Proposal Tesis - Nurhasni Hasan
Proposal Tesis - Nurhasni Hasan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata propolis berasal dari bahasa Yunani, yaitu pro berarti
pertahanan dan
polis
berarti
kota, sehingga
propolis bermakna
pertahanan kota (atau sarang lebah). Propolis atau lem lebah adalah
nama umum yang diberikan untuk bahan resin yang dikumpulkan oleh
lebah madu dari berbagai macam jenis tumbuhan, terutama dari bagian
kuncup dan daun tumbuhan tersebut. Lebah kemudian mencampur bahan
resin ini dengan enzim yang disekresikan dari kelenjar mandibula lebah,
meskipun demikian komponen yang terdapat di dalam propolis tidak
mengalami perubahan (Greenway,Scaysbrook dan Whatley, 1990).
Propolis dapat berfungsi sebagai desinsfektan, antibakteri,
antivirus,
antiinflamasi.
Menurut
penelitian
propolis
mengandung
Siha (sel kanker uterus) serta T47D dan MCF7 (sel kanker payudara)
dengan nilai IC50 berkisar 20 - 41g/ml. Artinya, propolis dosis 20 41g/ml dapat menghambat aktivitas 50% sel kanker dalam kultur.
Propolis memiliki nilai EC50 0,30 mM dan LD50 lebih dari 10.000 mg yang
berarti kurang toksik.
Berdasarkan penelititan yang dilakukan S. Scheller (1980) yang
menguji efektifitas antikanker dari ekstrak etanol propolis (EEP) pada
mencit yang diinduksi dengan ehrlich carcinoma cells menunjukkan,
mencit yang bisa bertahan hidup lebih banyak setelah diberi EEP. Efek
antikanker EEP terhadap Ehrlich Carcinoma cells ini berkaitan dengan
kandungan flavonoid pada propolis.
Kanker merupakan penyakit yang mendapat perhatian serius di
dunia kedokteran. Hal ini disebabkan oleh jumlah penderitanya yang
semakin meningkat dan belum ada cara efektif untuk mengobatinya.
Berbagai metode terapi penyakit kanker telah banyak dilakukan, salah
satu
diantaranya
yaitu
kemoterapi.
Senyawa
kemoterapi
dapat
sel
kanker
tersebut
(Bennet
&
Montgomery,
1967).
konsentrasi
penyalut
yang
digunakan
menggunakan
metode
emulsifikasi
penguapan
pelarut
dan
bagaimanakah
formula
gel
farmasi
dari bahan
alam, serta
menghasilkan formula gel mukoadhesive
eliti mempunyai aktivitas
antikanker
(Ramanthan,
EEP1992).
mengandung senyawa flavonoid
aknyamanan pasien dan kondisi toksik (Hussain,
2005).
EEP
mengandung Zat CAPE (Caffeic acid phenylethylester) ya
vagina
dari
mikrokapsul
EEP
yang memenuhi
persyaratan
farmasetika.
ang lama sehingga dapat meningkatkan bioavaibilitas
dan mengurangi
efek samping
dari obat dan akhirnya
E. Hipotesis
Dapat dibuat sediaan mikrokapsul
EEPPropolis
dengan
perbandingan
Ekstrakdari
Etanol
(EEP)
variasi
konsentrasi
zat
inti
dan
penyalut
menggunakan
metode
F. Kerangka Pikir
Evaluasi Mikrokapsul
Formulasi
Gel mukoadhesive vagina dari mikrokapsul EEP yang memenuhi persyaratan farmasetik
Evaluasi gel mukoadhesive
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Propolis
Propolis adalah bahan resin yang melekat pada bunga, pucuk dan
kulit kayu. Sifatnya pekat, bergetah, berwarna coklat kehitaman,
mempunyai bau yang khas, dan rasa pahit. Lebah menggunakan bahan
propolis untuk pertahanan sarang, mengkilatkan bagian dalam sarang dan
menjaga suhu lingkungan sarang (Toprakci, 2005). Propolis dapat
dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik dan obat-obatan. Menurut
Wade(2005), propolis mengandung senyawa kompleks, vitamin, mineral,
enzim, senyawa fenolik dan flavonoid. Tabel 1. di bawah ini menjelaskan
mengenai komposisi kimia propolis.
Tabel 1. Komposisi Kimia Propolis (Krell, 1996)
Komponen
Resin
Konsentrasi
45-55%
25-53%
10%
5%
5%
Grup komponen
Flavonoid, asam fenolat dan
esternya
Sebagian besar dari lilin lebah
Senyawa volatile
Protein kemungkinan berasal dari
pollen dan amino bebas
14 macam mineral yang paling
terkenal adalah Fe dan Zn,
sisanya seperti Au, Ag, Hg.
Senyawa organic lain seperti
keton, kuinon, asam benzoat, dan
esternya, gula, vitamin.
Flavonoid
merupakan
antioksidan
dan
antibiotik
yang
berfungsi
B. Mikroenkapsulasi
1. Definisi
Mikroenkapsulasi adalah suatu proses penyalutan tipis suatu
bahan inti baik berupa padatan, cairan atau gas dengan suatu polimer
sebagai dinding pembentuk mikrokapsul. Mikrokapsul yang terbentuk
dapat berupa partikel atau bentuk agregat, dan biasanya memiliki rentang
ukuran partikel antara
lingkungan.
Perlindungan
yang
diberikan
oleh
akan
10
Kerugian :
1. Biasanya penyalutan bahan inti oleh polimer kurang
sempurna atau tidak merata sehingga akan mempengaruhi
pelepasan bahan inti dari mikrokapsul.
2. Dibutuhkan teknologi mikroenkapsulasi.
3. Harus dilakukan pemilihan polimer penyalut dan pelarut
yang sesuai dengan bahan inti agar diperoleh hasil
mikrokapsul yang baik.
3. Tujuan Mikroenkapsulasi
Tujuan umum:
1. Imobilisasi atau entrapment ; untuk membatasi kontak antara
senyawa yang dienkapsulasi dengan lingkungan. Contoh; entrapment
11
dari flavor (efek wangi yang muncul dari flavor menjadi lebih lama
akibat pelepasan senyawa yang dikontrol oleh porositas membran.
2. Proteksi ; beberapa senyawa aktif mudah terurai bila mengalami
kontak lansung dengan lingkungan. Contoh; vitamin dan asam lemak
tak jenuh sangat mudah bereaksi dengan oksigen. Beberapa senyawa
aktif dalam obat dan probiotik dapat terurai ketika berada dalam
lambung.
3. Controlled release ; dalam dunia farmasi, ada beberapa jenis obat
yang harus terurai dengan jumlah terkontrol, terutama yang berkaitan
dengan enzim dan katalis. Dengan mengatur porositas dari
mikrokapsul, difusi dari senyawa aktif yang dienkapsulasi dapat
dikontrol.
4. Fungsionalisasi
mikroenkapsulasi
dapat
digunakan
untuk
12
Mikrokapsul
13
Mononuclea
r
Polinukle
ar
Matrix
yang
mempengaruhi
keberhasilan
proses
yang
digunakan,
tahap
proses
mikroenkapsulasi
14
berupa zat tunggal atau campuran zat aktif dengan bahan pembawa
lain seperti stabilisator, pengencer, pengisi, penghambat atau pemacu
pelepasan bahan aktif. Selain itu, bahan inti yang digunakan
sebaiknya tidak larut atau tidak bereaksi dengan bahan penyalut yang
digunakan.
2. Bahan penyalut ; merupakan bahan yang digunakan untuk melapisi
inti dengan tujuan tertentu seperti menutupi rasa dan bau yang tidak
enak, perlindungan terhadap lingkungan, meningkatkan stabilitas,
mencegah penguapan, kesesuaian dengan bahan inti maupun bahan
lain yang berhubungan dengan proses penyalutan serta sesuai
dengan metode mikroenkapsulasi yang digunakan. Bahan penyalut
harus mampu memberikan suatu lapisan tipis yang kohesif dengan
bahan inti, dapat bercampur secara kimia, tidak bereaksi dengan inti
(bersifat inert), dan mempunyai sifat yang sesuai dengan tujuan
penyalutan. Bahan penyalut yang digunakan dapat berupa polimer
alam, semisintetik, maupun sintetik. Jumlah penyalut yang digunakan
antara 1-70%, dan pada umumnya digunakan 3-30% dengan
ketebalan dinding penyalut 0,1-60 mikrometer.
3. Pelarut ; bahan yang digunakan untuk melarutkan bahan penyalut
dan mendispersikan bahan inti. Pemilihan pelarut berdasarkan sifat
kelarutan dari bahan inti atau zat aktif dan bahan penyalut, dimana
pelarut yang digunakan tersebut tidak atau hanya sedikit melarutkan
bahan inti tetapi dapat melarutkan bahan penyalut. Pelarut polar akan
15
dengan komposisi dan titik didih yang tetap dimana selama proses
penguapan komposisi campuran tidak berubah.
8.Teknik/Metode Mikroenkapsulasi
Parameter dalam merancang suatu mikrokapsul yaitu: Sifat fisika
dan kimia zat aktif, polimer penyalut, medium mikroenkapsulasi, tahap
proses mikroenkapsulasi, dan sifat dinding kapsul.
Proses mikroenkapsulasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
metode fisika kimia, metode kimia, dan metode fisika. Evaluasi
Mikrokapsul in vitro yang harus dilakukan meliputi morfologi mikrokapsul,
sifat mikromeritik, kandungan mikrokapsul, faktor perolehan kembali,
tebal dinding mikrokapsul dan profil disolusi dari mikrokapsul.
Tabel 2. Metode Pembuatan Mikrokapsul
16
Proses
Mikroenkapsulasi
Kimiawi
Emulsi
Fisika-kimia
Co-acervation
Fisika-mekanika
Spray Drying
Co-ekstrusion
Spinning Disk
17
cairan
dimana
terdapat
sedikitnya
dua
fase
yang
pertama.
(iii);
stabilisasi
dari
partikel
yang
telah
18
dienkapsulasi, yaitu
membentuk
lapisan
kulit
yang
kontinyu
19
microcapsule
core particles
sinning disk
Gambar 5. Proses Spinning Disk
20
Shell Co re hell
Vibration
Curing
Gambar 6. Co-Ekstrusion
9. Mekanisme pelepasan obat dari mikrokapsul
Pelepasan obat dari bentuk mikrokapsul dapat melalui berbagai cara
yaitu melalui proses difusi melewati lapisan polimer, erosi dari lapisan
21
polimer atau melalui kombinasi melalui erosi dan difusi. Umumnya, obat
yang dibuat dengan cara ini lebih banyak dilepaskan melalui difusi
membran. Cairan dari saluran pencernaan berdifusi melalui membran ke
dalam sel, kemudian obat akan melalui difusi pasif dari larutan konsentrasi
tinggi di dalam sel kapsul melalui membran ke tempat berkonsentrasi
rendah pada cairan saluran pencernaan. Jadi kecepatan pelepasan obat
ditentukan oleh sifat difusi obat pada membran.
C. Gel
1. Definisi Gel
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri
dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil
atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan (Ansel, 1989).
Gel merupakan sistem semisolida terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel kecil anorganik atau molekul-molekul besar organik yang
diinterpenetrasikan dalam sebuah cairan. Sistem gel paling sederhana
terdiri dari air yang dikentalkan dengan getah alam misal tragakan,
xanthan, bahan semi sintetik misal metilselulosa, karboksimetilselulosa
atau hidroksietilselulosa ataupun bahan sintetik misalnya karbomer,
polimer dan karboksivinil. Sistem gel ada yang tampak transparan dan
ada juga yang translucent, karena bahannya mungkin tidak terdispersi
secara sempurna atau membentuk agregat yang sedikit terdispersi.
Karakteristik umum gel yaitu memiliki struktur kontinyu seperti sifat dari
22
bahan padat. Viscositas dari gel umumnya tergantung dari jumlah atau
berat molekul dari bahan pengental yang ditambahkan (Lieberman, dkk.,
1996).
Idealnya pemilihan gelling agent dalam sediaan farmasi dan
kosmetik harus inert, aman, tidak bereaksi dengan komponen lain.
Penambahan gelling agent dalam formula perlu dipertimbangkan yaitu
tahan selama penyimpanan dan tekanan tube selama pemakaian topikal.
Beberapa gel, terutama polisakarida alami peka terhadap penurunan
derajat mikrobial. Penambahan bahan pengawet perlu untuk mencegah
kontaminasi dan hilangnya karakter gel dalam kaitannya dengan mikrobial
(Lieberman, dkk., 1996).
2. Dasar Gel
Berdasarkan komposisinya, dasar gel dapat dibedakan menjadi
dasar gel hidrofobik dan dasar gel hidrofilik (Ansel, 1989).
a) Dasar gel hidrofobik
Dasar gel hidrofobik terdiri dari partikel-partikel anorganik. Apabila
ditambahkan ke dalam fase pendispersi, bilamana hanya sedikit sekali
interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan
hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi harus dirangsang
dengan prosedur yang khusus (Ansel, 1989).
Dasar gel hidrofobik antara lain petrolatum, mineral oil/gel
polyethilen, plastibase, alumunium stearat, carbowax (Allen, 2002).
b) Dasar gel hidrofilik
23
24
perlindungan
mengeringnya.
Oleh
terhadap
karena
itu
penguapan,
untuk
untuk
menyimpannya
menghindari
lebih
baik
D x A x K (C1-C2)
------------------------
....................................................(1)
25
dt
Vxh
Dc
----dt
D
A
K
V
H
C1
C2
26
D. Sistem Bioadhesi
Bioadhesi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana dua
bahan, salah satunya adalah agen biologi, bersama-sama untuk periode
waktu diperpanjang dengan gaya antar muka (chickering, 1999). untuk
tujuan penghantaran obat, tema bioadhesi mengimpilkasikan pelekatan
suatu sistem pembawa obat ke suatu lokasi biologi spesifik. Permukaan
biologi dapat berupa jaringan epitel atau lapisan mukosa pada permukaan
dari suatu jaringan jika pelekatan adhesi pada lapisan mukosa, fenomena
tersebut merujuk pada kata mukoadhesi (Ahuja, 1997). Lapisan mukosa
meliputi lapisan mucosal dari hidung, rectal, esophagus, vagina, mata dan
rongga mulut.
Pemikiran mengenai sistem penghantaran obat bioadhesive
diperkenalkan sebagai suatu konsep baru dari ilmu farmasi sebagai hasil
dari kerja beberapa kelompok peneliti perintis di Amerika, Jepang, dan
Eropa pada pertengahan 1980-an (Park, 1984). Sejak saat itu, ide bentuk
sediaan yang melekat ke tempat pemberian dan atau absorbsi obat
masing-masing mendorong peneliti di seluruh dunia. Secara original
keuntungan dari system penghantaran obat bioadhesi terlihat pada
potensinya (1) untuk memperpanjang waktu tinggal pada tempat aksi
27
28
dari etil selulosa yakni sebagai coating agent; tablet binder; tablet filler;
viscosity-increasing agent. Sebagai sustained-release tablet coating
digunakan konsentrasi 3,0 20,0% (Dahl, 2005).
Etil-selulosa berbentuk serbuk putih kecoklatan, tidak berbau, tidak
berasa dan bersifat mudah mengalir (free flowing). Tidak larut dalam air,
gliserin, dan propilenglikol. Etil-selulosa yang mengandung kurang dari
46,5% gugus metoksi larut dalam tetrahidrofuran, metil asetat kloroform
dan campuran hidrokarbon aromatik dengan alkohol. Sedangkan etil
selulosa yang mengandung 46,5% atau lebih gugus etoksi larut dalam
alkohol, toluene, kloroform, dan metil asetat (Dahl, 2005).
2. Karbopol 934 (Rowe, 2006)
Nama resmi
Sinonim
: carboxy polymethylene
: carbomer, acitamer, acrylic acid polymer, carboxyvinyl
polimer.
Berat molekul
: 934 gmol-1
29
Pemerian
Serbuk
hablur
putih,
sedikit
berbau
khas,
higroskopis.
Kelarutan
Kegunaan
Penyimpanan
Konsentrasi
: 0,5 2 %
Pemerian:
Berbentuk cair, jernih, tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau,
rasa manis, sedikit tajam menyerupai gliserin.
Kelarutan:
Larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%),gliserin, dan air
Inkompatibilitas:
Inkompatibel dengan reagen oksidasi seperti kalium permanganat.
Stabilitas dan Penyimpanan:
Higroskopis. Stabil pada suhu dingin dan wadah tertutup rapat. Pada
suhu tinggi dan di tempat terbuka cenderung mengoksidasi,
30
: Trietanolamin
Nama lain
: Trihidroksietilamin, TEA
RM/BM
: (CHO-CH2CH3)3 = N/ 149,19
Pemerian
Kelarutan
TL
: 21,2oC
Kestabilan
Incomp
membentuk
garam
yang
kompleks.
31
Penyimpanan
Kelarutan
Penyimpanan
: Aetanolum
: etanol, alcohol, etil alcohol
: CHO
: 46,07
: Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap,
bau khas rasa panas,
mudah terbakar dengan memberikan nyalabiru
yang tidak berasap.
: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
P dan dalam eter P.
: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
: Polysorbatum 80
Nama lain
Pemerian
Kelarutan
Kegunaan
32
33
Inkompatibilitas:
Dalam formulasi air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien
lain yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi dalam keberadaan
air atau uap air) pada suhu tinggi. Air dapat bereaksi keras dengan
logam alkali dan alkali logam dan oksidanya, seperti kalsium oksida
dan magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan garam anhidrat
untuk membentuk hidrat dari berbagai komposisi, dan dengan bahan
organik tertentu dan kalsium karbida.
stabil, sangat mudah terbakar. Jarak didih tidak kurang dari 95%
34
Bobot per ml
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Penelitian dilakukan
di Laboratorium Farmasetika, Laboratorium Fitokimia, Laboratorium
Biofarmasi Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan alat-alat gelas (Pyrex ), neraca analitik
(Sartorius), Oven (Memmert), pH meter, alat pengukur waktu alir (flow
hopper), Stopwatch, Mikroskop Elektron (Jeol JSM-5310 LV), Mikroskop
Optik, satu seri ayakan standar, alat disolusi, rotavapor, viscometer
(Brookfield), piknometer, homogenizer (ultra TuraxT50 Ikawerve)
35
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan propolis Trigona sp, etil selulosa,
n-heksan, aseton, parafin cair, tween 80, trietanolamin, carbopol
934,940,980, etanol 96 %, etanol 70 %, propilenglikol, aqua destillata.
C. Metode Kerja
1. Penyiapan Sampel
Sampel dipotong-potong menjadi potongan-potongan kecil atau
ditumbuk sampai menjadi bubuk halus. Karena propolis terlalu liat untuk
dipatahkan, maka propolis disimpan terlebih dahulu dalam lemari es atau
freezer selama beberapa jam. Alternatif lainnya adalah dengan memotong
menjadi lembaran tipis atau strip untuk meningkatkan permukaan kontak
antara propolis dan alkohol dalam maserasi.
2. Pembuatan Ekstrak Etanol Propolis
Ditimbang propolis sebanyak 1 kg, kemudian dimasukkan ke dalam
wadah maserasi. Dua liter etanol 96% ditambahkan sebagai pelarut.
Maserasi dilakukan dengan pengadukan sebanyak 12 kali selama 15
menit dengan tenggang waktu 5 menit antar pengadukan, dilanjutkan
dengan perendaman selama 24 jam, selanjutnya dilakukan penyaringan
dengan corong dan kertas saring untuk memisahkan filtrate dari ampas ke
dalam labu Erlenmeyer selanjutnya dilakukan remaserasi selama 48 jam.
36
heksan
sebagai
pencuci
mikrokapsul
yang
diperoleh
untuk
Bahan
II
1g
Formula
III
1g
(EEP)
Etil Selulosa
Aseton
Paraffin cair
Tween 80(2% dari 133
2g
100 ml
133 ml
4 ml
3g
100 ml
133 ml
4 ml
ml)
n-heksan
Qs
qs
IV
1g
V
1g
4g
100 ml
133 ml
4 ml
5g
100 ml
133 ml
4 ml
6g
100 ml
133 ml
4 ml
qs
qs
qs
37
38
menurun dari ukuran lubang ayakan yang paling besar. Lima gram
mikrokapsul ditempatkan dalam ayakan dan mesin pengayak dijalankan
selama 10 menit. Masing-masing fraksi dalam ayakan
ditimbang, dan
39
C dengan
dari
mikrokapsul
diambil
pada
15,30,45,60,90,120,150,180,240,300,360,420,480.
menit
Setiap
kekali
pengukuran
disolusi
yang
diperoleh,
digunakan
untuk
40
F1
F2
F3
F4
F5
F6
Ket. :
MIkrokap
sul
Ekstrak
Propolis
Setara
160 mg
EEP
Setara
0,8
160 mg
EEP
Setara
0,6
160 mg
EEP
Setara
0,8
160 mg
EEP
Setara
0,6
160 mg
EEP
Setara
0,8
160 mg
EEP
F1, F2 = Carbopol 934, F3,
0,6
20
10
ad
100
O,5
20
10
ad
100
0,6
20
10
ad
100
0,5
20
10
ad
100
0,6
20
10
ad
100
980
8. Pembuatan Gel Mukoadhesive Vagina
Mikrokapsul EEP dicampur ke dalam basis gel melalui pengadukan
mekanik menggunakan berbagai polimer bioadhesive seperti carbopol
934, 940, dan 980 dengan bahan tambahan lain. Untuk semua batch,
mikrokapsul dicampur dengan gel bioadhesive yang telah disiapkan. Gel
41
yang telah dibuat dimasukkan dalam tube lalu disegel dan disimpan di
tempat sejuk untuk penelitian selanjutnya.
9. Evaluasi Gel Mukoadhesive Vagina
1) Penentuan pH
pH dari dari mikroenkapsulasi gel carbopol dihitung dengan
menggunakan pH meter digital, satu gram gel dilarutkan dalam 25 ml
aquadest dan elektroda kemudian dimasukkan ke dalamnya selama 30
menit hingga pembacaan konstan didapatkan. Dicatat hasilnya dan
dilakukan triplo.
2) Pengukuran viskositas
Menggunakan sebuah viskometer Brookfield digital dengan adaptor
sampel yang sesuai digunakan untuk mengukur viskositas dalam cps
dari gel mikrokapsul yang dibuat.
3) Tes iritasi vagina
Protokol penelitian disetujui oleh Lembaga Komite Etik Hewan. Gel
Mikrokapsul gel (0,5 g) dioleskan pada vagina kelinci. Setelah 72 jam, gel
mikrokapsul dibersihkan, kemudian dilakukan pengamatan karakteristik
seperti sensitisasi (reaksi alergi), fotosensitisasi, edema dan kemerahan
yang berlebih diamati pada hewan uji dan juga di kontrol oleh inspeksi
visual
4) Studi difusi obat dari gel mukoadhesive vagina mikrokapsul secara invitro
Dalam studi pelepasan obat secara in vitro dilakukan di KC-Difusi
sel
42
anak
timbangan
berkisar
1-2
menit.
Penambahan
43
DAFTAR PUSTAKA
44
V.
Determining
Quality
in
Propolis
Sample.Jornal
Summer.2000.7
Bendich, A.,Physiological role of antioxidants in The Immune System,.
Human Nutrition Research, Hoffmann-LaRoche Inc 1992, Nutley,
NJ 07110
Krell, R. 1996. Value-added Product From Beekeping; FAO Agricultural
Services Bulletin No.124. Food and agriculture Organization of the
United Nations Rome, 1996. www.fao.org/docrep.htm.diakses
tanggal 12 januari 2012
Chien YW. Novel drug delivery systems. 2nd ed. New York: Marcel
Dekker; 1992. p. 11-28.
Kim CJ. Advanced Pharmaceutics - Physicochemical Properties. New
York: CRC Press; 2002. p. 481-3.
45
drug
delivery
systems:
Fundamentals,
novel
Society
Of
Great
Britain,
London,
The
46