Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PKN

IDENTITAS NASIONAL

NAMA KELOMPOK:
1. Diah Pramudiya Wardani
2. Bagus Agung Santosa
3. Annisa Rahim
4. Nova Rusfita Dewi
5. Awwalul Chasanah
6. Friendika Rinanda
7. Irma Dwi Suryani
8. Tika Noor Prastia
9. Kartika Mega
10. Ragil Tri Hatmoko

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Berdasarkan tugas yang diberikan oleh Dosen Kewarganegaraan mengenai materi
IDENTITAS NASIONAL dan melihat kondisi mengenai Identitas Nasional yang ada di Bangsa
dan Negara kita akhir akhir ini. Maka dengan ini, penyusun ingin mencoba memaparkan
mengenai pembahasan:
-

Pengertian Identitas Nasional beserta unsur unsurnya.


Keterkaitan Globalisasi terhadap Identitas Nasional.

2. Tujuan dan Manfaat Penulisan


Adapun tujuan dan manfat penulisan makalah ini, penulis berharap dapat memberikan
suatu kontribusi mengenai materi Identits Nasional dan dapat memberikan sebuah dorongan
untuk lebih memahami makna Identitas Nasional dalam era globalisasi ini, khususnya bagi
penyusun dan umumnya bagi kawan kawan yang membaca makalah ini.

PEMBAHASAN

1. Pengertian Identitas Nasional


- Identity : ciri-ciri, tanda atau jati diri
- Term antropologi : identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan
sesuai dengan kesadaran diri pribadi, golongan sendiri, kelompok sendiri,
atau negara sendiri.
Nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok- kelompok yang lebih besar yang
diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, dan bahasa maupun non fisik,
seperti keinginan,cita-cita dan tujuan. Jadi adapun pengertian identitas sendiri adalah ciri-ciri,
tanda-tanda, jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang bisa membedakannya.
Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai
Budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu bangsa dengan
ciri-ciri khas. Dengan ciri-ciri khas tersebut, suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam
hidup dan kehidupannya.
Diletakkan dalam konteks Indonesia, maka Identitas Nasional itu merupakan manifestasi nilainilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum masuknya agama-agama besar di
bumi nusantara ini dalam berbagai aspek kehidupan bdari ratusan suku yang kemudian dihimpun
dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan Nasional dengan acuan Pancasila dan roh
Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
2. Hakikat Identitas Nasional
Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa hakikat identitas nasional kita sebagai bangsa di
dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya
tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam Pembukaan
beserta UUD kita, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik, moral, tradisi,
bahasa, mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normative diterapkan di dalam
pergaulan, baik dalam tataran nasional maupun internasional.

Perlu dikemukakan bahwa nilai-nilai budaya yang tercermin sebagai Identitas Nasional tadi
bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan
sesuatu yang terbuka-cenderung terus menerus bersemi sejalan dengan hasrat menuju kemajuan
yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya. Konsekuensi dan implikasinyaadalahidentitas
nasional juga sesuatu yang terbuka, dinamis, dan dialektis untuk ditafsir dengan diberi makna
baru agar tetap relevan dan funsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat.
Hakikat identitas nasional indonesia adalah pancasila yg diaktualisasikan dalam bergagai
kehidupan dan berbangsa. AKTUALISASI ini untuk menegakkan pancasila dan uud 45
sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan uud 45 terutama alinea ke 4
Krisis multidimensi yang kini sedang melanda masyarakat kita menyadarkan bahwa pelestarian
budaya sebagai upaya untuk mengembangkan Identitas Nasional kita telah ditegaskan sebagai
komitmen konstitusional sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri negara kita dalam
pembukaan, khususnya dalam Pasal 32 UUD 1945 beserta penjelasannya, yaitu :
Pemerintah memajukan Kebudayan Nasional Indonesia
yang diberi penjelasan :
Kebudayan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budaya rakyat Indonesia
seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli terdapat ebagi puncak-puncak kebudayaan di daerahdaerah seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus
menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahanbahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya
kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia .
Kemudian dalam UUD 1945 yang diamandemen dalam satu naskah
disebutkan dalam Pasal 32
1. Negara memajukan kebudayan Nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memeliharra dan mengembangkan nilai-nilai budaya.
2. Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.

