Anda di halaman 1dari 11

Pada

prinsipnya

asidimetri

adalah

analisa

titrimetri

yang

menggunakan asam kuat sebagai titrannya dan sebagai analitnya


adalah basa atau senyawa yang bersifat basa, ataupun pengukuran
dengan asam (yang diukur jumlah basa atau garamnya). Sedangkan
alkalimetri

pada

prinsipnya

adalah

analisa

titimetri

yang

menggunakan basa kuat sebagai titrannya dan analitnya adalah asam


atau senyawa yang bersifat asam. Larutan yang biasa dipakai sebagai
titran dalam alkalimetri adalah NaOH, KOH, dan Ba(OH)2 yang
merupakan larutan baku standar sekunder. Larutan yang biasa
digunakan dalam analisa ini adalah NaOH karena harganya relatif
murah. Indikator yang sering digunakan dalam percobaan asidimetri
dan alkalimetri adalah indikator metil merah dan metil orange untuk
asidimetri karena skala pH pada kedua indikator memang berkisar
pada larutan yang bersifat asam dan indikator PP untuk alkalimetri
karena skala pH pada indikator PP berkisar pada larutan yang bersifat
basa.
Titrimetri atau analisis volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan
jumlah zat kimia yang luas dalam pemakainannya. Hal ini disebabkan karena oleh
beberapa alasan. Misalnya yaitu cara ini menguntungkan karena pelaksanaannya

mudah dan cepat, ketelitian dan ketetapan cukup tinggi dan cara ini dapat
digunakan untuk menentukan kadar beberapa zat yang mempunyai sifat yang
berbeda.
Asidimetri adalah analisis volumetrik yang menggunakan larutan baku asam
untuk menentukan jumlah basa yang ada. Alkalimetri adalah analisis volumetrik
yang menggunakan larutan baku basa untuk menentukan jumlah asam yang ada
(Daintith, 1997).
Titrasi adalah penambahan yang sangat hati-hati dari satu larutan ke yang
lain dengan cara buret. Buret secara akurat mengukur volume larutan yang
dibutuhkan untuk bereaksi dengan jumlah yang secara hati-hati diukur dari zat
lain yang terlarut. Ketika volume yang tepat telah tercapai, indikator perubahan
warna dan operator menghentikan aliran dari buret tersebut. Fenolftalein adalah
indikator khas untuk titrasi asam-basa, tidak berwarna dalam larutan asam dan
merah muda dalam larutan basa (Peters, 1990).

Pada dasarnya cara titrimetri ini terdiri dari pengukuran volume larutan
peraksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang akan
ditentukan. Larutan pereaksi biasanya diketahui kepekaannya dengan pasti,
disebut peniter atau larutan baku. Sedangkan proses penambahan peniter tersebut
ke dalam larutan zat yang akan ditentukan disebut titrasi. Dalam proses ini bagianbagian peniter ditambahkan ke dalam larutan zat yang akan ditentukan dengan
bantuan alat yang disebut buret sampai tercapai titik kesetaraan. Titik kesetaraan

adalah titik pada saat pereaksi dan zat yang ditentukan bereaksi sempurna secara
stoikimetri (Rivai, 1995).
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen
dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam dan basa keduanya
setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu
larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam flask bersamaan
dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal basa)
yang terdapat didalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan
cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi
pada saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada titrasi dimana indikator
warnanya berubah disebut titik akhir (Petrucci, 1997 ).
Titrasi melibatkan suatu proses penambahan suatu larutan yang disebut tirant dari
buret ke suatu flask yang berisi sampel dan disebut analit. Berhasilnya titrasi asambasa tergantung pada seberapa akurat kita dapat mendeteksi titik stoikiometri.
Pada titik tersebut, jumlah mol dari H3O+ dan OH- yang ditambahkan sebagai titrant
adlah sama dengan jumlah mol dari OH- atau H3O+ yang terdapat dalam analit.
Pada titik stoikiometri, larutan terdiri dari garam dan air. Larutan tersebut adalah
asam apabila ion asam yang terkandung didalamnya, dan basa apabila ion basa
yang terkandung didalamnya (Atkins, 1997 ).

Proses titrasi digunakan dalam penentuan analitis banyak, termasuk melibatkan


reaksi asam-basa. Indikator adalah zat yang digunakan untuk sinyal ketika titrasi
tiba di titik dimana reaktan kimia sama, seperti yang didefinisikan oleh persamaan
reaksi. Larutan standar adalah larutan dengan konsentrasi tepat ditentukan.
Awalnya konsentrasi larutan standar ditentukan dari jumlah yang ditimbang dari

sebuah standar primer, bahkan kimia referensi yang sangat dimurnikan. Larutan
standar dapat dibuat dari salah satu dari dua cara;
1. Standar primer yang ditimbang dengan hati-hati, dilarutkan, dan diencerkan
akurat untuk volume yang diketahui. Konsentrasi dapat dihitung dari data.
2. 2.

