Anda di halaman 1dari 137

PEMANFAATAN BAKTERI NITROBACTER SP

SEBAGAI UPAYA BIODEGRADASI PENGOLAHAN


AIR LIMBAH
Posted November 9, 2011 by aguskrisno in Uncategorized. Leave a Comment

Mikroba terdapat dimana-mana di sekitar kita ada yang menghuni tanah, air, dan udara. Studi
tentang mikroba yang ada di lingkungan alamiahnya disebut ekologi mikroba. Ekologi merupakan
bagian biologi yang berkenaan dengan studi mengenai hubungan organism atau kelompok organisme
dengan lingkungannya.
Ekologi mikroba sangat berperan membantu memperbaiki kualitas lingkungan. Bagian dari
mikrobiologi yang mempelajari tentang peranan mikroorganisme di dalam lingkungan adalah
mikrobiologi lingkungan. Lingkungan yang dimaksud terutama terdiri dari air, udara, dan tanah.
Mikrobiologi air adalah mikrobiologi yang mempelajari kehidupan dan peranan mikroorganisme di
dalam lingkungan air. Peranan mikroba dalam air dapat dipakai dalam bidang kesehatan, bidang
pertanian, bidang peternakan, bidang industri, bidang pengairan, bidang pengolahan air.
Mikrobiologi tanah adalah bagian disiplin mikrobiologi yang mempelajari kehidupan, aktivitas, dan
peranan mikroorganisme di dalam tanah.
Perananan mikroba dalam lingkungan hidup pada saat sekarang adalah sebagai jasad yang secara
langsung atau secara tidak langsung mempengaruhi lingkungan; dan juga baik jasad yang secara
langsung maupun secara tidak langsung dipengaruhi oleh lingkungan.
NITROBACTER
Unsur nitrogen di alam terdapat dalam bentuk gas, sedangkan di tanah jumlahnya sangat
sedikit,namun sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah banyak. Nitrogen bersenyawa
membentuk urea, protein, asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti amoniak, nitrit dan
nitrat.
Meskipun kebutuhan N2 sangat penting, namun hanya sedikit organisme yang dapat mengikat N2
dari udara, yaitu jenis bakteri dan gangang bersel satu yang bersimbiosis dengan tmbuhan tingkat
tinggi melalui Fiksasi Nitrogen. Sedangkan tumbuhan lainnya memperoleh senyawa nitrogen melalui
suplai N2 atau daur nitrogen. N2 diserap oleh tumbuhan dalam bentuk nitrat melalui proses
Nitrifikasi yang dibantu oleh bakteri Nitrosomonas, Nitrococus dan Nitrobacter.
Bakteri yang mengoksidasi ammonia menjadi nitrit kemudian menjadi nitrat disebut bakteri
nitrifikasi. Sedangkan bakteri denitrifikasi adalah bakteri mampu mengubah nitrit menjadi gas
nitrogen yang nantinya gas tersebut akan kembali lagi ke atmosfer dan siap untuk memulai daur lagi.
Nitrobacter merupakan bakteri nitrifikasi karena merupakan bakteri yang mengubah nitrit menjadi
nitrat. Nitrobacter termasuk famili Nitrobacteraceae. Spesies nitrobacter
meliputiNitrobacter winogradskyi, Nitrobacter hamburgensis, Nitrobacter vulgaris, Nitrobacter
alkalicus. Selain itu, nitrobacter juga merupakan sub-kelas dari Proteobacteria.Tidak seperti pada
tumbuhan, ketika transfer elektron pada fotosintesis menyedisakan energi untuk fiksasi karbon,
Nitrobakter menggunakan energi dari oksidasi ion nitrit ( NO2 ) menjadi ion nitrat ( NO3 ) untuk
memenuhi kebutuhan karbonnya.
Nitrobacter memiliki pH optimum antara 7,3 dan 7,5 serta akan mati pada suhu 120F (49C) atau di
bawah 32F (0C). Menurut Grundman, Nitrobacter tumbuh optimal pada suhu 38C dan pH 7,9.
Akantetapi, Holt menyatakan bahwa Nitrobacter tumbuh optimal pada suhu 28C dan ph antara 5,88,5 dan memiliki pH optimal antara 7,6-7,8 (Grundman et. al. 2000, Holt, 1993). Nitrobakter
termasuk bakteri aerob, pada umumnya berbentuk batang, seperti pir atau pleomorfhic dan
berkembang biak dengan budding.
Nitrosomonas menguraikan ammonia menjadi Nitrit, yang merupakan senyawa beracun bagi koi.
Nitrit menjadi makanan bakteri Nitrobacter dan menghasilkan senyawa Nitrat. Melihat
keterkaitannya, lumrah bila kita menemukan kedua bakteri itu bersama dalam kolam. Walaupun
berbahaya, koi masih mampu bertahan dengan kadar Nitrit dua kali kadar ammonia.
Inilah yang dimaksud siklus nitrogen atau lazim disebut proses nitrifikasi. Koi melakukan respirasi
dan bersekresi membuang kotoran yang mengandung ammonia. Begitu juga sisa pakan, kotoran di
dasar kolam, atau koti mati yang lama tidak diangkat. Semuanya memberikan kontribusi terhadap
peningkatan kadar ammonia dalam kolam. Ammonia diuraikan nitrosomonas menjadi nitrit. Siklus
berikutnya adalah nitrobacter yang mengkonversi nitrit menjadi nitrat. Pada bagian akhir, nitrat
diserap tumbuhan air atau menguap setelah melalui proses oksidasi dipermukaan air.

Karakteristik
Nitrosomonas dan nitrobacter adalah terminologi bakteri Lithotrophic. Mereka membutuhkan
oksigen dan makanan untuk hidup dan membangun koloni dimedia dengan permukaan yang keras
dan bersih. Kedua jenis bakteri tersebut termasuk lama dalam replikasi dibanding bakteri lain yang
ada. Pada kolam air tawar, bakteri membutuhkan waktu setiap 8 jam untuk bereplika, sedangkan
untuk air laut lebih lama lagi, sekitar 24 jam.
Proses pengolahan air limbah secara biologis aerobic adalah dengan memanfaatkan aktifitas mikroba
aerob, untuk menguraikan zat organik yang terdapat dalam air limbah, menjadi zat norganik yang
stabil dan tidak memberikan dampak pencemaran terhadap lingkungan. Mikroba aerob ini
sebenarnya sudah terdapat di alam dalam jumlah yang tidak terbatas dan selalu dapat diperoleh
dengan sangat mudah.Dalam kapasitas yang terbatas alam sendiri sudah mampu menetralisir zat
organik yang ada dalam air limbah. Sementara itu kemampuan air dalam menyerap oksigen di udara
sangat terbatas, walaupun keberadaan oksigen di udara tidak terbatas. Pemenuhan oksigen dapat
dibantu dengan peralatan mekanis (aerator), aliran udara bertekanan atau pertumbuhan mikrobia itu
sendiri (algae).
Pengolahan Limbah
Bakteri aerob dapat memecah gula menjadi air, karbondioksida (CO2), dan energi. Oleh karena
itu, saat ini, bakteri aerob banyak dimanfaatkan untuk pengolahan limbah-limbah cair yang
dihasilkan dari pabrik-pabrik. Dalam pengolahan limbah ini, bakteri aerob memiliki beberapa
karakteristik sebagai berikut.
1. Bakteri aerob memerlukan suhu yang tinggi agar dapat bekerja maksimal. Ia memerlukan
temperatur lebih tinggi dari sebelumnya jika ingin sampai pada reaksi yang diinginkan.
2. Bakteri ini akan efektif bekerja pada kisaran pH 6,5 sampai dengan 8,5. Pada reaktor aerob, hal
tesebut dikenal dengan istilah Completely Mixed Activated Sludge (CMAS). Pada proses tersebut,
terjadi netralisasi asam dan basa sehingga tidak diperlukan lagi tambahan bahan kimia selama BODnya kurang dari 25mg/liter limbah.
3. Memiliki kebutuhan energi yang tinggi untuk prosesnya dengan tingkat pengolahan 60-90 persen.
4. Produksi lumpur yang akan dihasilkan untuk pengolahannya tinggi. Begitupun, stabilitas proses
terhadap racun dari limbah dan perubahan bebannya dari sedang sampai tinggi.
5. Bakteri aerob memerlukan nutrien yang tinggi untuk beberapa limbah industri.
6. Tidak ada bau yang dihasilkan dari pengolahan limbahnya.
Tujuan utama pengolahan limbah air adalah untuk menguraikan BOD, partikel tercampur srta
membunuh organisme pathogen. Berikut ini adalah beberapa kegiatan yang beasanya dipergunakan
pada penglaman limbah air berikut beberapa tujuan dari kegiatan yang dilaksanakan:
1. Kegiatan nitrifikasi atau denitrifikasi bertujuan untuk menghilangkan nitrat secara biologis.
2. Kegiatan air stripping tujuan untuk amoniak.
3. Desinfeksi tujuan untuk membunuh mikroorganisme.
4.Osmosis atau elektro dianalisis tujuan untuk menghilangkan zat terlarut.
Adapun secara garis besar kegiatan pengolahanair limbah dapat dikelompokkan menjadi 6 bagian
antara lain:
1. Pengolahan pendahuluan (pre treatment)
2. Pengolahan pertama (primainy treatment)
3. Pengolahan kedua (secoundary treatment)
4. Pengolahan ketiga (tertiary treatment)
5. pengolahan kuman (desinfektion treatment)
6. pengolahan lanjutan (ultimate disposai)
Cara Pengolahaan Limbah Air
Bahan padat yang mudah mengenda adalah bahan yang kurang begitu penting pada pengolahan ini
pengurangan kebutuhan akan oksigen dapat dilaksanakan dangan baik memulai pengendapan.
Pengendapan pada tangki pertama menyebabkan pertama menyebabkan perubahan loktasa menjadi

laktat secara cepat dan menyulitkan pengolahan terhadap keduanya.


Pengolahan dengan penggunaan oksidasi mempunyai dua fase yaitu:
1. Fase asimilasi
Pada fase ini air buangan susu segar masih berada dalam tangki aerasi.
2. Fase endogen
Bakteri tidak mempunyai makanan baru tetapi mencerna makanan selama proses asimilasi dan
memerluukan oksigen dalam waktu yang lama
Langkah-langkah Pengolahan Air Limbah
Langkah awal proses pengolahan limbah adalah merubahnya menjadi air yang sudah dikurangi
pencemarannya. Proses ini akan menyebabkan terbentuknya lumpur, bau, serta sedikit
panas(energy).
Air Limbah Air berkurang tercemarnya +lumpur + bau + panas
Cara pengolahannya :
1.
Aerobik
2.
Anaerobik
3.
Fakultatif
4.
Kimiawi lannya
1.
Cara Aerobik
Air limbah + udara (O2) Air lebih aman + lumpur + bau + energy (sedikit)

Bakteri aerob yang menguraikan air limbah.

Bakteri aerob dapat hidup karena ada udara.

Sehingga diperlukan unit tambahan aerator, atau kolam aerob.

Prosesnya lebih cepat.

Biaya lebih mahal karena harus mengoperasikan aerator.

Contohnya pada terjunan/bending air sungai yang tercemar.

Fungsi aerator = mensuplai oksigen dari luar, sehingga member hidup bagi bakteri untuk penguraian.
2. Cara anaerobic
Air limbah Air limbah lebih aman + lumpur + bau + panas

Bakteri anaerob yang menguraikan air limbah, dalam kedaan tanpa udara atau sedikit udara.

Kelemahannya bau yang kuat.

Proses pengolahannya lebih lama.

Kelebihannya , tanpa aerator sehingga lebih murah.

Biasanya di limbah yang berbentuk genangan atau kali yang relative tidak bergerak.

Contohnya pada septic tank.


1.
Cara fakultatif
Air limbah air limbah lebih aman + lumpur + bau + panas
Fakultatif artinya sebagian waktu menggunakan cara aerob dan sebagian waktu lain menggunakan
cara anaerob. Misalnya pada pengolahan cara aerob diperlukan waktu 10 jam untuk mengperasikan
aerator, pada fakultatif mungkin aerator cukup dioperasikan 4jam/hari(aerator tidak hidup terusmenerus) dan sisa waktu yang lain menggunakan cara anaerob. Sehingga dicapai hasil yang optimum.
Contohnya adalah IPAL (Instalasi pengolahan air limbah)
Aerasi Didalam Pengolahan Limbah Cair
Secara umum, aerasi merupakan proses yang bertujuan untuk meningkatkan kontak antara udara
dengan air. Pada prakteknya, proses aerasi terutama bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi
oksigen di dalam air limbah. Peningkatan konsentrasi oksigen di dalam air ini akan memberikan
berbagai manfaat dalam pengolahan limbah.

Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses pengolahan biologinya
memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah kelompok bakteri yang mutlak memerlukan
oksigen bebas untuk proses metabolismenya. Dengan tersedianya oksigen yang mencukupi selama
proses biologi, maka bakteri-bakteri tersebut dapat bekerja dengan optimal. Hal ini akan bermanfaat
dalam penurunan konsentrasi zat organik di dalam air limbah. Selain diperlukan untuk proses
metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk proses oksidasi senyawasenyawa kimia di dalam air limbah serta untuk menghilangkan bau. Aerasi dapat dilakukan secara
alami, difusi, maupun mekanik.
Aerasi alami merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi karena pergerakan air secara
alami. Beberapa metode yang cukup populer digunakan untuk meningkatkan aerasi alami antara lain
menggunakan cascade aerator, waterfalls, maupun cone tray aerator.

Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara dialirkan ke dalam air limbah melalui diffuser. Udara yang
masuk ke dalam air limbah nantinya akan berbentuk gelembung-gelembung (bubbles). Gelembung
yang terbentuk dapat berupa gelembung halus (fine bubbles) atau kasar (coarse bubbles). Hal ini
tergantung dari jenis diffuser yang digunakan.

Aerasi secara mekanik atau dikenal juga dengan istilah mechanical agitationmenggunakan proses
pengadukan dengan suatu alat sehingga memungkinkan terjadinya kontak antara air dengan udara.
1.
Metode Lumpur Aktif Dalam Pengolahan Air Limbah
Merupakan proses pengolahan secara biologis aerobic dengan mempertahankan jumlah massa
mikroba dalam suatu reaktor dan dalam keadaan tercampur sempurna. Suplai oksigen adalah mutlak
dari peralatan mekanis, yaitu aerator dan blower, karena selain berfungsi untuk suplai oksigen juga
dibutuhkan pengadukan yang sempurna. Perlakuan untuk memperoleh massa mikroba yang tetap
adalah dengan melakukan resirkulasi lumpur dan pembuangan lumpur dalam jumlah
tertentu.

Pengaturan jumlah massa mikroba dalam sistem lumpur aktif dapat dilakukan dengan baik dan relatif
mudah karena pertumbuhan mikroba dalam kondisi tersuspensi sehingga dapat terukur dengan baik
melalui analisa laboratorium. Tetapi jika dibandingkan dengan sistem sebelumnya operasi sistem ini
jauh lebih rumit. Khususnya untuk limbah industri dengan karakteristik khusus.
Permasalahan dalam lumpur aktif antara lain :
1.
Membutuhkan energi yang besar
2.
Membutuhkan operator yang terampil dan disiplin dalam mengatur jumlah massa mikroba
dalam reaktor
3.
Membutuhkan penanganan lumpur lebih lanjut.
Proses lumpur aktif dalam pengolahan air limbah tergantung pada pembentukan flok lumpur aktif
yang terbentuk oleh mikroorganisme (terutama bakteri), partikel inorganik, dan polimer exoselular.
Selama pengendapan flok, material yang terdispersi, seperti sel bakteri dan flok kecil, menempel pada
permukaan flok. Pembentukan flok lumpur aktif dan penjernihan dengan pengendapan flok akibat
agregasi bakteri dan mekanisme adesi. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa flokulasi dan sedimentasi
flok tergantung pada hypobisitas internal dan eksternal dari flok dan material exopolimer dalam flok,
dan tegangan permukaan larutan mempengaruhi hydropobisitas lumpur granular dari reaktor lumpur
anaerobik. limbah padat yang berasal dari suatu instalasi pengolah air limbah industri tekstil dapat
digolongkan ke dalam limbah berbahaya karena mengandung logam berat.
Bakteri merupakan unsur utama dalam flok lumpur aktif. Lebih dari 300 jenis bakteri yang dapat
ditemukan dalam lumpur aktif. Bakteri tersebut bertanggung jawab terhadap oksidasi material
organik dan tranformasi nutrien, dan bakteri menghasilkan polisakarida dan material polimer yang
membantu flokulasi biomassa mikrobiologi. Genus yang umum dijumpai adalah : Zooglea,
Pseudomonas,
Flavobacterium,
Alcaligenes,
Bacillus,
Achromobacter,
Corynebacterium, Comomonas, Brevibacterium, dan Acinetobacter,disamping itu ada
pula mikroorganisme berfilamen, yaitu Sphaerotilus dan Beggiatoa, Vitreoscilla yang
dapat menyebabkan sludge bulking.
Jumlah total bakteri dalam lumpur aktif standard adalah 108 CFU/mg lumpur. Sebagian besar bakteri
yang diisolasi diidentifikasi sebagai spesies-spesies Comamonas-Psudomonas. Caulobacter, bakteri
bertangkai umumnya ditemukan dalam air yang miskin bahan organik, dapat diisolasi dari
kebanyakan pengolahan limbah, khususnya lumpur aktif .
Zoogloea adalah bakteri yang menghasilkan exopolysaccharide yang membentuk proyeksi khas
seperti jari tangan dan ditemukan dalam air limbah dan lingkungan yang kaya bahan organik .
Zoogloea diisolasi dengan menggunakan media yang mengandung m-butanol, pati, atau m-toluate
sebagai sumber karbon. Bakteri ini ditemukan dalam berbagai tahap pengolahan limbah tetapi
jumlahnya hanya 0,1-1% dari total bakteri dalam mixed liqour(Williams dan Unz, 1983).

Flok lumpur aktif juga merupakan tempat berkumpulnya bakteri autotrofik seperti bakteri nitrit
(Nitrosomonas, Nitrobacter), yang dapat merubah amonia menjadi nitrat dan bakteri fototrofik
seperti bakteri ungu non sulfur (Rhodospilrillaceae), yang dapat dideteksi pada konsentrasi sekitar
105 sel/ml. Bakteri ungu dan hijau ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil. Barangkali, bakteri
fototrofik hanya sedikit berperan dalam penurunan nilai BOD dalam lumpur aktif .
TEKNIK PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN BIOREMEDIASI

Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan.


Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan
beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut
biotransformasi. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan
beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang
tidak berbahaya dan tidak beracun.
Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawasenyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri.
Yang termasuk dalam polutan-polutan ini antara lain logam-logam berat, petroleum hidrokarbon, dan
senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan lain-lain. Banyak aplikasiaplikasi baru menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang sedang diujicobakan.
Bidang bioremediasi saat ini telah didukung oleh pengetahuan yang lebih baik mengenai bagaimana
polutan dapat didegradasi oleh mikroorganisme, identifikasi jenis-jenis mikroba yang baru dan
bermanfaat, dan kemampuan untuk meningkatkan bioremediasi melalui teknologi genetik. Teknologi
genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen-gen yang mengkode enzim yang terkait
pada bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman
kita tentang bagaimana mikroba-mikroba memodifikasi polutan beracun menjadi tidak berbahaya.
Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium dapat lebih efisien dalam
mengurangi polutan. Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan dan pertama kali dipatenkan
adalah bakteri pemakan minyak. Bakteri ini dapat mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang
umumnya ditemukan pada minyak bumi. Bakteri tersebut tumbuh lebih cepat jika dibandingkan
bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau bukan yang diciptakan di laboratorium yang telah
diujicobakan. Akan tetapi, penemuan tersebut belum berhasil dikomersialkan karena strain
rekombinan ini hanya dapat mengurai komponen berbahaya dengan jumlah yang terbatas. Strain
inipun belum mampu untuk mendegradasi komponen-komponen molekular yang lebih berat yang
cenderung bertahan di lingkungan.
Cara bioremediasi air
Wastewater treatment (Pengolahan limbah cair)

1. Air dari rumah tangga yang masuk ke dalam saluran air dipompa menuju fasilitas pengolahan di
mana feses dan produk kertas dibuang ke tanah dan disaring menjadi partikel yang lebih kecil
sehingga dihasilkan material berlumpur yang disebut sludge. Sedangkan air yang mengalir keluar
disebut effluent yang digunakan untuk aerasi tangki karena bakteri aerobik dan mikroba lain akan
mengkoksidasi bahan organik yang terdapat effluent.

2. Di dalam tangki ini, air disemprotkan di atas batu atau plastik yang ditutupi dengan biofilm
mikroba pendegradasi sampah yang secara aktif mendegradasi bahan organik dalam air.
3. Effluent dialirkan melalui system sludge dengan menggunakan tangki yang mengandung sejumlah
besar mikroba pendegradasi sampah yang tumbuh pada lingkungan yang dikontrol
4. Effluent didesinfeksi dengan klorin sebelum air dialirkan ke sungai atau laut.

5. Sludge dialirkan ke dalam tangki pengolah anaerob yang mengandung bakteri anaerob yang akan
mendegradasi sludge. Bakteri ini menghasilkan gas karbon dioksida dan metana. Gas metana yang
dihasilkan ini sering dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan bakar untuk menjalankan peralatan
pada pengolahan sampah dengan menggunakan tanaman. Cacing-cacing kecil yang sering muncul
pada sludge, juga membantu menghancurkan sludgemenjadi partikel-partikel kecil.
6. Sludge ini kemudian dikeringkan dan dapat digunakan sebagai lahan pertanian atau pupuk.

Groundwater clean-up
Kasus yang biasanya terjadi adalah tumpahan gasolin, dimana tumpahan tersebut mencemari air
dalam tanah. Hal ini dapat ditangani dengan mengkombinasikan antara bioremidiasi ex situ (bagian
atas permukaan tanah) dan bioremidiasi in-situ (di dalam tanah).
1.

Bioremidiasi ex situ. Minyak dan gas dipompa keluar ke permukaan tanah menggunakan
bioreaktor dalam bioreaktor terdapat bakteri yang tumbuh pada biofilm bakteri ini
mendegradasi polutan pupuk/ nutrien dan oksigen ditambahkan pada bioreactor

2. Bioremidiasi in-situ. Air bersih hasil dari bioreaktor yang terdiri atas pupuk, bakteri dan oksigen
dikembalikan lagi di dalam tanah (sebagai air tanah).

Turning wastes into energy


Pada waktu proses bioremidiasi, bakteri anaerobik menghasilkan soil nutrients dan
metana. Gas metana yang dihasilkan ini sering dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan
bakar, sedangkan soil nutrients digunakan sebagai pupuk.
Contoh. Bakteri anaerobik Desulfuromonas acetoxidans merupakan bakteri anerobik
laut yang menggunakan sulfur dan besi sebagai penerima elektron untuk mengoksidasi
molekul organik dalam endapan dimana bisa menghasilkan energi. Karena bakteri ini
menggunakan reaksi redoks untuk mendegradasi molekul pada lapisan sedimen elektron
ditangkap oleh elektroda elektroda ini berfungsi mentransfer elektron ke generator arus
listrik.

Teknik bioremediasi menciptakan lingkungan yang terkontrol untuk memproduksi


enzim yang sesuai bagi reaksi terkatalisis yang diinginkan. Kebutuhan dasar dari proses
biologis yaitu :
1. Kehadiran mikroorganisme dengan kemampuan untuk mendegradasi senyawa target.
2. Keberadaan substrat yang dikenali dan dapat digunakan sebagai sumber energi dan karbon.
3. Adanya pengumpanan yang menyebabkan terjadinya sintesa spesifik untuk senyawa target.
4. Keberadaan sistem penerima-donor elektron yang sesuai.
5. Kondisi lingkungan yang sesuai untuk reaksi terkatalisis enzim dengan kelembaban dan
pH yang mendukung.
6. Ketersediaan nutrien untuk mendukung pertumbuhan sel mikroba dan produksi enzim.
7. Suhu yang mendukung aktivitas mikrobial dan reaksi terkatalisis.
8. Ketersediaan bahan atau substansi beracun terhadap mikroorganisme tersebut.
9. Kehadiran organisme untuk mendegradasi produk metabolit.
10. Kehadiran organisme untuk mencegah timbulnya racun antara.
11. Kondisi lingkungan yang meminimumkan organisme kompetitif bagi mikroorganisme
pendegradasi.
Tanpa adanya enzim yang mengkatalis reaksi degradasi, waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai keseimbangan lama. Enzim mempercepat proses tersebut dengan cara menurunkan
energi aktivasi, yaitu energi yang dibutuhkan untuk memulai suatu reaksi. Tanpa adanya
mikroba, proses penguraian di lingkungan tidak akan berlangsung. Kotoran, sampah, hewan,
dan tumbuhan yang mati akan menutupi permukaan bumi, suatu kondisi yang tidak akan
pernah kita harapkan. Sebagai akibatnya, siklus nutrisi atau rantai makanan akan terputus.
Lintasan biodegradasi berbagai senyawa kimia yang berbahaya dapat dimengerti
berdasarkan lintasan mekanisme dari beberapa senyawa kimia alami seperti hidrokarbon,
lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Sebagian besar dari prosesnya, terutama tahap akhir
metabolisme, umumnya berlangsung melalui proses yang sama.
B. OPTIMALISASI KONDISI DALAM BIOREMEDIASI
Keberhasilan proses biodegradasi banyak ditentukan oleh aktivitas enzim. Dengan demikian
mikroorganisme yang berpotensi menghasilkan enzim pendegradasi hidrokarbon, perlu
dioptimalkan aktivitasnya dengan pengaturan kondisi dan penambahan suplemen yang sesuai.
Dalam hal ini perlu diperhatikan faktor-faktor lingkungan yang meliputi kondisi lingkungan,
temperature, oksigen, dan nutrient yang tersedia.
1. Lingkungan
Proses biodegradasi memerlukan tipe tanah yang dapat mendukung kelancaran aliran
nutrient, enzm-enzim mikrobial dan air. Terhentinya aliran tersebut akan mengakibatkan

terbentuknya kondisi anaerob sehingga proses biodegradasi aerobik menjadi tidak efektif.
Karakteristik tanah yang cocok untuk bioremediasi in situ adalah mengandung butiran pasir
ataupun kerikil kasar sehingga dispersi oksigen dan nutrient dapat berlangsung dengan baik.
Kelembaban tanah juga penting untuk menjamin kelancaran sirkulasi nutrien dan substrat di
dalam tanah.
2. Temperatur
Temperatur yang optimal untuk degradasi hidrokaron adalah 30-40oC. Ladislao, et. al. (2007)
mengatakan bahwa temperatur yang digunakan pada suhu 38oC bukan pilihan yang valid
karena tidak sesuai dengan kondisi di Inggris untuk mengontrol mikroorganisme pathogen.
Pada temperatur yang rendah, viskositas minyak akan meningkat mengakibatkan volatilitas
alkana rantai pendek yang bersifat toksik menurun dan kelarutannya di air akan meningkat
sehingga proses biodegradasi akan terhambat. Suhu sangat berpengaruh terhadap lokasi
tempat dilaksanakannya bioremediasi.
3. Oksigen
Langkah awal katabolisme senyawa hidrokaron oleh bakteri maupun kapang adalah
oksidasi substrat dengan katalis enzim oksidase, dengan demikian tersedianya oksigen
merupakan syarat keberhasilan degradasi hidrokarbon minyak. Ketersediaan oksigen di tanah
tergantung pada (a) kecepatan konsumsi oleh mikroorganisme tanah, (b) tipe tanah dan (c)
kehadiran substrat lain yang juga bereaksi dengan oksigen. Terbatasnya oksigen, merupakan
salah satu faktor pembatas dalam biodegradasi hidrokarbon minyak.
4. Nutrien
Mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai sumber karbon, energy dan
keseimbangan metabolism sel. Dalam penanganan limbah minyak bumi biasanya dilakukan
penambahan nutrisi antara lain sumber nitrogen dan fosfor sehingga proses degradasi oleh
mikroorganisme berlangsung lebih cepat dan pertumbuhannya meningkat.
5. Interaksi antar Polusi
Fenomena lain yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam mengoptimalkan aktivitas
mikroorganisme untuk bioremediasi adalah interaksi antara beberapa galur mikroorganisme
di lingkungannya. Salah satu bentuknya adalah kometabolisme. Kometabolisme merupakan
proses transformasi senyawa secara tidak langsung sehingga tidak ada energy yang
dihasilkan.
C. BIOAUGMENTASI
Bioaugmentasi adalah penambahan organisme atau enzim pada suatu bahan untuk
menyingkirkan bahan kimia yang tidak diinginkan. Bioaugmentasi digunakan untuk
menyingkirkan produk sampingan dari bahan mentah dan polutan potensial dari limbah.
Organisme yang biasa digunakan dalam proses ini adalah bakteri. Namun banyak aplikasi
yang berhasil menggunakan tumbuhan untuk menyingkirkan kelebihan nutrien, logam dan
bakteri pathogen. Penggunaan tumbuhan ini biasa dikenal dengan istilah phytoremediasi.
Pemilihan metode bioremediasi yang cocok dengan kondisi lingkungan diharapkan akan
dapat meningkatkan kecepatan biodegradasi. Dua metode yang biasa dilakukan untuk
bioremediasi adalah : (1) dengan menstimulasi populasi mikroorganisme eksogen
(biostimulasi) dan (2) dengan menambahkan mikroorganisme eksogen (bioaugmentasi).
Bioaugmentasi dipilih apabila kontaminan membutuhkan waktu degradasi yang lama, bila
lingkungan yang tercemar sulit dimodifikasi dalam rangka mencapai kondisi optimal bagi

pertumbuhan mikroorganisme, atau bila tingginya konsentrasi kontaminan menghambat


pertumbuhan mikroorganisme indogenus. Bioaugmentasi juga dilakukan untuk menurunkan
keragaman jalur degradasi hidrokarbon terutama untuk mempercepat proses degradasi
hidrokarbon poliaromatik. Keberhasilan aplikasi bioaugmentasi diukur dari peningkatan
jumlah mikroorganisme yang berperan dalam proses degradasi serta daya tahan
mikroorganisme eksogen pada lingkungan yang tercemar. Walter (1997) menyatakan bahwa
untuk memperoleh strain mikroorganisme ataupun konsorsium mikroorganisme yang tepat
bagi aplikasi bioaugmentasi ada tiga pilihan metode yang bisa dilakukan, yaitu : pengkayaan
selektif, penggunaan produk mikroorganisme komersial atau rekayasa genetika.

BIO TRENT LIMBAH


Adalah kultur campuran berbagai mikroorganisme yang mampu mengurai berbagai
senyawa organik di dalam air limbah. Kandungan BIO-TRENT adalah : Mikroorganisme
seperti Lactobacillus, Actinomycetes, Bakteri Nitrifikasi, Bakteri Pelarut Fosfat, Bakteri
Fotosintetik, Zat Penghilang Bau dan Jamur Fermentasi. Di samping itu, BIO-TRENT juga
dilengkapi dengan nutrisi seperti Glukosa, Fruktosa dan lainnya.
Keunggulan
1. Lebih cepat mengurai bahan-bahan organik
Bakteri BIO-TRENT adalah bakteri pengurai yang dapat bekerja
sendiri-sendiri atau bersama-sama. Sifat bakteri yang mampu hidup dalam
keadaan ekstrim, membuat bakteri BIO-TRENT lebih cepat mengurai
dibanding bakteri alami yang ada di air limbah. Setiap bakteri mengurai
dengan bantuan zat (enzim) yang dihasilkan. Bakter i BIO-TRENT yang beragam
(kompleks) akan menghasilkan enzim pengurai yang beragam pula, sehingga kemampuan
penguraiannya lebih tinggi dibanding bakteri lain.
2. Mencegah bau
Actinomycetes adalah bakteri yang mampu menghasilkan zat penghilang bau tak
sedap. Dengan tumbuhnya bakteri ini di dalam sistem sudah dipastikan bau tak sedap dapat
dicegah. Instalasi air limbah banyak menggunakan bahan terbuat dari logam. Seperti pompa
dan blower. Logam bersifat mudah terkorosi, apalagi terkena H 2S dan CO2 agresif. H2S dalam
bentuk tak terionisasi bersifat sangat toksik dan korosif. H 2S dan CO2 dapat berasal dari
dekomposisi bahan organik oleh bakteri tertentu. Kerugian yang diderita perusahaan/instansi
dengan kerusakan tersebut sangatlah besar. Untuk mencegah korosi atau karat pada instalasi
pengolahan air limbah, dibutuhkan bakteri yang mampu mencegah terjadinya proses

penguraian yang menghasilkan H 2S dan CO2 agresif. Bakteri tersebut ada di dalam produk
BIO- TRENT.
3. Menghambat pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri patogen (penyebab penyakit) diantaranya E. coil (penyebab penyakit diare),
Legionella pneumophilla (penyebab penyakit pernapasan akut), Leptospira (penyebab
penyakit leptospirosis), Shigella (penyebab penyakit disentri) Vibrio cholerae (penyebab
penyakit kolera). Dan bakteri penyebab penyakit lainnya. Untuk menghambat tumbuhnya
bakteri-bakteri tersebut di dalam air limbah, maka perlu kita hidupkan bakteri BIO-TRENT
di dalam system. Bakteri Lactobacillus di dalam BIO-TRENT mampu menghasilkan antibiotik
alami (zat) pembunuh bakteri patogen.

PERKEMBANGAN TECHNOLOGI BIOREMEDIASI


Bioremediasi didefinisikan sebagai proses penguraian limbah organik/anorganik polutan
secara biologi dalam kondisi terkendali dengan tujuan mengontrol, mereduksi atau bahkan
mereduksi bahan pencemar dari lingkungan. Kelebihan teknologi ini ditinjau dari aspek
komersil adalah relatif lebih ramah lingkungan, biaya penanganan yang relatif lebih murah
dan bersifat fleksibel. Teknik pengolahan limbah jenis B3 dengan bioremediasi umumnya
menggunakan mikroorganisme (khamir, fungi, dan bakteri) sebagai agen bioremediator.
Pendekatan umumyang dilakukan untuk meningkatkan kecepatan biotransformasi ataupun
biodegradasi adalah dengan cara:

Feeding, atau dengan memodifikasi lingkungan dengan penambahan nutrisi


(biostimulasi) dan aerasi (bioventing).
Langkah-langkahnya Air dari rumah tangga yang masuk ke dalam saluran air
dipompa menuju fasilitas pengolahan di mana feses dan produk kertas dibuang ke tanah dan
disaring menjadi partikel yang lebih kecil sehingga dihasilkan material berlumpur yang
disebut sludge.Sludge dialirkan ke dalam tangki pengolah anaerob yang mengandung bakteri
anaerob yang akan mendegradasi sludge. Bakteri ini menghasilkan gas karbon dioksida dan
metana. Gas metana yang dihasilkan ini sering dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan
bakar untuk menjalankan peralatan pada pengolahan sampah dengan menggunakan tanaman.
Cacing-cacing kecil yang sering muncul pada sludge, juga membantu menghancurkan sludge
menjadi partikel-partikel kecil. Sludge ini kemudian dikeringkan dan dapat digunakan
sebagai lahan pertanian atau pupuk. Ilmuwan telah menemukan bakteri yang disebut
Candidatus Brocadia Anammoxidans yang memiliki kemampuan untuk mendegradasi
ammonium pada suasana anaerob (sebagian besar produk yang terdapat dalam urin). Penting
sekali untuk menghilangkan amonium dalam limbah cair sebelum air dialirkan ke sungai atau
laut karena kadar ammonium yang terlalu tinggi memberikan dampak negatif bagi
lingkungan.

Tanah dan air yang terkontaminasi minyak tersebut dapat merusak lingkungan serta
menurunkan estetika. Lebih dari itu tanah dan air yang terkontaminasi limbah minyak
dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sesuai dengan Kep.
MenLH128 Tahun 2003. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan dan pengolahan
terhadap tanah yang terkontaminasi minyak. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran
dan penyerapan minyak kedalam tanah.
Upaya pengolahan limbah B3 baik di darat (tanah dan air tanah) ataupun di laut telah
banyak dilakukan dengan menggunakan tehnik ataupun metoda konvensional dalam
mengatasi pencemaran seperti dengan cara membakar (incinerasi), menimbun (landfill),
menginjeksikan kembali sludge keformas minyak (slurry fracture injection) dan memadatkan
limbah (solidification). Teknologi-teknologi ini dianggap tidak efektif dari segi biaya (cost
effective technology), waktu (time consuming) dan juga keamanan (risk).

Beranda
SINOPSIS

BAKTERI
Pernahkah kalian berpikir bahwa di dalam tubuh kita ini terdapat berjuta-juta bakteri yang
bersimbiosis mutualisme, parasitisme, ataupun saprofit dengan tubuh kita? Bakteri dapat kita
jumpai di berbagai tempat. Di tubuh kita misalnya, bakteri terdapat di permukaan kulit, dalam
sistem pencernaan, dalam kotoran gigi yang membusuk, ataupun di kulit kepala kita.
Tubuh bakteri yang sangat kecil dan cara hidup yang beraneka ragam memungkinkan bakteri
untuk hidup di mana saja sehingga bakteri dapat ditemukan di mana-mana, misalnya, di
dalam tanah, dalam air, dalam sisa-sisa makhluk hidup, dalam tubuh manusia, bahkan dalam
sebutir debu. Luasnya distribusi bakteri ini menyebabkan bakteri sering disebut juga dengan
kosmopolit.
Pada umumnya, bakteri bersifat heterotrof dan dapat hidup sebagai saprofit atau parasit. Ada
juga bakteri yang dapat membuat makanan sendiri yang disebut bakteri autotrof. Untuk lebih
jelasnya,
1.

marilah

kita

perdalam
Ciri-Ciri

dengan

kajian

di

bawah

ini.
Bakteri

Bakteri merupakan makhluk hidup bersel satu yang berukuran sangat kecil dan mempunyai

bentuk yang beraneka ragam. Bakteri dapat berbentuk batang, spiral, atau bola. Bentuk
tubuh

ini

dapat

dijadikan

dasar

klasifikasi

bakteri.

Ukuran bakteri yang paling besar kira-kira 100 m. Ada pula yang kurang dari 1 m dan yang
terkecil kira-kira berukuran 0,1 m (1 mikron = 0,001 mm). Bakteri hanya dapat diamati
dengan menggunakan mikroskop. Ukuran bakteri yang lebih kecil dari 0,1 m hanya dapat
diamati

dengan

mikroskop

elektron.

Sekumpulan

bakteri

dapat

membentuk

koloni.

Contohnya, pada makanan yang telah busuk, koloni bakteri dapat terlihat dalam bentuk
cairan kental, lengket seperti lendir yang berwarna putih kekuningan.
Bakteri tidak mengandung klorofil sehingga tidak dapat membuat makanan sendiri.
Berdasarkan sumber zat makanannya, bakteri dibagi menjadi bakteri autotrofdan heterotrof.
Bakteri heterotrof terbagi menjadi bakterisaprofitdan parasit. Berdasarkan kebutuhan
oksigen-nya, bakteri dapat dibedakan menjadi bakteri aerobdan anaerob.
2.

Struktur

Tubuh

Bakteri

Bakteri berukuran sangat kecil sehingga struktur tubuhnya sulit untuk diamati. Tubuh bakteri
berupa sel tunggal, dinding selnya tersusun dari hemiselulosa dan senyawa semacam pektin
yang lebih mendekati pada sel hewan. Dinding sel dilapisi selaput mirip gelatin yang
menyebabkan dinding sel berlendir. Isi sel berupa protoplas dengan membran plasma dan
sitoplasma. Di dalam sitoplasma tersebar butiran-butiran nukleotida yang mengandung DNA,
belum terdapat inti dengan membran inti seperti pada sel umumnya. Belum terdapat plastida
dan zat warna. Sebagian bakteri ada yang mempunyai karotenoida.
Jika dilihat dari struktur luarnya, bentuk bakteri akan beraneka ragam, yaitu berbentuk
batang, spiral, dan bola. Bentuk tubuh ini dapat dijadikan dasar klasifikasi bakteri. Jika bakteri
cocus membelah diri pada satu bidang dan tetap saling melekat berpasangan dua dua,
disebut diplococus, contohnya, Diplococus bacillus. Jika selnya membelah diri pada satu
bidang

dan

tetap

melekat

berbaris

seperti

rantai,

disebut

streptococus,

misalnya, Spirillum.Jika selnya membelah diri pada dua bidang dan secara khas membentuk
kelompok terdiri dari empat sel, disebut tetracocus (Pediococcus cerevisiae). Jika selnya
membelah diri pada tiga bidang dalam suatu pola tak teratur seperti anggur, disebut
stafilcocus, misalnya, Staphylococcus aureus. Jika selnya membelah diri pada tiga bidang
dalam suatu pola teratur membentuk penataan seperti kubus, disebut sarsina, misalnya,
Sarcina ventriculi. Bakteri yang berbentuk spiral biasanya tidak berkelompok. Spirillum
dibedakan menjadi (1) bentuk spiral (berupa lengkung lebih dari setengah lingkaran),
misalnya, Spirillum minor, (2) koma (berupa lengkung kurang dari setengah lingkaran,
pendek, dan tidak lengkap), misalnya, Vibrio comma, dan (3) spiroseta (berupa spiral yang
halus dan lentur), misalnya, Treponema pallidium. Plasma bakteri banyak mengandung

vakuola-kecil yang berisi cadangan makanan, seperti glikogen, amilosa, lemak, zat putih telur,
dan vulotin.
Umumnya, bakteri bergerak pasif, tetapi ada juga yang dapat bergerak aktif dalam medium
cair. Pada fase tertentu, bakteri tersebut dapat membentuk rambut-rambut plasma yang
dapat menembus dinding plasma. Rambut plasma ini disebut bulu cambukatau flagel. Jumlah
flagel dapat berbeda-beda, misalnya, monorik(satu flagel pada salah satu kutubnya),
subpolar(dua flagel masing-masing di bawah kutubnya), lofotrik(ada seberkas flagel pada
salah satu kutubnya), dan peritrik (flagel menyebar di seluruh permukaan sel). Dengan
mikroskop, terlihat tiga struktur utama di luar dinding sel walaupun tidak semua bakteri
memiliki ketiga struktur tersebut. Ketiga struktur tersebut adalahflagel,pili, dan kapsul.
Mengenai flagel, telah dijelaskan di atas. Sekarang kalian juga perlu mengetahui tentang pili
dan kapsul. Pili (fimbriae),berupa filamen atau benang, lebih kecil, lebih banyak, dan lebih
pendek daripada flagel. Pili hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan tidak
berhubungan dengan pergerakan. Fungsi pili adalah sebagai pintu gerbang bagi masuknya
materi genetik selama perkawinan dan berfungsi membantu untuk melekatkan diri pada
jaringan hewan atau tumbuhan yang merupakan sumber nutriennya. Kapsul atau lapisan
lendir merupakan bahan kental yang mengelilingi dinding sel bakteri. Kapsul penting bagi
bakteri karena merupakan pelindung dan sebagai penyimpan cadangan makanan. Pada
bakteri penyebab penyakit, kapsul dapat berfungsi meningkatkan kemampuan bakteri dalam
menginfeksi inangnya atau dengan kata lain meningkatkan daya virulensi.
Selain tiga struktur utama di luar tubuh bakteri, terdapat struktur dalam tubuh bakteri.
Setelah kapsul ditemukan tubuh bakteri yang batas terluarnya adalah dinding sel, kemudian
di bawahnya terdapat membran sel. Membran sel pada bagian tertentu membentuk
mesosom, lalu bagian dalam tubuh terdapat sitoplasma dan struktur-struktur di dalam
sitoplasma.
3.

Reproduksi

Bakteri

Bakteri dapat berkembang biak secara aseksual dengan membelah diri pada lingkungan yang
tepat atau sesuai. Proses pembelahan diri pada bakteri terjadi secara biner melintang.
Pembelahan biner melintang adalah pembelahan yang diawali dengan terbentuknya dinding
melintang yang memisahkan satu sel bakteri menjadi dua sel anak. Dua sel bakteri ini
mempunyai bentuk dan ukuran sama (identik). Sel anakan hasil pembelahan ini akan
membentuk suatu koloni yang dapat dijadikan satu tanda pengenal untuk jenis bakteri.
Misalnya, bakteri yang terdiri dari sepasang sel (diplococcus), delapan sel membentuk kubus
(sarcina), dan berbentuk rantai (streptococus). Reproduksi bakteri dapat berlangsung dengan
sangat cepat. Pada keadaan optimal, beberapa jenis bakteri dapat membelah setiap 20
menit. Dalam satu jam bakteri dapat berkembang biak menjadi berjuta-juta sel. Coba kamu

hitung kalau setiap 20 menit bakteri dapat membelah, berapa jumlah bakteri yang dihasilkan
dari 1 bakteri dalam waktu 24 jam. Diskusikan dengan guru dan teman-temanmu, apa yang
akan terjadi kalau perkembangbiakan bakteri ini terus-menerus berlangsung tanpa ada faktor
yang membatasinya?
Pada kondisi yang kurang menguntungkan, sel-sel bakteri dapat mempertahankan diri
dengan pembentukan spora. Akan tetapi, ada pula jenis bakteri yang akan mati karena
perubahan faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini adalah cahaya matahari yang terusmenerus, kenaikan suhu, kekeringan, dan adanya zat-zat penghambat dan pembunuh bakteri,
seperti antibiotika dan desinfektan. Keadaan tersebut juga menunjukkan bahwa meskipun
populasi bakteri sangat besar, tetap saja dapat dikendalikan oleh faktor-faktor penghambat
sehingga peranan bakteri di alam sebagai salah satu peng-urai dapat seimbang dengan
makhluk hidup produsen dan konsumen.
Dalam keadaan normal, spora akan tumbuh kembali menjadi satu sel bakteri. Bakteri tidak
melakukan pembiakan seksual yang sebenarnya, seperti yang terjadi pada makhluk hidup
eukariot, karena bakteri tidak mengalami penyatuan sel kelamin. Meskipun demikian, pada
bakteri terjadi pertukaran materi genetikdengan sel pasangannya. Oleh karena itu,
perkembangbiakan

bakteri

yang

terjadi

dengan

cara

ini

disebut

perkembangbiakan

paraseksual. Perkembangbiakan parasekual bakteri dapat terjadi dengan tiga cara, yaitu
transformasi,konjugasi, dan transduksi.
a. Transformasi adalah pemindahan potongan materi genetik atau DNA dari luar ke sel bakteri
penerima.

Dalam

proses

ini,

tidak

terjadi kontak langsung antara bakteri pemberi DNA dan penerima.


b. Konjugasiadalah penggabungan antara DNA pemberi dan DNA penerima melalui kontak
langsung. Jadi, untuk memasukkan DNA dari sel pemberi ke sel penerima, harus terjadi
hubungan langsung.
c. Transduksi adalah pemindahan DNA dari sel pemberi ke sel penerima dengan perantaraan
virus. Dalam hal ini, protein virus yang berfungsi sebagai cangkang digunakan untuk
pembungkus dan membawa DNA bakteri pemberi menuju sel penerima.
4.

Macam-Macam

Bakteri

Dalam subbab ini akan dibahas tentang bakteri berdasarkan cara memperoleh makanannya
dan
a.
1)

kebutuhan
Berdasarkan

Cara
Bakteri

oksigennya.
Memperoleh

Makanannya
Heterotrof

Bakteri heterotrofadalah bakteri yang hidup dan memperoleh makanan dari lingkungannya

karena

tidak

dapat

membuat

makanan

sendiri. Bakteri ini dapat hidup secara saprofit dan parasit. Bakteri saprofitadalah bakteri
yang hidup pada jasad yang sudah mati, misalnya, sampah, bangkai, atau kotoran. Bakteri ini
sering disebut sebagai bakteri pembersih karena dapat menguraikan sampah-sampah organik
sehingga menguntungkan bagi manusia, contohnya, bakteri Eschericia coli yang berperan
sebagai pembusuk sisa makanan dalam usus besar dan bakteri Lactobacillus garicusyang
berperan

dalam

pembuatan

yogurt.

Bakteri parasit adalah bakteri yang hidup menumpang pada makhluk hidup lain. Bakteri ini
biasanya bersifat merugikan makhluK hidup yang ditumpanginya karena dapat menimbulkan
penyakit. Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini, antara lain, kolera disebabkan
oleh bakteri Vibrio cholerae, TBC disebabkan oleh bakteri Mycobac-terium tuberculosis,
disentri disebabkan oleh bakteri Shigella dysenterriae, sifilis disebabkan oleh bakteri
Treponema

pallidum,

dan

radang

paru-paru

(pneumoniae)

disebabkan

oleh

bakteri

Diplococcus pneumoniae.
Penularan penyakit yang disebabkan oleh bakteri dapat melalui makanan, minuman,
pernapasan, ataupun kontak langsung dengan penderita, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
2)

Bakteri

Autotrof

Bakteri autotrofa dalah bakteri yang dapat membuat makanannya sendiri. Berdasarkan asal
energi yang digunakan, bakteri autotrof dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bakteri yang
bersifat kemoautotrof dan bakteri yang bersifat fotoatotrof. Bakteri kemoautotrof adalah
bakteri yang membuat makanannya dengan bantuan energi yang berasal dari reaksi-reaksi
kimia,

misalnya,

proses oksidasi senyawa tertentu. Contohnya, bakteri nitrit dengan mengoksidkan NH3,
bakteri

nitrat

dengan

mengoksidkan

HNO

2, bakteri belerang dengan mengoksidkan senyawa belerang, Nitosococcus, dan Nitrobacter.


Bakteri fotoautotrofadalah bakteri yang membuat makanannya dengan bantuan energi yang
berasal dari cahaya matahari. Bakteri ini adalah bakteri yang mengandung zat warna hijau
sehingga dapat melakukan fotosintesis, seperti tumbuhan hijau. Contohnya bakteri-bakteri
yang mempunyai zat warna, antara lain, dari golongan Thiorhodaceae(bakteri belerang berzat
warna).
b.

Berdasarkan

Kebutuhan

Oksigennya

Berdasarkan kebutuhan oksigennya, bakteri dapat dibedakan menjadi bakteri aerobdan


bakteri
1)

anaerob.
Bakteri

Aerob

Bakteri aerobadalah bakteri yang hidupnya memerlukan oksigen bebas. Bakteri yang hidup
secara aerob dapat memecah gula menjadi air, CO2 , dan energi. Bakteri aerob secara
obligatadalah bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas dalam hidupnya, misalnya,
bakteri
2)

Nitrosomonas.
Bakteri

Anaerob

Bakteri anaerobadalah bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen bebas, misalnya, bakteri asam
susu, bakteri Lactobacillus bulgaricus, dan Clostridium tetani. Akan tetapi, jika bakteri
tersebut dapat hidup tanpa kebutuhan oksigen secara mutlak atau dapat hidup tanpa adanya
oksigen, bakteri itu disebut bakteri anaerob fakultatif.

IKLAN
CV ZAIF ILMIAH (BIRO JASA PEMBUATAN PTK, KARYA ILMIAH, PPT PEMBELAJARAN, RPP,
SILABUS, DLL))
Ingin membuat PTK tapi merasa sulit???? Ingin membuat Karya Ilmiah tetapi kesusahan???
Ingin membuat presentasi powerpoint untu pembelajaran merasa sulit dan gaptek????? Ingin

membuat RPP dan silabus serta perangkat pembelajaran tetapi susah????? Kini tidak usah
bingung lagi ada Pak Zaif yang siap membantu berbagai kesulitan dan kesusahan yang anda
hadapi di bidang pendidikan di CV Zaif Ilmiah semua masalah anda di bidang pendidikan akan
dibantu, ingin membuat PTK saya bantu, membuat Karya Ilmiah saya bantu, membuat
berbagai perangkat pembelajaran saya bantu untuk info lebih lanjut hubungi Contact Person
081938633462 INSYA ALLAH semua kesulitan dan kesusahan anda akan ada solusinya jangan
lupa hubungi Pak Zaif di nomer 081938633462 ATAU lewat E-mail di zaifbio@gmail.com.
DIJAMIN PTK ATAU KARYA ILMIAHNYA BARU LANGSUNG DIBIKINKAN BUKAN STOK LAMA ATAU
COPY PASTE SEHINGGA DIJAMIN ORIGINALITASNYA TERIMA KASIH DAN SALAM GURU SUKSES
PAK ZAIF

06/06/2012 Posted by Anthony Zaif | MIKROBIOLOGI | 2 Komentar

FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI MIKROBA


OLEH: DR.H.M.AGUS KRISNO BUDIYANTO,M.KES
DOSEN PENDIDIKAN BIOLOGI UMM
Tiap-tiap makhluk hidup itu keselamatannya sangat tergantung kepada keadaan sekitarnya,
terlebih-lebih mikro organisme. Makhlukmakhluk halus ini tidak dapat menguasai faktor-faktor
luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada keadaan sekelilingnya.
Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri ialah dengan menyesuaikan diri (adaptasi)
kepada pengaruh faktor-faktor luar. Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat
sementara waktu, akan tetapi dapat pula perubahan itu bersifat permanen sehingga
mempengaruhi bentuk morfologi serta sifat-sifat fisiologi yang turun menurun. Kehidupan
bakteri

tidak

hanya

di

pengaruhi

oleh

faktor-faktor

lingkungan

akan

tetapi

juga

mempengaruhi keadaan lingkungan. Misal, bakteri termogenesis menimbulkan panas di


dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari medium tempat ia
hidup,

perubahan

ini

di

sebut

perubahan

secara

kimia.

Adapun faktor-faktor lingkungan dapat di bagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor
abiotik. Faktor-faktor biotik terdiri atas mahluk-mahluk hidup, sedang faktor-faktor abiotik
terdiri

dari

faktor-faktor

5.1

alam

(fisika)

dan

faktorfaktor

Faktor-Faktor

kimia.
Abiotik.

Faktor abiotik adalah faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan yang bersifat fisika dan
kimia. Di antara faktor-faktor yang perlu di perhatikan ialah suhu, pH, tekanan osmose,
pengeringan,
1.

sinar

gelombang

pendek,

tegangan

muka

dan

daya

oligodinamik.
Suhu

Masing-masing mikrobia memerlukan suhu tertentu untuk hidupnya. Suhu pertumbuhan

suatu mikrobia dapat di bedakan dalam suhu minimum, optimum dan maksimum.
Berdasarkan atas perbedaan suhu pertumbuhannya dapat di bedakan mikrobia yang
psikhrofil, mesofil, dan termofil. Untuk tujuan tertentu suatu mikrobia perlu di tentukan titik
kematian termal (thermal death point) dan waktu kematian termal (thermal death time)- nya.
Daya tahan terhadap suhu itu tidak sama bagi tiap-tiap spesies. Ada spesies yang mati
setelah mengalami pemanasan beberapa menit di dalam cairan medium pada suhu 60C,
sebaliknya ,bakteri yang membentuk spora seperti genus Bacillus dan Clostridium itu tetap
hidup setelah di panasi dengan uap 100C atau lebih selama kira-kira setengah jam. Untuk
sterilisali, maka syaratnya untuk membunuh setiap spesies untuk membunuh setiap spesies
bakteri ialah pemanasan selama 15 menit dengan tekanan 15 pound serta suhu 121C di
dalam

autoklaf.

Dalam cara menentukan daya tahan panas suatu spesies perlu di perhatikan syarat-syarat
sebagai

berikut:

1.
2.

Berapa
Berapa

lama

spesies

tinggi
itu

berada

di

suhu.
dalam

suhu

tersebut.

3. Apakah pemanasan bakteri itu di lakukan di dalam keadaan kering ataukah di dalam
keadaan

basah.

4.

Beberapa

pH

dari

medium

tempat

bakteri

itu

di

panasi.

5.

Sifat-sifat

lain

dari

medium

tempat

bakteri

itu

di

panasi.

Mengenai pengaruh basah dan kering ini dapat diterangkan sebagai berikut. Di dalam
keadaan basah, maka protein dari bakteri lebih cepat menggumpal daripada di dalam
keadaan kering, pada temperartur yang sama. Berdasarkan ini, maka sterilisasi barangbarang gelas di dalam oven kering itu memerlukan suhu yang lebih tinggi daripada 121 C
dan waktu yang lebih lama daripada 15 menit. Sedikit perubahan pH menju ke asam atau ke
basa itu sangat berpengaruh kepada pemanasan. Berhubung dengan ini, maka buah-buahan
yang

masam

itu

lebih

mudah

disterilisasikan

daripada

sayur-sayur

atau

daging.

Untuk menentukan suhu maut bagi bakteri orang mengambil pedoman sebagai berikut: Suhu
maut (Thermal Death Point) ialah suhu yang serendahrendahnya yang dapat membunuh
bakteri yang berada di dalam standard medium selama 10 menit. Ketentuan ini mencakup
kelima syarat-syarat tersebut diatas. Perlu diperhatikan kiranya, bahwa tidak semua individu
dari suatu spesies itu mati bersama-sama pada suatu suhu tertentu. Biasanya, individu yang
satu lebih tahan daripada individu yang lain terhadap suatupemanasan, sehingga tepat
jugalah bila kita katakana adanya angka kematian pada suatu suhu (Thermal Death Rate).
Sebaliknya jika suatu standard suhu sudah ditentukan seperti pada perusahaan pengawetan
makanan atau dalam perusahaan susu, maka lamanya pemanasan merupakan faktor yang
berbeda-beda bagi tiap-tiap

dapatlah kita adakan penentuan waktu maut (Thermal Death

Rate). Biasanya standard suhu itu diatas titik didih dan pemanasan setinggi ini perlu bagi
pemusnahan bakteri yang berspora. Umumnya bakteri lebih tahan suhu rendah daripada

suhu tinggi. Hanya beberapa spesies neiseria mati karena pendinginan sampai 0 C dalam
kedaan basah. Bakteri patogen yang bias hidup di dalam tubuh hewan atau manusia dapat
bertahan

sampai

beberapa

bulan

pada

suhu

titik

beku.

Pembekuan itu sebenarnya tidak berpengaruh kepada spora, karena spora sangat sedikit
mengandung air. Pembekuan bakteri di dalam air lebih cepat membunuh bakteri daripada
kalau pembekuan itu di dalam buih, buih tidak membeku sekeras air beku. Bahwa pembekuan
air itu menyebabkan kerusakan mekanik pada bakteri mudahlah dimaklumi, tentang efek
yang lain misalnya secara kimia, kita belum tahu. Pembekuan secara perlahan-lahan dalam
suhu -16C ( es campur garam ) lebih efektif dari pada pembekuan secara mendadak dalam
udara beku (-190 C ). Juga pembekuan secara terputus-putus ternyata lebih efektif dari pada
pembekuan secara terusmenerus. Sebagai contoh, piaraan basil tipus mati setelah dibekukan
putus putus dalam waktu 2 jam, sedang piaraan itu dapat bertahan beberapa minggu dalam
keadaan

beku

terus-menerus.

Mengenai pengaruh suhu terhadap kegiatan fisiologi, maka seperti halnya dengan mahlukmahluk lain, mikrooganisme pun dapat bertahan di dalam suatu batas-batas suhu tertentu.
Batas-batas itu ialah suhu minimum dan suhu maksimum, sedang suhu yang paling baik bagi
kegiatan hidup itu disebut suhu optimum. Berdasarkan itu adalah tiga golongan bakteri, yaitu:
Bakteri termofil (politermik), yaitu bakteri yang tumbuh dengan baik sekali pada suhu setinggi
55 sampai 65C, meskipun bakteri ini juga dapat berbiak pada suhu lebih rendah atau lebih
tinggi daripada itu, yaitu dengan batas-batas 40C sampai 80C. Golongan ini terutama
terdapat didalam sumber air panas dan tempat-tempat lain yang bersuhu lebih tinggi dari
55C.
Bakteri mesofil (mesotermik), yaitu bakteri yang hidup baik di antara 5 dan 60C, sedang
suhu optimumnya ialah antara 25 sampai 40C, minimum 15C dan maksimum di sekitar
55C. Umumnya hidup di dalam alat pencernaan, kadang-kadang ada juga yang dapat hidup
dengan baik pada suhu 40C atau lebih.
Bakteri psikrofil (oligotermik), yaitu bakteri yang dapat hidup di antara 0 sampai 30C,
sedang suhu optimumnya antara 10 sampai 20C. Kebanyakan dari golongan ini tumbuh di
tempat-tempat dingin baik di daratan ataupun di lautan.
Pada tahun 1967 di Yellowstone Park di temukan bakteri yang hidup dalam air yang panasnya
93 94 C dan pada tahun 1969 berapa spesies lagi di tempat yang sama yang juga sangat
termofil. Spesies-spesies itu di tabiskan menjadi Thermus aquaticus, Bacillus caldolyticus, dan
Bacillus caldotenax. Dalam praktek, batas-batas antara golongan-golongan itu sukar di
tentukan, juga di antara beberapa individu di dalam satu golongan pun batas-batas suhu
optimum itu sangat berbeda-beda. Bakteri termofil agak
menyulitkan pekerjaan pasteurisasi, karena pemanasan pada pasteurisasi itu hanya sekitar
70 C saja, sedang pada suhu setinggi itu spora-spora tidak mati. Spora bakteri termofil juga

merepotkan perusahaan pengawetan makanan. Selama bahan makanan di dalam kaleng itu
di simpan pada suhu yang rendah, spora-spora tidak akan tumbuh menjadi bakteri. Akan
tetapi, jika suhu sampai naik sedikit, besarlah bahaya akan rusaknya makanan itu sebagai
akibat dari pertumbuhan spora-spora tersebut.
Sebaliknya, bakteri psikrofil dapat mengganggu makanan yang di simpan terlalu lama di
dalam lemari es. Golongan bakteri yang dapat hidup pada bata-batas suhu yang sempit,
misalnya, Conococcus itu hanya dapat hidup subur antara 30 dan 40 C, jadi batas antara
minimum dan maksimum tidak terlampau besar, maka bakteri semacam itu kita sebut
stenotermik. Sebaliknya Escherichia coli tumbuh baik antara 8 C sampai 46 C, jadi beda
antara minimum dan maksimum suhu di sini ada lebih besar daripada yang di sebut di atas,
maka Escherichia coli itu termasuk golongan bakteri yang kita sebut euritermik. Pada
umumnya dapat di pastikan, bahwa suhu optimum itu lebih mendekati suhu maksimum
daripada suhu minimum.Hal ini nyata benar bagi Gonococcus dan Escherichia coli, keduanya
mempunyai optimum suhu 37 C. Bakteri yang dipiara di bawah
suhu minimum atau sedikit di atas suhu maksimum itu tidak segera mati, melainkan berada
di dalam keadaan tidur (dormancy).
Suhu berpengaruh terhadap kinerja reaksi dalam mikroorganisme. Kecepatan reaksi kimia
merupakan fungsi langsung daripada suhu dan mengikuti hubungan yang dikemukakan
semula oleh Arrhenius :
Log10 V =

H*

+C

2.303RT
v ialah kecepatan reaksi, H* ialah energi aktivitas pada reaksi, R ialah konstante gas, T ialah
suhu dalam derajat Kelvin. Karena itu, kecepatan reaksi kimia sebagai fungsi T
menghasilkan garis lurus dengan lereng negatif (Gambar 10.6). Gambar 10.7 menunjukkan
kecepatan tumbuh E. coli yang dapat disamakan dengan fungsi T . Kurvenya linear hanya
pada bagian kisaran suhu untuk tumbuh. Sebab kecepatan tumbuh dengan tibatiba sangat
menurun pada batas atas dan bawah kisaran suhu. Kecepatan tumbuh pada suhu tinggi yang
menurun tiba-tiba disebabkan oleh denaturasi panas protein dan mungkin pula denaturasi
struktur sel seperti membran. Pada suhu maksimum untuk tumbuh maka reaksi yang
merusak menjadi sangat besar. Suhu itu biasanya hanya berapa derajat lebih tinggi daripada
suhu untuk kecepatan tumbuh maksimal, yang dinamakan suhu optimum.
Gambar 5.3 Hubungan antara kecepatan reaksi kimiawi dan suhu menurut rumus arrthenius
Dari pengaruh suhu pada kecepatan reaksi kimia, dapat diramalkan bahwa semua bakteri
dapat melanjutkan tumbuhnya (meskipun dengan kecepatan yang makin lama makin lebih
rendah) selama suhu diturunkan sampai sistem itu membeku. Akan tetapi, kebanyakan
bakteri berhenti tumbuh pada suhu (suhu minimum untuk tumbuh ) jauh di atas titik beku air.
Setiap mikroorganisme mempunyai suhu yang tepat untuk pertumbuhan, tetapi di bawah

suhu ini pertumbuhan tidak terjadi betapa pun lamanya masa


inkubasi.
Nilai suhu kardinal menurut angka (minimum, optimum, dan maksimum) dan kisaran suhu
yang memungkinkan pertumbuhan, sangat beragam pada bakteri. Beberapa bakteri yang
diisolasi dari sumber air panas dapat tumbuh pada suhu setinggi 95C; yang diisolasi dari
lingkungan dingin, dapat tumbuh sampai suhu serendah 10C jika konsentrasi solut yang
tinggi mencegah mediumnya menjadi beku. Berdasarkan kisaran suhu untuk tumbuh, bakteri
seringkali dibagi atas tiga golongan besar: termofil, yang tumbuh pada suhu tinggi (diatas
55C); mesofil, yang tumbuh baik antara 20C sampai 45C dan psikrofil, yang tumbuh baik
pada 0C.
Seperti juga dalam sistem klasifikasi biologis yang kerap kali benar, terminologi ini
menunjukan perbedaan yang lebih jelas di antara tipe-tipe daripada yang di jumpai di alam.
Klasifikasi reaksi suhu tiga pihak tidak memperhitungkan seluruh variasi di antara bakteri
berkenaan dengan adanya perluasan kisaran suhu yang memungkinkan pertumbuhan.
Perbedaan dalam kisaran suhu di antara termofil kadang-kadang dinyatakan dengan istilah
stenotermofil (organisme yang tidak dapat tumbuh di bawah 37 C),
dan euritermofil (organisme yang dapat tumbuh di bawah 37 C). psikrofil yang masih dapat
tumbuh di atas 20 C di sebut psikrofil fakultatif; dan yang tidak dapat tumbuh di atas 20 C
di sebut psikrofil obligat.
Garis dengan satu tanda panah menunjukkan batas suhu tumbuh untuk paling sedikit satu
galur spesies itu terdapat variasi di antara bermacam galur beberapa spesies. Tanda dengan
dua panah menunjukkan bahwa pada batas suhu sebenarnya terletak di antara tanda panah
tersebut. Garis dengan titik-titik menunjukkan bahwa pertumbuhan minimum belum
ditentukan. Data yang menggambarkan kisaran suhu tumbuh berbagai macam bakteri
menunjukkan sifat termofil, mesofil, dan psikrofil yang agak berubah-ubah.
Kisaran suhu yang memungkinkan pertumbuhan itu berubah-ubah seperti halnya suhu-suhu
maksimum dan minimum. Kisaran suhu beberapa bakteri kurang dari 10C, sedangkan untuk
lainnya dapat sampai 50C.
Faktor yang menentukan batas suhu untuk tumbuh telah disingkapkan oleh dua macam
penelitian; perbandingan antara sifat organisme dengan kisaran suhu yang sangat berbeda;
dan analisis sifat mutan yang peka terhadap suhu, kisaran suhunya menjadi lebih sempit oleh
perubahan satu mutan. Ada dua macam mutan yang peka terhadap suhu; mutan peka panas,
dengan suhu tumbuh maksimum yang menurun ; dan mutan peka dingin, dengan suhu
tumbuh minimum yang menaik.
Studi mengenai kinetika denaturasi panas pada enzim dan struktur sel yang berprotein
(misalnya flagelum, ribosom) menunjukkan bahwa banyak protein khusus pada bakteri
termofil lebih tahan panas daripada protein homolognya dari bakteri mesofil. Mungkin pula
untuk mengira-ngirakan ketahanan panas menyeluruh protein sel yang dapat larut, dengan

mengukur kecepatan protein di dalam ekstrak bakteri menjadi tidak larut karena denaturasi
panas pada beberapa suhu yang berbeda. Percobaan seperti ini (Tabel 10.6). Dengan jelas
menunjukkan bahwa pada hakekatnya semua protein bakteri termofilik setelah perlakuan
panas tetap pada tingkat asalnya yang sebenarnya menghilangkan semua protein mesofil
yang sekelompok. Karena itu adaptasi mikroorganisme termofilik terhadap suhu di sekitarnya
hanya dapat dicapai dengan perubahan mutasional yang mempengaruhi struktur utama
kebanyakan (jika tidak semua) protein sel tersebut. Meskipun adaptasi evalusionar yang
menghasilkan termofil agaknya melibatkan ,mutasi yang meningkatkan ketahanan panas
proteinnya , namun kebanyakan mutasi yang berpengaruh pada struktur utama suatu protein
khusus ( misalnya enzin) mengurangi ketahanan panas protein tersebut, walaupun banyak di
antara mutasi ini mungkin berpengaruh sedikit atau tidak sama sekali pada sifat-sifat
katalitik. Akibatnya, dengan tidak adanya seleksi tandingan oleh tantangan panas, maka suhu
maksimum untuk pertumbuhan mikroorganisme apa pun harus menurun secara berangsurangsur sebagai akibat mutasi acak yang berpengaruh pada struktur pertama proteinnya.
Kesimpulan ini ditunjang oleh pengamatan bahwa bakteri psikrofilik yangdiisolasi dari air
antartik mengandung sejumlah besar protein yang luar biasa labilnya terhadap panas.
Pada suhu rendah, semua protein mengalami sedikit perubahan bentuk, yang dianggap
berasal dari melemahnya ikatan hidrofobik yang memegang peran penting dalam penentuan
struktur tartier (berdimensi tiga). Semua tipe ikatan lain pada protein menjadi lebih kuat bila
suhu diturunkan. Pentingnya bentuk yang tepat untuk fungsi sebenarnya protein alosterik dan
untuk perakitan sendiri protein ribosomal menjadi kedua kelas protein ini teramat peka
terhadap inaktivasi dingin. Oleh karen aitu, tidaklah mengherankan bahwa mutasi yang
menaikkan suhu minimum untuk pertumbuhan biasanya terjadi di dalam gen yang
menyandikan protein-protein ini.
Susunan lipid pada hampir semua organisme, baik prokariota maupun eukariota, berubahubah menurut suhu tumbuh. Bila suhu turun, kandungan relatif asam lemak tidak jenuh
didalam lipid selular meningkat. Ilustrasi kejadian ini pada E. coli tampak pada perubahan
dalam susunan lemak ini adalah komponen penting daripada adaptasi suhu pada bakteri. Titik
cair lipid berhubungan langsung dengan asam lemak jenuh. Akibatnya, derajat kejenuhan
asam lemak pada lipid membran menentukan derajat keadaan cairnya pada suhu tertentu.
Karena fungsi membran bergantung pada keadaan cair komponen lipid, dapatlah dipahami
bahwa pertumbuhan pada suhu rendah haruslah diikuti dengan penambahan derajat
ketidakjenuhan asam lemak.
2. pH
Mikrobia dapat tumbuh baik pada daerah pH tertentu, misalnya untuk bakteri pada pH 6,5
7,5; khamir pada pH 4,0 4,5 sedangkan jamur dan aktinomisetes pada daerah pH yang luas.
Setiap mikrobia mempunyai pH minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhanya.
Berdasarkan atas perbedaan daerah pH untuk pertumbuhanya dapat dibedakan mikrobia

yang asidofil, mesofil ( neutrofil ) dan alkalofil. Untuk menahan perubahan dalam medium
sering ditambahkan larutan bufer. pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri antara
6,5 dan 7,5. Namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keaadaan sangat masam atau
sangat alkalin, bila bakteri di kuitivasi di dalam suatu medium yang mula-mula disesuaikan
pHnya misal 7 maka mungkin pH ini akan berubah sebagai akibat adanya senyawasenyawa
asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhannya. Pergesaran pH ini dapat
sedemikian besar sehingga mengahambat pertumbuhan seterusnya organisme itu.
Pergeseran pH dapat dapat dicegah dengan menggunakan larutan penyangga dalam
medium, larutan penyangga adalah senyawa atau pasangan senyawa yang dapat menahan
perubahan pH.
Istilah pH pada suatu symbol untuk derajat keasaman atau alkanitas suatu larutan; pH=log
(1/[H+]) dengan [H+] sebagai konsentrasi ion hydrogen. pH air suling ialah 7,0 (netral); cuka
2,25; sari tomat, 4,2; susu, 6,6; natrium bikarbonat (0,1N), 8,4; susu magnesia, 10,5.
Tabel 5.7 Indikator Asam Basa
NAMA

INTERVAL pH

PK INDIKATOR

WARNA

ASAM BASA
Biru timol

8,0 9,6

1,7

Merah kuning

Biru brom fenol

3,0 4,6

4,1

Kuning biru

Merah metal

4,4 6,2

5,0

Merah kuning

Biru brom timo

Merah feno

6,0 7,6

6,8 8,4

Merah kresol

Kuning biru

7,8

7,0 8,8

Fenolftalein

7,1

Kuning merah

8,2

8,2 9,8

Kuning merah

9,6

Tak berwarna -merah muda

Tabel 5.8 pH minimum, optimum, dan maksimum untuk pertumbuhan beberapa spesies
bakteri
Bakteri

KISARAN pH UNTUK PERTUMBUHAN

Batas bawah

Optimum

Thiobacillus

0,5

Thiooxidans

4,0-4,5

Acetobacter aceti

2,0-3,5

4,2

Staphylococcus aureus
Azotobacter spp
Clhorobium limicola

Batas atas

5,4-6,3
7,0-7,5

5,5

6,0

7,0-7,5
6,8

6,0

6,0
7,0-8,0
9,3
8,5

7,0
7,5 7,8

9,5

Thermos aquaticus
Atas dasar daerah-daerah pH bagi kehidupan mikroorganisme dibedakan menjadi 3 golongan

besar yaitu:
Mikroorganisme yang asidofilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0
Mikroorganisme yang mesofilik (neutrofilik), yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara
5,5-8,0
Mikroorganisme yang alkalifilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 8,4-9,5
Suhu, lingkungan, gas dan pH adalah faktor-faktor fisik utama yang harus dipertimbangkan di
dalam penyediaan kondisi optimum bagi pertumbuhan kebanyakan spesies bakteri. Beberapa
kelompok bakteri mempunyai persyaratan tambahan. Sebagai contoh, organisme
fotoautotrofik (fotosintetik) harus diberi sumber pencahayaan, karena cahaya adalah sumber
energinya. Pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi oleh keadaan tekanan osmotik (tenaga
atau tegangan yang terhimpun ketika air berdifusi melalui suatu membran) atau tekanan
hidrostatik (tegangan zat alir). Bakteri tertentu, yang disebut bakteri halofilik dan dijumpai di
air asin, wadah berisi garam, makanan yang diasin, air laut, dan danau air asin, hanya
tumbuh bila mediumnya mengandung konsentrasi garam yang tinggi. Air laut mengandung
3,5 persen natrium klorida; di danau air asin, konsentrasi natrium kloridanya dapat mencapai
25 persen. Mikroorganisme yang membutuhkan NaCl untuk pertumbuhannya di sebut halofil
obligat mereka tidak akan tumbuh kecuali bila konsentrasi garamnya tinggi, yang dapat
tumbuh dalam larutan natrium kloride tetapi tidak mensyaratkannya disebut halofil fakultatif
mereka tumbuh dalam lingkungan berkonsentrasi garam tinggi atau rendah. Ini
menunjukkan adanya tanggapan terhadap tekanan osmotik. Telah diisolasi bakteri dari paritparit terdalam dilautan yang tekanan hidrostatiknya mencapai ukuran ton meter persegi.
Tabel 5.9 Kondisi-kondisi fisik yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
Kondisi Fisik

Tipe Bakteri

(Kelompok Psikologis)
Suhu (kisaran

Kondisi Biakan

(Inkubasi

Psikrofil

pertumbuhan) :

0 30c

Mesofil

minimum dan

25 40c

Termofil :

maksimum;

Termofil

25 55c

optimumnya pada

Fakultatif (bebas pilih)

suatu titik didalam

Termofil obligat

45 75c

kisaran bergantung ada


spesies

Aerob

Hanya tumbuh bila

ada oksigen bebas


Anaerob

Hanya tumbuh

Persyaratan akan gas


Anaerob fakultatif
Tumbuh baik tanpa

tanpa oksigen
bebas

Mikroaerofil

oksigen bebas

Tumbuh bila ada


oksigen bebas
dalam jumlah
sedikit
Kebanyakan bakteri
berkaitan dengan
kehidupan hewan dan

pH optimum 6,5

Keasaman atau

tumbuhan

7,5

alkanitas (pH)

Beberapa spesies eksotik

pH minimum 0,5;
Fotosintetik (autotrof dan

pH maksimum 9,5

heterotrof)
Cahaya

sumber cahaya

Halofil (halofil obligat)


Salinitasi

konsentrasi garam

yang tinggi, 10 15% NaCl


3. Kelembaban
Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan
ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas 85C, sedangkan untuk jamur dan
aktinomises diperlukan kelembaban yang rendah dibawah 80C. Kadar air bebas didalam
lautan (aw) merupakan nilai perbandingan antara tekanan uap air larutan dengan tekanan
uap air murni, atau 1/100 dari kelembaban relatif. Nilai aw untuk bakteri pada umumnya
terletak diantara 0,90 0,999 sedangkan untuk bakteri halofilik mendekati 0,75. Banyak
mikroorganisme yang tahan hidup didalam keadaan kering untuk waktu yang lama seperti
dalam bentuk spora, konidia, arthrospora, klamidospora dan kista. Seperti halnya dalam
pembekuan, proses pengeringan protoplasma, menyebabkan kegiatan metaobolisme
terhenti. Pengeringan secara perlahan-lahan menyebabkan perusakan sel akibat pengaruh
tekanan osmosa dan pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut.
4. Tekanan osmosis
Pada umumnya mikrobia terhambat pertumbuhannya di dalam larutan yang hipertonis.
Karena sel-sel mikrobia dapat mengalami plasmolisa. Didalam larutan yang hipotonis sel
mengalami plasmoptisa yang dapat di ikuti pecahnya sel. Beberapa mikrobia dapat
menyesuaikan diri terhadap tekanan osmose yang tinggi; tergantung pada larutanya dapat
dibedakan jasad osmofil dan halofil atau halodurik. Medium yang paling cocok bagi kehidupan
bakteri ialah medium yang isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri di tempatkan di dalam
suatu larutan yang hipertonik terhadap isi sel, maka bakteri akan mengalami plasmolisis.

Larutan garam atau larutan gula yang agak pekat mudah benar menyebabkan terjadinya
plasmolisis ini. Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di dalam air suling akan kemasukan air
sehingga dapat menyebabkan pecahnya bakteri, dengan kata lain, bakteri dapat mengalami
plasmoptisis. Berdasarkan inilah maka pembuatan suspense bakteri dengan menggunakan air
murni itu tidak kena, yang digunakan seharusnyalah medium cair.
Jika perubahan nilai osmosis larutan medium tidak terjadi sekonyongkonyong, akan tetapi
perlahan-lahan sebagai akibat dari penguapan air, maka bakteri dapat menyesuaikan diri,
sehingga tidak terjadi plasmolisis secara mendadak.
6. Senyawa toksik
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li, dan Pb. Walaupun pada kadar sangat
rendah akan bersifat toksis terhadap mikroorganisme karena ion-ion logam berat dapat
bereaksi dengan gugusan senyawa sel. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut
daya ologodinamik. Anion seperti sulfat tartratklorida, nitrat dan benzoat mempengaruhi
kegiatan fisiologi mikroorganisme. Karena adanya perbedaan sifat fisiologi yang besar pada
masing-masing mikroorganisme maka sifat meracun dari anion tadi juga berbeda-beda. Sifat
meracun alakali juga berbeda-beda, tergantung pada jenis logamnya. Ada beberapa senyawa
asam organik seperti asam benzoat, asetat dan sorbet dapat digunakan sebagai zat
pengawet didalam industry bahan makanan. Sifat meracun ini bukan disebabkan karena nilai
pH, tetapi merupakan akibat langsung dari molekul asam organik tersebut terhadap gugusan
didalam sel.
7. Tegangan Muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaannya akan menyerupai membran
yang elastis, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan mikroorganisme. Protoplasma
mikroorganisme terdapat didalam sel yang dilindungi dinding sel. Dengan adanya perubahan
bahan pada tegangan muka dinding sel, akan mempengaruhi permukaan protoplasma, yang
akibatnya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perubahan bentuk morfologinya. Bakteri
yang hidup didalam alat pencernaan dapat berkembangbiak didalam medium yang
mempunyai tegangan permukaan relatif rendah. Tetapi kebanyakan lebih menyukai tegangan
permukaan yang relatif tinggi.
8. Tekanan Hodrostatik dan Mekanik
Beberapa jenis mikroorganisme dapat hidup didalam samudra pasifik dengan tekanan lebih
dari 1208 kg tiap cm persegi, dan kelompok ini disebut barofilik. Selain itu tekanan yang
tinggi akan menyebabkan meningkatnya beberapa reaksi kimia, sedang tekanan diatas 7500
kg tiap cm persegi dapat menyebabkan denaturasi protein. Perubahan-perubahan ini
mempengaruhi proses biologi sel jasad hidup.
9. Kebasahan dan kekeringan
Bakteri sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air.
Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur; hal ini di sebabkan karena

kurangnya udara bagi mereka. Tanah yang cukup basah baiklah bagi kehidupan bakteri.
Banyak bakteri menemui ajalnya, jika kena udara kering. Meningococcus, yaitu bakteri yang
menyebabkan meningitis, itu mati dalam waktu kurang daripada satu jam, jika digesekkan di
atas kaca obyek. Sebaliknya,spora-spora bakteri dapat bertahan beberapa tahun dalam
keadaan kering.
Pada proses pengeringan, air akan menguap dari protoplasma. Sehingga kegiatan
metabolisme berhenti. Pengeringan dapat juga merusak protoplasma dan mematikan sel.
Tetapi ada mikrobia yang dapat tahan dalam keadaan kering, misalnya mikrobia yang
membentuk spora dan dalam bentuk kista. Adapun syarat-syarat yang menentukan matinya
bakteri karena kekeringan itu ialah:
Bakteri yang ada dalam medium susu, gula, daging kering dapat bertahan lebih lama
daripada di dalam gesekan pada kaca obyek. Demikian pula efek kekeringan kurang terasa,
apabila bakteri berada di dalam sputum ataupun di dalam agar-agar yang kering.
Pengeringan di dalam terang itu pengaruhnya lebih buruk daripada pengeringan di dalam
gelap.
Pengeringan pada suhu tubuh (37C) atau suhu kamar (+ 26 C) lebih buruk daripada
pengeringan pada suhu titik-beku.
Pengeringan di dalam udara efeknya lebih buruk daripada pengeringan di dalam vakum
ataupun di dalam tempat yang berisi nitrogen. Oksidasi agaknya merupakan faktor-maut.
10. Sinar gelombang pendek
Sinar-sinar yang mempunyai panjang gelombang pendek (misalnya sinar, sinar Ultra violet,
sinar gama), mempunyai daya penetrasi yang cukup besar terhadap mikribia. Sinar-sinar
tersebut dapat menyebabkan kematian. Perubahan genetik (mutasi) atau penghambatan
pertumbuhan mikrobia. Sinar-sinar tersebut banyak digunakan di dalam praktek sterilisasi
dan pengawetan bahan makanan. Kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan fotosintesis,
bahkan setiap radiasi dapat berbahaya bagi kehidupannya. Sinar
yang nampak oleh mata kita, yaitu yang bergelombang antara 390 m sampai 760 m ,
tidak begitu berbahaya; yang berbahaya ialah sinar yang lebih pendek gelombangnya, yaitu
yang bergelombang antara 240 m sampai 300 m . Lampu air rasa banyak memancarkan
sinar bergelombang pendek ini. Lebih dekat, pengaruhnya lebih buruk. Dengan penyinaran
pada jarak dekat sekali, bakteri bahkan dapat mati seketika, sedang pada jarak yang agak
jauh mungkin sekali hanya pembiakannya sajalah yang terganggu. Spora-spora dan virus
lebih dapat bertahan terhadap sinar ultra-ungu. Sinar ultra-ungu biasa dipakai untuk
mensterilkan udara, air, plasma darah dan bermacam-macam bahan lainya. Suatu kesulitan
ialah bahwa bakteri atau virus itu mudah sekali ketutupan benda-benda kecil, sehingga dapat
terhindar dari pengaruh penyinaran. Alangkah baiknya, jika kertas-kertas pembungkus
makanan, ruang-ruang penyimpan daging, ruang-ruang pertemuan, gedunggedung bioskop
dan sebagainya pada waktu-waktu tertentu dibersihkan dengan penyinaran ultra-ungu. Sinar

X dan sinar radium yang bergelombang lebih pendek daripada sinar ultra-ungu juga dapat
membunuh mikroorganisme, akan tetapi memerlukan lebih banyak dosis daripada sinar ultraungu. Bakteri yang disinari dengan sinar X kerap kali mengalami mutasi. Aliran listrik tidak
nampak berbahaya bagi kehidupan bakteri. Jika ada bakteri yang mati karenanya, hal ini di
sebabkan oleh panas atau oleh zat-zat yang timbul di dalam medium sebagai akibat daripada
arus listrik, seperti ozon dan klor (chlor).
11. Tegangan muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan itu menyerupai membran
yang elastik. Demikian juga permukaan cairan yang menyelubungi sel mikrobia. Tekanan dari
membran cairan ini di teruskan ke dalam protoplasma sel melalui dinding sel dan membran
sitoplasma, Sehingga dapat mempengaruhi kehidupan mikrobia. Kebanyakan bakteri lebih
menyukai tegangan muka yang relatif tinggi. Tetapi adapula yang hidup pada tegangan muka
yang relatif rendah. Misalnya bakteri-bakteri yang hidup dalam saluran pencernaan. Sabun
mengurangi ketegangan permukaan, dan oleh karena itu dapat menyebabkan hancurnya
bakteri. Diplococcus pneumoniae sangat peka terhadap sabun. Empedu juga mempunyai
khasiat seperti sabun; hanya bakteri yang hidup di dalam usus mempunyai daya tahan
terhadap empedu. Bolehlah dikatakan pada umumnya, bahwa bakteri yang Gram negatif
lebih tahan terhadap pengurangan (depresi) tegangan permukaan daripada bakteri yang
Gram positif.
12. Daya oligodinamik
Ion-ion logam berat seperti Hg++ , Cu++ , Ag++ dan Pb++ pada kadar yang sangat rendah
bersifat toksis terhadap mikrobia. Karena ion-ion tersebut dapat bereaksi dengan bagianbagian penting dalam sel. Daya bunuh logam-logam berat pada kadar yang sangat rendah ini
di sebut daya oligodinamik. Garam dari beberapa logam berat seperti air rasa dan perak
dalam jumlah yang kecil saja dapat membunuh bakteri, daya mana di sebut oligodinamik. Hal
ini mudah sekali di pertunjukkan dengan suatu eksperimen. Sayang benar garam dari logam
berat itu mudah merusak kulit, makan alatalat yang terbuat dari logam, dan lagipula mahal
harganya. Meskipun demikian, orang masih biasa menggunakan merkuroklorida (sublimat)
sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen
atau mertiolat. Persenyawaan air rasa yang organic dapat pula dipergunakan untuk
membersihkan biji-bijian supaya terhindar dari gangguan bangsa jamur. Nitrat perak 1 sampai
2% banyak digunakan untuk menetesi selaput lender, misalnya pada mata bayi yang baru
lahir untuk mencegah gonorhoea. Banyak juga orang yang mempergunakan persenyawaan
perak dan protein. Garam tembaga jarang dipakai sebagai bakterisida, akan tetapi banyak
digunakan untuk menyemprot tanamantanaman mematikan tumbuhan ganggang dikolamkolam renang.
13. Desinfektan
Pada umumnya bakteri muda itu kurang daya-tahannya terhadap desinfektan daripada

bakteri yang tua. Pekat encernya konsentrasi, lama berada dibawah pengaruh desinfektan,
merupakan faktor-faktor yang masuk pertimbangan pula. Kenaikan suhu menambah daya
desinfektan. Selanjutnya, medium dapat juga menawar daya desinfektan. Susu, plasma
darah, dan zat-zat lain yang serupa protein sering melindungi bakteri terhadap pengaruh
desinfektan tertentu. Dalam menggunakan desinfektan haruslah diperhatikan hal-hal tersebut
dibawah ini. Apakah suatu desinfektan tidak meracuni suatu jaringan, apakah ia tidak
menyebabkan rasa sakit, apakah ia tidak memakan logam, apakah ia dapat diminum, apakah
ia stabil, bagaimanakah baunya, bagaimanakah warnanya, apakah ia mudah dihilangkan dari
pakaian apabla desinfektan tersebut sampai kena pakaian, dan apakah ia murah harganya.
Faktor-faktor inilah yang menyebabkan orang sulit untuk menilai suatu desinfektan. Zat-zat
yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas garamgaram logam, fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis, formaldehida, alcohol, yodium,
klor dan persenyawaan klor, zat warna, detergen, sulfonamide, dan anti biotik.
a. Fenol Dan Senyawa-Senyawa Lain Yang Sejenis
Larutan fenol 2 sampai 4% berguna bagi desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik
khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan
kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah
lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga
desinfektan menjadi menarik.
b. Formaldehida (CH2O)
Suatu larutan formaldehida 40% biasa disebut formalin. Desinfektan ini banyak sekali
digunakan untuk membunuh bakteri, virus, dan jamur. Formalin tidak biasa digunakan untuk
jaringan tubuh manusia, akan tetapi banyak digunakan untuk merendam bahanbahan
laboratorium, alat-alat seperti gunting, sisir dan lain-lainnya pada ahli kecantikan.
c. Alkohol
Etanol murni itu kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Jika dicampur dengan air murni,
efeknya lebih baik. Alcohol 50 sampai 70% banyak digunakan sebagai desinfektan.
d. Yodium
Yodium-tinktur, yaitu yodium yang dilarutkan dalam alcohol, banyak digunakan orang untuk
mendesinfeksikan luka-luka kecil. Larutan 2 sampai 5% biasa dipakai. Kulit dapat terbakar
karenanya , oleh sebab itu untuk luka-luka yang agak lebar tidak digunakan yodium-tinktur.
e. Klor Dan Senyawa Klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. Persenyawaan klor dengan kapur atau
natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan
minum.
f. Zat Warna
Beberapa macam zat warna dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pada umumnya

bakteri gram positif iktu lebih peka terhadap pengaruh zat warna daripada bakteri gram
negative. Hijau berlian, hijau malakit, fuchsin basa, kristal ungu sering dicampurkan kepada
medium untuk mencegah pertumbuhanbakteri gram positif. Kristal ungu juga dipakai untuk
mendesinfeksikan luka-luka pada kulit. Dalam penggunaan zat warna perlu diperhatikan
supaya warna itu tidak sampai kena pakaian.
g. Obat Pencuci (Detergen)
Sabun biasa itu tidak banyak khasiatnya sebagai obat pembunuh bakteri, tetapi kalau
dicampur dengan heksaklorofen daya bunuhnya menjadi besar sekali. Sejak lama obat
pencuci yang mengandung ion (detergen) banyak digunakan sebagai pengganti sabun.
Detergen bukan saja merupakan bakteriostatik, melainkan juga merupakan bakterisida.
Terutama bakteri yang gram positif itu peka sekali terhadapnya. Sejak 1935 banyak dipakai
garam amonium yang mengandung empat bagian. Persenyawaan ini terdiri atas garam dari
suatu basa yang kuat dengan komponen-komponen. Garam ini banyak sekali digunakan
untuk sterilisasi alat-alat bedah, digunakan pula sebagai antiseptik dalam pembedahan dan
persalinan, karena zat ini tidak merusak jaringan, lagipula tidak menyebabkan sakit. Sebagai
larutan yang encer pun zat ini dapat membunuh bangsa jamur, dapat pula beberapa genus
bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Agaknya alkil-dimentil bensil-amonium klorida
makin lama makin banyak dipakai sebagai pencuci alat-alat makan minum di restoranrestoran. Zat ini pada konsentrasi yang biasa dipakai tidak berbau dan tidak berasa apa-apa.
h. Sulfonamida
Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang mengandung belerang
sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan lagi pula tidak merusak jaringan manusia.
Terutama bangsa kokus seperti Streptococcus yang menggangu tenggorokan, Pneumococcus,
Gonococcus, dan Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamida. Penggunaan obat-obat
ini, jika tidak aturan akan menimbulkan gejalagejala alergi, lagi pula obat-obatan ini dapat
menimbulkan golongan bakteri menjadi kebal terhadapnya. Khasiat sulfonamida itu
terganggu oleh asam-p-aminobenzoat. Asam-p-aminobenzoat memegang peranan sebagai
pembantu enzim-enzim pernapasan, dalam hal itu dapat terjadi persaingan antara
sulfanilamide dan asam-paminobenzoat. Sering terjadi, bahwa bakteri yang diambil dari
darah atau cairan tubuh orang yang habis diobati dengan sulfanilamide itu tidak dapat dipiara
di dalam medium biasa. Baru setelah dibubuhkan sedikit asam-p-aminobenzoat ke dalam
medium tersebut, bakteri dapat tumbuh biasa.
.
Gambar 5.5 Rumus bangun sulfonamide dan asam-p-aminobenzoat
i. Antibiotik
Menurut Waksman, antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat
itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme

yang lain. Antibiotik yang pertama dikenal ialah pinisilin, yaitu suatu zat yang dihasilkan oleh
jamur Pinicillium. Pinisilin di temukan oleh Fleming dalam tahun 1929, namun baru sejak 1943
antibiotik ini banyak digunakan sebagai pembunuh bakteri. Selama Perang Dunia Kedua dan
sesudahnya bermacam-macam antibiotik diketemukan, dan pada dewasa ini jumlahnya
ratusan.
Genus Streptomyces menghasilkan streptomisin, aureomisin, kloromisetin, teramisin,
eritromisin, magnamisin yang masing-masing mempunyai khasiat yang berlainan. Akhir-akhir
ini orang telah dapat membuat kloromisetin secara sintetik, obat-obatan ini terkenal sebagai
kloramfenikol. Diharapkan antibiotik-antibiotik yang lain pun dapat dibuat secara sintetik
pula.
Ada yang kita kenal beberapa antibiotik yang dapat dihasilkan oleh golongan jamur,
melainkan oleh golongan bakteri sendiri, misalnya tirotrisin dihasilkan oleh Bacillus brevis,
basitrasin oleh Bacillus subtilis, polimiksin oleh Bacillus polymyxa.Antibiotik yang efektif bagi
banyak spesies bakteri, baik kokus, basil, maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum luas.
Sebaliknya, suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik yang
spektrumnya sempit. Pinisilin hanya efektif untuk membrantas terutama jenis kokus, oleh
karena itu pinisilin dikatakan mempunyai spektrum yang sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus,
basil dan jenis spiril tertentu, oleh karena itu tetrasiklin dikatakan mempunyai spektrum luas.
Sebelum suatu antibiotik digunakan untuk keperluan pengobatan, maka perlulah terlebih
dahulu antibiotik itu diuji efeknya terhadap spesies bakteri tertentu. Pada medium agar-agar
yang telah disebari spesies bakteri tertentu diletakkan beberapa kepingan kertas yang
masing-masing mengandung antibiotik yang diuji dalam kontrentasi yang tertentu. Jika
sesudah 24 jam kemudian tidak nampak pertumbuhan bakteri sekitar bahwa bakteri itu
tercekik pertumbuhannya oleh antibiotik yang terkandung dalam kepingan kertas. Besar
kecilnya daerah kosong sekitar kepingan kertas itu sesuai dengan konsentrasi antibiotik yang
terkandung didalamnya.
Sesuai dengan keperluan, maka suatu antibiotik dapat diberikan kepada seorang pasien
dengan jalan penelanan atau penyuntikan. Penyuntikan dapat dilakukan intra vena (dalam
pembuluh darah balik) atau intra muscular (dalam daging).
a. daerah pertumbuhanbakteri
b. kepingan kertas yangmengandung antibioticdalam konsentasitertentu.
c. daerah kosong
a. daerah pertumbuhanbakteri
b. kepingan kertas yangmengandung antibioticdalam konsentasitertentu.
c. daerah kosong
Gambar 5.6 Pengaruh antibiotic terhadap pertumbuhan bakteri, M adalah agar-agar
lempengan yang disebari bakteri

j. Garam Garam Logam


Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja
dapat menumbuhnkan bakteri, daya mana disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali
dipertunjukkan dengan suatu eksperimen.
Sayang benar garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, maka alatalat yang terbuat
dari logam, dan lagi pula mahal harganya. Meskipun demikian orang masih bisa
menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia
lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau mertiolat.
Persenyawaan air rasa yang organik dapat pula dipergunakan untuk membersihkan biji
bijian supaya terhindar dari gangguan bangsa jamur. Nitrat perak 1 sampai 2% banyak
digunakan untuk menetesi selaput lendir, misalnya pada mata bayi yang baru lahir untuk
mencegah gonorhoea. Banyak juga orang mempergunakan persenyawaan perak dengan
protein. Garam tembaga jarang dipakai sebagai bakterisida, akan tetapi banyak digunakan
untuk menyemprot tanaman dan untuk mematikan tumbuhan ganggang di kolamkolam
renang.
Cara Menilai Khasiat Desinfektan
Untuk mengetahui kekuatan masing-masing desinfektan, orang perlu mempunyai suatu
ukuran pokok. Adapun zat yang dipakai ialah fenol. Mikroorganisme yang dipakai sebagai
penguji khasiat desinfektan ialah Salmo nella typhosa, kadang-kadang digunakan juga
Micrococcus aureus. Desinfektan yang akan diuji itu di encerkan menurut perbandingan
tertentu. Misal, kita membuat 2 larutan fenol, yang satu (1:90) dan yang lain (1:100). Di
samping itu kita membuat beberapa larutan suatu desinfektan A yang akan kita banding
khasiatnya dengan khasiat fenol. Katakan, larutan desinfektan A itu (1:300), (1:350), (1:400),
(1:450). Dari tiap-tiap larutan kita ambil 5 ml untuk kita masukkan dalam tabung steril
banyaknya tabung sesuai dengan banyaknya larutan fenol dan desinfektan A. kita
memerlukan 3 perangkat dalam pengujian ini, yaitu 12 tabung untuk desinfektan 0,5 ml
inokulum Salmonella typhosa yang masih muda. Setelah 5 menit berada di dalam larutan,
maka diambillah satu kolong inokulum untuk digesekkan pada agar-agar lempengan, dan
piaraan ini kemudian disimpan dalam suhu 37 C. Setelah berselang 48 jam piaraan dapat
diperiksa tentang ada tidaknya koloni-koloni Salmonella. Jika tak ada pertumbuhan, hal ini
berarti bahwa bakteri telah mati ketika diambil dari tabung yang berisi larutan desinfektan.
Hal semacam ini dikerjakan pula dengan perangkat kedua, dimana Salmonella dibiarkan
berada dalam larutan selama 10 menit. Di dalam perangkat yang ketiga bakteri dibiarkan
selama 15 menit berada dalam desinfektan.
5.2 Faktor-Faktor Biotik
Faktor-faktor biotik ialah faktor-faktor yang disebabkan jasad (mikrobia)
atau kegiatannya yang dapat mempengaruhi kegiatan (pertumbuhan) jasad atau mikrobia
lain. Faktor-faktor tersebut antara lain ialah adanya asosiasi atau kehidupan bersama diantara

jasad. Asosiasi dapat dalam bentuk komensalisme, mutualisme, parasitisme, simbiose,


sinergisme, antibiose dan sintropisme.
Komensalisme
Merupakan asosiasi yang sangat renggang, dimana salah satu jenis mendapatkan
keuntungan sedang lainnya tidak mendapat keuntungan atau kerugian.
Mutualisme
Merupakan bentuk assosiasi dimana masing-masing jenis mendapat keuntungan. Sering
simbiosis dipakai untuk menyatakan bentuk assosiasi yang mutualistik, tetapi sekarang orang
lebih banyak menggunakan istilah mutualisme. Sebagai contoh mutualisme antara bakteri
Rhizobium dengan polong-polongan.
Parasitisme
Merupakan bentuk assosiasi diantara parasit dengan jasad inang. Jasad parasit yang obligat
dapat merusak jasad inang dan pada akhirnya memusnahkan. Keadaan ini akan dapat pula
memusnahkan (melenyapkan) parasitnya sendiri, karena jasad inang sebagai sumber
kehidupannya.
Simbiosis
Simbiosis ialah asosiasi antara dua atau lebih jasad (mikrobia) di mana satu jenis (spesies) di
antara jasad yang berasosiasi tersebut mendapat keuntungan, Sedangkan jasad yang lain
mungkin mengalami kerugian atau tidak, tergantung pada macamnya simbiose. Simbiose
dapat dibedakan tiga macam, ialah komensalisme, mutualisme, dan
parasitisme.
Sinergisme
Sinergisme ialah suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan
untuk melakukan perubahan kimia tertentu dalam suatu subtrat atau medium. Tanpa
sinergisme masing-masing mikkrobatidak mampu melakukan perubahan tersebut.
Antibiosis
Antibiosis disebut juga antagonisme atau amensalisme ialah suatu bentuk asosiasi antara
jasat (mikkroba) yang menyebabkan salah satu pihak dalam asosiasi tersebut terbunuh.
tErhambat pertumbuhannya atau mengalami gangguan-gangguan yang lain. Contohnya
adanya pembentukan toksindan sat-sat antibiotika oleh salah satu mikroorganisme pada
suatu asosiasi.
Sintropisme
Sintropisme disebut juga nutrisi bersama atau mutualnutrition ialah bentuk asosiasi yang
lebih komplek . sebab biasanya terdiri atas berjenis-jenis mikroorganisme yang satu dengan
yang lainnyaakan saling menstimulasi kegiatan {pertumbuhan}-nya misalnya mikrobia jenis
pertama akan menguraikan suatu subtrad yang hasilnya dapat digunakan dan di uraikan oleh
mikrobia jenis kedua dan yang hasil hasilnya dapat digunakan oleh mikrobia jenis ketiga dan

seterusnya yang hasil hasilnya akhirnya dapat menstimulasi kegiatan mikrobia jenis pertama.
5.3 Fungi Dan Lingkungannya
Christensen (1957) membagi fungi dalam 3 golongan berdasar keadaan lingkungan
perkembangannya yaitu: 1) fungi lapangan (field fungi), 2) fungi penyimpanan (storage fungi)
dan 3) fungi perusakan lanjutan (advanced decay fungi). Golongan 3) merupakan bagian
sementara, sedang 2 bagian terdahulu khusus padakomoditas biji-bijian. (Bothast, 1978).
Fungi lapangan menyerang bijian yang sedang dan masak penuh dengan kandungan air
paling sedikit 20% atau keseimbangan lembab relatif (Rh) 90 100%; fungi penyimpanan
menyerang bijian yang tersimpan setelah panen dengan kandungan air sekitar 13 20 %
atau keseimbangan lembab relative (Rh) 70 90% (Bothast, 1978).
Contoh fungi lapangan adalah alternaria, Fusarium, Helminthosporium dan Cladosporium
(Uraguci dan yamazaki, 1978). Juga termasuk pula Curvularia, Stemphylium, Epicoccum dan
Nigospora yang umumnya menyerang dekat atau saat panen (Bothast, 1978). Menurut
Christensen dan Kauftmann (1969) dilaporkan lebih dari 150 spesies fungi telah diisolasi dari
bagian biji tanaman. Fungi yang dominan pada suatu komoditas tergantung atas macam
tanaman, wilayah atau lokasi geografis dan keadaan iklim. Alternaria, umumnya banyak
terdapat pada biji sayuran atau biji serealia, namun tidak hanya terbatas pada biji serealia.
Cladosporium umumnya pada biji serelia dalam kondisi basah selama panennya, dan pada
tempat
penyimpanan fungi ini hamper tidak terdapat. Helminthosporium banyak didapat pada jenis
padi, barley, dan obat khususnya bila terjadi cuaca lembab sebelum panen. Fusarium banyak
terdapat pada serealia yang baru dipanen. Pada barley, gandum, dan jagung dikenal sebagai
bentuk kudis biji-biji yangdemikian dapat mendatangkan kercunan pada hewan maupun
manusia(Uraguchi dan Yamazaki, 1978). Beberapa spesies tertentu penicillium kadangkadang dimasukkan dalam fungi lapangan (Mislivec dan Tuite, 1970).
Fungi penyimpanan juga terdiri dari beberapa spesies antara lain Penicillium, Aspergillus dan
Sporendomena dan kadang-kadang beberapa jenis khamir (Uraguchi dan Yamazaki, 1978).
Penicillium dan Aspergillus merupakan fungi yang diketahui ada dimana-mana dan hamper
terdapat disetiap wilayah. Kebanyakan fungi penyimpanan terdiri dari dari 5 atau 6 golongan
Apergillus dan baru kemudian dan beberapa spesies Penicillium sampai terjadi kerusakan
lebih lanjut (Christensen dan Kaufmann, 1974). Wallace (1973)menyebutkan 26 spesies
Aspergillus dan 66 spesies Penicillium yang dapat diisolasi pada produk simpanan. Selain
Aspergillus dan Penicillium dikategorikan pula dalam fungi penyimpanan adalah Absidia,
Mucor, Rhizopus, Chaetomium, Scopulariopis, Paecylomices, dan Neurospora. Ibasidia, Mucor
dan Rhizopus pada umumnya ada hubungannya dengan kerusakan pada kondisi lembab,
karena mereka menghendaki suatu lembab relatif (Rh) minimum 88% untuk
pertumbuhannya, mereka bukanlah fungi pemula kerusakan bahan dalam penyimpanan
(Wallace, 1973). Kekecualian adalah Aspergillus flavus yang dapat menyerang bahan

dilapangan (meski termasuk fungi penyimpanan) demikian pula Fusarium akan dapat
melanjutkan kerusakan bahan bijian dalam gudang (meski termasuk fungi lapangan) bila
kandungan air bahan cukup tinggi (Lillehoj dkk,1975;1976; Caldwell dan Tuite, 1974).
Terdapat beberapa faktor pokok yang akan mempengaruhi perkembangan fungi pada bahan
pangan yang disimpan, antara lain: 1) Kandungan air bijian yang disimpan, 2) suhu ruang
penyimpanan, 3)periode penyimpanan, 4) derajat awal penyerangan oleh fungi sebelum
sampai tempat penyimpanan, 5) banyknya benda-benda asing (bukan bahan sejenisnya) dan
6) terdapatnya aktivitas serangga dan kutu dalam ruang simpan (Uraguchidan Yamazaki,
1978). Faktor-faktor seperti disebutkan diatas ditujukan pada bahan dimana fungi tumbuh,
maka untuk pertumbuhan fungi endiri memerlukan faktor fisik-khemis antara lain 1) suhu, 2)
aktivitasair (water activity), 3) tekanan osmosis, 4) pH, 5) potensial oksidasi-reduksi
(Eskin dkk, 1975). Suhu dan aktivitas air sangatlah penting dan perlu mendapat perhatian,
disamping faktor lainnya. Lihatlah dua table dibawah ini. Fungi pada umumnya akan dapat
berkembang baik pada aw sekitar 0,65- 0,80, sedangkan golongan fungi hidrofil diinginkan aw
mencapai 0,89. Dalam kaitannya dengan kelembaban relatif (Rh) yang dapat diukur dari
sekeliling bahan maka umumnya diharapkan kelembaban relatif sekitar 70-80%.
Setiap jenis fungi selain adalah batasan-batasan normal, mempunyai kekhususan diantara
spesies dan lainnya seperti terlihat pada beberapa table kelembaban relatif, suhu dan
lainnya. Dibawah ini diberikan gambaran Rh ruang penyimpanan dan suhu untuk
pertumbuhan beberapa fungi penyimpanan yang penting.
Kelembaban relatif minimum untuk perkecambahan fungi umumnya adalah 75% pada suhu
biasa, dalam keadaan iniuntuk setiap bahan bijian akan berbeda kandungan airnya sesuai
komposisi (Pomeranz, 1974). Keseimbangan lembab relatif bijian lebih penting daripada
kandungan air guna mengendalikan kerusakan fungi dalam ruang penyimpanan, meskipun
keduanya mempunyai hubungan erat. Pertumbuhan fungi berkaitan dengan kenaikan suhu
yang dipengaruhi berbagai faktor antara laininaktivitas thermal enzim, kehilangan substrat,
mengecilnya oksigen dan kandungan air atau akumulasi CO2 menjadi terbatas. Hubungan
antara bagian-bagian tersebut sangat kompleks maka kondisi minimum, optimum dan
maksimum
sebagaimana tercantum dalam tabel diatas adalah perkiraan (Christensen dan Kaufmann,
1974)

11/08/2010 Posted by Anthony Zaif | MIKROBIOLOGI | 4 Komentar

PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
OLEH:DR.H. AGUS KRISNO BUDIYANTO, M.KES
DOSEN PENDIDIKAN BIOLOGI UMM

4.1

Pendahuluan

Bila bakteri diinokulasi ke dalam suatu medium yang sesuai dan pada keadaan yang optimum
bagi pertumbuhannya, maka terjadi kenaikan jumlah yang amat tinggi dalam waktu yang
relatif pendek. Perbanyakan seperti ini disebabkan oleh pembelahan sel secara aseksual.
Pembelahan sel terjadi secara pembelahan biner melintang. Pembelahan biner melintang
adalah suatu proses reproduksi aseksual. Setelah pembentukan dinding sel melintang maka
satu sel tunggal membelah menjadi dua sel, dan disebut sel anak. Beberapa spesies
mikroorganisme dapat bereproduksi dengan proses tambahan termasuk produksi spora
reproduktif,

fragmentasi

pertumbuhan

menghasilkan

berfilamen,

dengan

pertumbuhan

masing-masing

dan

fragmen

penguncupan.

Para peneliti mikrobiologi tertarik untuk menentukan dengan tepat apa yang terjadi di dalam
sel induk ketika berevolusi ke suatu taraf pada saat membelah menjadi dua sel baru. Hasil
hasil penelitian mengenai proses pembelahan sel telah menampakkan hal- hal berikut:
Terdapat kenaikan jumlah bahan inti, yang terpisah menjadi dua unit, satu untuk masingmasing

sel

anak

baru.

Dinding sel dan membran sel tumbuh ke arah luar dan membran sel tumbuh (meluas) ke
dalam sitoplasma pada suatu titik di tengah-tengah sumbu panjang sel. Pada perbatasan
tersebut

disintesis

Pembentukan

mesosom

dua
menjadi

lapisan
lebih

jelas.

bahan

Mesosom

dinding

mempunyai

kaitan

sel.
dengan

pembentukan septum (dinding sel yang membagi) dan juga memungkinkan perpautan
dengan

daerah

inti.

Pertumbuhan digunakan untuk bakteri dan mikroorganisme lain dan biasanya mengacu pada
perubahan di dalam hasil panen sel (pertambahan total massa sel) dan bukan perubahan
individu organisme. Inokulum hamper selalu mengandung ribuan organisme. Pertumbuhan
menyatakan pertambahan jumlah dan massa melebihi yang ada di dalam inokulum asalnya.
Selama fase pertumbuhan seimbang (balanced growth), maka pertambahan massa melebihi
massa bakteri berbanding lurus (proporsial) dengan pertambahan komponen selular yang lain
seperti DNA, RNA, dan protein. Oleh karena itu maka mungkinlah untuk mengembangkan
pengukuran

bagi

pertumbuhan

dengan

berbagai

cara.

Cara khas reproduksi bakteri ialah pembelahan biner melintang; satu sel membelah diri,
menghasilkan dua sel. Jadi bila kita mulai dengan satu bakteri tumggal, maka populasi
bertambah secara geometric 1 2 22 23 24 25..2n atau dengan perhitungan
sederhana,1

16

23

Istilah pertumbuhan sebagaimana digunakan pada bakteri mengacu pada perubahan dalam
populasi total dan bukannya perubahan dalam suatu individu organisme saja. Tambahan pula
pada kondisi pertumbuhan seimbang ada suatu pertambahan semua komponen selular
secara teratur. Akibatnya, pertumbuhan dapat ditentukan tidak hanya dengan cara mengukur
jumlah sel tetapi juga dengan mengukur jumlah berbagai komponen selular (RNA, DNA,

protein) dan juga produk-produk metabolism tertentu. Pertumbuhan mikroorganisme dapat


diketahui dengan berbagai metode.
Tabel 4.1 Rangkaian metode-metode untuk mengukur pertumbuhan bakteri
Metode

Penggunaan

Hitungan mikroskopik
Hitungan cawan

Perhitungan bakteri dalam susu dan vaksin

Perhitungan bakteri dalam susu, air, makanan, tanah, biakan dan

sebagainnya
Membran atau filter

Sama seperti hitungan cawan

Molekuler
Pengukuran kekeruhan

Uji mikrobiologis, pendugaan hasil panen sel

dalam kaldu, biakan, atau suspense berair


Penentuan nitrogen

Pengukuran panen sel dari suspense biakan

kental untuk digunakan pada


penelitian mengenai metabolisme
Penentuan berat
Pengukuran aktivitas

Sama seperti untuk penentuan nitrogen


Uji mikrobiologis

biokimiawi
4.2 Pertumbuhan Mikroorganisme
Pertumbuhan merupakan proses perubahan bentuk yang semula kecil kemudian menjadi
besar. Pertumbuhan menyangkut pertambahan volume dari individu itu sendiri. Pertumbuhan
pada umumnya tergantung pada kondisi bahan makanan dan juga lingkungan. Apabila
kondisi makanan dan lingkungan cocok untuk mikroorganisme tersebut, maka
mikroorganisme akan tumbuh dengan waktu yang relatif singkat dan sempurna.
Pertumbuhan mikroorganisme yang bersel satu berbeda dengan mikroorganisme yang bersel
banyak (multiseluler). Pada mikroorganisme yang bersel satu (uniseluler) pertumbuhan
ditandai dengan bertambahnya sel tersebut. Setiap sel tunggal setelah mencapai ukuran
tertentu akan membelah menjadi mikroorganisme yang lengkap, mempunyai bentuk dan
sifat fisiologis yang sama. Pertumbuhan jasad hidup, dapat ditinjau dari dua segi, yaitu
pertumbuhan sei secara individu dan pertumbuhan kelompok sebagai satu populasi.
Pertumbuhan sel diartikan sebagai adanya penambahan volume serta bagian-bagian sel
lainnya, yang diartikan pula sebagai penambahan kuantiatas isi dan kandungan didalam
selnya. Pertumbuhan populasi merupakan akibat dari adanya pertumbuhan individu, misal
dari satu sel menjadi dua, dari dua menjadi empat ,empat menjadi delapan, dan seterusnya
hingga berjumlah banyak.

Pada mikroorganisme, pertumbuhan individu (sel) dapat berubah langsung menjadi


pertumbuhan populasi. Sehingga batas antara pertumbuhan sel sebagai individu serta satu
kesatuan populasi yang kemudian terjadi kadang-kadang karena terlalu cepat perubahannya,
sulit untuk diamati dan dibedakan. Pada pertumbuhan populasi bakteri misalnya, merupakan
penggambaran jumlah sel atau massa sel yang terjadi pada saat tertentu. Kadang-kadang
didapatkan bahwa konsentrasi sel sesuai dengan jumlah sel perunit volume, sedang
kerapatan sel adalah jumlah materi perunit volume.
Penambahan dan pertumbuhan jumlah sel mikroorganisme pada umumnya dapat
digambarkan dalam bentuk kurva pertumbuhan. Kurva tersebut merupakan penjabaran dari
penambahan jumlah sel dalam waktu tertentu, misal bernilai b, maka:
a. Pada generasi pertama, b = 12
b. Pada generasi kedua,b = 122
c. Pada generasi ke-n,b = 1x2n sehingga akhirnya: b=a x 2n
Dengan perhitungan logaritma, persamaan dapat dituliskan menjadi :
Log b = log 10a + alog 102
= log 10a + 0,301 n
= log 10b log 10a
atau n = 0,301
Pertumbuhan bakteri dalam biak statik akan mengikuti kurva pertumbuhan. Jika bakteri
ditanam dalam suatu larutan biak, maka bakteri akan terus tumbuh sampai salah satu faktor
mencapai minimum dan pertumbuhan menjadi terbatas. Pertumbuhan biak bakteri dengan
mudah dapat dinyatakan secara grafik dengan logaritme jumlah sel hidup terhadap waktu.
Suatu kurva pertumbuhan punya bentuk sigmoid dan dapat dibedakan dalam beberapa tahap
pertumbuhan. Ada beberepa tahap pertumbuhan yaitu : terdapat kurva pertumbuhan atau
gambar.
Tahap ancang-ancang yang mencakup interval waktu antara saat penanaman dan saat
tercapainya kecepatan pembelahan maksimum, lamanya tahap ancang-ancang ini terutama
tergantung dari biak wal, umur bahan yang ditanam dan juga dari sifat larutan biak.
Tahap eksponensial; Pada tahap pertumbuhan eksponensial terciri oleh kecepatan
pembelahan maksimum yang konstan kecepatan pembelahan diri sepanjang tahap log
bersifat spesifik untuk tiap jenis bakteri dan tergantung lingkungan.
Tahap stationer; Tahap ini dimulai kalau sel-sel sudah tidak tumbuh lagi. Kecepatan
pertumbuhan tergantung dari kadar substrat, menurunnya kecepatan pertumbuhan sudah
terjadi ketika kadar subtrat berkurang sebelum subtrat habis terpakai. Massa bakteri yang
dicapai pada tahap stationer dinamakan hasil atau keuntungan.
Tahap kematian; Pada tahap kematian dan sebab-sebab kematian sel bakteri dalam larutan
biak normal masih kurang diteliti. Ada kemungkinan bahwa sel-sel dihancurkan oleh pengaruh
enzim asal sel sendiri (otolisis)

Pertumbuhan bakteri dalam biak sinambung tidak akan mengikuti kurva pertumbuhan. Dalam
pertumbuhan bakteri ini terdapat prosedur yang menjadi dasar biak sinambung yang
dilakukan dalam kemostat dan turbidostat
1. Pertumbuhan dalam kemostat
Kemostat terdiri dari bejana biak yang dimasuki larutan biak dari bejana persediaan dengan
kecepatan aliran tetap. Diusahakan dalam bejana biak terdapat pemasokan O2 secara
optimum dan supaya selekas mungkin terjadi distribusi merata dari nutrien yang dialirkan
masuk sebagai larutan biak. Kecepatan pertambahan dinyatakan sebagai x = dx/dt dan
kerapatan bakteri meningkat dengan x = x0 e /t. Biak dalam kemostat dikendalikan subtrat.
Stabilitas sistem ini berlandaskan keterbatasan kecepatan tumbuh oleh konsentrasi subtrat
yang diperlukan pertumbuhan (donor H, sumber N, Sumber S, atau sumber P).
2. Pertumbuhan dalam turbidostat
Sistem ini didasarkan pada kerapatan bakteri tertentu atau kekeruhan tertentu yang
dipertahankan konstan. Ada perbedaan mendasar antara biak statik klasik dengan biak
sinambung dalam kemostat biak static harus dilihat sebagai sistem tertutup (boleh
disamakan dengan organisme sial, tahap stationer dan tahap kematian. Kalau pada biak
sinambung merupakan sistem terbuka yang mengupayakan keseimbangan aliran untuk
organisme selalu terdapat kondisi lingkungan yang sama.
Dalam pertumbuhan sinkron akan terjadi sinkronisasi pembelahan sel. Hal ini dimaksudkan
agar proses metabolisme siklus pembelahan bakteri dapat dipelajari disperlukan suspensi sel
yang mengalami pembelahan sel dalam waktu sama yaitu sinkron. Sinkronisasi populasi sel
dapat dicapai dengan berbagai tindakan buatan antara lain dengan merubah suhu
rangsangan cahaya, pembatasan nutrien atau menyaring untuk memperoleh sel-sel yang
sama ukurannya. Sinkronisasi pertumbuhan ini juga dimaksudkan untuk menyediakan stater
dengan usia yang sama.
4.3 Fase-Fase Pertumbuhan Mikroorganisme
Secara umum fase-fase pertumbuhan mikroorganisme adalah sebagai berikut.
1. Fase lag (fase masa persiapan, fase adaptasi, adaptation phase)
Pada fase ini laju pertumbuhan belum memperlihatkan pertumbuhan ekponensial, tetapi
dalam tahap masa persiapan. Hal ini tergantung dari kondisi permulaan, apabila
mikroorganisme yang ditanami pada substrat atau medium yang sesuai, maka pertumbuhan
akan terjadi. Namun sebaliknya apabila diinokulasikan mikroorganisme yang sudah tua
meskipun makanannya cocok, maka pertumbuhannya mikroorganisme ini membutuhkan
masa persiapan atau fase lag. Waktu yang diperlukan pada fase ini digunakan untuk
mensintesa enzim. Sehingga mencapai konsentrasi yang cukup untuk melaksanakan
pertumbuhan ekponensial. Fase ini berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari,
tergantung dari jenis mikroorganisme serta lingkungan yang hidup.
Selama fase ini perubahan bentuk dan pertumbuhan jumlah individu tidak secara nyata

terlihat. Karena fase ini dapat juga dinamakan sebagai fase adaptasi (penyesuaian) ataupun
fase-pengaturan jasad untuk suatu aktivitas didalam lingkungan yang mungkin baru.
Sehingga grafik selama fase ini umumnya mendatar.
Kalau G ( = waktu generasi rata-rata ) sama dengan t ( = waktu yang dibutuhkan dari jumlah
a menjadi b ) dibagi oleh a ( = jumlah keturunan ) sehingga:
G=t/n
=

0,301

log10a -log10b
2. Fase tumbuh dipercepat (fase logaritme, fase eksponensial, logaritma phase)
Pada setiap akhir persiapan sel mikroorganisme akan membelah diri.masa ini disebut masa
pertumbuhan, yang setiap selnya tidak sama dalam waktu masa persiapan.Sehingga secara
berangsur-angsur kenaikan jumlah populasi sel mikroorganisme ini mencapai masa akhir fase
pertumbuhan mikroorganisme.
Setelah setiap individu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru selama fase lag, maka
mulailah mengadakan perubahan bentuk dan meningkatkan jumlah individu sel sehingga
kurva meningkat dengan tajam (menanjak). Peningkatan ini harus diimbangi dengan banyak
faktor, antara lain:
Faktor biologis, yaitu bentuk dan sifat jasad terhadap lingkungan yang ada, serta assosiasi
kehidupan di antara jasad yang ada kalau jumlah jenis lebih dari sebuah.
Faktor non-biologis, antara lain kandungan sumber nutrien di dalam media, temperatur, kadar
oksigen, cahaya, dan lain sebagainya.
Kalau faktor-faktor di atas optimal, maka peningkatan kurva akan nampak tajam seperti
gambar. Pada fase ini pertumbuhan secara teratur telah tercapai. Maka pertumbuhan secara
ekponensial akan tercapai. Pada fase ini menunjukkan kemampuan mikroorganisme
berkembang biak secara maksimal. Setiap sel mempunyai kemampuan hidup dan
berkembang biak secara tepat. Fase pengurangan pertumbuhan akan terlihat berupa keadaan
puncak dari fase logaritmik sebelum mencapai fase stasioner, dimana penambahan jumlah
individu mulai berkurang atau menurun yang di sebabkan oleh banyak faktor, antara lain
berkurangnya sumber nutrien di dalam media tercapainya jumlah kejenuhan pertumbuhan
jasad. Fase tumbuh reda akan terlihat dimana fase logaritma mencapai puncaknya, maka zatzat makanan yang diproduksi oleh setiap sel mikroorganisme akan mengakibatkan
pertumbuhan mikroorganisme, sehingga pada masa pertumbuhan ini reda atau dikatakan
sebagai fase tumbuh reda.
3. Fase stasioner
Pengurangan sumber nutrien serta faktor faktor yang terkandung di dalam jasadnya sendiri,
maka sampailah puncak aktivitas pertumbuhan kepada titik yang tidak bisa dilampaui lagi,
sehingga selama fase ini, gambaran grafik seakan mendatar. Populasi jasad hidup di dalam
keadaan yang maksimal stasioner yang konstan.

4. Fase kematian
Fase ini diawali setelah jumlah mikroorganisme yang di hasilkan mencapai jumlah yang
konstan, sehingga jumlah akhir mikroorganisme tetap maksimum pada masa tertentu.
Setelah masa dilampaui, maka secara perlahan-lahan jumlah sel yang mati melebihi jumlah
sel yang hidup. Fase ini disebut fase kematian dipercepat. Fase kematian dipercepat
mengalami penurunan jumlah sel, karena jumlah sel mikroorganisme mati. Namun penurunan
jumlah sel tidak mencapai nol, sebab sebagian kecil sel yang mampu beradaptasi dan tetap
hidup dalam beberapa saat waktu tertentu. Pada fase ini merupakan akhir dari suatu kurva
dimana jumlah individu secara tajam akan menurun sehingga grafik tampaknya akan kembali
ke titik awal lagi.
Gambaran pertumbuhan mikroorganisme seringkali tidak sesuai seperti yang sudah
diterangkan kalau faktor-faktor lingkungan yang menyertainya tidak memenuhi persyaratan.
Beberapa penyimpangan yang sering terjadi pada gambaran kurva tersebut dapat
diterangkan sebagai berikut :
Pengaruh lingkungan terhadap kurva pertumbuhan
1. Kurva A : Menunjukkan terdapatnya fase lag yang cukup lama sebelum mikroorganisme
dapat tumbuh dan bertambah.
2. Kurva B : Menunjukkan tidak adanya fase lag, karena begitu ditanamkan, maka
pertumbuhan mikroorganisme dapat langsung ke fase logaritmik atau fase eksponensial
pertumbuhan.
3. Kurva C : Menunjukkan fase lag yang panjang atau lama serta tidak dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya yang baru (mati).
4. Kurva D : adalah gambaran suatu kurva pertumbuahan mikroorganisme yang secara
kontinu terus menerus diberi tambahan sumber nutrient, sehingga ada kesinambungan
pertumbuhan walau makin lama mengarah kepada penurunan.
4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme
A. Faktor alam
1. Temparatur
Umumnya batas daerah temperatur bagi kehidupan mikroorganisme terletak antara 0-90oC.
Temperatur minimum adalah suhu paling rendah dimana kegiatan mikroorganisme masih
dapat berlangsung. Temperatur maksimum adalah temperatur tertinggi yang masih dapat
digunakan untuk aktifitas mikroorganisme, tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologis paling
minimal. Sedang temparatur yang paling baik bagi aktivitas hidup disebut temperatur
optimum.
Berdasarkan pada daerah aktivitas temperatur, mikroorganisme dapat dibagi menjadi tiga
golongan utama yaitu:
Tabel 4. 4 Daerah aktivitas temperatur mikroorganisme
Suhu Pertumbuhan

Golongan

Minimum

Optimum
10o-15oC

Maksimum

Psychrophil

0oC

30oC

Mesophil

15o-25oC

25o-37oC

40o-55oC

Thermophil

24o-45oC

50o-60oC

60o-90oC

Bakteri-bakteri patogen pada manusia termasuk bakteri Mesophil. Suhu optimumnya sama
dengan suhu tubuh manusia ( 37oC ). Titik kematian termal suatu jenis mikroorganisme ialah
nilai temparatur yang dapat mematikan jenis tersebut didalam waktu 10 menit pada kondisi
tertentu. Sedang waktu kematian termal adalah waktu yang diperlukan untuk membunuh
suatu jenis mikroorganisme pada suatu temperatur yang tetap. Kedua istilah tersebut
mempunyai arti yang penting di dalam praktek, terutama di dalam industri pengawetan
bahan makanan dan obat-obatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik kematian termal
antara lain: waktu, temperature, kelembaban, bentuk dan jenis spora, umur mikroorganisme,
pH dan komposisi medium.
Komposisi medium juga mempengaruhi kepekaan bakteri terhadap pemanasan. Adanya
partikel atau benda padat dan senyawa tertentu di dalam medium akan menaikkan resistensi
( ketahanan ) mikroorganisme terhadap panas, sebab penetrasi panas kedalam medium
terhalang oleh adanya benda atau zat tadi. Temparatur rendah menyebabkan gangguan pada
metabolisme, jenisnya tergantung pada temparatur dan cara perlakuanya. Kematian
mikroorganisme pada temperatur rendah disebabkan oleh terjadinya perubahan keadaan
koloid protoplasma yang tidak reversible. Penurunan temperature yang tiba-tiba di atas titik
beku dapat menyebabkan kematian, akan tetapi penurunan temperature secara bertingkat
hanya mengakibatkan kegiatan metabolisme untuk sementara saja. Bila suspensi bakteri
didinginkan dengan cepat dari 45oC, maka jumlah bakteri yang mati mencapai 95%, tetapi
pendinginan secara bertingkat menyebabkan jumlah kematian tersebut akan berkurang.
Kematian akibat penurunan temperatur yang tiba-tiba, mungkin karena air menjadi tidak siap
untuk kegiatan fisiologi. Misalnya pada pembekuan, mungkin terjadi kerusakan sel oleh
adanya kristal es di dalam air antar sel. Proses pendinginan di bawah titik beku dan di dalam
keadaan hampa udara secara bertingkat, banyak digunakan untuk mengawetkan biakan dan
proses tersebut disebut lyofilisasi. Hasil lyofilisasi merupakan tepung yang terdiri atas sel
yang lyofilik dan sangat mudah menarik air, juga tidak menyebabkan denaturasi protein
sebab molekul air protoplasma di dalam proses ini langsung dirubah menjadi uap air tanpa
melalui fase cair (sublimasi ).
2. Cahaya
Sebagian besar bakteri adalah chemotrophe, karena itu pertumbuhannya tidak tergantung
pada cahaya matahari. Pada beberapa spesies, cahaya matahari dapat membunuhnya karena
pengaruh sinar ultraviolet.
3.Kelembaban
Air sangat penting untuk kehidupan bakteri terutama karena bakteri hanya dapat mengambil

makanan dari luar dalam bentuk larutan (holophytis). Semua bakteri tumbuh baik pada media
yang basah dan udara yang lembab. Dan tidak dapat tumbuh pada media yang kering.
Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan
ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas 85%, sedang untuk jamur dan
aktinomiset diperlukan kelembaban yang rendah dibawah 80%. Kadar air bebas didalam
larutan merupakan nilai perbandingan antar tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air
murni, atau 1 / 100 dari kelembaban relatif. Nilai kadar air bebas didalam larutan untuk
bakteri pada umumnya terletak diantara 0,90 sampai 0,999 sedang untuk bakteri halofilik
mendekati 0,75. Banyak mikroorganisme yang tahan hidup didalam keadaan kering untuk
waktu yang lama seperti dalam bentuk spora, konidia, arthrospora, kamidiospora dan kista.
Seperti halnya dalam pembekuaan, proses pengeringan protoplasma, menyebabkan kegiatan
metabolisme terhenti. Pengeringan secara perlahan menyebabkan kerusakan sel akibat
pengaruh tekanan osmosa dan pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut.
4. pH
pH sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Umumnya asam mempunyai
pengaruh buruk terhadap pertumbuhan bakteri. Lebih baik hidup dalam suasana netral ( pH
7,0 ) atau sedikit basa ( pH 7,2-7,4), tetapi pada umumnya dapat hidup pada pH 6,6 7,5.
Bakteri-bakteri yang patogen pada manusia tumbuh baik pada pH 6,8-7,4, yaitu sama dengan
pH darah.
Batas pH untuk pertumbuhan jasad merupakan suatu gambaran dari batas pH bagi kegiatan
enzim. Untuk itu jasad dikenal nilai pH minimum, optimum, dan maksimum. Bakteri
memerlukan nilai pH antara 6,5-7,5, ragi antara 4,0-4,5, sedang jamur dan aktinomiset
tertentu mempunyai daerah pH yang luas. Atas dasar daerah-daerah pH bagi kehidupan
mikroorganisme dibedakan adanya tiga golongan besar,yaitu:
a. Mikroorganisme yang asidofilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0
b. Mikroorganisme yang mesofilik (Neutrofilik), yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH
antara 5,5-8,0
c. Mikroorganisme yang alkalifilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 8,4-9,5.
5. O2 dari udara
Untuk melangsungkan hidupnya, makhluk hidup membutuhkan O2 yang diambil dari udara
melalui pernafasan. Fungsi O2 ini sudah jelas yaitu untuk pembakaran zat-zat jaringan,
sehingga dihasilkan panas dan tenaga. Hidup dalam lingkungan yang mengandung O2 dalam
jumlah yang normal disebut hidup secara aerob. Organisme yang tidak hidup dalam
lingkungan yang mengandung O2 bebas disebut
organisme anaerob. Berdasarkan responnya terhadap O2 bebas, maka bakteri dibagi dalam
tiga golongan yaitu :
Bakteri aerob ( obligate aerob )
Yaitu bakteri yang hanya hidup dalam lingkungan yang mengandung O2 bebas. Misalnya :

Vibroiro cholera, Corynebacterium diphtheriea


Bakteri anaerob ( obligate anaerob )
Yaitu bakteri yang hanya dapat hidup di dalam lingkungan yang tidak mengandung oksigen
bebas. Misal: Clostridium tetani,Treptonema pallida.
Fakultatif aerob
Yaitu bakteri yang hidup di dalam lingkungan yang mengandung oksigen bebas maupun
tidak. Misal : Salmonella typhi, Neisseria mengitidis. Bakteri-bakteri fakultatif aerob pada
umumnya lebih baik tumbuh pada pada lingkungan yang sedikit mengandung oksigen bebas.
Karena itu lebih tepat bila dinamakan bakteri microaerophil.
6. Tekanan osmotik
Air keluar masuk sel bakteri melalui proses osmosis, karena perbedaan tekanan osmotik
antara cairan yang ada di dalam dengan sel yang ada di luar bakteri.Protoplasma selalu
mengandung zat yang terlarut di dalamnya, karena itu tekanan osmotiknya selalu tinggi dari
air murni. Bila bakteri dimasukkan dalam aquades, maka air akan masuk ke dalam sel bakteri.
Hal ini menyebabkan bakteri menggembung, mungkin pecah dan mati. Peristiwa ini disebut
Plasmoptysis.
Sebaliknya bila bakteri dimasukkan ke dalam cairan hipertonis akan menyebabkan plasma
dari dinding sel dan kematian bakteri. Peristiwa ini disebut Plasmolisa.
Pada umumnya larutan hipertonis menghambat pertumbuhan, karena dapat menyebabkan
plasmolisa. Tekanan osmosa tinggi banyak digunakan di dalam praktek untuk pengawetan
bahan-bahan makanan, seperti pengawetan ikan dengan penambahan garam, untuk
pengawetan buah-buahan dengan penambahan gula. Beberapa mikroorganisme dapat
menyesuaikan diri terhadap kadar garam atau kadar gula yang tinggi, antara lain ragi yang
osmofil (dapat tumbuh pada kadar garam tinggi), bahkan beberapa mikroorganisme dapat
tahan di dalam substrat dengan kadar garam sampai 30%,golongan ini bersifat halodurik.
7. Pengaruh mikroorganisme di sekitarnya
Kehidupan organisme di alam tidak dapat dipisahkan dari adanya organisme lain. Seperti
halnya manusia tidak dapat hidup bila tidak ada tumbuhan atau hewan. Organismeorganisme di alam ini berada dalam suatu keseimbangan yang disebut keseimbangan
biologis.
B. Faktor kimia
Mengubah permeabilitas membran sitoplasma sehingga lalu lintas zat-zat yang keluar masuk
sel mikroorganisme menjadi kacau.
Oksidasi,beberapa oksidator kuat dapat mengoksidasi unsur sel tertentu sehingga fungsi
unsur terganggu. Misal, mengoksidasi suatu enzim.
Terjadinya ikatan kimia, ion-ion logam tertentu dapat megikatkan diri pada beberapa enzim.
Sehigga fungsi enzim terganngu.
Memblokir beberapa reaksi kimia,misal preparat zulfat memblokir sintesa folic acid di dalam

sel mikroorganisme.
Hidrolisa, asam atau basa kuat dapat menghidrolisakan struktur sel hingga hancur.
Mengubah sifat koloidal protoplasma sehingga menggumpal dan selnya mati.
Faktor zat kimia yang mempengaruhi pertumbuhan:
Logam-logam berat

Klor dan senyawa klor

Fenol dan senyawa-senyawa sejenis


Alkohol

Detergen

Aldehit

Zat pewarna

Yodium

Zulfonomida

Peroksida

4.5 Media biak dan persyaratan bagi pertumbuhan


Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme diperlukan suatu substrat
yang disebut media. Dikarenakan dengan media yang cocok, maka pertumbuhan
mikroorganisme akan maksimal, subur dan cepat. Media biak (larutan biak) dapat di buat dari
senyawa-senyawa tertentu.
Media biak dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu:
Media biak sintetik : media ini dibuat dari senyawa senyawa kimia.
Media biak kompleks, media ini dibuat dari senyawa yang mengandung ektrak ragi, otolitas
ragi, pepton dan ekstrak daging.
Media biak padat, media ini dibuat dari larutan biak cair kemudian ditambahkan bahan
pemadat yang memberi konsistensi seperti selai pada larutan air.
Salah satu syarat untuk pertumbuhan mikroorganisme adalah kadar ion hidrogen yang ada
dilingkungannya. Perubahan kadar yang kecil saja sudah mampu menimbulkan pengaruh
yang besar. Alasan inilah yang amat penting untuk menggunakan nilai pH awal yang optimum
dan mempertahankannya sepanjang pertumbuhan. Organisme hidup paling baik pada pH 7.
selain kadar ion hydrogen, dibutuhkan juga karbondioksida dan kadar air, suhu dan tekanan
osmatik. Pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari bahan-bahan makanan.
Pada dasarnya larutan biak sekurang-kurangnya harus mengandung sebagai berikut :
Kebutuhan nutrien pokok. Diantaranya karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, belerang, fosfat,
kalium, magnesium dan besi.
. Sumber-sumber karbon dan energi.
Zat-zat pelengkap, yaitu suplemen yang termasuk komponen dasar dan yang oleh beberapa
mikroorganisme tidak dapat disintesis dari komponen-komponen sederhana.
Dalam upaya mendukung pertumbuhan mikroorganisme secara berkelanjutan dapat
dilakukan dengan menyediakan media yang dikayakan. Kondisi pengkayaan adalah kondisi
dimana organisme dapat tetap tumbuh dengan kehadiran saingan dengan menetapkan
sejumlah faktor (sumber energi, sumber karbon dan sumber nitrogen akseptor hidrogen dan
atmosfir gas, cahaya, suhu, pH dan selanjutnya) dapat ditetapkan kondisi lingkungan tertentu
dan dapat ditanamkan populasi campur yang terdapat dalam tanah atau dalam lumpur.

Bahan-bahan penanaman yang menguntungkan ialah bahan-bahan yang berasal dari tempat
dimana telah terjadi pengkayaan alamiah seperti : mikroorganisme pengolah CO dalam
limbah air pabrik gas, pengolah hemoglobin dalam limbah pajagalan dan oksidator
hidrokarbon di ladang minyak bumi dan bak minyak.
Untuk mikroorganisme yang sangat terspesialisasi harus dibuat kondisi pengkayaan yang
sangat selektif. Medium mineral yang bebas nitrogen terikat dan tanpa cahaya merupakan
medium yang amat selektif untuk sianobakteri yang memfiksasi nitrogen. Bila larutan
medium yang sama dilengkapi dengan suatu sumber energi atau sumber energi dan sumber
karbon maka pada keadaan gelap dan pada kondisi aerob dan tumbuh Azotobacter dan kalau
Biak Murni.
Untuk menumbuhkan dan mengembang-biakan mikroorganisme, diperlukan suatu substrat
yang disebut media. Sedang media itu sendiri sebelum dipergunakan harus dalam keadaan
steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme lain yang tidak diharapkan. Susunan
bahan, baik berbentuk bahan alami (seperti tauge, kentang, daging, telur, wortel), ataupun
bahan buatan (berbentuk senyawa kimia organik ataupun anorganik) yang dipergunakan
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme dinamakan media. Secara garis
besar media dibedakan atas :
1. Media hidup
Media hidup umumnya dipakai dalam laboratorium virology untuk pembiakan berbagai virus,
sedangkan dalam bakterologi hanya beberapa
jenis kuman tertentu saja dan terutama hewan percobaan.
2. Media mati
Berdasarkan konsentrasinya
Media padat, terbagi media agar miring, agar deep dan agar sebar. Media ini umumnya
dipergunakan untuk bakteri, ragi, jamur.
. Media cair, jika media tidak ditambahkan zat pemadat, biasanya media cair dipergunakan
untuk pembiakan mikroalga, bakteri dan ragi.
Media semi padat atau semi cair, jika penambahan zat pemadat hanya 50% atau kurang dari
yang seharusnya. Ini umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme yang banyak
memerlukan kandungan air dan hidup anaerobik atau fakultatif.
Berdasarkan komposisi atau susunan bahannya Sesuai dengan fungsi fisiologis dari masingmasing komponen ( unsure hara ) yang terdapat di dalam media, maka susunan media pada
semua jenis mempunyai kesamaan isi, yaitu:
a. Kandungan air
b. Kandungan nitrogen, baik berasal dari protein, asam amino, dan senyawa lain yang
mengandung nitrogen.
c. Kandungan sumber energi / unsur C, baik yang berasal dari karbohidrat, lemak,protein,
ataupun senyawa-senyawa lain.

d. Faktor pertumbuhan, umumnya vitamin dan asam amino.


Berdasarkan kepada persyaratan,susunan media dapat berbentuk:
a. Media alami, yaitu media yang disusun oleh bahan-bahan alami seperti kentang, tepung,
daging, telur, ikan, umbi-umbian.
b. Media sintetis, yaitu media yang disusun oleh senyawa kimia seperti media untuk
pertumbuhan dan perkembang-biakan bakteri clostridium.
c. Media semi sintetis, yaitu media yang tersusun oleh campuran bahanbahan alami dan
bahan-bahan sintetis.
Berdasarkan sifat Penggunaan media bukan hanya untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme, tetapi juga untuk isolasi, seleksi,evaluasi, dan
diferensiasi biakan yang didapatkan berdasarkan sifat-sifat media, yaitu:
Media umum, kalau media a dapat dipergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
satu atau lebih kelompok mikroorganisme secara umum.
Media penyangga, kalau media dipergunakan dengan maksud memberikan kesempatan
terhadap suatu jenis atau kelompok mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang lebih
cepat dari jenis atau kelompok lainnya yang sama-sama berada dalam satu bahan.
Media selektif, adalah media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau lebih jenis
mikroorganisme tertentu tetapi akan menghambat atau mematikan untuk jenis jenis lainnya.
Media diferensial, adalah media yang dipergunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme
tertentu serta penemuan sifatsifatnya.
Media penguji, yaitu media yang digunakan untuk pengujian senyawa atau benda tertentu
dengan bantuan mikroorganisme.
Media penghitungan, yaitu media yang digunakan untuk menghitungn jumlah
mikroorganisme pada suatu bahan. Media ini dapat berbentuk media umum, media selektif
ataupun media differensial dan penguji.
Agar mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam media diperlukan
persyaratan tertentu, yaitu:
Bahwa di dalam media harus terkandung semua unsur hara yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme.
Bahwa media harus dalam keadaan steril.
4.6 Reproduksi Mikroorganisme sebagai Komponen Pertumbuhan Mikroorganisme
Pertumbuhan mikroorganisme ditentukan pula oleh kemampuan dalam mereproduksi sel.
Perkembangbiakan mikroorganisme dapat terjadi secara aseksual (yang paling umum) dan
secara seksual (terjadi pada beberapa individu saja). Pada bakteri misalnya, perkembangbiakan secara aseksual terjadi secara pembelahan biner, yaitu sel induk membelah menjadi
dua selanak. Kemudian masing-masing sel anak akan membentuk dua sel anak lagi, dan
seterusnya hingga makin membanyak. Selama sel membelah maka akan terjadi keselarasan
replikasi DNA sehingga tiap-tiap sel anak akan menerima paling sedikit satu kopi (salinan)

dari genom.
Perbanyakan sel dengan cara pembelahan ini, kecepatannya ditentukan oleh
waktu generasi.Ada jenis yang mempunyai waktu generasi lambat atau lambat sekali. Ada
pula yang waktu generasinya sangat singkat atau cepat.
Tabel 4.5 Waktu generasi mikroorganisme
Kelompok Jenis
Mikroorganisme

Waktu Generasi ( Jam )

Bakteri heterotrofik:
Bacillus megatarium

0,58

Escherichia coli

0,28

Rhizobium meliloti

1,80

Treponema pallidum

34,0

Bakteri fotosintetik:
Chloropseupdomonas
Ethylicum

7,0
2,4

Rhodopseudomonas spheroids

5,0

Rhodospirillum rubrum
Ragi:
Saccharomyces cerevisiae

2,0

Bakteri memang mempunyai cara-cara perkembang-biakan aseksual yang unik kalau


dibandingkan dengan mikroorganisme lainnya. Juga didalam kecepatan perbanyakan dan
waktu generas, tetapi pembelahan sel mikroorganisme tidak saja terjadi hanya secara biner
sajamungkin pula dapat berbentuk multiple perkuncupan.
Ragi, seperti ragi untuk membuat kue atau roti Saccharomyces cerevisiae pembelahan ada
yang seperti bakteri (dari satu sel menjadi dua dst.) tetapi ada pula yang membentuk kuncup,
dimana tiap kuncup akan membesar seperti induknya. Kemudian tumbuh kuncup baru dan
seterusnya sehingga akhirnya membentuk semacam mata rantai.
Virus tumbuh dan berkembang-biak di dalan sel hidup jasad lain, perbanyakan individunya
terjadi secara pembelahan atau replikasi DNA(gambar 47) Perkembang-biakan aseksual dapat
juga terjadi secara fragmentasi, yaitu pemotongan serat atau hifa atau filamen. Misal yang
terjadi pada jamur atau mikroalge. Filamen yang terpotong menjadi beberapa bagian, tiap
potongannya akan tumbuh dan berkembang pula seperti induknya. Perkembang-biakan
aseksual yang paling umum lagi adalah melalui spora. Spora yang dapat diumpamakan
seperti biji tanaman tinggi, dihasilkan dalam berbagai bentuk mikroorganisme. Untuk bakteri,
spora terbentuk didalam sel, sehingga dinamakan endospora. Sedang untuk jamur misalnya,
spora terbentuk diluar tubuh jasadnya, sehingga dinamakan
eksospora. Kalau spora jatuh ke tempat yang lembab maka ia akan berkecambah dan tumbuh

menjadi individu baru. Perkembang biakan secara seksual, umumnya terjadi pada jamur dan
mikro alga serta secara terbatas pada bacteria, dapat terjadi secara :
1. Oogami, kalau sel betina berbentuk telur.
2. Secara anisogami, kalau sel betina lebih besar dari sel jantan.
3. Isogami, kalau sel jantan dan sel betina mempunyai bentuk yang sama.
Hasil perkawinan (fertilisasi) akan membentuk zigot (sel betina atau sel telur yang telah di
buahi oleh sel jantan atau sel sperma), yang kemudian zigot akan berkecambah membentuk
individu baru setelah mengalami pembelahan. Rangkaian kehidupan mikroorganisme yang
dimulai dari spora, spora berkecambah, membentuk massa sel ataupun tubuh buah kemudian
menghasilkan alat perkembang biakan kembali, disebut siklus atau daur hidup. Pada bacteria
siklus hidup kurang jelas rangkaianya, berbeda pada jamur dan mikro alga. Pada jamur
kompos (Agaricus bisporus), yaitu jenis jamur yang sudah dibudidayakan dan bernilai
ekonomi dengan nama mushroom atau champignon, siklus hidupnya sangat jelas mulai dari
spora yang berkecambah, membentuk massa hifa atau misellia, membentuk tubuh buah
stadia awal sampai membentuk tubuh buah yang nyata terlihat. Juga pada alga hijau
(Chlamydomonas) jenis alag yang banyak kita temukan pada bak aquarium ataupun pada
kolam ikan, serta pada protozoa (Trypanosoma gambiense) penyebab penyakit tidur yang
ditularkan melalui lalat tsese.
Di dalam siklus hidup, tahapan yang terjadi sejak spora berkecambah sampai menghasilkan
kembali alat perkembang biakan, akan di lalui tingkat perkembang biakan secara seksual
ataupun aseksual sesuai dengan sifat mikroorganisme. Faktor faktor yang mempengaruhi,
khususnya factor lingkungan abiotik seperti :
1. Kelengkapan unsur yang terdapat di dalam media
2. pH media
3. Kadar air media

5. Cahaya

6. Sirkulasi oksigens
7. Kelembaban

4. Temperatur
A. Bakteri
Pada umumnya bakteri berkembang biak secara aseksual atau vegetatif yaitu dengan cara
membelah diri. Pada kondisi lingkungan yang memungkinkan, bakteri akan membelah diri
dengan cepat. Pembelahan terjadi setiap 15-20 menit. Sehingga dalam waktu kurang lebih 78 jam bakteri sudah menjadi jutaan.
Proses pembelahan diri dibagi menjadi tiga fase,yaitu:
1.

Fase pertama, dimana sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus pada

arah memanjang.
2.

Sekat tersebut diukuti oleh suatu dinding melintang. Dinding melintang ini tidak selalu

merupakan penyekat yang sempurna,ditengah-tengah sering ketinggalan suatu lubang kecil,


dimana protoplasma kedua sel baru masih tetap berhubung-hubungan. Hubungan
protoplasma ini disebut plasmodesmida.

3.

Fase terakhir ialah terpisahnya kedua sel. Ada bakteri yang segera berpisah, yaitu yang

satu terlepas sama sekali dari pada yang lain, setelah dinding melintang menyekat secara
sempurna. Bakteri yang semacam ini merupakan koloni yang merata, jika dipiara pada
medium yang padat. Sebaliknya, bakteri-bakteri yang dindingnya lebih kokoh tetap
bergandeng-gandengan setelah pembelahan. Bakteri macam ini merupakan koloni yang kasar
permukaannya.
B. Jamur
Perkembangbiakan jamur ditemukan dua macam,yaitu: aseksul dan seksual.
1. Secara aseksual
Dengan cara membelah diri atau bertunas, dilakukan oleh jamur yang bersel satu. Tunas yang
dihasilkan disebut blastospora.
Dengan fragmentasi, berupa potongan misselium atau hifa.
Dengan pembentukan konidia,yaitu ujung-ujung hifa tertentu membagi-bagi diri membentuk :
bentuk-bentuk yang bulat ( konidiospora ) atau serupa telur (oidiospora)
bentuk empat persegi panjang ( artispora )
spora yang berdinding tebal,disebut klamidospora
2. Secara seksual
Perkembangbiakan secara seksual memerlukan 2 jenis jamur yang cocok. Untuk kecocokan
ini diberikan tanda + dan Proses perkawinannya terdiri atas persatuan 2 protoplas
( plasmogami ) kemudian diikuti persatuan inti ( kariogami ). Jamur ada yang menghasilkan
alat kelamin jantan saja atau hanya alat kelamin betina saja,sehingga jamur yang seperti ini
disebut jamur berumah dua (diesi).jamur yang dapat menghasilkan alat kelamin jantan dan
alat kelamin betina disebut hermaprodit atu disebut berumah satu (monoesi).
Alat kelamin disebut gametangium.gametangium menghasilkan se l kelamin jantan disebut
anteridium, sedangkan gametangium yang menghasilkan sel kelamin betina disebut
oogonium. Gamet jantan dan betina yang tidak dapat dibedakan disebut isogamet. Jika jelas
berbeda disebut anisogamet yang berciri besar dan kecil,atau heterogamet (bila beda jenis
kelamin). Pada jamur tingkat rendah dijumpai gamet gamet yang dapat bergerak
(planogamet). Sel telur adalah suatu aplanogamet, sedangkan anterozoida adalah
planogamet.
Cara bersatunya dua sel yang berlainan jenis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Persatuan planogamet
Merupakan persatuan 2 gamet yang dapat bergerak, untuk itu disebut planogametogami.
Kalau persatuan terjadi antara dua gamet yang berbeda ukuran, atau planogamet yang satu
dapat bergerak sedang yang lain tidak, maka persatuan itu disebut anisogametogami.
b. Kontak antara gametangium
Pada spesies jamur yang tidak menghasilkan sel kelamin, plasmogami dapat terjadi langsung

antara dua gametangium yang kompatiabel, sedang masing-masing gametangium selama


plasmogami terjadi tidak mengalami perubahan. Lewat suatu lubang atau saluran kecil yang
terjadi antara kedua gametangium yang mengadakan kontak. Mengalirlah inti atau inti-inti
dari anteridium ke oogonium.
c. Persatuan antara gametangium dengan gametangiogami
Pada gametangiogami terjadi perpindahan seluruh isi anteridium ke oogonium,dalam hal ini
ada dua cara : Pertama, antara anteridium dan oogonium terbentuk lubang atau saluran,
sehingga seluruh protoplast dari anteridium pindah ke oogonium lewat lubang atau saluran
tersebut. Kedua, gametangium luluh menjadi satu tubuh baru.
1) Spermatisasi
Beberapa jamur tingkat tinggi menghasilkan semacam konidia kecil berinti satu disebut
spermatia.spermatia dapat dibawa angin, air, serangga yang berguna untuk membuahi
gametangium betina.
2) Somatogami
Pada jamur tingkat tinggi tertentu tidak terdapat alat kelamin maupun sel kelamin dan
persatuan antara protoplas antara dua jenis yang kompatibel dapat berlangsung dari setiap
hifa dari jenis yang satu dengan hifa jenis yang lainnya. Somatogami terdiri dari peristiwa.
a) Terjadinya inti diploid dalam miselium yang heterokariotik
b) Pembiakan inti diploid, bersama-sama dengan pembiakan inti-inti haploid dalam miselium
yang heterokariotik
c) Terjadi pemisahan inti haploid hingga terkurung dalam sel yang homo kariotik, kemudian
tumbuh menjadi miselium baru.
d) Terjadinya meiosis dan mitosis yang mengakibatkan adanya inti- inti haploid lagi.

11/08/2010 Posted by Anthony Zaif | MIKROBIOLOGI | 2 Komentar

SEJARAH PERKEMBANGAN MIKROBIOLOGI


OLEH: DR.H.M. AGUS KRISNO BUDIYANTO, M.KES
DOSEN PENDIDIKAN BIOLOGI UMM
SEJARAH

PERKEMBANGAN

MIKROBIOLOGI

1.1.

Pendahuluan

Mikrobiologi merupakan suatu istilah luas yang berarti studi tentang organisme hidup yang
terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata terlanjang. Dalam bahasa Yunani Mikrobiologi
diartikan mikros yang berarti kecil, bios yang artinya hidup dan logos yang artinya kata atau
ilmu. Dalam konteks pembagian ilmu modern, Mikrobiologi mencakup studi tentang bakteri
(bakteriologi),

jamur

(mikologi),

dan

virus

(virologi).

Di Indonesia sendiri, dunia mikrobiologi saat ini telah berkembang pesat dan mempunyai
perhimpunan sendiri yakni Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia (PERMI) adalah suatu
organisasi profesi ilmiah dalam bidang mikrobiologi yang beranggotakan ilmuwan, pakar dan
teknisi yang mempunyai keahlian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi bidang mikrobiologi
serta

ilmuwan

lain

yang

berminat

dalam

bidang

mikrobiologi.

Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme. Mikroorganisme itu sangat kecil,
biasanya bersel tunggal, secara individual tidak Dapat dilihat dengan mata telanjang.
Mikroorganisme hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Walaupun beberapa
pengaruh mikroorganisme telah diketahui dan juga telah dimanfaatkan selama ribuan tahun,
tetapi baru 300 tahun yang lalu organisme- organisme mikroskopik terlihat dan dipelajari
pertama

kali.

Antonie Van Leeuwenhoek (1632-1723) ialah orang yang pertama kali mengetahui adanya
dunia mikroorganisme itu. Pada tahun 1675 Antonie, membuat mikroskop dengan kualitas
lensa yang cukup baik, sehingga dia bisa mengamati mikroorganisme yang terdapat pada air
hujan yang menggenang dan air jambangan bunga. Dari air hujan yang menggenang di
kubangan-kubangan dan dari air jambangan bunga, ia peroleh beraneka hewan bersel satu
dengan menggunakan mikroskop buatan yang diperbesar hingga 300 kali. Ia tertarik dengan
banyaknya benda-benda kecil yang dapat bergerak yang tidak terlihat dengan mata biasa. Ia
menyebut benda-benda bergerak tadi dengan animalcule yang menurutnya merupakan
hewan-hewan yang sangat kecil. Selain itu ia juga menemukan adanya Hewan bersel satu ini
kemudian diberi nama Infusoria atau hewan tuangan. Penemuan ini membuatnya lebih
antusias dalam mengamati benda-benda tadi dengan lebih meningkatkan mikroskopnya. Hal
ini dilakukan dengan menumbuk lebih banyak lensa dan memasangnya di lempengan perak.
Akhirnya Leewenhoek membuat 250 mikroskop yang mampu memperbesar 200- 300 kali.
Leewenhoek mencatat dengan teliti hasil pengamatannya tersebut dan mengirimkannya ke
British Royal Society. Salah satu isi suratnya yang pertama pada tanggal 7 September 1674 ia
menggambarkan adanya hewan yang sangat kecil yang sekarang dikenal dengan protozoa.
Antara tahun 1963-1723 ia menulis lebih dari 300 surat yang melaporkan berbagai hasil
pengamatannya. Salah satu diantaranya adalah bentuk batang, coccus maupun spiral yang
sekarang dikenal dengan bakteri. Pentingnya penemuan tersebut tidak dihargai pada saat itu
terlebih lagi Penemuan Leewenhoek tentang animalcules menjadi perdebatan darimana asal
animalcules tersebut. Ada dua pendapat yang muncul, satu mengatakan animalcules ada
karena proses pembusukan tanaman atau hewan, melalui fermentasi misalnya. Pendapat ini
mendukung terori yang mengatakan bahwa Makhluk hidup berasal dari benda mati melalui
proses abiogenesis. Konsep ini dikenal dengan ganaratio spotanea. Pendapat ini mengatakan
bahwa animalcules tadi berasal dari animalcules sebelumnya seperti halnya organismea
tingkat tinggi. Pendapat atau teori ini disebut dengan biogenesis. Mikrobiologi tidak
berkembang sampai perdebatan tersebut terselesaikan dengan dibuktikannya kebenaran

teori biogenesis. Pembuktian ini memerlukan berbagai macam eksperimen yang nampaknya
sederhana dan perlu waktu lebih dari 100 tahun.. Baru setelah hampir 200 tahun berikutnya,
seorang ahli Perancis, Louis Pasteur, Louis Pasteur (1822 1895) seorang ahli kimia yang
menaruh perhatian pada mikroorganisme, Oleh karena itu ia tertarik untuk meneliti peran
mikroba dalam industri anggur dan pembuatan alkohol dalam mempelajari proses fermentasi
dan menunjukkan bahwa mikroorganismelah penyebab rasa asam yang tidak dikehendaki
pada

beberapa

jenis

anggur.

Kenyataannya,

ada

satu

jenis

mikroorganisme yang membantu pembuatan anggur, namun ada organisme lain yang
menyebabkan rusaknya minuman anggur. Setelah gagasan ini diterima studi tentang
organisme
Antara

dengan

tahun

1674

proses
sampai

metabolisme
1683

ia

terus

menjadi
menerus

ilmu

yang

penting.

mengadakan

hubungan

dengan lembaga Royal Society di Inggris.Ia melaporkan hal-hal yang diamatinya dengan
miskroskop itu kepada lembaga tersebut. Laporan-laporan itu disertai dengan gambargambar mikroorganisme yang beraneka ragam. Atas kecermatanketelitian pengamatan
leeuwenhock nyata sekali pada gambargambar tersebut.Kemudian ia membuat sketsa
bakteri dengan bentuk bola (kokus), silindris atau bentuk batang (basillus), spiral (spirilum).
Akan tetapi arti penemuan leeuwcnhock tidak dihiraukan sebelum tahun 1800, ketika orang
belum menyadari benar bahwa mikroorganisme adalah penyebab banyak penyakit atau
menyebabkan perubahan kimia pada pahan bahan disekitar kita yang tidak terhitung
banyaknya. Dalam sejarah mikrobiologi, Leeuwenhoek dapat dipandang sebagai peletak
dasar

utama

atau

bapak

1.2

mikrobiologi.
Pembahasan

Mikrobiologi mencangkup pengetahuan tentang virus (virologi), pengetahuan tentang bakteri


(bakteriologi), pengetahuan tetang hewan bersel satu (Protozoologi), pengetahuan tentang
jamur (Mikologi), terutama yang meliputi jamur-jamur rendah seperti Phycomycetes, dan juga
Ascomycetes, serta Deuteromycetes. Lebih dari satu abad yang lalu Louis Pasteur dan
beberapa rekannya meyakinkan profesi medis bahwa sebenarnya organisme yang kecil inilah
yang menyebabkan penyakit. Informasi yang diperoleh dari mikrobiologi membawa kemajuan
besar untuk mengawasi banyaknya penyakit menular. Disamping itu mikroorganisme telah
digunakan untuk mempelajari berbagai proses biokimia yang diketahui terjadi pada bentuk
kehidupan yang lebih tinggi. Jadi banyak fakta tentang metabolisme manusia yang diketahui
oleh sekarang, mula-mula diketahui terjadi pada

bukan hanya studi tentang mikroorganisme

penyebab penyakit, tetapi merupakan studi tentang semua aktifitas hayati mikroorganisme.
1.2

Perkembangan

Studi

Mikroorganisme

Studi pengaruh dan pemanfaatan mikroorganisme, sebenarnya sudah berlangsung selama


ribuan tahun, tetapi baru 300 tahun yang lalu mikroorganisme dipelajari dan dikaji lebih
mendalam.
1.2.1

Antonie

Van

Leeuwenhoek

(1632-1723)

Antony van Leeuwenhoek (1632 1723) sebenarnya bukan peneliti atau ilmuwan yang
profesional. Profesi sebenarnya adalah sebagai wine terster di kota Delf, Belanda. Ia biasa
menggunakan kaca pembesar untuk mengamati serat-serat pada kain. Sebenarnya ia bukan
orang pertama dalam penggunaan mikroskop, tetapi rasa ingin tahunya yang besar terhadap
alam semesta menjadikannya salah seorang penemu mikrobiologi. Mikroorganisme untuk
pertama kali diketahui oleh Leeuwenhoek dengan menggunakan karya ciptaannya yaitu
mikroskop. Dengan sarana ini ia mengamati mikroorganisme dalam air hujan, air laut, bahan
pengorekan dari sela-sela gigi, campuran yang sedang berfermentasi dan berbagai bahan
lainnya, kemudian ia menamakan hewan temuan pertamanya ini hewan kecil (animalcule).
1.2..2

Teori

Generatio

Spontanea

(Abiogenesis)

dan

Biogenesis

Teori Generatio Spontanea ini dikembangkan untuk menjelaskan adanya lalat pada daging
yang membusuk. Tikus pada makanan ternak yang terurai, dan ular yang membusuk pada air
yang menggenang. Pada abad XIX, muncul isu ilmu pengetahuaan mengenai asalusul
kehidupan. Setelah ditemukannya suatu dunia organisme yang tidak tampak dengan mata
telanjang membangun minat terhadap perbedaan mengenai asalusul kehidupan yaitu dari
manakah asal jasad jasad renik ini muncul. Oleh karena itu muncullah pertentangan dari
para ahli dan ilmuwan, sehingga melahirkan dua aliran atau tokoh yaitu aliran Non Vital dan
aliran Vital. Pada zaman Aristoteles lebih dari 2000 tahun yang lalu (300 sebelum isa almasih)
muncul suatu pendapat, bahwa kehidupan berasal dari bahan atau benda mati yang
mengalami penghancuran. Konsepsi ini dikenal sebagai teori sebagai spontan atau
abiogenesis (abio,tidak hidup: genesis asal). Aristoteles berpendapat, bahwa organisme
hidup (mahluk mahluk kecil) terjadi daribenda mati. Banyak orang pada masa yang lalu tidak
sependapat bahwa mikroorganisme menjelma melalui generasi spontan, tetapi tidak sedikit
pula yang mendukung berlakunya generasi. Spontan bagi cacing, serangga,bahkan binatang
seperti tikus dan katak.Ilmuwan-ilmuwan yang juga mengamati teori Generatio Spontanea
antaralain:
1.

Francesco

Redi

Francesco Redi (1668), seorang fisikawan Italia merupakan orang pertama yang melakukan
pembantahan teori generation spontania. Dia melakukan experimen dengan memasukkan
daging ke dalam wadah yang ditutup dengan kain tipis yang berlubang halus untuk
mencegah masuknyalalat, ia membuktikan bahwa belatung tidak terjadi secara mendadak
pada daging yang membusuk. Lalatlah yang tertarik oleh daging yang membusuk, bertelur di
atas kain tipis penutup wadah. Ketiadaan belatung yang tumbuh pada daging yang
membusuk memberikan bukti yang menentukan untuk menentang perkembangan secara
mendadak.. disamping itu dia melakukan serangkaian penelitian menggunakan daging segar
yang telah dipanaskan terlebih dahulu. Redi memperhatikan bahwa ulat akan menjadi lalat
dan lalat sela ia terdapat jauh dari sisa sisa daging. Pada penelitiannya Redi menggunakan
dua kerat daging segar yang diletakkan dalam dua wadah. Wadah yang satu ditutupi kain

yang tembus udara dan yang satu tidak ditutupi. Setelah beberapa hari, pada daging tidak
tertutup mulailah keluar belatungbelatung. Sementara itu pada daging yang tertutup tidak
tumbuh belatung dari experimen itu maka Franscesco Redi menyimpulkan dan menunjukkan
bahwa ulat yang ada dalam daging busuk adalah larva yang berasal dari telur lalat, bukan
hasil dari generatio. Sehingga Tujuan dari penelitian Redi ini adalah untuk menjelaskan bahwa
setiap makhluk hidup perlu asalusul dimana ia berasal. Teori Abiogenesis juga ditentang pula
oleh Lazzaro Spallinzani.
2. John Needham (1713-1781)
Needhan (1713-1781), adalah seorang pendeta bangsa Irlandia. Selama tahun 1745-1750 ia
mengadakan eksperimeneksperimen atau percobaan dengan daging yang direbus. Ia juga
mengadakan eksperimen-eksperimen dengan berbagai rebusan padi-padian, dan lain
sebagainya. Meskipun air rebusan tersebut disimpannya rapat-rapat dalam botol tertutup,
namun timbulah mikroorganisme dengan kata lain menurutnya kehidupan dapat timbul dari
benda mati. Pendapat ini lebih dikenal sebagai teori Abiogenesis. Kemudian air tersebut
disimpannyarapat- rapat dalam botol tertutup, dan mengamati bahwa terdapat
mikroorganisme pada awal percobaan. Sehingga menyimpul bahwa jasad- jasad
(mikroorganisme) tersebut terjadi secara spontan dari daging. Dengan kata lain bahwa
adanya animalcules berasal dari air kaldu hasil. perebusan daging namun teori necdhan ini
lalu dipatahkan oleh Lazzaro Spallanzani.
3. Lazzaro Spallanzani (1729-1799)
Lazzaro Spallinzani (1729 1799), seorang biologiwan italia, dalam usahanya untuk
membantah dan membuktikan bahwa konsepsi abiogenesis yang dikemukakan oleh
Aristoteles dan Nedham itu tidak benar. Dia mengatakan bahwa perebusan dan kemudian
penutupan botolbotol berisi air rebusan yang dilakukan needham itu tidak sempurna.
Kemudian Spallanzani melakukan percobaan dengan merebus kaldu daging selama 1 jam dan
menempatkannya pada toples yang disegel/ditutup rapat dan hasilnya menunjukkan tidak
ditemukannya mikroorganisme dalam kaldu tersebut, karena dengan menutup botol tidak
memungkinkan masuknya udara (oksigen) yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan
mikroorganisme. Jadi ekperimen ini menentang teori abiogenesis. Hal ini juga tetap tidak
dapat menyakinkan Needham bahwa mikroorganisme tidaklah muncul karena generasi
spontan. Lazzaro menyimpulkan bahwa faktor yang menentukan kehidupan adalah potensi
faktor biologis. Namun Needham bersikeras dan membantah bahwa pemanasan yang oleh
Spallanzani menyebabkan bahan makan makhluk hidup rusak, dan udara atau oksigen itu
hilang karena dikeluarkan dari toples selagi percobaan pemanasan sehingga generasi
spontan mikroorganisme tidak dapat hidup dan muncul.
4. Franz Shchulze (1815-1873) dan Theodor Shcwann (1810-1882).
Hampir 100 tahun setelah percobaan Needham ada 2 peneliti Franz Shchulze (1815-1873)

dan Theodor Shcwann (1810-1882). Mereka berdua yang mencoba memecahkan kontroversi
tentang peran udara. Pada tahun 1836, Franz Schulze dengan experimennya melewatkan
larutan asam kuat ke dalam tabung tertutup yang berisi daging yang telah dimasak. Tahun
1837, Theodor Schwann mengalirkan udara melalui pipa yang dipanai ke dalam tabung
tertutup yang bersisi kaldu yang dipanasi dan membara ke dalam labu berisi kaldu daging
yang dididihkan berjam-jam lamanya. Maka baik Schultze maupun Schwann tidak
menemukan mikroorganisme di dalam kaldunya sebab mikroba telah mati oleh adanya asam
kuat maupun oleh panas. Tetapi para pendukung teori generatio spontanea berpendapat
bahwa adanya asam dan panas akan mengubah udara sehingga tidak mendukung
pertumbuhan mikroba Namun tetap saja hal ini belum meyakinkan mereka yang menyokong
konsepsi abiogenesis terhadap eksperimen kedua sarjana tersebut. Mereka mengatakan
bahwa udara yang lewat asam ataupun pipa panas itu telah mengalami perubahan
sedemikian rupa, sehingga tidak memungkinkan dan tidak mendukung timbulnya kehidupan
makhlukmakhluk baru. Sampai akhirnya tahun 1954 peneliti menyelesaikan perdebatan
tersebut dengan melakukan percobaan menggunakan tabung tertutup berisi kaldu yang telah
dipanaskan. Ke dalam tabung tersebut dimasukkan pipa yang pada sebagiannya diisi dengan
kapas dan ujungnya dibiarkan terbuka. Dengan demikian mikroba akan tersaring dan udara
tetap bisa masuk. Dengan tidak ditemukannya mikroba dalam kaldu daging tersebut
membuktikan bahwa teori generatio spontanea adalah salah.
5. H. Scroeder dan Th. Von Dusch
H. Scroeder dan Th. Von Dusch (1854) melakukan percobaan yang lebih meyakinkan dan
memantapkan. Penelitian Schwan yaitu dengan melewatkan udara melalui tabung berisi
kapas yang steril menuju ke dalam labu berisi kaldu yang sebelumnya dipanaskan. Dengan
cara ini mikroorganisme disaring keluar dari udara oleh serat-serat kapas dan dengan
demikian dicegah masuk ke dalam labu maka ia tidak mendapatkan mikroorganisme (jasad
renik) baru yang tumbuh di dalam kaldu tersebut. Dengan demikian tumbanglah teori
abiogenesis.
6. Louis Pasteur dan John Tyndall
Louis Pasteur (1822-1895), seorang ahli kimia yang mendapat pengakuan nasional tidak lama
setelah memulai karirnya ketika ia menemukan rumus bangun asam tertarat. Kemudian
Pasteur tertarik pada industri minuman anggur dan perubahan-perubahan yang terjadi
selama proses fermentasi. Melalui penelitian fermentasi gula, Pasteur mengatakan bahwa
faktor lingkungan sangat penting bagi kehidupan
mikroorganisme. Hal ini menandakan berakhirnya pertentangan konflik nonvital dan vital.
Berdasarkan hasil-hasil percobaan ilmuwan yang juga seorang biologiwan bernama Louis
Pasteur ini, dapat meyakinkan khalayak, bahwa tidak ada kehidupan baru yang dapat timbul
dari benda mati, maka muncullah teori Biogenesis yaitu Omne vivum ex ovo, omne ovum
ex vivo yang berarti semua kehidupan itu berasal dari telur, dan semua telur itu berasal

dari sesuatu yang hidup. Louis Pasteur sebenarnya seorang sarjana kimia, akan tetapi berkat
jasa-jasanya dalam bidang mikrobiologi demikian banyaknya, sehingga ia disebut seorang
pelopor mikrobiologi.
@Pernyataan Louis Pasteur tersebut, belum memberi jawaban atas pertanyaan darimana
asal bakteri?. Sesungguhnya, bahwa pertanyaan ini hingga sekarang belum terjawab,
pertanyaan ini identik dengan pertanyaandarimana asal kehidupan. Jawaban atas semua ini
bergantung pada pandangan hidup seseorang, dan dengan demikian terletak diluar bidang
ilmu pengetahuan atau science. Seorang vitalist akan menjawab berlainan dengan paham
gereja yang berlandaskan materialisme, sehingga akan menyebabkan timbulnya pemisahan
antara ilmu dengan urusan agama dimana paham vital yang mengarah pada peranan adanya
organisme dan paham non vital yang peranannya mengarah pada faktor diluar organisme.
Pada masa pasteur terdapat salah seorang penyokong yang penuh dedikasi terhadap
generasi spontan (Abiogenesis) pasteur ialah Felix Arhimede Pautcht, seorang naturalis
Perancis. Dalam tahun 1859 ia menerbitkan laporan panjang lebar untuk membuktikan
kejadiannya, tetapi ia tidak memperhitungkan sifat Louis Pasteur yang cerdik, keras kepala
dan tak kenal lelah.Karena merasa jengkel akan logika dan data Pouchet, maka Louis Pasteur
didalam tahun 1865 melakukan percobaan untuk lebih meyakinkan dan untuk mengakhiri
pertikaian itu untuk selama-selamanya. Louis Pasteur mempersiapkan larutan nutrien (kaldu)
didalam labu yang dilengkapi dengan lubang atau pipa panjang dan sempit berbentuk leher
angsa. Pasteur sendiri meyakini bahwa sebuah sel pasti berasal dari sel lainnya. Dalam
percobaannya menggunakan tabung berleher angsa, Pasteur memanaskan dengan merebus
larutan nutrien (kaldu) itu dan udara tanpa perlakuan dan tanpa disaring kemudian dibiarkan
lewat keluar masuk. Setelah sekian lama, ternyata tidak ada mikroorganisme yang tumbuh
dalam larutan itu. Pada prinsipnya udara mampu masuk ke dalam tabung, namun partikelpartikel debu yang mengandung mikroorganisme tidak mencapai larutan nutrien karena
partikel debu akan menempel dan mengendap dalam bagian lengkungan tabung leher
angsa yang berbentuk huruf V dan aliran udara demikian berkurangnya sehingga partikelpartikel debu yang mengandung mikroorganisme tidak terbawa masuk ke dalam labu. Dalam
hal ini mikroba beserta debu akan mengendap pada bagian tabung yang berbentu U sehingga
tidak akan dapat mencapai kaldu. Ia juga membawa tabung tersebut ke pegunungan Pyrenes
dan Alpen. Pasteur menemukan bahwa mikroorganime terbawa debu oleh udara dan ia
menyimpilkan bahwa semakin bersih/murni udara yang masuk ke dalam bejana, semakin
sedikit kontaminasi yang terjadi. Dari hasil experiment tersebut Pada tanggal 7 April 1864 ia
mengatakan bahwa: For I have kept them and am still keeping from them, that one thing that
is above the power of man to make; I have kept from them, the germ that float in the air, I
have kept them from life.
Salah satu argumen klasik untuk menantang buiogenesis adalh bahwa panasang digunakan
untuk mensterilkan udara atau bahan juga dianggap merusak vital force. Mereka yang

mendukung teori abiogenesis berpendapat bahwa tanpa adanya kekuatan vital force tersebut
mikroorganisma tidka dapat muncul serta spontan. Untuk merespon argumen tersebut John
Tyndall mengatakan udara dapat dengan mudah dibebaskan dari mikroorganisma dengan
cara melakukan percobaab dengan meletakkan tabung reaksi berisi kaldu steril ke dalam
kotak tertutup. Udara dari luar masuk ke dalam kotak melalui pipa yang sudah dibengkokkan
membentuk dasar U seperti spiral. Terbukti bahwa meskipun udara luar dapat masuk ke
dalam kotak yang berisi tabung dengan kaldu di dalamnya, namun tidak ditemukan adanya
mikroba. Hasil percobaan Pasteur dan Tyndall memacu diterimanya konsep biogenesis.
Di antara bukti-bukti yang paling penting ialah hasil percobaan John Tyndall pada awal tahun
1870-an, denan menciptakan sebuah kotak bebas debu, dan menempatkan tabung-tabung
berisi kaldu steril didalamnya. Selama udara dalam kotak bebas dari debu maka selama itu
pula kaldu akan mengendap dan tertahan pada tabung berleher angsa yang menuju ke dalam
kotak, sehingga dari percobaan John Tyndall terbukti bahwa mikroorganisme terbawa oleh
partikel-partikel debu.
Disamping percobaan abiogenesis Pasteur juga tertarik pada industry minuman anggur dan
perubahan-perubahan yang terjadi selama proses
fermentasi. Pada zaman dahulu, orang memperbaiki mutu produk-produk fermentasinya
dengan cara mencoba-coba, tanpa menyadari bahwa mutu sesungguhnya bergantung
kepada penyediaan atau perbaikan kondisi bagi pertumbuhan mikroorganisme pelaku
fermentasi tersebut. Barulah setelah Pasteur menelaah peranan mikroorganisme dalam
proses fermentasi pada pembuatan anggur maka orang menjadi mengerti bahwa
mikroorganisme itulah yang menyebabkan terjadinya fermentasi.
Dimana proses fermentasi terjadi karena enzim yakni zat yang dihasilkan sel hidup yang
menyebabkan berlangsungnya reaksi-reaksi kimiawi tertentu. Untuk masa berpuluh-puluh
tahun tetap dianut adalah tentang proses fermentasi. Proses tersebut adalah suatu proses
kimia.Karena jasad pemrosesannya tidak nampak. Serta kalaupun kemudian adanya
pertumbuhan jasad (misal ragi) pada permukaan larutan dianggap sebagai akibat proses
fermentasi. Tetapi berkat penelitian tiga orang ahli, antara lain Pasteur pada tahun 1830,
dapat diketahui dan dipastikan bahwa proses fermentasi adalah proses biologis dimana
mikroorganisme (ragi) yang berperan. Ia setelah membuktikan ketidakbenaran teori spontan,
jadi memastikan bahwa mikroorganisme merupakan penyebab fermentasi, ia siap membantu
para pembuat minuman anggur dan bir Perancis, yang acapkali menghadapi kesukaran untuk
menghasilkan produk bermutu tinggi. Setelah memeriksa banyak kelompok minuman anggur,
maka dia menemukan berbagai macam mikroorganisme. Pasteur menetapkan bahwa dengan
seleksi yang tepat terhadap mikroorganisme yang bersangkutan, maka dapat dipastikan
bahwa akan diperoleh hasil yang baik dan merata secara konsisten. Untuk mencapai hal ini,
maka mikroorganisme yang sudah ada dalam sari buah harus dihilangkan dan fermentasi
yang baru dimulai dengan biakan, yaitu suatu pertumbuhan mikroorganisme yang diambil

dari tong anggur yang dinilai baik. Pasteur menyarankan agar menghilangkan tipe-tipe
mikroorganisme yang tidak diinginkan dengan pemanasan-yang tidak sampai merusaka
aroma sari buah tetapi cukup tinggi untuk membunuh mikroorganisme. Ia mendapati bahwa
perlakuan dengan suhu 62,80C selama setengah jam cukuplah untuk mencapai hal tersebut.
Kini proses ini, dinamai pasteurisasi, digunakan secara meluas pada industri fermentasi,
tetapi yang paling kita kenal ialah yang dimanfaatkan di industri hasil susu, untuk membunuh
jasad-jasad renik penyebab penyakit yang terdapat dalam susu dan produk-produk susu.
Bahkan sebelum Pasteur berhasil membuktikan bahwa bakteri menjadi sebab beberapa
penyakit, banyak pengamatan yang cermat menentang keras adanya teori nutfah penyakit.
Dalam tahun 1546 Francastoro dari Verona (1483-1553) menyatakan bahwa penyakit dapat
disebabkan oleh jasad renik yang terlalu kecil untuk dapat dilihat yang dipindahkan
(ditularkan) dari seseorang ke seseorang lain. Pada
tahun 1762 von Plnciz dari Vienna tidak hanya mengemukakan bahwa sesungguhnya
makhluk hiduplah yang menjadi penyebab penyakit, tetapi juga berpendapat bahwa berbagai
jasad renik menimbulkan bermacammacam penyakit pula. Konsepsi parasitisme, yakni
adanya organism yang hidup pada atau didalam organisme lain dengan mengambil nutrient
dari padanya, tersebar luas dalam tahun 1700-an. Dikarenakan keberhasilan Pasteur dalam
memecahkan masalah fermentasi maka pemerintah Perancis memintanya untuk meneliti
pebrine, penyakit pada ulat sutra yang menghancurkan industri sutra yang penting di Negara
tersebut. Ternyata masalah itu rumit, dan selama bertahun mereka mencari-cari
pemecahannya dengan susah payah. Akan tetapi, pada akhirnya ia berhasil mengisolasi jasad
renik (suatu protozoa) penyebabnya. Pasteur bahkan meningkat lebih lanjut dan
menganjurkan kepada para petani ulat sutra agar mereka menyeleksi ulatulat / baru yang
sehat dan bebas penyakit untuk menghindari penyakit itu. Kemudian pasteur (1877)
menangani masalah antraks. Penyakit pada sapi, domba, dan terkadang manusia. Setelah
mengamati penyebab penyakit itu dari darah hewan yang mati karena penyakit tersebut.
Maka ia menumbuhkannya dalam labu labu di laboratorium. Walaupun sejak jaman dulu
sudah banyak ahli yang mempunyai keyakinan bahwa penyebab penyakit dapat berpindah
tempat dan menyebar dari satu orang ke orang lain, baik melalui udara, melalui air. Ataupun
melalui pembawa lainnya. Baru oleh Fracastorius (1478-1553) dasar-dasar yang meyakinkan
tentang perpindahan dan penyebaran jasad penyebab penyakit, mulai diungkapkan. Serta
lebih kurang satu setengah abad kemudian oleh Kircher (1602-1680) cara-cara yang pasti
tentang penularan, penyebaran dan perpindahan jasad penyebab penyakit lebihterperinci.
Uraian, bahasan, dan batasan Kircher inilah yang kemudian dapat mengungkapkan berbagai
jenis penyebab penyakit serta cara penyebaran dan penularannya, seperti yang kemudian
dilanjutkan oleh Panum (1820-1885) ahli kedokteran Denmark untuk penyakit campak, Snow
(1813-1858) dan Budd (1811-1880) tentang epidemi kolera Asia, dan sabagainya. Pada
periode ini terjadinya gejala pembengkakan pada luka yang dibiarkan,kemudian diketahui,

disebabkan oleh adanya pertumbuhan mikroorganisme pengubah darah menjadi nanah yang
kemudia banyak hidup di sekitar dan didalam luka.
Menurut Pasteur, fermentasi asam laktat yang tidak ingin terjadi dari kontaminasi dengan
bakteri berbentuk batang. Produksi etanol terjadi karena aktivitas sel khamir. Menurut
penelitian yang dilakukan Pasteur bahwa jenis bakteri mampu mengubah gula menjadi
produk akhir. Jadi suatu bakteri menyebabkan pembentukan asam laktat dari gula. Jenis lain
membentuk asam butirat dan seterusnya. Pasteur menemukan bahwa proses fermentasi
terjadi tanpa adanya udara. Ialah yang pertama menggunakan istilah aerob (aerobic) dan
anaerob (anaerobic) yang artinya proses yang memerlukan udara dan proses yang yang tidak
mungkin berlangsung jika tidak ada udara.
7. Robert Koch (1843-1910)
Di Jerman, Robert Koch (1843 1910) seorang profesional di bidang kesehatan mendapat
hadiah mikroskop dari istrinya untuk hadiah ulang
tahunnya yang ke-28.. Koch adalah seorang dokter yang tenang dan sangat teliti, ia
terkadang melalaikan praktek dokternya untuk mengejar ilmu baru yang sangat memukau
yaitu bakteriologi. Selanjutnya ia mulai meneliti dunia mikroorganisma yang sudah dilihat
oleh Pasteur. Baik Pasteur maupun Koch menjadi rival bersama yang sama-sama ingin
mengetahui penyebab penyakit anthrax yang sangat merugikan peternak sapi dan domba di
Eropa. Koch akhirnya menemukan dari darah domba yang telah mati karena anthrax. Dengan
sering meninggalkan prkateknya sebagai dokter, Koch membuktikan bahwa bakteri tersebut
penyebab anthrax dengan cara memisahkan bakteri untuk batang tersebut dari bakteri lain
yang ada kemudian menginjeksikannya ke dalam tikus yang sehat. Tikus selanjutnya
menunjukkan perkembangan menuju anthrax dan bakteri yang diisolasi dari tikus
menunjukkan kesamaan bakteri yang berasal dari domba yang sakit sebelumnya. Pada 1876,
setelah meneliti selama 6 tahun Koch mengumumkan bahwa dia telah menemukan bakteri
penyebab anthrax. Ia juga menyarankan bahwa ternak sakit supaya dibunuh dan dibakar atau
dikubur yang dalam, setelah ia mengetahui bahwa spora yang dihasilkan oleh bakteri dapat
bertahan hidup selama berbulan-bulan di daerah peternakan. Dengan penemuan anthraxnya
Koch merupakan orang pertama yang membuktikan mikroba tertentu merupakan agen
penyakit tertentu. Selanjutnya Koch dan kawan-kawan menemukan bakteri penyebab
tuberculosis dan cholera. Perkembangan teknik laboratorium untuk mempelajari
mikroorganisma. Koch dan anggotanya banyak memberi kontribusi mengenai teknik-teknik
tersebut. Diantaranya adalah prosedur pengecatan bakteri untuk pengamatan dengan
mikroskop cahaya dan juga koch menemukan bakteri yang menimbulkan tuberkolosis dan
kolera. Khusus mengenai Robert Koch yang sampai sekarang namanya tetap dikenang dan
dihargai karena jasajasanya besarnya di bidang mikrobiologi kedokteran dan kemanusiaan.
Berkat penelitian Koch ini maka ihwal dan penyebab penyakit TBC, tifus, difteri, kolera dan
gonorhu serta antraks, dapat terungkap dan dipisahkan secara murni. Yang paling penting

untuk diketahui adalah Postulat Koch yang menjadi dasar bagi seorang ahli untuk mencari,
menemukan dan mengetahui jasad penyebab suatu penyakit didalam suatu wabah yang
sedang berkecamuk. Tahap-tahap kerja Postulat tersebut mempunyai 4 dalil, yaitu :
Bahwa mikroorganisme yang disangka penyebab harus selalu didapatkan pada semua
penderita penyakit dan tidak didapatkan pada bukan penderita atau yang masih sehat.
Bahwa mikroorganisme penyebab harus dapat dibiakkan secara murni di dalam media tanpa
kehadiran bagian/jaringan jasad yang tadinya dikenai.
Bahwa biakan jasad yg sudah dibiakkan, bila diinokulasikan (disuntikkan) kepada hewan
percobaan, akan menimbulkan gejala penyakit yg sama
Bahwa biakan jasad yang sudah diinokulasikan. Dapat diisolasi/dipisahkan kembali serta kalau
kemudian dibiakkan akan mempunyai bentuk yang sama seperti asal.
Dalam perkembangan berikutnya, nama-nama seperti Ehrlich (1854- 1915), Von Behring dan
Kitasato (1890), Metchnikoff (1883), Loeffer (1884) Park (1894) dan banyak nama-nama ahli
di bidang mikrobiologi, merupakan nama yang ditulis dengan tinta emas di dalam sejarah
perkembangan mikrobiologi. Seperti secara khusus untuk bidang mikroorganisme penyakit di
Amerika Serikat oleh Rush (1813), Webster (1843), Spencer (1851), Welch (1894), McCoy
(1910) dalam bidang penyakit sipilis, pes, kolera, tifus dan difteri. Virus misalnya, sudah sejak
Pasteur dan Koch melakukan penelitian, masalahnya sudah ada dan di usahakan untuk
diketahuinya. Tetapi baru ketika diumumkan hasil penelitian Iwanowski (1892) sarjana
mikroorganisme Rusia, meneliti penyebab penyakit aneh pada daun tembakau (yang dikenal
dengan nama TMV/tobacco mosaic virus) Dimitri Ivanovski menunjukkan bahwa agen yang
menyebabkan penyakit mosaik pada tembakau dapat ditularkan melalui ekstrak tanaman
yang sakit. Ekstrak terebut disaring dengan filter yang ditemukan oleh kawan-kawan Pasteur
dimana filter tersebut diketahui dapat menyaring bakteri.
Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa agen tersebut mempunyai ukuran yang jauh lebih
kecil dari bakteri. Selanjutnya nama-nama ahli seperti Buist (1887), Negri (1903),Ricketts
(1906), Woodruff dan Goodpasture (1930), Stanley (1937) banyak berkecimpung didalam
penelitian dan
pengembangan virus. Pada tahun 1900 seorang ahli bedah bernama Walter reed (1851-1902)
dengan menggunakan manusia sebagai volunteer membuktikan bahwa virus tersebut dibawa
oleh nyamuk tertentu lainnya membawa protozoa penyebab malaria. Salah satu cara penting
untuk mencegah penyakit tersebut adalah mengurus air yang tergenang yang digunakan
nyamuk untuk tempat berkembang biak. Pada massa periode modern ditandai dengan
diraihnya beberapa hadiah Nobel oleh para ahli mikrobiologi yang bergerak dalam bidang
pengobatan dan kedokteran, seperti oleh Domagk (1939) untuk penemuan obat-obat sulfa
sebagai obat ampuh untuk infeksi bakteri, oleh Flemming, Florey & Chain (1945) untuk
penemuan antibiotika penisilin, oleh Waksman (1952) untuk penemuan antibiotik
sterptomisin, oleh Stanley (1946) untuk penemuan protein-virus secara murni, dan oleh

Enders, Welle Beadle (1954) untuk penemuan virus poliomyelitis sehingga pembuatan vaksin
polio memungkinkan untuk dilakukan. Metode pencegahan dan pengobatan yang telah
dikemukakan untuk memberantas penyakit karena mikroorganisme mencakup imunisasi
(misalnya vaksinasi), antisepsis (cara-cara untuk meniadakan atau mengurangi kemungkinan
infeksi), kemoterapi (perawatan pasien dengan bahan kimia), dan cara-cara kesehatan
masyarakat (misalnya, pemurnian air, pembuangan limbah, dan pengawetan makanan).
Pasteur melanjutkan penemuannya mengenai penyebab dan pencegahan penyakit-penyakit
menular. Sekitar 1880 ia mengisolasi bakteri yang menjadi penyebab kolera ayam dan
menumbuhkannya pada biakan murni. Untuk menunjukkan bahwa benar-benar dia telah
mengisolasi bakteri penyebab penyakit tersebut maka ia menggunakan teknik-teknik dasar
yang dikemukakan Koch.
Pada tahun 1880, Pasteur dengan menggunakan teknik dari Konch untuk mengisolasi dan
membiakkan bakteri yang menyebabkan kolera pada ayam. Untuk membuktikan
penemuannya, Pasteur membuat demonstrasi dihadapan publik tentang percobaannya yang
telah dilakukan berulang kali di laboratorium. Dia menginjeksikan biakkan bakteri kolera pada
ayam sehat dan menunggunya sampai ayam tersebut menunjukkan gejala penyakit. Akan
tetapi hasilnya membuat Pasteur mendapat malu karena ayamnya tetap hidup dan sehat.
Pasteur kemudian mengevaluasi langkah-langkah yang menyebabkan demonstrasi tersebut
gagal. Dia menemukan bahwa secara kebetulan dia menggunakan biakan tua seperti yang
telah dilakukan sebelumnya, dan satu kelompok adalah ayam yang tidak pernah di inokulasi.
Selanjutnya kedua kelompok ayam tersebut diinjeksi dengan biakan segar. Hasilnya,
kelompok ayam yang kedua mati sedang kelompok ayam yang pertama tetap sehat. Pertama
hal ini membuatnya bingung, tetapi Pasteur segera menemukan jawabannya. Pasteur
menemukan bahwa, bakteri jika dibiarkan tumbuh menjadi biakan tua menjadi avirulen yaitu
kehilangan virulensinya atau kemampuan untuk menyebabkan penyakit. Tetapi bakteri
avirulen ini masih dapat menstimulasikan sesuatu dalam tubuh host dan pada infeksi
berikutnya manjadi imun atau tahan terhadap penyakit. Pasteur selanjutnya menerapkan
prinsip imunisasi untuk mencegah anthrax. Pasteur menyebut bakteri yang telah avirulen
tersebut engan vaccin dari bahasa latin vaccayang artinya sapi dan imunisasi dengan biakan
tersebut dikenal dengan vaksinasi (istilah yang diturunkan dari bahasa Latin vacca yang
berarti sapi) dan imunisasi dengan biakan bakteri diatenuasi disebutnya vaksinasi. Dengan
demikian Pasteur telah menghormati Edward Jenner (1749- 1823). Dengan vaksinasi tersebut
Pasteur mengenali atau mengetahui hasil kerja sebelumnya yang dilakukan oleh Edward
Jenner (1749 1823) yang telah sukses memfaksinasikan para pekerjanya di peternakan yang
telah terkena copox dari ternak sapinya tetapi tidak pernah berkembang menjadi serius.
Jenner menduga bahwa karena terbiasa menghadapi cowpox akan mencegahnya dari
serangan smallpox. Untuk membuktikan hipotesisnya ini Jener menginokulasi James Phipps
pertama dengan materi yang menyebabkan cowpox yang diambil dari luka, kemudian dengan

agen smallpox. Anak laki-laki tersebut tidak menunjukkan gejala smallpox. Nama Pasteur
selanjutnya dikenal dimana-mana dan oleh banyak orang dianggap sebagai peneliti tentang
mikroorganisme yang ajaib. Untuk itu ia diminta membuat vaksin pencegah hidrofobia atau
rabies, penyakit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan anjing, kucing, atau binatang
yang terinfeksi lainnya. Pasteur adalah seorang ahli kimia, bukan dokter dan Pasteur tidak
biasa memperlakukan manusia. Disamping kenyataan bahwa penyebab penyakit rabies
adalah belum diketahui, tetapi Pasteur mempunyai keyakinan yang kuat bahwa itu adalah
mikroorganisma. Ia dapat membuat kelinci terkena penyakit setelah diinokulasi dengan saliva
anjing. Selanjutnya Pasteur dan asistennya mengambil otak dan tulang belakang kelinci
tersebut dan mengeingkannya dan membuatnya menjadi larutan. Anjing yang diinokulasi
dengan campuran tersebut dapat terhindar dari rabies. Akan tetapi vaksinasi terhadap anjing
sangat berbeda dengan manusia. Pada bulan Juli 1885, seorang anak laki-laki bernama Joseph
Meister digigit oleh serigala dan keluarganya membujuk Pasteur untuk menginokulasi anak
tersebut. Kekawatiran Pasteur dan orang-orang menjadi berkurang setelah anak laki-laki
tersebut tidak mati. Selanjutnya Pasteur menjadi terkenal dan memperoleh banyak dana yang
kemudian digunakan untuk mendirikan Institute Pasteur di Paris yang sangat terkenal.
Dalam waktu yang bersamaan. Elie Metchnikoff (1845-1916) yang bekerja di laboratorium
Pasteur, mengamati bahwa leukosit, semacam sel dalam darah manusia, dapat memakan
bakteri penyebab penyakit yang ada dalam tubuh. Pelindung terhadap infeksi ini dinamakan
fagosit atau pemakan sel dan prosesnya disebut fagositosis. Dalam pengertian umum, kata
sepsis berarti infeksi, antisepsis berkenaan dengan cara-cara pemberantasan atau
pencegahan infeksi. Telah dikemukakan mengenai diperkenalkannya oleh Semmelweis
tentang caracara aseptik selama kelahiran agar mengurangi terjadinya demam nifas karena
mikroorganisme. Dalam tahun 1860-an seorang ahli bedah Inggris Joseph Lister (1827-1912)
mencari cara-cara menjauhkan mikroorganisme dari luka dan torehan (insisi) yang dibuat
para ahli bedah karena kematian akibat sebab-sebab tinggi sekali. Dalam tahun 1864,
misalnya, Lister mencatat 45 persen dari pasiennya sendiri meninggal setelah pembedahan.
Desinfektan pada waktu itu belum dikenal, tetapi asam karbolat (fenol). Sudah diketahui
membunuh bakteri,maka Lister menggunakan larutan encer asam tersebut untuk merendam
perlengkapan bedah dan menyemprot ruang bedah.Luka dan torehan yang dilindungi dengan
cara ini jarang terkena infeksi dan dengan cepat menjadi sembuh. Demikian gemilangnya
keberhasilannya itu sehingga tekniknya dengan cepat diterima oleh para ahli bedah lain, dan
praktek antisepsis inilah yang mendasari prinsip teknik asesptik masa kini yang digunakan
untuk mencegah masuknya mikroorganisme kedalam luka atau insisi. Sekarang banyak sekali
macam zat kimia, seperti alkohol dan larutan iodium, dan teknik fisik, seperti misalnya
saringan udara, dan lampu ultraviolet germisidal(dapat membunuh kuman), yang digunakan
menurunkan jumlah mikroorganisme di tempat tempat seperti kamar bedah dan kamar
anak- anak untuk bayi yang prematur. Pada peralihan abad ini telaah tentang mikrobiologi

bercabang menjadi dua arah berbeda tetapi saling melengkapi; yang pertama berkenaan
dengan penelitian lebih lanjut untuk menemukan kegunaan mikroorganisme dan yang kedua
berkaitan dengan telaah terperinci ciri-ciri hayati jasad renik. Jasad-jasad renik ini acapkali
diteliti untuk memperoleh informasi mengenai organisme lain yang tidak mudah diperoleh
melalui percobaan-percobaan langsung pada organism tersebut. Penelitian ini dengan jasad
renik telah menghasilkan banyak sumbangan yang luar biasa bagi biologi, biokimia dan
kedokteran. Mikrobiologi yang merupakan bagian dari bidang biologi, tersusun oleh banyak
disiplin (sub bidang). Pembagian disiplin ini tergantung kepada arah atau orientasinya,
apakah terhadap taksonomi (susunan dan pengelompokan mikroorganisme), terhadap habitat
(tempat hidup dan perkembangan mikroorganisme), terhadap problema (permasalahan yang
ada atau ditimbulkan akibat mikroorganisme), sehingga sedikitnya akan ada 21 disiplin/sub
bidang mikrobiologi yang dikenal sesuai keberadaannya. Berdasarkan kepada disiplin didalam
bidang mikrobiologi, akan nampak jelas kaitan ilmu tersebut sebagai ilmu dasar dan ilmu
terapan. Sebagai ilmu dasar karena di dalamnya tercakup pembahasan permasalahan yang
berhubungan dengan bentuk, sifat, perkembangbiakan, penyebaran dan lingkungan yang
mempengaruhinya. Sedang sebagai ilmu terapan, karena secara langsung jasad-jasad yang
terdapat di dalam dapat berperan, baik di bidang yang menguntungkan seperti proses
pembuatan dan peningkatan nilai gizi-nutrisi dan organileptik bahan makanan, industri
farmasi, industri-kimia, bidang pertanian dan sebagainya. Juga secara langsung peranan
jasad-jasad sebagai penyebab penyakit pada tanaman, hewan dan manusia, serta sebagai
jasad penghasil toksin (racun) yang membahayakan. Bahkan peranan mikroorganisme di
dalam lingkungan hidup, yang saat ini mulai dikembangkan adalah:
Sebagai jasad yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi lingkungan
Juga sebagai jasad yang secara langsung ataupun tidak langsung dipengaruhi oleh
lingkungan,
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pengembangan penggunaan mikroorganisme
sebagai jasad parameter-alami (indikatoralami) terhadap perubahan didalam lingkungan,
mulai banyak digunakan, khususnya akibat adanya pencemaran domestik (dari rumah
tangga) ataupun non-domestik (dari pabrik, industri, pertanian dan sebagainya).
Mengkaji sejarah perkembangan mikrobiologi sangat menarik. Dimana dalam perjalanan
sejarahnya tepatnya pada abad ke XIX, muncul isu tentang asal-usul perbedaan pendapat
dari para ilmuwan dan para peneliti pada zaman itu. Mereka tetap bersikeras dengan
pendapat dan teori-teori masing-masing, sehingga secara tidak langsung, menyebabkan
lahirnya dua paham aliran, yaitu paham aliran non vital atau Abiogenesis yang lebih dikenal
dengan teori generatio spontania, dimana para ilmuwan yang mendukung teori ini
berpendapat bahwa kehidupan itu asalnya atau kejadiannya secara tiba-tiba ada dengan
sendirinya, dan mereka menganggap bahwa makhluk hidup (mikroorganisme) berasal dari
benda mati. Adapun para ilmuwan penganut paham non vital diantaranya Antonie van

Leeuwenhock yang diberi gelar sebagai bapak mikrobiologi atau orang pertama kali yang
meletakkan dasar utama, Jhon Needlot dan John Nedham. Sedangkan para ilmuwan yang
menganut paham aliran vital atau dikenal sebagai teori biogenesis adalah Lazzaro Spallazani,
Schwan dan Schroder, mereka mengemukakan bahwa makhluk hidup ini berasal dari makhluk
hidup yang sebelumnya. Mereka membantah dan menentang teori abiogenesis atau
generasio spontanea dengan melakukan berbagai pembuktian dan percobaan. Dari sini
terlihat bahwa timbulnya pertentangan-pertentangan dari para ilmuwan yang
mengemukakan teori asal-usul kehidupan ialah salah satunya adanya factor pertentangan
ahli-ahli ilmuwan dari paham gereja yang lebih berlandaskan atas unsur materialisme
semata, dan adanya pemisahan ilmu pengetahuan dengan urusan agama yang terutama
berhubungan dengan Tuhan sebagai sang Khalik yang menciptakan alam semesta. Sehingga
teori-teori yang mengungkap tentang rahasia darimana sebenarnya asal-usul kehidupan itu
berasal, sesungguhnya belum semuanya terbukti. Jawaban atas ini bergantung pada
pandangan hidup seseorang, jika dikaitkan dengan segi spiritual yaitu aqidah Islam yaitu
keyakinan dasar seseorang tentang adanya Allah SWT sebagai pencipta, dan pengatur
seluruh alam semesta. Dialah yang maha kuasa atas segala sesuatunya, baik yang ada di
langit dan di bumi semua berada di bawah pengawasan dan kekuasaan Allah SWT. Bukti-bukti
tentang penciptaan alam semesta termasuk di dalamnya seluruh makhluk hidup di muka
bumi, jelas tercantum dalam Al-Quran sebagaimana firman Allah yaitu:
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak
menciptakan langit, lalu dijadikan- Nya tujuh langit! Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu
(QS Al Baqarah : 29)
Yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak mempunyai anak, dan tidak
ada sekutu bagi-Nya, dalam kekuasan-Nya. Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan
Dia menetapkan ukuranukurannya dengan serapi-rapinya sesuai dengan apa yang
dikehendaki mudah bagi Allah (QS Al-Furqon:2).
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya : Jadilah! maka terjadilah ia. (QS Yaasiin :82).
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang
diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan
kedalamnya ruh (ciptaan ) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (QS. AlHijr: 28-29 ).
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah)
sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiaanya
dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim,
apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan

kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada


kedewasaan, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) diantara kamu yang
dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang
dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat Bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami
turunkan air atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah. (Q.S. Al-Hajj: 5).
Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam
enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy. Tidak ada bagi kamu selain daripadaNya seorang penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafaat. Maka apakah kamu
tidak memperhatikan? (Q.S. As-Sajadah: 4).
Dari penggalan bukti ayat-ayat Al-quran tersebut telah jelas bahwa kita sebagai orang yang
beriman, yang yakin akan adanya sang Khalik harus percaya bahwa seluruh makhluk baik di
langit dan di bumi, baik berukuran besar maupun kecil, bahkan sampai mikroorganisme
(jasad renik) yang tidak dapat terlihat dengan mata telanjang adalah makhluk ciptaan Allah
SWT, sehingga dengan mempelajari sejarah mikrobiologi. Secara tidak langsung pengetahuan
tentang aqidah kitapun semakin bertambah. Sesungguhnya manusia hanyalah sedikit
pengetahuannya, jika dibandingkan dengan ilmu Allah SWT yang maha luas dan tak terbatas.
1.3 Ringkasan
Definisi mikrobiologi
Menurut bahasa mikrobiologi yang berasal dari bahasa yunani mikros yang berarti kecil, bios
yang artinya hidup dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian dapat ditarik satu arti
mikrobiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup yang berukuran
kecil yang tidak dapat dilihat dengan kasap mata biasa serta memerlukan suatu benda untuk
dapat melihatnya yang telah kita kenal dengan nama mikroskop yang mencakup bakteri,
miko (jamur), viro (virus).
Perkebangan Mikrobiologi
Mikrobiologi mulai ada dan dipelajari sekitar 300 tahun yang lalu, dimulai dari beberapa
ilmuwan yang melakukan berbagai eksperimen untuk mengetahui keberadaan mikroba
Antonie Van Leeuwenhock (1632-1723)
Tahun 1675 Antonie membuat mikroskop dengan kualitas lensa yang cukup baik, dengan
menumpuk lebih banyak lensa sehingga dia bisa mengamati mikroorganisme yang terdapat
pada air hujan yang menggenang dan air jambangan bunga, juga dari air laut dan bahan
pengorekan gigi. Ia menyebut benda-benda bergerak tadi dengan animalcule. Selain itu ia
juga menemukan adanya hewan bersel satu ini kemudian diberi nama Infusoria atau hewan
tuangan. Maka muncul pendapat bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati
biogenesis. Konsep ini dikenal dengan ganaratio spotanea. Pendapat ini mengatakan bahwa
animalcules tadi berasal dari animalcules sebelumnya.
@Louis Pasteur (1822 1895)

Mempelajari proses fermentasi dan menunjukkan bahwa mikroorganismelah penyebab rasa


asam yang tidak dikehendaki pada beberapa jenis anggur. Ia membuat sketsa bakteri dengan
bentuk bola (kokus), silindris atau bentuk batang (basillus), spiral (spirilum). Melalui penelitian
fermentasi gula, Pasteur mengatakan bahwa faktor lingkungan sangat penting bagi kehidupan
mikroorganisme. Louis Pasteur dapat meyakinkan khalayak, bahwa tidak ada kehidupan baru
yang dapat timbul dari benda mati, maka muncullah teori Biogenesis yaitu Omne vivum ex
ovo, omne ovum ex vivo yang berarti semua kehidupan itu berasal dari telur, dan semua
telur itu berasal dari sesuatu yang hidup. Untuk membunuh mikroorganisme. Pasteur
mendapati bahwa perlakuan dengan suhu 62,80C selama setengah jam cukuplah untuk
mencapai hal tersebut. Kini proses ini, dinamai pasteurisasi.
@Aristoteles
Pada zaman Aristoteles lebih dari 2000 tahun yang lalu (300 sebelum isa almasih) muncul
suatu pendapat, bahwa kehidupan berasal dari bahan atau benda mati yang mengalami
penghancuran. Teori ini disebut juga dengan Teori Generateo Spontanea. Merupakan suatu
teori yang berpendapat bahwa makhuk hidup terjadi secara spontan.
@ Francesco Redi (1668)
Melakukan suatu penelitian menggunakan daging yang diletakan dalam suatu wadah dan
diberi lubang kemudian ditutup kain.. Percobaan yang kedua ia menggunakan daging yang
telah dipanaskan, dalam satu wadah ditutup dan satu wadah lain tidak diberi tutup. Pada
daging tidak tertutup mulailah keluar belatung-belatung. Pada daging yang tertutup tidak
tumbuh belatung dari experimen itu maka Franscesco Redi menyimpulkan dan menunjukkan
bahwa ulat yang ada dalam daging busuk adalah larva yang berasal dari telur lalat, bukan
hasil dari generatio.
@John Needham (1713 1781)
John Needhem mengadakan eksperimen dengan daging yang direbus juga berbagai rebusan
padi-padian, dan lain sebagainya. Meskipun air rebusan tersebut disimpannya rapat-rapat
dalam botol tertutup, namun timbulah mikroorganisme, dengan kata lain menurutnya
kehidupan dapat timbul dari benda mati. Pendapat ini lebih dikenal sebagai teori Abiogenesis.
menyimpul bahwa jasad (mikroorganisme) tersebut terjadi secara spontan dari daging.
@Lazzaro Spallanzani (1729 1799)
Spallanzani melakukan percobaan dengan merebus kaldu daging selama 1 jam,dan
menempatkannya pada toples yang disegel/ditutup rapat dan hasilnya menunjukkan tidak
ditemukannya mikroorganisme dalam kaldu tersebut, karena dengan menutup botol tidak
memungkinkan masuknya udara (oksigen) yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan
mikroorganisme dan ini menentang teori abiogenesis.
@Franz Shchulze (1815 1873) dan Theodor Shcwann (1810 1882)
Franz Schulze experimennya melewatkan larutan asam kuat ke dalam tabung tertutup yang
berisi daging yang telah dimasak. Theodor Schwann mengalirkan udara melalui pipa yang

dipanai ke dalam tabung tertutup yang bersisi kaldu yang dipanasi dan membara ke dalam
labu berisi kaldu daging yang dididihkan berjamjam lamanya. Mereka berpendapat bahwa
sebab mikroba telah mati oleh adanya asam kuat maupun oleh panas.
@H. Scroeder dan Th. Von Dusch (1854)
Penelitian Schwan yaitu dengan melewatkan udara melalui tabung berisi kapas yang steril
menuju ke dalam labu berisi kaldu yang sebelumnya dipanaskan. Dengan cara ini
mikroorganisme disaring keluar dari udara oleh serat-serat kapas dan dengan demikian
dicegah masuk ke dalam labu maka ia tidak mendapatkan mikroorganisme (jasad renik) baru
yang tumbuh di dalam kaldu tersebut. Hal ini menyebabkan tumbangnya teori abiogenesis.
@Robert Koch (1843-1910)
Koch membuktikan bahwa bakteri tersebut penyebab anthrax dengan cara memisahkan
bakteri untuk batang tersebut dari bakteri lain yang ada kemudian menginjeksikannya ke
dalam tikus yang sehat. Koch mengumumkan bahwa dia telah menemukan bakteri penyebab
TBC, tifus, difteri, kolera dan gonorhu serta antraks. Seiring dengan perkembangan
mikrobiologi, terdapat peranan mikroorganisme dalam proses fermentasi pada pembuatan
anggur. Dimana proses fermentasi terjadi karena enzim yakni zat yang dihasilkan sel hidup
yang menyebabkan berlangsungnya reaksi-reaksi kimiawi tertentu, proses biologis dimana
mikroorganisme (ragi) yang berperan.
.

11/08/2010 Posted by Anthony Zaif | MIKROBIOLOGI | Tinggalkan komentar

MORFOLOGI DAN ANATOMI MIKROORGANISME


Planet Bumi kita ini dihuni oleh jutaan jenis mahluk hidup. Di antara jutaan jenis makhluk
hidup ini ada yang terlihat oleh mata dan ada yang tak terlihat oleh mata. Mahluk hidup yang
tidak dapat dilihat oleh mata tersebut berukuran amat kecil, disebut mikroorganisme. Untuk
mengetahui atau mengamati mikroorganisme tersebut diperlukan alat bantu berupa alat
pembesar, seperti loop, mikroskop biasa, dan mikroskop elektron. Mikroorganisme tersebut
diantaranya adalah bakteri, jamur, dan virus. Secara umum, bakteri, jamur, dan virus
mempunyai morfologi dan struktur anatomi yang berbeda. Di dalam kehidupannya beberapa
mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan virus selalu dipengaruhi oleh lingkungannya dan
untuk

mempertahankan

hidupnya

mikroorganisme

melakukan

adaptasi

dengan

lingkungannya. Adaptasi ini dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu dan
dapat pula perubahan itu bersifat permanent sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta
struktur

anatomi

dari

bakteri,

jamur,

dan

virus.

Untuk

mengidentifikasikan

suatu

mikroorganime dapat dilakukan dengan mengetahui morfologi dan struktur anatominya. Oleh
karena itu kita perlu mengetahui bentuk morfologi dan struktur anatomi dari bakteri, jamur,

dan

virus.

Bentuk umum mikroorganisme terdiri dari satu sel (uniseluler) seperti umum didapatkan pada
bacteria, ragi dan mikroalgae. Dapat pula berbentuk filamen atau serat, yaitu rangkaian
terdiri atas 2 sel atau lebih yang berbentuk rantai, seperti yang umum didapatkan pada fungi
dan mikroalgae.bentuk filament pada kenyataannya dapat berupa filament semu kalau
hubungan antara satu sel dengan yang lainnya tidak nyata atau tidak ada. Filament benar
apabila hubungan satu sel dengan lainnya terdapat terdapat hubungan jelas, baik hubungan
secara morfologis maupun secara fisiologis. Bentuk lainnya adalah koloni, yaitu gabungan
dua sel atau lebih di dalam satu ruangan. Bentuk jaringan semu, yaitu susunan serat
membentuk jaringan seperti yang didapatkan pada fungi atau jamur, tetapi jaringan tersebut
tidak berfungsi seperti layaknya jaringan yang dimiliki oleh tumbuhan ataupun hewan.
2.1.

BAKTERI

1.

Morfologi

Bentuk tubuh bakteri terpengaruh oleh keadaan medium dan oleh usia. Maka untuk
membandingkan bentuk serta ukuran bakteri perlu diperhatikan bahwa kondisi bakteri itu
harus sama, temperature dimana piaraan itu disimpan harus sama, penyinaran oleh sumber
cahaya apapun harus sama, dan usia piaraan pun harus sama. Pada bakteri umumnya dikenal
3

macam

bentuk

yaitu

kokus,

basil,

dan

a.

spiral.
Kokus

Kokus berasal dari kata coccus yang berarti bola, jadi kokus adalah bakteri yang bentuknya
serupa bola-bola kecil. Beberapa kokus secara khas ada yang hidupnya sendiri-sendiri, ada
yang berpasangan, atau rantai panjang bergantung. Caranya membelah diri dan kemudian
melekat satu sama lain setelah pembelahan. Golongan kokus tidak sebanyak golongan basil.
Kokus ada yang berdiameter 0,5 m adapula yang diameternya sampai 2,5 m. Pada bentuk
kokus

ada

beberapa

tipe

morfologi

diantaranya

1.

adalah:
Streptococcus

Kokus yang bergandeng-gandeng panjang serupa tali leher. Streptococcus dicirikan dengan
sel-sel yang membelah menjadi dua kokus, yang pada pembelahan berikutnya tidak
memisahkan diri, biasanya dengan meninggalkan dua kokkus yang melekat satu sama lain.
Kokus yang senantiasa membelah dalam satu bidang namun tidak memisahkan diri
membentuk

rantai

kokkus.

Berdiameter

0,5

2.

1,2

mikron
Sarcina

Kokus yang mengelompok serupa kubus,yaitu kokus membelah ke dalam tiga bidang yang
tegak lurus satu sama lain membentuk paket kubus Berdiameter 4,0 4,5 mikron..
3.

Staphylococcus

Kokus yang mengelompok merupakan suatu untaian yaitu kokus yang membelah dalam dua
bidang yang membentuk dua gugusan yang tidak teratur bagaikan buah anggur. Berdimeter
0,8

1,0

mikron

4.

Diplococcus

Kokus

yang

bergandengan

dua-dua.

5.

Tetracoccus

okus

yang

mengelompokkan

berempat.

b.

Basil

Basil berasal dari kata bacillus yang artinya tongkat pendek atau batang kecil silindris. Bakteri
yang berbentuk basil adalah bakteri yang bentuknya menyerupai tongkat pendek atau
batang kecil silindris. Basil mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka ragam. Ujung
beberapa basillus di antaranya ada yang berupa batang rokok dan ada yang berbentuk
seperti cerutu. Basil juga sama seperti kokkus ada yang bergandeng-gandengan panjang
yang disebut Streptobasil, ada yang bergandengan dua-dua yang disebut diplobasil dan ada
yang terlepas satu sama lain. Ujung-ujung basil yang terlepasa satu sama lain itu tumpul,
sedang ujung-ujung yang masih bergandengan itu tajam. Akan tetapi bila ditinjau dari segi
pembelahan basil membelah hanya dalam satu bidang sehingga disebut sebagai sel tunggal.
Beberapa basil ada yang bentuknya hampir sama dengan kokkus yaitu lebar dan panjangnya
sama serta bentuknya lonjong sehingga disebut koko basil. Basil ada yang lebarnya antara
0,2

sampai

2,0

sedang

panjangnya

ada

yang

satu

sampai

15

c.

Spiral

Spiral adalah bakteri yang bengkok atau tidak lurus atau berbentuk silinder. Bakteri yang
berbentuk spiral itu tidak banyak terdapat. Spiral terbagi menjadi tiga bentuk diantaranya :
1.

Vibrio

atau

bakteri

koma

Batang melengkung seperti koma dan kadang membelit seperti huruf S. Mempunyai spiral
yang

pendek.

2.

Spiril

Bentuknya seperti spiral atau seperti lilitan. Individu-individu sel yang tidak saling melekat.
3.

Spirocheta

Bentuknya seperti spiral tetapi pergerakannya sangat aktif yang dimungkinkan karena
adanya

flagela

yang

2.

membelit

diketahui

bentuk

Anatomi

aslinya.
bakteri

Struktur di luar dinding sel yang dapat dilihat pada mikroskop kekuatan tinggi dengan
memfokuskan
a.

satu

sel

bakteri
Flagellum

tunggal

maka

struktur
atau

yang

dapat

dilihat

adalah:
Flagella

Falgella merupakan bentuk seperti rambut dan teramat tipis mencuat menembus dinding sel
dan bermula dari tubuh dasar suatu struktur granular tepat di bawah membran sel dalam
sitoplasma, disebut flagellum (jamak,flagella). Flagellum terdiri dari tiga bagian: tubuh dasar,
struktur seperti kait, dan sehelai filamen panjang di kluar dinding sel. Panjang flagellum
biasanya beberapa kali lebih panjang dari selnya, namun diameternya jauh lebih kecil
daripada diameter selnya, misalnya 10 sampai 20 nm. Flagel merupakan benang-benang

protoplasma yang berpangkal pada titik tepat dibawah membran sel. Flagellum di buat dari
subunit-subunit protein yang disebut untuk pergerakan (motilitas). Tidak semua bakteri punya
flagellum, banyak spesies basillus dan spirilum memilikinya tapi flagellum jarang dijumpai
pada kokus. Dari golongan kokus tidaklah banyak yang dapat bergerak (motil) karena
sebagian golongan kokkus adalah bakteri non motil (tidak bergerak), kalaupun bakteri kokkus
dapat bergerak biasanya hanya mempunyai satu sampai lima flagel saja. Sedangkan dari
golongan spiril banyak dapat bergerak karena mempunyai flagel pada salah satu atau kedua
ujung sel. Golongan basil yang dapat bergerak mempunyai flagel yang tersebar baik pada
ujung-ujung

maupun

pada

sisi.

Berdasarkan tempat kedudukan flagel tersebut bakteri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.

Jika flagel hanya satu dan flagel itu melekat pada ujung sel maka bakteri tersebut

monotrik
2.

Jika flagel yang melekat pada salah satu ujung itu banyak maka bakteri tersebut disebut

lofotrik
3.

Jika banyak flagel yang melekat pada kedua ujung sel maka bakteri tersebut disebut

amfitrik.
4.

Jika flagel tersebar dari ujung sampai pada semua sisi bakteri maka bakteri tersebut

disebut
5.

peritrik.

Jika bakteri tersebut tidak memiliki flagel sama sekali maka bakteri tersebut disebut atrik

Akan tetapi flagela bukanlah satu-satunya sarana untuk bergerak bagi bakteri. Beberapa tipe
memperlihatkan gerakan melata. Bakteri-bakteri ini melata di atas permukaan dengan
gelombang-gelombang yang dihasilkan di dalam protoplasma. Banyak bakteri yang dapat
berenang dalam cairan dengan kecepatan yang mengagumkan mengingat ukuranukurannya
yang
b.

sangat
Pili

atau

Pilus

dan

kecil.
Fimbria

atau

Fimbriae

Pili atau pilus ini banyak dimiliki oleh bakteri gram negatif. Apendiks ini yang disebut pilus
(jamak, pili) merupakan organ tambahan berbentuk benang yan berukuran lebih pendek,
lebih lurus, dan jauh lebih kecil daripada flagela. Pilus F berfungsi dalam pemindahan DNA
pada konjugasi bakteri atau sebagai pintu gerbang bagi masuknya bahan genetik, selama
berlangsungnya perkawinan antar bakteri. Susunan kimia phili terdiri sari protein yang
dinamakan pilia, yaitu heteropolimer dari 18 asam amino yang bersifat antigenic. Beberapa
pili berfungsi sebagai alat untuk melekat pada permukaan yaitu pada jaringan-jaringan hewan
atau tumbuhan yang merupakan sumber nutriennya fimbria ini termasuk golongan yang
disebut
c.

lektin.
Kapsul

(lapisan

lendir)

Kebanyakan bakteri mempunyai lapisan lendir yang menyelubungi dinding sel seluruhnya.
Jika lendir ini cukup tebal maka bungkus itu disebut kapsul atau lapisan lendir terdiri atas
hasil metabolisme yang disekresikan misalnya : karbohidrat dan pada species tertentu

mengandung ungsur N atau P. Lendir ini bukan suatu bagian integral dari sel melainkan suatu
hasil pertukaran zat. Kapsul bakteri sangat penting artinya baik bagi bakterinya maupun bagi
organisme lain Bagi bakteri, kapsul merupakan penutup lindung dan juga berfungsi sebagai
gudang cadangan makanan. Kapsul bakteri-bakteri penyebab penyakit tertentu menambah
kemampuan bakteri tersebut untuk menginfeksi. Bakteri yang mempunyai kapsul itu
termasuk bakteri ganas (virulent). Bila bakteri itu kehilangan kapsulnya sama sekali, maka ia
dapat

kehilangan

virulensinya

dan

dengan

demikian

kehilangan

kemampuannya

menyebabkan

infeksi.

Selain berfungsi sebagai penutup lindung atau melindungi sel dan lingkungan dan sebagai
gudang cadangan makanan, kapsul juga berfungsi sebagai antigen membantu mencegah
ragositosis

dan

sebagai

hasil

pembuangan

d.

dari

sel.

Selongsong

Beberapa spesies bakteri, terutama dari lingkungan air tawar dan marin atau tempat yang
kotor atau tempat pembuangan limbah terbungkus di dalam selongsong atau tubul.
Selongsong tersebut terdiri dari senyawasenyawa logam tidak larut, seperti feri dan mangan
okside yang mengendap di sekeliling sel sebagai produk dari kegiatan metaboliknya.
Senyawasenyawa logam ini dibentuk oleh sel dari senyawa-senyawa besi dan mangan
terlarut yang ada di lingkungan tersebut. Selongsong itu dapat meluas di sekitar banyak sel
yang berjajar dari ujung ke ujung, sehingga memberikan kesan pertumbuhan seperti filamen.
Sesungguhnya sel-sel yang terbungkus selongsong itu terdapat tunggal secara berkala
mereka menyembul dari suatu ujung terbuka selongsongnya. Dan mengawali lagi proses baru
pembentukan selongsong. Selongsong bukanlah suatu bagian yang amat diperlukan sel.
Bakteri berselongsong membentuk suatu kelompok utama mikroorganisme. Mereka banyak
dijumpai di dalam habitat air tawar yang kaya akan bahan organic, juga di aliran air kotor dan
di

tempat-tempat

pembuangan

e.

limbah.
Tangkai

Spesies-spesies bakteri tertentu dicirikan oleh pembentukan suatu embel-embel setengah


kaku yang memanjang dari sel yang disebut tangkai. Diameter dari apendiks itu lebih kecil
daripada diameter sel yang menghasilkannya.Tangkai ini berfungsi untuk melekat pada
permukaan padat.karena memiliki suatu substansi yang lengket pada ujung yang jauh dari
sel. Bakteri bertangkai banyak di jumpai di lingkungan air tawar dan marin. Di lingkungan
semacam itu kemampuan untuk melekat pada permukaan padat amatlah penting bagi
pertumbuhan
f.

dan

ketahanan
Dinding

hidupnya.
sel

Dinding sel terletak dibawah substansi ekstraseluler seperti kapsul atau lendir dan diluar
membran sitoplasma terletak di dinding sel adalah suatu struktur yang amat kaku yang
memberikan bentuk pada sel. Fungsi utama dari dinding sel adalah menyediakan komponen
struktural yang kaku dan kuat yang dapat menahan tekanan osmosis yang tinggi disebabkan

kimia tinggi ion organik dalam sel. Tanpa adanya dinding sel, dalam kondisi normal bakteri
akan menyerap air dan pecah. Semua dinding sel, peptidoglikan atau meruein komponen ini
memberi kekakuan yang diperlukan untuk mempertahankan keutuhan sel. Peptidoglikan
adalah molekul yang sangat besar terbuat dari N-asetil muramat dikaitkan tetrapeptida yang
terdiri atas empat asam amino,yaitu : L-alanin, D-alanin, asam D-glutamat, dan lisin atau
asam diaminopimelat, untuk menyediakan tambahan yang diperlukan bagi jembatan molekul
asam amino yang dihubungkan secara menyilang tetrapeptida yang terkait pada asam Nasitil muramat. Sebagian besar komponen struktur dinding sel berkaitan silang oleh ikatan
kovalen, dan setiap substansi yang menghalangi pembentukan atau pengangkutan masingmasing

komponen

ke

dinding

sel

akan

melemahkan

struktur

dan

mematikan

sel.

Funsi dinding sel yang paling menonjol adalah : memberi perlindungan pada lapisan
protoplasma, berperan dalam reproduksi sel, turut mengatur pertukaran zat dari dalam dan
luar

sel,

mempengaruhi

kegiatan

metabolisme.

Bakteri dari komponen dan struktur dinding selnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu bakteri gram-positif dan bakteri gram-negatif pengelompokan ini didasari teknik
pewarnaan

diferensial

1.

yang

disebut

pewarnaan

Bakteri

gram.
gram-positif

Bakteri gram-positif dinding selnya terdiri atas 60-100 persen peptodoglikan dan semua
bakteri gram-positif memiliki polimer iurus asam N-asetil muramat dan N-asetil glukosamin
dinding sel beberapa bakteri gram positif mengandung substansi asam teikoat yang dikaitkan
pada asam muramat dari lapisan peptidoglikan. Asam teikoat ini berwujud dalam dua bentuk
utama yaitu asam teikoat ribitoi dan asam teiokat gliserol fungsi dari asam teiokat adalah
mengatur pembelahan sel normal. Apabila diberi pewarna gram menghasilkan warna ungu
2. Bakteri gram-negatif
Dinding sel gram negatif mengandung 10-20 % peptidoglikan, diluar lapisan peptidoglikan
ada struktur membran yang tersusun dari protein fostolipida dan lipopolisakarida. Apabila
diberi pewarna gram menghasilkan warna merah
CIRI

Perbedaan Relatif

Gram Positif

Gram Negatif

Struktur dinding sel


Berlapis tunggal

Tebal (15-80 nm)


Berlapis tiga (multi)

Komposisi dinding sel


(1-4 %)

Tipis (10-15 nm)

Kandungan lipid rendah

Kandungan lipid tinggi

(11-22 %)

Peptidoglikan ada

Peptigodoglikan ada di

sebagai lapisan tunggal;


komponen utama

dalam lapisan kokus

sebelah dalam jumlahnya

merupaka lebih dari 50 %

sedikit merupakan sekitar

berat kering pada

10 % berat kering.

beberapa sel bakteri


Ada asam tekoat

Tidak ada asam tekoat

Kerentanan terhadap

Lebih rentan

Kurang rentan

Penisilin
Pertumbuhan dihambat

Pertumbuhan dihambat

oleh zat-zat warna dasar

dengan nyata

Pertumbuhan tidak

begitu dihambat

misalnya unggu kristal


Persyaratan nutrisi

Relatif rumit pada banyak

Relatif sederhana

spesies
Resistensi terhadap

Lebih resisten

Kurang resisten

gangguan fisik
Bakteri dapat kehilangan dinding sel akibat pengaruh antibiotik, misalnya penisilin. Sel
bakteri tersebut disebut protoplas. Membran sitoplasma terletak didalam sitoplasma yang
merupakan pembungkus dari protoplasma dan membran ini ikut menyusut bersamasama
dengan menyusutnya protoplasma pada waktu mengalami plasmalisis membran stoplasma
terdiri atas fospolifida (yang mengandung gliserol,asam lemak dan fosfat) dan protein
terpadu didalamnya membrane sitoplasma memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah :
1.

Pada organisme aerob membran ini mengangkut elektron dan proton yang dibebaskan

pada waktu oksidasi dan mengubah energi yang dihasilkan dari oksidasi menjadi energi kimia
yang dapat digunakan oleh sel.
2.

Membran sitoplasma mengandung enzim yang diperlukan untuk sintesis dan

pengangkutan peptidoglikan, asam teikoat dan komponen membran luar sel


3.

Mengeluarkan enzim hidrolistis luar sel

4.

Menjamin pemisahan material nukleus (DNA) ke sel anak pada waktu pembelahan sel.

5.

Mengatur pengangkutan sebagian besar senyawa yang memasuki dan meninggalkan sel.

h. Cairan sel atau sitoplasma


Cairan sel atau eitoplasma atau disebut juga protoplasma. Protoplasma 80 % terdiri atas air,
selain itu protoplasama juga mengandung asam nukleat, protein, karbohidrat, lipida, ion
organik, belerang, kalsium karbohidrat dan volutin yaitu suatu zat yang banyak mengandung
asam ribonukleat (ARN) dan yang mudah menyerap zat warna tertentu.
i. Kromosom bakteri
Walaupun sel prokariot tidak memiliki pembungkus nukleus, kromosomnya terbuat dari asam
deoksiribonukleat yang secara kimia sama dengan yang terdapat dalam sel berbagai molekul
tunggal dalam sel juga terdapat potongan-potongan DNA yang disebut plasmid. Akan tetapi,
karena sifat basofil sitoplasma, tidaklah mudah untuk melihat DNA yang sudah di warnai,
kecuali jika sel sebelumnya dihidrolisis dengan asam lemak untuk menghilangkan asam

ribonukleat sitoplasma.
j. Ribosom
Sitoplasma bakteri dipenuhi oleh ribosom-ribosom dalam jumlah yang besar ini menyebabkan
tingginya laju aktivitas metabolisme bakteri fungsi dari ribosom adalah dalam sintesis protein
komposisi kimia dari ribosom adalah 40 % protein dan 60% RNA.
k. Mesosom
Invaginasi (lekukan atau melipat kearah dalam membran sitoplasma akan biasanya
menghasilkan suatu struktur, biasanya bentuknya tak menentu yang disebut mesosom.
Mesosom selalu sinambung dengan membran siplasma, mereka sering dijimpai bermula pada
titik tempat membran memulai invaginasi sebelum terjadinya pembelahan sel dan mereka
jadi lekat pada daerah nukleus. Fungsi dari mesosom adalah dalam replikasi sel dengan
bertindak sebagai organ pelekatan kromosom bakteri, juga berfungsi dalam sintesis dinding
sel dan pembelahan nukleus.
l. Inkubasi Sitoplasma
Berbagai substansi kimiawi dapat menumpuk dan membentuk granul serta globul dalam
sitoplasma yang disebut tubuh inklusi sel terdiri dari kepingan-kepingan kecil material yang
tidak menjadi bagian untuk struktur sel kepingan ini terdiri dari satuan butiran yang beraneka
ragam yaitu : glikogen, tetesan asam polihidroksibutirat, metafosfat anorganik, belerang, atau
senyawa yang mengandung nitrogen. Satu inklusi yang umum tersusun dari polimer polimeta
fosfat yang berbobot molekul tinggi. Butiran-butiran khusus ini yang rupanya bertindak
sebagai fosfat dan sumber energi bagi sel butiran ini disebut butiran metakromat.
m. Kromatofor
Karena sel-sel prokariotik tidak mempunyai kloroplas maka pada bakteri terdapat kromatofor
yang mewakili sistem membran khusus dalam berfotosintesis krmotofor terbentuk gelembung
yang terdapat diseluruh sitoplasma kromaton tersebut berisi pigmen-pigmen yang
berhubungan dengan fotosintesis.
n. Benang aksial
Benang aksial terdiri dari fibril yang dililitkan secara spiral disekelilingi organisme dan
menempel pada kedua kutub sel. Benang aksial terletak di luar dinding sel yang tersusun atas
fibril yang saling bertumpukan.Benang akasial berfungsi sebagai alat untuk menggerakan
(motilitas) spirochaeta karena benang akasial ini hanya terdapat pada spirochaeta.
o. Spora
Pada spesies-spesies tertentu, ialah bentuk bakteri menghasilkan spora. Spora bakteri ialah
bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri dari pengaruh buruk dari luar.
Spora bakteri mempunyai fungsi yang sama seperti kista pada amoeba. Jika keadaan
lingkungan tidak menguntungkan maka bakteri akan membentuk spora, jika keadaan
lingkungan membaik maka spora akan pecah.
Marga yang mempunyai kemampuan membentuk endospora hanya marga bacillus,

clostridium, sporosarium, sporolactobacillus dan deslfotomaculum.. Endospora adalah tubuh


kecil yang tahan lama yang terbentuk di dalam sel dan mampu tumbuh menjadi organisme
vegetative yang baru. Apabila sel vegetatif membentuk endospora, sel ini membentuk enzim
baru, memproduksi dinding sel yang sama sekali baru dan berubah bentuk, dengan kata lain
sporulasi adalah bentuk sederhana diferensiasi sel. Bakteri yang mampu membentuk
endospara dapat tumbuh dan bereproduksi selama banyak generasi sebagai sel vegetatif,
namun pada beberapa tahapan didalam pertumbuhannya terjadi sintesis protopiasma baru
didalam sitoplasma vegetatifnya yang dimaksudkan untuk menjadi spora.
Langkah-langkah utama didalam proses tersebut adalah sebagai berikut :
a)

Penjajaran kembali bahan DNA menjadi filamen dan invaginasi membawa sel ke dekat

satu ujung sel membentuk suatu struktur yang disebut bakal spora.
b)

Pembentukan sederetan lapisan yang menutupi bakal spora, yaitu korteks spora diikuti

dengan selubung spora berlapis banyak.


c)

Pelepasan spora bebas seraya sel mengalami irsis.

Salah satu ciri unik endospora bakteri ialah susunan kimiawinya semua endospora bakteri
mengandung sejumlah besar asam dipikolinat (subtansi yang tidak terdeteksi pada sel
vegetatif).
2.2 JAMUR
Penampilan fungi atau cendawan tidak asing lagi bagi kita semua. Kita telah melihat
pertumbuhan berwarna biru dan hijau pada buah jeruk dan keju jadi
cendawan mempunyai berbagai macam penampilan, tergantung pada spesiesnya. Telaah
mengenai cendawan disebut mikologi. Cendawan terdiri dari kapang dan khamir. Kapang
bersifat filamentus sedangkan khamir biasanya uniseluler.
Jamur atau cendawan merupakan organisme yang heterotrofik. Mereka memerlukan senyawa
organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut, maka
mereka disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang
kompleks. Menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana, yang kemudian
dikembalikan ke dalam tanah dan akan meningkatkan kesuburan tanah. Jadi mereka bisa
sangat menguntungkan manusia. Sebaliknya mereka juga dapat merugikan kita bilamana
mereka membusukkan kayu, tekstil, makanan dan bahan-bahan lain. cendawan saprofitik
juga penting dalam fermentasi industri misalkan pembuatan bir, minuman anggur dan
produksi antibiotik seperti penisilin. Peragian adonan dan pemasakan beberapa keju juga
tergantung kepada kegiatan cendawan.
1. Morfologi Jamur
Pada umumnya jamur dibagi menjadi 2 yaitu: khamir (Yeast) dan kapang (Mold).
a. Khamir.
Khamir adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir

mempunyai sel yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling
kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar.khamir sangat beragam ukurannya,berkisar antara
1-5 m lebarnya dan panjangnya dari 5-30 m atau lebih.Biasanya berbentuk telur,tetapi
beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang
khas, namun sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran
dan bentuk.Sel-sel individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak
dilengkapi
flagellum atau organ-organ penggerak lainnya.
1). Khamir Murni
Adalah khamir yang dapat berkembang biak dengan cara seksual dengan pembentukan
askospora khamir ini diklasifikasikan sebagai Ascomycetes (Saccharomyces cerevisae,
Saccharomyces carlbergesis, Hansenula anomala, Nadsonia sp).
2).Khamir Liar
Adalah khamir murni yang biasanya terdapat pada kulitanggur. Khamir ini mungkin digunakan
dalam proses fermentasi, meskipun galur yang diperbaiki telah dikembangkan yang
menghasilkan anggur dengan rasa yang lebih enak dengan bau yang lebih menyenangkan.
Khamir liar yang ada dikulit anggur dimatikan dengan penambahan dioksida belerang pada
buah anggur yang telah dihancurkan. Inokulum galur khamir yang dikehendaki ditambahkan
kemudian untuk memfermentasi air perasan anggur.
3). Khamir Atas
Adalah khamir murni yang cenderung memproduksi gas sangat cepat sewaktu
fermentasi,sehingga khamir itu dibawa kepermukaan. Khamir atas mencakup khamir yang
digunakan dalam pembuatan roti,untuk kebanyakan anggur minuman dan bir inggris
(Saccharomyces cereviceae).
4). Khamir Dasar
Adalah khamir murni yang memproduksi gas secara lebih lamban pada bagian awal
fermentasi. Jadi sel khamir cenderung untuk menetap pada dasar. Galur terpilih digunakan
dalam industri bir lager (Saccharomyces carlsbergensis).
5). Khamir Palsu atau Torulae
Adalah khamir yang didalamnya tidak terdapat atau dikenal tahap pembentukan spora
seksual. Banyak diantaranya yang penting dari segi
medis (Cryptococcus neoformans, Pityrosporum ovale, Candida albicans).
b.Kapang.
Tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian miselium dan spora (sel
resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang
dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5-10 m, dibandingkan dengan sel bakteri yang
biasanya berdiameter 1 m. Disepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma bersama.
Ada 3 macam morfologi hifa:

1.

Aseptat atau senosit, hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum.

2.

Septat dengan sel-sel uninukleat, sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel

berisi nucleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori ditengah-tengah yang
memungkinkan perpindahan nucleus dan sitoplasma dari satu ruang keruang yang lain.setiap
ruang suatu hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya
pada sel yang khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel.
3.

Septat dengan sel-sel multinukleat, septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih

dari satu nukleus dalam setiap ruang.


Kapang lendir merupakan sekumpulan mikroorganisme yang heterogen. Pada kapang lendir
terdapar ciri-ciri hewan dan tumbuhan. Fase vegetatif atau somatic yang aselular dan
merayap jelas mempunyai struktur dan fisiologi seperti binatang, struktur reproduktifnya
seperti tumbuhan,yaitu menghasilkan spora yang terbungkus dinding yang nyata.gabungan
fase seperti binatang dan seperti tumbuhan dalam satu daur hidup merupakan ciri pembeda
kapang lendir. Ada 4 tipe kapang lendir yang berbeda dalam struktur dan fisiologi serta
masing-masing mempunyai daur hidup yang khas yaitu kapang lendir sejati (Myxomycetes),
kapang lendir endoparasit (Plasmodiophoromycetes), kapang lendir jaring (Labyrinthulales),
kapang lendir selular (Acraciales).
Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrof, mereka memerlukan senyawa organik
untuk nutrisinya.Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut, mereka disebut
saprofit. Saprofit menghancurkan sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikannya
menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana, kemudian dikembalikan kedalam tanah, dan
selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi mereka sangat menguntungkan bagi
manusia.sebaliknya mereka juga dapat merugikan kita bilamana mereka membusukkan kayu,
tekstil, makanan dan bahan-bahan yang lain. Cendawan saprofitik juga penting dalam
fermentasi industri, misalnya pembuatan bir, minuman anggur dan produksi antibiotic seperti
penisilin, peragian adonan dan pemasakan beberapa keju juga tergantung kepada kegiatan
cendawan.
2. Anatomi Jamur
Jamur tersusun dari benang-benang yang panjang yang dihubungkan bersama dari ujung
keujung.Benang-benang itu disebut hifa.Banyak jamur mempunyai dinding sekat (septat)
dalam hifanya yang membagi masingmasing hifa menjadi banyak sel dengan nucleus pada
masing-masing sel, susunan semacam ini disebut sebagai hifa bersekat.Dalam beberapa klas
fungi, benang-benang itu tidak mempunyai septat jadi kelihatan sebagai satu sel panjang
yang mengandung banyak nucleus.hifa semacam ini disebut hifa senosit.
Ukuran sel yang menyusun hifa berbeda dari satu jamur satu dengan yang lain.yang besar
dapat memiliki garis tengah 10-20 m (berbeda sekali dengan sel bakteri ,yang bergaris
tengah reta-rata (mikrometer). Panjang benang dapat berbeda tergatung pada sejumlah
faktor tergantung pada sejumlah faktor seperti bagaimana jamur itu ditumbuhkan. Jamur juga

memiliki hifa yang saling mmbelit untuk membentuk masa benang ( masa ini disebut
miselium ) yang cukup besar untuk dilihat dengan mata telanjang. Miselium yang berbulu
inilah yang memungkinkan jamur dikenal dengan mudah. Berbagai pigmen yang teramati
pada jamur terdapat hanya setelah sporaspora dibentuk.
Pada suatu koloni jamur dibedakan atas adanya hifa yang menjalar dan hifa yang tidak
menjalar. Hifa yang tegak menghasilkan alat-alat pembiak yang disebut spora. Jamur yang
sederhana yang terdiri dari anyaman hifa yang disebut prolenkim atau pseudoprolenkim.
Prolenkim adalah jaringan hifa yang kendor. Pseudoprolenkim adalah jaringan hifa yang lebih
padat dan seragam. Seringkali ada anyaman hifa yang padat sekali dan berguna untuk
mengatasi keadaan yang buruk disebut rizomorf. Stroma adalah jaringan hifa yang cukup
kuat atau padat dan berfungsi sebagai bantalan tempat tumbuhnya bermacam-macam
bagian lainnya. Anyaman hifa sepadat rizomorf yang berguna untuk mengatasi keadaan
buruk disebut sklerotin. Pada jamur yang terdiri atas hifa yang tidak bersekat-sekat, inti
tersebar dan tidak terikat pada suatu tempat tertentu. Hifa yang berinti banyak disebut
senisit ( coenocyte ). Pada jamur yang bersifat parasit, zat makan dari inang dapat terserap
oleh sel-sel jamur dengan jalan osmosis lewat dinding inang dan inti jamur. Tetapi ada juga
parasit-parasit yang membentuk semacam akar ( haustoria ) yang masuk ke dalam sel inang
untuk mengambil makanannya. Bentuk haustoria ada yang berupa suatu gelembung
bertangkai, tidak bertangkai dan atau berupa suatu hifa yang bercabang-cabang.
3. Reproduksi Jamur
Spora aseksual,yang berfungsi untuk penyebarkan spesies dibentuk dalam jumlah besar. Ada
banyak spora aseksual :
a.Konidiospora atau konidium.
Konidium yang kecil dan bersel satu disebut mikrokonidium. Konidium yang besar lagi bersel
banyak dinamakan makrokonidium. Konidium dibentuk diujung atau disisi suatu hifa.
b. Sporangiospora.
Spora bersel ini terbentuk di dalam kantung yang disebut sporangium diujung hifa khusus
(sporangiosfor). Aplanospora ialah sporangiospora nonmotil. Zoospora ialah sporangiospora
yang motil,motilitasnya disebabkan oleh adanya flagelum.
c. Oidium atau artrospora.
Spora bersel satu ini terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.
d. Klamidospora.
Spora bersel satu yang berdinding tebal ini sangat resisten terhadap keadaan
buruk,terbentuk dari sel-sel hifa somatik.
e. Blastospora.
Tunas atau kuncup pada sel-sel khamir disebut blastospora. Spora seksual, yang dihasilkan
dari peleburan 2 nukleus. Terbentuk lebih jarang, lebih kemudian dan dalam jumlah yang
lebih sedikit dibandingkan dengan spora aseksual. Juga,hanya terbentuk dalam keadaan

tertentu. Ada beberapa tipe spora seksual :


a. Askospora.
Spora bersel satu ini terbentuk didalam pundi atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya
terdapat 8 askospora didalam setiap askus.
b. Basidiospora.
Spora bersel satu ini terbentuk diantara struktur berbentuk gada yang dinamakan basidium.
c. Zigospora.
Zigospora adalah spora besar berdinding besar yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa
yang secara seksual serasi,disebut juga gametangia,pada beberapa cendawan melebur.
d. Oospora.
Spora ini terbentuk didalam struktur betina khusus yang disebut ooginium. Pembuahan
telur,atau oosfer,oleh gamet jantan yang terbentuk didalam anteredium menghasilkan
oospora. Dalam setiap oogonium dapat ada satu atau beberapa oosfer.
Spora aseksual dan seksual dapat dikitari oleh struktur pelundung yang sangat terorganisasi
yang disebut tubuh buah. Tubuh buah aseksual diantaranya ialah aservulus dan piknidium.
Tubuh buah seksual yang umum disebut peritesium dan apotesium.
2.3. VIRUS
Virus adalah parasit intraselular obligat. Virus memberikan perhatian pada satuan biologi
yang dalam keadaan sendiri tidak memiliki kehidupan, sebab virus memanifestasikan
kehidupan sendiri yang diukur oleh reproduksi hanya setelah berhasil memasuki sel inang
yang rentan. Jadi virus berada dalam daerah somatik samar-samar antara hidup dan tidak
hidup. Statusnya bergantung kepada apakah virus berkembang biak didalam sel yang rentan
atau apakah virus berada dalam ekstraselular. Pemilahan viru dapat dilakukan berdasarkan
ukuran, bentuk, susunan kimiawi, kisaran organisme yang diserang kerusakan ditimbulkan
pada sel dan mengubah sifat genetik.
Virus mempunyai ukuran dan bentuk yang beraneka ragam, tetapi pada umumnya jelas
dibawah batas penglihatan mikroskop cahaya. Ukuran virus dapat ditentukan dengan
beberapa teknik, virus menduduki kisaran 20 hingga 250 nm (satu nanometer adalah
sepermilyar meter). Jadi bakteri yang panjangnya 1 nm sama dengan 1000 nm. Tiga teknik
dasar yang digunakan untuk menentukan ukuran virus adalah :
1.

Filtrasi melalui membran yang degradasi yang ukuran pori membrannya diketahui.

2.

Sentrifugasi kecepatan tinggi (100.000 kali lebih besar dari gravitasi)

3.

Pengamatan langsung dengan mikroskop elektron

Virus dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :


a. Virus Bakterial
Bakteriofage (atau sederhananya fage) yaitu virus yang menginfeksi bakteri dan hanya dapat
bereproduksi didalam sel bakteri, ditemukan secara terpisah oleh Frederick W. T di Inggris

pada tahun 1915 dan oleh Felix dHerelle di institut Pasteur di Paris pada tahun 1917.
Ciri-ciri umum
Virus bacterial tersebar luas di alam. Bagi kebanyakan (tidak semua) bakteri, ada fage.
Dengan teknik yang sesuai, fage-fage ini dapat diisolasi dengan mudah di laboraturium.
Bakteriofage seperti halnya semua virus, terdiri dari sebuah inti asam nukleat yang dikelilingi
selubung protein. Virus bacterial terdapat dalam bentuk yang berbedabeda, meskipun banyak
yang mempunyai ekor yang digunakannya untuk melewatkan asam nukleatnya ketika
menginokulasi sel inang. Ada dua tipe utama virus bacterial yaitu litik atau virulen dan tenang
(lisogenik) atau avirulen. Bila fage litik dan menginfeksi sel, sel tersebut memberikan
tanggapan dengan cara menghasilkan virus-virus baru dalam jumlah besar, yaitu pada akhir
masa inkubasi, sel inang itu pecah atau mengalami lisis, melepaskan fage-fage baru untuk
menginfeksi sel-sel inang yang lain. Hal ini disebut daur litik. Pada infeksi tipe tenang,
akibatnya tidak sedemikian jelas. Asam nukleat virus itu dibawa dan direplikasikan didalam
sel-sel bakteri dari satu generasi ke generasi yang lain tanpa terjadi lisis pada sel-selnya.
Namun fage tenang dapat secara
mendadak menjadi virulen pada suatu generasi berikutnya dan menyebabkan lisis pada sel
inangnya. Disamping itu, ada pula beberapa fage berbentuk filament yang hanya sekedar
keluar dari sel tanpa mematikannya.
Morfologi dan struktur
a. Morfologi
Mikroskop elektron telah memungkinkan ditentukannya ciri-ciri struktural virus bakterial.
Semua fage mempunyai inti asam nukleat yang ditutupi oleh selubung protein atau kapsid.
Kapsid ini tersusun dari sub unit sub unit morfologis (seperti tampak pada mikroskop
elektron) yang disebut kapsomer. Kapsomer terdiri dari sejumlah sub unit atau molekul
protein yang disebut protomer. Struktur halus dan anatomis suatu bentuk morfologis umum
bakteriofage yaitu satu kepala dan satu ekor.
Virus bakteri dapat dikelompokkan kedalam enam tipe morfologis, yaitu :
1.

Tipe yang paling rumit mempunyai kepala heksagonal, ekor yang kaku dengan seludang

kontraktil dan serabut ekor.


2.

Serupa dengan yang pertama, tipe ini mempunyai kepala heksagonal tetapi tidak

mempunyai seludang kontraktil, ekornya kaku dan mengenai serabut ekor ada yang
mempunyai dan ada yang tidak.
3.

Tipe ini dicirikan oleh sebuah kepala heksagonal dan sebuah ekor yang lebih pendek

daripada kepalanya. Ekornya itu tidak mempunyai seludang kontraktil dan mengenai serabut
ekor ada yang mempunyai dan ada yang tidak.
4.

Tipe ini mempunyai sebuah kepala tanpa ekor dan kepalanya tersusun dari kapsomer

besar.
5.

Tipe ini mempunyai sebuah kepala tanpa ekor, dan kepalanya tersusun dari kapsomer

kecil.
6.

Tipe ini berbentuk filamen.

Tipe-tipe 1, 2 dan 3 menunjukkan morfologi yang unik bagi bakteriofage. Tipe-tipe morfologis
dalam kelompok 4 dan 5 dijumpai pula pada virus tumbuhan dan hewan (termasuk
serangga). Bentuk yang seperti filamen pada kelompok 6 dijumpai pada beberapa virus
tumbuhan. Bentuk virus pada umumnya mengingatkan kita pada bentuk hablur, ada yang
serupa kotak, berbidang banyak (polihedron), ada yang serupa bola dan ada yang serupa
batang jarum. Tubuh virus terdiri atas kulit yang berupa protein sematamata dan isi tubuh
ada yang berupa ADN saja atau ARN saja. Virus tanaman berisi ARN atau ADN, virus hewan
dapat mengandung ARN atau ADN sedang fage berisi ADN
Bentuk dan isi berbagai virus dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
VIRUS

UKURAN

Mosaik tembakau

BENTUK
180 X 300

Kerdil tomat

300

Poliomielytis

270

Influenza
cacar

ASAM NUKLEAT

800

Jarum

Bola
Bola
Bola

280 X 220 X 220

ARN

ARN
ARN
ARN

Kotak

AND

b. Struktur fage
Fage seperti halnya semua virus, dijumpai dalam dua bentuk struktural yang mempunyai
simetri kubus atau helikal. Pada penampilan keseluruhan, fage kubus adalah bentuk pada
teratur,atau lebih spesifiknya polihedra (tunggal, polyhedron) sedangkanfage helikal
berbentuk batang. Virus T (fage T) terdiri atas kepala, ekor, dan benang-benang ekor.
Diameter kepala 50 65 m, sedang panjangnya sampai 100 m.
panjang ekor kira-kira 100 m juga ukuran ini berbeda bagi masingmasingT.
Beberapa Bakteriofage Escherichia coli
Kelompok bakteriofage yang diteliti paling ekstensif adalah fagekoli, dinamakan demikian
karena menginfeksi Escherichia coli galur B yang non motil.
Isolasi dan kultivasi virus bakterial
Virus bacterial mudah diisolasi dan dikultivasi pada biakan bakteri yang mudah dan sedang
tumbuh aktif dalam kaldu atau cawan agar. Pada biakan cair, melisisnya bakteri dapat
menyebabkan suatu biakan yang keruh menjadi jernih. Sedangkan pada biakan cawan agar,
akan tampak oleh mata biasa daerah-daerah yang jernih atau plak (plaque). Persyaratan
utama bagi isolasi dan kultivasi fage ialah harus adanya kondisi optimum untuk pertumbuhan
organisme inangnya. Sumber bakteriofage yang paling baik dan paling umum ialah habitat
inang. Sebagai contoh, fagekoli atau fage-fage lain yang patogenik bagi bakteri lain yang
dijumpai didalam saluran pencernaan dapat diisolasi dengan paling baik dari limbah atau
pupuk kandang. Hal ini dilakukan dengan sentrifugasi atau filtrasi bahan sumbernya dan

penambahan kloroform untuk membunuh sel-sel bakterinya.


Reproduksi virus bakterial
Banyak dari apa yang diketahui mengenai reproduksi bakteriofage telah diperoleh dari
penelitian mengenai fage-fage T yang bernomor genap yang virulen pada E. coli (T2, T3, T6).
Kita akan menggunakan fage-fage ini sebagai suatu model untuk membahas reproduksi fage.
Adsorpsi dan penetrasi
Langkah pertama pada reproduksi suatu bakteriofage ialah adsorpsi. Disini ujung ekor virus
menjadi melekat pada dinding sel. Pelekatan itu khusus bagi virus-virus tertentu tersebut dan
bakteri yang rentan mempunyai konfigurasi molekular yang komplementer pada situs-situs
penerimanya yang berlawanan.
Bila terlampau banyak fage melekat pada bakteri itu dan menembusnya, maka mungkin
terjadi lisis prematur, yang tidak di sertai pembentukan virus-virus baru. Penetrasi yang
sesungguhnya oleh fage ke dalam sel inang bersifat mekanis, tetapi mungkin dipermudah
oleh suatu enzim, lisozim, yang dibawa pada ekor fage yang mencernakan dinding sel.
Penetrasi tercapai bila :
1.

Serabut ekor virus melekat pada sel dan ekor terikat erat pada diding sel.

2.

Seludang sel berkontraksi, mendorong inti ekor kedalam sel melalui dinding sel

danmembran sel.
3.

Virus itu menginfeksikan DNAnya seperti sebuah alat suntik menyuntikkan vaksin.

Seludang proteinnya yang berbentuk kepala fage dan struktur ekor virus tetap tertinggal
diluar sel. Setelah melakukan penetrasi virus berikutnya melakukan replikasi yang diikuti
dengan siklus yang dimilliki (lisogenik atau litik).
Lisogeni
Tidak semua infeksi pada sel bakteri fage berlangsung sebagaimana diuraikan diatas untuk
menghasilkan lebih banyak partikel virus dan berakhiran dengan lisis. Suatu hubungan yang
sama sekali berbeda dikenal sebagai lisogeni, dapat berkembang antara virus dan bakteri
inangnya. Pada lisogeni DNA virus fage tenang itu tidak mengambil alih fungsi gen-gen sel
tetapi menjadi tergabung ke dalam DNA inang dan menjadi profage pada kromosom bakteri,
berlaku seperti gen. Pada keadaan ini bakteri itu bermetabolisme dan berbiak secara normal,
dengan DNA virusnya diteruskan kepada setiap sel anak semua generasi
berikutnya. Tetapi, kadang-kadang karena alasan-alasan yang belum diketahui, DNA virus itu
terlepas dari kromosom inang dan terjadilah daur litik. Proses ini disebut induksi spontan.
b. Virus Hewan dan Tumbuhan
Seperti halnya bakteriofage, virion hewan dan tumbuhan tersusun dari suatu inti asam
nukleat yang terletak di tengah dikelilingi oleh suatu kapsid yang terbuat dari kapsomerkapsomer. Semua virion memiliki struktur simetri sejati. Namun pada beberapa virus hewan,
nukleokapsid (asam nukleat dan kapsid) dibungkus oleh suatu membran luar yang disebut
sampul, yang terbuat dari lipoprotein dan menyembuntikan simetri ini. Virion yang

mempunyai sampul peka terhadap pelarut lemak seperti eter dan kloroform. Kemampuan
menginfeksinya dilumpuhkan oleh pelarut semacam ini. Virus yang tidak bercampur disebut
virion bugil. Virus-virus ini tidak terpengaruh oleh pelarut lemak.
Virus-virus hewan dan tumbuhan sangat beragam ukuran serta bentuknya. tetapi tidak
mempunyai morfologi berudu yang khas seperti pada beberapa
bakteriofage. Ukuran dan bentuk merupakan ciri khas bagi setiap tipe virus. Ukuran virion
berkisar dari 10 sampai 300 nm.
1. Morfologi
Virus hewan dan tumbuhan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok, berdasarkan
pada morfologi keseluruhan sebagai berikut :
a). Ikosahedral
Contoh-contohnya ialah poliovirus dan adenovirus masing-masing merupakan penyebab
penyakit polio dan infeksi saluran pernafasan.
b). Helikal
Virus rabies merupakan salah satu contohnya, banyak virus tumbuhan yang berbentuk heliks.
c). Bersampul
Nukleokapsid bagian dalam virus ini yang dapat berbentuk ikosahedral ataupun helikal
dikelilingi oleh sampul seperti membrane. Beberapa sampul mempunyai proyeksi permukaan
yang disebut duri yang terbuat dari glikoprotein (protein dengan gugusan-gugusan
karbohidrat). Kehadirannya biasanya dihubungkan dengan kemampuan virion beraglutinasi
(menggumpal) dengan eritrosit atau sel-sel darah merah. Virion bersampul bersifat
pleomorfik (terbentuk beragam) karena sampul itu tidak kaku. Didalam suatu virus bersampul
seperti virus influenza, nukleokapsidnya bergelung didalam sampul.
d). Kompleks
Beberapa virus mempunyai struktur yang rumit sebagai contoh virus stomatitis vesiculer
(patogen pada ternak) berbentuk peluru dan bagian luar virion mempunyai duri-duri seperti
yang dijumpai pada sampul. Virus cacar (seperti virus vaksinia, virus yang avirulen atau tidak
infektif yang digunakan untuk vaksinasi
terhadap penyakit cacar) tidak memiliki kapsid yang dapat dikenali dengan jelas. Tetapi
mempunyai beberapa selubung yang mengelilingi asam nukleat.
2. Stuktur dan Komposisi
Seperti halnya bakteriofage virion hewan dan tumbuhan tersusun dari suatu inti asam nukleat
yang terletak ditengah dikelilingi oleh kapsid, yang terbuat dari kapsomer-kapsomer. Semua
virion mempunyai struktur simetri sejati, namun pada beberapa virus hewan nukleokapsid
(asam nukleat dan kapsid) dibungkus oleh suatu membrane luar yang disebut sampul, yang
terbuat dari lipoprotein dan menyembunyikan simetri ini. Virion yang mempunyai sampul
peka terhadap pelarut lemak seperti eter dan kloroform. Kemampuan menginfeksinya
dilumpuhkan oleh pelarut semacam ini. Virus yang tidak bersampul disebut virion bugil. Virus-

virus ini tidak terpengaruh oleh pelarut lemak.


a. Asam nukleat
Seperti halnya bakteriofage virus-virus ini hewan dan tumbuhan mengandung DNA atau RNA.
Tetapi virion yang sama tidak dapat mengandung kedua-duanya. Hal ini tentunya berbeda
dengan semua bentuk kehidupan selular yang tanpa perkecualian, mengandung kedua tipe
asam nukleat dalam setiap sel. Ada empat jenis asam nukleat yang mungkin yaitu :
DNA berutasan tunggal
RNA berutasan tunggal
DNA berutasan ganda
RNA berutasan ganda
Keempat tipe itu telah dijumpai pada virus hewan. Pada virus tumbuhan telah dijumpai RNA
berutasan tunggal dan ganda dan juga DNA berutasan tunggal. Disamping itu, struktur asam
nukleat di dalam virion dapat lurus atau bundar. Sebagai contoh virus simian pembentuk
vakuola 40 (sv 40) yang di jumpai pada sel-sel ginjal kera, mempunyai DNA bundar berutasan
ganda. Sedangkan virus herpes,mempunyai DNA lurus berutasan ganda.
b. Protein
Merupakan komponen kimiawi utama yang lain pada virus, dan merupakan bagian yang
terbesar dari kapsid. Banyak virus yang kini telah diketahui mengandung suatu enzim atau
enzim-enzim yang berfungsi dalam replikasi komponen-komponen asam nukleatnya.
Beberapa virion dapat mengandung suatu enzim khusus yang menggunakan RNA virus
sebagai model untuk mensintesis utasan RNA kedua yang dapat mengarahkan sel-sel inang
untuk membuat virus. Virus tumor RNA mengandung suatu enzim yang mensintesis utasan
DNA dengan menggunakan genom RNA virus sebagai acuan.
c. Lipid
Berbagai ragam senyawa lipid (lemak) telah ditemukan pada virus. Senyawa-senyawa ini
meliputi fosfolipid, glikolipid, lemak-lemak alamiah, asam lemak aldehide lemak dan
kolesterol, fosfolipid adalah substansi lipid yang predominan dan dijumpai pada sampul virus.
d. Karbohidrat
Semua virus mengandung karbohidrat karena asam nukleatnya itu sendiri mengandung
ribose dan deoksiribose. Beberapa virus hewan bersampul, seperti virus influenza dan
miksovirus yang lain, pada umumnya terdapat duri-duri yang terbuat dari glikoprotein.
Keberadaan mikroorganisme merupakan bukti empiris (faktual) kebesaran Allah SWT sebagai
Maha Pencipta. Berdasarkan Alquran tentang bukti-bukti kebesaran Allah SWT dalam
kehidupan alam semesta seperti tersirat dalam surat AN NAHL ayat 13 dan surat THAAHAA
ayat 6, yang berbunyi:
Wamaadzaroalakum fil ardhi muhtalifan alwaa nuhu inna fii dzaalika la aayatal
liqoumiyyadzakruuna
dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-

lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.
Lahumaafiisamaawaati wamaa fil ardhi wamaa baynahumaa wamaa tahtassaroo.
Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang ada di bumi, semua yang di antara
keduanya dan semua yang di bawah tanah.

11/08/2010 Posted by Anthony Zaif | MIKROBIOLOGI | 5 Komentar

SIMBIOSIS FUNGI ENDOFIT DENGAN INANG


Sebagian besar mikroorganisme pada tingkat tertentu dalam hidupnya dipengaruhi oleh
kegiatan mikroorganisme lain. Pengaruh tersebut dapat terjadi baik secara langsung maupun
tidak langsung. Salah satu dari fenomena antagonisme yaitu antibiosis. Dalam hal ini salah
satu dari dua populasi organisme yang berinteraksi menghasilkan senyawa antibiotik.
Antibiotik adalah substansi kimia alamiah hasil metabolisme sekunder mikroorganisme, yang
mempunyai

kemampuan

baik

menghambat

pertumbuhan

maupun

membunuh

mikroorganisme lain. Definisi tersebut sangat terbatas, karena sekarang banyak molekul yang
diperoleh melalui sintesis kimia, mempunyai

aktivitas terhadap mikroorganisme.

Sekarang istilah antibiotika berarti semua substansi baik yang berasal dari alam maupun
sintetik yang mempunyai toksisitas selektif terhadap satu atau beberapa mikroorganisme
tujuan, tetapi mempunyai toksisitas cukup lemah terhadap inang (manusia, hewan, atau
tumbuhan) dan dapat diberikan melalui jalur umum.
Walaupun masa jaya penemuan antibiotika telah berlalu, dimulai sejak tahun 1939 sampai
1959, tetapi penelitian dibidang ini bangkit kembali sejak tahun 1965 dengan penemuan
antibiotika semisintetik seperti -laktamin. Masa kini, bioteknologi antibiotika diarahkan untuk
menemukan antibiotika baru dengan mengeksploitasi dunia mikroba, mencari galur yang
beragam dari habitat yang beragam, seleksi galur dan perbaikan genetik, tekhnik media dan
kultur, biosintesa molekul, fisiologi produksi antibiotika dan optimalisasi, serta modelisasi
fermentasi industri. Disamping itu digalakkan mencari antibiotika yang dapat mengatasi AIDS,
HIV dan virus hepatitis B (Sudirman, 1994).
Salah satu organisme penghasil antibiotika yang sedang banyak dibicarakan sekarang ini
adalah fungi endofit. Fungi endofit biasanya terdapat dalam suatu sistem jaringan seperti
daun, ranting, atau akar tumbuhan. Fungi ini dapat menginfeksi tumbuhan sehat pada
jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin, enzim serta antibiotika (Carrol,1988 ;
Clay, 1988). Asosiasi beberapa fungi endofit dengan tumbuhan inang mampu melindungi

tumbuhan inangnya dari beberapa patogen virulen, baik bakteri maupun jamur (Bills dan
Polyshook, 1992).
PEMBAHASAN
A. Fungi Endofit
Fungi endofit adalah fungi yang terdapat di dalam sistem jaringan tumbuhan, seperti daun,
bunga, ranting ataupun akar tumbuhan (Clay, 1988). Fungi ini menginfeksi tumbuhan sehat
pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin, enzim serta antibiotika (Carrol,
1988 ; Clay, 1988).
Asosiasi fungi endofit dengan tumbuhan inangnya, oleh Carrol (1988) digolongkan dalam dua
kelompok, yaitu mutualisme konstitutif dan induktif. Mutualisme konstitutif merupakan
asosiasi yang erat antara fungi dengan tumbuhan terutama rumput-rumputan. Pada
kelompok ini fungi endofit menginfeksi ovula (benih) inang, dan penyebarannya melalui benih
serta organ penyerbukan inang. Mutualisme induktif adalah asosiasi antara fungi dengan
tumbuhan inang, yang penyebarannya terjadi secara bebas melalui air dan udara. Jenis ini
hanya menginfeksi bagian vegetatif inang dan seringkali berada dalam keadaan metabolisme
inaktif pada periode yang cukup lama.
Ditinjau dari sisi taksonomi dan ekologi, fungi ini merupakan organisme yang sangat
heterogen.

Petrini et

al. (1992)

menggolongkan

fungi

endofit

dalam

kelompok Ascomycotina dan Deuteromycotina. Keragaman pada jasad ini cukup besar
seperti pada Loculoascomycetes, Discomycetes, dan Pyrenomycetes. Strobell et al. (1996),
mengemukakan

bahwa

fungi

endofit

meliputi

genusPestalotia,

Pestalotiopsis,

Monochaetia, dan lain-lain. Sedangkan Clay (1988) melaporkan, bahwa fungi endofit
dimasukkan dalam famili Balansiae yang terdiri dari 5 genus yaitu Atkinsonella, Balansiae,
Balansiopsis, Epichloe dan Myriogenospora. Genus Balansiaeumumnya dapat menginfeksi
tumbuhan tahunan dan hidup secara simbiosis mutualistik dengan tumbuhan inangnya.
Dalam simbiosis ini, fungi dapat membantu proses penyerapan unsur hara yang dibutuhkan
oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis serta melindungi tumbuhan inang dari serangan
penyakit, dan hasil dari fotosintesis dapat digunakan oleh fungi untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. (Bacon, 1991 ; Petrini et al., 1992 ; Rao, 1994).
B. Produksi Senyawa Antibiotika Oleh Fungi Endofit
Banyak kelompok fungi endofit yang mampu memproduksi senyawa antibiotika yang aktif
melawan bakteri maupun fungi patogenik terhadap manusia, hewan dan tumbuhan, terutama
dari genus Coniothirum dan Microsphaeropsis (Petrini et al., 1992). Penelitian Dreyfuss et

al. (1986), menunjukkan aktivitas yang tinggi dari penisilin N, sporiofungin A, B, serta C yang
dihasilkan

oleh

isolat-isolat

endofit Pleurophomopsis sp.

dan Cryptosporiopsis sp.

yang

diisolasi dari tumbuhan Cardamin heptaphylla Schulz. Lebih lanjut, suatu penelitian yang
dilakukan oleh Tscherter dan Dreyfuss (1982) dalam Petrini et al. (1992) menghasilkan suatu
kesimpulan bahwa galur-galur endofit Cryptosporiopsis pada umumnya merupakan penghasil
senyawa antibiotika berspektrum lebar. Isolat fungi endofitXylaria spp. juga memiliki potensi
besar

dalam

penelitian-penelitian

industri

farmasi

maupun

pertanian.

Suatu

strain Xylaria yang diisolasi dari tumbuhan epifit di Amerika Selatan dan Meksiko dilaporkan
dapat menghasilkan suatu senyawa antibiotika baru dari kelompok sitokalasin (Dreyfuss et
al., 1986).
Penelitian Brunner dan Petrini ( 1992) yang melakukan seleksi pada lebih dari 80 spora fungi
endofit, hasilnya menunjukkan bahwa 75 % fungi endofit mampu menghasilkan antibiotika.
Fungi endofit Xylotropik, suatu kelompok fungi yang berasosiasi dengan tumbuhan berkayu,
juga merupakan penghasil metabolit sekunder. Pada suatu studi perbandingan yang dilakukan
terhadap berbagai fungi, lebih dari 49 % isolat Xylotropik yang diuji menunjukkan aktivitas
antibiotika, sedangkan fungi pembandingnya hanya 28 % (Petrini et al., 1992).
Fungi endofit juga mampu menghasilkan siklosporin A, yang berpotensi sebagai antifungal
dan bahan imunosupresif (Borel et al., 1976 ; Petrini et al., 1992). Siklosporin dihasilkan oleh
strain Acremonium luzulae (Fuckel) W. Gams, yang diisolasi dari buah strawberry (Moussaif et
al., 1977). Senyawa antibiotika lainnya seperti sefalosporin mulanya dihasilkan oleh satu
strainCephalosporium dan Emericellopsis (Acremonium). Selanjutnya juga ditemukan pada
fungi Anixiopsis,

Arachnomyces,Diheterospora,

Paecilomyces,

Scopulariopsis dan Spiroidium (Morin dan Gorman, 1982).


Fungi endofit Acremonium coenophialum yaitu yang berasosiasi dengan rumput-rumputan
dapat

menghambat

pertumbuhan

sorghina dan Rhizoctonia

patogen

cerealis (White

and

rumput Nigrospora
Cole,

1985).

sphaerica,

Fungi

endofit

Periconia
lainnya

seperti Taxomyces andreanae dapat menghasilkan senyawa taxol yang berguna sebagai obat
anti kanker (Strobel et al., 1996). Menurut Bacon (1988), fungi endofit yang mempunyai nilai
komersial dalam bidang farmasi, antara lain Balansia spp. danAcremonium coenophialum.
Kesimpulan
Fungi endofit dapat menjalin kehidupan bersama dengan tumbuhan inang, dan mampu
melindungi

tumbuhan

inang

dari

beberapa

patogen

virulen,

diantaranya

adalah Acremonium coenophialum. Berbagai senyawa antibiotika yang sangat berguna yang

dihasilkan oleh fungi endofit antara lain siklosporin oleh Acremonium luzulae, dan senyawa
taxol oleh Taxomyces andreanae.

02/09/2009 Posted by Anthony Zaif | BTR, MIKROBIOLOGI | 3 Komentar

LINGKUNGAN DAN PROSES ADAPTASI PERTAHANAN


MIKROORGANISME DALAM KEHIDUPAN
Abstrak
Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan sekitar, demikian juga
jasat renik. Makhluk-makhluk halus ini tidak dapat sepenuhnya menguasai faktorfaktor

lingkungan,

sehingga

untuk

hidupnya

sangat

bergantung

kepada

lingkungan sekitar. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan


mikroorganisme meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor
biotik. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan apa
sajakah yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme terutama dalam hal
fisik, kimia, dan biologi. Kesimpulan dari penulisan ini adalah faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme diantaranya adalah
pengaruh temperatur, zat warna, dan parasitisme
Kata kunci: Lingkungan, Biotik, Abiotik
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan sekitar, demikian juga jasat renik.
Makhluk-makhluk halus ini tidak dapat sepenuhnya menguasai faktor-faktor lingkungan,
sehingga untuk hidupnya sangat bergantung kepada lingkungan sekitar. Satu-satunya jalan
untuk menyelamatkan diri dari faktor lingkungan adalah dengan cara menyesuaikan diri
(adaptasi) kepada pengaruh faktor dari luar. Penyesuaian mikroorganisme terhadap faktor
lingkungan dapat terjadi secara cepat dan ada yang bersifat sementara, tetapi ada juga
perubahan itu bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta sifat-sifat
fisiologik secara turun menurun.
Kehidupan mikroba tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, akan tetapi juga
mempengaruhi keadaan lingkungan. Misalnya, bakteri termogenesis menimbulkan panas di
dalam medium tempat tumbuhnya. Beberapa mikroba dapat pula mengubah pH dari medium
tempat hidupnya, perubahan ini dinamakan perubahan secara kimia.

Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat


mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa kelompok mikroba
sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan. Mikroba tersebut dapat dengan cepat
menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut. Faktor lingkungan meliputi faktor-faktor
abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah yaitu:
Faktor-faktor fisik apa sajakah yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme ?
Faktor-faktor kimia apa sajakah yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme ?
Faktor-faktor biologi apa sajakah yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme ?
Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan apa sajakah yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme terutama dalam hal fisik, kimia, dan biologi.
Manfaat Penulisan
Penulisan ini memberikan beberapa manfaat. Aspek akademis memberikan informasi ilmiah
kepada masyarakat tentang faktor-faktor dan pengaruh lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme. Aspek ekonomi, dengan mengetahui faktor-faktor dan
pengaruh lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, masyarakat atau
juga pihak industri dapat mengembangbiakan mikroorganisme untuk dimanfaatkan dalam
berbagai hal yang ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
PEMBAHASAN
1. Faktor-faktor Fisik
a.

Pengaruh temperatur

Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kehidupan. Beberapa jenis
mikroba dapat hidup di daerah temperatur yang luas sedang jenis lainnya pada daerah yang
terbatas. Pada umumnya batas daerah tempetur bagi kehidupan mikroba terletak di antara
0oC dan 90oC, sehingga untuk masin -masing mikroba dikenal nilai temperatur minimum,
optimum dan maksimum. Temperatur minimum suatu jenis mikroba ialah nilai paling rendah

dimana kegiatan mikroba asih berlangsun. Temperatur optimum adalah nilai yang paling
sesuai /baik untuk kehidupan mikroba. Temperatur maksimum adalah nilai tertinggi yang
masih dapat digunakan untuk aktivitas mikroba tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologi yang
paling minimal.
Daya tahan mikroba terhadap temperatur tidak sama untuk tiap-tiap spesies. Ada spesies yng
mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit didalam medium pada temperature
60oC;

sebaliknya

bakteri

yang

membentuk

spora

seperti

genus Bacillus dan

genus Clostridium tetap hidup setelah dipanasi dengan uap 100 oC atau lebih selama 30
menit. Oleh karena itu, proses sterilisasi untuk membunuh setiap spesies bakteri yakni
dengan pemanasan selama 15-20 menit dengan tekanan 1 atm dan temperatur 121 oC di
dalam otoklaf.
Mengenai pH medium kenapa berpengaruh terhadap daya tahan mikroba terhadap
pemanasan bahwa sedikit perubahan pH menuju asam atau basa sangat berpengaruh
terhadap pemanasan. Sehubungan dengan hal ini, maka buah-buahan yang masam lebih
mudah disterilkan dari pada sayur mayur atau daging.
Golongan

bakteri

yang

dapat

hidup

pada

batas-batas

temperature

yang

sempit,

misalnya Gonococcus yang hanya dapat hidup pada kisaran 30-40 oC. golongan mikroba yang
memiliki batas temperatur minimum dan maksimum tidak telalu besar, disebut stenotermik.
Tetapi Escherichia coli tumbuh pada kisaran temperatur 8-46oC, sehingga beda (rentang)
antara temperatur minimum besar, inilah yang disebut golongan euritermik. Bila mikroba
dipiara dibawah temperatur minimum atau sedikit diatas temperatur maksimum tidak segera
mati, melainkan dalam keadaan dormansi (tidur).
Berdasarkan daerah aktivitas temperatur, mikroba di bagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a.

Mikroba psirkofilik (kryofilik) adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh pada daerah

temperatur antara 0 C sampai 30 C, dengan temperatur optimum 15 C. kebanyakan golongan


ini tumbuh d tempat-tempat dingin, baik di daratan maupun di lauatan.
b.

Mikroba mesofilik adalah golongan mikroba yang mempunyai temperatur optimum

pertumbuhan antara 25 C-37 C minimum 15 C dan maksimum di sekitar 55 C. umumnya


hidup di dalam alat pencernaan, kadang-kadang ada juga yang dapat hidup dengan baik
pada temperatur 40 C atau lebih.
c.

Mikroba termofilik adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh pada daerah

temperature tinngi, optimum 55C-60 C, minmum 40 C, sedangkan maksimum 75 C. golongan

ini terutama terdapat di dalam sumber-sumber air panas dan tempat-tempat lain yang
bertemperatur lebih tinggi dari 55 C.
Grafik pertumbuhan mikroba pada berbagai kisaran suhu pertumbuhan
Temperatur tinggi melebihi temperatur maksimum akan menyebabkan denaturasi protein dan
enzim. Hal ini akan menyebabkan terhentinya metabolisme. Dengan nilai temperatur yang
melebihi maksimum, mikroba akan mengalami kematian. Titik kematian termal suatu jenis
mikroba (Thermal Death Point) adalah nilai temperatur serendah-rendahnya yang dapat
mematikan jenis mikroba yang berada dalam medium standar selama 10 menit dalam kondisi
tertentu. Laju kematian termal (thermal Deat Rate) adalah kecepatan kematian mikroba
akibat pemberian temperatur. Hal ini karena tidak semua spesies mati bersama-sama pada
suatu temperatur tertentu. Biasanya, spesies yang satu lebih tahan dari pada yang lain
terhadap suatu pemanasan, oleh karena itu masing-masing spesies itu ada angka kematian
pada suatu temperatur. Waktu kematian temal (Thermal Death Time) merupakan waktu yang
diperlukan untuk membunuh suatu jenis mikroba pada suatu temperatur yang tetap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik kematian termal antara lain ialah waktu, temperatur,
kelembaban, bentuk dan jenis spora, umur mikrroba, pH dan komposisi medium. Contoh
waktu kematian thermal (TDT/ thermal death time) untuk beberapa jenis bakteri adalah
sebagai berikut :

Nama mikroba

Waktu

Suhu (0C)

(menit)

Escherichia coli

20-30

57

Staphylococcus aureus

19

60

Spora Bacilus subtilis

20-50

100

Spora Clostridium
botulinum

100-330

100

b.

Kelembaban dan Pangaruh Kebasahan serta Kekeringan

Mikroba mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan
bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85%, sedangkan untuk jamur di perlukan
kelembaban yang rendah dibawah 80%. Banyak mikroba yang tahan hidup di dalam keadaan
kering untuk waktu yang lama, seperti dalam bentuk spora, konidia, artospora, klamidospora
dan kista.
Setiap mikroba memerlukan kandungan air bebas tertentu untuk hidupnya, biasanya diukur
dengan parameter aw (water activity) atau kelembaban relatif. Mikroba umumnya dapat
tumbuh pada aw 0,998-0,6. bakteri umumnya memerlukan a w 0,90- 0,999. Mikroba yang
osmotoleran dapat hidup pada aw terendah (0,6) misalnya khamir Saccharomyces rouxii.
Aspergillus glaucus dan jamur benang lain dapat tumbuh pada a w 0,8. Bakteri umumnya
memerlukan aw atau kelembaban tinggi lebih dari 0,98, tetapi bakteri halofil hanya
memerlukan aw 0,75. Mikroba yang tahan kekeringan adalah yang dapat membentuk spora,
konidia atau dapat membentuk kista. Tabel berikut ini memuat daftar aw yang diperlukan oleh
beberapa jenis bakteri dan jamur :

Nilai aw

Bakteri

Jamur

1,00

Caulobacter

Spirillum

0,90

Lactobacilus

Fusarium

Bacillus

Mucor

0,85

Staphylococcus

Debaromyce
s

0,80

Penicillium

0,75

Halobacterium

Aspergillus

0,60

Xeromyces

Bakteri sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air.
Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur; hal ini di sebabkan karena
kurangnya udara bagi mereka. Tanah yang cukup basah baiklah bagi kehidupan bakteri.
Banyak bakteri menemui ajalnya, jika kena udara kering. Meningococcus, yaitu bakteri yang
menyebabkan meningitis, itu mati dalam waktu kurang daripada satu jam, jika digesekkan di
atas kaca obyek. Sebaliknya,spora-spora bakteri dapat bertahan beberapa tahun dalam
keadaan kering.
Pada

proses

pengeringan,

air

akan

menguap

dari

protoplasma.

Sehingga

kegiatan

metabolisme berhenti. Pengeringan dapat juga merusak protoplasma dan mematikan sel.
Tetapi ada mikrobia yang dapat tahan dalam keadaan kering, misalnya mikrobia yang
membentuk spora dan dalam bentuk kista. Adapun syarat-syarat yang menentukan matinya
bakteri karena kekeringan itu ialah:
Bakteri yang ada dalam medium susu, gula, daging kering dapat bertahan lebih lama

daripada di dalam gesekan pada kaca obyek. Demikian pula efek kekeringan kurang terasa,
apabila bakteri berada di dalam sputum ataupun di dalam agar-agar yang kering.
Pengeringan di dalam terang itu pengaruhnya lebih buruk daripada pengeringan di

dalam gelap.
Pengeringan pada suhu tubuh (37C) atau suhu kamar (+ 26 C) lebih buruk daripada

pengeringan pada suhu titik-beku.


Pengeringan di dalam udara efeknya lebih buruk daripada pengeringan di dalam

vakum ataupun di dalam tempat yang berisi nitrogen. Oksidasi agaknya merupakan faktormaut.
c.

Pengaruh perubahan nilai osmotik

Tekanan osmose sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila
mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu
terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila

diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu
pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah.
Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi (1) mikroba
osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi, (2) mikroba halofil,
adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam halogen yang tinggi, (3) mikroba
halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh
pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30 %.
Contoh mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir. Khamir osmofil mampu tumbuh pada
larutan gula dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94). Contoh mikroba halofil
adalah bakteri yang termasuk Archaebacterium, misalnya Halobacterium.Bakteri yang tahan
pada kadar garam tinggi, umumnya mempunyai kandungan KCl yang tinggi dalam selnya.
Selain itu bakteri ini memerlukan konsentrasi Kalium yang tinggi untuk stabilitas ribosomnya.
Bakteri halofil ada yang mempunyai membran purple bilayer, dinding selnya terdiri dari
murein, sehingga tahan terhadap ion Natrium.
d.

Kadar ion hidrogen (pH)

Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat hidup pada pH tinggi
(medium alkalin). Contohnya adalah bakteri nitrat, rhizobia, actinomycetes, dan bakteri
pengguna urea. Hanya beberapa bakteri yang bersifat toleran terhadap kemasaman,
misalnya Lactobacilli, Acetobacter, dan Sarcina ventriculi. Bakteri yang bersifat asidofil
misalnya Thiobacillus. Jamur umumnya dapat hidup pada kisaran pH rendah. Apabila mikroba
ditanam pada media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila
pH media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri. Berdasarkan pH-nya mikroba dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu (a) mikroba asidofil, adalah kelompok mikroba yang dapat
hidup pada pH 2,0-5,0, (b) mikroba mesofil (neutrofil), adalah kelompok mikroba yang dapat
hidup pada pH 5,5-8,0, dan (c) mikroba alkalifil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup
pada pH 8,4-9,5. Contoh pH minimum, optimum, dan maksimum untuk beberapa jenis bakteri
adalah sebagai berikut :

Nama mikroba

Escherichia coli

pH

minimum

optimum

maksimum

4,4

6,0-7,0

9,0

6,0-7,0
Proteus vulgaris

4,4

6,0-7,0

8,4

Enterobacter aerogenes

4,4

6,6-7,0

9,0

Pseudomonas aeruginosa

5,6

6,0-7,6

8,0

Clostridium sporogenes

5,0-5,8

8,0-8,8

8,5-9,0

Nitrosomonas spp

7,0-7,6

7,6-8,6

9,4

Nitrobacter spp

6,6

2,0-2,8

10,0

Thiobacillus Thiooxidans

1,0

5,8-6,6

4,0-6,0

Lactobacillus acidophilus

4,0-4,6

6,8

Untuk menumbuhkan mikroba pada media memerlukan pH yang konstan, terutama pada
mikroba

yang

dapat

menghasilkan

asam.

Misalnya Enterobacteriaceae dan

beberapa Pseudomonadaceae. Oleh karenanya ke dalam medium diberi tambahan buffer


untuk menjaga agar pH nya konstan. Buffer merupakan campuran garam mono dan dibasik,
maupun senyawa-senyawa organik amfoter. Sebagai contoh adalah buffer fosfat anorganik
dapat mempertahankan pH diatas 7,2. Cara kerja buffe adalah garam dibasik akan
mengadsorbsi ion H+ dan garam monobasik akan bereaksi dengan ion OH -.
e.

Tegangan muka

Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan tersebut menyerupai


membran yang elastis. Seperti telah diketahui protoplasma mikroba terdapat di dalam sel
yang dilindungi dinding sel, maka apabilaada perubahan tegangan muka dinding sel akan
mempengaruhi pula permukaan protoplasma. Akibat selanjutnya dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba dan bentuk morfologinya. Zat-zat seperti sabun, deterjen, dan zat-zat
pembasah (surfaktan) seperti Tween80 dan Triton A20 dapat mengurangi tegangan muka
cairan/larutan. Umumnya mikroba cocok pada tegangan muka yang relatif tinggi.
f.

Tekanan hidrostatik

Tekanan hidrostatik mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba. Umumnya


tekanan 1-400 atm tidak mempengaruhi atau hanya sedikit mempengaruhi metabolisme dan
pertumbuhan mikroba. Tekanan hidrostatik yang lebih tinggi lagi dapat menghambat atau
menghentikan pertumbuhan, oleh karena tekanan hidrostatik tinggi dapat menghambat
sintesis RNA, DNA, dan protein, serta mengganggu fungsi transport membran sel maupun
mengurangi

aktivitas

berbagai

macam

enzim.

Tekanan

diatas

100.000

pound/inchi2 menyebabkan denaturasi protein. Akan tetapi ada mikroba yang tahan hidup
pada tekanan tinggi (mikroba barotoleran), dan ada mikroba yang tumbuh optimal pada
tekanan tinggi sampai 16.000 pound/inchi 2 (barofil). Mikroba yang hidup di laut dalam
umumnya adalah barofilik atau barotoleran. Sebagai contoh adalah bakteri Spirillum.
g.

Pengaruh Sinar

Kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan fotosintesis, bahkan setiap radiasi dapat
berbahaya bagi kehidupannya. Sinar yang nampak oleh mata kita, yaitu yang bergelombang
antara 390 m sampai 760 m , tidak begitu berbahaya; yang berbahaya ialah sinar yang
lebih pendek gelombangnya, yaitu yang bergelombang antara 240 m sampai 300 m .
Lampu air rasa banyak memancarkan sinar bergelombang pendek ini. Lebih dekat,
pengaruhnya lebih buruk. Dengan penyinaran pada jarak dekat sekali, bakteri bahkan dapat
mati seketika, sedang pada jarak yang agak jauh mungkin sekali hanya pembiakannya
sajalah yang terganggu. Spora-spora dan virus lebih dapat bertahan terhadap sinar ultraungu. Sinar ultra-ungu biasa dipakai untuk mensterilkan udara, air, plasma darah dan
bermacam-macam bahan lainya. Suatu kesulitan ialah bahwa bakteri atau virus itu mudah
sekali ketutupan benda-benda kecil, sehingga dapat terhindar dari pengaruh penyinaran.
Alangkah baiknya, jika kertas-kertas pembungkus makanan, ruang-ruang penyimpan daging,
ruang-ruang pertemuan, gedung-gedung bioskop dan sebagainya pada waktu-waktu tertentu
dibersihkan dengan penyinaran ultra-ungu.
2. Faktor-faktor Kimia
a. Fenol Dan Senyawa-Senyawa Lain Yang Sejenis
Larutan fenol 2 sampai 4% berguna bagi desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik
khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan
kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah
lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga
desinfektan menjadi menarik.
b. Formaldehida (CH2O)

Suatu larutan formaldehida 40% biasa disebut formalin. Desinfektan ini banyak sekali
digunakan untuk membunuh bakteri, virus, dan jamur. Formalin tidak biasa digunakan untuk
jaringan tubuh manusia, akan tetapi banyak digunakan untuk merendam bahanbahan
laboratorium, alat-alat seperti gunting, sisir dan lain-lainnya pada ahli kecantikan.
c. Alkohol
Etanol murni itu kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Jika dicampur dengan air murni,
efeknya lebih baik. Alcohol 50 sampai 70% banyak digunakan sebagai desinfektan.
d. Yodium
Yodium-tinktur, yaitu yodium yang dilarutkan dalam alcohol, banyak digunakan orang untuk
mendesinfeksikan luka-luka kecil. Larutan 2 sampai 5% biasa dipakai. Kulit dapat terbakar
karenanya , oleh sebab itu untuk luka-luka yang agak lebar tidak digunakan yodium-tinktur.
e. Klor Dan Senyawa Klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. Persenyawaan klor dengan kapur atau
natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan
minum.
f. Zat Warna
Beberapa macam zat warna dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pada umumnya
bakteri gram positif iktu lebih peka terhadap pengaruh zat warna daripada bakteri gram
negative. Hijau berlian, hijau malakit, fuchsin basa, kristal ungu sering dicampurkan kepada
medium untuk mencegah pertumbuhanbakteri gram positif. Kristal ungu juga dipakai untuk
mendesinfeksikan luka-luka pada kulit. Dalam penggunaan zat warna perlu diperhatikan
supaya warna itu tidak sampai kena pakaian.
g. Obat Pencuci (Detergen)
Sabun biasa itu tidak banyak khasiatnya sebagai obat pembunuh bakteri, tetapi kalau
dicampur dengan heksaklorofen daya bunuhnya menjadi besar sekali. Sejak lama obat
pencuci yang mengandung ion (detergen) banyak digunakan sebagai pengganti sabun.
Detergen bukan saja merupakan bakteriostatik, melainkan juga merupakan bakterisida.
Terutama bakteri yang gram positif itu peka sekali terhadapnya. Sejak 1935 banyak dipakai
garam amonium yang mengandung empat bagian. Persenyawaan ini terdiri atas garam dari
suatu basa yang kuat dengan komponen-komponen. Garam ini banyak sekali digunakan

untuk sterilisasi alat-alat bedah, digunakan pula sebagai antiseptik dalam pembedahan dan
persalinan, karena zat ini tidak merusak jaringan, lagipula tidak menyebabkan sakit. Sebagai
larutan yang encer pun zat ini dapat membunuh bangsa jamur, dapat pula beberapa genus
bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Agaknya alkil-dimentil bensil-amonium klorida
makin lama makin banyak dipakai sebagai pencuci alat-alat makan minum di restoranrestoran. Zat ini pada konsentrasi yang biasa dipakai tidak berbau dan tidak berasa apa-apa.
h. Sulfonamida
Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang mengandung belerang
sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan lagi pula tidak merusak jaringan manusia.
Terutama bangsa kokus seperti Streptococcus yang menggangu tenggorokan,Pneumococcus,
Gonococcus, dan Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamida. Penggunaan obat-obat
ini, jika tidak aturan akan menimbulkan gejalagejala alergi, lagi pula obat-obatan ini dapat
menimbulkan golongan bakteri menjadi kebal terhadapnya. Khasiat sulfonamida itu
terganggu oleh asam-p-aminobenzoat. Asam-p-aminobenzoat memegang peranan sebagai
pembantu enzim-enzim pernapasan, dalam hal itu dapat terjadi persaingan antara
sulfanilamide dan asam-paminobenzoat. Sering terjadi, bahwa bakteri yang diambil dari
darah atau cairan tubuh orang yang habis diobati dengan sulfanilamide itu tidak dapat dipiara
di dalam medium biasa. Baru setelah dibubuhkan sedikit asam-p-aminobenzoat ke dalam
medium tersebut, bakteri dapat tumbuh biasa. Berikut ialah rumus bangun sulfonamide dan
asam-p-aminobenzoat.
Rumus bangun sulfonamide dan asam-p-aminobenzoat
i. Antibiotik
Antibiotik yang pertama dikenal ialah pinisilin, yaitu suatu zat yang dihasilkan oleh
jamur Pinicillium. Pinisilin di temukan oleh Fleming dalam tahun 1929, namun baru sejak 1943
antibiotik ini banyak digunakan sebagai pembunuh bakteri. Selama Perang Dunia Kedua dan
sesudahnya bermacam-macam antibiotik diketemukan, dan pada dewasa ini jumlahnya
ratusan. Genus Streptomycesmenghasilkan streptomisin, aureomisin, kloromisetin, teramisin,
eritromisin, magnamisin yang masing-masing mempunyai khasiat yang berlainan. Akhir-akhir
ini orang telah dapat membuat kloromisetin secara sintetik, obat-obatan ini terkenal sebagai
kloramfenikol. Diharapkan antibiotik-antibiotik yang lain pun dapat dibuat secara sintetik
pula.
Ada yang kita kenal beberapa antibiotik yang dapat dihasilkan oleh golongan jamur,
melainkan

oleh

golongan

bakteri

sendiri,

misalnya

tirotrisin

dihasilkan

oleh Bacillus

brevis, basitrasin oleh Bacillus subtilis, polimiksin oleh Bacillus polymyxa.Antibiotik yang

efektif

bagi

banyak

spesies

bakteri,

baik

kokus,

basil,

maupun

spiril,

dikatakan

mempunyai spektrum luas. Sebaliknya, suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies
tertentu,

disebut

antibiotik

yang spektrumnya

sempit. Pinisilin

hanya

efektif

untuk

membrantas terutama jenis kokus, oleh karena itu pinisilin dikatakan mempunyai spektrum
yang sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu, oleh karena itu
tetrasiklin dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebelum suatu antibiotik digunakan untuk
keperluan pengobatan, maka perlulah terlebih dahulu antibiotik itu diuji efeknya terhadap
spesies bakteri tertentu.
j. Garam Garam Logam
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja
dapat menumbuhnkan bakteri, daya mana disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali
dipertunjukkan dengan suatu eksperimen.
Sayang benar garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, maka alat-alat yang terbuat
dari logam, dan lagi pula mahal harganya. Meskipun demikian orang masih bisa
menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia
lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau mertiolat. ONa HgOH SHgCH2.CH3 CH3 NO3
COONa metafen mertiolat
Rumus bangun merkurokrom, metafen atau mertiolat
Persenyawaan air rasa yang organik dapat pula dipergunakan untuk membersihkan biji
bijian supaya terhindar dari gangguan bangsa jamur. Nitrat perak 1 sampai 2% banyak
digunakan untuk menetesi selaput lendir, misalnya pada mata bayi yang baru lahir untuk
mencegah gonorhoea. Banyak juga orang mempergunakan persenyawaan perak dengan
protein. Garam tembaga jarang dipakai sebagai bakterisida, akan tetapi banyak digunakan
untuk menyemprot tanaman dan untuk mematikan tumbuhan ganggang di kolam-kolam
renang.
3. Faktor-faktor Biologi
a. Netralisme
Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang tidak saling mempengaruhi. Hal ini
dapat terjadi pada kepadatan populasi yang sangat rendah atau secara fisik dipisahkan dalam
mikrohabitat, serta populasi yang keluar dari habitat alamiahnya. Sebagai contoh interaksi
antara mikroba allocthonous (nonindigenous) dengan mikroba autochthonous (indigenous),
dan antar mikrobanonindigenous di atmosfer yang kepadatan populasinya sangat rendah.

Netralisme juga terjadi pada keadaan mikroba tidak aktif, misal dalam keadaan kering beku,
atau fase istirahat (spora, kista).
b. Komensalisme
Hubungan komensalisme antara dua populasi terjadi apabila satu populasi diuntungkan tetapi
populasi lain tidak terpengaruh. Contohnya adalah:
- Bakteri Flavobacterium brevis dapat menghasilkan ekskresi sistein. Sistein dapat digunakan
oleh Legionella pneumophila.
- Desulfovibrio mensuplai asetat dan H2 untuk respirasi anaerobic Methanobacterium.
c. Sinergisme
Suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk dapat
melakukan perubahan kimia tertentu di dalam substrat. Apabila asosiasi melibatkan 2
populasi atau lebih dalam keperluan nutrisi bersama, maka disebut sintropisme. Sintropisme
sangat penting dalam peruraian bahan organik tanah, atau proses pembersihan air secara
alami.
d. Mutualisme (Simbiosis)
Mutualisme adalah asosiasi antara dua populasi mikroba yang keduanya saling tergantung
dan sama-sama mendapat keuntungan. Mutualisme sering disebut juga simbiosis. Simbiosis
bersifat sangat spesifik (khusus) dan salah satu populasi anggota simbiosis tidak dapat
digantikan tempatnya oleh spesies lain yang mirip. Contohnya adalah Bakteri Rhizobium sp.
yang

hidup

pada

bintil

akar

tanaman

kacang-kacangan.

Contoh

lain

adalah Lichenes (Lichens), yang merupakan simbiosis antara algae sianobakteria dengan
fungi. Algae (phycobiont) sebagai produser yang dapat menggunakan energi cahaya untuk
menghasilkan senyawa organik. Senyawa organik dapat digunakan oleh fungi (mycobiont),
dan fungi memberikan bentuk perlindungan (selubung) dan transport nutrien / mineral serta
membentuk faktor tumbuh untuk algae.
Lichenes
e. Kompetisi
Hubungan negatif antara 2 populasi mikroba yang keduanya mengalami kerugian. Peristiwa
ini ditandai dengan menurunnya sel hidup dan pertumbuhannya. Kompetisi terjadi pada 2
populasi mikroba yang menggunakan nutrien / makanan yang sama, atau dalam keadaan

nutrien

terbatas.

Contohnya

adalah

antara

protozoa Paramaecium

caudatum dengan Paramaecium aurelia.


f. Amensalisme (Antagonisme)
Satu bentuk asosiasi antar spesies mikroba yang menyebabkan salah satu pihak dirugikan,
pihak lain diuntungkan atau tidak terpengaruh apapun. Umumnya merupakan cara untuk
melindungi diri terhadap populasi mikroba lain. Misalnya dengan menghasilkan senyawa
asam, toksin, atau antibiotika. Contohnya adalah bakteri Acetobacter yang mengubah etanol
menjadi asam asetat.Thiobacillus thiooxidans menghasilkan asam sulfat. Asam-asam tersebut
dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain. Bakteri amonifikasi menghasilkan ammonium
yang dapat menghambat populasi Nitrobacter.
g. Parasitisme
Parasitisme terjadi antara dua populasi, populasi satu diuntungkan (parasit) dan populasi lain
dirugikan (host / inang). Umumnya parasitisme terjadi karena keperluan nutrisi dan bersifat
spesifik.

Ukuran

parasit

biasanya

lebih

kecil

dari

inangnya.

Terjadinya

parasitisme

memerlukan kontak secara fisik maupun metabolik serta waktu kontak yang relatif lama.
Contohnya adalah bakteriBdellovibrio yang memparasit bakteri E. coli. Jamur Trichoderma sp.
memparasit jamur Agaricus sp.
h. Predasi
Hubungan predasi terjadi apabila satu organisme predator memangsa atau memakan dan
mencerna organisme lain (prey). Umumnya predator berukuran lebih besar dibandingkan
prey, dan peristiwanya berlangsung cepat. Contohnya adalah Protozoa (predator) dengan
bakteri (prey). Protozoa Didinium nasutum (predator) dengan Paramaecium caudatum (prey),
dapat dilihat di gambar sebagai berikut.
KAJIAN RELIGI
Di dalam Al-Quran secara tersirat Allah SWT telah menyiratkan akan pentingnya pengaruh
lingkungan bagi kehidupan makhluk hidup yang ia ciptakan termasuk mikroorganisme yang
juga merupakan salah satu contoh makhluk hidup ciptaan Allah SWT, hal ini tersirat dalam
beberapa ayat di dalam Al-Quran diantaranya dalam :
Q.S AL BAQARAH 164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,
dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi

sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda
(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Q.S AL FURQAAN 61. Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang
dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.
Dari beberapa ayat diatas dapat kita ketahui bahwa Allah SWT mengisyaratkan bahwa faktor
lingkungan sangat berperan dalam kehidupan mikroorganisme. Hal ini diisyaratkan oleh Al
Quran dengan angin dan cahaya matahari yang merupakan salalh satu faktor lingkungan
yang berperan dalam kehidupan mikroorganisme sangat mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme.
KESIMPULAN
Berdasarkan

hasil

penulisan

Lingkungan

dan

Proses

Adaptasi

Pertahanan

Mikroorganisme Terhadap Kehidupan dapat diambil kesimpulan bahwa:


a.

Faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, yaitu

pengaruh temperatur, kelembaban dan pengaruh kebasahan serta kekeringan, pengaruh


perubahan nilai osmotic, kadar ion Hidrogen (pH), tegangan muka, tekanan, hidrostatik,
pengaruh sinar.
b.

Faktor lingkungan kimia yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, yaitu Fenol

Dan Senyawa-Senyawa Lain Yang Sejenis, Formaldehida (CH2O), alcohol, yodium, Klor Dan
Senyawa Klor, zat warna, Obat Pencuci (Detergen), Sulfonamida, antibiotik, garam-garam
logam.
c.

Faktor lingkungan biologi yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, yaitu

netralisme, komensalisme, sinergisme, mutualisme (simbiosis), kompetisi, Amensalisme


(Antagonisme), parasitisme, predasi.
SARAN
Berdasarkan penulisan Lingkungan dan Proses Adaptasi Pertahanan Mikroorganisme
Terhadap Kehidupan maka dapat disarankan bahwa masyarakat ataupun pihak industri
yang ingin memanfaatkan jasa dari mikroorganisme harus selalu memperhatikan pengaruh
lingkungan yang dibutuhkan mikroorganisme untuk proses kehidupannya. Hal ini sangat
diperlukan agar masyarakat ataupun pihak industri dapat memanfaatkan semaksimal
mungkin jasa dari mikroorganisme tersebut untuk meningkatkan pendapatan atau juga untuk

kepentingan lainnya yang bermanfaat dalam kehidupannya, tanpa menganggu kehidupan


dari mikroorganisme tersebut.
DARTAR PUSTAKA
Anonymous.

2006. Faktor

yang

Mempengaruhi

Pertumbuhan

Mikroba.

(Online).

(http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/faktor-yang-mempengaruhipertumbuhan-mikroba/) Diakses Tanggal 17 Desember 2008.


Dwijoseputro. 1995. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan
Jawetz. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.
Schlegel, Hans. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Stanier Roger. Edward Alderberg dan John Ingraham. 1982. Dunia Mikroba 1. Bharata Karya
Aksara. Jakarta.
Suriawiria U. 1995. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa.
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang Prees. Malang.

02/08/2009 Posted by Anthony Zaif | MIKROBIOLOGI | 6 Komentar

GENETIKA MIKROORGANISME, SEBUAH ELEMEN DASAR


PENYUSUN KEHIDUPAN MIKROORGANISME
Abstrak
Ilmu

genetika

konstansi

dan

mendefinisikan
perubahan

dan

menganalisis

pengaturan

dari

keturunan

berbagai

fungsi

(heredity)

atau

fisiologis

yang

membentuk karakter organisme. Genetika mikroba telah mengungkapkan bahwa


gen terdiri dari DNA, suatu pengamatan yang melekat dasar bagi biologi
molekuler. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengertian dari genetika
virus, bakteri, dan jamur dan komponen yang menyusun genetika dari virus,
bakteri, dan jamur. Kesimpulan dari penulisan ini adalah gen dari bakteri virus dan

jamur secara umum tersusun dari DNA dan RNA, namun dalam hal tertentu
terdapat perbedaan tergantung dari jenis bakteri, virus, dan jamur tersebut.
Kata Kunci: Genetika, DNA, RNA.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu genetika mendefinisikan dan menganalisis keturunan (heredity) atau konstansi dan
perubahan pengaturan dari berbagai fungsi fisiologis yang membentuk karakter organisme.
Unit keturunan disebut gen,adalah suatu segmen DNA yang nukleotidanya membawa
informasi karakter biokimia atau fisiologis tertentu. Pendekatan tradisional pada genetika
telah mengidentifikasikan gen sebagai dasar kontribusi karakter fenotip atau karakte dari
keseluruhan stuktural dan fisiologis dari suatu sel atau organisme, karakter fenotip seperti
warna mata pada manusia atau resistensi terhadap antibiotik pada bakteri, pada umumnya di
amati pada tingkat organisme. Dasar kimia untuk variasi daam fenotip, atau perubahan
urutan DNA dalam suatu gen atau dalam organisasi gen.(Jawets, 2001).
Penelaahan tentang genetika pertama kali dilakukan oleh seorang ahli botani bangsa Austria,
Gregor Mendel pada tanaman kacang polongnya. Pada tahun 1860-an ia menyilangkan galurgalur kacang polong dan mempelajari akibat-akibatnya. Hasilnya antara lain terjadi
perubahan-perubahan pada warna,bentuk, ukuran, dan siat-sifat lain dari kacang polong
tersebut.penelitian inilah ia mengembangkan hukum-hukum dasar kebakaan. Hukum
kebakaan berlaku umum bagi semua bentuk kehidupan. Hukum-hukum mendel berlaku
manusia dan juga organisme percobaan dahulu amat populer dalam genetika, yakni lalat
buah Drosophila.

Namun

sekarang,

percobaan-percobaan

ilmu

kebakaan

dengan

menggunakan bakteri Escherichia coli. Bakteri ini di pilih karena paling mudah di pelajari pada
taraf molekuler sehingga merupakan organisme pilihan bagi banyak ahli genetika. Hal ini
membantu perkembangan bidang genetika mikroba. Jasad renik yang di pelajari dalam
bidang genetika mikroba meliputi bakteri, khamir, kapang, dan virus (Waluyo, 2005).
Genetika mikrobia tradisional terutama berdasarkan pada pengamatan atau observasi
perkembangan secara luas. Variasi fenotif telah diamati berdasar kemampuan gen untuk
tumbuh dibawah kondisi terseleksi, misalnya bakteri yang mengandung satu genyang
resisten

terhadap

ampisilin

dapat

dibedakan

dari

bakteri

kekurangan

gen

selama

pertumbuhannya dalam lingkungan yang mengandung anti biotik sebagai suatu bahan
penyeleksi. Catatan, bahwa seleksi gen memerlukan expresinya dibawah kondisi yang tepat,
dapat diamati pada tingkat fenotif.

Genetika mikrobia telah mengungkapkan bahwa gen terdiri dari DNA, suatu pengamatan
yang

melekat

dasar

bagi

biologi

molekuler.

Penemuan

selanjutnya

dari

bakteri

telahmengungkapkan adanya restriction enzymes (enzim restriksi) yang memotong DNA pada
tempat spesifik, menghasilkan fragmen potongan DNA. Plasmida diidentifikasikan sebagai
elemen genetika kecil yang mampu melakukan replikasi diri pada bakteri dan ragi.
Pengenalan dari sebuah fragmen potongan DNA kedalam suatu plasmid memungkinkan
fragmen di perbanyak (teramplifikasi). Amplifikasi regio DNA spesifik dapat di capai oleh
enzim bakteri menggunakan polymerase chain reaction (PCR) atau metode amplifikasi
nukleotida berdasar enzim yang lain (misalnya amplifikasi berdasar transkripsi). DNA yang di
masukkan kedalam plasmid dapat di kontrol oleh promoter ekspresi pada bakteri yang
mengamati

protein,

di

ekspresi

pada

tingkat

tinggi.

Genetika

bakteri

mendasari

perkembangan rekayasa genetika, suatu teknologi yang bertanggung jawab terhadap


perkembangan di bidang kedokteran.(Jewetz, 2001).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :

Apa pengertian dari genetika virus, bakteri, dan jamur ?

Apa saja komponen yang menyusun genetika dari virus, bakteri, dan jamur ?

Tujuan Penelitian
Penulisan ini betujuan untuk mengetahui pengertian dari genetika virus, jamur, dan bakteri
dan komponen apa sajakah yang menyusun genetika virus, jamur, dan bakteri.
Manfaat Penelitian
Penulisan ini memberikan beberapa manfaat. Aspek akademis memberikan informasi ilmiah
kepada masyarakat tentang pengertian dari genetika virus, bakteri, dan jamur serta
komponen apa sajakah yang menyusun genetika virus, jamur, dan bakteri. Aspek ekonomi
dengan mengetahui genetika dari mikroorganisme serta kompoen penyusunnya maka pihak
industri dapat membuat mikoorganisme yang mempunyai kualitas yang sama yang
digunakan

dalam

produksi

di

industrinya

mikroorganisme yang mempunyai sifat unggul.


PEMBAHASAN
Struktur DNA dan RNA

dengan

memanfaatkan

genetika

dari

Informasi genetika disimpan sebagai suatu urutan basa pada DNA. Pada RNA bakteriofaga
(contohnyaQ MS2) dan beberapa virus RNA (contohnya virus influenza, dan reovirus),
informasi genetika disimpan sebagai urutan basa dalam RNA. Kebanyakan molekul DNA
adalah rantai ganda, dengan basa-basa komplementer (A-T; G-C) berpasangan menggunakan
ikatan hydrogen pada pusat molekul. Sifat komplementer dari basa memungkinkan satu
rantai (rantai cetakan, template) menyediakan informasi untuk salinan atau ekpresi informasi
pada suatu rantai yang lain (rantai penyandi). Pasangan-pasangan basa tersusun dalam
bagian pusat double helix DNA dan menentukan informasi genetiknya. Setiap empat basa
diikatkan

pada

phosphor-2-deoxyribose membentuk

suatu

nukleotida.

Muatan

negetif phosphodiester backbone dari DNA berhadapan dengan pelarut, dan muatan ini
tersusun sepanjang struktur linear dari molekul. Panjang molekul DNA pada umumnya
tersusun dalam ribuan pasang DNA ribuan pasang basa, ataukilobase pavis (kbp). Suatu virus
kecil dapat mengandung satu molekul DNA tunggal yang terdiri dari lima kbp, sedangkan
kromosomEshericia coli adalah 4639 kbp. Setiap pasangan basa dipisahkan dari urutan
sebelumnya

sekitar

0,34

nm,

atau

3,4

10 -7 nm,

sehingga

panjang

keseluruhan

kromosom E.coli diperkirakan I nm. Oleh karena keseluruhan dimensi sel bakteri diperkirakan
1000 kali lebih kecil dari pada panjangnya tersebut sehingga terbentuk lipatan yang melipat
lagi atau supercoiling, menyusun struktur fisik dari molekul in vivo.
RNA pada umumnya dalam bentuk rantai tunggal. Basa uracil (U) pada RNA membantu fungsi
hibridisasi, sedangkan thymine (T) pada DNA, sehingga basa-basa komplementer yang
menentukan struktur RNA adalah A-U dan C-G. keseluruhan struktur dari molekul RNA rantai
tunggal di tentukan oleh hibridisasi di antara urutan basa yang membentuk lipatan (loops),
membentuk struktur utuh yang mampu mengekspresikan informasi genetik yang terkandung
dalam DNA.
Beberapa molekul RNA memiliki fungsi enzim (ribozymes). Fungsi utama RNA adalah
komunikasi dari susunan gen DNA ke ribosom dalam bentuk messenger RNA (mRNA).
Ribosom yang mengandung ribosomal RNA (rRNA) dan protein-protein, menterjemahkan
pesan ke dalam struktur primer dari protein-protein perantara aminoacyl transfer RNA (tRNA).
Molekul-molekul RNA bervariasi dalam ukuran dari tRNA yang kecil, yang mengandung kurang
dari 100 basa, sampai mRNA yang dapat membawa pesan genetik sepanjang ribuan basa.
ribosom bakteri mengandung 3 macam rRNA dengan ukuran 150, 1540, dan 2900 basa,
dengan sejumlah protein. Ribosom eukariota memiliki molekul rRNA yang lebih besar.
Kebutuhan fisiologik ini ditunjukkan dalam perputaran metabolic yang cepat dari kebanyakan
mRNA. Selain itu, tRNA dan rRNA yang dihubungkan dengan fungsi umumnya pada sintesa
protein, cenderung stabil, dan keduanya terhitung lebih dari 95 % dari total RNA dalam satu
sel bakteri.

Contoh Gambar DNA dan Komponen Secara Umum

Genetika Bakteri
Ada dua fenomena biologi pada konsep hereditas yaitu:
1.

Hereditas yang bersifat stabil di mana generasi berikut yang terbentuk dari pembelahan

satu sel mempunyai sifat yang identik dengan induknya


2.

Variasi genetik yang mengakibatkan adanya perbedaan sifat generasi berikut dari sel

induknya akibat peristiwa genetik tertentu, misalnya mutasi

Pada bakteri, unit herediternya disebut genom bakteri. Genom bakteri lazimnya disebut
sebagai gen saja. Gen bakteri biasanya terdapat dalam molekul DNA (asam deoksirinukleat)
tunggal,

meskipun

dikenal

pula

adanya

materi

genetik

di

luar

kromosom

(ekstra

kromosomal), yang di sebut plasmid, yang tersebar luas dalam populasi bakteri. Meskipun
bakteri bersifat haploid, transimisi gen dari satu generasi ke generasi berikutnya berlangsung
secara linier, sehingga pada setiap siklus pembelahan sel, sel anaknya menerima satu set
gen yang identik dengan sel induknya.
Kromosom bakteri yang terdiri dari DNA mempunyai berat lebih kurang2-3% dari berat kering
satu sel. Dengan mikroskop elektron, DNA tampak sebagai benang-benang fibriler yang
menempati sebgian besar dari volume sel. Molekul DNA bila diekstraksi dari sel bakteri
biasanya mempunyai bentuk yang sirkuler, dengan panjang kira-kira 1 mm. DNA ini
mempunyai

berat

molekul

yang

tinggi

karena

terdiri

dari

heteropolimer

dari

deoksiribonukleotida purin yaitu Adenin dan Guanin dan deoksiribonukleotida pirimidin yaitu
Sitosin dan Timin.
Watson dan Crick, dengan sinar X menemukan bahwa struktur DNA terdiri dari dua rantai
poliribonukleotida yang dihubungkan satu sama lain oleh ikatan hidrogen antara purin di satu
rantai dengan pirimidin di rantai lain, dalam keadaan antiparalel, dan disebut sebagai
struktur double helix. Ikatan hidrogen ini hanya dapat menhubungkan Adenin (6 aminopurin)
dengan Timin (2,4 dioksi 5 metil pirimidin) dan antara Guanin (2 amino 6 oksipurin) dengan
Sitosin (2 oksi 4 amino pirimidin). Singkatnya pasangan basa pada suatu sekuens DNA adalah
A-T dan S-G. Karena adanya sistem berpasangan demikian, maka setiap rantai DNA dapat
dijadikan cetakan/template untuk membangun rantai DNA yang komplementer. Waktu
terjadinya proses replikasi DNA dalam pembelahan sel, molekul DNA dari sel anaknya terdiri
dari satu rantai DNA yang komplememter tapi dibuat baru, dengan kata lain, pemindahan
materi genetik dari satu generasi ke generasi berikutnya adalah dengan cara semikonservatif.
Fungsi primer DNA pada hakikatnya adalah sebagai sumber perbekalan informasi genetik
yang di miliki oleh sel induk. Proses replikasi di kerjakan dengan amat lengkap sehigga sel
anaknya mendapatkan pula informasi genetik yang lengkap, sehingga terjadi kesetabilan
genetik dalam suatu populasi mikroorganisme. Satu benang kromosom biasanya terdiri dari
5 juta pasangan basa dan terbagi atas segmen atau sekwens asam amino tertentu. Dari akan
terbentuk stuktur protein. Protein ini kemudian menjadi enzim-enzim, komponen membran sel
dan struktur sel yang lain yang secara keseluruhan menentukan karakter dari sel itu.
Mekanisme yang menunjukan bahwa sekuen nukleotida di dalam gen menentukan sekuens
asam amino pada pembentukan protein adalah sebagai berikut:

1.

Suatu enzim amino sel bakteri yang disebut enzim RNA polimerase membentuk satu

rantai oliribonukleotida (= messesngerRNA = mRNA) dari rantai DNA yang ada. Proses ini
diseut transkripsi. Jadi pada transkripsi DNA, terbentuk satu rantai RNA yang komplementer
denagan salah satu rantai double helix dari DNA.
2.

Secara enzimatik asam amino akan teraktifasi dan di transfer kepada transfer kepada

transfer RNA (= tRNA yang mempunyai daptor basa yang komplementer dengan basa mRNA
di satu ujungnya dan mempunyai asam amino spesifik di ujung lainnya tiga buah basa pada
mRNA di sebut triplet basa yang lazim disebut sebagai kodon untuk suatu asam amino.
3.

mRNA dan tRNA bersama-sama menuju kepermukaan ribosom kuman, dan disinilah

rantai polipeptida terbentuk sampai seluruhkodon selesai dibaca menjadi menjadi suatu
sekwen asam amino yang membentuk protein tertentu. Proses ini disebut translasi.
DNA Bakteri
Bakteri memiliki kekurangan unsur-unsur yang mengacu pada stuktur komplek yang terlibat
dalam pemisahan kromsom-kromosom eukariota menjadi nukleid anak yang berbeda.
Replikasi dari DNA bakteri dimulai pada satu titik dan bergerak ke semua arah. Dalam
prosesnya, dua pita lama DNA terpisah dan digunakan sebagai model untuk mensistensiskan
pita-pita baru (replikasi semikonservatif). Strukur dimana dua pita terpisah dan sintesis baru
terjadi disebut sebagai percabangan replikasi. Replikasi kromosom bakteri sangat terkontrol,
dan kromosom tiap sel yang tumbuh berkisar antara satu dan empat. Beberapa plasmida
bakteri bias memiliki sampai 30 tiruan dalam satu sel bakteri, dan mutas yang menyebabkan
control bebas dari relikasi plasmida bahkan bias menghasilkan tirun yang lebih banyak.
Replikasi pita DNA ganda sirkular dimuli pada locus ori dan membuuhkan interaksi dengan
beberapa protein. Dalam E coli, replikasi kromosom berakhir pada suatu tempat yang disebut
ter. Dua kromosom anak terpisah, atau terpecah sebelum pembagian sel, sehingga tiaptiap keturunan memiliki satu DNA anak. Hal ini dapat disempurnakan dengan bantuan
topoisomerase atau melakukan pengkombinasian. Proses serupa yang mengacu pada
replikasi DNA plasmida, kecuali pada beberpa kasus, replikasinya adalah tidak terarah.
Contoh Gambar Molekul DNA Bakteri

Transposon
Transposon tidak membawa informasi genetika yang dibutuhkan untuk memasangkan
replikasi sendiri terhadap pembagian sel, sehingga perkembangbiakannya tergantung pada
penyatuan fisiknya dengan replika bakteri. Penyatuan ini dibantu oleh kemampuan
transposon untuk membentuk tiruannya sendiri, yang mungkin disisipkan dalam replika yang
sama atau mungkin disatukan pada replika lainnya. Spesifisitas dari rangkaian pada bagian

sisipan biasanya rendah, sehingga transposon kadang cenderung menyisip dalam sistem
acak. Sebagian besar plasmida ditransfer antar sel-sel bakteri, dan penyisipan dari sebuah
transposon ke dalam suatu plasmida bisa menyebabkan penyebaran dalam sebuah populasi.
Fagus
Bakteriofagus menunjukkan cukup banyak keragaman dalam sifat dasar asam nukleat
mereka, dan perbedaan ini direfleksikan pada bentuk replikasi yang berbeda. Berbagai
strategi perkembangbiakan pada dasarnya ditunjukkan oleh fagus litik dan temperature.
Fagus litik menghasilkan banyak tiruan mereka sendiri dalam satu laju pertumbuhan tunggal.
Fagus temperatur membentuk mereka sendiri sebagai profagus, baik dengan bagian replika
yang terbentuk atau dengan membentuk replika bebas.
Pita DNA ganda dari banyak litik adalah linear dan fase pertama dari replikasinya merupakan
pembentukan DNA sirkular. Proses ini tergantung pada ujung-ujung kohesif, ekor pita tunggal
pelengkap DNA yang berhibridasi. Ligasi, pembentukan sebuah ikatan fosfodiester antar
ekornya, meningkatkan DNA sitkular yang terikat secara kovalen yang mungkin mengalami
replikasi dengan cara yang serupa dengan yang digunakan untuk replika lainnya. Pembelahan
dari lingkaran sel menghasilkan DNA linear yang terbungkus dalam lapisan protein unuk
membentuk fagus turunan.
Pita tunggal DNA dari fagus filamentus diubah menjadi sebuah bentuk replikatif pita ganda
sirkular. Sebuah pita bentuk replikatif digunakan sebagai model dalam suatu proses yang
terus menerus yang menghasilkan pita DNA. Modelnya adalah lingkaran berputar, dan pita
tunggal DNA yang dihasilkan terbelah dan terbungkus protein untuk pengelupasan
ekstraseluler.
Ditunjukkan diantara pita tunggal RNA, fagus merupakan partikel ekstraseluler terkecil yang
mengandung informasi untuk membantu replikasi diri mereka sendiri. RNA dari fagus MS2
misalnya, berisi (kurang dari 4000 nukleotida) tiga gen yang bias berlaku seperti mRNA yang
mengikuti infeksi. Satu gen mewakili protein pelindung dan yang lain mewakili polimerase
RNA yang menghasilkan bentuk replikatif adalah inti partikel infeksi baru. Mekanisme
perkembangbiakan retrovirus, virus-virus RNA hewan yang menggunakan RNA sebagai model
untuk sintesis DNA.
Beberapa bakteriofagus sederhana yang dicontohkan oleh fagus P1 E. coli dapat dibentuk
pada tahap profagus sebagai plasmida. Pita ganda DNA dari bakteriofagus sederhana lainnya
terbentuk

sebagai

profagus

melalui

penyisipannya

dalam

kromosom

induk.

Tempat

penyisipannya mungkin cukup spesifik, seperti yang dicontohkan oleh penyatuan fagus E.
coli pada lokus int. tunggal pada kromosom bakteri.

Contoh-Contoh Gambar Proses Genetika Bakteri

Genetika Virus
Virus mampu bertahan hidup, tetapi tidak tumbuh, bila tidak di dalam sel inang. Replikasi
genom virus tegantung pada energi metabolik dan mesin sintesis makromolekul pada inang.
Sering, bentuk parasitisme genetik ini mengakibatkan debilitas atau kematian sel inang. Oleh
karena itu, keberhasilan perbanyakan virus memerlukan (1) suatu bentuk stabil yang
memungkinkan virus bertahan hidup di luar inangnya, (2) suatu mekanisme invasi pada sel
inang, (3) informasi genetik untuk replikasi komponen virus dalam sel, dan (4) informasi
tambahan yang mungkin diperlukan untuk packaging (menyimpan) komponen virus dan
pengeluaran virus dari sel inang.
Perbedaan sering ditemukan antara virus pada sel eukariotik dengan virus pada sel
prokariotik (bacteriophage). Perhatian lebih tepat pada sub grup virus, tetapi jangan
dilupakan dictum Andre Lwof : Virus adalah virus. Banyak konsep dasar dari biologi
molekuler, muncul dari penemuan bacteriophage.
Molekul asam nukleat bacteriophage dikelilingi suatu mantel protein. Beberapa faga juga
mengandung lipid, tetapi hal ini adalah perkecualian. Asam nukleat pada faga bervariasi.
Banyak faga memiliki DNA rantai ganda, yang memiliki RNA rantai tunggal. Basa yang tidak

umum ditemukan seperti hydroxylmethylcytosine kadang kadang ditemukan pada asam


nukleat faga. Banyak faga memiliki struktur menyerupai alat injeksi syringe khusus yang
dapat mengikat reseptor pada permukaan sel dan menginjeksikan asam nukleat ke dalam sel
inang.
Faga

dapat

dibedakan

berdasarkan

pada

cara

perbanyakan

dirinya. Lytic

phagers menghasilkan banyak salinan dirinya sebagai cara memastikan sel inangnya.
Kebanyakan

laporan

studi Lytic

phagers,

T-phages (missal

T2,

T4)

pada Escherichia

coli, memerlukan waktu yang tepat untuk ekspresi gen virus untuk koordinasi pembentukan
faga. Temperate phages mampu masuk ke dalam suatuprophage pada keadaan nonlitik, pada
replikasi asam nukleatnya dikaitkan dengan replikasi DNA sel inang. Bakteri yang
membawaprophage disebut lysogenic,

karena

suatu

signal

fisiologik

dapat

menjadi trigger suatu siklus litik yang mengakibatkan kematian sel inang dan mengeluarkan
banyak salinan phages. Karakter terbaik temperate phages adalah E.coli phage (lambda).
Gen gen penentu litik atau respons lysogenic pada infeksi telah diidnetifikasi dan interaksi
yang kompleks telah diexsplorasi secara teliti.
Filamenthous phages, contoh yang telah dipelajari dengan baik adalah E.coli phage M13,
filamennya mengandung DNA rantai tunggal yang kompleks dengan protein dan diperoleh
dari inangnya, dimana inang mengalami debilitas (keadaan memburuk) tetapi tidak dimatikan
oelh infeksi ini. Rekayasa DNA ke dalam phage M13 menyediakan rantai rantai tunggal yang
sangat bernilai untuk analisis dan manipulasi DNA.
Contoh Gambar Struktur Virus

Genetika Jamur
Genom adalah keseluruhan informasi genetik dalam suatu organisme. Hampir semua genom
eukariota dibawa pada satu atau lebih kromosom linear terpisah dari sitoplasma didalam

membran inti sel (nukleus). Diploid sel eukariota mengandung 2 homologeus(salinan


evolusioner) dari setiap kromosom. Mutasi atau perubahan genetik sering tidak dapat
dideteksi pada sel diploid karena susunan satu salinan gen kompensasi untuk perubahan
fungsi homolognya. Satu gen yang tidak dapat mengekspresi fenotipitik pada keberadaan
homolognya. Dinyatakan resesif, sedangkan satu gen yang mengatasi efek homolognya
dinyatakan dominan. Efek mutasi dapat sangat tampak pada sel sel haploid, yang
membawa hanya satu salinan tunggal dari kebanyakan gen. Sel sel yeast(suatu eukairota)
sering diteliti, Karena dapat dipertahankan dan dianalisis pada keadaan haploid.
Sel-sel eukariota mengandung mithocondria. Pada beberapa kasus dinyatakan sebagai
kllroplas. Didalam setiap organel ini ada satu molekul DNA sirkuler yang mengandung
beberapa gen yang berfungsi seperti organel khusus. Kebanyakan gen berhubungan dengan
fungsi organel, dibawa oleh kromosom eukariota. Banyak yeast mengandung suatu elemen
genetik

tambahan,

suatu

lingkaran

mampu

berreplikasi

secara

independen,

mengandung 6,3 kbp DNA. Semacam lingkaran kecil DNA ini disebut plasmid, sering ditmukan
padagenetik eukariota. Ukuran kecil dari plasmid memudahkan manipulasi genetik, dan
setelah perubahannya, dapat dimasukkan ke dalam sel-sel. Oleh karena itu, plasmid
digunakan pada rekayasa genetika.
Repetitive DNA, dalam jumlah besar pada sel eukariota, telah di temukan pula pada sel
prokariota. Pada genom eukariota, repetitive DNA sering dihubungkan dengan region
penyandi dan lokasi utama pada regio penyandi dan lokasi utama pada region ekstra gen.
susunan

pendek

berulang

(short

sequence,SSR)

ini

atau short

tandemly

repeateds

sequences (STR) ada dalam beberapa salinan atau sampai ribuan salinan yang menyebar di
seluruh genom. Adanya SSR pokariata telah di dokumentasikan dengan baik dan beberapa
menunjukan polymorfisme yang luas, variasi ini di perkirakan karena kesalahan pasangan
rantai (slipped-strand mispairing)dan hal ini di perlukan untuk adatasi dan hal ini di perlukan
untuk adaptasi dan variasi bakteri. Banyak gen eukariota disisipi intron, sisipan susunan DNA
yang akan hilang pada mRNA yang di tranlasi. Intron telah diamati pada gen archze tetapi
hanya sedikit perkecualian yang tidak di temukan pada eubakteria
Kebanyakan gen jamur di bawa pada kromosom bakteri. Data susunan genom menunjukan
bahwa kebanyakan genom jamur terdiri dari satu molekul DNA sirkuler yang mengandung
DNA 580 kbp sampai lebih dari 4600 kbp. Banyak bakteri pada jamur mengandung gen-gen
tambahan pada plasmid yang bervariasi mulai dari beberapa kbp sampai 100 kbp. DNA
sirkuler (kromosom dan plasmid), yang mengandung informasi genetik di perlukan untuk
respirasinya disebut replicon. Membrane tidak memisahkan gen bakteri dari sitoplasma
seperti pada eukariota dengan beberapa perkecualian, gen bakteri adalah haploid.

Gen-gen yang penting untuk pertumbuhan jamur dibawa pada kromosom, dan plasmid yang
membawa gen dikaitkan dengan fungsi-fungsi spesifik. Banyak plasmid membawa gen untuk
di pindahkan dari satu organisme ke organisme lain sebaik pada pengaturan DNA
(rearrangement DNA). Oleh karena itu gen-gen yang berasal dari hasil evolusi independent
dapa di gabungkan dengan plasmid, dapat menyebar diantara populasi bakteri secara luas.
Akibat kejadian genetik ini telah diamati pada penyebaran plasmid pembawa resistensi anti
biotika setelah penggunaan anti biotika yang bebas di rumah sakit.
Transposon adalah element-element genetik yang mengandung beberapa kbp DNA, termasuk
informasi yang di perlukan untuk migrasinya dari satu lokus gen ketempat lainya, sehinga
menciptakan mutasi. Peran transposon pendek (750-200 bp), dikenel sebagai incertion
element, menghasilkan banyak mutasi akibat insersi. Element ini hanya membawa gen-gen
untuk enzim-enzim, yang diperlukan untuk mendorong transposisinya sendiri. Hampir semua
bakteri membawa element IS, yang penting pada pembentukan strain-strain dengan highfrequency recombinant (Hfr). Kompleks tranposon membawa gen-gen untuk fungi-fungsi
khusus seperti resistensi antibiotika dan diapit oleh IS. Tidak seperti plasmid, tranposom tidak
mengandung informasi genetik yang di perluken untuk replikasinya. Seleksi transposon
tergantung pada replikasinya sebagai bagian dari suatu replicon. Deteksi atau ekploitasi gen
transposon di capai dengan cara seleksi dari informasi genetik khusus (secara normal,
resistensi terhadap antibiotika) yang di bawanya.
DNA Eukariota
Replikasi DNA eukariota terjadi pada beberapa titk tumbuh di sepanjang kromosom linear.
Replikasi akurat pada ujung-ujung kromosom linear membutuhkan aktifitas enzimatis yang
berbeda dari fungsi-fungsi normal yang terkait dengan replikasi DNA. Berbagai aktifitas
tersebut mungkin melibatkan telomere, rangkaian DNA khusus (yang dibawa pada ujung
kromosom eukariota) yang cenderung terlibat dalam replikasi akurat dari ujung kromosom.
Eukariota telah mengembangkan alat alat khusus yang disebut kumparan, yang melepas
kromosom anak menjadi nukleid terpisah yang baru terbentuk oleh proses mitosis.
Pembagian nukleid yang lebih ekstensif oleh meiosis merupakan satu faktor penting dalam
mempertahankan struktur kromosom dalam satu spesies. Terkadang sel sel tunggal
tersebut merupakan gamet. Pembentukan gamet yang diikuti oleh penyatuan mereka untuk
membentu zigot zigot gandan merupakan sumber utama untuk variabilitas genetika melalui
rekombinasi eukariota.
Gambar Contoh Perkembangbiakan Jamur

Kajian Religi
Di dalam Al Quran, Allah SWT menyiratkan akan penciptaan makhluk hidup termasuk
penciptaan mikroorganisme yang merupakan bagian dari mahluk hidup ciptaan Allah SWT,
serta proses penciptaan dan komponen penyusun makhluk hidup termasuk mikroorganisme
seperti dalam beberapa ayat yaitu:
Q.S Al Baqarah 164: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,
dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi
sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda
(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Q.S An Nur 45: Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari
hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang
sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendakiNya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Q.S An Nahl 12: Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan
bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami
(nya).
Dari beberapa ayat diatas dapat kita ketahui bahwa Allah SWT telah menciptakan makhluk
hidup termasuk mikroorganisme secara sempurna atau secara mendetail tanpa ada hal yang
tertinggal atau kurang pada diri makhluk hidup tersebut termasuk mikroorganisme. Sehingga

kita sebagai makhluk hidup harus bersukur dengan pemberian Allah SWT, termasuk
penciptaan mikroorganisme yang banyak member manfaat kepada manusia.
Kesimpulan
Berdasarkan

hasil

penulisan

Genetika

Mikroorganisme,

Sebuah

Elemen

Dasar

Penyusun Kehidupan Mikroorganisme, dapat diambil kesimpulan bahwa:


v

Gen bakteri biasanya terdapat dalam molekul DNA (asam deoksirinukleat) tunggal,

meskipun dikenal pula adanya materi genetik di luar kromosom (ekstra kromosomal), yang di
sebut plasmid, yang tersebar luas dalam populasi bakteri.
v

Virus mampu bertahan hidup, tetapi tidak tumbuh, bila tidak di dalam sel inang. Replikasi

genom virus tegantung pada energi metabolik dan mesin sintesis makromolekul pada inang.
v

Kebanyakan gen jamur di bawa pada kromosom bakteri. Data susunan genom

menunjukan bahwa kebanyakan genom jamur terdiri dari satu molekul DNA sirkuler yang
mengandung DNA 580 kbp sampai lebih dari 4600 kbp.
v

Secara umum gen dari bakteri, virus, dan jamur tersusun atas DNA dan RNA

Saran
Berdasarkan penulisan Genetika Mikroorganisme, Sebuah Elemen Dasar Penyusun
Kehidupan Mikroorganisme, maka dapat disarankan bahwa untuk para ilmuwan atau
mahasiswa agar lebih meneliti tentang genetika karena masih banyak hal yang menjadi
misteri tentang genetika dari mikroorganisme, sehingga dapat diambil manfaat dari genetika
mikroorganisme.

Untuk

pihak

industri

penelitian

yang

mendalam

pada

genetika

mikroorganisme sangat disarankan, salah satu manfaatnya adalah dengan mengetahui


genetika

dari

mikroorganisme

tersebut

maka

pihak

industri

dapat

menghasilkan

mikroorganisme yang bermanfaat bagi pihak industri dengan didasarkan genetika dari
mikroorganisme yang unggul sehingga pihak industri dapat memperoleh untung atau
manfaat yang besar.
Daftar Pustaka
Jawetz. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.
Schlegel, Hans. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.

Stanier Roger, Edward Alderberg dan John Ingraham. 1982. Dunia Mikroba 1. Bharata Karya
Aksara. Jakarta.
Syurachman, Agus. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Binarupa Aksara. Jakarta
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang Prees. Malang.

01/31/2009 Posted by Anthony Zaif | MIKROBIOLOGI | 15 Komentar

NUTRISI MIKROBA, SEBUAH ESENSI DASAR UNTUK


KEHIDUPAN MIKROBA
Abstrak
Untuk

keperluan

hidupnya,

makanan. Unsur-unsur

dasar

semua
tersebut

makhluk
adalah

hidup

memerlukan

karbon,

nitrogen,

bahan

hidrogen,

oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Bahan makanan
ini diperlukan untuk sintesis bahan sel dan untuk mendapatkan energi. Penulisan
ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis nutrisi yang ada pada mikoorganisme
dan

kegunaanya.

Kesimpulan

dari

penulisan

ini

adalah

jenis-jenis

nutrisi

berdasarkan elemenya adalah sumber karbon, nitrogen, belerang, phospat,


mineral, dan oksigen. Fungsi utama dari nutrisi ini adalah sumber energi, bahan
pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor elektron.
Kata Kunci: Mikroba, Nutrisi, Kehidupan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Untuk keperluan hidupnya, semua makhluk hidup memerlukan bahan makanan. Bahan
makanan ini diperlukan untuk sintesis bahan sel dan untuk mendapatkan energi. Demikian
juga dengan mikroorganisme, untuk kehidupannya membutuhkan bahan-bahan organik dan
anorganik dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut disebut dengan nutrient (zat gizi),
sedang proses penyerapanya disebut proses nutrisi (Suriawiria, 1985).
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber
energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen,
hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau
kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga

pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Kondisi tidak bersih dan higienis pada
lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba
sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu,
prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higienis adalah untuk mengeliminir dan
meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali (Anonymous,
2006).
Menurut Waluyo (2005), peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan
pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang
menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air,
sumber

energi,

sumber

karbon,

sumber

aseptor

elektron,

sumber

mineral,

faktor

pertumbuhan, dan nitrogen. Selain itu, secara umum nutrient dalam media pembenihan
harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru
(Jawetz, 2001).
Pertumbuhan mikoorganisme tergantung dari tersedianya air. Bahan-bahan yang terlarut
dalam air, yang digunakan oleh mikroorganisme untuk membentuk bahan sel dan
memperoleh energi, adalaah bahan makanan. Tuntutan berbagai mikroorganisme yang
menyangkt susunan larutan makanan dan persyaratan lingkungan tertentu, sangat berbedabeda. Oleh sebab itu diperkenalkan banyak resep untuk membuat media biak untuk
mikroorganisme. Pada dasarnya sesuatu larutan biak sekurang-kurangnya harus memenuhi
syarat-syarat berikut. Di dalamnya harus tersedia semua unsur yang ikut serta pada
pembentukan bahan sel dalam bentuk berbagai senyawa yang dapat dioloah (Schlegel,
1994).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :

Apa saja jenis-jenis nutrisi yang diperlukan dalam perkembangan mikroorganisme ?

Apa saja fungsi nutrisi dalam kehidupan mikroorganisme ?

Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam jenis nutrisi yang diperlukan oleh
mikroorganisme dan apa saja fungsinya dalam membantu kehidupan mikroorganisme.
Manfaat Penulisan

Penulisan ini memberikan beberapa manfaat. Aspek akademis memberikan informasi ilmiah
kepada masyarakat tentang jenis-jenis nutrisi yang ada pada mikroorganisme dan apa saja
kegunaan dari mikroorganisme tersebut. Aspek ekonomi, dengan mengetahui jenis-jenis
nutrisi dan fungsi nutrisi pada mikroorganime, masyarakat atau juga pihak industri dapat
mengembangbiakan mikroorganisme untuk dimanfaatkan dalam berbagai hal yang ditujukan
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
PEMBAHASAN
Jenis Nutrisi
Nutrien dalam media perbenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk
sintesis biologik organisme baru. Nutrient diklasifikasikan berdasarkan elemen yang mereka
suplai.
Sumber Karbon
Tumbuhan-tumbuhan dan beberapa bakteri mampu mengunakan energi fotosintetik untuk
mereduksi karbondioksida pada penggunaan air. Organisme ini termasuk kelompok autotrof,
makhluk hidup yang tidak membutuhkan nutrient organik untuk pertumbuhannya. Autotrof
lain adalah khemolitotrof, organisme yang menggunakan substrat anorganik seperti hidrogen
atau thiosulfat sebagai reduktan dan karbondioksida sebagai sumber karbon.
Heterotrof membutuhkan karbon organik untuk pertumbuhannya, dan karbon organik
tersebut

harus

dalam

bentuk

yang

dapat

diasimilasi.

Contohnya, naphthalene dapat

menyediakan semua karbon dan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan respirasi
heterotropik, tetapi sangat sedikit organisme yang memiliki jalur metabolik yang perlu untuk
asimilasi naphthalene. Sebaliknya, glukosa, dapat membantu pertumbuhan fermentatif atau
respirasi dari banyak organisme. Adalah penting bahwa substrat pertumbuhan disuplai pada
tingkatan yang cocok untuk galur mikroba yang akan ditumbuhkan. Karbondioksida
dibutuhkan pada sejumlah reaksi biosintesis. Banyak organisme respiratif menghasilkan lebih
dari cukup karbondioksida untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi yang lain membutuhkan
sumber karbondioksida pada medium pertumbuhannya (Jawetz, 2001).
Keperluan akan Zat Karbon
Organisme yang berfotosintesis dan bakteri yang memperoleh energi dari oksidasi senyawa
organik menggunakan secara khas bentuk karbon yang paling teroksidas, CO 2, sebagai satusatunya sumber utama karbon selular. Perubahan CO 2, menjadi unsur pokok sel organik
adalah proses reduktif, yang memerlukan pemasukan bersih energi. Karena itu, di dalam

golongan faali ini, sebagian besar dari energi yang berasal dari cahaya atau dari oksidasi
senyawa anorganik yang tereduksi harus dikeluarkan untuk reduksi CO 2 sampai kepada
tingkat zat organik.
Semua organisme lain memperoleh karbonnya terutama dari zat gizi organik. Karena
kebanyakan substrat organik adalah setingkat dengan oksidasi umum sebagai unsur pokok
sel organik, zat-zat itu biasanya tidak usah menjalani reduksi pertama yang berguna sebagai
sumber karbon sel. Selain untuk memenuhi keperluan biosintetik akan karbon, maka substrat
organik harus memberikan keperluan energetik untuk sel itu. Akibatnya sebagian besar
daripada

karbon

yang

terdapat

pada

substrat

organik

memasuki

lintasan

lintasan

metabolisme yang menghasilkan energi dan akhirnya dikeluarkan lagi dari sel, sebagai
CO2 (hasil utama dalam metabolisme pernapasan yang menghasilkan energi atau sebagai
campuran CO2 dan senyawa organik). Jadi, substrat organik biasanya mempunyai peran gizi
yang lengkap. Pada waktu yang bersamaan berguna sebagai sumber karbon dan sumber
energi. Banyak mikroorganisme dapat menggunakan senyawa senyawa organik tunggal
untuk memenuhi keperluan kedua zat gizi tersebut seluruhnya. Akan tetapi, yang lain tidak
dapat tumbuh bila hanya diberi satu senyawa organik dan mereka memerlukan bermacammacam jumlah senyawa tambahan sebagai zat gizi. Tambahan zat gizi organik ini mempunyai
fungsi biosintetik semata-mata, yang diperlukan sebagai pelopor unsur-unsur pokok sel
organik tertentu yang tidak dapat disintesis oleh organisme tersebut. Zat itu disebut faktor
tumbuh.
Mikroorganisme teramat beragam baik dalam hal macam maupun jumlah senyawa organik
yang dapat mereka gunakan sebagai sumber utama karbon dan energi. Keanekaragaman ini
diperlihatkan secara nyata bahwa tidak ada senyawa organik yang dihasilkan secara alamiah
yang

tidak

dapat

digunakan

sebagai

sumber

karbon

dan

energi

oleh

beberapa

mikroorganisme. Karena itu, tidaklah mungkin untuk memberikan secara singkat sifat-sifat
kimiawi sumber karbon organik untuk mikroorganisme. Variasi yang luar biasa mengenai
keperluan akan karbon adalah salah satu segi fisiologis yang paling menarik dalam
mikrobiologi.
Bila keperluan karbon organik mikroorganisme tersendiri dipelajari, beberapa memperlihatkan
tingkatan serbaguna yang tinggi, sedangkan yang lain teramat khusus. Bakteri tertentu dari
golongan Pseudomonas misalnya, dapat menggunakan setiap salah satu diantara lebih dari
90 macam senyawa organik sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Pada ujung lain
dalam spektrum terdapat bakteri yang mengoksidasi metan, yang hanya dapat menggunakan
dua substrat organik, metan dan methanol, dan bakteri pengurai selulose tertentu hanya
dapat menggunakan selulose.

Kebanyakan (dan barangkali semua) organisme yang bergantung pada sumber-sumber


karbon organik memerlukan CO2 pula sebagai zat gizi dalam jumlah yang sangat kecil, karena
senyawa ini digunakan dalam beberapa reaksi biosentitik. Akan tetapi, karena CO 2biasanya
dihasilkan dalam jumlah banyak oleh organisme yang menggunakan senyawa organik,
persyaratan biosintetik dapat terpenuhi melalui metabolisme sumber karbon organik dan
energi. Sekalipun demikian, peniadaan CO2 sama sekali sering kali menangguhkan atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media organik, dan beberapa bakteri dan
cendawan memerlukan konsentrasi CO2 yang relatif tinggi di dalam atmosfer (5-10 %) untuk
pertumbuhan yang memadai dalam media organik.
Sumber Nitrogen dan Belerang
Nitrogen merupakan komponen utama protein dan asam nukleat, yaitu sebesar lebih kurang
10 persen dari berat kering sel bakteri. Nitrogen mungkin disuplai dalam bentuk yang
berbeda, dan mikroorganisme beragam kemampuannya untuk mengasimilasi nitrogen. Hasil
akhir dari seluruh jenis asimilasi nitrogen adalah bentuk paling tereduksi yaitu ion ammonium
(NH4+).
Banyak mikroorganisme memiliki kemampuan untuk mengasimilasi nitrat (NO 3) dan nitrit
(NO2) secara reduksi dengan mengubahnya menjadi amoniak (NH 3). Jalur asimilasi ini berbeda
dengan jalur dissimilasi nitrat dan nitrit. Jalur dissimilasi digunakan oleh organisme yang
menggunakan ion ini sebagai elektron penerima terminal dalam respirasi, proses ini dikenal
sebagai denitrifikasi, dan hasilnya adalah gas nitrogen (N 2), yang dikeluarkan ke atmosfer.
Kemampuan untuk mengasimilasi N2 secara reduksi melalui NH3, yang disebut fiksasi
nitrogen, adalah sifat untuk prokariota, dan relatif sedikit bakteri yang memiliki kemampuan
metabolisme ini. Proses tersebut membutuhkan sejumlah besar energi metabolik dan tidak
dapat aktif dengan adanya oksigen. Kemampuan fiksasi nitrogen ditemukan pada beragam
bakteri

yang

berevolusi

sangat

berbeda

dalam

strategi

biokimia untuk

melindungi

enzim fixing-nitrogen nya dari oksigen.


Kebanyakan mikroorganisme dapat menggunakan NH 4+ sebagai sumber nitrogen utama, dan
banyak organisme memiliki kemampuan untuk menghasilkan NH 4+ dari amina (R-NH2) atau
dari asam amino (RCHNH2COOH). Produksi amoniak dari deaminasi asam amino disebut
ammonifikasi. Amoniak dimasukkan ke dalam bahan organik melalui jalur biokomia yang
melibatkan glutamat dan glutamine.
Seperti nitrogen, belerang adalah komponen dari banyak substansi organik sel. Belerang
membentuk bagian struktur beberapa koenzim dan ditemukan dalam rantai samping cisteinil
dan merionil protein. Belerang dalam bentuk asalnya tidak dapat digunakan oleh tumbuhan

atau hewan. Namun, beberapa bakteri autotropik dapat mengoksidasinya menjadi sulfat
(SO42-). Kebanyakan mikroorganisme dapat menggunakan sulfat sebagai sumber belerang,
mereduksi

sulfat

menjadi

hidrogen

sulfida

(H 2S).

Beberapa

mikroorganisme

dapat

mengasimilasi H2S secara langsung dari medium pertumbuhan tetapi senyawa ini dapat
menjadi racun bagi banyak organisme.
Kedua unsur ini yaitu belerang dan nitrogen terdapat dalam sel dalam bentuk tereduksi,
sebagai gugus sulfhidril dan amino. Sebagian besar mikroorganisme mampu menampung
unsur-unsur ini dalam bentuk oksida dan mereduksi sulfat dan juga nitrat. Sumber nitrogen
yang paling lazim untuk mikroorganisme adalah garam-garam ammonium. Beberapa
prokariot mampu mereduksi nitrogen molekul (N 2 atau dinitrogen). Mikroorganisme lain
memerlukan asam-asam amino sebagai sumber nitrogen, jadi yang mengandung nitrogen
organik. Tidak semua mikroorganisme mampu mereduksi sulfat, beberapa diantaranya
memerukan H2S atau sistein sebagai sumber S.
Keperluan Akan Nitrogen dan Belerang
Nitrogen dan belerang terdapat pada senyawa organik sel terutama dalam bentuk yang
terinduksi masing-masing sebagai gugus amino dan sulfhidril. Kebanyakan organisme
fotosintetik mengasimilasi kedua unsur ini dalam keadaan anorganik yang teoksidasi, sebagai
nitrat dan sulfat, jadi penggunaan biosintetiknya meliputi reduksi pendahuluan. Banyak
bakteri nonfotosintetik dan cendawan dapat juga memenuhi keperluannya akan nitrogen dan
belerang dari nitrat dan sulfat. Beberapa mikroorganisme tidak dapat mengadakan reduksi
salah satu atau kedua anion ini dan harus diberikan unsur dalam bentuk tereduksi. Keperluan
akan sumber nitrogen yang tereduksi agak umum dan dapat dipenuhi oleh persediaan
nitrogen sebagai garam-garam ammonium. Keperluan akan belerang tereduksi lebih jarang,
bahan itu dipenuhi dari persediaan sulfida atau dari senyawa organik yang mengandung satu
gugus sulfhidril (misalnya sisteine).
Persyaratan akan nitrogen dan belerang sering kali juga dapat diperoleh dari zat gizi organik
yang mengandung kedua unsur ini dalam kombinasi organik yang tereduksi (asam amino
atau hasil penguraian protein yang lebih kompleks, seperti pepton). Tentu saja, senyawasenyawa seperti itu dapat menyediakan sumber karbon organik dan energi, sekaligus
memenuhi keperluan selular akan karbon, nitrogen, belerang, dan energi.
Beberapa bakteri dapat juga memanfaatkan sumber nitrogen alam yang paling banyak, yaitu
N2. Proses asimilasi nitrogen ini disebut fiksasi nitrogen dan meliputi reduksi permulaan
N2 menjadi amino.
Sumber Phospor

Fosfat (PO43-) dibutuhkan sebagai komponen ATP, asam nukleat dan sejumlah koenzim seperti
NAD, NADP dan flavin. Selain itu, banyak metabolit, lipid (fosfolipid, lipid A), komponen
dinding sel (teichoic acid), beberapa polisakarida kapsul dan beberapa protein adalah
bergugus fosfat. Fosfat selalu diasimilasi sebagai fosfat anorganik bebas (P i).
Sumber Mineral
Sejumlah besar mineral dibutuhkan untuk fungsi enzim. Ion magnesium (Mg 2+) dan ion ferrum
(Fe2+) juga ditemukan pada turunan porfirin yaitu: magnesium dalam molekul klorofil, dan
besi sebagai bagian dari koenzim sitokrom dan peroksidase. Mg 2+ dan K+keduanya sangat
penting untuk fungsi dan kesatuan ribosom. Ca 2+ dibutuhkansebagai komponen dinding sel
gram positif, meskipun ion tersebut bebas untuk bakteri gram negatif. Banyak dari organisme
laut membutuhkan Na+ untuk pertumbuhannya. Dalam memformulasikan medium untuk
pembiakan kebanyakan mikroorganisme, sangatlah penting untuk menyediakan sumber
potassium, magnesium, kalsium, dan besi, biasanya dalam bentuk ion-ion (K +, Mg2+, Ca2+, dan
Fe2+). Banyak mineral lainnya (seperti Mn 2+, Mo2+, Co2+, Cu2+, dan Zn2+) dibutuhkan: mineral
ini kerapkali terdapat dalam air kran atau sebagai kontaminan dari kandungan medium
lainnya.
Pengambilan besi dalam bentuk hidroksida yang tak larut pada pH netral, difasilitasi pada
banyak bakteri dan fungi dengan produksi senyawa siderofor yang mengikat besi dan
mendukung trasnportasinya sebagai kompleks terlarut. Semua ini meliputi hydroxymates(CONH2OH)

yang

disebut sideramines,

dan

turunan

catechol

(seperti

2,3-

dihydroxybenzolyserine). Siderofor yang dibentuk plasmid memainkan peranan utama dalam


sifat invasi beberapa bakteri patogen.
Sumber Oksigen
Untuk sel oksigen tersedia dalam bentuk air. Selanjutnya oksigen juga terdapat dalam
CO2 dan dalam bentuk senyawa organik. Selain itu masih banya organisme yang tergantung
dari oksigen molekul (O2 atau dioksigen). Oksigen yang berasal dari molekul oksigen hanya
akan diinkorporasi ke dalam substansi sel kalau sebagai sumber karbon digunakan metana
atau hidrokarbon aromatic yang berantai panjang. Menilik hubungannya dengan oksigen
dapat dibedakan sekurang-kurangnya tiga kelompok organisme: organisme aerob obligat
yang mampu menghasilkan energi hanya melalui respirasi dan dengan demikian tergantung
pada oksigen. Organisme anaerob obligat hanya dapat hidup dalam lingkungan bekas
oksigen. Untuk organisme ini O2 bersifat toksik. Mikroorganisme anaerob fakultatif tumbuh
dengan adanya O2 udara, jadi bersifat aerotoleran; tetapi organisme ini tidak dapat
memanfaatkan O2, tetapi memperoleh energi semata-mata dari peragian. Jenis bakteri

anaerob fakultatif lain (Enterobacteriaceae) dan banyak ragi dapat beralih dari peroleh energi
dengan respirasi (dengan adanya O2) ke peragian (tanpa O2).
Tabel Kebutuhan Oksigen Pada Mikoorganisme

Banyak, kalau tidak sebagian besar, jenis bakteri aerob, bersifat mikroaerofil, artinya mereka
memang memerlukan O2 untuk mendapatkan energi, tetapi tidak tahan terhadap tekana
parsial udara (0,20 bar), tetapi hanya tahan terhadap tekanan parsial 0,01 sampai 0,03 bar.
Tipe Tipe Nutrisi Utama Bakteri

TIPE

SUMBER

ENERGI
UNTUK

SUMBER

CONTOH GENUS

KARBON
UNTUK

PERTUMBUH
AN

Fototrof

Fotoautotrof

Cahaya

Cahaya

PERTUMBUH
AN
CO2

Senyawa organik

Chromatium

Rhodopseumdomo
nas

Fotoheterotro
f
Kemotrof

Oksidasi senyawa CO2

Thiobacillus

Kemoautotro
f
Kemoheterotr
of

organik
Oksidasi
senyawa
organik

Contoh Nutrisi Mikronutrein

Senyawa organik

Esherichia

Contoh Produk Nutrisi Untuk Mikroorganisme

Contoh Grafik Nutrisi dan Pengaruhnya


Terhadap Jenis Bakteri

Fungsi Nutrisi Untuk Mikroba


Setiap unsur nutrisi mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel. Unsur tersebut diberikan
ke dalam medium sebagai kation garam anorganik yang jumlahnya berbeda-beda tergantung
pada keperluannya. Beberapa golongan mikroba misalnya diatomae dan alga tertentu
memerlukan silika (Si) yang biasanya diberikan dalam bentuk silikat untuk menyusun dinding
sel. Fungsi dan kebutuhan natrium (Na) untuk beberapa jasad belum diketahui jumlahnya.
Natrium dalam kadar yang agak tinggi diperlukan oleh bakteri tertentu yang hidup di laut,
algae hijau biru, dan bakteri fotosintetik. Natrium tersebut tidak dapat digantikan oleh kation
monovalen yang lain. Jasad hidup dapat menggunakan makanannya dalam bentuk padat
maupun cair (larutan). Jasad yang dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat
tergolong tipe holozoik, sedangkan yang menggunakan makanan dalam bentuk cair tergolong
tipe holofitik. Jasad holofitik dapat pula menggunakan makanan dalam bentuk padat, tetapi
makanan tersebut harus dicernakan lebih dulu di luar sel dengan pertolongan enzim
ekstraseluler. Pencernaan di luar sel ini dikenal sebagai extracorporeal digestion. Bahan
makanan yang digunakan oleh jasad hidup dapat berfungsi sebagai sumber energi, bahan
pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor elektron. Dalam garis besarnya bahan
makanan dibagi menjadi tujuh golongan yaitu air, sumber energi, sumber karbon, sumber
aseptor elektron, sumber mineral, faktor tumbuh, dan sumber nitrogen.
1. Air
Air merupakan komponen utama sel mikroba dan medium. Funsi air adalah sebagai sumber
oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi. Selain itu air berfungsi sebagai pelarut dan
alat pengangkut dalam metabolisme.
2. Sumber energi
Ada beberapa sumber energi untuk mikroba yaitu senyawa organik atau anorganik yang
dapat dioksidasi dan cahaya terutama cahaya matahari.

3. Sumber karbon
Sumber karbon untuk mikroba dapat berbentuk senyawa organik maupun anorganik.
Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak, protein, asam amino, asam organik, garam
asam organik, polialkohol, dan sebagainya. Senyawa anorganik misalnya karbonat dan gas
CO2 yang merupakan sumber karbon utama terutama untuk tumbuhan tingkat tinggi.
4. Sumber aseptor elektron
Proses oksidasi biologi merupakan proses pengambilan dan pemindahan elektron dari
substrat. Karena elektron dalam sel tidak berada dalam bentuk bebas, maka harus ada suatu
zat yang dapat menangkap elektron tersebut. Penangkap elektron ini disebut aseptor
elektron. Aseptor elektron ialah agensia pengoksidasi. Pada mikrobia yang dapat berfungsi
sebagai aseptor elektron ialah O2, senyawa organik, NO3-, NO2-, N2O, SO4 =, CO2, dan
Fe3+.
5. Sumber mineral
Mineral merupakan bagian dari sel. Unsur penyusun utama sel ialah C, O, N, H, dan P. unsur
mineral lainnya yang diperlukan sel ialah K, Ca, Mg, Na, S, Cl. Unsur mineral yang digunakan
dalam jumlah sangat sedikit ialah Fe, Mn, Co, Cu, Bo, Zn, Mo, Al, Ni, Va, Sc, Si, Tu, dan
sebagainya yang tidak diperlukan jasad. Unsur yang digunakan dalam jumlah besar disebut
unsur makro, dalam jumlah sedang unsur oligo, dan dalam jumlah sangat sedikit unsur mikro.
Unsur mikro sering terdapat sebagai ikutan (impurities) pada garam unsur makro, dan dapat
masuk ke dalam medium lewat kontaminasi gelas tempatnya atau lewat partikel debu. Selain
berfungsi sebagai penyusun sel, unsur mineral juga berfungsi untuk mengatur tekanan
osmose, kadar ion H+ (kemasaman, pH), dan potensial oksidasireduksi (redox potential)
medium.
6. Faktor tumbuh
Faktor

tumbuh

ialah

senyawa

organik

yang

sangat

diperlukan

untuk

pertumbuhan

(sebagai prekursor, atau penyusun bahan sel) dan senyawa ini tidak dapat disintesis dari
sumber karbon yang sederhana. Faktor tumbuh sering juga disebut zat tumbuh dan hanya
diperlukan dalam jumlah sangat sedikit. Berdasarkan struktur dan fungsinya dalam
metabolisme, faktor tumbuh digolongkan menjadi asam amino, sebagai penyusun protein;
base purin dan pirimidin, sebagai penyusun asam nukleat; dan vitamin sebagai gugus
prostetis atau bagian aktif dari enzim.
7. Sumber nitrogen

Mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk amonium, nitrat, asam amino, protein,
dan sebagainya. Jenis senyawa nitrogen yang digunakan tergantung pada jenis jasadnya.
Beberapa mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk gas N2 (zat lemas) udara.
Mikroba ini disebut mikrobia penambat nitrogen.
Unsur utama, sumber dan fungsi mereka dalam sel bakteri.

% dari
berat
kering

Elemen

Sumber

Fungsi

50

Kompleks
atau CO2

20

Konstituen dari sel dan sel


H 2 O,
Kompleks bahan air; O 2 adalah menerima
organik,CO 2, dan O 2 elektron
dalam
respirasi
aerobik

Nitrogen

+14

Konstituen dari asam amino,


NH 3, NO 3, Kompleks
asam nukleik nucleotides,
organik, N 2
dan coenzymes

Hidrogen

H 2 O,
Kompleks Utama
dari
organik
organik, H2
memanjang dan sel air

anorganik
(PO 4)

Karbon

Oksigen

Fosfor

organik material Utama dari bahan


selular

Fosfat

Konstituen dari asam nukleik,


nucleotides,
phospholipids,
LPS, teichoic asam

Belerang

4,
H 2 S, Konstituen
dari
cysteine,
S belerang organik methionine,
glutathione,
memanjang
beberapa coenzymes

Kalium

Kalium
dapur

GARAM

Magnesium

0.5 0,5

Magnesium
dapur

GARAM

Kalsium

0.5 0,5

Kalsium
dapur

GARAM Anorganik
selular dengan
gigih, cofactor untuk enzim
tertentu
dan
komponen

SO

o,

Utama selular anorganik gigih


dan cofactor untuk enzim
tertentu
Anorganik
selular dengan
gigih, cofactor tertentu untuk
reaksi enzimatis

endospores

Besi

0.2 0,2

GARAM dapur besi

Komponen
tertentu
cytochromes dan nonhemebesi
dan
protein
yang
cofactor
untuk
beberapa
reaksi enzimatis

Penggolongan Mikroba Berdasarkan Nutrisi Dan Oksigen


1. Berdasarkan sumber karbon
Berdasarkan atas kebutuhan karbon jasad dibedakan menjadi jasad ototrof dan heterotrof.
Jasad ototrof ialah jasad yang memerlukan sumber karbon dalam bentuk anorganik, misalnya
CO2 dan senyawa karbonat. Jasad heterotrof ialah jasad yang memerlukan sumber karbon
dalam bentuk senyawa organik. Jasad heterotrof dibedakan lagi menjadi jasad saprofit dan
parasit. Jasad saprofit ialah jasad yang dapat menggunakan bahan organik yang berasal dari
sisa jasad hidup atau sisa jasad yang telah mati. Jasad parasit ialah jasad yang hidup di dalam
jasad hidup lain dan menggunakan bahan dari jasad inang (hospes)-nya. Jasad parasit yang
dapat menyebabkan penyakit pada inangnya disebut jasad patogen.
2. Berdasarkan sumber energi
Berdasarkan atas sumber energi jasad dibedakan menjadi jasad fototrof, jika menggunakan
energi cahaya; dan khemotrof, jika menggunakan energi dari reaksi kimia. Jika didasarkan
atas

sumber energi dan karbonnya, maka dikenal jasad fotoototrof, fotoheterotrof,

khemoototrof dan khemoheterotrof. Perbedaan dari keempat jasad tersebut sbb:

Jasad

Sumber Karbon

Sumber Energi

Fotoototrof

Zat anorganik

Cahaya matahari

Fotoheterotrof

Zat organik

Cahaya matahari

Khemotrof

Zat anorganik

Oksidasi zat anorganik

khemoheterotrof

Zat organik

Oksidasi zat organik

3. Berdasarkan sumber donor elektron

Berdasarkan atas sumber donor elektron jasad digolongkan manjadi jasad litotrof dan
organotrof. Jasad litotrof ialah jasad yang dapat menggunakan donor elektron dalam bentuk
senyawa anorganik seperti H2, NH3, H2S, dan S. jasad organotrof ialah jasad yang
menggunakan donor elektron dalam bentuk senyawa organik.
4. Berdasarkan sumber energi dan donor elektron
Berdasarkan atas sumber energi dan sumber donor elektron jasad dapat digolongkan menjadi
jasad fotolitotrof, fotoorganotrof, khemolitotrof, dan khemoorganotrof. Perbedaan keempat
golongan jasad tersebut sbb:

Jasad

Sumber Energi

Sumber
Elektron

Fotolitotrof

Cahaya

Zat anorganik

Fotoorganotrof

Cahaya

Donor Contoh

tingkat

Zat organik

Khemolitotrof

Oksidasi zat

Zat anorganik

Khemoorganotrof

anorganik

Zat organik

Oksidasi
organik

Tumbuhan
tinggi, alga

Bakteri belerang
fotosintetik
Bakteri
bakteri

besi,

zat
hidrogen,
nitrifikasi

bakteri

Jasad heterotrof

5. Berdasarkan kebutuhan oksigen


Berdasarkan akan kebutuhan oksigen, jasad dapat digolongkan dalam jasad aerob, anaerob,
mikroaerob, anaerob fakultatif, dan kapnofil. Pertumbuhan mikroba di dalam media cair dapat
menunjukkan sifat berdasarkan kebutuhan oksigen.
Obligat aerob Fakultatif anaerob Obligat anaerob Aerotoleran/Anaerob Mikroaerofil Jasad
aerob ialah jasad yang menggunakan oksigen bebas (O2) sebagai satusatunya aseptor
hidrogen yang terakhir dalam proses respirasinya. Jasa anaerob, sering disebut anaerob
obligat atau anaerob 100% ialah jasad yang tidak dapat menggunakan oksigen bebas sebagai
aseptor hidrogen terakhir dalam proses respirasinya. Jasad mikroaerob ialah jasad yang
hanya memerlukan oksigen dalam jumlah yang sangat sedikit. Jasad aerob fakultatif ialah
jasad yang dapat hidup dalam keadaan anaerob maupun aerob. Jasad ini juga bersifat

anaerob toleran. Jasad kapnofil ialah jasad yang memerlukan kadar oksigen rendah dan kadar
CO2 tinggi.
Interaksi Antar Jasad Dalam Menggunakan Nutrien
Jika dua atau lebih jasad yang berbeda ditumbuhkan bersama-sama dalam suatu medium,
maka aktivitas metabolismenya secara kualitatif maupun kuantitatif akan berbeda jika
dibandingkan dengan jumlah aktivitas masing-masing jasad yang ditumbuhkan dalam
medium yang sama tetapi terpisah. Fenomena ini merupakan hasil interaksi metabolisme
atau interaksi dalam penggunaan nutrisi yang dikenal sebagai sintropik atau sintropisme atau
sinergitik. Sebagai contoh ialah bakteri penghasil metan yang anaerob obligat tidak dapat
menggunakan glukosa sebagai substrat, tetapi bakteri tersebut akan segera tumbuh oleh
adanya hasil metabolisme bakteri anaerob lain yang dapat menggunakan glukosa. Contoh
lain ialah biakan campuran yang terdiri atas dua jenis mikroba atau lebih sering tidak
memerlukan faktor tumbuh untuk pertumbuhannya. Mikroba yang dapat mensintesis bahan
selnya dari senyawa organik sederhana dalam medium, akan mengekskresikan berbagai
vitamin atau asam amino yang sangat penting untuk mikroba lainnya. Adanya ekskresi
tersebut memungkinkan tumbuhnya mikroba lain. Kenyataan ini dapat menimbulkan koloni
satelit yang dapat dilihat pada medium padat. Koloni satelit hanya dapat tumbuh kalau ada
ekskresi dari mikroba lain yang menghasilkan faktor tumbuh esensiil bagi mikroba tersebut.
Bentuk interaksi lain adalah cross feeding yang merupakan bentuk sederhana dari simbiose
mutualistik. Dalam interaksi ini pertumbuhan jasad yang satu tergantung pada pertumbuhan
jasad lainnya, karena kedua jasad tersebut saling memerlukanm faktor tumbuh esensiil yang
diekskresikan oleh masing-masing jasad.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penulisan Nutrisi Mikroba, Sebuah Esensi Dasar Untuk Kehidupan
Mikroba, dapat diambil kesimpulan bahwa:
v

Nutrient diklasifikasikan berdasarkan elemen yang mereka suplai yaitu:

Sumber Karbon

Sumber Nitrogen dan Belerang

Sumber Phospor

Sumber Mineral

Sumber Oksigen

Fungsi utama nutrisi bagi organisme diantaranya adalah: sumber energi, bahan

pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor elektron.

Anda mungkin juga menyukai