Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

REKAYASA ENERGI PANAS BUMI


UPAYA PENCEGAHAN KOROSI PADA GEOTHERMAL PLANT

Oleh:
Aditya Muhtadi

(33979)

Rendra Wahyudityo

(33949)

Usludin Ghoni

(34222)

Arief Jafar

(34272)

PROGRAM STUDI FISIKA TEKNIK


JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011

UPAYA PENCEGAHAN KOROSI PADA GEOTHERMAL PLANT


Aditya Muhtadi, Rendra Wahyudityo, Usludin Ghoni, Arief Jafar
Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Abstrak
Geothermal merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang sangat menjanjikan.
Penggunaan panas bumi sebagai sumber tenaga listrik memiliki banyak keuntungan di sektor
ekonomi dan lingkungan bila dibandingkan sumber daya alam lainnya. Namun demikian, di
dalam lapangan selalu ada permasalahan teknis, seperti timbulnya korosi pada material
geothermal plant yang dapat menyebabkan menurunnya kinerja dari sistem geothermal plant.
Maka dari itu, berbagai upaya pencegahan korosi perlu dilakukan demi menjaga kinerja dari
sistem geothermal plant

I. APA ITU GEOTHERMAL?


Geothermal atau yang juga dikenal energi panas bumi adalah energi panas yang
tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung di dalamnya.
Panas bumi dalam bentuk uap air adalah sumber energi terbarukan yang dapat digunakan
menggerakkan pembangkit listrik. Gas panas bumi diperoleh dengan cara pengeboran pada
daerah yang mempunyai potensi geothermal. Uap yang keluar dimanfaatkan untuk
memanaskan ketel uap (boiler) dan pada akhirnya dapat menggerakkan turbin yang
tersambung ke generator.
Sebagai salah satu sumber energi terbarukan, energi panas bumi dapat menjadi
alternatif terbaik untuk mengatasi krisis energi. Penggunaan panas bumi sebagai sumber
tenaga listrik memiliki banyak keuntungan di sektor ekonomi dan lingkungan bila
dibandingkan sumber daya alam lainnya seperti batu bara, minyak bumi, air dan sebagainya.
Sifat panas bumi sebagai sumber energi terbarukan menjamin kehandalan operasional
pembangkit karena fluida panas bumi sebagai sumber tenaga yang digunakan sebagai
penggeraknya akan selalu tersedia dan tidak akan mengalami penurunan jumlah. Pada sektor
lingkungan, berdirinya pembangkit listrik panas bumi tidak akan mempengaruhi ketersediaan
air tanah di sekitar area tersebut karena sisa buangan air disuntikkan ke bumi dengan
kedalaman yang jauh dari permukaan air tanah. Limbah yang dihasilkan juga hanya berupa
air sehingga tidak mengotori udara dan merusak atmosfir. Selain itu energi panas bumi paling

ramah lingkungan. Emisi karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan pembangkit listrik batubara
mencapai 980 kg/MWh. Adapun untuk PLTP, emisi karbonnya hanya sekitar 175 kg/MWh.
Manusia tidak mungkin terus menerus menggunakan minyak bumi, gas alam ataupun
batubara sebagai sumber energi. Di samping pemakaiannya terbatas minyak bumi, gas alam
dan batubara juga menyumbangkan emisi gas buang yang tinggi, yang semakin lama akan
semakin mengancam keseimbangan alam.
Energi panas bumi mulai dikembangkan sebagai pembangkit tenaga listrik sejak tahun
1904 di Italia. Sedangkan pemanfaatan energi panas bumi secara langsung (direct use) telah
dijalankan di Islandia tahun 1930. Sejak saat itu energi panas bumi pun mulai mengundang
ketertarikan sejumlah negara untuk mengembangkannya.
II. DIMANAKAH SUMBER GEOTHERMAL?
Sumber energi panas bumi yang potensial dan bernilai ekonomis hanya berada di
lokasi tertentu dengan kondisi geologi yang khas. Pengamatan yang mudah adalah dengan
mencari keberadaan manifestasi panas bumi. Jika di suatu lokasi ditemukan fumarole dan
mata air panas, maka sudah pasti dibawahnya ada sumber panas bumi yang membuat
temperatur air tanah meningkat dan membuatnya keluar ke permukaan tanah sebagai mata air
panas. Dari sudut pandang geologi, sumber energi panas bumi berasal dari magma yang
berada di dalam bumi. Ia berperan seperti kompor yang menyala. Magma tersebut
menghantarkan panas secara konduktif pada batuan disekitarnya. Panas tersebut juga
mengakibatkan aliran konveksi fluida hydrothermal di dalam pori-pori batuan. Kemudian
fluida hydrothermal ini akan bergerak ke atas namun tidak sampai ke permukaan karena
tertahan oleh lapisan batuan yang bersifat impermeabel. Lokasi tempat terakumulasinya
fluida hydrothermal disebut reservoir, atau lebih tepatnya reservoir panas bumi. Dengan
adanya lapisan impermeabel tersebut, maka hydrothermal yang terdapat pada reservoir panas
bumi terpisah dengan groundwater yang berada lebih dangkal. Berdasarkan itu semua maka
secara umum sistem panas bumi terdiri atas tiga elemen: (1) batuan reservoir, (2) fluida
reservoir, yang berperan menghantarkan panas ke permukaan tanah, (3) batuan panas (heat
rock) atau magma sebagai sumber panas (Goff and Cathy, 2000).
Kondisi geologi sumber-sumber energi panas bumi yang telah ditemukan di dunia saat
ini amat beragam. Namun menurut Marini (2001), secara garis besar bisa dikelompokan
kedalam dua model geologi daerah panas bumi, yaitu:

sistem magmatik volkanik aktif

sistem selain magmatik volkanik aktif


Daerah panas bumi bertemperatur tinggi (lebih dari 1800C) yang bisa dimanfaatkan

untuk pembangkit listrik, sebagian besar terdapat pada sistem magmatik volkanik aktif.
Sementara, pemanfaatan energi panas bumi untuk pemanfaatan-langsung (direct use) bisa
diperoleh dari kedua sistem tersebut.

Gambar 1. Peta sebaran daerah volkanik aktif di Indonesia dan zona tumbukan lempeng
benua Eurasia dan Indo-Australia (Hochstein and Sudarman, 2008)
Sistem magmatik volkanik aktif yang bertemperatur tinggi umumnya terdapat di
sekitar pertemuan antara lempeng samudra dan lempeng benua. Posisi Indonesia tepat berada
di batas antara lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Oleh karena itu, menurut catatan
Volcanical Survey of Indonesia (VSI) yang dirilis tahun 1998, di Indonesia terdapat 245
daerah prospek panas bumi.
Adapun syarat-syarat menjadi sumber energi panas bumi adalah berikut :
a. Adanya batuan panas bumi berupa magma.
b. Adanya persediaan air tanah secukupnya yang sirkulasinya dekat dengan sumber
magma, agar dapat terbentuk uap air panas.
c. Adanya batuan berpori (poreous) yang menyimpan sumber uap dan air panas
(reservoir rock).
d. Adanya batuan keras yang menahan hilangnya uap dan air panas (cap-rock).
e. Adanya gejala-gejala tektonik, dimana dapat terbentuk rekahan-rekahan dikulit bumi,
yang memberikan jalan kepada uap dan air panas bergerak ke permukaan bumi.

f. Panasnya harus mencapai minimum sekitar 1800 2500C.


III.TIPE-TIPE SISTEM GEOTHERMAL
Dilihat dari sistemnya, energi geothermal memiliki 2 tipe:
1. Water-or liquid dominated geothermal sistems
Pada sistem ini cairan air kontinyu, tekanannya mengonrol fasa fluida. Beberapa uap
mungkin ada, umumnya sebagai bubble yang berlainan. Siste, geothermal ini berada
pada rentang temperatur 125 2250C, yang merupakan distribusi paling banyak di
dunia. Sistem ini tergantung kepada temperatur dan kondisi tekanan, karenanya sistem
ini dapat menghasilkan air panas, campuran air dan uap, uap basah dan dalam
beberapa kasus juga menghasilkan uap kering. Adapun cairan panas yang berasal dari
dalam bumi mempunyai komposisi rata-rata sebesar 80% air panas dan 20% uap.
2. Vapour-dominated geothermal sistems (dry steam)
Pada sistem ini fluida air dan uap normalnya menjadi co-exist di reservoir, dengan
uapnya yang kontinyu, dan tekanan sebagai pengontrol fasa. Biasanya sistem ini
menghasilkan uap yang kering sampai dengan superheated.
Skematik power plant geothermal dengan tipe water dominated reservoir dapat
dilihat pada gambar dibawah:

Gambar 2. Skematik Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) tipe Water Dominated
Reservoir
Secara umum tahapan yang terjadi pada proses pengolahan energi geothermal mencakup halhal berikut:

a. Panas dari magma menembus lapisan batuan bawah tanah dan memanaskan air tanah.
Air tanah tersebut kemudian menjadi uap panas bertekanan tinggi. Uap dilepaskan
melalui sumur pengeboran ke reservoir. Cairan masih berbentuk dua fasa.
b. Cairan dua fasa ini dipisahkan menjadi uap air dan air panas (brine) melalui alat
pemisah (cyclone separator) pada tekanan yang terkontrol.
c. Air panas yang telah terpisah kemudian disuntikan kembali ke dalam bumi dan uap
panasnya dikirim kea lat pemisah kedua (cyclone scrubber) yang berfungsi untuk
memisahkan dan juga memisahkan kondensat yang terjadi akibat tekanan dalam pipa.
d. Uap panas dibawa ke power plant untuk kemudian digunakan sebagai tenaga turbin
pembangkit listrik. Dimana 70%-nya berasal dari proses evaporasi.
e. Setelah memutar turbin, uap yang berasal dari panas bumi akan terkondensasi di
kondenser akibat bercampur secara langsung dengan air pendingin yang berasal dari
menara pendingin.
f. Sisa kondensat yang hamper 30% ini kemudian dikirim ke injection condensate
system. Air yang tidak terevaporasi lalu diinjeksikan kembali ke dalam bumi.
g. Kemudian siklus energi ini akan kembali berulang.
IV. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ADANYA KOROSI
Brine di geothermal mengandung konsentrasi garam yang terlarut tinggi terutama ion
klorida dan ion sulfat, yang merupakan ion agresif. Jumlah ion-ion tersebut relatif
dibandingkan terhadap karbonat dan bikarbonat. Secara umum komposisi kimia brine
mengandung unsur-unsur sebagai berikut: Natrium (Na), Kalium (K), Magnesium (Mg),
Kalsium (Ca), Klor (Cl), Sulfat (SO2), Silikat (SiO2), dan asam Bikarbonat (HCO3).
Berdasarkan unsur kimia tertentu, air dapat menimbulkan terjadinya scaling, korosi
atau keduanya. Faktor komposisi kimia brine yang mempengaruhi sifat korosi, antara lain
adalah salinitas dan konsentrasi oksigen yang terlarut (DO). Salinitas mempengaruhi
konduktivitas listrik dari brine.
Berbagai jenis agen korosif dan proses yang terjadi pada brine geothermal:

a. Hidrogen Sulfida (H2S)


Hydrogen sulfide merupakan reduktor, beracun, dan asam korosif yang berasal dari
sumur hydrothermal lewat pembentukan asam secara alami. Pada baja dan besi tuang
nodular, reaksi dengan H2S yang terjadi adalah sebagai berikut:

Fe + H2S FeS + H2
Pembentukan deposit FeS yang hitam, menandakan adanya serangan fluida.
b. Oksigen (O2)/Karbon dioksida (CO2)
Korosi pada logam aktif seperti besi dan baja tergantung dari konsentrasi oksigen
yang terlarut (dissolved oxygenDO), menghasilkan permukaan yang terkorosi:
3Fe + H2O + 1,5 O2 Fe2O3.3H2O
c. Ammonia (NH3)
Gas NH3 dihasilkan dari dekomposisi kimia senyawa yang mengandung nitrogen
seperti kerogen. Ammonia dan garam ammonium mengkorosi paduan tembaga,
kuningan, dan perunggu pada pipa sumur.
V. PENCEGAHAN

KOROSI

MATERIAL

PADA

GEOTHERMAL

PLANT

MENGGUNAKAN SISTEM PEMISAHAN UAP


Pada beberapa tipe Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), terutama pada
plant yang memilki karakteristik uap basah, proses pemisahan uap dan air memilki peranan
yang sangat penting. Hal ini dikarenakan pada umumnya uap basah yang terdistribusi dari
sumur-sumur panas bumi biasanya mengandug zat-zat pengotor (belerang & silika) yang
dapat menimbulkan korosi material pada geothermal plant sehingga dapat menimbulkan
kerugian. Proses pemisahan uap bertujuan memisahkan uap dan air untuk menghasilkan uap
bersih dan kering yang bebas dari senyawa pengotor yang biasanya larut dalam air.
Setelah melalui proses pemisahan. Fraksi uap kering yang dihasilkan dari separator
tersebut kemudian dipakai pada perhitungan daya turbin. Oleh karena itu, sistem konversi
energi ini dinamakan Siklus Uap Hasil Pemisahan. Siklus ini banyak digunakan pada
reservoir panas bumi dominasi yang terdominasi air. Secara umum proses pemisahan antara
fase uap dan fase cair pada geothermal plant sebagai berikut:

Dapat dilihat,berdasarkan ilustrasi diatas pada sistem PLTP menggunakan sistem


separasi uap cair, ouput dari separator, yaitu air diinjeksikan kembali kedalam sumur
geothermal, sedangkan residu pengotor yang dihasilkan, seperti silika, belerang, dll
dipisahkan tersendiri. Reinjeksi dilakukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan,
mengurangi ground subsidence, menjaga tekanan, serta recharge water bagi reservoir.

