Liputan6.com, Jakarta - Memperoleh pekerjaan di zaman sekarang sangat sulit. Kondisi ini
memaksa calon pekerja untuk mempersiapkan keahlian dan kompetensi memadai untuk
memasuki dunia kerja yang sesungguhnya.
Kompetensi tersebut dapat dimiliki apabila seseorang mengecap cukup pendidikan hingga ke
tingkat Perguruan Tinggi (PT).
Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan Usaha Kecil Menegah (UKM) Kementerian
PPN/Bappenas, Rahma Iriyanti mengungkapkan, pemerintah telah banyak menjalani
program-program penciptaan lapangan kerja.
"Program penciptaan lapangan kerja lumayan banyak, dan jika sampai sekarang sudah sampai
ke titik 6% menurut saya ada di titik rendah karena menurunkan (pengangguran) 0,1% saja
nggak mudah," kata dia di kantornya, Jakarta, Selasa (6/5/2014).
Rahma mengaku, peningkatan pekerja di sektor formal semakin menunjukkan bahwa
kelompok muda berpendidikan saat ini membutuhkan pekerjaan yang baik dengan
penghasilan layak setiap bulan.
"Kelompok muda ini akan menunggu pekerjaan yang dirasa bagus. Jadi masa tunggu mereka
yang berpendidikan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dan PT lebih dari satu tahun demi
mendapat pekerjaan yang baik," terangnya.
Kondisi ini, sambungnya, harus diiringi dengan dorongan investasi atau penanaman modal di
Indonesia.
"Kalau yang pendidikan SD kan kerja apa saja, dan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN, keahlian jadi penting karena ke depan persaingan akan timbul dari sektor tenaga
kerja," jelas dia.
Kini, kata Rahma, Bappenas telah menggelar pertemuan dengan banyak perusahaan swasta,
dan pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Kerja
sama ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja.
"Yang bisa tahu tenaga kerja berkompetensi atau tidak kan cuma industri. Jadi pemerintah
harus menggandeng industri untuk mencari tahu jenis keahlian apa yang dibutuhkan, karena
fokus bukan hanya penciptaan lapangan kerja tapi investasi dan perbaikan regulasi," tandas
dia. (Fik/Nrm)
(Nurmayanti) - See more at: http://bisnis.liputan6.com/read/2046209/lulusan-sma-danuniversitas-di-ri-biasanya-menganggur-setahun#sthash.V84KmJKK.dpuf
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/13/08/15/mrkhd2jumlah-pengangguran-di-indonesia-berpotensi-meningkat
JAKARTA - Insentif fiskal untuk industri padat modal, mulai menunjukkan hasil. Salah satu
buktinya, tingkat pengangguran terbuka (TPT) menunjukkan penurunan. Kepala Badan Pusat
Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2014 lalu
tercatat sebesar 5,70 persen, turun dibanding periode Agustus 2013 yang mencapai 6,13
persen, maupun periode Februari 2013 yang sebesar 5,82 persen.
Artinya, upaya membuka lapangan kerja hasilnya cukup bagus, ujarnya di Kantor BPS,
Senin (5/5). Data Survei Ketenagakerjaan BPS periode Februari 2014 menunjukkan, jumlah
penduduk angkatan kerja di Indonesia mencapai 125,32 juta, naik dibanding periode Agustus
2013 yang sebanyak 120,17 juta. Jumlah penduduk yang masuk kategori bekerja juga naik,
yakni mencapai 118,17 juta (periode Agustus 2013 sebanyak 112,76 juta). Adapun jumlah
pengangguran yang kini tercatat turun ke posisi 7,15 juta orang (periode Agustus 2013
sebanyak 7,41 juta orang).
Data ini dihitung berdasar penduduk usia 15 tahun ke atas, katanya. Meski tingkat
pengangguran terbuka menunjukkan penurunan, kata Suryamin, pemerintah harus bekerja
lebih keras untuk mendorong terciptanya lapangan kerja baru. Sebab, masih ada 36,97 juta
penduduk yang masuk kategori pekerja tidak penuh, yang terdiri dari 10,57 juta orang
setengah penganggur dan 26,40 juta lainnya pekerja paruh waktu. Kondisi mereka ini rentan.
