05 Engine
05 Engine
D I E S E L
Untuk Lingkungan Sendiri
MECHANIC DEVELOPMENT
PT PAMAPERSADA NUSANTARA
2004
K A T A
P E N G A N T A R
0-1-3
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sehingga dapat tersusun
buku MOTOR DIESEL
Buku ini disusun untuk melengkapi bahan pelatihan di
lingkungan PT Pamapersada Nusantara khususnya Plant Departement.
Buku ini disajikan dalam bentuk yang sederhana, dengan harapan dalam
pemahamannya akan lebih mudah, khususnya bagi Calon Mekanik atau Junior Mekanik
dibidang Alat-alat Berat.
Dengan segala kerendahan hati penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari
sempurna, maka dengan keterbatasan yang ada penyusun sangat mengharap kritik
dan saran dari para pembaca untuk meningkatkan kesempurnaan buku ini sehingga
tidak terjadi salah persepsi untuk pemahaman dari isi dan makna terhadap buku ini.
Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga terselesaikannya buku ini.
Penyusun
Mechanic Development
DAFTAR
0-2-3
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
BAB I.
PENGETAHUAN DASAR
A.PRINSIP MOTOR DIESEL DAN BENSIN...
1 -
16
1.
Motor Diesel...
1 -
16
2.
Motor Bensin.
1 -
16
I
I
3 3 -
16
16
4 -
16
3.
4 -
16
C. RUANG PEMBAKARAN.
D. PEMBAKARAN LANGSUNG DAN TIDAK
LANGSUNG..
1. Tipe Ruang Bakar Langsung..
6 -
16
I
I
7 7 -
16
16
7 -
16
11 - 16
2.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
2.
II II -
1 1 -
21
21
II -
6 -
21
DAFTAR
0-3-3
ISI
III
III
III
III
1
5
18
25
31
31
31
31
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
1
1
4
6
9
10
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
BAB IV. P E N G U K U R A N
A. SISTEM SATUAN.
B. PENGUKURAN. ..
C. PEMBACAAN VERNIER CALIPER
D. MICROMETER..
E. DIAL INDICATOR
F. BORE GAUGE..
G.TORQUE WRENCH..
H.FEELER GAUGE..
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DASAR
BAB I
PENGETAHUAN
DASAR
I - 1 - 20
PENGETAHUAN
DASAR
I - 2 - 21
2. Motor Bensin.
Udara dan bahan bakar yang tercampur didalam carburator, terhisap ke dalam ruang bakar dan
dikompresikan hingga mencapai tekanan dan temperature tertentu. Pada akhir langkah kompresi, busi
memercikan api sehingga
terjadi pembakaran.
PENGETAHUAN
I - 3 - 21
DASAR
N
O
Item
Diesel Engine
Fuel
Fuel consumption
Ratio g/PS . Hr
Flashing Point
Titik Nyala
Compression
Ratio
Ignition
( penyalaan )
Metode
pengabutan
Lebih tinggi
dari 50 C
14 22
( hanya
udara )
Tidak
diperlukan
Fuel dikirim dari injection
pump melalui NOZZLE ke
dalam ruang bakar
Gasoline Engine
Keterangan
230 ~ 270
Keuntungan.
Diesel fuel harga per liter lebih
murah dan fuel consumption per
HP lebih rendah.
Lebih tinggi
dari 25 C
Keuntungan.
Diesel fuel tidak memerlukan
perhatian dalam penanganannya.
Gasoline
5 10
( udara +
fuel )
Dengan Busi
( electric spark
)
Carburator diperlukan
sebagai tempat per
campuran fuel dan
udara
0.5 ~ 3.5
Keuntungan.
Diesel engine lebih bertenaga
Keuntungan.
Tidak memerlukan sistem
penyalaan.
Kerugian.
1. Memerlukan peralatan injeksi.
2. Perawatan agak sulit.
Berat ( Kg / Ps ) out
put per stroke
volume piston ( PS /
It )
3~9
~ 20
30 ~ 50
Getaran
Besar
Kecil
Kerugian.
Getaran besar
Trouble
Kecil
Besar
Keuntungan.
Jarang timbul trouble.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
Kerugian.
Biaya pembuatan lebih tinggi.
PENGETAHUAN
DASAR
I - 4 - 21
PENGETAHUAN
DASAR
I - 5 - 21
shaft,
PENGETAHUAN
DASAR
I - 6 - 21
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN
DASAR
I - 7 - 21
PENGETAHUAN
DASAR
I - 8 - 21
Silahkan anda analisa, keuntungan dan kerugian engine 2 langkah dibandingkan dengan 4
Langkah !
1. Keuntungan engine 2 langkah sebagai berikut :
~
~
~
2. Kerugian engine 2 langkah adalah :
~
~
C. RUANG PEMBAKARAN.
Ruang pembakaran adalah ruangan yang dilingkupi oleh permukaan bawah cylinder head,
permukaan atas
cylinder block dan permukaan atas piston, saat piston berada di
titik mati atas ( TMA )
Ada bermacam - macam tipe ruang bakar sesuai dengan bentuk ruang bakar, letak valve intake,
exhaust dan busi
dengan tujuan agar diperoleh thermal efficiency yang maksimal.
Umumnya, klasifikasi berikut ini disesuaikan dengan letak intake valve dan exhaust valve.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN
DASAR
I - 9 - 21
PENGETAHUAN
DASAR
I - 10 - 21
3. F - head type.
Intake dan exhaust valve masing - maing dipasang pada silinder head dan pada sisi silinder block.
Tipe ini adalah
gabungan ( perpaduan ) dari tipe over head valve dan tipe side valve. Bentuk
ruang bakar agak mirip dengan tipe
side valve. Bagimanapun juga, mekanisme gerakan
valve lebih komplek dibanding dengan tipe side valve. Sehingga
tipe ini jarang digunakan.
4. T - head type.
Intake dan exhaust valve masing - masing dipasang secara terpisah di sisi dari silinder block. Tipe ini
memudahkan
udara masuk dan keluar. Sebaliknya, diperlukan waktu yang lebih lama untuk
meratakan pembakaran dan
pendinginan permukaan juga lebih besar sehingga efisiensi panas
( thermal efficiency ) lebih buruk. Karena itu,
ruang bakar tipe ini sangat jarang digunakan.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN
DASAR
I - 11 - 21
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN
DASAR
I - 12 - 21
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN
DASAR
I - 13 - 21
PENGETAHUAN
DASAR
I - 14 - 21
Keuntungan :
1. Jenis bahan bakar yang dapat digunakan lebih luas, dikarenakan turbulensi sangat baik untuk
mengabutkan
bahan bakar.
