulai dicoba hindari Costonial care (penjagaan ketat) dan restraints
(pengikatan). Pasien mulai dilatih bekerja sesuai kemampuan, walaupun ruangan masih
dikunci dan pasien tidak boleh keluar ruangan. Terapi yang diberikan dengan cara
dibungkus, terapi mandi, berjemur, kesibukan dan pekerjaan lain.
Selain rumah sakit pemerintahan, di Indonesi berkembang pula sejumlah rumah
sakit swasta. Di antaranya adalah rumah sakit Cikini di Jakarta, St. Carolus di Jakarta, St.
Borromeus di bandung, dan Elisabeth di Semarang. Seiring dengan kemajuan tersebut,
pemerintahan pun mulai mendirikan sekolah pendidikan bagi perawat. Sekolah
pendidikan keperawatan pertama didirikan di RS. Cikini pada tahun 1900.
mengalami kemunduran. Tampak kepemimpinan rumah sakit diambil oleh jepang dan
sebagian lagi di pegang oleh bangsa indonesia. Pada masa ini, wabah penyakit menyebar
dimana-mana akibat minimnya splai obat-obatan. Tidak hanya itu, kita bhkan terpaksa
menggunakan daun pisang dan pelepah batang pisang sebagai ganti balutan yang
persediannya sangat tipis. Dapat dikatakan, zaman penjajahan jepang merupakan zama
yang sungguh tidak manusiawi.
Dalam sejarah evolusi keperawatan jiwa, ada beberapa teori dan model
keperawatan yang menjadi core keperawatan jiwa, yang terbagi dalam beberapa periode.
Pada awalnya perawatan pasien dengan gangguan jiwa tidak dilakukan oleh petugas
kesehatan (custonial care). Sebelum ada Rumah Sakit Jiwa pasien ditampung di Rumah
Sakit Umum, yang ditampung hanya yang mengalami gangguan jiwa berat. Perawatan
bersifat isolasi dan penjagaan. Pasien gangguan jiwa ditempatkan dalam suatu tempat
khusus, yang kemudian berkembang menjadi Primary Consistend of Custonial Care.
Perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia dimulai sejak zaman dulu kala,
ketika gangguan jiwa dianggap kerasukan, sehingga para dukun berusaha mengeluarkan
roh jahat. Seiring perkembangan keperawatan jiwa di dunia, perkembangan di Indonesia
pun turut berkembang. Hal ini dimulai sejak zaman Kolonial. Sebelum ada RSJ di
Indonesia, pasien gangguan jiwa ditampung di RS Sipil atau RS Militer di Jakarta,
Semarang, dan Surabaya, yang ditampung pada umumnya penderita gangguan jiwa berat.
Kemudian, mulailah didirikan beberapa rumah sakit jiwa.
8
Tahun
Keperawatan Jiwa
pertama kali)
1882
Sekolah
pertama
untuk
Keperawatan
Terapi
Electroconvulsive 1937
National
diperlukan
meberikan
keperawatan,
dana
pelatihan
untuk
Jones
1952
League
untuk
Nursing
(NLN)
akreditasi
untuk
sekolah
memeberikan
mempublikasikan
for
Interpersonal
dalam
Keperwatan
Komunikasi Terapeutik.
1953
1954
Community mental Health Center Act 1963
Persektif
diresmikan.
1973
dalam
Perawatan
Psikiatri
oleh
ANA
(America
Nurse
Assosiation)
Laporan dari Presidents Commission 1978
1979
on Mental Health.
Issue
in
Mental
Health
Nursing
dari
perawatan
mental.
Nasional
untuk
Penelitian
Standards
of
Child
and
Adolescent
(APNA) didirikan.
Archives
of
Psychiatric
menciptakan
Institut
Kesehatan
1987
menerbitkan
Nasional.
Juornal
of
Nursing
Child
and
nursing diterbitkan.
Standards of addictions Nursing Practice
1990
1994
Clinical
Nursing
Practice
Surgeon
General
tentang 1999
Psychiatric
Kesehatan Mental.
2000
Direvisi
Scope
Psychiatric-
and
Mental
Standards
Health
of
Clinical
Meningkatkan
Kualitas
pelayanan
2006
penggunaan.
Diterbitkan
Institute Kedokteran.
2007
Direvisi
Psychiatric-Mental
Health
menyatakan Dalam sistem transformasi, klien dan keluarga mempunyai akses yang tepat
waktu dan mendapatkan informasi yang akurat untuk mendapatkan promosi kesehatan.
Penyedia kesehatan harus up to date tentang pengetahuan kesehatan jiwa.
Ada 6 tujuan untuk perkembangan sistem kesehatan jiwa:
1. Menciptakan pemahaman di Amerika bahwa kesehatan mental adalah penting
untuk kesehatan secara keseluruhan
-
Klien dan keluarga secara aktif akan berpartisipasi dalam merancang dan
mengembangkan sistem perawatan di mana mereka terlibat
Dasar untuk tujuan ini adalah akses ke perawatan kesehatan, kesempatan kerja
yang menguntungkan, memadai dan perumahan yang terjangkau dan jaminan
tidak dipenjara secara tidak adil
Skrining kualitas dan intervensi dini akan terjadi di mudah diakses, dan murah
13
BAB III
KESIMPULAN
Kondisi lambat laun mulai berubah, terutama dengan didirikan sejumlah institusi
pendidikan keperawatan sampai jenjang perguruan tinggi. Ketika gangguan jiwa dianggap
kerasukan, sehingga para dukun berusaha mengeluarkan roh jahat sekarang paradigma itu
telah berubah. Perawatannya pun telah mengalami beberapa perubahan dari dulu hingga
sekarang. Pada tahun 1900-an, mulai digiatkan gerakan non-Restrain dan terapi kerja bagi
pasien gangguan jiwa. Jawatan urusan penyakit jiwa (JUPJ) telah terbentuk disusul dengan
penyelenggaraan dan bimbingan kesehatan jiwa. Pada masa kemerdekaan Indonesia
(Proklamasi) pada tahun 1945 fokus perawatan terletak pada penyakit, yaitu model kuratif.
Perawatan pasien jiwa difokuskan pada pemberian pengobatan. Pada 1960 penderita
gangguan jiwa mulai mendapatkan hak-haknya. Sejak tahun 1970 pihak swasta pun mulai
memikirkan masalah kesehatan jiwa. Fokus perawatan bergeser ke arah community based
care (pengobatan berbasis komunitas) adanya substansi spesialisasi seperti kedokteran jiwa
masyarakat, Psikiatri Klinik, Kedokteran Jiwa Usila dan Kedokteran Jiwa Kehakiman.
Bisa disimpulkan bahwa sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia tidak hanya
berlangsung di tatanan praktik dalam hal ini layanan keperawatan, tetapi juga di dunia
pendidikan keperawatan. Tidak ayal lagi, pendidikan keperawatan memberi pengaruh yang
besar terhadap kualitas layanan keperawatan. Seperti kita ketahui keperawatan merupakan
profesi yang bersentuhan langsung dengan hidup dan kehidupan manusia. Karenanya, perawat
harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan keperawatan
yang berkelanjutan.
14
DAFTAR PUSTAKA
(n.d.). Retrieved from Rumah Sakit Jiwa Grhasia:
http://grhasia.jogjaprov.go.id/index.php/artikel/umum/
(n.d.). Retrieved from Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula: http://fik.unissula.ac.id/
(n.d.). Retrieved from Fakultas Keperawatan Universitas Andalas: http://fkep.unand.ac.id/
Asmadi. (2005). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Kusnanto. (2003). Pengantar Profesi dan Praktik keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.
15