Anda di halaman 1dari 12

TUGAS AKHIR

TEORI PORTOFOLIO DAN ANALISIS INVESTASI

Disusun oleh:
Mega Norsita

( 021346)

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015

THE EFFECT OF BIAS ON DECISION USEFULNESS: A REVIEW OF BEHAVIORAL


FINANCIAL ACCOUNTING RESEARCH
Ruth Ann McEwen and Mary Jeanne Welsh
ABSTRAK
Paper ini mereview penelitian keperilakuan pada akuntansi keuangan yang diterbitkan
pada tahun 1990-1999. Fokus dari penelitian ini terdapat pada penggunaan informasi keuangan
dan kecenderungan pengguna secara tidak tepat mengintegrasikan informasi keuangan ke dalam
keputusan mereka. Review studi penelitian perilaku akuntansi menyarankan bahwa temuan
pendahulu tidak konsisten atau mungkin bertentangan.
Belum ada dasar teori yang kuat untuk membuktikan adanya peran individu dalam
menjelaskan ketidakmampuan perilaku pengguna laporan keuangan untuk memprediksi laba dan
arus kas secara akurat. Dari penelitian lain secara sistematis menjelaskan bahwa adanya bias
individu dapat memberikan kontribusi untuk pemahaman tentang kegunaan informasi akuntansi
dalam konteks keputusan.
I.

PENDAHULUAN
Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna bagi

invetor, kreditur, dan pengguna laporan keuangan lainnya dalam menilai prospek laba dan aliran
kas (FASB, 1980). Media masa popular dan literatur akuntansi keuangan memberikan bukti
bahwa inormasi akuntansi tidak berguna (AICPA, 1994; McEwen & Hunton, 1999) dan bahwa
pengguna informasi akuntansi tidak dapat menilai prospek informasi relatif akurat (Maines,
1995; Schipper, 1991). Berdasarkan riset, kurangnya kegunaan informasi akuntansi
kemungkinan disebabkan karena kurangnya informasi, perilaku pengguna, dan kombinasi dari
kedua faktor tersebut.

Kecukupan informasi telah dipelajari dalam studi empiris berdasarkan studi paradigma.
Ball dan Brown (1968) memberikan bukti bahwa secara agregat informasi akuntansi berguna
untuk pasar keuangan. Berdasarkan metodologi ini pasar diasumsikan menyediakan informasi
efisien dan penyimpangan dari efisiensi adalah hal yang ganjil. Berbeda dengan studi paradigma,
behavioral paradigm menyatakan penyimpangan ketidakefisienan informasi disebabkan oleh
individu dan seringkali perilaku bias individu yang cukup mempengaruhi harga pasar secara
agregat (Shefrin, 2000).
Keteheterogenan dan keistimewaan manusia sebagai dasar bias kognitif dan motivasi
dalam perilaku pengambilan keputusan finansial (Raghubir & Das, 1999). Bias kognitif dilihat
sebagai penyimpangan sistematis dari norma karena tidak adanya kemampuan atau kesempatan
yang memadai untuk mengumpulkan atau memadukan informasi, bias motivasi dikaitkan dengan
penilaian yang diciptakan diri sendiri yang mengganggu dengan penilaian secara objektif
terhadap peluang atau risiko. Keterbatasan kemampuan memproses atau motivasi mempengaruhi
pengambilan keputusan finansial dan mempengaruhi fungsi agregat pasar secara rasional
(Raghubir & Das, 1999); Statman, 1999; Shefrin, 2000).
Bamber (1993) menyatakan bahwa riset keperilakuan dalam akuntansi keuangan dapat
memberikan kontribusi untuk memahami anomali yang terjadi pada pasar dengan fokus kepada
individu dalam mendesain eksperimen yang dapat dikontrol untuk variabel kognitif dan variabel
lingkungan. Berdasar pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa keterbatasan kognitif dan
motivasi juga mempengaruhi pengambilan keputusan keuangan individu dalam menggunakan
informasi akuntansi.
II.

