Anda di halaman 1dari 25

Liputan6.

com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Tingkat Pengangguran


Terbuka (TPT) per Februari 2014 mengalami penurunan dari 6,25% pada survei tahun lalu,
menjadi 5,7% atau setara 1,7 juta penduduk.
Namun Ketua The Labor Institute Rekson Silaban menyatakan hal tersebut tidak layak
disebut sebagai prestasi. Pasalnya apa yang ditampilkan BPS adalah pengangguran terbuka,
bukan pengangguran tersembunyi.
"Pemerintah selalu menampilkan data-data soal pengangguran terbuka, bagaimana dengan
orang yang bekerja 35 jam per minggu (pengangguran tersembunyi)," ujar dia di Jakarta,
Kamis (8/5/2014).
Rekson mengatakan, justru jumlah pengangguran tersembunyi yang bekerja pada sektor
informal seperti pedagang asongan dan tukang ojek ini yang jumlahnya semakin meningkat.
"Apakah mereka bahagia dengan bekerja seperti itu dan mampu membuat hidupan mereka
layak. Mereka yang bekerja pada sektor informal ini justru yang menggelembung," katanya.
Dia mengungkapkan, saat ini paling tidak jumlah pengangguran tersembunyi mencapai 40
juta orang dan jumlah ini yang harus segera ditangani oleh pemerintah.
"Yang tersembunyi ini jumlahnya sampai 40 juta, bagaimana mereka bekerja hanya selama 35
jam tetapi bisa hidup layak?," tandas dia.
(Nurmayanti) - See more at: http://bisnis.liputan6.com/read/2047235/pemerintah-perluwaspadai-kenaikan-pengangguran-tersembunyi#sthash.9MA3j1bW.dpuf

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian PPN/Bappenas mengungkapkan tingkat


pengangguran di kuartal I 2014 sebesar 5,7% merupakan pencapaian cukup bagus. Pasalnya
target penganggurang jangka panjang pemerintah sebesar 5%, bukan nol persen.
"Kalau penurunannya cuma 50 ribu penganggur ya nggak apa, pengangguran itu natural rate
unemployment. Di Amerika Serikat saja tidak boleh rendah dari 4,5%, tapi kan kita di bawah
6% sudah bagus karena jangka panjangnya cuma 5% bukan nol persen," tutur Menteri PPN
Armida Alisjahbana di Jakarta, Selasa (6/5/2014).
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan Usaha Kecil
Menegah (UKM) Kementerian PPN/Bappenas, Rahma Iriyanti menambahkan, penyerapan
lapangan kerja paling banyak di sektor formal. Artinya ini berkaitan dengan investasi.
"Misalnya rencana investasi di 2013 tapi kan harus buka pabrik dulu, lalu baru tercipta
lapangan kerja di awal 2014, jadi nggak bisa langsung," tuturnya.
Meski realisasi pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu sebesar 5,8%, Rahma menjelaskan itu
akumulasi investasi yang meyerap tenaga kerja dari tahun-tahun sebelumnya.
"Jadi yang sudah dipersiapkan (investasi) oleh investor membuka lapangan kerja baru. Kalau
realisasi kuartal pertama kan baru dibuka, akhir tahun kemarin jadi tidak serta merta dari
pertumbuhan ekonomi tiga bulan ini," terang dia.
Rahma menyebut, lapangan kerja yang tercipta saat ini sebagian besar di sektor formal. "Saya
menduga proporsi pekerja formal dengan informal telah lebih baik dari tahun sebelumnya.
Jadi kurang dari 60% yang informal, sementara formal lebih dari 40%," cetusnya.
Data Badan Pusat Statistisk (BPS) menunjukkan, angka pengangguran pada Februari 2014
tercatat sebanyak 7,15 juta orang atau 5,70%. Sedangkan Febuari 2013 sebanyak 7,2 juta
penganggur terbuka atau 5,82%.
(Nurseffi Dwi Wahyuni) - See more at:
http://bisnis.liputan6.com/read/2046354/pengangguran-turun-tipis-ini-pembelaan

Liputan6.com, Jakarta - Memperoleh pekerjaan di zaman sekarang sangat sulit. Kondisi ini
memaksa calon pekerja untuk mempersiapkan keahlian dan kompetensi memadai untuk
memasuki dunia kerja yang sesungguhnya.
Kompetensi tersebut dapat dimiliki apabila seseorang mengecap cukup pendidikan hingga ke
tingkat Perguruan Tinggi (PT).
Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan Usaha Kecil Menegah (UKM) Kementerian
PPN/Bappenas, Rahma Iriyanti mengungkapkan, pemerintah telah banyak menjalani
program-program penciptaan lapangan kerja.
"Program penciptaan lapangan kerja lumayan banyak, dan jika sampai sekarang sudah sampai
ke titik 6% menurut saya ada di titik rendah karena menurunkan (pengangguran) 0,1% saja
nggak mudah," kata dia di kantornya, Jakarta, Selasa (6/5/2014).
Rahma mengaku, peningkatan pekerja di sektor formal semakin menunjukkan bahwa
kelompok muda berpendidikan saat ini membutuhkan pekerjaan yang baik dengan
penghasilan layak setiap bulan.
"Kelompok muda ini akan menunggu pekerjaan yang dirasa bagus. Jadi masa tunggu mereka
yang berpendidikan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dan PT lebih dari satu tahun demi
mendapat pekerjaan yang baik," terangnya.
Kondisi ini, sambungnya, harus diiringi dengan dorongan investasi atau penanaman modal di
Indonesia.
"Kalau yang pendidikan SD kan kerja apa saja, dan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN, keahlian jadi penting karena ke depan persaingan akan timbul dari sektor tenaga
kerja," jelas dia.
Kini, kata Rahma, Bappenas telah menggelar pertemuan dengan banyak perusahaan swasta,
dan pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Kerja
sama ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja.
"Yang bisa tahu tenaga kerja berkompetensi atau tidak kan cuma industri. Jadi pemerintah
harus menggandeng industri untuk mencari tahu jenis keahlian apa yang dibutuhkan, karena

fokus bukan hanya penciptaan lapangan kerja tapi investasi dan perbaikan regulasi," tandas
dia. (Fik/Nrm)
(Nurmayanti) - See more at: http://bisnis.liputan6.com/read/2046209/lulusan-sma-danuniversitas-di-ri-biasanya-menganggur-setahun#sthash.V84KmJKK.dpuf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi 5,92


persen di semester I 2013 dikhawatirkan akan berdampak pada bertambahnya
tingkat angka pengangguran di Indonesia. Demikian disampaikan oleh Menteri
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas Armida Salsiah
Alisjahbana kepada wartawan saat ditemui di kantornya, Kamis (15/8).
Oleh karena itu, Armida mengatakan fokus pemerintah saat ini tidak hanya
berorientasi pada penciptaan angkatan kerja baru. Pencegahan agar tidak
terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) misalnya pada industri padat karya
seperti industri sepatu turut menjadi concern pemerintah. "Karena hardest hit di
sana (dengan perlambatan ini)," ujar Armida.
Pemerintah, dalam hal ini, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Kementerian
Perindustrian (Kemenperin) tengah membahas rumusan insentif untuk industri
padat karya. Selain mengurangi tingkat angka pengangguran, insentif tersebut
nantinya diharapkan dapat mendorong industri padat karya di tanah air.
Dalam rumusan terkait insentif industri padat karya, terdapat beberapa opsi yang
tengah dipertimbangkan. Pertama, pajak karyawan ditanggung pemerintah.
Kedua, pemotongan Pajak Penghasilan (PPh). Ketiga, menaikkan Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP). "Maksudnya itu supaya jangan terjadi PHK," kata
Armida.
Lebih lanjut, Armida mengatakan pemerintah optimistis target tingkat angka
pengangguran 2013 yakni 5,8 persen sampai 6,1 persen dapat tercapai.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran per Februari
2013 mencapai 7,17 juta orang atau 5,92 persen dari jumlah angkatan kerja di
Indonesia sebesar 121,2 juta orang. Angka ini lebih rendah dibandingkan target
sebelumnya yakni 5,5 persen sampai 5,8 persen dengan asumsi pertumbuhan
ekonomi berada di kisaran 6,8 persen sampai 7,2 persen. Sedangkan untuk
2014, tingkat angka pengangguran pada 2014 diharapkan berada di kisaran 5,6
sampai 5,8 persen.

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/13/08/15/mrkhd2jumlah-pengangguran-di-indonesia-berpotensi-meningkat

Jumlah Pengangguran Turun

JAKARTA - Insentif fiskal untuk industri padat modal, mulai menunjukkan hasil. Salah satu
buktinya, tingkat pengangguran terbuka (TPT) menunjukkan penurunan. Kepala Badan Pusat
Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2014 lalu
tercatat sebesar 5,70 persen, turun dibanding periode Agustus 2013 yang mencapai 6,13
persen, maupun periode Februari 2013 yang sebesar 5,82 persen.
Artinya, upaya membuka lapangan kerja hasilnya cukup bagus, ujarnya di Kantor BPS,
Senin (5/5). Data Survei Ketenagakerjaan BPS periode Februari 2014 menunjukkan, jumlah
penduduk angkatan kerja di Indonesia mencapai 125,32 juta, naik dibanding periode Agustus
2013 yang sebanyak 120,17 juta. Jumlah penduduk yang masuk kategori bekerja juga naik,
yakni mencapai 118,17 juta (periode Agustus 2013 sebanyak 112,76 juta). Adapun jumlah
pengangguran yang kini tercatat turun ke posisi 7,15 juta orang (periode Agustus 2013
sebanyak 7,41 juta orang).
Data ini dihitung berdasar penduduk usia 15 tahun ke atas, katanya. Meski tingkat
pengangguran terbuka menunjukkan penurunan, kata Suryamin, pemerintah harus bekerja
lebih keras untuk mendorong terciptanya lapangan kerja baru. Sebab, masih ada 36,97 juta
penduduk yang masuk kategori pekerja tidak penuh, yang terdiri dari 10,57 juta orang
setengah penganggur dan 26,40 juta lainnya pekerja paruh waktu. Kondisi mereka ini rentan.
Jika ada guncangan ekonomi, bisa terdorong ke kategori pengangguran terbuka, ucapnya.
Dari sisi sektoral, sektor pertanian masih menjadi penyerap tenaga kerja tertinggi di Indonesia
dengan daya serap hingga 40,83 juta orang. Kemudian disusul sektor perdagangan yang

menyerap 25,81 juta orang, lalu sektor jasa kemasyarakatan sebanyak 18,48 juta orang.
Kemudian sektor industri sebanyak 15,39 juta orang. Berikutnya, sektor konstruksi 7,21 juta
orang, sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi 5,33 juta orang, sektor keuangan
3,19 juta orang, dan sektor lainnya 1,93 juta orang. (owi/sof)
http://www.jawapos.com/baca/artikel/466/Jumlah-Pengangguran-Turun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama ini Pemerintah telah berhasil mengurangi jumlah Pengangguran,
Tingkat Pengangguran terbuka sesuai catatan Badan Pusat Statistik (BPS)
Pebruari 2008, turun dari 10.547.917 orang pada Februari 2007 menjadi
9.427.590 orang pada Februari 2008. Namun dengan terjadinya krisis keuangan
Global saat ini, diperkirakan jumlah pengangguran akan meningkat akibat
banyaknya terjadi PHK, para penganggur ini dapat dimanfaatkan oleh Kelompok
tertentu untuk menciptakan instabilitas keamanan, guna mencapai tujuan
mengambil alih Pemerintahan secara Inkonstitusional.
Melemahnya pasar internasional akibat krisis ekonomi global telah
berdampak pada sektor riil Indonesia terutama industri yang berorientasi ekspor
yang banyak menyerap tenaga kerja, seperti industri garmen, sepatu, elektronik,
pertambangan industri kayu, minyak kelapa sawit mentah (GPO), dan karet.
Dewasa ini sektor industri nasional tidak hanya menghadapi masalah penurunan
harga jual dan permintaan, tetapi juga menghadapi masalah peningkatan biaya
bahan baku khususnya impor akibat merosotnya kurs rupiah, sehingga tidak ada
pilihan

bagi

industri

nasional

selain

mengurangi

volume

produksi

yang

berdampak pada pengurangan tenaga kerja baik dengan melakukan PHK maupun
merumahkan sementara karyawan.
Berdasarkan data yang tercatat di Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi hingga 5 Januari 2009, jumlah karyawan yang telah di PHK dan
rencana untuk di PHK, serta karyawan yang telah dirumahkan, maupun rencana
untuk dirumahkan, cenderung meningkat dibanding November 2008. Pada 5
Januari 2009 jumlah PHK diseluruh Indonesia tercatat 24.425 orang atau
meningkat dari 16.988 orang pada November 2008 dan jumlah karyawan yang