Larutan dibuat untuk perkiraan konsentrasi dan kemudian dibakukan oleh

titrasi kuantitas akurat ditimbang dari standar primer (Weiner, 2010).

Karakteristik standart primer, yaitu:


-

Harus tersedia dengan mudah dalam suatu bentuk murni atau dalam keadaan
kemurnian yang diketahui. Pada umumnya total banyaknya ketidakmurnian
tidak melampaui 0,01 ke 0,02%, dan haruslah mungkin untuk memeriksa
ketidakmurnian itu dengan percobaan kualitatif yang kepekaannya diketahui.

Zat itu harus mudah dikeringkan dan tidak boleh terlalu higroskopik
sehingga menarik air selama penimbangan. Tidak boleh kehilangan bobot bila
dibiarkan di udara. Hidrat-hidrat garamnya biasanya tidak digunakan sebagai
standart primer.

Standart primer itu mempunyai bobot ekivalen yang tinggi agar

akibat-

akibat kesalahan penimbangan dapat diminimalkan.


-

Asam atau basa yang digunakan harus merupakan asam atau basa kuat,
artinya sangat terdisosiasi, tetapi asam atau basa lemah juga dapat digunakan

sebagai standart primer tanpa cacat yang besar, terutama bila larutan standart
itu akan digunakan untuk menganalisa contoh-contoh asam atau basa lemah.
(R.A. Day Jr, AL. Underwood, Kimia Analisis Kuantitatif, 1986)

Suatu larutan standar adalah larutan yang mengandung eagensia dengan bobot
yang diketahui dalam suatu volume tertentu suatu larutan. Larutan standar primer
adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat
bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi, suatu zat standar
primer harus memenuhi persyaratan, yaitu sebagai berikut:
1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan dan juga mudah dikeringkan
(sebaiknya pada suhu 1100+- 1200C).
2. Zat harus tidak berubah dalam udara selama penimbangan. Kondisi-kondisi ini
mengisyaratkan bahwa zat tidak boleh higroskopis, tidak pula dioksidasi udara
atau dipengaruhi karbon dioksida. Standar ini juga harus dijaga agar
komposisinya tidak berubah saat penyimpanan.
3. Zat harus dapat diuji terhadap zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji
lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tidak
boleh melebihi 0, 01-0, 02 ).
4. Zat harus mempunyai ekivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan
dapat diabaikan.
5. Zat harus mudah larutpada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.
6. Reaksi dengan larutan standar itu harus soikiometri dan praktis sekejap.
Sesatan titrasi harus dapat diabaikan atau mudah ditetapkan dengan cermat
dengan

eksperimen.
Zat-zat yang biasa digunakan sebagai standar primer adalah reaksi asam basa
natrium karbonat (Na2CO3), natrium tetrabonat (Na2B4O7), kalium hydrogen iodat
KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan. Sedangkan standar sekunder adalah
zat yang dapat digunakan untuk standarisasi dan yang kandungan zat aktifnya
telah ditemukan dengan pembandingan dengan suatu standar primer (Basset,
1994).

Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan


untuk membakukan larutan standart, misalnya arsen trioksida pada
pembakuan larutan iodium. Baku sekunder adalah bahan yang telah
dibakukan sebelumnya oleh baku primer, dan kemudian digunakan untuk
membakukan larutan standart, misalnya larutan natrium tiosulfat pada
pembakuan larutan iodium.
(http://osun.org/titrasi-alkalimetri-pdf-2.html)

Beberapa bahan baku primer untuk asidimetri dan alkalimetri yang paling
banyak digunakan adalah:
a.

Untuk asam

Natrium Karbonat kristal (Na2CO3)

Boraks atau natrium tetraborat dekahidrat (Na2B4O7.10H2O)

b.

Untuk basa
-

Kalium flatat asam (C6H4(COOH)(COOK))

Asam oksalat kristal ((COOH)2.2H2O)

Kalium biyodat (KH(IO3)2)

Asam sulfanat (HSO3.NH2)


(W. Harjadi. Ilmu Kimia Analitik Dasar, 1986)

Berikut ini bahan baku primer yang digunakan untuk standardisasi:


1.

Senyawa kalium hydrogen ftalat (KHC8H4O4 (KHP))

Merupakan standart primer yang sangat bagus untuk larutan basa, tersedia dengan
mudah dalam kemurnian sekurang-kurangnya 99,95%.