2. Perawatan pada pompa injeksi lebih gampang karena tekanan penyemprotan lebih rendah dan
tidak terlalu
peka terhadap perubahan saat injeksi.
3. Detonasi berkurang dan bekerjanya mesin lebih baik sebab menggunakan throttle nozzle
(Nozzle yg
menggunakn 1 lubng).
Kerugian :
1. Biaya pembuatan lebih mahal sebab perencanaan silinder head lebih rumit.
2. Membutuhkan motor starter yang besar. Kemampuan start lebih buruk, karena itu harus
menggunakan alat
pemanas.
3. Pemakaian bahan bakar boros.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN
DASAR
I - 15 - 21
Seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah, ruang bakar model pusar ( swirl chamber )
berbentuk bundar.
Piston memempatkan udara, sehingga udara tersebut masuk ke
dalam ruang bakar pusar dan membuat aliran turbulensi. Bahan bakar diinjeksikan ke dalam udara
turbulensi dan terbakar didalam ruang bakar pusar. Tetapi sebagian bahan bakar yang belum terbakar
masuk ke dalam ruang bakar utama melaluii saluran untuk selanjutnya terbakar seluruhnya bakar
utama.
Keuntungan :
1. Dapat menghasilkan putaran tinggi karena turbulensinya yang sangat baik pada saat kompresi.
2. Gangguan pada nozzle berkurang karena menggunakan nozzle tipe pin.
3. Putaran mesin lebih tinggi dan operasinya lambat, menyebabkan jenis ini cocok untuk automobil.
Kerugian :
1. Konstruksi silinder head rumit.
2. Efisiensi panas dan pemakaian bahan bakar lebih boros dibandingkan dengan tipe ruang bakar
langsung.
3. Detonasi lebih besar pada kecepatan rendah.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN
I - 16 - 21
DASAR
E. FIRING ORDER, TABLE SQUENCE DAN VALVE TIMING PADA MOTOR DIESEL.
1. Firing Order.
Firing Order adalah urutan pembakaran yang terjadi pada engine yang mempunyai jumlah cylinder
lebih dari 1.
Contoh :
Engine dengan 4 silinder, mempunyai firing order ( F.O ) = 1 - 2 - 4 - 3, maka proses pembakaran
dimulai dari
silinder No.1, dilanjutkan silinder No.2, No.4 dan No.3.
Tujuannya adalah untuk meratakan hasil power, agar gaya yang ditimbulkan oleh piston seimbang
( balance ). Baik
pada saat kompresi, maupun pembakaran, tidak menimbulkan
puntiran pada getaran yang tinggi.
Pada 4 langkah motor diesel dengan 1 silinder, piston bergerak 4 kali, menghasilkan satu kali
pembakaran. Atau
dua kali
putaran crank shaft, menghasilkan 1 kali pembakaran.
2. Table Squence.
Adalah suatu table yag menyatakan urutan langkah dan urutan pembakaran yang terjadi pada
engine, baik engine
dengan satu silinder atau lebih.
a. Table squence untuk 1 silinder.
Beda langkah dari TDC ke BDC = 180.
Posisi piston
TDC
BDC
Langkah piston
Put.Crankshaft
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
Intake
0
TDC
Compresi
180
BDC
Power
360
TDC
Exhaust
540
720
PENGETAHUAN
I - 17 - 21
DASAR
= 180O
4
TDC
TDC
BDC
TDC
Cy1.1
Power
Exhaust
Intake
Compresi
Cy1.2
Compresi
Power
Exhaust
Intake
Cy1.3
Exhaust
Intake
Compresi
Power
Cy1.4
Intake
Compresi
Power
Exhaust
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
BDC
180
360
540
720
PENGETAHUAN
I - 18 - 21
DASAR
= 1200
6
90
0
Cy1.1.
Power
Cy1.2.
hausts
Cy1.3.
ke
Cy1.4.
wer
Cy1.5.
Compression
Exhaust
630
540
Intake
720
Compression
Compression
Power
Ex -
Power
Exhaust
Inta -
Intake
Compression
Po -
Exhaust
Power
Compression
180
450
360
Exhaust
Intake
0
270
Intake
pression
Cy1.6.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
180
360
Intake
Power
Com
Exhaust
540
720
PENGETAHUAN
DASAR
3. Valve Timing.
Adalah saat membuka dan menutup valve intake dan valve exhaust.
Misalkan engine 6 D 125 series
Dengan data - data :
FO = 1 - 5 - 3 - 6 - 2 - 4.
Valve intake membuka
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
I - 19 - 21
PENGETAHUAN
DASAR
Dari data tersebut, dapat diketahui panjang langkah dari engine 6 D 125 series.
Intake stroke
= 20 + 180 + 30 = 230.
Compression stroke
= 180 - 30 = 150.
Power stroke
= 180 - 45 = 135.
Exhaust stroke
= 45 + 180 + 15 = 240.
Total stroke
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
I - 20 - 22
PENGETAHUAN
DASAR
I - 21 - 22
Fungsi over lapping adalah untuk mengadakan pembilasan gas bekas di dalam silinder. Hal ini terjadi pada saat exhaust valve
belum tertutup dan intake valve sudah terbuka.
Untuk pembuatan Table Squence yang sebenarnya, dalam perhitungan sesuai dengan data diatas
Akhir power
= 0 + 135 = 135.
Akhir exhaust
Awal intake
= 375 - 35 = 340.
Akhir intake
Akhir compression
Untuk silinder 2 dan seterusnya, dihitung dengan cara yang sama setelah perhitungan tersebut dibuat, dapat dibuat table
sebagai berikut :
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN
I - 22 - 22
DASAR
1st day
Kesimpulan :
Dilihat dari putaran crank shaft, maka terjadi over lapping power, yaitu power silinder 1 belum berakhir sudah disusul
dengan power
silinder 5 dan seterusnya.
Table squence dapt digunakan untuk membuat table adjusment valve dengan 2 kali putaran crank shaft.
No. Cy1
Posisi piston
No.1. TDC Comp.
No.6. TDC Comp.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
Cy1.1
Cy1.2
Cy1.3
Cy1.4
Cy1.5
Cy1.6
Ex
In
Ex
In
Ex
In
Ex
In
Ex
In
Ex
In
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
BAB II
II - 1 - 30
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
II - 2 - 30
Pre combustion type di dalam cylinder head dibutuhkan tempat yang bebas untuk menempatkan pre
combustion
chamber dengan demikian strukturnya lebih komplek dan
membutuhkan perencanaan yang khusus untuk
pendinginan dari cylinder head.
