Anda di halaman 1dari 32

Pendudukan Jepang di Indonesia

Advertisement
Pendudukan Jepang di Indonesia dibagi dalam tiga wilayah.
1. Pemerintahan Militer Angkatan Darat ke-25 (Tentara Keduapuluhlima), wilayah
kekuasaannya meliputi Sumatra dengan pusat pemerintahan di Bukittinggi.
2. Pemerintahan Militer Angkatan Darat ke-16 (Tentara Keenambelas), wilayah
kekuasaannya meliputi Jawa dan Madura dengan pusat pemerintahan di
Jakarta.
3. Pemerintahan Militer Angkatan Laut II (Armada Selatan Kedua), wilayah
kekuasaannya meliputi Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku dengan pusat
pemerintahan di Makassar.
Susunan pemerintahan militer Jepang sebagai berikut.

Gunshireikan (panglima tentara), kemudian disebut Saiko Shikikan (panglima


tertinggi), merupakan pucuk pimpinan.

Gunseikan (kepala pemerintahan militer), dirangkap oleh kepala staf tentara.

Pulau Jawa dan Madura (kecuali kedua koci, Surakarta dan Yogyakarta) dibagi atas
enam wilayah pemerintahan.

Syu (karesidenan), dipimpin oleh seorang syuco.

Syi (kotapraja), dipimpin oleh seorang syico.

Ken (kabupaten), dipimpin oleh seorang kenco.

Gun (kawedanan atau distrik), dipimpin oleh seorang gunco.

Son (kecamatan), dipimpin oleh seorang sonco.

Ku (kelurahan atau desa), dipimpin oleh seorang kuco.

Selain pemerintahan militer (gunsei) angkatan darat, Armada Selatan Kedua juga
membentuk suatu pemerintahan yang disebut Minseibu. Pemerintahan ini terdapat di
tiga tempat, yaitu Kalimantan, Sulawesi, dan Seram. Daerah bawahannya meliputi syu,
ken, bunken (subkabupaten), gun, dan son.

Dalam rangka mempertahankan kekuasaan dan menghapus pengaruh Belanda pada


masyarakat Indonesia, Jepang menetapkan Undang-Undang No. 4. Undang-undang
tersebut menetapkan bahwa

hanya bendera Jepang, Hinomaru, yang boleh dipasang

hanya lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo, yang boleh diperdengarkan pada


hari-hari besar.

mulai tanggal 1 April 1942, semua lapisan masyarakat harus menggunakan


pembagian waktu sesuai dengan yang dipergunakan di Jepang. Perbedaan
waktu antara Tokyo dan Jawa pada masa itu adalah 90 menit.

mulai tanggal 29 April 1942 ditetapkan bahwa kalender yang dipakai adalah
kalender Jepang yang bernama Sumera. Tahun 1942 pada kalender Masehi
sama dengan tahun 2602 pada kalender Sumera.

Rakyat Indonesia juga diwajibkan untuk ikut merayakan hari raya Tencosetsu,
yaitu hari lahirnya Kaisar Hirohito.

Pengaruh Jepang dalam bidang pendidikan dan kebudayaan di Indonesia sebagai


berikut.
1. Bahasa Belanda dilarang digunakan. Sebagai gantinya, bahasa Jepang dan
bahasa Indonesia wajib digunakan di sekolah-sekolah dan kantor-kantor. Selain
itu, Jepang juga mengajarkan penggunaan aksara Kanji, Hiragana, dan
Katakana.
2. Untuk mengembangkan bidang budaya, diterbitkan koran berbahasa Jepang dan
dibuka kursus bahasa Jepang.
3. Rakyat diwajibkan mengikuti tradisi menghormat matahari dengan seikeirei atau
menghadap ke timur pada setiap pagi ketika matahari terbit.
4. Pada tanggal 1 April 1943 didirikan Pusat Kebudayaan Keiman Bunka Shidosko.
Sebagai usaha penunjang kebutuhan perang, Jepang memberlakukan mobilitas sosial
yang meliputi:
1. pelaksanaan kinrohoshi atau latihan kerja paksa,
2. pelaksanaan romusa atau kerja paksa tanpa bayar selamanya, dan
3. pembentukan tonarigumi atau organisasi rukun tetangga.
Bentuk-bentuk organisasi kemiliteran yang dibentuk Jepang sebagai berikut.

1. Seinendan, yaitu barisan pemuda yang berumur 14 22 tahun.


2. Iosyi Seinendan, yaitu barisan cadangan atau seinendan putri.
3. Bakutai, yaitu pasukan berani mati.
4. Keibodan, yaitu barisan bantu polisi yang anggotanya berusia 23 35 tahun.
Barisan ini di Sumatra disebut Bogodan dan di Kalimantan disebut Borneo
Konon Hokokudan.
5. Hisbullah, yaitu barisan semimiliter untuk orang Islam.
6. Heiho, yaitu pembantu prajurit Jepang yang anggotanya berusia 18 25 tahun.
7. Jawa Sentotai, yaitu barisan benteng perjuangan Jawa.
8. Suisyintai, yaitu barisan pelopor.
9. Peta atau Pembela Tanah Air, yaitu tentara daerah yang dibentuk oleh Kumakichi
Harada berdasarkan Osamu Serei No. 44 tanggal 23 Oktober 1943.
10. Gokutokai, yaitu korps pelajar yang dibentuk pada bulan Desember 1944.
11. Fujinkai, yaitu himpunan wanita yang dibentuk pada tanggal 23 Agustus 1943.
Jabatan-jabatan militer yang dapat diperoleh setelah seseorang menamatkan
pendidikanadalah sebagai berikut.
1. Daidanco (komandan batalyon), dipilih dari kalangan tokoh-tokoh masyarakat,
seperti pegawai pemerintah, pemimpin agama, pamong praja, politikus, dan
penegak hukum.
2. Cudanco (komandan kompi), dipilih dari kalangan mereka yang telah bekerja,
namun belum mencapai pangkat yang tinggi, seperti guru dan juru tulis.
3. Shodanco (komandan peleton), umumnya dipilih dari kalangan pelajar sekolah
lanjutan pertama atau sekolah lanjutan atas.
4. Budanco (komandan regu), dipilih dari kalangan pemuda yang lulus sekolah
dasar.
5. Giyuhei (prajurit sukarela), dipilih dari kalangan pemuda yang masih setingkat
sekolah dasar.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ir. Soekarno membacakan teks Naskah "Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia"


yang sudah diketik oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik dan telah ditandatangani oleh SoekarnoHatta.