AGREGAT VERSUS INDIVIDU


Banyak riset keperilakuan dalam akuntansi keuangan berdasarkan literatur perilaku

keuangan. Dalam behavioral financial model harga aset diasumsikan diatur secara keseluruhan
oleh investor yang rasional. Harga yang menyimpang disebabkan oleh bias yang ditimbulkan
individu. Behavioral finance cenderung menguji pola pada harga saham dan trading, tanpa
memberi banyak perhatian terhadap pengaruh spesifik dari informasi pada keputusan, kecuali
informasi harga, risiko, dan return. Akuntan sebagai penyedia informasi lebih berfokus pada
dampak dari informasi akuntansi pada keputusan. Maines (1997) fokus pada bagaimana standar
dalam FASB dan IASC dapat mempengaruhi analis dalam pengungkapan keandalan,
kepercayaan dalam meramalkan pendapatan dan valuasi saham, dan kekuatan rekomendasi
2

saham. Peneliti menemukan bahwa pemahaman terhadap segmen pelaporan dapat lebih handal
saat sgmen internal dan eksternal sebangun dan saat produk yang hampir sama dikombinasikan.
Ashton (1995) mengkategorikan pengguna utama informasi akuntansi keuangan meliputi
investor dan kreditor saat ini dan potensial, investor non professional, sell-side analyst dan buyside analyst. Hasil dari penelitian penelitian tersebut memberikan bukti bahwa adanya perilaku
informasi akuntansi terbukti berguna di dalam melakukan pengambilan keputusan. Secara
umum, studi ini meneliti mengenai kegunaan di dalam berbagai konteks dan menemukan bahwa
antara jumlah dan waktu pengungkapan keuangan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan
keuangan. Penggunan informasi keuangan memiliki 2 konsekuensi : 1) Keputusan seringkali
memiliki konsekuensi keuangan dan hal ini berdampak pada banyak pihak, 2) Pasar dapat
menengahi dampak dari pengambilan keputusan individu. Jadi, harga saham dihasilkan dari
interaksi dan pengambilan keputusan banyak individu.
III.

PARADIGMA KEPERILAKUAN KEUANGAN


Raghubir and Das (1999) mengklasifikasikan bias sebagai bias kognitif dan bias

motivasi. Bias kognitif mempengaruhi proses mental persepsi, penalaran, dan judgment.
Sementara bias motivasi timbul dari dorongan yang diciptakan diri sendiri yang menganggu
penilaian objektif individu terhadap peluang atau risiko (Raghubir & Das, 1999, 69).
Contoh bias kognitif meliputi:
1) Bias persepsi informasi yang ada termasuk penjangkaran, penyesuaian yang tidak
memadai, dan perhatian yang berbeda-beda terhadap perbedaan aspek dari data.
2) Bias pemulihan dari memori jangka panjang, yang mempengaruhi pembuat keputusan
dengan memasukkan informasi masa lalu ke dalam keputusan di masa sekarang, terutama
memori masa lalu yang bersifat sering terjadi, baru-baru saja terjadi, memori negatif, dan
ekstrim.
3) Bias informasi yang sifatnya menyeluruh, bias ini dapat terjadi karena banyaknya sumber
informasi termasuk sampling yang tidak memadai, integration heuristics, incorrect
weighting, attribution, dan kesimpulan yang tidak tepat.
4) Kriteria penilaian yang bias. Menimbulkan hanya sedikit kriteria yang digunakan untuk
membuat keputusan. Bias karena keputusan yang berdasarkan informasi heuristics.
Bias motivasi lebih jauh diklasifikasikan sebagai bias langsung dan bias secara tidak
langsung. Bias langsung berhubungan dengan mempertahankan bagian citra diri tertentu