Pre combustion chamber diklasifikasin dalam dua type :
Pre combustion chamber yang langsung disatukan di dalam cylinder head ( seperti 95 series
dan lainnya ).
Pre combustion yang terpisah kemudian
dipasangkan ke dalam cylinder head ( seperti 130 series dan
lainnya ).
lihat gambar struktur dari cylinder head direction injection dan cylinder head precombustion
chamber
dibawah ini :
Built-in type
United type.
1. Nozzle holder.
2. Nozzle
3. Glow plug
4. Pre combustion body
5. Cylinder head
6. Pre combustion chamber
insert
A. Pre combustion chamber
B. Main combustion chamber
C. Water jacket
II - 3 - 30
b. Two valve type cylinder head dan four valve type cylinder head.
Two valve cylinder head, hanya mempunyai satu intake valve dan satu exhaust valve. Untuk four
valve type
cylinder head mempunyai dua intake valve dan dua exhaust valve.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
1. Cylinder head
2. Intake valve
3. Exhaust valve.
4. Valve seat
5. Valve guide
6. Valve spring.
7. Nozzle holder and
nozzle
8. Rocker arm shaft.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
II - 4 - 30
9.
10.
injection
11.
12.
13.
14.
15.
Rocker arm.
Pre combustion chamber.
Glow plug.
Push rod.
Crosshead
Injector.
Injector spring
II - 5 - 30
ITEM
COMBUTION SISTEM
KLASIFIKASI
ENGINE SERIES
DIRECT
INJECTION
92 SERIES
VALVE SISTEM
TWO
PRE
COMBUSTION VALVE
FOUR
VALVE
CONSTRUCTION
SOLID SECTIONAL
94 SERIES
95 SERIES
105 SERIES
120 SERIES
125 SERIES
O
O
135 SERIES
O
O
O
O
O
O
155 - A SERIES
170 SERIES
CUMMINS
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
INJECTOR
II - 6 - 30
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
II - 7 - 30
II - 8 - 30
Valve Seat
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
II - 9 - 30
II - 10 - 30
Gambar tersebut sebagai gambaran valve spring yang bergetar. Spring coil akan berosilasi kearah
axial dari
gulungan spring. Puncak osilasi yang terbesar
terdapat di bagian tengah spring
tetapi jarak coil bisa hampir tidak
berubah pada kedua ujung spring kemudian bila terjadi
stress yang besar pada spring, jarak coil akan berubah
karena disebabkan getaran pada spring coil .
Mechanic Development.
gasket.
PT
Pamapersada Nusantara
II - 11 - 30
Seluruh rocker arm terpasang dirocker arm shaft diatas cylinder head dan kemudian dihubungkan dengan push rod serta
dihubungkan juga dengan valve intake dan exhaust. Pergerakan vertikal dari push rod yang mengikuti gerak putar cam shaft,
ditransfer melalui rocker
arm ke valve stem dengan arah yang berlawanan.
Penyetelan valve clearance dilakukan dengan mengendorkan lock nut dan memasukkan feeler gauge yang tebalnya
sesuai ukuran
standard antara rocker arm dan valve stem dan putar screw bolt untuk menyesuaikan
kerenggangan.
Untuk penyetelan yang model empat valve, stel kerenggangan antara rocker arm dengan cross head.
Untuk mendapatkan hasil penyetelan kerenggangan valve yang terbaik dilakukan pada saat engine panas/hangat.
Tappet
Cam follower
1. Valve.
Movement of rod.
2. Valve spring.
Movement of valve.
3. Rocker arm shaft.
Valve clearance.
4. Rocker arm bushing.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
5.
Adjustment screw.
9. Cross head.
A.
6. Locknut.
10.
Adjusting screw.
B.
7. Rocker arm.
11.
Locknut.
C.
8. Push rod.
12.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
II - 12 - 30
II - 13 - 30
Saluran oil pelumas dan saluran air pendingin juga dilengkapi di dalam cylinder block.
Cylinder liner terpasang di dalam lubang cylinder block sebagai penuntun pergerakan piston. Hampir seluruh cylinder
liner dikelilingi air
pendingin.
Cylinder liner diklasifikasikan dalam dua type :
1. Wet type ( langsung didinginkan dengan air ).
2. Dry type ( tidak langsung didinginkan dengan air ).
Wet type liner, efesiensi pendinginan lebih tinggi
dibanding
dengan dry type liner. Dan wet type lebih
banyak
dipakai
pada diesel engine.
1.
2.
Cylinder block.
Cylinder
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Piston.
Connecting rod.
Crankshaft
Fuel pump gear.
Idle gear.
Crank gear.
Cam gear.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
liner.
II - 14 - 30
1. Cylinder Liner.
Struktur dan Fungsi dari Cylinder Liner.
Cylinder liner sebagai komponen dari combustion chamber dan sering berhubungan dengan
tekanan tinggi.
Juga sering mengalami beban gesek yang tinggi disebabkan gerak naik turun
piston.
Ket
2.
3.
4.
5.
6.
ID cylinder liner
OD cylinder liner counter bore bottom
OD cylinder liner counter bore part
OD cylinder liner O-ring parts
Flange thickness
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
II - 15 - 30
Seal Ring.
Liner seal rings for Komatsu engines.
1. Clevis seal.
2. O-ring ( Nit rile rubber ).
3. O-ring ( Silicon rubber ).
II - 16 - 30
1. Crankshaft pulley.
2. Crank gear.
3. Crank shaft
4. Fly wheel
II - 17 - 30
3. Thrust Bearing.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
II - 18 - 30
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Cylinder block.
Housing ( Flywheel housing )
Seal ( Rear seal ).
Wear ring.
Main bearing.
Crankshaft.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE
FRONT SEAL
REAR SEAL
92 series
94 series
105 series
--
--
120 series
--
--
130 series
--
--
155-4 series
Cummins engine
O--
-O
II - 19 - 30
II - 20 - 30
5. Balance Crankshaft.
Crankshaft adalah mengubah gerak naik turun menjadi gerak putar (resiprocating), sehingga mengalami gaya
sentrifugal
yang besar pada crank pin, karena titik senter crank pin tidak sama dengan titik senter crankshaft.
Selain itu
crank pin sering mengalami tekanan pembakaran dari piston.
Untuk mengatasi gaya sentrifugal, crankshaft dilengkapi counter weight untuk menimbulkan gaya eksentrik
pada crankshaft, sehingga dapat menghilangkan gaya sentrifugal yang terjadi pada crank pin. Selain itu
counter weight juga membantu melancarkan mengubah gerak naik turun menjadi gerak putar dan efektivitas
crankshaft menjadi bertambah.
