Anda di halaman 1dari 2

Menjabarkan pro dan kontra kebijakan pemberian gaji kepada pengangguran di

Indonesia
Penganggura adalah salah satu masalah serius yang masih dihadapi oleh negara-negara
berkembang, tak terkecuali Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS),
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia mengalami penurunan sejak tahun 2015
sampai dengan tahun 2019. Tercatat bahwa pada Agustus 2019, TPT turun menjadi 5,28 persen
dibandingkan tahun lalu yang sebesar 5,34 persen. Dengan kata lain terdapat 5 orang penganggur
dari 100 orang angkatan kerja di Indonesia.
Sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja, Tingkat Parsipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga
mengalami peningkatan. TPAK Agustus 2019 sebesar 67,49 persen, meningkat 0,23 persen poin
dibandingkan tahun lalu. Peningkatan TPAK memberikan indikasi potensi ekonomi dari sisi
pasokan (supply) tenaga kerja yang meningkat.
Sakernas Agustus 2019 mencatat ada sejumlah 8,13 juta orang setengah pengangguran (orang
yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia
menerima pekerjaan) dan 28,41 juta orang pekerja paruh waktu (orang yang bekerja di bawah
jam kerja normal kurang dari 35 jam seminggu tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia
menerima pekerjaan lain).
Data-data diatas menunjukan bahwa angka pengangguran di Indonesia masih tergolong cukup
tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut, saat ini pemerintah masih terus mengupayakan solusi
terbaik. Salah satu solusi yang baru-baru ini diluncurkan adalah dengan melalui Program Kartu
Pra Kerja. Program tersebut resmi diluncurkan pada tanggal 20 Maret lalu dan mulai dapat
digunakan pada bulan April.
Program Kartu Pra Kerja adalah program pengembangan kompetensi kerja yang ditujukan untuk
pencari kerja, pekerja/buruh yang terkena pemutusan hubungan kerja, dan/atau pekerja/buruh
yang membutuhkan peningkatan kompetensi. Penerima manfaat dari kartu prakerja adalah
pencari kerja, pekerja/buruh yang terkena PHK, dan pekerja/buruh aktif yang membutuhkan
peningkatan kompetensi .

Syarat penerima adalah Warga Negara Indonesia (WNI), usia minimal 18 tahun, dan tidak
sedang mengikuti pendidikan formal. Pemerintah memprioritaskan program ini untuk pencari
kerja muda, namun tidak untuk yang sedang bersekolah atau duduk di bangku kuliah.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, biaya pelatihan


yang akan ditanggung pemerintah melalui kartu pra kerja bervariasi, mulai Rp 3 juta hingga Rp 7
juta per orang. Nantinya, pemerintah akan membayarkan biaya pelatihan tersebut kepada
lembaga pelatihan melalui platform digital. Sejalan dengan manfaat dari kartu prakerja adalah
mendapatkan pelatihan dan insentif. Maka dari itu, lembaga pealtihan yang sudah ditunjuk wajib
memberikan sertifikat pelatihan kepada penerima yang telah mengikuti pelatihan.
Hingga saat ini, terdapat delapan platform market place yang bakal menjadi perantara antara
lembaga pelatihan dan pencari kerja. Kedelapan platform tersebut adalah Tokopedia, Bukalapak,
Skill Academy by Ruangguru, MauBelajarApa, HarukaEdu, PijarMahir, Sekolah.mu dan
Sisnaker.

Anda mungkin juga menyukai