Jika ada guncangan ekonomi, bisa terdorong ke kategori pengangguran terbuka, ucapnya.
Dari sisi sektoral, sektor pertanian masih menjadi penyerap tenaga kerja tertinggi di Indonesia
dengan daya serap hingga 40,83 juta orang. Kemudian disusul sektor perdagangan yang
menyerap 25,81 juta orang, lalu sektor jasa kemasyarakatan sebanyak 18,48 juta orang.
Kemudian sektor industri sebanyak 15,39 juta orang. Berikutnya, sektor konstruksi 7,21 juta
orang, sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi 5,33 juta orang, sektor keuangan
3,19 juta orang, dan sektor lainnya 1,93 juta orang. (owi/sof)
http://www.jawapos.com/baca/artikel/466/Jumlah-Pengangguran-Turun
BAB I
PENDAHULUAN
bagi
industri
nasional
selain
mengurangi
volume
produksi
yang
berdampak pada pengurangan tenaga kerja baik dengan melakukan PHK maupun
merumahkan sementara karyawan.
Berdasarkan data yang tercatat di Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi hingga 5 Januari 2009, jumlah karyawan yang telah di PHK dan
rencana untuk di PHK, serta karyawan yang telah dirumahkan, maupun rencana
untuk dirumahkan, cenderung meningkat dibanding November 2008. Pada 5
Januari 2009 jumlah PHK diseluruh Indonesia tercatat 24.425 orang atau
meningkat dari 16.988 orang pada November 2008 dan jumlah karyawan yang
direncanakan terkena PHK 25.577 atau meningat dari 23.927. Sedangkan jumlah
karyawan yang telah dirumahkan sebanyak 11.703 atau meningkat dan 6.597
dan rencana karyawan yang dirumahkan pada 5 Januari 2009 mencapal 19.391
orang atau meningkat dan 19.091 pada November 2008. Karyawan yang terkena
PHK dan dirumahkan tersebar di beberapa daerah antara lain DKI Jakarta,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Maluku, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Riau, Sumatera Selatan dll. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apkindo),
Sofyan Wanandi mengatakan hingga pertengahan 2009 diperkirakan akan terjadi
PHK sekitar 500.000 s.d. 1 juta orang, dan PHK massal akan terjadi mulai Januari
hingga Pebruari 2009. Sektor industri yang paling terkena dampak krisis global
adalah industri padat karya, seperti industri tekstil, sepatu, UKM serta industri
makanan dan minuman. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dan industri
sepatu sudah mengkalkulasi pengurangan tenaga kerja sekitar 10% dan total
sekitar 2,5 juta pekerja. Rencana PHK juga akan terjadi pada industri makanan
dan minuman, industri elektronik, dan industri otomotif.
Banyaknya PHK ini tentu saja akan sangat berpengaruh bagi peningkatan
terjadinya pengangguran. Mencermati berbagai fakta tersebut tampak jelas
bahwa industri nasional saat ini dihadapkan pada masalah sepinya order,
pembatalan kontrak ekspor, turunnya harga komoditas, serta persaingan usaha.
Sektor manufaktur juga dihadapkan pada kenaikan harga bahan baku, sulitnya
mendapatkan kredit perbankan, dan kenaikan komponen biaya produksi dll.
Bahkan Kondisi sektor riil yang kandungan impornya tinggi seperti industri baja,
otomotif, dan elektronik semakin terjepit akibat melemahnya kurs rupiah.
Ditengah berbagai permasalahan tersebut rencana pemerintah untuk menambah
dana stimulus ekonomi sekitar Rp 16 s.d. 20 tniliun pada tahun 2009, merupakan
langkah positif dalam mengatasi dampak krisis ekonomi global terhadap PHK.
Jika alokasi dana stimulus ekonomi tersebut tepat sasaran, tidak hanya
mencegah meluasnya PHK tetapi juga dapat membuka kesempatan kerja baru
serta mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai yang ditargetkan.
Dilatarbelakangi oleh permasalah tersebut maka makalah ini disusun
untuk
membahas
mengenai
jenis
pengangguran,
penyebab
terjadinya
1.2 Pembahasan
bekerja
secara
optimal.
Berdasarkan
pengertian
diatas,
maka
Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam kerja
normal dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan
lain.