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada hari Jumat, 17 Agustus 1945


tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang dan tanggal 8
Ramadan 1364 menurut Kalender Hijriah,[1] yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dengan
didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56,
Jakarta Pusat.

Daftar isi

1 Latar belakang

2 Peristiwa Rengasdengklok
o

2.1 Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan


Laksamana Muda Maeda

3 Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi

4 Isi Teks Proklamasi

4.1 Naskah Proklamasi Klad

4.2 Naskah baru setelah mengalami perubahan

4.3 Perbedaan teks naskah Proklamasi Klad dan Otentik

4.4 Klip suara naskah yang dibacakan oleh Ir. Soekarno di studio RRI

5 Teks pidato proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia

6 Cara Penyebaran Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

7 Peringatan 17 Agustus 1945


o

7.1 Lomba-lomba tradisional

7.2 Peringatan Detik-detik Proklamasi

8 Rujukan

9 Lihat pula

10 Pranala luar

Latar belakang
Artikel ini bagian dari seri

Sejarah Indonesia

Lihat pula:
Garis waktu sejarah Indonesia
Sejarah Nusantara
Prasejarah

Kerajaan Hindu-Buddha
Kutai (abad ke-4)
Tarumanagara (358669)
Kalingga (abad ke-6 sampai ke-7)

Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-13)


Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9)
Kerajaan Medang (7521006)
Kerajaan Kahuripan (10061045)
Kerajaan Sunda (9321579)
Kediri (10451221)
Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14)
Singhasari (12221292)
Majapahit (12931500)
Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15)

Kerajaan Islam
Penyebaran Islam (1200-1600)
Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521)
Kesultanan Ternate (1257sekarang)
Kerajaan Pagaruyung (1500-1825)
Kesultanan Malaka (14001511)
Kerajaan Inderapura (1500-1792)
Kesultanan Demak (14751548)
Kesultanan Kalinyamat (15271599)
Kesultanan Aceh (14961903)
Kesultanan Banten (15271813)
Kesultanan Cirebon (1552 - 1677)
Kesultanan Mataram (15881681)
Kesultanan Palembang (1659-1823)
Kesultanan Siak (1723-1945)
Kesultanan Pelalawan (1725-1946)

Kerajaan Kristen
Kerajaan Larantuka (1600-1904)

Kolonialisme bangsa Eropa


Portugis (15121850)
VOC (1602-1800)
Belanda (18001942)

Kemunculan Indonesia
Kebangkitan Nasional (1899-1942)
Pendudukan Jepang (19421945)
Revolusi nasional (19451950)

Indonesia Merdeka
Orde Lama (19501959)
Demokrasi Terpimpin (19591965)
Masa Transisi (19651966)
Orde Baru (19661998)
Era Reformasi (1998sekarang)

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima
Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang
di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai
dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai
kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di
atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan
sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya.

Pengibaran bendera pada 17 Agustus 1945.

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan
ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam
untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang
di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah
mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para
pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak
bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam,
mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan
segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan
dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI. [2] Meskipun
demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat,
Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan
karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena
Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari
perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta
menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin
bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu
dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal
jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir
tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah
badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan
'hadiah' dari Jepang (sic).

Dikibarkannya bendera Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan
Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan
mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana,
Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar
desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak
ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat
proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak
menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang.
Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian
Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh
konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana
Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1).
Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan
mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih
menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera
mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada
pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna
membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi
Kemerdekaan.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh
Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat
PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta
tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Peristiwa Rengasdengklok

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana terbakar gelora
kepahlawanannya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka
tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran. Pada dini hari tanggal
16 Agustus 1945, mereka bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA,
dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang
baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai
peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa
Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun
risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad
Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto
untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil
meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan.
Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa
hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan
untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda
untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks
proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.
Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda
Maeda

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro
Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala
pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima
Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan agar Mayor
Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer
Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan
bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo
bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi izin untuk
mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh
Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan
menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido,
ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar
Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau.
Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan
karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia

mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan


Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini
Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan
teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan
Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks
Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh
Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk
duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada
kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks
proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan
administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan
itu berarti "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan
Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan
klaim Nishijima masih didengungkan.
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut
menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor
(Laut) Dr. Hermann Kandeler.[3] Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di
Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman
Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56[4] (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).

Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi


Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks
proklamasi ditulis di ruang makan di laksamana Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1.
Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr.
Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang
depan, hadir B.M Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar
yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas
nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi
harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah
hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara
dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan
disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit
oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota
Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan
alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu

ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk
tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi
bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa
hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.
[4]
Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu
Monumen Nasional.
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor
yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan
tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang
pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat
kepada mereka.[4]
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD)
sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45.
Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang
berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk
kemudian.
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan
persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang
pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Isi Teks Proklamasi

Teks Naskah "Proklamasi Klad" yang ditempatkan di Monumen Nasional (Monas).


Naskah Proklamasi Klad

Teks naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh Ir.
Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh
Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo, yang isinya
adalah sebagai berikut :
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17 - 8 - '05
Wakil2 bangsa Indonesia.

Naskah Proklamasi Klad ini ditinggal begitu saja dan bahkan sempat masuk ke tempat
sampah di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda. B.M. Diah menyelamatkan naskah
bersejarah ini dari tempat sampah dan menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari,
hingga diserahkan kepada Presiden Soeharto di Bina Graha pada 29 Mei 1992.[5][6]
Naskah baru setelah mengalami perubahan

Teks Naskah "Proklamasi Otentik" yang ditempatkan di Monumen Nasional (Monas).