(kepemilikan, mengontrol, percaya diri) dan hal tersebut berkaitan dengan kebutuhan untuk
meningkatkan atau mempertahankan pengaruh positif (optimism, menghindari penyesalan).
Bias tidak langsung pada pengambilan keputusan melalui perantara efek dari bias persepsi.
Hampir sama dengan Raghubir dan Das, Shefrin (2000) mengklasifikasikan pengaruh
perilaku dari keputusan finansial sebagai bias yang digerakkan oleh heuristics, praktisi keuangan
membuat kesalahan karena mereka mengandalkan aturan kebiasaan saat memproses data, dan
bias pembingkaian yakni persepsi praktisi terhadap risiko dan return dipengaruhi oleh bagaimana
permasalahan dibingkai. Shefrin menyatakan bahwa ketidakefisienan pasar karena heuristicdriven biases dan masalah pembingkaian dapat menyebabkan harga dipasar menyimpang dari
nilai fundamentalnya. Salah satu sumber heuristic-driven bias adalah ketersediaan (availability),
kecenderungan orang untuk mengandalkan informasi yang paling siap tersedia (memori bias).
Sumber lain dari heuristic-driven ialah bias representatif dimana orang memberikan penilaian
klise, menyimpulkan seseorang berada dalam satu golongan karena memiliki ciri-ciri orang dari
golongan itu yang terasa familiar.
Shefrin (2000) juga mendiskusikan pengaruh motivasi pada pembuatan keputusan
termasuk pembingkaian bias. Keuangan tradisional mengasumsikan pembingkaian berdiri sendiri
bahwa keputusan tidak akan dipengaruhi oleh cara menyatakan permasalahan. Perilaku keuangan
mengasumsikan bahwa pembingkaian adalah bagian substansi masalah. Pengaruh pembingkaian
dapat menjelaskan kenapa orang dengan tipikel pencari risiko saat berspekulasi melihat seberapa
besar risiko yang ada dan orang penghindar risiko saat berspekulasi melihat seberapa keuntungan
yang mungkin terjadi (Katneman & Tversky, 1979).
Dari penelitian sebelumnya menyatakan bahwa bias kognitif dan bias motivasi
memberikan dampak pada penilaian informasi akuntansi dalam konteks keputusan finansial.
Hampir sama dengan kesimpualn pada peneliti perilaku keuangan yang menyatakan bahwa bias
individu berkontribusi pada anomali pasar, kami meyakini bahwa bias individu berkontribusi
terhadap ketidakmampuan pengguna untuk memprediksi laba dimasa depan dan aliran kas
dengan menggunakan informasi akuntansi.
IV.

EFEK BIAS PADA PEMBUATAN KEPUTUSAN: BUKTI DARI LITERATUR


AKUNTANSI
Temuan daei riset sebelumnya dalam akuntansi secara umum dikategorikan kedalam

beberapa tipe bias yang diuji secara implisit atau eksplisit. Kami memilih kategori bias dengan
menggunakan finance framework.
4

a) General Information or Perception Biases (Initial Anchoring, Inadequate Adjustment,


Different Attention)
Raghubir dan Das (1999,64) mendefinisikan bias persepsi sebagai sebuah sistematik
penyimpangan pada perilaku seseorang mempersepsikan serangkaian data dibandingkan dengan
deskripsi objektif data tersebut. Bias persepsi meningkat ketika seorang individu mencari pola
dan tren yang dapat menolongnya memprediksi dan mengendalikan lingkungannya. Hal ini
mengakibatkan kemampuan yang tidak sesuai untuk memproses informasi yang ada.
Salience (ciri khas)
Ciri khas yang dimaksud di sini mengacu pada penekanan kontekstual daripada kejelasan
(Haynes & Kachelmeier, 1998, 107). Beberapa studi mengkaji tentang efek kontekstual pada
pengambilan keputusan. Harper et al (1991) secara eksperimen mengkonfirmasi pembobotan
yang tidak tepat dari informasi untuk peminjaman komersial yang disediakan dengan berbagai
metode pelaporan untuk kewajiban yang diasosiasikan dengan manfaat postretirement yang tidak
didanai. Pengguna lebih menerima obligasi dalam bentuk hutang saat disajikan sebagai
kewajiban daripada didiskusikan sebagai footnote. Sami & Schwartz (1992) mencatat reaksi
yang sama pada perlakuan akutansi dari kewajiban pensiun, di mana pengungkapan neraca lebih
mudah diintegrasikan daripada pengungkapan lewat footnote.
Kebalikannya, Davis et al. (1991) tidak menemukan bukti bahwa persyaratan kredit
peminjam berpengaruh terhadap apakah perusahaan menggunakan pembatalan atau pelunasan
utang tradisional. Berdasarkan studi Harper et al. (1991) dan Sami & Schwartz (1992), terdapat
kemungkinan pengaruh informasi berhubungan pengakuan kewajiban apabila subjek percaya
pengakuan

membawa informasi berbeda pada kepastian keluaran kas relatif terhadap

pengungkapan footnote.
Hopkins (1996) mengkaji apakah klasifikasi dari keamanan hybrid (saham preferen yang
wajib diuangkan - mandatory redeemable preffered stock) berdampak pada penilaian keamanan
oleh analis keuangan buy-side. Hirst dan Hopkins (1998) secara eksperimen mengkaji apakah
pengungkapan pendapatan komprehensif di bawah SFAS 130 memfasilitasi deteksi manajemen
laba dan mempengaruhi estimasi nilai analis. Kesimpulannya, konteks di mana informasi
disajikan secara berulang tampaknya berdampak pada pengambilan keputusan individu. Tapi
studi ini secara umum tidak dapat menentukan apa yang akan muncul, sebagai efek kontekstual
hasil dari kontes diinterpretasikan sebagai informasi oleh subjek.
5