Setengah Penganggur Sukarela, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja
normal tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan
lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya sangat besar.
3. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang
sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup
banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha
secara maksimal.
II. Jenis Pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya :
Macam-macam pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan
menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Pengangguran konjungtural (Cycle Unemployment) adalah pengangguran yang
diakibatkan
oleh
perubahan
gelombang
(naik-turunnya)
kehidupan
perekonomian/siklus ekonomi.
b. Pengangguran struktural (Struktural Unemployment) adalah pengangguran
yang diakibatkan oleh ketidakcocokan antara keterampilan (kualifikasi) tenaga
kerja yang dibutuhkan dan keterampilan tenaga kerja yang tersedia.Perubahan
struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang merupakan latar
belakang ketidakcocokan itu. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh
beberapa kemungkinan, seperti :
i. Akibat permintaan berkurang
ii. Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
iii. Akibat kebijakan pemerintah
c. Pengangguran friksional (Frictional Unemployment) adalah pengangguran yang
muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja
(pergantian pekerjaan atau pergeseran tenaga kerja). Pengangguran ini muncul
dari kemauan tenaga kerja yang bersangkutan. Ia menganggur untuk sementara
waktu dalam rangka mencari pekerjaan yang lebih baik, menantang dan
menunjang karirnya. Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela.
d. Pengangguran musiman adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian
musim misalnya pergantian musim tanam ke musim panen.
e. Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan
atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin
f. Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya
kegiatan perekonomian (karena terjadi resesi). Pengangguran siklus disebabkan
oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerat demand). Contoh : suatu saat
perekonomian suatu negara mengalami masa pertumbuhan (menaik).Di saat
lain, mengalami resesi (menurun) atau bahkan depresi.Pada saat krisis ekonomi,
daya beli masyarakat menurun sehingga tingkat permintaan terhadap barang
dan jasa juga menurun.Turunnya permintaan masyarakat terhadap barang dan
jasa
memaksa
produsen
untuk
menurunkan
kegiatan
produksi.Produsen
melakukan ini antara lain dengan cara mengurangi pemakaian faktor produksi,
termasuk
tenaga
kerja.Inilah
mengapa
pada
saat
krisis
ekonomi
kita
Kerja
Tidak
Seimbang
dengan
Kesempatan
Kerja
Pengangguran
bisa
menyebabkan
masyarakat
tidak
dapat
kegiatan
perekonomian
menurun
sehingga
pendapatan
masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari
masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk
kegiatan
ekonomi
pemerintah
juga
akan
berkurang
sehingga
kegiatan
membutuh-kan
cara-cara
Wiraswasta
Selama orang masih tergantung pada upaya mencari kerja di perusahaan
tertentu, pengangguran akan tetap menjadi masalah pelik. Masalah menjadi
agak terpecahkan apabila muncul keinginan untuk menciptakan lapangan usaha
sendiri atau berwiraswasta. Fakta memperlihatkan cukup banyak wiraswasta
yang berhasil. Meskipun demikian, wiraswasta pun bukanlah hal yang mudah.
BAB II
PENUTUP
2.1
Kesimpulan
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak
pengangguran,
produktivitas
dan
pendapatan
masyarakat
akan
berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalahmasalah sosial lainnya.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran
dan
kesejahteraan.
Pengangguran
yang
berkepanjangan
juga
dapat
gaji
yang
besar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. http://orinkaltimindonesia.wordpress.com/2010/11/21/makalahpengangguran/. Di akses tangal 15 januari 2014. Pukul 15.13 WIB
Ritonga,MT dkk. 2007. Ekonomi Untuk SMA kelas XI. Jakarta : PT Phibeta Aneka
Gama Internethttp://organisasi.org/pengertian-pengangguran-dan-jenis
macampengangguran friksional-struktural-musiman-siklikal/
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial,
seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan,
dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai
transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang
direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.Pokok pembangunan
di indonesia diantaranya dualisme peraturan, kependudukan dan kemiskinan, iklaim dan
geografis, dan pemerataan pembangunan. Negara indonesia termasuk dalam neara
berkembang, oleh karena itu masalah-masalah tersebut harus diselesaikan. Terutanma yang
sangat menghambat jalannya pembangunan di indonesia yaitu ketidak merataan penduduk
persebaran penduduk yang sangat padat. Dengan kepadatan penduduk tersebut maka
persaingan untuk mencari lapangan kerja sangat sulit, dan mengakibatkan pengangguran dan
Kemiskinan.
Keterbatasan lapangan pekerjaan di indonesia khuusnya di kota-kota besar sangatlah ytinggi
dari tahun ketahun, sehingga berpotensi untuk tidak dapat tertampungnya lulusan program
pendidikan di lapangan kerja setiap tahun selalu meninggakat tidak pernah mengalami
penurunan. Dan pada akhirnya masyarakat akan kehilangan kepercayaan secara signifikan
terhadap eksistensi lembaga pendidikan jika masalah pengangguran masih terus seperti ini di
tahun yang akan datang. Lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat
kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan
pendidikan dalam mengurangi angka kemiskinan yang ada.Sementara dampak sosial dari
jenis pengangguran ini relatif lebih besar dan banyak efek negative dari hal ini salah satunya
tinggkat kriminalitas tiap daerah juga ikut bertambah karena dorongan ekonomi. Mengingat
kompleksnya masalah ini, maka upaya pemecahannya pun tidak sebatas pada kebijakan sektor
pendidikan saja, namun merembet pada masalah lain secara multi dimensional. Fenomena
pengangguran sering menyebabkan timbulnya masalah sosial lainnya sperti yang sudah
diterangkan di atas. Di samping tentu saja akan menciptakan angka produktivitas sosial yang
rendah, yang akan menurunkan tingkat pendapatan masyarakat nantinya. Pengangguran
merupakan masalah serius yang dihadapi dalam pembangunan sumber daya manusia yang
tengah dilakukan saat ini. Krisis ekonomi yang kini dihadapi ternyata telah
memporakporandakan tatanan kehidupan bangsa.
1. B.
Rumusan masalah
1. dampak pengangguran terhadap pembangunan nasional ?
2. cara mengantasi penggangguran di Indonesia ?
3. C.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk menabah pengetahuan tentang pembangunan dan
masalah masalah yang dihadapi dalam penerapannya sepeti dampak pengangguran bagi
pembangunan nasional, dan adakah cara untuk mengatasi masalah penganggura tersebut. Bagi
mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan tentang tingiinya angka pengangguran
Diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dan pemerhati masalah sosial khususnya
tentang penggauran. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi yang membacanya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. A.
Definisi Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja yang sedang mencari
pekerjaan dan belum mendapatkannya. Menurut Teori Klasik (1729-1790), pengangguran itu
bersifat sukarela, karena tidak sesuainya tingkat upah dengan aspirasi pekerja. Bertambahnya
jumlah pengangguran dalam masyarakat terjadi karena orang menunggu pada masa transisi
dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain. Teori ini menyebutkan bahwa untuk mengurangi
pengangguran tidak diperlukan campur tangan pemerintah karena pengangguran yang terjadi
sifatnya sukarela. Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dar
prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran kerja.
Tingkat Pengangguran = Jml Yang Nganggur / Jml Angkatan Kerja x 100%
1. Pengangguran Friksional
1. Pengangguran Musiman
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus
ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
1. B.
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup
memprihatinkan ditandai dengan jumlah penganggur dan setengah penganggur yang besar,
pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata. Sebaliknya pengangguran dan setengah
pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan pemborosan sumber daya dan potensi yang
ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong
peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat menghambat pembangunan dalam
jangka panjang.
Dalam pembangunan Nasional, kebijakan ekonomi makro yang bertumpu pada sinkronisasi
kebijakan fiskal dan moneter harus mengarah pada penciptaan dan perluasan kesempatan
kerja. Untuk menumbuh kembangkan usaha mikro dan usaha kecil yang mandiri perlu
keberpihakan kebijakan termasuk akses, pendamping, pendanaan usaha kecil dan tingkat suku
bunga kecil yang mendukung.
Berikut adalah beberapa penyebab pengangguran yang umum terjadi di Indonesia.
1. Pendidikan rendah.
endidikan yang rendah dpat menyebabkan seseorang kesulitan dalam mencari pekerjaan. Di
karenakan semua perusahaan membutuhkan pegawai seminimal SMA.
1. Kurangnya keterampilan.
Banyak mahasiswa atau lulusan SMA yang sudah mempunyai kriteria dalam bekerja,namun
dalam teknisnya keterampilannya masih kurang. Sehingga susah dalam mencari pekerjaan.
Setiap tahunnya, Indonesia memiliki jumlah lulusan sekolah atau kuliah yang begitu tinggi.
Jumlah yang sangat besar ini tidak seimbang dengan lapangan pekerjaan yang ada, baik yang
di sediakan oleh pemerintah maupun swasta.
1. Kurangnya tingkat EQ masyarakat.
Misalnya ada seorang lulusan sarjana yang kemudian tidak mau bekerja dan lebih suka
menggantungkan hidup kepada orang tua atau pasangannya bila sudah menikah. Ia termasuk
pengangguran, selain itu ia melewatkan peluang untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan
bagi orang lain.
1. Tidak mau berwirausaha.
Umumnya sesorang yang baru lulus sekolah/kuliah terpaku dalam mencari pekerjaan, seolah
itu adalah tujuan yang sangat mutlak. Sehingga persaingan mencari pekerjaan lebih besar di
bandingkan membuat suatu usaha.
penelitian (riset) sehingga menguatkan adanya kesenjangan tersebut. Tapi ini juga belum
ditangani secara serius dan terpadu.
Salah satu bentuk pengangguran yang populer dewasa ini adalah pengangguran terdidik.
Kekurangselarasan antara perencanaan pembangunan pendidikan dengan perkembangan
lapangan kerja merupakan penyebab utama terjadinya jenis pengangguran ini. Pengangguran
terdidik secara potensial dapat menyebabkantimbulnya masalah-masalah sosial dengan
tingkat rawan yang lebih tinggi, menciptakan pemborosan sumber daya pendidikan,
menurunkan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan.
Menurunnya apresiasi masyarakat terhadap pendidikan itu di , ditandai oleh:
1. berkurangnya jumlah siswa (di samping akibat keberhasilan KB).
2. meningkatnya jumlah tenaga kerja (TK) unskill and uneducated dalam
sektor sekunder.
3. rendahnya angka melanjutnya pendidikan (di Jawa Barat hanya 57%
lulusan SD meneruskan ke SMP).
4. meningkatnya jumlah pengguna jasa pendidikan luar negeri.
5. Dampak pengangguran terhadap pembangunan nasional
Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya menjadi terbuang percuma dan tingkat
pendapatan masyarakat akan merosot. Sehingga menghambat beberapa faktor pembangunan
nasional, seperti :
1. Pendapatan nasional dan pendapatan perkapita.
Upah merupakan salah satu komponen dalam penghitungan pendapatan nasional. Apabila
tingkat pengangguran semakin tinggi, maka nilai komponen upah akan semakin kecil. Dengan
demikian, nilai pendapatan nasional pun akan semakin kecil.Pendapatan per kapita adalah
pendapatan nasional dibagi jumlah penduduk. Oleh karna itu, nilai pendapatan nasional yang
semakin kecil akibat pengangguran akan menurunkan nilai pendapatan per kapita.
1. Beban psikologis
Semakin lama seseorang menganggur, semakin besar beban psikologis yang harus
ditanggung. Secara psikologis, orang yang menganggur mempunyai perasaan tertekan,
sehingga berpengaruh terhadap berbagai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dampak
psikologis ini mempunyai efek domino di mana secara sosial, orang menganggur akan merasa
minder karena status sosial yang tidak atau belum jelas.
1. Biaya sosial
Dengan semakin besarnya jumlah pengangguran, semakin besar pula biaya sosial yang harus
dikeluarkan. Biaya sosial itu mencakup biaya atas peningkatan tugas-tugas medis, biaya
keamanan, dan biaya proses peradilan sebagai akibat meningkatnya tindak kejahatan.
1. Penerimaan negara
Salah satu sumber penerimaan negara adalah pajak, khususnya pajak penghasilan. Pajak
penghasilan diwajibkan bagi orang-orang yang memiliki pekerjaan. Apabila tingkat
pengangguran meningkat, maka jumlah orang yang membayar pajak penghasilan berkurang.