Dengan demikian secara konstitusional, pengembangan kebudayan untuk membina dan


mengembangkan identitas nasional kita telah diberi dasar dan arahnya, terlepas dari apa dan
bagaimana kebudayaan itu dipahami yang dalam khasanah ilmiah terdapat tidak kurang dari 166
definisi sebagaimana dinyatakan oleh Kroeber dan Klukhohn di tahun 1952.

3. Unsur Unsur Pembentuk Identitas Nasional


Pada hakikatnya, Identitas Nasional memiliki empat unsur:
1. Suku Bangsa: golongan social yang khusus yang bersifat askriftif (ada sejak lahir), yang sama
coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku
bangsa, kuran lebih 360 suku.
2. Agama: bangsa indonessia dikenal sebagai bangsa yang agamis. Agama agama yang
berkembang di Indonesia antara lain agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Kong
Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai agama resmi Negara
Indonesia namun sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi telah
dihapuskan.
3. Kebudayaan: merupakan pengetahuan manusia sebagai makhlu sosial yang berisikan
perangkat perangkat atau model model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh
pendukung pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan
digunakan sebagai pedoman untuk bertindak dalam bentuk kelakuan dan benda benda
kebudayaan.
4. Bahasa: merupakan usur komunikasi yang dibentuk atas unsur unsur bunyi ucapan manusia
dan digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.

Menurut Syarbani dan Wahid dalam bukunya yang berjudul Membangun Karakter dan
Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan, keempat unsur Identitas Nasional tersebut
diatas dapat dirumuskan kembali menjadi 3 bagian:

a. Identitas Fundamental: berupa Pancasila yang menrupakan Falsafah Bangsa, Dasar


Negara, dan Ideologi Negara.
b. Indetitas Instrumental: berupa UUD 1945 dan Tata Perundangannya, Bahasa
Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, dan Lagu Kebangsaan.
c. Indetitas Alamiah: meliputi Kepulauan (archipelago) dan Pluralisme dalam suku,
bahasa, budaya dan kepercaraan (agama).
4. Perwujudan Identitas Nasional
Sejarah Jati Diri Bangsa Indonesia
a. Masa Kejayaan Nusantara (sebelum masa pergerakan nasional) 1293-1478
Sriwijaya
@ Berhasil menguasai wilayah Indonesia
@ Masa dimulainya pelatakan dasar-dasar kebudayaan dan peradaban
manusia
Majapahit
@ Patih Gajah Mada
Tan Mukti Palapa lamung durung Purna Hmusthi Nuswantara
Tidak akan makan buah palapa sebelum dapat mempersatukan Nusantara
Tidak akan menikah sebelum berhasil Indonesia Merdeka
b. Perlawanan Patiunus dalam Perjuangan menentang penjajahan 1512-1513
c. Perang Aceh dalam perjuangan menentang perjuangan 1873-1907
d. Budi Oetomo Berbasis Sub Kultur Jawa 1908,pergerakan dan kebangkitan
Nasional yang menumbuhkan jiwa kebangsaan (Nasional dan Patriotisme)
e. Sumpah Pemuda 1928, yang isinya :
Bertanah air satu, Tanah Air Indonesia
Berbangsa satu, Bangsa Indonesia
Berbahasa satu, Bahasa Indonesia
Sumpah Pemuda ini menumbuhkan jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia. Rakyat Indonesia tetap berkeyakinan bahwa semangat Sumpah
Pemuda tersebut tetap significan dan relevan hingga waktu sekarang dan yang akan

datang.
f. Pada masa Proklamasi 17-8-1945, yang merupakan :
Titik kulminasi perjuangan Bangsa Indonesia
Untuk membebaskan diri dari cengkraman penjajah
Menjadi momen kemerdekaan