1.
2.
3.
4.
C = Shaft
P = Crank Pin.
F = Combustion Pressure.
W = Counter weight.
II - 21 - 30
B. Viscous damper.
4. Damper case
5. Inertia ring
6. Silicon oil
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
II - 22 - 30
1. Camshaft.
2. Cam gear.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
cam
shaftnya
bakar.
dilengkapi
dengan
injector
cam
untuk
mengontrol
II - 23 - 30
a. Valve Timing.
II - 24 - 30
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
II - 25 - 30
( Cummins engines ).
1. Camshaft.
Rocker lever.
2. Tappet.
3. Push rod.
7. Valve spring.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
4.
5. Valve spring.
6.
Rocker
arm.
1. Camshaft.
5.
2. Cam Follower.
Valve.
6. Cross head.
3. Cam Follower housing
4.
8. Valve.
Push rod
II - 26 - 30
Timing Gear:
timing gear :
Cam gear ..
x putaran engine.
Injection pump
x putaran engine.
Balancer shaft .
2 x putaran engine.
Jumlah gigi penggerak lain tergantung kebutuhan.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
II - 27 - 30
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Piston.
Top ring.
Ring piston
Second ring.
Oil ring.
Piston pin.
Snap ring.
Connecting rod bushing.
Connecting rod.
Connecting rod bolt
Connecting rod bearing.
Crankshaft.
Connecting rod cap.
II - 28 - 30
Ring Piston.
Fungsi.
Fungsi dari piston ring adalah menahan tekanan gas kompresi di dalam cylinder, menjaga
ketebalan oil film pada
dinding cylinder dan mentransfer panas dari piston
ke cylinder liner.
Ring bagian atas disebut ring kompresi yang bekerja mencegah kebocoran gas kompresi. Dan ring
bagian bawah
disebut ring oil yang bekerja menjaga oil film.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
II - 29 - 30
Flywheel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Rear support.
Flywheel housing.
Flywheel.
Flywheel mounting bolt.
Rear seal
Starting motor pinion gear
Ring gear
1.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
II - 30 - 30
E N G I N E
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
S Y S T E M
BAB III
E N G I N E
S Y S T E M
III - 1 - 37
A. LUBRICATION SYSTEM.
Fungsi sistem pelumasan pada saat engine hidup adalah mengurangi terjadinya gesekan dan
mencegah berkaratnya
bagian bagian engine yang bergerak tranlasi maupun rotasi
1. Oil Strainer.
2. Oil Pump.
3. Oil cooler.
4. Oil filter.
5. Main relief valve.membatasi tekanan yg berlebihn
6. Thermostat S(A)6D125-1. mulai membuka 1100c
7. Regulator valve.menjaga tekanan spy tetap stabil
8. By pass valve
9. Crank shaft
10. Cam shaft
11. Piston
12. Piston cooling nozzle ( SA6D125 Series )
13. Rocker arm
14. Intake & exhaust valve
15. FIP
16. Turbo charger ( SA6D125 Series )
17. Timing gear
18. Adapter
W. Cooling water
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
E N G I N E
S Y S T E M
III - 2 - 37
1. Scavenging Oil.
1. Oil pump.
2. Oil
strainer.
3. Scavenging pump.
A. To various engine parts
Oil sump
(oil pan)
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
E N G I N E
S Y S T E M
III - 3 - 37
Oil
pan.
Oil
pump.
Oil filter.
By pass filter.
* Kombinasi bypass type : Mengembalikan sebagian oil yang dikirim dari oil pump ke oil pan.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
E N G I N E
S Y S T E M
3. Katup Pengatur.
Fungsi
:
~
Plug.
Valve
spring.
Regulator valve.
Filter bracket.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
A. From
filter.
B. To
main
gallery.
C. To oil pan.
III - 4 - 37
E N G I N E
S Y S T E M
III - 5 - 37
1.
2.
3.
Bracket.
Safety valve / By pass valve
Element / Cartridge
A.
B.
Oil inlet
Oil outlet
Fungsinya untuk menyaring oil untuk memisahkan adanya kotoran yang ikut mengalir bersama oil.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
E N G I N E
S Y S T E M
III - 6 - 37
5. Oil Cooler.
Oil inlet.
Oil
outlet.
Cooling water inlet.
Cooling water outlet.
E N G I N E
6. Oli Pelumas.
Fungsi oli :
~ Membentuk lapisan minyak ( film ).
~ Pendingin ( cooling ).
~ Penyekat ( sealing ).
~ Pembersih ( cleaning ).
~ Anti karat ( Anti rust ).
2nd day
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
S Y S T E M
III - 7 - 37
E N G I N E
S Y S T E M
III - 8 - 37
B. FUEL SYSTEM.
Sistem penyaluran bahan bakar setiap engine pada dasarnya sama, tapi dengan kebutuhan dan
fungsi yang
berbeda, sehingga terdapat dua macam cara untuk menyalurkan bahan bakar.
1. Cummins Fuel System.
Fuel tank.
Sebagai tempat penyimpanan bahan
bakar.
Float tank.
a. Tempat penampungan bahan bakar
dari
fuel tank maupun pengembalian
fuel
dari injector.
b. Mencegah over fuelling pada saat
engine mati
c. Mengendapkan kotoran atau air
yang
terkandung di dalam bahan
bakar
tersebut.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
E N G I N E
III - 9 - 37
S Y S T E M
Fuel filter.
Untuk
menyaring
kotoran
yang terkandung di dalam bahan
bakar.
PT pump.
PT pump adalah mensuplai
fuel
ke
injector
dan
menentukan quantity fuel yang
disuplay.
Karena
adanya
hambatan
yang konstan,
maka
perubahan
quantity
supplay
(debit)
akan
menyebabkan
tekanan
bervariasi.
Injector.
Berfungsi
untuk
menyemprotkan
dan
mengabutkan bahan bakar ke
dalam
cylinder,
serta
menentukan
timing
penyemprotannya.
Bahan
bakar yang disuplai dari PT
Pump dengan tekanan yang
bervariasi akan masuk ke
dalam cup melalui Metering
Orifice
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
Gbr. III
injector.
9.
Flange
type
E N G I N E
III - 10 37
S Y S T E M
Keterangan :
~ Start up stroke : Pada
langkah ini metering
orifice
masih tertutup,
tapi
plunger
mulai
bergerak
naik.
~
Metering
orifice
:
Plunger
terus
naik,
metering orifice
mulai
terbuka,
bahan
bakar
mulai mengalir
dan mengisi injector.