Inappropriate weighting (pembobotan yang tidak tepat)


Salah satu bentuk bias persepsi adalah kecenderungan seseorang untuk menempatkan
penilaian lebih berat pada informasi selanjutnya dan mengurangi bobot yang menjadi dasar, hal
ini relatif sesuai dengan teorema Bayes. Premis fundamental dari perilaku keuangan adalah
bahwa penggolongan bias kognitif dapat mempengaruhi harga aset (Thaler, 1999).
Bagaimanapun eksperimen lapangan maupun eksperimen yang dilakukan di laboratorium tidak
didesain untuk mendeteksi apakah bias individu mempengaruhi hasil secara keseluruhan.
Sebaliknya, studi yang menggunakan eksperimen pasar menawarkan arti hubungan antara
perilaku individu dan hasil agregat, penulis mengkonfirmasi kecenderungan individu untuk
menilai lebih rendah dari

rata-rata mendukung informasi selanjutnya seperti yang telah

dideskripsikan oleh teorema Bayes. Selama bias ini terus menerus ada dipasar hal ini berdampak
mengakibatkan bias harga.
Penelitian akuntansi keperilakuan telah melihat tipe-tipe lain dari pembobotan yang tidak
tepat dari informasi sebagai penjelasan yang memungkinkan untuk menunjukkan capital market
dibawah reaksi terhadap informasi laba (Ball & Bartov, 1996). Temuan mereka bahwa pengguna
tidak melakukan cukup penyesuaian saat keadaan aktual memiliki hubungan dengan
penyimpangan laba historis dari rata-rata nilai sebagai dampak komponen yang secara otomatis
mengalami kemunduran.
Pada pembobotan yang tidak tepat terhadap informasi pada beberapa kasus ditunjukkan
sebagai dampak dari sumber sinyal (Raghubir & Das, 1999). Persepsi keandalan informasi
dipengaruhi oleh sumber perantara informasi. Kaplan et al. (1990) menyediakan bukti bahwa
manipulasi yang dilakukan manajemen dapat berdampak pada persepsi pengguna informasi
berkaitan dengan penilaiannya terhadap perusahaan. Pada percobaan eksperimen tersebut,
mahasiwa MBA dipengaruhi isi surat presiden bahwa perusahaan yang akan dinilai berkinerja
buruk. Bentuk ini berpengaruh pada pengambilan keputusan keuangan yang dilakukan
mahasiswa MBA tersebut dalam menilai perusahaan yang disebutkan dalam surat.
Studi yang dilakukan King (1996) menginvestigasi lebih jauh pengiriman informasi
apakah dapat mengembangkan reputasi untuk pelaporan yang terpercaya dan berdampak pada
reaksi pelaporan pada pasar eksperimental. Walapun King menemukan bahwa pengirim
informasi melaporkan laporan secara jujur