Pada separator yang digunakan di PLTP, prinsip pemisahan terjadi dengan


memanfaatkan prinsip gravitasi dimana fase cair yang memilki masa yang tinggi jatuh ke
bagian bawah tanki separator. Uap basah yang keluar dari perut bumi pada mulanya berupa
air panas bertekanan tinggi yang pada saat menjelang permukaan bumi terpisah menjadi kirakira dengan fraksi 20 % uap dan 80 % air. Penguapan cairan secara flash merupakan proses
yang isenthalpic atau sering disebut juga sebagai proses flash adiabatik. Jika di dalam fase
liquidnya hanya mengadung satu komponen, misal hanya air murni maka pesamaan
kesetimbangan masa yang dapat didekati adalah:

Sedangkan pada umumnya pada plant panas bumi, pada fase liquid terdapat beberapa
senyawa lain bukan air, misalnya silika dan belerang. Persamaan kestimbangan masa untuk
proses ini hanya bisa diselesaikan dengan proses iterasi

Kualitas uap di berbagai sumber panas bumi di dunia biasnya berbeda-beda, begitu
pula yang terjadi pada senyawa pengotor yang terlarutnya. Dibawah ini merupakan deskripsi
treatment pemisahan dan pemurnian uap dari senyawa pengotor, yakni silika pada PLTP
California, dimana pada PLTP ini silika yang dihasilkan sebagai residu juga dimanfaatkan
sebagai produk pertambangan

Sedangkan pada contoh geothermal plant lainnya dimana kandungan uap basahnya
mengandung belerang, seperti yang terjadi pada PLTP Nesjavellir, Eslandia, treatment

pemisahan sulfur yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan metode hybrid Fe-CL. Pada
metode Fe-Cl ini terdapat dua proses kimia yang terlibat yakni absorpsi dan elektrolisis.
Secara konsep, proses rekasi proses adalah sbb:

Skema Proses Pemisahan H2S dengan Metode hybrid Fe-CL


Deskripsi proses pemisahan sulfur yang terkandung dalam uap basah di PLTP
Nesjavellir, Islandia adalah:

Pertama-pertama non condensable gas dipanaskan sehingga suhunya naik dari

40 0

0
C - 70 C.

Setelah melewati fase tersebut, sulfur akan terabsorsi secara kimiawi setelah masuk ke
tabung absorsi yang terbuat dari campuran

FeCl2

FeCl3

Sulfur yang terabsopsi ini kemudian dipanaskan kembali


meningkat dari 70

C - 75

C. dan masuk ke sistem filtrasi.

dan HCl solution.


sehingga suhunya

Pada sistem filtrasi yang mampu terbuang hanyalah

H2 S

yang berupa padatan

sedangkan uap yang lewat masih mengandung sedikit konsentrasi


Pemisahan zat sulfur murni dari senyawa

H2 S

elektrolisis dimana hasilnya adalah sulfur dan gas

H2 S

kemudian dilakukan dengan cara


H2

dibagian katodanya.

Beberapa cara lain untuk memaksimalkan upaya pencegahan korosi pada geothermal
plant yang mengandung zat pengotor berupa silika atau belerang adalah dengan memilih dan
menggunakan jenis pipa anti korosi, yang biasanya berbahan polypropylene atau
polyethylene. Peralatan khusus yang harus sangat dipertimbangkan dalam desain materialnya
adalah sudu turbin uap. Selain hal yang harus diperhatikan lainya adalah pengontrolan
berkala pada peralatan yang berisiko terjadi korosi.

REFERENSI:
Mathiasdottir, K. 2006. Removal of Hydrogen Sulfide from Non-Condensable
Geothermal Gas at Nesjavellir Power Plant. Department of Chemical Engineering, Lund
Instituted of Technology, Sweden.
Bourcier, B. 2005. Mining Geothermal Resources . Lawrence Livermore National
Laboratory, USA.
Safitri, W. 2008. Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
http://en.wikipedia.org/wiki/Flash_evaporation
Timotius, Chris. 2010. Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia. Pendidikan Teknik
Elektro UPI.
Suparno, Supriyanto. 2009. Energi Panas Bumi : A Present from the Heart of the
Earth. Departemen Fisika-FMIPA Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai