Bab 10 Konsep Laba Dalam Tatanan Pragmatik
Bab 10 Konsep Laba Dalam Tatanan Pragmatik
LABA (INCOME)
Pengertian Laba
Commite On Terminology (Sofyan Syafri H.,2004) dalam Aliyal Azmi
(2007:12) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari
pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari
penghasilan atau penghasilan operasi.
Menurut Stice, Stice, Skousen (2009:240) laba adalah pengambilan atas
investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh
entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama
dengan posisi awalnya.
Menurut Suwardjono (2008 : 464) laba dimaknai sebagai imbalan atas
upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba
merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat
dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa).
Menurut Soemarso SR (2004 : 227) angka terakhir dalam laporan laba rugi
adalah Laba Bersih (net income). Jumlah ini merupakan kenaikan bersih
terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka
terakhir dalam laporan laba rugi adalah rugi bersih (net loss)
Menurut Smith Skousen (1989:119) Laba Bersih merupakan perbedaan
antara jumlah pendapatan yang diperoleh suatu satuan usahan selama
periode tertentu dan jumlah biaya yang dapat diaplikasikan kepada
pendapat.
Belkaoui (1993) Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar
keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba
pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan,
determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan
pengambilan keputusan, dan unsur prediksi.
Rahmat (2006:9) Laba dipandang sebagai suatu peralatan prediktif yang
membantu dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang
akan datang. Laba terdiri dari hasil operasional, atau luar biasa, dan hasilhasil non-operasional, atau keuntungan dan kerugian luar biasa, dimana
jumlah keseluruhannya sama dengan laba bersih. Laba biasa dianggap
bersifat masa kini (current) dan berulang, sedangkan keuntungan dan
kerugian luar biasa tidak demikian.
(IAI, 1994) mengartikan penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat
ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
Makna Laba
Laba secara konseptual mempunyai karakteristik umum sebagai berikut :
1 Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas. Entitas
dapat berupa perorangan/individual, kelompok individual, institusi,
badan, lembaga, atau perusahaan
2 Perubahan terjadi dalam suatu kurun waktu sehingga harus diidentifikasi
kemakmuran awal dan kemakmuran akhir
3 Perubahan dapat dinikmati, di distribusi atau ditarik oleh entitas yang
menguasai kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.
Kemakmuran dapat berupa aset bersih, aset, modal pemegang saham,
kekayaan, investaasi, sumber daya ekonomik, uang dan apapun yang dapat
dinilai dengan uang. Kemakmuran tersebut secara umum disebut kapital
(capital). Namun kapital disini berbeda dengan modal. Pengertian kapital
dalam konteks laba akuntansi meliputi:
Kapital bagi badan usaha atau manajemen yang menguasai sumber
ekonomi ini (fisis atau finansial) adalah aset
Kapital
dengan
Kapital
dengan
Pendekatan transaksi
Laba diukur pada saat terjadinya transaksi (terutama transaksi
eksternal) yang kemudian terakumulasi sampai akhir periode.
Pengakuan laba atas dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan
pendapatan sama dengan atas dasar kriteria terlealisasi dan sama
dengan pengakuan biaya atas dasar kriteria konsumsi manfaat.
Dengan pendekatan transaksi laba timbul dan diakui pada saat
penjualan atau pertukaran terjadi.
Pendekatan kegiatan
Laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan
atau kejadian bukan sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu.
Dengan konsep ini pendapatan (dengan sendirinya laba) dinyatakan
telah terbentuk bersamaan dengan telah dilakukannya kegiatan
operasi perusahaan dalam arti luas.
Prediksi
Laba akuntansi menjadi prediktor aliran kas ke investor melalui berbagai model prakiraan laba (earnings forecasting models)
Aliran Kas
Prediksi
Investor
Aliran Kas
(Dividen, kenaikan nilai investasi, dan pengembalian atau penjualan investa
Pada gambar 10.6 melukiskan fungsi laba sebagai prediktor aliran kas ke
investor. Secara pragmatik laba memang bermanfaat karena diperlukan
oleh para analis keuangan atau sekuritas untuk menyediakan angka
prakiraan laba yang pada akhirnya membantu pemakai dalam memprediksi
alirna kas masa datang. Arti penting pemrakiraan laba telah memicu
munculnya beberapa institusi yang bergerak dalam usaha penyediaan jasa
prakiraan laba seperti Institutional Broker Estimates System (IBES) oleh
Lynch, Jones and Ryan, The Earnings Forecaster Oleh Standard and Poor,
The Icarus Service oleh Zacks Investment Reasearch, dan The Value Line
Investment Survey.
Laba dan Harga Saham
Kebermanfaatan laba dapat diukur dari hubungan antara laba dan harga
saham. Bahwa laba merupakan prediktor aliran kas ke investor yang
dibahas sebelumnya sebenarnya menunjukkan bahwa laba menentukan
harga saham. Aliran kas masa datang ke investor digunakan untuk
menentukan apa yang dsebut nilai intrinsik (intrinsic value) sekuritas atau
saham. Jones (1998) mendefinisakan nilai intrinsik sebagai berikut :
The intrinsic value of an asset is that value that exists when the asset
is correctly valued its true value based on the capitalization of
income process. Intrinsic value is simply the present value concept
used in a financial context (hlm 362)
Nilai intrinsik ini pada akhirnya akan menentukan harga pasar saham
yang terjadi dipasar modal pada saat tertentu. Investor atau analis akan
membandingkan nilai intrinsik saham dan harga pasar sekarang (current
market price) untuk menengarai apakah terjadi salah harga (misprice).
Salah harga akan mengaktifkan perdagangan sekuritas melalui berbagai
startegi investasi. Hubungan antara nilai intrinsik (NI), harga pasar
sekarang (NPS), dan startegi investasi digambarkan sebagai berikut :
Bila NI > NPS berarti sekuritas dinilai lebih rendah oleh pasar
sehingga harus dibeli atau ditahan bila telah dimiliki.
Bila NI < NPS berarti sekuritas dinilai lebih tinggi oleh pasar sehingga
harus dihindari, dijual bila telah dimiliki, atau lakukan short sale.
Bila NI = NPS berarti sekuritas dinilai benar dan terjadi ekuilibrium
harga.
Analisis di atas terjadi pada level investor secara individual. Karena
ketidakpastian masa datang dan investor berbeda dalam persepsi, sikap
terhadap risiko, dan tarif diskon yang diharapkan, maka akan dihasilkan
nilai intrinsik yang berbeda-beda untuk sekuritas yang sama. Hal ini
menjelaskan mengapa untuk sekuritas tertentu sebagian investor
bersedia menjual dan sebagian lainnya bersedia membeli. Sebagian
investor berpikir telah terjadi harga-lebih (overprice) dan sebagian
lainnya berpikir telah terjadi harga-kurang (underprice). Harga pasar
sekuritas pada saat tertentu akhirnya merupakan nilai intrinsik
konsensus. Hal penting dalam uraian ini adalah bahwa laba akuntansi
akan menentukan harga saham sehingga bermanfaat bagi investor.
Perkontrakan Efisien
Ikatan dalam bentuk kontrak tidak hanya terjadi antara perusahaan dan
investor atau pihak luar lainnya tetapi juga antara pihak internal
perusahaan. Kontrak bonus merupakan salah satu contoh kontrak internal.
Dalam hal ini, laba mempunyai manfaat karena laba dapat digunakan untuk
mengendalikan perilaku para partisipan di dalam perusahaan. Dalam
tataran pragmatik, laba digunakan sebagai pengukur kinerja divisi atau
manajernya. Laba mempunyai peran penting dalam suatu sistem
pengendalian manajemen (management control system). Sistem ini
dirancang untuk mengarahkan perilaku para manajer agar mereka
memaksimumkan kepentingan dirinya atau divisinya (self-interest) tetapi
pada saat yang sama kepentingan perusahaan secara keseluruhan juga
tercapai. Bila hal ini tercapai, terjadilah apa yang disebut keselarasan tujuan
(goal congruence).
Perilaku manajer dikendalikan melalui laba dengan cara mengaitkan
kompensasi dengan laba sebagai pengukur kinerja. Pengendalian akan
efektif apabila manajer mempunyai persepsi bahwa laba sebagai pengukur
kinerja benar-benar laba yang diakibatkan oleh tindakan atau upayanya
(actions and efforts). Oleh karena itu, dalam pengendalian manajemen
terdapat berbagai tingkat laba dengan berbagai sebutan sebagai pengukur
kinerja manajer. Anthony dan govindarajan (1998) melukiskan berbagai
tingkat dan sebutan laba untuk pengukuran kinerja manajer dalam gambar
10.7 berikut.
Gambar 10.7
Berbagai Tingkat Laba untuk Pengendalian Manajemen
Pendapatan
Kos barang terjual (variabel)
Margin penjualan
Biaya Variabel
Margin kontribusi
Biaya tetap terjadi di pusat laba (biaya
langsung)
Laba langsung
Alokasi kantor pusat terkendali
Laba terkendali
Alokasi kantor pusat lain
Laba sebelum pajak
Berbagai pajak
Laba bersih
Rp 20.000.000
Rp 12.000.000
Rp 8.000.000
Rp 3.000.000
Rp 5.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
2.000.000
3.000.000
250.000
2.750.000
400.000
2.350.000
950.000
Rp
1.400.000
-5
-4
-3
-2
-1
+1
+2
+3
Laba dalam analisis ini biasanya adalah laba per saham untuk
perusahaan tertentu. Laba aktual dapat pula berada dibawah laba
harapan. Seperti pada pembahasan nilai intrinsik, laba kejutan adalah
angka yang ada dalam persepsi investor individual. Oleh karena itu, laba
kejutan untuk perusahaan tertentu dapat berbeda-beda anatar investor
karena berbagai faktor.
Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga pasar (return
saham) perusahaan tertentu yang cukup mencolok pada saat
pengumuman laba. Yang dimaksud mencolok adalah terdapat perbedaan
yang cukup besar return yang terjadi dengan return harapan. Dengan
kata lain, terjadi return kejutan atau abnormal pada saat pengumuman
laba.
Return atau kembalian adalah apa yang diperoleh investor dari
investasinya dalam suatu perioda yang dalam hal saham dapat berupa
dividen dan untung kapital (capital gain) yaitu kenaikan nilai investasi.
R eturn=R=
Bila tidak ada dividen dan harga dinotasi dengan P, maka return
perusahaan j pada periode t dapat dinyatakan sebagai berikut :
R j , t=
Pt 1 P t 0
Pt 0
Gambar 10.9
Return Abnormal Dengan Model RSM dan RSIP
Return
RA
RH
Waktu (hari
-11
-10
-9
-8
-7
-6
-5
-4
-3
Periode estimasi
-2
-1
+1
+2
Perioda Peristiwa
Return
Jendela Peristiwa
R
RM
R
M
-11
-10
-9
-8
-7
R
A
-6
-5
Waktu (hari
R
M
-4
-3
-2
-1
+1
+2
R AK j(t 1 ,t 2)= R A j , t
t =t 1
Studi asosiasi sering disebut pula studi koefisien respon laba (earnings
response coefficient / ERC). Koefisien respon laba adalah kepekaan return
saham terhadap setiap rupiah laba atau laba kejutan. Bila semua variabel
dapat ditentukan untuk sampel perusahaanm model-model pengujian
berikut dapat digunakan :
Ri ,t = 0 + 1 Li ,t + i ,t (i=1,2,3, n)
Atau
R A i ,t = 0+ 1 L K i ,t + i ,t (i=1,2,3, n)
Atau
R AK t 1 , t 2= 0 + 1 L K i ,t + i ,t (i=1,2,3, n)
Dalam model-model di atas, LK adalah laba kejutan dan 1 adalah
koefisien asosiasi. Untuk model terakhir (t1,t2) adalah jendela peristiwa.
Model-model tersebut hanya menggambarkan secara sederhana
hubungan antara laba dan pasar modal. Dalam banyak penelitian
akuntansi, model-model yang lebih canggih telah banyak dikembangkan.
Bila secara statistis 1 tidak sama dengan nol, berarti secara umum
terdapat asosiasi antara laba dan return saham. Pengujian ini
menunjukkan bahwa pada tataran pragmatik, laba memang mengandung
informasi sehingga bermanfaat bagi investor.
Studi empiris menunjukkan bahwa asosiasi atau korelasi anatara laba dan
return tidak begitu kuat atau tidak sempurna. Beberapa alasan
dikemukakan untuk menjelaskan hal ini
1; Angka laba hanya merupakan sebagian kecil faktor yang
mempengaruhi harga saham, persepsi investor terhadap risikom
kondisi ekonomi dan sentimen politik juga menjadi penentu harga
pasar.
2; Fluktuasi laba tidak selalu menggambarkan perubahan ekonomik
perusahaan tetapi semata-mata merupakan perubahan metoda
akuntansi
3; Laba akuntansi dapat dipengaruhi oleh manajemen dan inkonsistensi
internal akuntansi sehingga angka laba mengandung gangguan.
Perubahan laba akuntansi sering lebih merupakan perubahan
kosmetik daripada perubahan fundamental ekonomik perusahaan.
4; Investor tidak selalu seragam dalam menginterpretasi informasi yang
tersedia di pasar.
5; Pasar sering berperilaku yang tidak terprediksi.
Pengujian Peristiwa
Angka laba tidak lagi digunakan dalam pengujian ini karena yang menjadi
fokus adalah peristiwa pengumuman laba. Reaksi pasar diukur sebagai
return abnormal mean/RAM atau return abnormal kumulatif mean/RAKM
untuk seluruh atau sampel perusahaan di pasar modal. RAM dan RAKM
ditentukan sebagai berikut :
Reaksi pasar dianggapa ada bilamana RAM atau RAKM secara statistis
tidak sama dengan nol. Bila RAM dan RAKM secara statistis positif berarti
terjadi reaksi positif terhadap laba sehingga laba dianggap membawa
berita baik demikian pula sebaliknya.
Dari berbagai uraian diatasm dapat disimpulkan bahwa laba mempunyai
efek pragmatik terhadap perilaku pasar modal. Rekasi pasar paling tidak
menunjukkan bahwa secara empiris perlaku pasar modal seolah-olah
telah menggunakan laba sehingga dapt dikatakan bahwa laba
bermanfaat bagi investor.
Pemerintah
Investor
Karyawan
Pihak Lain
Lembaga ekonomik
Penjualan
Dikurangi transfer antarausaha bersama
Bahan Baku
Overhead nontenaga kerja
Rp
9.800.000
Rp 1.500.000
Rp
600.000
Rp
2.100.000
Rp
7.700.000
Rp
2.000.000
Rp
1.800.000
Rp
400.000
Rp 1.200.000
Rp
700.000
Rp
600.000
Rp
1.600.000
Rp
2.300.000
Rp
7.700.000
Manajemen
Pemegang saham
Pihak Lain
A set=E kuitas
Karena pemegang saham sama kedudukannya dengan kreditor, utang
atau kewajiban merupakan keharusan (obligation) kesatuan usaha
kepada kreditor bukan keharusan pemegang saham. Sementara itu, apa
yang biasa diperlakukan sebagai klaim dari pemegang saham dipandang
sebagai keharusan kesatuan usaha kepada pemegang saham sehingga
bunga dan deviden keduanya merupakan biaya. Statemen keuangan
merupakan pertanggung jelasan kesatuan usaha usaha kepada
pemegang ekuitas untuk memenuhi persyaratan hukum dan menjada
hubungan baik bukan untuk memenuhi pertanggungjelasan keuangan
dan kepengurusan (financial and stewardship accountablity). Interpretasi
semacam ini dilandasi oleh gagasasn bahwa kesatuan usaha bertindak
atas namanya sendiri bukan atas nama pemegang saham atau kreditor.
Teori entitas semcam ini sering disebut sudut pandang entitas baru atau
kontemporer.
Entitas Investor
Investor disini adalah investor dalam arti luas yaitu kreditor (jangka
panjang) dan pemegang saham (Preferen dan biasa). Jadi, investor adalah
penyedia dana utama perusahaan. Dengan teori ini, pusat perhatian
akuntansi adalah kedua kelompok tersebut dankeduanya dipandang
sebagai mitra manajemen bukan sebagai pihak luar sebagaimana dalam
sudut pandang kesatuan usaha. Dengan kata lain, perusahaan melalui
manajamen bertindak atas nama investor. Oleh karena itu, pelaporan
keuangan harus dilaksanakan untuk kepentingan kedua kelompok
tersebut. Teori ini dapat dinyatakan dalam diagram gambar 10.14.
persamaan akuntansinya dapat dinyatakan sebagai berikut :
Pihak Luar
A set U tang
J angka P endek=E k u itas I nvestor
Perusahaan
Gambar 10.14
Teori Entitas Investor
Kreditor
Entitas Lai n
Manajemen
mitra
Pemegang saham
Dengan sudut pandang ini, laba kemudian didefinisi segai jumlah rupiah
yang menjadi hak investor. Sebagai konsekuensi, bunga kepada kreditor
jangka panjang dan deviden kepada pemegang saham bukan merupakan
biaya tetapi lebih merupakan distribusi laba. Penyajian statemen laba
rugi akan tampak seperti pada gambar 10.15.
Gambar 10.15
Statemen Laba-Rugi Atas dasar teori Entitas Investor
Penjualan (Pendapatan)
Biaya
Rp
Bahan baku dan bahan habis pakai 1.500.000
Rp
Gaji manajer dan karyawan
2.000.000
Rp
Overhead nontenaga kerja
600.000
Rp
Depresiasi
700.000
Rp
Pajak
1.800.000
Laba Investor
Rp
9.800.000
Rp
6.600.000
Rp
3.200.000
Distribusi laba :
Rp
Kepada kreditor (bunga)
400.000
Rp
Kepada pemegang saham (dividen) 1.200.000
Reinvestasi (laba tidak dibagi)
Rp
1.600.000
Rp
1.600.000
biaya bagi investor. Berbeda dengan kesatuan usaha, bunga dan deviden
merupakan pembagian laba bukan biaya. Teori entitas semacam ini
sering disebut sudut pandang entitas tradisional.
Entitas Pemilik
Teori entitas ini memandang pemegang saham (biasa dan istimewa)
sebagai pemilik (propieter) dan menjadi pusat perhatian akuntansi.
Kreditor dianggap sebagai pihak luar. Pemegang saham tetap menjadi
mitra manajamen. Aset menjadi milik pribadi pemegang saham sehingga
utang merupakan keharusan pemegang saham. Artinya, pemegang
saham menanggung segala risiko yang berkaitan dengan utang. Sudut
pandang ini, aset bersih menjadi perhatian utama bagi pemegang saham.
Teori ini dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikut :
Penjualan (Pendapatan)
Biaya
Rp
9.800.000
Penggunaan laba :
Dibagi dalam bentuk dividen
Diinvestasi atau ditahan (retained
earning)
Rp
1.500.000
Rp
2.000.000
Rp
600.000
Rp
700.000
Rp
400.000
Rp
1.800.000
Rp
7.000.000
Rp
2.800.000
Rp
1.200.000
Rp
1.600.000
Rp
2.800.000
atas dasar konsep kesatuan usaha dapat disajikan untuk pelaporan labarugi dengan konsep kesatuan pemilik.
Entitas Pemilik Residual
Konsep entitas ini memandang pemegang saham biasa (residual equity)
sebagai pusat perhatian akuntansi. Pendekatan ini sebenarnya tidak
berbeda dengan sudut pandang pemilik (propietary concepts)
sebelumnya. Hanya dalam pendekatan ini, pemilik adalah pemegang
saham biasa. Pemegang saham istimewa dianggap sebagai pihak luar
sehingga deviden untuk mereka dipandang sebagai biaya. Kalau
disimbolkan, persamaan akuntansi untuk merefleksi konsep ini adalah
sebagai berikut :
Kas, piutang
Sumber pendapatan/penerimaan
AL
:
AL*
= KL + SD
AL*
= KL* + SD + P B
= KL* + SD*
Karena neraca hanya menyajikan aset dan utang likuid, aset tetap dan
utang jangka panjang dicatat dalam sistem terpisah yang disebut
perangkat akun non-dana dengan persamaan akuntansi sebagai berikut :
Untuk aset tetap
: Aset Tetap = Investasi dalam aset tetap
Untuk utang jangka panjang : Dana pelunasan harus disediakan + Dana
telah tersedia = Utang jangka panjang