Referat Pityriasis Alba - Shinta
Referat Pityriasis Alba - Shinta
PITYRIASIS ALBA
Pembimbing
Dr. Riliani Hastuti, Sp.PK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
SEPTEMBER 2012
HALAMAN PENGESAHAN
telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Kulit dan kelamin Fakultas Kedokteran
Muhammadiyah Palembang
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Semesta Alam, Allah SWT, atas nikmat dan
karunia-Nya. Sholawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan selama pengerjaan referat,
yang berjudul Pityriasis Alba, ini kepada dr. Riliani Hastuti, Sp.KK dan terakhir,
bagi semua pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, rela
maupun tidak rela, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis haturkan
terima kasih atas bantuannya hingga referat ini dapat terselesaikan. Semoga bantuan
yang telah diberikan mendapatkan imbalan setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa didalam referat ini masih banyak kekurangan baik
itu dalam penulisan maupun isi referat. Karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi sempurnanya referat ini. Penulis berharap referat ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Palembang,
September 2012
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
KATA PENGANTAR .
DAFTAR ISI .....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
ii
iii
iv
v
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi. 3
2.2. Epidemiologi........................................................................................ 3
2.3. Etiologi dan Patogenesis .. 4
2.4. Manifestasi Klinis. 6
2.5. Pemeriksaan Penunjang 7
2.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding .... 8
2.7. Tatalaksana .. 10
2.9. Prognosis .... 10
BAB III. KESIMPULAN
Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Pityriasis alba pada wajah.................................... 6
2.2 Algoritma Penegakan Diagnosis.. 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pityriasis alba merupakan sebuah pola dermatitis dengan ciri yang paling
mencolok berupa hipopigmentasi.1 Pityriasis alba dianggap sebagai dermatitis
subklinis atau bentuk yang ringan dari dermatitis atopik, karena seringkali disertai
riwayat atopi. Gambaran klinisnya berupa makula atau patch hipopigmentasi
berskuama tipis, berbatas tegas maupun tidak tegas, terlokalisir, umumnya
terdapat pada pipi, lengan atas, dan trunkus. 2,3,4
Meskipun dapat terjadi pada semua ras dan jenis kelamin, hipopigmentasi
pityriasis alba lebih jelas terlihat pada individu berkulit gelap, terutama saat
musim panas. Sedangkan pada musim dingin skuama jelas terlihat karena kulit
kering. Penyakit ini umumnya mengenai penderita usia anak dan remaja.1,5,6
Etiologi dan patogenesis pityriasis alba masih belum jelas. Pada umumnya
digolongkan sebagai manifestasi dari dermatitis atopik ringan, tetapi tidak pasti
mengenai seluruh individu yang atopik.1 Selain itu, penyakit ini juga digolongkan
sebagai penyakit yang timbul setelah terjadi inflamasi. Pajanan matahari yang
berlebihan dan tanpa proteksi juga kebiasaan hidup bersih berkorelasi kuat
terhadap perkembangan PA.3 Hal lain yang dapat mencetuskan pityriasis alba
adalah gigitan serangga, iritasi mekanis dari scrubbing, atau bentuk lain dari
eczematous dermatitis.7
Dari penelitian terhadap mengenai kriteria diagnosis dermatitis atopik pada
anak-anak di Thailand, sebanyak 28,7% dari kelompok penderita dermatitis atopik
dan 15,5% dari kelompok kontrol menunjukkan gejala pityriasis alba.8 Sementara
pada penelitian terhadap penderita pityriasis alba di India, latar belakang atopi
terdeteksi dalam 85,5% kasus.6
Sebagian besar kasus PA terdiagnosis secara klinis. Hipopigmentasi yang
tampak diakibatkan oleh berkurangnya jumlah melanosit dan melanosom.
Pemeriksaan histologi tidak spesifik, berupa akantosis yang tidak mencolok dan
spongiosis ringan, dengan hiperkeratosis sedang dan parakeratosis yang tidak
sempurna.1,3 Walaupun hipopigmentasi yang terjadi membutuhkan waktu lama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Pityriasis alba merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa latin,
yang berarti sisik atau skuama (pityriasis) dan putih (alba). 9,10 Pityriasis alba
pertama kali dijelaskan oleh Fox, diberi nama oleh OFarrell, dan hubungannya
dengan dermatitis atopik pertama kali dicetuskan oleh Watkins. 11 Pityriasis alba
merupakan suatu penyakit yang tidak menular dengan ciri yang paling mencolok
berupa hipopigmentasi.1
2.2. Epidemiologi
Pityriasis alba merupakan penyakit yang umum terjadi, pada populasi
umum diperkirakan prevalensinya sebesar 1%, namun pada pasien yang memiliki
riwayat atopi prevalensinya sebesar 32%.11 Terdapat laporan kejadian sebesar
lebih dari 5% pada anak-anak di Amerika Serikat, namun epidemiologinya belum
pernah dijelaskan secara pasti. Pityriasis alba tidak memiliki kecenderungan
timbul pada ras tertentu, walaupun penyakit ini memang terlihat lebih jelas pada
penderita berkulit gelap karena nampak kontras.1,5,6,7,9
Penyakit ini tidak memiliki predileksi jenis kelamin tertentu, walaupun
pernah tercatat penderita laki-laki sedikit lebih banyak daripada perempuan.
Pityriasis alba lebih sering dijumpai pada penderita berusia kurang dari 20 tahun,
terutama pada anak dan remaja yang usianya berkisar antara 3-16 tahun.1,9,10
Berdasarkan penelitian mengenai pervalensi penyakit kulit terhadap anakanak sekolah dasar di Baghdad, ditemukan bahwa persentase penyakit kulit yang
tidak menular sebesar 33,7% yang di antaranya termasuk pityriasis alba.12
Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak di Basrah menunjukkan
persentase pityriasis alba sebesar 11,2 % dari seluruh pasien dengan penyakit
kulit, dan merupakan penyakit kulit terbanyak untuk rentang usia 6-14 tahun. 13
Sedangkan penelitian yang dilakukan di daerah Karachi, Pakistan, menunjukkan
persentase kecil (6,1%) dari pityriasis alba dibandingkan penyakit kulit lainnya
pada pasien di Rumah Sakit Pendidikan Hamdard. 14 Pada penelitian terhadap
dengan
jerawat
komedo
atau
popular,
Propionibacterium
acnes
terhadap jamur ini. Berbeda dengan tinea versicolor, organisme ini tidak
berkembang dalam jumlah banyak pada pityriasis alba. Jamur patogen juga tidak
terlibat dalam kondisi ini.10
Pajanan matahari yang berlebihan dan tanpa proteksi diduga menyebabkan
penyakit
ini
jelas
terlihat,
meskipun
penelitian
fotobiologik
untuk
tertentu. Durasi rata-rata untuk lokasi umum di muka pada anak-anak adalah
setahun atau lebih.1
Pityriasis Alba yang luas (extensive PA), lebih sering terlihat pada orang
dewasa, dengan ciri-ciri klasik yang sama, terdistribusi lebih luas yang seringkali
melibatkan ekstremitas bawah dalam pola yang simetris. Ketiadaan fase inflamasi
yang mendahului dan ketiadaan spongiosis membedakan dari bentuk yang klasik.
Terdapat hipotesis tumpang tindih dari bentuk khusus ini dengan hipomelanosia
makular yang progresif, yang terutama terjadi pada wanita dewasa muda, dengan
patch tanpa sisik, hipopigmentasi, terjadi berulang, melibatkan punggung,
khususnya setelah musim panas.3
Pityriasis Alba yang terpigmentasi dianggap sebagai varian dari pityriasis
alba yang klasik dengan infeksi dermatofit superfisial yang hampir selalu
mengenai wajah. Secara klinis dicirikan oleh hiperpigmentasi kebiru-biruan yang
dikelilingi oleh daerah hipopigmentasi bersisik. Area yang terpigmentasi
menunjukkan deposit melanin dalam dermis. Sepertiga dari pasien secara
bersamaan mengalami pityriasis alba klasik.3
2.5. Pemeriksaan Penunjang
Bila ditemukan gambaran klinis yang sesuai, dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang
menggunakan
lampu
Wood,
yang
menunjukkan
gambaran
hipopigmentasi.3 Pemeriksaan histologi dari penelitian biopsi menunjukkan ciriciri hiperkeratosis (33.33%), parakeratosis (40%), akantosis (53.33%), spongiosis
(80%), dan infiltrat perivaskuler (100%). Bagaimanapun, penemuan ini tidak
cukup spesifik untuk menegakkan diagnosis. Ditemukan pula atropi glandula
sebasea pada hampir separuh kasus dalam satu penelitian.1,9
Hasil pemeriksaan struktur ultra menemukan bahwa selain pengurangan
pigmen pada lesi kulit, tidak terdapat terdapat perbedaan pada melanosit antara
kulit yang memiliki lesi dan normal pada pasien yang sama, walaupun penemuan
ini masih diperdebatkan. Perubahan degeneratif berupa menurunnya jumlah
melanosit dan berkurangnya jumlah dan ukuran melanosom keratinosit juga
ditemukan melalui mikroskop cahaya dan elektron pada lesi. Secara keseluruhan
kelainan ini dianggap diakibatkan oleh penurunan melanin.1,5,9
ringan
mungkin
berguna.
Bagaimanapun,
abnormalitas
pigmentasi
BAB III
10
KESIMPULAN
Pityriasis alba merupakan penyakit kulit yang tidak menular, ditandai dengan
makula atau patch dengan hipopigmentasi dan sisik tipis. Penyakit ini lebih
banyak mengenai anak dan remaja, tanpa kecenderungan terhadap ras dan jenis
kelamin tertentu.
dengan riwayat atopi, paska inflamasi kulit, pajanan sinar matahari, kebiasaan
mandi, maupun nutrisi. Proses hipopigmentasi diduga terkait dengan gangguan
pada sel pigmen kulit.
Diagnosis
dapat
ditegakkan
melalui
anamnesis
faktor
resiko,
11
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
James WD, Berger TG, Elston DM. Atopic Dermatitis Eczema and
Noninfectious Immunodeficiency Disorders. In: Andrews Disease of The
Skin Clinical Dermatology. 9th ed. New York: WB Saunders Company;
2000. p.72.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Rashid RM, Miller AC, Silverberg MA. Pityriasis Alba. [serial online]
Diakses dari emedicine.medscape.com/article/762656-print.htm (11
Agustus 2010)
18. Anonim.
Scleroderma.
Diakses
http://en.wikipedia.org/wiki/Scleroderma (13 Agustus 2010)
dari
19. Anonim.
Sarcoidosis.
Diakses
http://en.wikipedia.org/wiki/Sarcoidosis (13 Agustus 2010)
dari