Akibatnya penerimaan negara pun berkurang.Beberapa faktor di atas dapat menghambat
pembangunan nasional yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Baik berupa
penbangunan sistem sosial, politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan
teknologi, kelembagaan, dan budaya.
1. Cara mengatasi pengangguran di Indonesia
Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah selama ini dalam mengurang jumlah
pengangguran di Indonesia, namun masih saja pengangguran tidak berkurang bahkan lebih
bertambah setiap tahunnya di karenakan tidak seimbangnya jumlah pencari kerja dan
lapangan pekerjaan.
Menurut Paul A. Samuelson dan Wiliam D. Nurdhaous dalam bukunya Ekonomi
mengemukakan cara-cara mengatasi pengangguran yaitu sebagai berikut:
1. Memperbaiki pasar tenaga kerja
2. Menyediakan program pelatihan
3. Menciptakan program padat karya
Selain hal tersebut di atas, sesuai dengan GBHN 1999, pemerintah Indonesia hendaknya:
Mengembangkan tenaga kerja secara menyeluruh dan terpadu yang diarahkan pada
peningkatan kompetensi dan kemandirian tenaga kerja peningkatan pengupahan, penjaminan
kesejahteraan, perlindungan kerja dan kebebasab berserikat, dan
Meningkatkan kualitas dan kuantitas penempatan tenaga kerja ke luar negeri dengan
memerhatikan kompetensi, perlindungan, dan pembelaan tenaga kerja yang di kelola secara
terpadu dan mencegah timbulnya eksploitasi tenaga kerja.
Hal hal di atas adalah beberapa cara yang dapat di gunakan pemerintah dalam mengurangi
pengangguran di Indonesia dan dapat memperkuat ekonomi Indonesia. Namun pemerintah
tidak akan bisa menjalankan program program tersebut jika tanpa adanya kerjasama dengan
pihak swasta dan masyarakat.
1. E.
Kesimpulan
Pengangguran merupakan faktor penting dalam pembangunan nasional baik jangka panjang
maupun jangka pendek. Pengangguran harus segera di atasi agar ekonomi indonesia bisa lebih
baik dan mampu bersaing dengan luar negeri. Pemerintah diharapakan dapat mengatasi
pengangguran dengan menyediankan lapangan pekerjaan atau program-program bina usaha
untuk masyarakat kecil.Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah
lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari
kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja
bagi para pencari kerjaSetiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan yang banyak bagi
kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dengan
partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan penanggulangan
pengangguran menjadi komitmen nasional.
Untuk itu diperlukan dua kebijakan, yaitu kebijakan makro dan mikro (khusus). Kebijakan
makro (umum) yang berkaitan erat dengan pengangguran, antara lain kebijakan makro
ekonomi seperti moneter berupa uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar yang
melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiskal (Departemen Keuangan) dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dampak Pengangguran Terhadap Pembangunan Nasional. Diakses dari
http://aniatih.blogspot.com/2012/09/dampak-pengangguran-terhadap.html
http://laillamardianti.wordpress.com/2011/04/17/pengangguran-dan-cara-mengatasinya/.
BAB 1
PENGANGGURAN
Definisi Pengangguran :
Menurut Ida Bagoes Mantra, pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang
ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Konsep ini sering diartikan sebagai
keadaan pengangguran terbuka.
Menurut Dumairy Pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya
orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan.
Masalah yang sering dihadapi adalah masalah setengah menganggur atau pengangguran tidak
kentara, yang pengertiannya adalah sebagai berikut :
1. Setengah menganggur
Keadaan setengah menganggur (underemployment) terletak antara full employment dan sama
sekali menganggur. Pengertian yang digunakan ILO, Underemployment yaitu perbedaan
antara
jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya dengan jumlah
pekerjaan yang secara normal mampu dan ingin dikerjakannya.
Konsep ini dibagi dalam :
a. Setengah menganggur yang kentara
Setengah menganggur yang kentara (visible underemployment) adalah jika seseorang bekerja
tidak tetap (part time) di luar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih
pendek dari biasanya.
b. Setengah menganggur yang tidak kentara
Setengah menganggur yang tidak kentara (invisible underemployment) adalah jika seseorang
bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjannya itu dianggap tidak mencukupi karena
pendapatannya terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk
mengembangkan seluruh keahliannya.
2. Pengangguran tidak kentara
Pengangguran tidak kentara (disguised unemployment), dalam angkatan kerja mereka
dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetapi sebetulnya mereka menganggur jika dilihat dari
segi produktivitasnya. Jadi di sini mereka sebenarnya tidak mempunyai produktivitas dalam
pekerjaannya. Misalnya mereka terdiri dari 4 orang yang bersama-sama bekerja dalam jenis
pekerjaan yang sesungguhnya dapat dikerjakan oleh 3 orang sehingga 1 orang merupakan
disguised unemployment.
3. Pengangguran friksional
Pengangguran friksional yaitu pengangguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari
suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus mempunyai waktu tenggang dan
berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang lain tersebut.
Menurut Lincolin Arsyad (1999: 35), untuk memperoleh pengertian sepenuhnya tentang arti
penting dari masalah ketenagakerjaan (employment) di perkotaan, kita harus
memperhitungkan pula maslah pertambahan pengangguran terbuka yang jumlahnya lebih
besar yaitu mereka yang kegiatannya aktif bekerja tetapi secara ekonomis sebenarnya mereka
tidak bekerja secara penuh (underutilized). Untuk mengelompokkan masing-masing
pengangguran, menurut Edgar O. Edward (tahun 1974 ) buku Ekonomi Pembangunan
(Lincolin Arsyad, 1999: 35) perlu diperhatikan dimensi-dimensi:
1. Waktu (banyak di antara mereka yang bekerja lebih lama, misalnya jam kerjanya per hari,
per minggu, atau per tahun).
2. Produktivitas (kurangnya produktivitas seringkali disebabkan oleh kurangnya sumber dayasumber daya komplementer Untuk melakukan pekerjaan).
3. Intensitas pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi makanan)
Bentuk pengangguran :
Menurut Edgar O. Edward (tahun 1974 ) Pengangguran dibagi kedalam 5 Bentuk :
1. Pengangguran terbuka : baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena
mengharapkan pekerjaan yang lebih baik) maupun secara terpaksa (mereka yang mau bekerja
tetapi tidak memperoleh pekerjaan).
2. Setengah menganggur (underemployment): yaitu mereka yang bekerja lamanya (hari,
minggu, musiman) kurang dari yang mereka biasa kerjakan.
3. Tampaknya bekerja tetapi tidak bekerja secara penuh: yaitu mereka yang tidak digolongkan
sebagai pengangguran terbuka dan setengah pengangguran, termasuk di sini adalah:
a. Pengangguran tak kentara (disguised unemployment) Misalnya para petani yang bekerja di
lading selama sehari penuh, apdahal pekerjaan itu sebenarnya tidak memerlukan waktu
selama sehari penuh.
b. Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment) Misalnya oaring yang bekerja tidak
Sesuai dengan tingkat atau jenis pendidikannya.
c. Pensiun lebih awal
Fenomena ini merupakan kenyataan yang terus berkembang di kalngan pegawai pemerintah.
Di beberapa negara, usia pensiun dipermuda sebagai alat menciptakan peluang bagi yang
muda untuk menduduki jabatan di atasnya.
4. Tenaga kerja yang lemah (impaired): yaitu mereka yang mungkin bekerja full time, tetapi
intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.
5. Tenaga kerja yang tidak produktif : yaitu mereka yang mampu untuk bekerja secara
produktif tetapi karena sumber daya-sumber daya penolong kurang memadai maka mereka
tidak bisa menghasilkan sesuatu dengan baik.
Berikut adalah data engangguran untuk 5 tahun terakhir :
Tahun 2005
Jumlah angkatan kerja Februari 2005 mencapai 105,8 juta orang, bertambah 1,8 juta orang
dibanding Agustus 2004 sebesar 104,0 juta orang.
Jumlah penduduk yang bekerja dalam 6 bulan yang sama hanya bertambah 1,2 juta orang,
dari 93,7 juta menjadi 94,9 juta orang, yang berarti menambah jumlah penganggur baru
sebesar 600 ribu orang.
Dengan demikian, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2005 mencapai 10,3
persen, lebih tinggi sedikit dibanding TPT pada Agustus 2004 sebesar 9,9 persen.