~
Injection
plunger : Plunger
metering orifice tertutup
sehingga bahan bakar
yang terdapat pada cup
injector terjebak, plunger
turun
menekan bahan
bakar,
sehingga bahan
bakar
menyemprot ke
ruang
bakar.
~ Injection complete :
Ujung
plunger pada cup
injector, sampai langkah
selanjutnya mulai lagi.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
Gbr. III
injector.
10.
Pergerakkan
E N G I N E
S Y S T E M
Pada langkah intake, roller pada cam follower berputar dan turun
mengikuti kurva pada cam shaft menyebabkan push rod turun dan
plunger naik. Pada 44 sesudah titik mati atas ( ATDC ), metering
orifice terbuka dan bahan bakar masuk ke dalam cup.
Selama proses transisi dari langkah intake ke kompresi, roller dan
follower berada pada posisi terbawah dan plunger berada pada posisi
paling atas.
Pada 62 sebelum titik mati atas ( BTDC ) langkah kompresi, roller
mulai bergerak naik dan plunger mulai bergerak turun.
Pada 28 BTDC, metering orifice tertutup.
Plunger mulai menekan dan menyemprotkan bahan akar yang
terjebak di dalam cup injector pada 22,5 BTDC langkah kompresi dan
berakhir pada 18 ATDC langkah power. Pada saat ini roller berada
pada posisi paling atas dan plunger berada paling bawah.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
III - 11 37
E N G I N E
S Y S T E M
III - 12 37
tank.
2. Strainer.
3. Fuel
filter.
aliran
feed
bahan
E N G I N E
S Y S T E M
III - 13 37
Outer chamber
Inner chamber
Ke fuel
filter
Dari fuel
tank
Suction check valve
E N G I N E
S Y S T E M
III - 14 37
~ Posisi Discharging.
Idling.
Piston bergerak kembali pada posisi semula akibat kekuatan spring. Akibatnya bahan bakar yang
berada pada outer
chamber ditekan keluar dan masuk ke dalam discharge line.
Bila tekanan yang dibangkitkan oleh bahan bakar pada
discharge line masih lebih rendah dari
kekutan spring, maka proses kerja akan kembali lagi ke proses kerja 1, demikian seterusnya.
~ Posisi Idling (fuel pressure 1,2 2,6).
Apabila tekanan yang dibangkitkan pad bagian pengeluaran (discharge line) tinggi, maka tekanan ini
akan menahan gerakan piston sehingga Floating . Apabila tekanan pada discharge line menurun,
maka kekutan spring
akan mendorong piston sehingga piston bisa mengikuti
gerakan dari push rod.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
E N G I N E
III - 15 37
S Y S T E M
Feed Pump.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
Camshaft.
Oil seal.
Piston (main ).
Priming pump.
Spring ( priming ).
Piston ( Priming ).
Check valve ( Outer side ).
8. Gauge filter.
9. Plug.
10.Spring ( main ).
11.Check valve ( inlet side ).
A. Inlet port.
B. Outlet port.
E N G I N E
S Y S T E M
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
III - 16 37
E N G I N E
S Y S T E M
III - 17 37
Bagian atas plunger terdapat alur ( groove ), yang berfungsi utuk mengatur banyak sedikitnya bahan bakar yang akan
disemprotkan (injection ) dengan jalan plunger tersebut diputar pada posisi tertentu. Plunger ini berputar karena control rack
ditarik.
Prinsip kerjanya :
Plunger naik karena dorongan poros kam, sedangkan turunnya karena dorongan spring. Langkah plunger keseluruhan
disebut dengan Constant Stroke.
Ketika plunger bergerak naik, pada saat mana lubang ( port ) yang terletak pada plunger barrel mulai tertutup, maka saat
itu disebut
dengan mulai injeksi ( start of injection ). Dimana bahan bakar pada nozzle siap menyemprot. Apabila plunger
bergerak terus, maka bahan
bakar pada nozzle akan meyemprot.
Semprotan bahan bakar pada nosel akan berhenti ketika posisi alur pada plunger mulai bertemu dengan lubang pada
plunger barrel.
Langkah penyemprotan disebut effective stroke, langkah tersebut dimulai dari posisi start of injection
sampai alur ketemu dengan lubang
masuk pada barrel. Posisi langkah effective (effective stoke ),
berubah - ubah tergantung dari beban dan pengaturan operator secara
manual.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
E N G I N E
S Y S T E M
III - 18 37
Ketika langkah efektif berakhir akan tetapi plunger masih tetap bergerak ke atas, namun bahan bakar
tidak diinjeksikan lagi, setelah berakhir langkahnya plunger bergerak turun karena mendapat dorongan
dari spring, sehingga akhir langkah pada posisi titik mati bawah ( TMB )
Kemudian plunger bergerak naik kembali karena dorongan poros kam. Langkah dari titik mati bawah
( TMB ) sampai pada saat start injeksi ( start of injection ) disebut pre - stroke, langkah ini bertujuan
untuk mengisi bahan bakar ke dalam plunger barrel.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
E N G I N E
S Y S T E M
III - 19 37
~ Delivery valve.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
E N G I N E
S Y S T E M
Tension lever.
Start spring.
Floating lever.
Guide lever.
Idling sub spring.
Shifter.
Sleeve.
Angleich spring.
9. Flyweight.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
14-12-13-1-6&7-3-11
III - 20 37
E N G I N E
III - 21 37
S Y S T E M
1.
2.
3.
4.
5.
Inlet connector.
Nozzle holder.
Nozzle spring.
Nozzle.
Needle valve.
shim
E N G I N E
S Y S T E M
III - 22 37
C. COOLING SYSTEM.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Corrosion resistor.
Thermostat.
Water manifold.
Piston.
Water jacket
Oil cooler
Water pump
Fan
Radiator
A.
B.
C.
D.
E N G I N E
S Y S T E M
III - 23 37
Volume air yang didistribusikan tersebut tergantung pada tempatnya. Air yang mengalir ke radiator
didinginkan oleh udara yang dihembuskan oleh kipas.
1.
2.
3.
4.
5.
Radiator.
Thermostat.
Water pump.
Water temperature gauge.
Water manifold
( integrated with
cylinder block ).
6. Corrosion resistor.
7. Cylinder head.
8. Cylinder liner.
9. Piston
10. Cylinder block
11. Oil cooler
12. Air compressor
A.
B.
Oil lubrication
Cooling water
( water manifold to
cylinder block ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
E N G I N E
S Y S T E M
III - 24 37
2. Water Pump.
Adalah untuk mensirkulasikan air dengan tekanan ke dalam sistem pendingin. Semua pompa air yang
dipergunakan
pada engine umumnya mempergunakan jenis sentrifugal pump.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
WATER PUMP
Type
: Centrifugal gear drive.
Pump speed : Centrifugal gear drive.
A. From Thermostat.
B. To engine.
C. From radiator.
3. Thermostat.
Adalah untuk mengatur saat membuka dan menutup aliran air pendingin ke radiator, sehingga
temparetur air pada
sistem tetap pada batas - batas yang sudah ditentukan ( 70 C - 90 C ).
Dengan demikian akan mempercepat
tercapainya temperatur kerja.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
E N G I N E
S Y S T E M
III - 25 37
Function
Opening temperature
: 74.5 - 78.5 C.
Full opening temperature : 90 C.
Valve lift
: Minimum 10 mm.
Prinsip Kerja :
Jika temperatur engine naik, maka expander akan mengembang dan mendorong piston ke atas.
Karena piston tersebut dijadikan satu dengan valve pada thermostat tersebut, maka saluran yang ke
radiator yang
tadinya tertutup akan terbuka sedikit, sehingga air akan mengalir ke
pompa maupun ke radiator.
Besar kecilnya aliran air yang ke radiator maupun yang ke pmpa, tergantung dari besar kecilnya valve
terbuka. Terbukanya valve tersebut berdasarkan kenaikan temperatur dari air pendingin.
Valve mulai terbuka pada temperatur 74.5 - 78.5 C dan terbuka penuh pada 90 C.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
E N G I N E
S Y S T E M
4. Radiator.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Upper tank.
Water filler cap.
Radiator safety valve.
Tube
Fin
Lower tank
Fungsi
radiator
pendingin
air
mendinginkan air
bantuan udara luar
adalah
sebagai
engine.
Dan
tersebut dengan
III - 26 37
E N G I N E
III - 27 37
S Y S T E M
28.
Potongan
melintang
E N G I N E
S Y S T E M
III - 28 37
Vacuum valve.
Berfungsi utuk mencegah kevakuman di dalam radiator, jadi apabila tekanan di dalam lebih kecil dari
tekanan udara luar ( 1atm ) maka vacuum valve akan terbuka.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
E N G I N E
S Y S T E M
III - 29 37
5. Corrosion Resistor.
1.
2.
3.
4.
5.
Bracket.
Cartridge.
Element ( paper ).
Element ( chemicals ).
Spring
A. Water inlet
B. water outlet
3th day
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
E N G I N E
S Y S T E M
III - 30 37
Pre cleaner.
Air cleaner.
Intake valve.
Piston.
Cylinder liner.
6.
7.
8.
9.
Exhaust valve.
Muffler.
Exhaust pipe.
Dust indicator.
Udara yang masuk ke dalam silinder terjadi akibat hisapan piston dari engine itu sendiri.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
E N G I N E
S Y S T E M
III - 31 37
b. Supercharged Aspirated.
Pada sistem ini udara yang masuk ke dalam silinder dibantu oleh hembusan turbo yang digerakkan
oleh gas buang.
1. Pre cleaner.
2. Air cleaner.
3. Intake valve.
4. Piston.
5. Cylinder liner.
6. Exhaust valve.
7. Muffler.
8. Exhaust pipe.
9. Dust indicator.
10.
Turbocharger.
A. Combustion chamber.
Pakai turbucharge bisa menaikkan tenaga engine 10-20 %
Air Fuel Ratio: perbandingan udara thd bhn bkr unt memperoleh hsl pembakarn
yg sempurna
Fuel : udara = 1 : 14.5gram(12 liter udara)
Bosch Index: alat utk mengukur warna gas buang
Warna Hitam terlalu banyak fuel
Warna Putih terlalu banyak udara
Warna kebiru-biruan oil terbakar
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
E N G I N E
S Y S T E M
III - 32 37
2. Mechanical supercharger.
Pada tipe ini udara yang dimasukkan ke dalam silinder dibantu oleh hembusan blower. Blower ini digerakkan oleh roda gigi
ataupun tali kipas. Tipe macam ini banyak dipergunakan pada engine 2 ( dua ) langkah.
after cooler.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
E N G I N E
III - 33 37
S Y S T E M
2. Air Cleaner.
Berfungsi sebagai alat pembersih udara, sehingga debu dan kotoran dapat dipisahkan terlebih dahulu
sebelum
masuk ke ruang bakar. Untuk engine yang beroperasi ditempat yang berdebu, maka harus
dilengkapi dengan pre
cleaner, sehingga sebagian debu sudah tersaring lebih dahulu.
Jenis air cleaner :
A. Tipe basah.
B. Tipe kering.
Paper element.
Paper element with centrifugal type pre cleaner.
1.
2.
3.
4.
A.
Pre cleaner.
Air cleaner body.
Outer element.
Inner element.
To cylinder (
2.
3.
4.
5.
6.
7.
A.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
intake
air
).
E N G I N E
S Y S T E M
III - 34 - 37
3. Vacuator Valve.
Fungsinya adalah untuk membuang debu pada air cleaner pada saat engine mati. Vacuator valve ini
tertutup pada saat engine hidup dan terbuka pada saat engine dimatikan, sehingga debu dapat keluar
secara otomatis.
4. Dust Indicator.
Fungsinya adalah untuk mengetahui kondisi air
cleaner, apakah tersumbat atau tidak. Jika
menunjuk
tanda merah
berarti
air cleaner tersumbat. Biasanya
indicator
ini dipasang pada tempat tempat yang mudah
terlihat dari luar.
Gbr. III - 36. Dust Indicator.
5. Turbo Charger.
Turbo charger ini mempunyai dua impeller yaitu turbin dan blower. Turbin impeller diputar oleh gas
buang dengan
kecepatan yang sangat tinggi. Pada ujung poros turbin ini
dipasangkan blower impeller dengan ikatan mur,
sehingga putaran blower impeller akan sama
dengen putaran turbin impeller. Putaran dari turbo charger ini
berkisar antara 50.000 - 150.000
rpm.
Untuk menahan putaran tinggi tersebut poros turbin di support oleh journal bearing dan thrust
bearing. Pada tengah - tengah rumah turbin dilengkapi dengan saluran oli untuk pelumasan bearing bearing. Untuk pelumasan
ini dipergunakan oil engine. Dan untuk menghindari kebocoran
oli ke sisi hisap maupun sisi turbin dipasang seal
ring.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
E N G I N E
S Y S T E M
1. Blower housing.
2. Blower impeller.
3. Clamp.
4. Bearing housing.
5. Journal bearing.
6. Shield.
7. Turbine impeller.
8. Turbine housing.
9. Cylinder.
10. Insert.
11. Thrust bearing
12. Shaft
a.
b.
c.
d.
E. Exhaust inlet
F. Exhaust outlet
III - 35 - 37
E N G I N E
S Y S T E M
III - 36 - 37
6. After Cooler.
Fungsinya :
Engine yang menggunakan turbocharger, jika dilengkapi dengan after cooler tenaga engine bisa
ditingkatkan sekitar 5% sampai 10%. Media pendingin yang dipakai adalah air ( water ), yang diambil
dari air radiator.
1. Core
2. Cover
3. Housing
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
E N G I N E
7.
S Y S T E M
III - 37 - 37
M u f f l e r.
Fungsinya :
Peredam suara.
Menghilangkan percikan api.
Menurunkan temperature gas buang.
Macamnya :
1. Horizontal type.
2. Tube type.
3. Vertical type.
3. Catalytic muffler
Dari type - type di atas hanya ada 2 type yang kebanyakan digunakan yaitu horizontal Type dan
Vertical Type..
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
P E N G U K U R A N
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
BAB IV
P E N G U K U R A N
A. SISTEM SATUAN.
1.
Satuan Panjang :
1
1
1
1
2.
Mile
Yard
Ft
In
Bar
Kg/cm2
ATM
Bar
= 0,4536
= 9,81
Kg.
Newton.
=
=
=
=
1,0197
14,22
1,0130
14,7
Kg/cm2.
Lb/in2.
Bar.
Lb/in2.
Satuan Daya :
1 HP
1 HP
1 HP
5.
Km.
Ft.
In.
Cm.
Satuan Tekanan :
1
1
1
1
4.
1,609
3
12
2,54
Satuan Gaya :
1 Lb
1 Kg
3.
=
=
=
=
= 0,746
= 0,1782
= 1,0413
KW.
K.Cal.
PS.
Satuan Moment :
1 Kg m
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
= 7,233
Ft lb.
IV - 1 - 16
P E N G U K U R A N
B. PENGUKURAN.
1. Vernier caliper biasanya dipakai untuk :
a. Pengukuran diameter luar.
b. Pengukuran diameter dalam.
c. Pengukuran panjang.
Gbr. IV - 1.
Vernier Caliper
( Jangka sorong ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
IV - 2 - 16
P E N G U K U R A N
Contoh contoh pengukuran :
Catatan :
yang benar.
Tanda
Tanda
salah
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
untuk pengukuran
IV - 3 - 16
P E N G U K U R A N
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
IV - 4 - 16
P E N G U K U R A N
IV - 5 - 16
Step I : Dalam gambar vernier scale, terlihat bahwa titik nol berada antara 43 mm dengan 44 mm,
maka dibaca
pada step I = 43 mm.
Step II: Dalam gambar vernier scale, terlihat bahwa garis yang bertemu, diangka 6, jadi ditambah 0,6
mm.
Step III: Pembacaan terakhir = 43 + 0,6 = 43,6 mm.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
P E N G U K U R A N
Contoh : ( A )
(B)
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
IV - 6 - 16
P E N G U K U R A N
Contoh Latihan :
Perhatikan baik baik, dan isi pada
kolom sebelah kiri :
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
IV - 7 - 16
P E N G U K U R A N
D. MICROMETER.
Biasanya dipakai untuk pengukuran
diameter
luar dan dalam, serta hasil
pengukuran lebih
teliti dari vernier
caliper.
OUTSIDER MICROMETER.
Contoh pengukuran :
Catatan :
yang
yang
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
untuk pengukuran
IV - 8 - 16
P E N G U K U R A N
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
IV - 9 - 16
P E N G U K U R A N
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
IV - 10 - 16
IV - 11 - 16
P E N G U K U R A N
Step I :
Dalam gambar micrometer scale, terbaca pada thimble garis terbesar di angka 56 mm.
Step II :
Step III :
Step IV :
Pada thimble scale terlihat tepat pada garis, jadi pembacaan tepat = 0 mm.
Jadi total pembacaan = 56 + 0,5 + 0,47 = 56,970
Contoh latihan :
Standard micrometer
( 0,01 mm discrimination )
Sleeve reading
Thimble reading
Total reading
Sleeve reading
Thimble reading
Total reading
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
+
7.370 mm
+
7.870 mm
IV - 12 - 16
P E N G U K U R A N
Micrometers with a 0.001 mm discrimination.
Sleeve reading
Thimble reading
Vernier reading
Total reading
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
6
0.21
0.003
6.213 mm
P E N G U K U R A N
E. DIAL INDICATOR.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
IV - 13 - 16
P E N G U K U R A N
Contoh pengukuran :
Catatan :
yang benar.
Tanda
Tanda
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
untuk pengukuran
IV - 14 - 16
P E N G U K U R A N
F. BORE GAUGE.
Biasanya
dipakai
untuk
pengukuran diameter dalam.
Cara Pemakaian :
Step I :
Ukur micrometer pada posisi yang
diinginkan, misalkan kita setting
pada 73,00 mm
Step II:
Ukur bore gauge pada micrometer
yang
telah diset, yang sebelumnya
Anvil sudah disediakan ukurannya
dan
diset pada Dial Gauge pada
posisi nol.
Step III
IV - 15 - 16
P E N G U K U R A N
G. TORQUE WRENCH.
Untuk pengukuran ketegangan baut dan mur.
Macam macamnya antara lain :
H. FEELER GAUGE.
Digunakan untuk mengukur celah (clearance).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
IV - 16 - 16
TROUBLE
SHOOTING
V-1-3
TROUBLE
SHOOTING
V-2-3
Selanjutnya trouble shooting tools atau inspeksi langsung, digunakan untuk memeriksa penyebab yang paling mungkin untuk
membuat keputusan akhir.
Lihat gambar.
Penjelasan :
Question.
A + B berhubungan dengan hal hal, dimana jawabannya dapat diperoleh dari sipemakai.
Item di B dapat diperoleh dari sipemakai dan tergantuing pada tingkat sipemakai.
Check item.
~ Mekanik melakukan simple inspection untuk mempertegas penyebabnya.
~ Item dibawah C berhubungan dengan maksud ini
~ Mekanik mempertegas lagi penyebab kerusakan dari informasi pada A yang didapatkan dari sipemakai dan
hasilnya pada C
didapat dari inspeksinya sendiri.
Trouble shooting.
Trouble shooting dilakukan dalam urutan kemungkinan, dimulai dengan penyebab yang telah diberi tanda sebagai
kemungkinan yang
paling memungkinkan dari informasi yang diperoleh.
