Identitas Nasional
Identitas Nasional
IDENTITAS NASIONAL
NAMA KELOMPOK:
1. Diah Pramudiya Wardani
2. Bagus Agung Santosa
3. Annisa Rahim
4. Nova Rusfita Dewi
5. Awwalul Chasanah
6. Friendika Rinanda
7. Irma Dwi Suryani
8. Tika Noor Prastia
9. Kartika Mega
10. Ragil Tri Hatmoko
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Perlu dikemukakan bahwa nilai-nilai budaya yang tercermin sebagai Identitas Nasional tadi
bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan
sesuatu yang terbuka-cenderung terus menerus bersemi sejalan dengan hasrat menuju kemajuan
yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya. Konsekuensi dan implikasinyaadalahidentitas
nasional juga sesuatu yang terbuka, dinamis, dan dialektis untuk ditafsir dengan diberi makna
baru agar tetap relevan dan funsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat.
Hakikat identitas nasional indonesia adalah pancasila yg diaktualisasikan dalam bergagai
kehidupan dan berbangsa. AKTUALISASI ini untuk menegakkan pancasila dan uud 45
sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan uud 45 terutama alinea ke 4
Krisis multidimensi yang kini sedang melanda masyarakat kita menyadarkan bahwa pelestarian
budaya sebagai upaya untuk mengembangkan Identitas Nasional kita telah ditegaskan sebagai
komitmen konstitusional sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri negara kita dalam
pembukaan, khususnya dalam Pasal 32 UUD 1945 beserta penjelasannya, yaitu :
Pemerintah memajukan Kebudayan Nasional Indonesia
yang diberi penjelasan :
Kebudayan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budaya rakyat Indonesia
seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli terdapat ebagi puncak-puncak kebudayaan di daerahdaerah seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus
menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahanbahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya
kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia .
Kemudian dalam UUD 1945 yang diamandemen dalam satu naskah
disebutkan dalam Pasal 32
1. Negara memajukan kebudayan Nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memeliharra dan mengembangkan nilai-nilai budaya.
2. Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
Menurut Syarbani dan Wahid dalam bukunya yang berjudul Membangun Karakter dan
Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan, keempat unsur Identitas Nasional tersebut
diatas dapat dirumuskan kembali menjadi 3 bagian:
datang.
f. Pada masa Proklamasi 17-8-1945, yang merupakan :
Titik kulminasi perjuangan Bangsa Indonesia
Untuk membebaskan diri dari cengkraman penjajah
Menjadi momen kemerdekaan
tengah desakan kepentingan umum akibat bencana yang terjadi dimana-mana dan
kondisi social ekonomi yang diterpa krisis dari waktu ke waktu
d. Lemahnya kemampuan bangsa dalam mengelola keragaman
Gejala tersebut dapat di lihat dari menguatnya orientasi dalam kelompok, etnik,
dan agama yang berpotensi menimbulkan konflik social dan bahkan disintegrasi
bangsa. Masalah ini juga semakin serius akibat dari makin terbatasnya ruang
public yang dapat diakses dan dikelola bersama masyarakat yang multikultur
untuk penyaluran aspirasi. Dewasa ini muncul kecenderungan pengalihan ruang
publik ke ruang privat karena desakan ekonomi.
e. Kurangnya kemampuan bangsa dalam mengelola kekayaan budaya yang kasat
mata (tangible) dan yang yang tidak kasat mata (intangible). Dalam era otonomi
daerah, pengelolaan kekayaan budaya menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah. Kualitas pengelolaan yang rendah tidak hanya disebabkan oleh kapasitas
fiskal, namun juga pemahaman, apresiasi, kesadaran, dan komitmen pemerintah
daerah terhadap kekayaan budaya. Pengelolaan kekayaan budaya ini juga masih
belum sepenuhnya menerapkan prinsip tata pemerintahan yang baik (good
governance). Sementara itu, apresiasi dan kecintaan masyarakat terhadap budaya
dan produk dalam negeri masih rendah, antara lain karena keterbatasan informasi.
f. Terjadinya krisis jati diri (identitas) nasional. Nilai nilai solidaritas sosial,
kekeluargaan, dan keramahtamahan sosial yang pernah di anggap sebagai
kekuatan pemersatu dan ciri khas bangsa indonesia, makin pudar bersamaan
dengan menguatnya nilai nilai materialisme. Demikian pula kebanggaan atas
jati diri bangsa seperti penggunaan bahasa indonesia secara baik dan benar,
semakin terkikis oleh nilai nilai yang dianggap lebih superior. Identitas nasional
meluntur oleh cepatnya penyerapan budaya global yang negatif, serta tidak
mampunya bangsa indonesia mengadopsi budaya global yang lebih relevan bagi
upaya pembangunan bangsa dan karakter bangsa (nation and character building).
6. Keterkaitan Globalisasi terhadap Identitas Nasional
Era Globalisasi merupakan era yang penuh dengan kemajuan dan persaingan, sedangkan
Identitas Nasional sebuah bangsa merupakan hal yang sangat diperlukan untuk memperkenalkan
sebuah bangsa atau Negara dimata dunia. Dengan adanya Globalisasi, identitas sebuah bangsa
dan Negara dapat mudah dikenalkan dimata internasional atau juga identitas tersebut mudah
tenggelam karena terpengaruh oleh bangsa dan Negara lain. Perlu kita sadari, bangsa Indonesia
yang kita cintai ini sedang mengalami krisis identitas nasional yang sangat membahayakan bagi
nilai nilai dasar Identitas bangsa Indonesia itu sendiri. Letak Negara Indonesia yang sangat
setrategis merupakan hal yang sangat mempengaruhi terjaga atau tidak kelangsungan Identitas
bangsa Indonesia. Globalisasi yang terus berkembang pesat membuat nilai nilai budaya bangsa
Indonesia mulai terkikis oleh budaya budaya barat yang kurang sesuai dengan budaya asli
bangsa Indonesia seperti halnya budaya berpakaian. Kebaya dan batik yang merupakan salah
satu identitas bangsa
Indonesia yang berupa pakaian, kini mulai hilang dari kehidupan bangsa Indonesia karena
tergantikan oleh pakaian yang bersifat kebarat - baratan. Tidak hanya itu saja, masyarakat
Indonesia yang dulunya terkenal sebagai orang orang yang ramah, kini mulai terpengaruh
terhadap era globalisai yang memiliki sifat persaingan yang sangat tinggi yang menyebabkan
kesenjangan sosial di masyarakt semakin meningkat.
7. Keterkaitan Integrasi Nasional Indonesia dan Identitas Nasional
Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional. Untuk
mewujudkannya, diperlukan keadilan dalam kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dengan
tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa, dan sebagainya. Sebenarnya, upaya mcmbangun
keadilan, kesatuan, dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya membangun dan
membina stabilitas politik. Di samping itu, upaya lainnya dapat dilakukan, seperti banyaknya
keterlibatan pemerintah dalam mcncntukan komposisi dan rnckanisme parlemen. Dengan
demikian, upaya integrasi nasional dengan strategi yang mantap perlu terus dilakukan agar
terwujud integrasi bangsa Indonesia yang diinginkan. Upaya pembangunan dan pembinaan
integrasi nasional ini perlu karena pada hakikatnya integrasi nasional menunjukkan kckuatan
persatuan dan kesaluan bangsa yang diinginkan. Pada akhirnya, persatuan dan kesatuan bangsa
inilah yang dapat lebih menjamin terwujudnya negara yang makmur, aman. dan tentram. Konflik
yang terjadi di Aceh, Ambon, Kalimantan Barat, dan Papua merupakan cermin belum
terwujudnya integrasi nasional yang diharapkan. Adapun keterkaitan integrasi nasional dengan
Identitas Nasional adalah bahwa adanya integrasi nasional dapat menguatkan akar dari Identitas
Nasional yang sedang dibangun.
8. Pancasila Sebagai Pemberdayaan Identitas Nasional
Suatu bangsa harus memiliki identitas nasional dalam pergaulan internasional. Tanpa national
identity, maka bangsa tersebut akan terombang-ambing mengikuti ke mana angin membawa.
Dalam ulang tahunnya yang ke-62, bangsa Indonesia dihadapkan pada pentingnya
menghidupkan kembali identitas nasional secara nyata dan operatif.Identitas nasional kita terdiri
dari empat elemen yang biasa disebut sebagai konsensus nasional. Konsensus dimaksud adalah
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan
Bhinneka Tunggal Ika.
Revitalisasi Pancasila harus dikembalikan pada eksistensi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara. Karena ideologi adalah belief system, pedoman hidup dan rumusan cita-cita atau nilainilai (Sergent, 1981), Pancasila tidak perlu direduksi menjadi slogan sehingga seolah tampak
nyata dan personalistik. Slogan seperti Membela Pancasila Sampai Mati atau Dengan
Pancasila Kita Tegakkan Keadilan menjadikan Pancasila seolah dikepung ancaman dramatis
atau lebih buruk lagi, hanya dianggap sebatas instrument tujuan. Akibatnya, kekecewaan bisa
mudah mencuat jika slogan-slogan itu tidak menjadi pantulan realitas kehidupan masyarakat.
Karena itu, Pancasila harus dilihat sebagai ideologi, sebagai cita-cita. Maka secara otomatis akan
tertanam pengertian di alam bawah sadar rakyat, pencapaian cita- cita, seperti kehidupan rakyat
yang adil dan makmur, misalnya, harus dilakukan bertahap. Dengan demikian, kita lebih leluasa
untuk merencanakan aneka tindakan guna mencapai cita-cita itu.
Selain perlunya penegasan bahwa Pancasila adalah cita-cita, hal penting lain yang dilakukan
untuk merevitalisasi Pancasila dalam tataran ide adalah mencari maskot. Meski dalam hal ini ada
pandangan berbeda karena dengan memeras Pancasila berarti menggali kubur Pancasila itu
sendiri, namun dari sisi strategi kebudayaan adalah tidak salah jika kita mengikuti alur pikir
Soekarno, jika perlu Pancasila diperas menjadi ekasila, Gotong Royong. Mungkin inilah maskot
yang harus dijadikan dasar strategi kebudayaan guna penerapan Pancasila. Pendeknya, ketika
orang enggan menyebut dan membicarakan Pancasila, Gotong Royong dapat dijadikan maskot
dalam rangka revitalisasi Pancasila.
Mencari maskot. Meski dalam hal ini ada pandangan berbeda karena dengan memeras Pancasila
berarti menggali kubur Pancasila itu sendiri, namun dari sisi strategi kebudayaan adalah tidak
salah jika kita mengikuti alur pikir Soekarno, jika perlu Pancasila diperas menjadi ekasila,
Gotong Royong. Mungkin inilah maskot yang harus dijadikan dasar strategi kebudayaan guna
penerapan Pancasila. Pendeknya, ketika orang enggan menyebut dan membicarakan Pancasila,
Gotong Royong dapat dijadikan maskot dalam rangka revitalisasi Pancasila.
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam kesempatan kali ini penyusun ingin menegaskan bahwa diera Globalisasi seperti
sekarang ini Identitas Nasional merupakan hal yang harus diperhatikan, karena Identitas
Nasional merupaka hal yang membuat bertahan atau tidaknya ciri khas dan karakteristik suatu
bangsa yang seharusnya menjadi kebanggan bangsa itu sendiri karena, Identita Nasional
merupakan salah satu senjata untuk bersaing kearah yang lebih positif diera Globalisasi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Syarbani Syahrial, Wahid Aliaras. 2006; Membangun Karakter dan
Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan, UIEU University Press
2009; Kompetensi Demokrasi yang Beradab
melalui Pendidikan Kewarganegaraan, Graha Ilmu, Yogyakarta.
http://kewarganegaraan.wordpress.com/2007/11/30/ memerangi-pengikisanidentitas-nasional/
http://fisip.untirta.ac.id/teguh/?p=45