Teks naskah Proklamasi yang telah mengalami perubahan, yang dikenal dengan
sebutan naskah "Proklamasi Otentik", adalah merupakan hasil ketikan oleh Mohamad
Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan
Proklamasi), yang isinya adalah sebagai berikut :
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan


dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.

(Keterangan: Tahun pada kedua teks naskah Proklamasi di atas (baik pada teks
naskah Proklamasi Klad maupun pada teks naskah Proklamasi Otentik) tertulis angka
"tahun 05" yang merupakan kependekan dari angka "tahun 2605", karena tahun
penanggalan yang dipergunakan pada zaman pemerintah pendudukan militer Jepang
saat itu adalah sesuai dengan tahun penanggalan yang berlaku di Jepang, yang kala
itu adalah "tahun 2605".)
Perbedaan teks naskah Proklamasi Klad dan Otentik

Di dalam teks naskah Proklamasi Otentik sudah mengalami beberapa perubahan yaitu
sebagai berikut :

Kata "Proklamasi" diubah menjadi "P R O K L A M A S I",

Kata "Hal2" diubah menjadi "Hal-hal",

Kata "tempoh" diubah menjadi "tempo",

Kata "Djakarta, 17 - 8 - '05" diubah menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05",

Kata "Wakil2 bangsa Indonesia" diubah menjadi "Atas nama bangsa Indonesia",

Isi naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh Ir.
Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs.
Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Sedangkan isi
naskah Proklamasi Otentik adalah merupakan hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti
Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi),

Pada naskah Proklamasi Klad memang tidak ditandatangani, sedangkan pada naskah
Proklamasi Otentik sudah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.

Klip suara naskah yang dibacakan oleh Ir. Soekarno di studio RRI

Tempat Pembacaan teks naskah Proklamasi Otentik oleh Ir. Soekarno yang pertama
kalinya adalah di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta Pusat, tepat pada tanggal 17
Agustus 1945 (hari di mana diperingati sebagai "Hari Kemerdekaan Republik
Indonesia"), pukul 11.30 waktu Nippon (sebutan untuk negara Jepang pada saat itu).

Waktu Nippon adalah merupakan patokan zona waktu yang dipakai pada zaman
pemerintah pendudukan militer Jepang kala itu. Namun perlu diketahui pula bahwa
pada saat teks naskah Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno, waktu itu tidak ada
yang merekam suara ataupun video, yang ada hanyalah dokumentasi foto-foto detikdetik Proklamasi.
Jadi suara asli dari Ir. Soekarno saat membacakan teks naskah Proklamasi yang sering
kita dengarkan saat ini adalah bukan merupakan suara yang direkam pada tanggal
pada tanggal 17 Agustus 1945 tetapi adalah suara asli dia yang direkam pada tahun
1951 di studio Radio Republik Indonesia (RRI), yang sekarang berlokasi di Jalan
Medan Merdeka Barat 4-5 Jakarta Pusat. Dokumentasi berupa suara asli hasil
rekaman atas pembacaan teks naskah Proklamasi oleh Bung Karno ini dapat
terwujudkan adalah berkat prakarsa dari salah satu pendiri RRI, Jusuf Ronodipuro.
Berikut ini adalah klip hasil rekaman suara asli dari Presiden Soekarno saat
membacakan teks naskah Proklamasi di studio Radio Republik Indonesia (RRI), pada
tahun 1951:
Deklarasi kemerdekaan Indonesia 1945

Menu
0:00

Kesulitan mendengarkan berkas ini? Lihat bantuan.

Teks pidato proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia

Tugu Proklamasi di Jalan Proklamasi (dulu Jalan Pegangsaan Timur) tempat dibacakannya
Naskah "Proklamasi Otentik" pada tanggal 17 Agustus 1945.
Saudara-saudara sekalian!
Saya telah meminta Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam sejarah
kami yang paling penting.
Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan
negara kita-bahkan selama ratusan tahun!
Ada gelombang dalam tindakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik, dan
ada yang jatuh, namun semangat kami masih ditetapkan dalam arah cita-cita kami.
Juga selama zaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak
pernah berhenti. Pada zaman Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk pada
mereka. Tetapi pada dasarnya, kita masih terus membangun kekuatan kita sendiri, kita
masih percaya pada kekuatan kita sendiri.
Kini telah hadir saat ketika benar-benar kita mengambil nasib tindakan kita dan nasib
negara kita ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk mengambil
nasib ke dalam tangannya sendiri akan dapat berdiri dalam kekuatan.
Oleh karena semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari
seluruh Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dengan suara bulat berpendapat
bahwa sekarang telah datang waktu untuk mendeklarasikan kemerdekaan.
Saudara-saudara:
Bersama ini kami menyatakan solidaritas penentuan itu.
Dengarkan Proklamasi kami :
PROKLAMASI

KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN


INDONESIA.
HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN
DISELENGGARAKAN
DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.
DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945
ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.
SOEKARNO-HATTA.
Jadi, Saudara-saudara!
Kita sekarang sudah bebas!
Tidak ada lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!
Mulai saat ini kita membangun negara kita. Sebuah negara bebas, Negara Republik
Indonesia-lamanya dan abadi independen. Semoga Tuhan memberkati dan membuat
aman kemerdekaan kita ini! [7]

Cara Penyebaran Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Wilayah Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945
masih sangat terbatas. Di samping itu, hambatan dan larangan untuk menyebarkan
berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah faktor yang
menyebabkan berita proklamasi mengalami keterlambatan di sejumlah daerah,
terutama di luar Jawa. Namun dengan penuh tekad dan semangat berjuang, pada
akhirnya peristiwa proklamasi diketahui oleh segenap rakyat Indonesia. Lebih jelasnya
ikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945
di daerah Jakarta dapat dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara luas.
Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari
Kantor Domei (sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen. Ia menerima
teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian ia
memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), supaya berita proklamasi disiarkan tiga kali
berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah orang Jepang
ke ruangan radio sambil marah-marah, sebab mengetahui berita proklamasi telah
tersiar ke luar melalui udara.
Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi,
tetapi Waidan Palenewen tetap meminta F. Wuz untuk terus menyiarkan. Berita
proklamasi kemerdekaan diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran
berhenti. Akibat dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa

memerintahkan untuk meralat berita dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal
20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang
masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf
Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata membuat pemancar
baru dengan bantuan teknisi radio, di antaranya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan
Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan
DJK 1. Dari sinilah selanjutnya berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.
Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga
dilakukan melalui media pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa
dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya
merupakan koran pertama yang memuat berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda
yang berjuang melalui media pers antara lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang.
Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada rakyat Indonesia melalui
pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta
api, misalnya dengan slogan Respect Our Constitution, August 17!!! (Hormatilah
Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!). Melalui berbagai cara dan media tersebut, akhirnya
berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas di wilayah Indonesia dan
di luar negeri. Di samping melalui media massa, berita proklamasi juga disebarkan
secara langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini
para utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita proklamasi :