Cara pembacaannya adalah sebagai berikut :
Item itme yag sudah ditulisakan pada Question dan Check Item yang mempunyai hubungan dengan item
item penyebab
(cause) ditandai dengan dan semua penyebab yang kemungkinannya besar
ditandai dengan O.
Periksalah setiap hal pada question dan check item kemudian ditandai dengan O atau untuk item item dimanan
problem muncul di
kolom vertikal ( cause = penyebab ).
Mulailah trouble shooting untuk item item tersebut agar keputusan akhir bisa didapatkan.
~ Point point yang paling tinggi adalah penyebab yang paling mungkin dengan demikian :
1. Untuk ( confirm recent repair history ) pada bahagian ( question ), tanyakan pada sipemakai dan tandailah
pada kolom cause,
untuk digunakan sebagai referensi untuk mengalokasikan penyebab kerusakan. Oleh sebab itu, Jangan gunakan ini ketika
membuat kaikulasi untuk mempersempit masalah.
2. Gunakan pada kolom CAUSE sebagai referensi untuk ( Degree of use Operated For Long Periode ) pada kolom
question
sebagai referensi. Jangan gunakan kolom ini, ketika sedang membuat kalkulasi
penyempitan masalah, tapi bisa juga dipakai
kalau diperlukan untuk
menentukan urutan trouble shooting.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
TROUBLE
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SHOOTING
V-3-3
L A M P I R A N
VI - 1 - 7
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
TROUBLE
SHOOTING
VI - 2 - 7
Timing fixture
Torque meter
Cam follower gasket
Socket 14 mm.
Langkah kerja :
~ Pasang gasket pada cam follower housing. Standard pemasangan gasket pertama = 1,9050
mm.
~ Pasang cam follower assy tersebut, pada silinder block dan cap screwnya ditorque dengan
urutan :
Step I
Step II
:
:
15 20 Ft lb / 20 27 Nm.
30 35 Ft lb / 41 47 Nm
Untuk pengencangan cap screw pada cam follower housing ialah sebagai berikut :
1
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
TROUBLE
VI - 3 - 7
SHOOTING
Pasang Push Rod ( intake, exhaust dan injector ) pada push rod insert di cam follower.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Cam follower
Cam shaft
Push rod
Cylinder block
Gasket / Shim
Cam follower housing
TROUBLE
VI - 4 - 7
SHOOTING
Putar crank shaft ke kanan, hingga mendapatkan posisi yang bersangkutan di Top Dead Center ( TDC ), pada langkah
compressi pada posisi TDC ini dial gauge diset 0 ( nol ) dengan diberi clearance 0,25 mm ( untuk safety alat ).
Putaran crank shaft ke kanan, hingga mendapatkan posisi piston 90 After Top Dead Center ( 90 ATDC ), terbaca pada
timing fixture pada posisi ini dial gauge untuk injector push rod di set 0 ( nol ), dengan diberi clearance 0,25 mm ( untuk
safety alat ).
Putar crank shaft ke kiri, hingga 45 Before Top Dead Center ( 45 BTDC ),
Putar crank shaft ke kanan, hingga mendapat posisi 19 BTDC ), terbaca pada timing fixture.
Pada langkah ini, baca dial gauge untuk injector push rod, ada 3 kemungkinan, yaitu bila jarum pada dial gauge
menunjukkan angka :
1. (0,749) berarti penyemprotan fuel tepat.
2. (0,699) berarti penyemprotan fuel terlalu awal.
3. (0,800) berarti penyemprotan fuel terlalu lambat.
Penyetelan tak selamanya pada posisi 19 BTDC tetapi dapat juga dilakkan pada posisi 12 BTDC dan 5 BTDC.
Ketepatan penyetelan
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Sudut
Cranshaft
Pergerakkan
Piston ( mm )
19 BTDC
12 BTDC
5 BTDC
- 5,161
- 2,073
- 0,363
- 0,699
- 0,330
- 0,051
- 0,800
- 0,419
- 0,127
Kesimpulan :
Penyemprotan fuel terlalu awal, berarti gasket pada cam follower terlalu tebal.
Penyemprotan fuel terlambat, berarti gasket pada cam follower terlalu tipis.
Jadi apabila melakukan injector timing, ternyata penyemprotan fuel belum tepat, maka gasket pada cam follower
housing harus
divariasi / dirubah sehingga didapat penyemprotan fuel yang tepat pada saatnya, dan
bukan mengencangkan / mengendorkan baut
pada follower housing.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
TROUBLE
SHOOTING
VI - 5 - 7
3. Penyetelan injector.
Pasang injector pada silinder head ( connecting pipes dipasang ), dengan ketentuan :
Securing bolt torque = 12 14 Ft lb
Connecting pipe torque = 20 25 Ft lb
Langkah langkah penyetelan kita lakukan sebagai berikut :
Posisikan VS Mark pada pointer, dengan cara memutar crankshaft ( posisi
Vs = 90 ATDC
power stroke ).
Kendorkan lock nut pada rocker arm.
Putar adjusting screw rocker arm injector hingga terasa plunger menyentuh injector Cap.
Tambah putaran tersebut sebesar 15 dengan tujuan menghilangkan sisa sisa fuel.
Balikkan putaran adjusting screw ( dikendorkan ) sejauh 360.
Adjusting screw ditorque sebesar 0,55 Kgm, untuk keadaan dingin (temperatur oil 21 C) dan 0,69
Kgm, untuk
keadaan panas (temperatur oil 60 C).
Kencangkan Lock nut dengan special tool (pakai adaptor sebesar 9,7 11,1 Kgm atau 71 81 Ft
lb.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
TROUBLE
SHOOTING
VI - 6 - 7
0,41 mm
0,39 mm
Exhaust valve
0,74 mm
0,69 mm
Atur adjusting screw hingga saat thicness gauge digerakkan tidak longgar dan tidak keras.
Adjusting screw ditahan, lock nut ditorque sebesar :
Dengan adaptor 60 70 Ft lb
Tanpa adaptor 70 80 Ft lb
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
TROUBLE
SISTEM PELUMASAN 12 V 140
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Oil pan
Oil strainer
Oil pump
Main relief valve
Oil cooler
Regulator valve
Oil cooler by
pass valve
8. Oil filter
9. Oil filter safety valve
10. Main gallery
11. Crank shaft
12. Cam shaft
13. Rocker arm
14. Cam follower
15. Intake dan exhaust valve
16. Piston
17. Piston cooling nozzle
18. Timing gear
19. Turbo charger
20. FIP without governor
21. FIP with governor
W. cooling water
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SHOOTING
VI - 7 - 7