The Declaration of Indonesian


Independence ke seluruh dunia
Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia telah mempunyai jiwa dan semangat
kejuangan, cinta tanah air, patriotisme, nasionalisme,persatun dan kesatuan, pantang
mundur, pantang menyerah, merdeka atau mati, gotong royong, rela berkorban,
sebagai wujud jati diri bangsa Indonesia.
g. Manusia Indonesia yang di pengaruhi lingkungan fisik dan demografis,serta system
nilai yang diwarisi dari zaman ke zaman.
h. Pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha,di lanjutkan dengan kebudayaan Islam dan
Barat,saling berinteraksi dengan nilia-nilai local. Pergulatan nilai itu membentuk
karakter manusia Indonesia yang bergerak dinamik.
5. Penyimpangan Identitas Nasional
Geografis :
a. Kurangnya kekuatan maritime yang memadai
b. Pertahanan laut dan udara masih belum di kembangkan dengan optimal.
Akibatnya wilayah yang jauh di pinggir perbatasan merasa di perhatikan dan
dijaga dari kemungkinan datangnya ancaman luar
c. Kebanyakan daerah perbatasan mengalami kelambanan dalam pembangunan
infrakstruktural transportasi dan komunikasi sehingga mereka kurang berinteraksi
dengan wilayah lin di tanah air,bahkan mereka lebih dekat dengan negara
tetangga.
d. Kondisi geografis yang senjang juga terlihat mencolok antara wilayah pedesaan
dengan wilayah perkotaan. Warga pedesaan merasa tertinggal dan tidak di
perhatikan di bandingkan dengan warga di perkotaan. Muncul berbagai masalah
social akibat ketimpangan pembangunan anatar daerah, dan proses urbanisasi
yang tak berencana.
Demografis :
a. Terjadinya kesenjangan antara generasi tua dengan generasi muda dalam
memandang persoalan bangsa dan menghadapi tantangan hidup.
Social dan Budaya :
a. Perasaan senasib-sepenanggungan semakin mencair
b. Kristalisasi nilai kebangsaan mengalami keretakan di sana-sini
c. Banyaknya pejabat yang menuntut hak-hak istimewa bagi kepentingan
pribadinya, meskipun hak-hak dasar rakyat pada umumnya belum terpenuhi.
Sikap itu pada gilirannya membuahkan tragedi pemerintahan yang lamban di

tengah desakan kepentingan umum akibat bencana yang terjadi dimana-mana dan
kondisi social ekonomi yang diterpa krisis dari waktu ke waktu
d. Lemahnya kemampuan bangsa dalam mengelola keragaman
Gejala tersebut dapat di lihat dari menguatnya orientasi dalam kelompok, etnik,
dan agama yang berpotensi menimbulkan konflik social dan bahkan disintegrasi
bangsa. Masalah ini juga semakin serius akibat dari makin terbatasnya ruang
public yang dapat diakses dan dikelola bersama masyarakat yang multikultur
untuk penyaluran aspirasi. Dewasa ini muncul kecenderungan pengalihan ruang
publik ke ruang privat karena desakan ekonomi.
e. Kurangnya kemampuan bangsa dalam mengelola kekayaan budaya yang kasat
mata (tangible) dan yang yang tidak kasat mata (intangible). Dalam era otonomi
daerah, pengelolaan kekayaan budaya menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah. Kualitas pengelolaan yang rendah tidak hanya disebabkan oleh kapasitas
fiskal, namun juga pemahaman, apresiasi, kesadaran, dan komitmen pemerintah
daerah terhadap kekayaan budaya. Pengelolaan kekayaan budaya ini juga masih
belum sepenuhnya menerapkan prinsip tata pemerintahan yang baik (good
governance). Sementara itu, apresiasi dan kecintaan masyarakat terhadap budaya
dan produk dalam negeri masih rendah, antara lain karena keterbatasan informasi.
f. Terjadinya krisis jati diri (identitas) nasional. Nilai nilai solidaritas sosial,
kekeluargaan, dan keramahtamahan sosial yang pernah di anggap sebagai
kekuatan pemersatu dan ciri khas bangsa indonesia, makin pudar bersamaan
dengan menguatnya nilai nilai materialisme. Demikian pula kebanggaan atas
jati diri bangsa seperti penggunaan bahasa indonesia secara baik dan benar,
semakin terkikis oleh nilai nilai yang dianggap lebih superior. Identitas nasional
meluntur oleh cepatnya penyerapan budaya global yang negatif, serta tidak
mampunya bangsa indonesia mengadopsi budaya global yang lebih relevan bagi
upaya pembangunan bangsa dan karakter bangsa (nation and character building).
6. Keterkaitan Globalisasi terhadap Identitas Nasional
Era Globalisasi merupakan era yang penuh dengan kemajuan dan persaingan, sedangkan
Identitas Nasional sebuah bangsa merupakan hal yang sangat diperlukan untuk memperkenalkan
sebuah bangsa atau Negara dimata dunia. Dengan adanya Globalisasi, identitas sebuah bangsa

dan Negara dapat mudah dikenalkan dimata internasional atau juga identitas tersebut mudah
tenggelam karena terpengaruh oleh bangsa dan Negara lain. Perlu kita sadari, bangsa Indonesia
yang kita cintai ini sedang mengalami krisis identitas nasional yang sangat membahayakan bagi
nilai nilai dasar Identitas bangsa Indonesia itu sendiri. Letak Negara Indonesia yang sangat
setrategis merupakan hal yang sangat mempengaruhi terjaga atau tidak kelangsungan Identitas
bangsa Indonesia. Globalisasi yang terus berkembang pesat membuat nilai nilai budaya bangsa
Indonesia mulai terkikis oleh budaya budaya barat yang kurang sesuai dengan budaya asli
bangsa Indonesia seperti halnya budaya berpakaian. Kebaya dan batik yang merupakan salah
satu identitas bangsa
Indonesia yang berupa pakaian, kini mulai hilang dari kehidupan bangsa Indonesia karena
tergantikan oleh pakaian yang bersifat kebarat - baratan. Tidak hanya itu saja, masyarakat
Indonesia yang dulunya terkenal sebagai orang orang yang ramah, kini mulai terpengaruh
terhadap era globalisai yang memiliki sifat persaingan yang sangat tinggi yang menyebabkan
kesenjangan sosial di masyarakt semakin meningkat.
7. Keterkaitan Integrasi Nasional Indonesia dan Identitas Nasional
Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional. Untuk
mewujudkannya, diperlukan keadilan dalam kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dengan
tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa, dan sebagainya. Sebenarnya, upaya mcmbangun
keadilan, kesatuan, dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya membangun dan
membina stabilitas politik. Di samping itu, upaya lainnya dapat dilakukan, seperti banyaknya
keterlibatan pemerintah dalam mcncntukan komposisi dan rnckanisme parlemen. Dengan
demikian, upaya integrasi nasional dengan strategi yang mantap perlu terus dilakukan agar
terwujud integrasi bangsa Indonesia yang diinginkan. Upaya pembangunan dan pembinaan
integrasi nasional ini perlu karena pada hakikatnya integrasi nasional menunjukkan kckuatan
persatuan dan kesaluan bangsa yang diinginkan. Pada akhirnya, persatuan dan kesatuan bangsa
inilah yang dapat lebih menjamin terwujudnya negara yang makmur, aman. dan tentram. Konflik
yang terjadi di Aceh, Ambon, Kalimantan Barat, dan Papua merupakan cermin belum
terwujudnya integrasi nasional yang diharapkan. Adapun keterkaitan integrasi nasional dengan

Identitas Nasional adalah bahwa adanya integrasi nasional dapat menguatkan akar dari Identitas
Nasional yang sedang dibangun.
8. Pancasila Sebagai Pemberdayaan Identitas Nasional
Suatu bangsa harus memiliki identitas nasional dalam pergaulan internasional. Tanpa national
identity, maka bangsa tersebut akan terombang-ambing mengikuti ke mana angin membawa.
Dalam ulang tahunnya yang ke-62, bangsa Indonesia dihadapkan pada pentingnya
menghidupkan kembali identitas nasional secara nyata dan operatif.Identitas nasional kita terdiri
dari empat elemen yang biasa disebut sebagai konsensus nasional. Konsensus dimaksud adalah
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan
Bhinneka Tunggal Ika.
Revitalisasi Pancasila harus dikembalikan pada eksistensi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara. Karena ideologi adalah belief system, pedoman hidup dan rumusan cita-cita atau nilainilai (Sergent, 1981), Pancasila tidak perlu direduksi menjadi slogan sehingga seolah tampak
nyata dan personalistik. Slogan seperti Membela Pancasila Sampai Mati atau Dengan
Pancasila Kita Tegakkan Keadilan menjadikan Pancasila seolah dikepung ancaman dramatis
atau lebih buruk lagi, hanya dianggap sebatas instrument tujuan. Akibatnya, kekecewaan bisa
mudah mencuat jika slogan-slogan itu tidak menjadi pantulan realitas kehidupan masyarakat.
Karena itu, Pancasila harus dilihat sebagai ideologi, sebagai cita-cita. Maka secara otomatis akan
tertanam pengertian di alam bawah sadar rakyat, pencapaian cita- cita, seperti kehidupan rakyat
yang adil dan makmur, misalnya, harus dilakukan bertahap. Dengan demikian, kita lebih leluasa
untuk merencanakan aneka tindakan guna mencapai cita-cita itu.
Selain perlunya penegasan bahwa Pancasila adalah cita-cita, hal penting lain yang dilakukan
untuk merevitalisasi Pancasila dalam tataran ide adalah mencari maskot. Meski dalam hal ini ada
pandangan berbeda karena dengan memeras Pancasila berarti menggali kubur Pancasila itu
sendiri, namun dari sisi strategi kebudayaan adalah tidak salah jika kita mengikuti alur pikir
Soekarno, jika perlu Pancasila diperas menjadi ekasila, Gotong Royong. Mungkin inilah maskot
yang harus dijadikan dasar strategi kebudayaan guna penerapan Pancasila. Pendeknya, ketika

orang enggan menyebut dan membicarakan Pancasila, Gotong Royong dapat dijadikan maskot
dalam rangka revitalisasi Pancasila.
Mencari maskot. Meski dalam hal ini ada pandangan berbeda karena dengan memeras Pancasila
berarti menggali kubur Pancasila itu sendiri, namun dari sisi strategi kebudayaan adalah tidak
salah jika kita mengikuti alur pikir Soekarno, jika perlu Pancasila diperas menjadi ekasila,
Gotong Royong. Mungkin inilah maskot yang harus dijadikan dasar strategi kebudayaan guna
penerapan Pancasila. Pendeknya, ketika orang enggan menyebut dan membicarakan Pancasila,
Gotong Royong dapat dijadikan maskot dalam rangka revitalisasi Pancasila.

PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam kesempatan kali ini penyusun ingin menegaskan bahwa diera Globalisasi seperti
sekarang ini Identitas Nasional merupakan hal yang harus diperhatikan, karena Identitas
Nasional merupaka hal yang membuat bertahan atau tidaknya ciri khas dan karakteristik suatu
bangsa yang seharusnya menjadi kebanggan bangsa itu sendiri karena, Identita Nasional
merupakan salah satu senjata untuk bersaing kearah yang lebih positif diera Globalisasi ini.

DAFTAR PUSTAKA
Syarbani Syahrial, Wahid Aliaras. 2006; Membangun Karakter dan
Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan, UIEU University Press
2009; Kompetensi Demokrasi yang Beradab
melalui Pendidikan Kewarganegaraan, Graha Ilmu, Yogyakarta.
http://kewarganegaraan.wordpress.com/2007/11/30/ memerangi-pengikisanidentitas-nasional/
http://fisip.untirta.ac.id/teguh/?p=45

Anda mungkin juga menyukai