Teuku Mohammad Hassan dari Aceh,

Sam Ratulangi dari Sulawesi,

Ketut Pudja dari Sunda Kecil (Bali),

A. A. Hamidan dari Kalimantan.

BAB 3
PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Konflik Antara Indonesia-Belanda.
1. Kedatangan Tentara Sekutu.

Pada bulan September 1945, pasukan khusus Sekutu yg dinamakan AFNEI


(Allied Forces Netherlands East Indies) dipimpin Letnan Jendral Sir Philip Cristison
mendarat di Tanjung Priok, Jakarta.
Tugas AFNEI di Indonesia adalah :
- Menerima penyerahan kekuasaan dari Jepang.
- Membebaskan tawanan perang dan interniran Sekutu.
- Melucuti dan memulangkan tentara Jepang
- Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai
- Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan menuntutnya di pengadilan
Sekutu.
Pada mulanya kedatangan Sekutu disambut gembira bahkan presiden
memerintahkan agar seluruh rakyat membantu tugas Sekutu. Namun setelah
mengetahui Sekutu diboncengi NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang
dipimpin oleh Van der Plass, maka sikap rakyat menjadi berubah.

2. Adanya keinginan Pemerintah Kolonial Belanda Menjajah kembali Indonesia.


NICA hendak menegakkan kembali pemerintahan Hindia Belanda dan tidak mau
mengakui kemerdekaan RI. NICA,KNIL dan bekas pasukan Jepang yang dipersenjatai
Sekutu telah memancing kerusuhan di daerah yang didatangi. Akibatnya terjadilah
perlawanan rakyat di berbagai daerah. Hal ini disadari oleh Christison, maka tanggal 1
Oktober 1945 ia mengakui kedaulatan de facto atas RI. Sekutu tidak akan mencampuri
persoalan yang menyangkut status ketaatan negara Indonesia. Namun kenyataannya
pasukan Sekutu tidak menghormati kedaulatan RI.

B. Perjuangan

Rakyat dan Pemerintah

Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.


1. Pertempuran 10 November di Surabaya

di Berbagai

Daerah Dalam Usaha

Pada tanggal 28 Oktober 1945 terjadi insiden di Bank Internasional Jembatan


Merah Surabaya yang menewas kanBrigjend. Mallaby. Sekutu meminta agar pembunuh
Mallaby menyerahkan diri.
Tanggal 9 November 1945 Sekutu mengeluarkan ultimatum yang memerintahkan
agar semua pimpinan dan orang indoneia yang bersenjata harus melapor dan
meletakkan senjatanya di tempat yang telah ditentukan. Meraka harus menyerahkan
diri dan mengangkat tangan.
Batas waktu ultimatum adalah pukul 06.00 tanggal 10 November 1945. rakyat
dipimpin gubernur Soeroyo menolak ultimatum tersebut, akibatnya Surabaya digempur
dari darat, laut dan udara. Bung Tomo membakar semangat pejuang dengan pidatopidatonya lewat stasiun radio di jalan Mawar Nomor 4 Surabaya.
Pertempuran terakhir terjadi di Gunung Sari tanggal 28 November 1945, untuk
mengenang kepahlawanan rakyat Surabaya maka tanggal 10 November diperingati
sebagai Hari Pahlawan.

2. Bandung Lautan Api (23 Maret 1946)


Tanggal 29 Oktober 1945, Sekutu mengeluarkan ultimatum agar TKR
meningggalkan kota Bandung bagian Utara. TKR di bawah pimpinan Aruji Kartawinata
menolak ultimatum tersebut.
Tanggal 23 Maret 1946 Sekutu mengeluarkan ultimatum II yang menuntut agar
TKR meninggalkan seluruh Bandung. Oleh karena itu mantaati instruksi pemerintah
pusat maka TKR meninggalkan Bandung sambil membumihanguskan kota Bandung
bagian Selatan. Tujuannya agar sekutu mengalami kesulitan akomodasi dan logistik.
3. Peristiwa Palagan Ambarawa (21 November 15 Desember 1945)
Pertempuran terjadi karena Sekutu secara sepihak membebaskan tawanan
Belanda di Magelang dan Ambarawa. Pada tanggal 12 15 Desember 1945, TKR
melancarkan serangan serempak di bawah pimpinan Kolonel Sudirman dan berhasil
memaksa Sekutu (Inggris) mundur ke Semarang. Peristiwa ini diperingati setiap tanggal
15 Desember sebagai Hari Infanteri.

4. Pertempuran Medan Area (10 Desember 1945)


Pasukan Sekutu dipimpin T.E.D. Kelly tiba di Medan tanggal 9 Oktober 1945.
sebagai batas kekuasaan, Sekutu memasang papan pembatas yang bertuliskan FIXED
BOUNDARES MEDAN AREA dan pada tanggal 10 Desember 1945 melancarkan
operasi militer besar-besaran.
Meskipun seluruh Medan berhasil dikuasai Sekutu, namun perlawanan TKR
bersama rakyat tidak padam. Para pejuang membentuk Komando Resimen Laskar
Rakyat Medan Area yang berhasil menekan pertahanan Sekutu.
5. Peristiwa Merah Putih di Manado (14 Februari 1946)
Timbulnya perlawanan dikarenakan Sekutu melarang rakyat mengibarkan
bendera Merah Putih. Kemudian TKR dan eks anggota KNIL pro RI menyerbu tangsi
Teting dan mengambil bendera Belanda, merobek warna birunya, kemudian
mengibarkannya sebagai bendera Merah Putih.
6. Perisiwa Merah Putih di Biak, Papua (14 Maret 1948)
Pada tanggal 14 Maret 1948 rakyat menyerbu tangsi Belanda di Sorido
dan Biak. Selanjutnya para pemuda dipimpin oleh Yoseph mencoba mengibarkan Sang
Merah Putih di seluruh Biak.
7. Perang Puputan Margarana di Bali (18 November 1946)
Belanda tiba di Bali tanggal 2 Maret 1946. tujuannya untuk membentuk Negara
Indonesia Timur (NIT) dengan mengajak kerjasama I Gusti Ngurah Rai. Namun I Gusti
Ngurah Rai menolaknya, karena Bali tidak menjadi bagian negara Republik Indonesia.
Pada tanggal 18 November 1946 I Gusti Ngurah Rai dengan pasukan Ciung Wanara
mengobarkan perang Puputan artinya sampai tetes darah penghabisan di desa
Margarana
8. Pertempuran di Sulawesi Selatan.
Tanggal 25 Desember 1946 pasukan Belanda dipimpin Kapten Raymond
Westerling membunuh ribuan rakyat di Sulawesi Selatan. Pembantaian itu dilakukan
setelah terjadi pertempuran dengan pasukan Harimau Indonesia yang dipimpin Wolter
Mongunsidi di Barombong tanggal 3 November 1946. setelah diadakan KMB, Belanda

menghukum mati Robert Wolter Monginsidi mengumandangkan semboyannya yang


terkenal yaitu Setia hingga terakhir dalam keyakinan.
9. Pertempuran Empat Hari di Surakarta (7 10 Agustus 1949)
TRI dipimpin oleh Letkol Slamet Riyadi menghadapi pasukan Belanda yang
mengadakan tekanan militer di Surakarka (Solo). Peristiwa ini dikenal dengan
pertempuran empat hari di Solo.
10. Pertempuran Laut di Teluk Cirebon (5 januari 1947)
Pertempuran laut ini terjadi setelah kapal perang Belanda menyerang iringiringan kapal RI yang kembali dari latihan bersama (AD dan AL). dalam hal ini kapal
Belanda berhasil menenggelamkan KRI Gajah Mada yang dipimpin oleh Letnan
Samadikun.

C.

Perjuangan

Diplomasi

Indonesia

Dalam

Rangka

Mempertahankan

Kemerdekaan.
1. Perundingan di Jakarta, 7 Oktober 1946.
Ditandatangani oleh Lord Killern, Prof. Schermerhorn dan Perdana Menteri
Sutan Syahrir dengan dua keputusan penting yaitu :
1) Diberlakukannya gencatan senjata antara Indonesia, Belanda dan inggris
2) Dibentuk komisi bersama untuk mengawasi pelaksanaan gencatan senjata
Atas dasar perundingan tersebut maka pasukan Inggris dan Australia ditarik
secara

berangsur-angsur.

Pada

akhir

tahun

1946,

seluruh

pasukan

sekutu

meninggalkan Indonesia.
2. Perundingan Linggarjati, 25 Maret 1947
Sejak tanggal 10 November 1946, di Linggarjati(dekat Cirebon) dilangsungkan
perundingan Indonesia Belanda. Setelah melalui perdebatan sengit di dalam KNIP
akhirnya persetujuan Linggarjati ditandatangani di Istana Rijswijk (Istana Merdeka)
Jakarta tanggal 25 Maret 1947. delegasi RI dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan
Syahrir, delegasi belanda dipimpin oleh Prof. Schermerhorn, Lord Killern sebagai
penengah.

Pokok-pokok perundingan Linggarjati adalah :


1) Belanda mengakui kedaulatan de facto negara RI atas Sumatera, Jawa dan Madura.
2)

RI dan Belanda akan bekerjasama membentuk Negara Indonesia Serikat (NIS) dan RI
sebagai salah satu bagiannya.

3)

Negara Indonesia Serikat dan Belanda akan bersatu menjadi Uni Indonesia Belanda
dengan Ratu Belanda sebagai Ketua Uni.
Hasil perundingan Linggarjati disikapi pro dan kontra. Kelompok yang pro
merasa puas kedaulatan Indonesia diakui dunia, meskipun hanya meliputi Sumatera,
Jawa dan Madura. Sedangkan pihak yang kontra tetap mengusahakan agar Belanda
mengakui RI secara utuh. Perbedaan pendapat tersebut mencapai puncaknya setelah
PM Sutan Syahrir diganti oleh Kabinet Amir Syarifuddin.
Arti penting perundingan Linggarjati bagi RI adalah dapat memperkokoh
kedudukan Indonesia dalam percaturan politik dunia. Beberapa negara segera
menyampaikan pengakuan atas kedaulatan RI. Pada tahun 1974 Mesir menjadi negara
pertama yang mengakui kedaulatan RI disusul Inggris, Amerika Serikat, Negara-negara
Arab dan lain-lain.

Agresi Militer Belanda I, 21 Juli 1947


Pada tanggal 15 Juli 1947 Belanda menyampaikan tuntutan akan adanya
gendarmerie bersama dan meminta agar RI menghentikan permusuhan. Kemudian
disusul dengan ultimatum bahwa dalam waktu 32 jam RI harus menjawabnya. Oleh
karena ultimatum ditolak maka pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan
serangan serentak di daerah RI yang disebut Agresi Militer Belanda I.
Sasarannya adalah :
- Mengepung ibukota dan penghapusan de facto RI.
- Menguasai daerah beras di Jawa Barat dan Jawa Timur serta daerah perkebunan di
Sumatera.

- Menghancurkan TNI.
Untuk menghadapi Belanda, TNI membangun daerah-daerah pertahanan baru
menggunakan sistem Wehrkreise (lingkaran pertahanan dan melancarkan serangan
gerilya).

Akibatnya kekuasaan dan gerakan Belanda hanya terbatas di kota-kota besar.


Perjuangan Bangsa Indonesia mendapat simpati dunia internasional.
- Palang Merah Malaya membantu obat-obatan yang diangkut dengan pesawat Dakota
VT-CLA. Setibanya di Yogyakarta ditembak jatuh Belanda mengakibatkan gugurnya
Komodor Muda Udara Adi Sucipto, Abdur Rahman Saleh dan Adi Sumarno.
- India membantu obat-obatan dan tenaga dokter, bahkan melatih para penerbang
Indonesia.
- India dan Australia mengusulkan agar masalah Indonesia dibahas dalam Sidang
Dewan Keamanan PBB. Akhinya tanggal 1 Agustus 1947, PBB mengeluarkan resolusi
gencatan senjata.
Pada kenyataannya setelah ada gencatan senjata Belanda masih berusaha
memperluas wilayahnya. Batas terakhir perluasan wilayah yang dikuasainya itu dituntut
sebagai garis demarkasi Van Mook yaitu garis yang menghubungkan dua daerah
terdepan yang dikuasai Belanda.
Komisi Konsuler PBB beranggotakan Cina, Belgia, Perancis, Inggris dan
Australia yang diketuai oleh Dr. Walter Foote dari Amerika Serikat. Komisi ini bertugas
mengawasi pelaksanaak gencatan senjata dan melaporkan kepada PBB bahwa sampai
tanggal 4 Agustus 1947 pasukan Belanda masih mengadakan gerakan-gerakan militer.
Pada tanggal 11 Agustus 1947 utusan RI di PBB yaitu Sutan Syahrir, H.A. Salim
dan kawan-kawan melaporkan tindakan Belanda.
Atas usul Amerika Serikat DK PBB membentuk Komisi Jasa Baik yang
beranggotakan tiga negara, maka dinamakan Komisi Tiga Negara (KTN) terdiri atas:
- Australia diwakili Richard Kirby atas pilihan Indonesia.
- Belgia diwakili Paul Van Zeeland atas pilihan Belanda.
- Amerika Serikat diwakili Frank Graham dipilih oleh Australia dan Belgia.
Tugas KTN adalah membantu menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda
secara damai. Dalam masalah militer KTN akan mengambil inisiatif, namun untuk
masalah politik KTN hanya memberikan saran dan usul.
3. Perundingan Renville, 17 Januari 1948
Untuk mengakhiri Agresi Belanda I, maka diadakan perundingan di atas geladak
kapal USS Rencille milik Amerika Serikat yang sedang berlabuh di Teluk Jakarta.

Perundingan dimulai tanggal 8 Desember 1947 dan berakhir tanggal 17 Januari 1948.
Ditandatangani oleh Mr. Amir Syarifudin dan Abdul Kadir Widjojoatmodjo. Isi penting
perundingan Renville adalah :
1) Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia.
2) RIS sejajar Belanda dalam Uni Indonesia-Belanda
3) RI merupakan bagian RIS
4) daerah RI yang diduduki Belanda sebagai hasil Agresi I harus diakui sebagai daerah
pendudukan Belanda. Diakuti pula garis Van Mook
5) Pasukan TNI di daerah kantong di Jawa Barat dan Jawa Timur harus ditarik ke daerah
RI.
Pengertian daerah kantong adalah semula daerah gerilya TNI tetapi berada di
belakan Van Mook
Akibat perundingan Renville adalah :
- Wilayah RI semakin sempit
- Kabinet Amir Syarifudin jatuh dan diganti dengan Kabinet Hatta.
- Beban pemerintah RI makin berat karena dengan wilayah yang sempit harus
menangung banyak penduduk
Agresi Militer Belanda II,19 Desember 1948
Pada tanggal 18 Desember 1948, Dr. Beel mengumumkan bahwa Belanda tidak
terikat lagi dengan isi perundingan Renville. Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda
melancarkan Agresi Militer II, tujuannya untuk menguasai Yogyakarta.
Belanda berhasil melawan Presiden dan para Pemimpin RI Sebelum tertangkap
presiden memimpin Sidang Kabinet dan memutuskan :
Presiden telah memberi mandat kepada menteri Syarifudin Prawiranegara untuk
membentuk Pemerintah Darurat Indonesia ( PDRI ) di Bukittinggi. Apabila gagal
pembentukan DPRI diberikan kepada L. N. Palar, A. A Maramis dan Dr. Sudarsono di
India.
Presiden dan Wakil Presiden tetap di Yogyakarta agar tetap dekat dengan KTN
dengan resiko ditawan Belanda. Pimpinan TNI akan menyingkir ke luar kota untuk
bergerilya.

Jendral Sudirman memimpin gerila, dalam waktu satu bulan berhasil


melancarkan serangan balasan. Sasaran utamanya adalah :
-

Memutuskan jalur-jalur komunikasi

Menghadang konvoi amunisi dan logistik.


Para pelajar dan mahasiswa membenuk kesatuan-kesatuan Tentara Pelajar
seperti Tentara Pelajar (TP), Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP), Tentara Genie
Pelajar (TGP). Ketiganya bergabung dalam Brigade 17 TNI.
Pemimpin TNI mengeluarkan Surap Perintah Siasat No. 1 tahun 1948 isinya
memerintahkan agar TNI mengadakan penyusupan ke daerah yang diduduki Belanda.
Atas dasar itu pasukan Siliwangi yang dulu hijrah ke Yogyakarta, kembali menyusup ke
daerah Belanda di Jawa Barat (Long March).
Reaksi dari dalam maupun dari Luar Negeri :
1.

Dari Dalam Negeri


a. Negara Pasundan membubarkan kabinetnya

egara Indonesia Timur (NIT) membubarkan diri


c. RI melaporkan kepada Dewan Keamanan PBB.
2.

Dari Luar Negeri


a. Sri Langka, India dan Pakistan melarang Kapal Perang dan pesawat Belanda melewati
negaranya.
b.India memprakarsai deselenggarakannya Konfrensi Antar Negara Asia tanggal 20
Januari 1949, yang menghasilkan Resolusi New Delhi. Atas dasar Resolusi tersebut
maka tanggal 28 Januari 1949 DK PBB memerintahkan Belanda agar menghentikan
Agresinya.
Serangan Umum 1 Maret 1949
Atas kerjasama Sri Sultan HB IX dengan Letkol Soeharto maka TNI melancarkan
serangan besar-besaran ke Yogyakarta yang dinamakan Serangan Umum 1 Maret
1949/Serangan Janur Kuning/ Serangan Fajar/Pendudukan 6 jam di Yogyakarta.
Tujuannya untuk membantah pernyataan Belanda bahwa TNI sudah tidak
memiliki kekuatan lagi.

Serangan dilancarkan pada pukul 06.00 bersamaan dengan dibunyikannya sirine


tanda jam malam berakhir. Tepat pukul 12.00 TNI ditarik mundur. Arti penting serangan
umum 1 maret 1949 adalah:
1. Meningkatkan semangat rakyat dan TNI yang sedang bergerilya.
2. Mendukung perjuangan diplomasi.
3. Menunjukkan kepada dunia bahwa TNI masih kuat
4. Mematahkan semangat pasukan Belanda.
4. Perundingan Roem-Royen, 7 Mei 1949
Banyaknya kecaman dari dalam maupun luar negeri menyebabkan Belanda
bersedia mentaati Resolusi DK PBB untuk menghentikan Agresinya. PBB membentuk
United Nation Commision for Indonesia (UNCI).
Pada tanggal 7 Mei 1949 Mr. Moh. Roem dan Dr. Van Royen menandatangani
persetujuan yang berisi :
1) Belanda mengembalikan pemerintah RI ke Yogyakarta
2) Pembebasan para pemimpin RI.
3) Segera diadakan KMB di Den Haag.
Meskipun telah dicapai kesepakatan, namun TNI diingatkan agar tetap waspada
karena Belanda selalu mengingkarinya. Hal ini terbukti dengan terjadinya tekanan
Militer ke daerah-daerah yang baru ditempati pasukan Belanda. Pada tanggal 6 Juli
1949 presiden dan para pemimpin RI kembali ke Yogyakarta.
5. Konferensi Inter Indonesia (KII)
Sebelum KMB dilaksanakan, RI mengadakan Konferensi dengan Negara-negara
BFO (Bijeen konst voor Federal Overleg). BFO merupakan negara-negara boneka
bentukan Belanda yang tidak menyetujui Agresi Belanda II. Tujuan KII adalah untuk
menyatukan pendapat dalam menghadapi KMB, KII diselenggarakan 2 tahap yaitu :
-

Tahap I

: tanggal 19 22 Juli 1949 di Yogyakarta.

Tahap II

: tanggal 30 Juli 1949 di Jakarta.

Salah satu keputusan penting KII adalah BFO mendukung tuntutan RI atas
pengakuan kedaulatan tanpa syarat, tanpa ikatan politik dan ekonomi.

6. Konferensi Meja Bundar (KMB), 2 November 1949


KMB berlangsung tanggal 23 Agustus 2 November 1949 di Den Haag.
Delegasi Belanda dipimpin Mr. Van Maarseven, delegasi RI diketuai Drs. Moh. Hatta,
delegasi BFO dikeuati Sultan Hamid II dan UNCI diwakili oleh Critchley.
KMB berjalan cukup a lot karena ada 4 masalah yang dipertentangkan oleh RI
dan Belanda yaitu : Istilah pengakuan kedulatan, masalah KNIL dan TNI, masalah
keuangan dan Irian Barat .
Isi pokok KMB adalah :
1) Belanda mengakui kedaulatan RIS pada bulan Desember 1949
2) Status Irian Barat akan ditunda 1 tahun sesudah pengakuan kedaulatan.
3) RIS harus membayar semua hutang Belanda sejak tahun 1942.
4) TNI menjadi inti Angkatan Perang RIS (APRIS)
Pengakuan Kedaulatan RIS
Negara RIS terdiri atas 16 negara yaitu RI dan 15 negara boneka. Pada tanggal
15 - 16 Desember 1949 diadakan Sidang Panitia Pemilihan Nasional (PPN) di Jakarta
yang diketuai oleh Mr. Moeh. Roem.
Keputusannya adalah :
- Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden RIS
- Menunjuk Mr. Asaat menyerahkan sebagai pemangku jabatan presiden RIS
Tanggal 17 Desember 1949 Ir. Soekarno dilantik menjadi presiden RIS di
bangsal Siti Inggil Keraton Yogyakarta. Keesokan harinya Drs. Moh. Hatta dilantik
sebagai OM. Upacara pengakuan kedaulatan terhadap RIS dilaksanakan pada tanggal
27 Desember 1949 di tempat yang berbeda yaitu :
1)

Amsterdam. Ratu Yuliana, PM Willem dan Menteri Seberang Lautan Mr. A.M.J.A.
Sassen menyerahkan kedaulatan kepada Drs. Moh. Hatta.

2)

Jakarta. Wakil tinggi Mohkota Belanda A.H.J. Lovink menyerahkan kepada Sri Sultan
HB IX.

3) Yogyakarta. Mr. Asaat menyerahkan kepada A Mononutu (Menteri Penerangan RIS).


Dengan adanya pengakuan kedaulatan tersebut maka secara resmi Belanda
mengakui kemerdekaan dan kedaulatan penuh negara Indonesia di seluruh bekas
wilayah Hindia Belanda (kecuali Irian Barat).

7. Perjuangan Pembebasan Irian Barat.


a. Perjuangan Diplomasi.
1)

Melaksanakan Perundingan Langsung dengan Belanda.Berdasarkan hasil KMB,


masalah Irian Barat ditunda satu tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS. Kedudukan
Irian Barat akan diselesaikan melalui Perundingan RIS-Belanda.
Berbagai upaya damai telah ditempuh pemerintah dimulai sejak Kabinet Natsir sampai
dengan Kabinet Djuanda. Antara tahun 1950-1953 Indonesia mengajak Belanda untuk
merundingkan status Irian Barat, namun gagal.
Akhirnya tanggal 3 Mei 1956 Indonesia membatalkan hubungan dengan Belanda
berdasarkan perundingan KMB, secara sepihak dengan UU No. 13 Tahun 1956.

2) Melalui Diplomasi di PBB


Sejak tahun 1953 masalah Irian Barat dimasukkan dalam agenda Sidang Umum PBB.
3) Melalui Konferensi Asia Afrika
b. Perjuangan Ekonomi
1)

Pemogokan buruh secara total di perusahaan-perusahaan Belanda pada tanggal 22


Desember 1957.

elarang peredaran film yang berbahasa Belanda.


3)

Pengambilalihan perusahaan-perusahaan Belanda, yang diatur dengan PP No. 23


Tahun 1958.
Perusahaan-perusahaan yang diambil alih adalah :

Nederlandsche Handle Maatschappij NV diubah menjadi Bank Dagang Negara, bulan


Desember 1957.

Escompto, 9 Desember 1957.

Perusahaan Philips dan KLM, Desember 1957.

Percetakan De Unie.
Berbagai macam perkebunan dan pertambangan.

4) Melarang pesawat penerbangan Belanda (KLM) terbang dan mendarat di Indonesia.


c.

Perjuangan Bersenjata.
1) Membentuk Provinsi Irian Barat yang beribukota di Soasio, Tidore.

2) Membentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat, 10 Februari 1958.


3) Menngumumkan pemutusan hubungan diplomatic dengan Belanda tanggal 17 Agustus
1960, lewat pidato Presiden yang berjudul Jalannya Revolusi Kita Bagaikan Malaikat
Turun dari langit (Jarek).
4)

Tanggal 19 Desember 1961 mengumumkan Tri Komando Rakyat (Trikora) di


Yogyakarta yang isinya:

Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda kolonial.


Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat, tanah air Indonesia.
Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah
air dan bangsa.
5)

Tanggal 2 Januari 1962 membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat yang
dipimpin oleh Mayjend Soeharto. Komando Mandala bermarkas di Makasar.
Tugasnya adalah:

Merencanakan,

mempersiapkan

dan

menyelenggarakan

operasi

militer

untuk

membebaskan Irian Barat.


Mengembangkan situasi militer di Irian Barat.
Operasi-operasi Militer pembebasan Irian Barat direncanakan melalui 3 tahap yaitu :
-

Tahap Infiltrasi (akan dilaksanakan sampai akhir 1962)


Operasi ditujukan ke sasaran-sasaran tertentu untuk membentuk daerah defacto Irian
Barat dan mengikutsertakan rakyat Irian Barat dalam perjuangan. Operasi ini terbagi
dalam:
-

Operasi Banteng di Fakfak dan Kaimana

Operasi Serigala di Sorong dan Teminabuan

Operasi Naga di Merauke

Operasi Jatayu di Sorong, Kaimana dan Merauke


Pada tanggal 15 Januari 1962 terajdi pertempuran di laut Aru antara KRI Macan

Tutul, KRI Harimau dan KRI Macan Kumbang melawan Belanda. Dalam pertempuran
tersebut KRI Macan Tutul tenggelam bersama Komodor Yos Sudarso, Kapten Wiratno
dan anak buahnya.
-

Tahap Eksploitasi (direncanakan mulai awal tahun 1963)

Dalam tahap ini akan dilancarkan Operasi Jayawijaya. Tujuannya untuk merebut
markas-markas militer Belanda dan menduduki pos-pos penting. Operasi Jayawijaya
akan dilakukan melalui serangan terbuka secara besar-besaran.1
-

Tahap Konsolidasi (direncanakan mulai awal tahun 1964)


Bertujuan menegakkan kekuasaan RI di Irian Barat. Sebelum tahap infiltrasi selesai dan
tahap eksploitasi serta konsolidasi belum dimulai, terjadilah perubahan situasi.
Beberapa negara merasa kawatir bila terjadi perang besar antara Indonesia-Belanda.
Kemudian Diplomat Amerika Serikat bernama Ellsworth Bunker mengusulkan
suatu rencana penyelesaian masalah Irian Barat.
Adapun pokok-pokok Rencana Bunker, Maret 1962 adalah:
- Belanda menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia dengan melalui suatu Badan
Pemerintahan PBB atau United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA).
- Akan diadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) Irian Barat secara pemilihan (act
of free choice).
Atas dasar Rencana Bunker itu, pada tanggal 15 Agustus 1962 Indonesia dan
Belanda menandatangani Persetujuan New York. Isinya sebagai berikut:

a.

Selambat-lambatnya tanggal 1 Oktober 1962, Belanda menyerahkan Irian Barat


kepada UNTEA.

b.

Pada tanggal 31 Desember 1962 UNTEA dengan Indonesia menyerahkan bersamasama mengatur pemerintahan sementara di Irian Barat.

c.

Selambat-lambatnya tanggal 1 Mei 1963, UNTEA menyerahkan Irian Barat kepada


Indonesia. Dengan demikian, satu-satunya bendera yang berkibar di Irian Barat adalah
bendera Indonesia.
Sesuai Presetujuan New York, maka pada bulan Juli sampai Agustus 1969
diadakan Pepera di Irian Barat. Hasilnya rakyat menginginkan agar wilayah di ujung
Timur Kepulauan Nusantara itu tetap menjadi bagian dari Negara Kesatuan RI. Dengan
demikian, Republik Indonesia berhasil mempertahankan keutuhan wilayahnya.
D. Faktor-Faktor yang Memaksa Belanda Keluar dari Indonesia.
Setelah mempelajari tentang berbagai bentuk perjuangan bangsa Indonesia
dalam mempertahankan kemerdekaan baik secara fisik maupun diplomasi dan peranan

a.

dunia Internasional dalam menyelesaikan konflik Indonesia-Belanda, dapat kita ambil


kesimpulan bahwa faktor-faktor yang memaksa Belanda keluar dari Indonesia adalah :
Adanya tekanan dari berbagai negara.

b. Dibubarkannya Pemerintahan Republik Indonesia Serikat.

Kegagalan diplomasi Belanda.

Anda mungkin juga menyukai