karena melakukan pelaporan yang keliru


6

menimbulkan biaya, dan bahwa penerima informasi memiliki kemampuan untuk membedakan
mana informasi yang jujur dan tidak jujur, tetapi King tidak menemukan bukti bahwa ppelaporan
yang dilakukan secara jujur dihargai secara ekonomis. Ghosh dan White (1997) menggabungan
kemampuan persepsi yang lebih tinggi dan mentoleransi ambugitas dengan kinerja pada
keperluan peramalan laba. Lebih lanjut mereka mengkaji apakah tujuan pengambilan keputusan
memoderasi efek kemampuan peramalan laba. Mereka menemukan bahwa kemampuan persepsi
dan toleransi ambiguitas berpengaruh positif terhadap kinerja peramalan.
b) Memory Biases or Retrieval Biases (Frequency, Recency, Negativity, Extreme Results)
Review ini hanya mengidentifikasikan sedikit penelitian mengenai studi perilaku
akuntansi keuangan yang fokus pada memori atau bias. Pada eksperimen lapangan, Beaulieu
(1994-1996) menguji apakah petugas pemberi pinjaman melakukan keputusan yang konsisten
dan menggunakan informasi risiko yang konsIsten saat membuat keputusan pemberian pinjaman.
Bias memori menunjukkan bahwa saat informasi harus di recall dari memori, hal ini akan
mendorong keputusan bias yang konsisten. Bias timbul baik karena informasi akuntansi dan
informasi tentang karakter (kredibilitas) dari potensial debitur yang pernah ada. Beaulieu
menemukan bahwa konsistensi fakta akuntansi dengan keputusan pemberian kredit
mempengaruhi recall untuk petugas kredit yang tidak berpengalaman maupun yang profesional,
tetapi karakter informasi sebenarnya mengganggu pemrosesan informasi akuntansi bagi petugas
kredit yang kurang berpengalaman.
Kida et al. (1998) meneliti proses informasi akuntansi retrieval bagi pengguna manajerial
informasi akuntansi keuangan. Mereka mencatat bahwa reaksi afektif terhadap data lebih siap
untuk diperbaiki daripada nilai numeriknya sendiri. Pengambil keputusan keuangan akan
mempengaruhi dalam menggabungkan data, bahkan ketika informasi rinci tersedia dari sumber
lain.
c) Information-Integration Biases (Inappropriate Selection of Information, Negative-Positive
Asymmetry, Use of Heuristic, Inappropriate Weighting of Information, Attribution Bias,
Inferencing)
Beberapa studi perilaku akuntansi keuangan pada tahun 1990 telah menguji efek
kompleksitas informasi pada informasi yang terintegrasi. Stocks dan Harrell (1995) menemukan
bahwa level kompleksitas informasi akuntansi mempengaruhi kemampuan individu untuk
memadukan informasi ke dalam penilaian tugas. Kompleksitas yang meningkat mempengaruhi
7

penilaian individu dan pada level kompleksitas tertentu, jumlah informasi yang diproses akan
berkurang.
Bloomfield dan Libby (1996) menggunakan desain laboratorium pasar untuk menguji
apakah perbedaan ketersediaan informasi mempengaruhi harga aset, apakah harga pasar
meningkat saat informasi yang tidak menguntungkan hanya tersedia sedikit. Hasil pengujian
menguji keseluruhan reaksi terhadap informasi yang ada. Dari studi ini ditemukan temuan
konsisten dengan arsip studi dari reaksi terhadap informasi laporan keuangan. Basis dari studi
mencakup (1) keyakinan bahwa perubahan harga karena pembuat keputusan sangat bergantung
dengan ketersediaan informasi, dan (2) keyakinan bahwa pasar dapat tidak sempurna karena
sedikitnya ketersediaan informasi.
d) Judgment Criteria Biases (Representativeness, Informational Cascades, Cue Sources,
Availability, Anchoring and Adjustment)
Representativeness
Representative heuristic menempatkan bahwa penilaian probabilitas merefleksikan
harapan seseorang bahwa kejadian tertentu mewakilkan domain yang lebih besar (Tversky &
Kahneman, 1974). Dalam literatur keuangan , representative heuristic digunakan untuk
menjelaskan mengapa investor dapat menjadi terlalu optimis tentang kemenangan dimasa lalu
dan menjadi terlalu pesimis tentang kegagalan dimasa lalu (DeBondt & Thaler, 1985, 1987).
Dalam akuntansi keperilakuan, representative heuristic telah diuji dalam konteks prediksi
kebangkrutan. Permasalahan yang paling umum mempertimbangkan apakah subjek dapat
menggabungkan rata-rata kegagalan yang rendah kedalam penilaian probabilitas, atau apakah
mereka akan melebih-lebihkan jumlah perusahaan yang bangkrut dalam sampel.
Anchoring and Adjustment
Anchoring dan adjustment menunjukkan bahwa orang menyederhanakan pengambilan
keputusan dengan memilih anchor (jangkar) awal, Yang kemudian mereka melakukan
penyesuaian yang tidak cukuo sebagai informasi tambahan.
Meskipun Ackert et al. (1997) tidak secara eksplisit mempertimbangkan anchoring dan
adjustment, hasil penelitian mereka pada keinginan pengambil keputusan untuk membeli
peramalan yang bias menunjukkan bahwa orang dapat menyesuaikan informasi bias jika bias
adalah sistematis.. Temuan mereka menunjukkan bahwa individu mengakui kegunaan dari
perkiraan yang tidak bias secara cepat, lebih sering mendapatkannya, dan belajar untuk
8