Tahun 2006
Jumlah angkatan kerja pada Februari 2006 mencapai 106,3 juta orang, bertambah 500 ribu
orang dibandingkan jumlah angkatan kerja pada Februari 2005 sebesar 105,8 juta orang.
Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2006 sebesar 95,2 juta orang, bertambah 300
ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan pada Februari 2005, tetapi bertambah 1,2 juta
orang jika dibandingkan dengan keadaan Nopember 2005.
Tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2006 mencapai 10,4 persen, sedikit lebih
tinggidibandingkan keadaan pada Februari 2005 (10,3%).
Tahun 2007
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2007 mencapai 108,13 juta orang,
bertambah 1,74 juta orang dibanding jumlah angkatan kerja Agustus 2006 sebesar 106,39 juta
orang atau bertambah 1,85 juta orang dibanding Februari 2006 sebesar 106,28 juta orang.
Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2007 mencapai 97,58 juta orang,
bertambah 2,12 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan pada Agustus 2006 sebesar
95,46 juta orang, atau bertambah 2,40 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan Februari
2006 sebesar 95,18 juta orang.
Jumlah penganggur pada Februari 2007 mengalami penurunan sebesar 384 ribu orang
dibandingkan dengan keadaan Agustus 2006 yaitu dari 10,93 juta orang pada Agustus 2006
menjadi 10,55 juta orang pada Februari 2007, dan mengalami penurunan sebesar 556 ribu
orang jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2006 sebesar 11,10 juta orang.
Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2007 mencapai 9,75 persen,
mengalami penurunan dibandingkan keadaan pada Agustus 2006 (10,28 persen), demikian
juga terhadap keadaan Februari 2006 (10,40 persen).
Tahun 2008
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2008 mencapai 111,95 juta orang,
bertambah 470 ribu orang dibanding jumlah angkatan kerja Februari 2008 sebesar 111,48 juta
orang atau bertambah 2,01 juta orang dibanding Agustus 2007 sebesar 109,94 juta orang.
Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2008 mencapai 102,55 juta orang,
bertambah 503 ribu orang dibanding keadaan pada Februari 2008 sebesar 102,05 juta orang,
atau bertambah 2,62 juta orang dibanding keadaan Agustus 2007 sebesar 99,93 juta orang.
Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Agustus 2008 mencapai 8,39 persen,
mengalami penurunan dibanding pengangguran Februari 2008 sebesar 8,46 persen, dan
pengangguran Agustus 2007 sebesar 9,11 persen.
Tahun 2009
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 113,83 juta orang,
bertambah 90 ribu orang dibanding jumlah angkatan kerja Februari 2009 sebesar 113,74 juta
orang atau bertambah 1,88 juta orang dibanding Agustus 2008 sebesar 111,95 juta orang.
Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 104,87 juta orang,
bertambah 380 ribu orang dibanding keadaan pada Februari 2009 sebesar 104,49 juta orang,
atau bertambah 2,32 juta orang dibanding keadaan Agustus 2008 sebesar 102,55 juta orang.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 7,87
persen, mengalami penurunan apabila dibandingkan TPT Februari 2009 sebesar 8,14 persen,
dan TPT Agustus 2008 sebesar 8,39 persen.
Tahun 2010
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 116,5 juta orang,
bertambah sekitar 530 ribu orang dibanding angkatan kerja Februari 2010 yang sebesar 116,0
juta orang atau bertambah 2,7 juta orang dibanding Agustus 2009 yang sebesar 113,8 juta
orang.
Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 108,2 juta orang,
bertambah sekitar 800 ribu orang dibanding keadaan pada Februari 2010 yang sebesar 107,4
juta orang atau bertambah 3,3 juta orang dibanding keadaan Agustus 2009 yang sebesar 104,9
juta orang.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 7,14
persen, mengalami penurunan dibanding TPT Februari 2010 yang sebesar 7,41 persen dan
TPT Agustus 2009 yang sebesar 7,87 persen.
Dari data di atas dapat saya ambil kesimpulan secara umum yaitu : pemerintah Indonesia
sudah cukup berhasil dalam menangani masalah kemiskinan karena telah mampu
menciptakan lapangan kerja sehingga pengangguran di Indonesia berkurang walaupun tidak
terlalu banyak dan untuk kedepannya harus lebih di tingkatkan lagi.