Garam ini stabil

terhadap pemanasan, tidak higroskopik, dan mempunyai bobot ekivalen yang


tinggi yaitu 204,4 g/eq. Zat ini merupakan asam monoprotik lemah. Asam
monoprotik adalah sebuah asam yang hanya dapat melepaskan satu ion hidrogen
per molekul dalam larutan. Lawan dari asam monoprotik adalah asam poliprotik,
yang dapat melepaskan lebih dari satu ion hidrogen per molekul.
2.

Asam sulfamat (HSO3NH2)

Merupakan asam monoprotik kuat dan baik indikator fenolftalein ataupun merah
metil dapat digunakan dalam titrasi dengan basa kuat. Mudah diperoleh, tidak
mahal, dan mudah dimurnikan dengan pengkristalan ulang dari dalam air.
Merupakan zat padat kristalin putih, tidak higroskopik, dan stabil sampai
temperatur 130 C. Asam sulfamat mudah larut dalam air, dan kebanyakan
garamnya dapat larut.
3.

Senyawa kalium hidrogen iodat (KH(IO3)2)


Merupakan asam monoprotik yang kuat yang juga digunakan sebagai standart
primer yang sangat bagus untuk larutan basa. Mudah diperoleh, tidak mahal, dan
mudah dimurnikan dengan mengkristalkan ulang dari dalam air. Senyawa ini

putih, kristalin, padat tidak higroskopis, dan mempunyai bobot ekivalen yang
tinggi, 389,91. Cukup stabil untuk dikeringkan pada suhu 110 C.
4.

Natrium karbonat (Na2CO3)


Penggunaannya meluas sebagai standart primer untuk larutan asam kuat. Tersedia
dengan mudah dalam keadaan sangat murni, kecuali sedikit natrium bikarbonat
(NaHCO3). Bikarbonat itu dapat diubah seluruhnya menjadi karbonat dengan
memanasi zat itu pada 270-300 C sampai bobotnya konstan. Natrium karbonat
agak higroskopik, namun dapat ditimbang tanpa kesukaran. Bobot ekivalenya
dalam hal ini adalah separuh bobot molekul 53,00.
(R.A. Day Jr, AL. Underwood, Kimia Analisis Kuantitatif, 1986)

Reaksi kimia yang mungkin di perlakukan sebagai basis dari penentuan titrimetrik
telah dikelompokan ke dalam empat tipe :
a. Asam-Basa. Ada sejumlah besar asam dan basa yang dapat ditentukan oleh
titrimetri. Jika HA mewakili asam yang akan ditentukan dan B mewakili basa,
rekasinya adalah sebagai berikut
HA + OH- A- + H2O
dan
B + H3O+ BH+ + H2O
b. Oksidasi-reduksi (redoks). Reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-redoksi
dipergunakan secara luas dalam analitis titrimetrik. Sebagai contoh, besi dengan
tingkat oksidasi +2 dapat dititrasi dengan sebuah larutan standar dari serium (IV)
sulfat :
Fe2+ + Ce 4+ Fe3+ + Ce3+

c. Pengendapan. Pengendapan da ri kation perak dengan anion halogen


dipergunakan secara luas dalam prosedur titremetrik. Reaksinya adalah sebagai
berikut
Ag+ + X- AgX (s)
d. Pembentukan kompleks. Contoh dari reaksi di mana terbentuk suatu kompleks
antara ion perak dan sianida :
Ag+ + 2 CN- Ag (CN)-2
(Oxtoby, 2001). - See more at:

Atkins, Peter and Jones Lorette. 1997. Chemistry Molecules and


Canges, 3rd Ed. New York: W. H. Freeman and Company.
Andari,

Susilowati.2013

TABLET

SECARA

PERBANDINGAN

ALKALIMETRI

PENETAPAN

DENGAN

KADAR

KETOPROFEN

SPEKTROFOTOMETRI-

UV

Basset, J., R. C. Denney, G.H Jeffrey, J. Mendhom. 1994. Buku Ajar


Vogel Kimia Analisa Kuantitatif Anorganik . Jakarta : EGC.
Daintith, J.,1997, Kamus Lengkap Kimia, 7, 17, Erlangga, Jakarta
Harjadi, W.1986.Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta:PT. Gramedia.

Petrucci, Ralph H and Willias S. Harwood. 1997. General Chemistry.


New Jersey: Prentice Hall.
Rivai, H., 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press. Jakarta.
Santosa, noegroho.1995.
Peters, Edward I., 1990, Introduction to Chemical Principles, 5 th
edition, 394, Saunders College Publishing, USA
Underwood, A.L. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :Penerbit
Erlangga.
Vogel

Weiner, Susan A., 2010, , Introduction to Chemical Principles, 7 th edition, 268,


Cengage Learning, USA

Anda mungkin juga menyukai