menggunakannya untuk mendapatkan keuntungan. Namun, mereka juga menemukan bahwa


orang yang bertahan dalam memperoleh perkiraan bias dapat belajar untuk menggunakan
informasi terlepas dari tingkat bias.
e) Motivational Biases Confidence
Raghubir dan Das (1999, 69) mendefinisikan bias motivasi sebagai bias yang muncul
dari insentif yang diciptakan sendiri yang mengganggu evaluasi objektif individu dari
kesempatan atau risiko. Orang dapat dimotivasi oleh beberapa tujuan seperti kebutuhan untuk
mempertahankan citra diri atau perasaan terkontrol. Salah satu contoh bias motivasi adalah
percaya diri yang berlebihan. Bias ini membuat seseorang melebih-;ebihkan kontrolnya terhadap
kesempatan dan menilai rendah risiko. Sebagai contoh, Maines (1990) mencatat bahwa informasi
yang berlebihan meningkatkan keyakinan pembuat keputusan tanpa peningkatan yang sesuai atas
akurasi penilaian mereka.
Selling (1993) membedakan antara keyakinan yang berlebihan dalam penilaian dan
keyakinan yang berlebihan dalam tugas-tugas yang melibatkan pemilihan dan pemrosesan
informasi. Dia menguji pengaruh pilihan informasi pada keyakinan dalam memprediksi
kebangkrutan dan menyelidiki faktor-faktor yang berkontribusi terhadap percaya diri yang
berlebihan. Tidak ada individu yang lebih percaya diri pada keputusan mereka yang dapat di nilai
dengan realita objektif. Subjek pada kemampuan prediksi rendah secara relatif tidak terpengaruh
oleh faktor-faktor seperti pengalaman dan umpan balik.
Pengaruh keyakinan pada ketergantungan subjek pada alat bantu membuat keputusan
juga diselidiki pada beberapa studi. Whitecotton (1996) menyelidiki pengaruh dari pengalaman,
keyakinan, dan persetujuan dengan prediksi alat bantu membuat keputusan dalam peramalan
keuangan. Konsisten dengan penelitian sebelumnya, Whitecotton menemukan hubungan terbalik
antara keyakinan dan ketergantungan pada alat bantu membuat keputusan, jadi semakin tinggi
tingkat keyakinan seseorang maka akan cenderung mengurangi ketergantungan terhadap alat
bantu pembuat keputusan. Meskipun analisis akurasi terhadap subjek menunjukkan bahwa
manfaat paling besar dapat terwujud dengan bergantung kepada alat bantu membuat keputusan.
f)

Motivational Biases- Financial Incentives


Insentif keuangan memungkinkan untuk untuk memperburuk bias ketika imbalan
keuangan mendukung hasil bias. Salah satu contoh adalah dalam perkiraan pendapatan, di mana
9

analis mungkin lebih optimis tentang perusahaan jika pemberi kerjanya mempunyai hubungan
pertanggungan (underwriting relationship) dengan perusahaan yang mereka evaluasi. Hunton
dan McEwen (1997) secara eksperimental mengkonfirmasi pengaruh insentif keuangan pada
analis menggunakan informasi akuntansi dalam peramalan laba. Hasil penelitian mereka
mengkonfirmasi bahwa insentif keuangan memperburuk kecenderungan analis keuangan untuk
memberikan perkiraan pendapatan yang optimis. Temuan ini menunjukkan bahwa peningkatan
kegunaan informasi akuntansi mungkin tidak meningkatkan penilaian terhadap laba masa depan
jika ada insentif keuangan untuk melebih-lebihkan laba.
g)