direncanakan terkena PHK 25.577 atau meningat dari 23.927. Sedangkan jumlah
karyawan yang telah dirumahkan sebanyak 11.703 atau meningkat dan 6.597
dan rencana karyawan yang dirumahkan pada 5 Januari 2009 mencapal 19.391
orang atau meningkat dan 19.091 pada November 2008. Karyawan yang terkena
PHK dan dirumahkan tersebar di beberapa daerah antara lain DKI Jakarta,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Maluku, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Riau, Sumatera Selatan dll. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apkindo),
Sofyan Wanandi mengatakan hingga pertengahan 2009 diperkirakan akan terjadi
PHK sekitar 500.000 s.d. 1 juta orang, dan PHK massal akan terjadi mulai Januari
hingga Pebruari 2009. Sektor industri yang paling terkena dampak krisis global
adalah industri padat karya, seperti industri tekstil, sepatu, UKM serta industri
makanan dan minuman. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dan industri
sepatu sudah mengkalkulasi pengurangan tenaga kerja sekitar 10% dan total
sekitar 2,5 juta pekerja. Rencana PHK juga akan terjadi pada industri makanan
dan minuman, industri elektronik, dan industri otomotif.
Banyaknya PHK ini tentu saja akan sangat berpengaruh bagi peningkatan
terjadinya pengangguran. Mencermati berbagai fakta tersebut tampak jelas
bahwa industri nasional saat ini dihadapkan pada masalah sepinya order,
pembatalan kontrak ekspor, turunnya harga komoditas, serta persaingan usaha.
Sektor manufaktur juga dihadapkan pada kenaikan harga bahan baku, sulitnya
mendapatkan kredit perbankan, dan kenaikan komponen biaya produksi dll.
Bahkan Kondisi sektor riil yang kandungan impornya tinggi seperti industri baja,
otomotif, dan elektronik semakin terjepit akibat melemahnya kurs rupiah.
Ditengah berbagai permasalahan tersebut rencana pemerintah untuk menambah
dana stimulus ekonomi sekitar Rp 16 s.d. 20 tniliun pada tahun 2009, merupakan
langkah positif dalam mengatasi dampak krisis ekonomi global terhadap PHK.
Jika alokasi dana stimulus ekonomi tersebut tepat sasaran, tidak hanya
mencegah meluasnya PHK tetapi juga dapat membuka kesempatan kerja baru
serta mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai yang ditargetkan.
Dilatarbelakangi oleh permasalah tersebut maka makalah ini disusun
untuk

membahas

mengenai

jenis

pengangguran,

penyebab

terjadinya

pengangguran dan dampak akibat meningkatnya jumlah pengangguran di


Indonesia.

1.2 Pembahasan

Sebelum berbicara tentang pengangguran, ada baiknya kita mengetahui


terlebih dahulu apa yang disebut dengan tenaga kerja, angkatan kerja dan usia
pekerja yang ditetapkan di Indonesia.
Tenaga kerja yaitu penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan
pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari
pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga.
Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang
bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab
(petani yang menunggu panen,karyawan yang sedang sakit,dsb).
Sedangkan yang dimaksud dengan usia pekerja adalah tingkat umur
seseorang yang diharapkan dapat bekerja dan memperoleh pendapatan. Di
Indonesia kisaran usia kerja adalah antara 10-64 tahun.
Kemudian yang disebut sebagai pengangguran atau tuna karya adalah
istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja
kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan.

A. JENIS PENGANGGURAN DAN PENYEBABNYA


Secara garis besar, pengangguran dapat dibedakan menjadi dua golongan,
menurut lama waktu kerja dan menurut penyebabnya.
I. Jenis pengangguran menurut waktu kerja
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau
tidak

bekerja

secara

optimal.

Berdasarkan

pengertian

diatas,

maka

pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :


1. Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang
tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu. Contoh : suatu kantor
mempekerjakan 10 orang karyawan padahal pekerjaan dalam kantor itu dapat
dikerjakan dengan baik walau hanya dengan 8 orang karyawan saja,sehingga
terdapat kelebihan 2 orang tenaga kerja. Orang-orang semacam ini yang disebut
dengan pengangguran terselubung.
2. Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak
bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga
kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari
35 jam selama seminggu. Contoh : seorang buruh bangunan yang telah
menyelesaikan pekerjaan di suatu proyek untuk sementara menganggur sambil
menunggu proyek berikutnya.
Setengah pengangguran dibagi menjadi dua kelompok :

Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam kerja
normal dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan
lain.
Setengah Penganggur Sukarela, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja
normal tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan
lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya sangat besar.
3. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang
sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup
banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha
secara maksimal.
II. Jenis Pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya :
Macam-macam pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan
menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Pengangguran konjungtural (Cycle Unemployment) adalah pengangguran yang
diakibatkan

oleh

perubahan

gelombang

(naik-turunnya)

kehidupan

perekonomian/siklus ekonomi.
b. Pengangguran struktural (Struktural Unemployment) adalah pengangguran
yang diakibatkan oleh ketidakcocokan antara keterampilan (kualifikasi) tenaga
kerja yang dibutuhkan dan keterampilan tenaga kerja yang tersedia.Perubahan
struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang merupakan latar
belakang ketidakcocokan itu. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh
beberapa kemungkinan, seperti :
i. Akibat permintaan berkurang
ii. Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
iii. Akibat kebijakan pemerintah
c. Pengangguran friksional (Frictional Unemployment) adalah pengangguran yang
muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja
(pergantian pekerjaan atau pergeseran tenaga kerja). Pengangguran ini muncul
dari kemauan tenaga kerja yang bersangkutan. Ia menganggur untuk sementara
waktu dalam rangka mencari pekerjaan yang lebih baik, menantang dan
menunjang karirnya. Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela.
d. Pengangguran musiman adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian
musim misalnya pergantian musim tanam ke musim panen.
e. Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan
atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin
f. Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya
kegiatan perekonomian (karena terjadi resesi). Pengangguran siklus disebabkan
oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerat demand). Contoh : suatu saat
perekonomian suatu negara mengalami masa pertumbuhan (menaik).Di saat
lain, mengalami resesi (menurun) atau bahkan depresi.Pada saat krisis ekonomi,
daya beli masyarakat menurun sehingga tingkat permintaan terhadap barang
dan jasa juga menurun.Turunnya permintaan masyarakat terhadap barang dan
jasa

memaksa

produsen

untuk

menurunkan

kegiatan

produksi.Produsen

melakukan ini antara lain dengan cara mengurangi pemakaian faktor produksi,

termasuk

tenaga

kerja.Inilah

mengapa

pada

saat

krisis

ekonomi

kita

menyaksikan banyaknya pegawai atau buruh terkena PHK sehingga menganggur.


B. SEBAB-SEBAB TERJADINYA PENGGANGURAN
Masalah pengangguran tentulah tidak muncul begitu saja tanpa suatu sebab.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran secara global adalah
sebagai berikut :
1. Besarnya Angkatan

Kerja

Tidak

Seimbang

dengan

Kesempatan

Kerja

Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada


kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
2. Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang
3. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak
seimbang. Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada
angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu
terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia.
Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada
tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
4. Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan
kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan
tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke
daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.
5. Budaya pilih-pilih pekerjaan.
Pada dasarnya setiap orang ingin bekerja sesuai dengan latar belakang
pendidikan. Dan lagi ditambah dengan sifat gengsi maka tak heran kebanyakan
yang ditemukan di Indonesia bukan pengangguran terselubung, melainkan
pengangguran terbuka yang didominasi oleh kaum intelektual (berpendidikan
tinggi).
6. Pemalas
Selain budaya memilih-milih pekerjaan,budaya (negatif) lain yang menjamur di
Indonesia adalah budaya malas. Malas mencari pekerjaan sehingga jalan keluar
lain yang ditempuh adalah dengan menyogok untuk mendapatkan pekerjaan.
7. Tidak mau ambil resiko
Saya bersedia tidak digaji selama 3 bulan pertama jika diterima bekerja di
kantor bapak. Dengan demikian bapak tidak akan rugi. Jika bapak tidak puas
dengan hasil kerja saya selama 3 bulan tersebut, bapak bisa pecat saya.
Adakah yang berani mengambil resiko seperti itu? Kami yakin sedikit sekali.
Padahal kalau dipikir-pikir itu justru menguntungkan si pencari kerja selama 3
bulan tersebut ia bisa menimba pengalaman sebanyak-banyaknya.
Meskipun akhirnya dipecat juga, toh dia sudah mendapat pengalaman kerja 3
bulan.
C. DAMPAK-DAMPAK PENGANGGURAN
Untuk mengetahui dampak pengganguran kita perlu mengelompokkan pengaruh
a.

pengganguran tersebut, yaitu:


Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara

Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah


meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil
dan dalam keadaan naik terus.
Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan
menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicitacitakan.
Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan
perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:

Pengangguran
bisa
menyebabkan
masyarakat

tidak

dapat

memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena


pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai
masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang
seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun
akan lebih rendah.
Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari
sektor pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan
menyebabkan

kegiatan

perekonomian

menurun

sehingga

pendapatan

masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari
masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk
kegiatan

ekonomi

pemerintah

juga

akan

berkurang

sehingga

kegiatan

pembangunan pun akan terus menurun.


Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya
pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang
sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan berkurang.
Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk
melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat
b.

investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.


Dampak pengangguran terhadap Individu yang Mengalaminya dan Masyarakat
Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang
mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:
Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian
Pengangguran dapat menghilangkan ketrampilan
Pengangguran dapat meningkatkan angka kriminalitas
Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial politik.
Pengangguran dapat meningkatkan angka kemiskinan.

D. KEBIJAKAN KEBIJAKAN PENGANGGURAN


Adanya
bermacam-macam
pengangguran

membutuh-kan

cara-cara

mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu


sebagai berikut :
I.
Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
2. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang
kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan

3. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan


(lowongan)
kerja yang kosong, dan
4. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami
pengangguran.
II.
Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan caracara sbb:
1. Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru,
terutama yang bersifat padat karya
2. Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang
timbulnya investasi baru
3. Menggalakkan pengembangan sector Informal, seperti home indiustri
4. Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sector
agraris dan sector formal lainnya
5. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan
jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga
kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan
swasta.
III.
Cara Mengatasi Pengangguran Musiman.
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
1. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sector lain, dan
2. Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu
ketika menunggu musim tertentu.
IV.
Cara mengatasi Pengangguran Siklus
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
1. Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
2. Meningkatkan daya beli Masyarakat.
Cara mengatasi Penngangguran menurut kelompok kami yaitu :
1. Program Pendidikan dan Pelatihan Kerja
Pengangguran terutama disebabkan oleh masalah tenaga kerja yang tidak
terampil dan ahli. Perusahaan lebih menyukai calon pegawai yang sudah
memiliki keterampilan atau keahlian tertentu. Masalah tersebut amat relevan di
negara kita mengingat sejumlah penganggur adalah orang yang belum memiliki
keterampilan atau keahlian tertentu. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu
digalakan lembaga yang mendidik tenaga kerja menjadi siap pakai. Yang paling
penting dalam pendidikan dan pelatihan kerja itu adalah kesesuaian program
dengan kualifikasi yang dituntut oleh kebanyakan perusahaan.
2.

Wiraswasta
Selama orang masih tergantung pada upaya mencari kerja di perusahaan
tertentu, pengangguran akan tetap menjadi masalah pelik. Masalah menjadi
agak terpecahkan apabila muncul keinginan untuk menciptakan lapangan usaha
sendiri atau berwiraswasta. Fakta memperlihatkan cukup banyak wiraswasta
yang berhasil. Meskipun demikian, wiraswasta pun bukanlah hal yang mudah.

BAB II

PENUTUP
2.1

Kesimpulan
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak

sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya.


Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan
adanya

pengangguran,

produktivitas

dan

pendapatan

masyarakat

akan

berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalahmasalah sosial lainnya.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran
dan

kesejahteraan.

Pengangguran

yang

berkepanjangan

juga

dapat

menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.


Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan
kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan
pendapatan per kapita suatu negara.
Rekomendasi. Memulihkan kondisi pengangguran di Indonesia tentulah
tidak semudah membalikan telapak tangan. Karena itu diperlukan kerjasama dari
seluruh elemen masyarakat dan pemerintah. Solusi paling mudah untuk
mengatasi hal ini adalah dengan menciptakan lapangan usaha sendiri dan tidak
mengharap yang muluk-muluk menjadi seorang karyawan suatu perusahaan
dengan

gaji

yang

besar.

Cara lain adalah dengan menetapkan kebijakan baru yang mempersempit


kesempatan para pemilik perusahaan untuk mem-PHK karyawannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. http://orinkaltimindonesia.wordpress.com/2010/11/21/makalahpengangguran/. Di akses tangal 15 januari 2014. Pukul 15.13 WIB

Ritonga,MT dkk. 2007. Ekonomi Untuk SMA kelas XI. Jakarta : PT Phibeta Aneka
Gama Internethttp://organisasi.org/pengertian-pengangguran-dan-jenis
macampengangguran friksional-struktural-musiman-siklikal/

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial,
seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan,
dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai
transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang
direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.Pokok pembangunan
di indonesia diantaranya dualisme peraturan, kependudukan dan kemiskinan, iklaim dan
geografis, dan pemerataan pembangunan. Negara indonesia termasuk dalam neara
berkembang, oleh karena itu masalah-masalah tersebut harus diselesaikan. Terutanma yang
sangat menghambat jalannya pembangunan di indonesia yaitu ketidak merataan penduduk
persebaran penduduk yang sangat padat. Dengan kepadatan penduduk tersebut maka
persaingan untuk mencari lapangan kerja sangat sulit, dan mengakibatkan pengangguran dan
Kemiskinan.
Keterbatasan lapangan pekerjaan di indonesia khuusnya di kota-kota besar sangatlah ytinggi
dari tahun ketahun, sehingga berpotensi untuk tidak dapat tertampungnya lulusan program
pendidikan di lapangan kerja setiap tahun selalu meninggakat tidak pernah mengalami
penurunan. Dan pada akhirnya masyarakat akan kehilangan kepercayaan secara signifikan
terhadap eksistensi lembaga pendidikan jika masalah pengangguran masih terus seperti ini di
tahun yang akan datang. Lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat
kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan
pendidikan dalam mengurangi angka kemiskinan yang ada.Sementara dampak sosial dari
jenis pengangguran ini relatif lebih besar dan banyak efek negative dari hal ini salah satunya
tinggkat kriminalitas tiap daerah juga ikut bertambah karena dorongan ekonomi. Mengingat
kompleksnya masalah ini, maka upaya pemecahannya pun tidak sebatas pada kebijakan sektor
pendidikan saja, namun merembet pada masalah lain secara multi dimensional. Fenomena
pengangguran sering menyebabkan timbulnya masalah sosial lainnya sperti yang sudah
diterangkan di atas. Di samping tentu saja akan menciptakan angka produktivitas sosial yang
rendah, yang akan menurunkan tingkat pendapatan masyarakat nantinya. Pengangguran
merupakan masalah serius yang dihadapi dalam pembangunan sumber daya manusia yang
tengah dilakukan saat ini. Krisis ekonomi yang kini dihadapi ternyata telah
memporakporandakan tatanan kehidupan bangsa.

1. B.

Rumusan masalah
1. dampak pengangguran terhadap pembangunan nasional ?
2. cara mengantasi penggangguran di Indonesia ?
3. C.

Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk menabah pengetahuan tentang pembangunan dan
masalah masalah yang dihadapi dalam penerapannya sepeti dampak pengangguran bagi
pembangunan nasional, dan adakah cara untuk mengatasi masalah penganggura tersebut. Bagi
mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan tentang tingiinya angka pengangguran
Diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dan pemerhati masalah sosial khususnya
tentang penggauran. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi yang membacanya.

BAB II
PEMBAHASAN
1. A.

Definisi Pengangguran

Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja yang sedang mencari
pekerjaan dan belum mendapatkannya. Menurut Teori Klasik (1729-1790), pengangguran itu
bersifat sukarela, karena tidak sesuainya tingkat upah dengan aspirasi pekerja. Bertambahnya
jumlah pengangguran dalam masyarakat terjadi karena orang menunggu pada masa transisi
dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain. Teori ini menyebutkan bahwa untuk mengurangi
pengangguran tidak diperlukan campur tangan pemerintah karena pengangguran yang terjadi
sifatnya sukarela. Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dar
prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran kerja.
Tingkat Pengangguran = Jml Yang Nganggur / Jml Angkatan Kerja x 100%

Jenis & Macam Pengangguran

1. Pengangguran Friksional

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya hanya sementara yang


disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja
dengan pembuka lamaran pekerjaan yang menjadi pihak penyedia.
1. Pengangguran Struktural

Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencari lapangan


pekerjaan tetapi tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan
kerja. Karena Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah terlebih di kota besar maka
akan meningkatkan pula kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang
lebih baik dari sebelum-sebelumnya.

1. Pengangguran Musiman

Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan


ekonomi jangka pendek atau perubahan keadaan suatu Negara secara tiba-tiba yang
menyebabkan seseorang harus nganggur. seperti petani yang menanti musim tanam, tukan
jualan duren yang menanti musim durian.
1. Pengangguran Siklikal

Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus
ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.

Pengangguran juga dapat dibedakan atas pengangguran sukarela (voluntary unemployment)


dan dukalara (involuntary unemployment). Pengangguran suka rela adalah pengangguran
yang menganggur untuk sementara waktu karna ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik.
Sedangkan pengangguran duka lara adalah pengengguran yang menganggur karena sudah
berusaha mencari pekerjaan namun belum berhasil mendapatkan kerja.

1. B.

MASALAH PENGANGURAN SECARA UMUM

Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup
memprihatinkan ditandai dengan jumlah penganggur dan setengah penganggur yang besar,
pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata. Sebaliknya pengangguran dan setengah
pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan pemborosan sumber daya dan potensi yang
ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong
peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat menghambat pembangunan dalam
jangka panjang.

Kondisi pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan


sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama
kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal; dan dapat
menghambat pembangunan dalam jangka panjang.Pembangunan bangsa Indonesia kedepan
sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia Indonesia yang sehat fisik dan mental
serta mempunyai ketrampilan dan keahlian kerja, sehingga mampu membangun keluarga
yang bersangkutan untuk mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang tetap dan layak,
sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup, kesehatan dan pendidikan anggota
keluarganya.

Dalam pembangunan Nasional, kebijakan ekonomi makro yang bertumpu pada sinkronisasi
kebijakan fiskal dan moneter harus mengarah pada penciptaan dan perluasan kesempatan
kerja. Untuk menumbuh kembangkan usaha mikro dan usaha kecil yang mandiri perlu

keberpihakan kebijakan termasuk akses, pendamping, pendanaan usaha kecil dan tingkat suku
bunga kecil yang mendukung.
Berikut adalah beberapa penyebab pengangguran yang umum terjadi di Indonesia.
1. Pendidikan rendah.

endidikan yang rendah dpat menyebabkan seseorang kesulitan dalam mencari pekerjaan. Di
karenakan semua perusahaan membutuhkan pegawai seminimal SMA.
1. Kurangnya keterampilan.

Banyak mahasiswa atau lulusan SMA yang sudah mempunyai kriteria dalam bekerja,namun
dalam teknisnya keterampilannya masih kurang. Sehingga susah dalam mencari pekerjaan.

1. Kurangnya lapangan pekerjaan.

Setiap tahunnya, Indonesia memiliki jumlah lulusan sekolah atau kuliah yang begitu tinggi.
Jumlah yang sangat besar ini tidak seimbang dengan lapangan pekerjaan yang ada, baik yang
di sediakan oleh pemerintah maupun swasta.
1. Kurangnya tingkat EQ masyarakat.

Tingkat EQ meliputi kemampuan seseorang dalam mengandalikan emosi, yang berpengaruh


terhadap keterampilan berbicara/berkomunikasi, bersosialisasi, kepercayaan diri, dan sifat
lainnya yang mendukung dalam hidup di masyarakat.
1. Rasa malas dan ketergantungan diri pada orang lain.

Misalnya ada seorang lulusan sarjana yang kemudian tidak mau bekerja dan lebih suka
menggantungkan hidup kepada orang tua atau pasangannya bila sudah menikah. Ia termasuk
pengangguran, selain itu ia melewatkan peluang untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan
bagi orang lain.
1. Tidak mau berwirausaha.

Umumnya sesorang yang baru lulus sekolah/kuliah terpaku dalam mencari pekerjaan, seolah
itu adalah tujuan yang sangat mutlak. Sehingga persaingan mencari pekerjaan lebih besar di
bandingkan membuat suatu usaha.

Kebijakan Pemerintah Pusat dengan kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah


Kabupaten/Kota harus merupakan satu kesatuan yang saling mendukung untuk penciptaan
dan perluasan kesempatan kerja.
Permagangan mungkin salah satu alternatif solusi praktis dan tepat. Hal ini didasarkan bahwa
dunia usaha terkesan tertutup terhadap mahasiswa yang datang untuk melakukan kegiatan

penelitian (riset) sehingga menguatkan adanya kesenjangan tersebut. Tapi ini juga belum
ditangani secara serius dan terpadu.
Salah satu bentuk pengangguran yang populer dewasa ini adalah pengangguran terdidik.
Kekurangselarasan antara perencanaan pembangunan pendidikan dengan perkembangan
lapangan kerja merupakan penyebab utama terjadinya jenis pengangguran ini. Pengangguran
terdidik secara potensial dapat menyebabkantimbulnya masalah-masalah sosial dengan
tingkat rawan yang lebih tinggi, menciptakan pemborosan sumber daya pendidikan,
menurunkan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan.
Menurunnya apresiasi masyarakat terhadap pendidikan itu di , ditandai oleh:
1. berkurangnya jumlah siswa (di samping akibat keberhasilan KB).
2. meningkatnya jumlah tenaga kerja (TK) unskill and uneducated dalam
sektor sekunder.
3. rendahnya angka melanjutnya pendidikan (di Jawa Barat hanya 57%
lulusan SD meneruskan ke SMP).
4. meningkatnya jumlah pengguna jasa pendidikan luar negeri.
5. Dampak pengangguran terhadap pembangunan nasional

Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya menjadi terbuang percuma dan tingkat
pendapatan masyarakat akan merosot. Sehingga menghambat beberapa faktor pembangunan
nasional, seperti :
1. Pendapatan nasional dan pendapatan perkapita.

Upah merupakan salah satu komponen dalam penghitungan pendapatan nasional. Apabila
tingkat pengangguran semakin tinggi, maka nilai komponen upah akan semakin kecil. Dengan
demikian, nilai pendapatan nasional pun akan semakin kecil.Pendapatan per kapita adalah
pendapatan nasional dibagi jumlah penduduk. Oleh karna itu, nilai pendapatan nasional yang
semakin kecil akibat pengangguran akan menurunkan nilai pendapatan per kapita.
1. Beban psikologis

Semakin lama seseorang menganggur, semakin besar beban psikologis yang harus
ditanggung. Secara psikologis, orang yang menganggur mempunyai perasaan tertekan,
sehingga berpengaruh terhadap berbagai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dampak
psikologis ini mempunyai efek domino di mana secara sosial, orang menganggur akan merasa
minder karena status sosial yang tidak atau belum jelas.
1. Biaya sosial

Dengan semakin besarnya jumlah pengangguran, semakin besar pula biaya sosial yang harus
dikeluarkan. Biaya sosial itu mencakup biaya atas peningkatan tugas-tugas medis, biaya
keamanan, dan biaya proses peradilan sebagai akibat meningkatnya tindak kejahatan.
1. Penerimaan negara

Salah satu sumber penerimaan negara adalah pajak, khususnya pajak penghasilan. Pajak
penghasilan diwajibkan bagi orang-orang yang memiliki pekerjaan. Apabila tingkat
pengangguran meningkat, maka jumlah orang yang membayar pajak penghasilan berkurang.
Akibatnya penerimaan negara pun berkurang.Beberapa faktor di atas dapat menghambat
pembangunan nasional yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Baik berupa
penbangunan sistem sosial, politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan
teknologi, kelembagaan, dan budaya.
1. Cara mengatasi pengangguran di Indonesia

Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah selama ini dalam mengurang jumlah
pengangguran di Indonesia, namun masih saja pengangguran tidak berkurang bahkan lebih
bertambah setiap tahunnya di karenakan tidak seimbangnya jumlah pencari kerja dan
lapangan pekerjaan.
Menurut Paul A. Samuelson dan Wiliam D. Nurdhaous dalam bukunya Ekonomi
mengemukakan cara-cara mengatasi pengangguran yaitu sebagai berikut:
1. Memperbaiki pasar tenaga kerja
2. Menyediakan program pelatihan
3. Menciptakan program padat karya

Selain hal tersebut di atas, sesuai dengan GBHN 1999, pemerintah Indonesia hendaknya:
Mengembangkan tenaga kerja secara menyeluruh dan terpadu yang diarahkan pada
peningkatan kompetensi dan kemandirian tenaga kerja peningkatan pengupahan, penjaminan
kesejahteraan, perlindungan kerja dan kebebasab berserikat, dan
Meningkatkan kualitas dan kuantitas penempatan tenaga kerja ke luar negeri dengan
memerhatikan kompetensi, perlindungan, dan pembelaan tenaga kerja yang di kelola secara
terpadu dan mencegah timbulnya eksploitasi tenaga kerja.

Ada berbagai cara dalam mengatasi pengangguran,yaitu :

Peningkatan Mobilitas Tenaga kerja dan Modal

Penyediaan Informasi tentang Kebutuhan Tenaga Kerja

Program Pendidikan dan Pelatihan Kerja

Menggalakkan program transmigrasi

Meningkatkan dan mendorong kewiraswastaan

Mengintensifkan program keluarga berencana

Menekan impor dan memperbanyak ekspor

Hal hal di atas adalah beberapa cara yang dapat di gunakan pemerintah dalam mengurangi
pengangguran di Indonesia dan dapat memperkuat ekonomi Indonesia. Namun pemerintah
tidak akan bisa menjalankan program program tersebut jika tanpa adanya kerjasama dengan
pihak swasta dan masyarakat.
1. E.

Kesimpulan

Pengangguran merupakan faktor penting dalam pembangunan nasional baik jangka panjang
maupun jangka pendek. Pengangguran harus segera di atasi agar ekonomi indonesia bisa lebih
baik dan mampu bersaing dengan luar negeri. Pemerintah diharapakan dapat mengatasi
pengangguran dengan menyediankan lapangan pekerjaan atau program-program bina usaha
untuk masyarakat kecil.Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah
lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari
kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja
bagi para pencari kerjaSetiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan yang banyak bagi
kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dengan
partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan penanggulangan
pengangguran menjadi komitmen nasional.
Untuk itu diperlukan dua kebijakan, yaitu kebijakan makro dan mikro (khusus). Kebijakan
makro (umum) yang berkaitan erat dengan pengangguran, antara lain kebijakan makro
ekonomi seperti moneter berupa uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar yang
melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiskal (Departemen Keuangan) dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Dampak Pengangguran Terhadap Pembangunan Nasional. Diakses dari
http://aniatih.blogspot.com/2012/09/dampak-pengangguran-terhadap.html
http://laillamardianti.wordpress.com/2011/04/17/pengangguran-dan-cara-mengatasinya/.
BAB 1
PENGANGGURAN
Definisi Pengangguran :
Menurut Ida Bagoes Mantra, pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang
ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Konsep ini sering diartikan sebagai
keadaan pengangguran terbuka.
Menurut Dumairy Pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya
orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan.
Masalah yang sering dihadapi adalah masalah setengah menganggur atau pengangguran tidak
kentara, yang pengertiannya adalah sebagai berikut :
1. Setengah menganggur
Keadaan setengah menganggur (underemployment) terletak antara full employment dan sama
sekali menganggur. Pengertian yang digunakan ILO, Underemployment yaitu perbedaan

antara
jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya dengan jumlah
pekerjaan yang secara normal mampu dan ingin dikerjakannya.
Konsep ini dibagi dalam :
a. Setengah menganggur yang kentara
Setengah menganggur yang kentara (visible underemployment) adalah jika seseorang bekerja
tidak tetap (part time) di luar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih
pendek dari biasanya.
b. Setengah menganggur yang tidak kentara
Setengah menganggur yang tidak kentara (invisible underemployment) adalah jika seseorang
bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjannya itu dianggap tidak mencukupi karena
pendapatannya terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk
mengembangkan seluruh keahliannya.
2. Pengangguran tidak kentara
Pengangguran tidak kentara (disguised unemployment), dalam angkatan kerja mereka
dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetapi sebetulnya mereka menganggur jika dilihat dari
segi produktivitasnya. Jadi di sini mereka sebenarnya tidak mempunyai produktivitas dalam
pekerjaannya. Misalnya mereka terdiri dari 4 orang yang bersama-sama bekerja dalam jenis
pekerjaan yang sesungguhnya dapat dikerjakan oleh 3 orang sehingga 1 orang merupakan
disguised unemployment.
3. Pengangguran friksional
Pengangguran friksional yaitu pengangguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari
suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus mempunyai waktu tenggang dan
berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang lain tersebut.
Menurut Lincolin Arsyad (1999: 35), untuk memperoleh pengertian sepenuhnya tentang arti
penting dari masalah ketenagakerjaan (employment) di perkotaan, kita harus
memperhitungkan pula maslah pertambahan pengangguran terbuka yang jumlahnya lebih
besar yaitu mereka yang kegiatannya aktif bekerja tetapi secara ekonomis sebenarnya mereka
tidak bekerja secara penuh (underutilized). Untuk mengelompokkan masing-masing
pengangguran, menurut Edgar O. Edward (tahun 1974 ) buku Ekonomi Pembangunan
(Lincolin Arsyad, 1999: 35) perlu diperhatikan dimensi-dimensi:

1. Waktu (banyak di antara mereka yang bekerja lebih lama, misalnya jam kerjanya per hari,
per minggu, atau per tahun).
2. Produktivitas (kurangnya produktivitas seringkali disebabkan oleh kurangnya sumber dayasumber daya komplementer Untuk melakukan pekerjaan).
3. Intensitas pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi makanan)
Bentuk pengangguran :
Menurut Edgar O. Edward (tahun 1974 ) Pengangguran dibagi kedalam 5 Bentuk :
1. Pengangguran terbuka : baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena

mengharapkan pekerjaan yang lebih baik) maupun secara terpaksa (mereka yang mau bekerja
tetapi tidak memperoleh pekerjaan).
2. Setengah menganggur (underemployment): yaitu mereka yang bekerja lamanya (hari,
minggu, musiman) kurang dari yang mereka biasa kerjakan.
3. Tampaknya bekerja tetapi tidak bekerja secara penuh: yaitu mereka yang tidak digolongkan
sebagai pengangguran terbuka dan setengah pengangguran, termasuk di sini adalah:
a. Pengangguran tak kentara (disguised unemployment) Misalnya para petani yang bekerja di
lading selama sehari penuh, apdahal pekerjaan itu sebenarnya tidak memerlukan waktu
selama sehari penuh.
b. Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment) Misalnya oaring yang bekerja tidak
Sesuai dengan tingkat atau jenis pendidikannya.
c. Pensiun lebih awal
Fenomena ini merupakan kenyataan yang terus berkembang di kalngan pegawai pemerintah.
Di beberapa negara, usia pensiun dipermuda sebagai alat menciptakan peluang bagi yang
muda untuk menduduki jabatan di atasnya.
4. Tenaga kerja yang lemah (impaired): yaitu mereka yang mungkin bekerja full time, tetapi
intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.
5. Tenaga kerja yang tidak produktif : yaitu mereka yang mampu untuk bekerja secara
produktif tetapi karena sumber daya-sumber daya penolong kurang memadai maka mereka
tidak bisa menghasilkan sesuatu dengan baik.
Berikut adalah data engangguran untuk 5 tahun terakhir :
Tahun 2005
Jumlah angkatan kerja Februari 2005 mencapai 105,8 juta orang, bertambah 1,8 juta orang
dibanding Agustus 2004 sebesar 104,0 juta orang.
Jumlah penduduk yang bekerja dalam 6 bulan yang sama hanya bertambah 1,2 juta orang,
dari 93,7 juta menjadi 94,9 juta orang, yang berarti menambah jumlah penganggur baru
sebesar 600 ribu orang.
Dengan demikian, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2005 mencapai 10,3
persen, lebih tinggi sedikit dibanding TPT pada Agustus 2004 sebesar 9,9 persen.
Tahun 2006
Jumlah angkatan kerja pada Februari 2006 mencapai 106,3 juta orang, bertambah 500 ribu
orang dibandingkan jumlah angkatan kerja pada Februari 2005 sebesar 105,8 juta orang.
Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2006 sebesar 95,2 juta orang, bertambah 300
ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan pada Februari 2005, tetapi bertambah 1,2 juta
orang jika dibandingkan dengan keadaan Nopember 2005.
Tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2006 mencapai 10,4 persen, sedikit lebih
tinggidibandingkan keadaan pada Februari 2005 (10,3%).
Tahun 2007
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2007 mencapai 108,13 juta orang,
bertambah 1,74 juta orang dibanding jumlah angkatan kerja Agustus 2006 sebesar 106,39 juta
orang atau bertambah 1,85 juta orang dibanding Februari 2006 sebesar 106,28 juta orang.
Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2007 mencapai 97,58 juta orang,
bertambah 2,12 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan pada Agustus 2006 sebesar
95,46 juta orang, atau bertambah 2,40 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan Februari
2006 sebesar 95,18 juta orang.
Jumlah penganggur pada Februari 2007 mengalami penurunan sebesar 384 ribu orang
dibandingkan dengan keadaan Agustus 2006 yaitu dari 10,93 juta orang pada Agustus 2006

menjadi 10,55 juta orang pada Februari 2007, dan mengalami penurunan sebesar 556 ribu
orang jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2006 sebesar 11,10 juta orang.
Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2007 mencapai 9,75 persen,
mengalami penurunan dibandingkan keadaan pada Agustus 2006 (10,28 persen), demikian
juga terhadap keadaan Februari 2006 (10,40 persen).

Tahun 2008
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2008 mencapai 111,95 juta orang,
bertambah 470 ribu orang dibanding jumlah angkatan kerja Februari 2008 sebesar 111,48 juta
orang atau bertambah 2,01 juta orang dibanding Agustus 2007 sebesar 109,94 juta orang.
Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2008 mencapai 102,55 juta orang,
bertambah 503 ribu orang dibanding keadaan pada Februari 2008 sebesar 102,05 juta orang,
atau bertambah 2,62 juta orang dibanding keadaan Agustus 2007 sebesar 99,93 juta orang.
Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Agustus 2008 mencapai 8,39 persen,
mengalami penurunan dibanding pengangguran Februari 2008 sebesar 8,46 persen, dan
pengangguran Agustus 2007 sebesar 9,11 persen.
Tahun 2009
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 113,83 juta orang,
bertambah 90 ribu orang dibanding jumlah angkatan kerja Februari 2009 sebesar 113,74 juta
orang atau bertambah 1,88 juta orang dibanding Agustus 2008 sebesar 111,95 juta orang.
Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 104,87 juta orang,
bertambah 380 ribu orang dibanding keadaan pada Februari 2009 sebesar 104,49 juta orang,
atau bertambah 2,32 juta orang dibanding keadaan Agustus 2008 sebesar 102,55 juta orang.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 7,87
persen, mengalami penurunan apabila dibandingkan TPT Februari 2009 sebesar 8,14 persen,
dan TPT Agustus 2008 sebesar 8,39 persen.
Tahun 2010
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 116,5 juta orang,
bertambah sekitar 530 ribu orang dibanding angkatan kerja Februari 2010 yang sebesar 116,0
juta orang atau bertambah 2,7 juta orang dibanding Agustus 2009 yang sebesar 113,8 juta
orang.
Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 108,2 juta orang,
bertambah sekitar 800 ribu orang dibanding keadaan pada Februari 2010 yang sebesar 107,4
juta orang atau bertambah 3,3 juta orang dibanding keadaan Agustus 2009 yang sebesar 104,9
juta orang.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 7,14
persen, mengalami penurunan dibanding TPT Februari 2010 yang sebesar 7,41 persen dan
TPT Agustus 2009 yang sebesar 7,87 persen.

Dari data di atas dapat saya ambil kesimpulan secara umum yaitu : pemerintah Indonesia
sudah cukup berhasil dalam menangani masalah kemiskinan karena telah mampu
menciptakan lapangan kerja sehingga pengangguran di Indonesia berkurang walaupun tidak
terlalu banyak dan untuk kedepannya harus lebih di tingkatkan lagi.

Anda mungkin juga menyukai