Multiple Sources of Bias


Pengaturan kelembagaan di mana keputusan dibuat seharusnya tidak diabaikan ketika
merancang penelitian akuntansi perilaku, karena keputusan mungkin berpengaruh dalam konteks
tertentu. Sebagai contoh, Maines (1995) menunjukkan bahwa pasar saham yang terorganisir
dapat menyebabkan investor untuk melihat keputusan investasi sebagai zero-sum game di mana
mereka bersaing dengan investor lain. Dia memberikan bukti bahwa lingkungan instutional
investor profesional menciptakan insentif bagi pengambil keputusan. Secara khusus, perkiraan
laba analis dapat dipengaruhi oleh pendapatan yang dihasilkan dari broker bisnis yang dilakukan
oleh perusahaan mereka, dan akses ke informasi pribadi mungkin akan terpengaruh oleh
rekomendasi jual atau beli..Meskipun hal ini mungkin asumsi yang valid dari sisi beli, McEwen
dan Hunton (1999) memberikan bukti bahwa asumsi ini tidak selalu berlaku untuk sisi jual.
V. KESIMPULAN
Studi penelitian organisasi tentang akuntansi keperilakuan menunjukkan bahwa temuan
studi terdahulu adalah terputus-putus dan mungkin bertentangan. Tidak tampak adanya aliran
penelitian tertentu, seperti prediksi kebangkrutan, atau paradigma penelitian yang mendominasi
seperti model lensa, yang mampu dilacak oleh tinjauan penelitian sebelumnya (Maines, 1995).
Namun, kita menemukan dasar yang kuat untuk peran perilaku individu dalam menjelaskan
ketidakmampuan untuk menggunakan informasi akuntansi untuk memprediksi laba dan arus kas
dengan relatif akurat. Penelitian tambahan secara sistematis menguji bias individu dapat
berkontribusi kepada pemahaman kita terhadap kegunaan informasi akuntansi dalam konteks
keputusan.
Salah satu pendekatan untuk memperluas pengetahuan ditemukan menggunakan
eksperimen ekonomi (Moser, 1998) sebagai alternatif untuk eksperimen yang mengandalkan
10

teori psikologi. Penggunaan laboratorium pasar sebagai alat dalam penelitian akuntansi keuangan
perilaku tampaknya telah diperluas dalam dekade terakhir. Banyak penelitian yang diteliti
menggunakan laboratorium pasar sebagai setting eksperimental mereka. Ini menyediakan abstrak
pengaturan eksperimental, yang sesuai dalam prediksi pengujian yang berasal dari teori ekonomi
yang ditentukan. Tujuan dari penelitian tersebut akan mencoba untuk mengembangkan kerangka
kerja untuk mengevaluasi dampak dari konteks keputusan dan memberikan dasar untuk
menentukan apakah tujuan penelitian akan ditingkatkan dengan desain kontekstual yang lebih
beraneka ragam, atau apakah pendekatan yang lebih umum untuk tugas itu akan lebih efektif .
Pengaturan kontekstual yang lebih beraneka ragam dapat memberikan informasi untuk
mencapai tujuan (Haynes & Kachelmeier, 1998). Salah satu contoh yang dikutip, Ganguly
(1994) mencatat analis akan lebih mungkin untuk menunjukkan dasar-tingkat kesalahan ketika
konteks keputusan itu secara konseptual beraneka ragam daripada ketika lebih abstrak. Terakhir,
konteks dapat langsung mengarahkan isyarat tertentu, seperti dalam studi Whitecotton dan Butler
(1998) tentang efek keterlibatan dalam mengembangkan alat bantu keputusan untuk
menggunakan rasio keuangan dalam rating obligasi.
Beresford (1994) menyebut untuk penelitian perilaku lebih sebagai masukan untuk proses
penetapan standar, terutama pada tahap awal pembahasan standar ketika Dewan berupaya untuk
mengidentifikasi dan membingkai isu-isu pelaporan keuangan. Namun, ia mencatat bahwa hasil
dari studi tentang topik yang sama belum konsisten, yang membatasi kegunaannya sebagai
panduan untuk kebijakan. Pertimbangan harus diberikan terhadap efek bias kognitif dan motivasi
ketika merancang sebuah studi penelitian, karena bias tersebut dapat mempengaruhi hasil dan
mungkin menjadi salah satu penyebab hasil yang bertentangan.
Pembuat standar, peneliti akuntansi, pendidik akuntansi, dan pengguna informasi
akuntansi semua bisa mendapatkan keuntungan dari memahami efek bias kognitif dan bias
motivasi pada pengambilan keputusan keuangan. Beberapa jenis bias dapat dikelola dengan
pendidikan atau intervensi lain sementara jenis bias lainnya tampaknya bawaan dan hanya dapat
dihapus dari pengambilan keputusan dengan mengurangi ketergantungan pada penilaian manusia
(Raghubir & Das, 1999).

11

Anda mungkin juga menyukai